Anda di halaman 1dari 7

Konversi, Volume 5 No.

2, Oktober 2016

PENGOLAHAN LIMBAH DETERJEN DENGAN METODE KOAGULASI-


FLOKULASI MENGGUNAKAN KOAGULAN KAPUR DAN PAC

Zikri Rahimah, Heliyanur Heldawati, Isna Syauqiah*)


Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat
Jl. A. Yani Km. 36 Banjarbaru Kalimantan Selatan

*Email : isnatk@gmail.com

Abstrak-Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui koagulan kapur atau PAC yang paling efektif pada
proses koagulasi-flokulasi dari pengolahan limbah deterjen buatan dan limbah laundry, menentukan
massa optimum dari koagulan kapur atau PAC pada pengolahan limbah deterjen buatan dan limbah
laundry menggunakan proses koagulasi-flokulasi dan menentukan persen maksimum penurunan BOD
dan COD pada limbah deterjen buatan dan limbah laundry menggunakan proses koagulasi-flokulasi.
Pada penelitian ini, kami menggunakan metode jartest atau metode koagulasi-flokulasi dengan
menggunakan koagulan kapur dan PAC. Metode yang digunakan untuk menurunkan kadar BOD dan
COD ialah koagulasi yaitu dicampurkannya koagulan dengan pengadukan cepat 100 rpm selama 1 menit
kemudian dengan metode flokulasi yaitu dilakukan pengadukan lambat 40 rpm selama 20 menit dan
diendapkan selama 30 menit. Penentuan massa optimum dilakukan dengan cara menambahkan koagulan
baik menggunkan kapur atau PAC masing-masing sebanyak 1 gr, 2 gr, 3 gr, 4 gr, 5 gr dalam 150 ml
limbah deterjen buatan maupun limbah deterjen laundry. Dari variasi massa koagulan dapat diketahui
persen maksimum penurunan BOD dan COD tertinggi terdapat pada koagulan kapur sebesar 12,05%
dan 75% pada limbah deterjen buatan pada massa 5 gr, sedangkan pada limbah laundry sebesar
11,57%.dan 78,57% pada massa 5 gr.

Kata kunci : koagulasi-flokulasi, limbah deterjen, COD, BOD.

Abstract- This research is conducted to find out the effective koagulan lime or PAC in koagulasi-flokulasi
process from preparation of waste material detergent product and waste material laundry, to determine
optimum mass from koagulan lime or PAC in preparation of waste material detergent product and waste
material laundry using koagulasi-flokulasi process and to determine maximum percent the decrease of
BOD and COD in preparation of waste material detergent product and waste material laundry. In this
research, we used jartest method or koagulasi-flokulasi method by using koagulan lime or PAC.
Methode that used to decrease the value of BOD and COD is koagulasi. Koagulasi is mixed koagulan and
stir fast 100 rpm for one minute, then with flokulasi method, it is stir slow 40 rpm for 20 minutes and
sediment, it for 30 minutes. Determine optimum mass done by add good koagulan using lime or PAC 1
gr, 2 gr, 3 gr ,4 gr, 5 gr, in waste material detergent product and waste material laundry. From the
various mass koagulan know that the highest decrease maximum percent of BOD and COD in koagulan
kapur is 12,05% and 75% on waste material detergent product in 5 gr mass while waste material
laundry is 11,57 % and 78,57% in 5 gr mass.

Keywords : koagulasi-flokulasi, waste material detergent, COD, BOD

PENDAHULUAN pembuatan deterjen dimulai dengan membuat


Deterjen adalah Surfaktant anionik dengan bahan penurun tegangan permukaan, misalnya : p
gugus alkil (umumnya C9 – C15) atau garam dari – alkilbenzena sulfonat dengan gugus alkil yang
sulfonat atau sulfat berantai panjang dari Natrium sangat bercabang disintesis dengan polimerisasi
(RSO3- Na+ dan ROSO3-Na+) yang berasal dari propilena dan dilekatkan pada cincin benzena
derivat minyak nabati atau minyak bumi (fraksi dengan reaksi alkilasi Friedel – Craft Sulfonasi,
parafin dan olefin). Setelah Perang Dunia II, yang disusul dengan pengolahan dengan basa.
deterjen sintetik mulai dikembangkan akan tetapi Pada umumnya, deterjen mengandung
karena gugus utama surfaktant ABS yang sulit di bahan-bahan berikut:
biodegradable (diuraikan) maka pada tahun 1965 1. Surfaktan (surface active agent)
industri mengubahnya dengan yang biodegradabel Merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai
yaitu dengan gugus utama surfaktant LAS. Proses ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan

13
Konversi, Volume 5 No. 2, Oktober 2016

hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif ini menggunakan alat laboratorium yang bernama
berfungsi menurunkan tegangan permukaan air Jartest. Jartest ini juga dapat digunakan untuk
sehingga dapat melepaskan kotoran yang mengetahui kinerja kogulasi dan flokulasi secara
menempel pada permukaan bahan. Surfaktant ini simulasi di laboratorium asalkan air yang
baik berupa anionic (Alkyl Benzene Sulfonate/ABS, dilakukan simulasi dengan jartest ini adalah air
Linier Alkyl Benzene Sulfonate/LAS, Alpha Olein yang benar-benar akan dilakukan pengolahan
Sulfonate/AOS), Kationik (Garam Ammonium), dilapangan.
Non ionic (Nonyl phenol polyethoxyle), Standar ini menetapkan suatu metode
Amphoterik (Acyl Ethylenediamines). Surfaktan pengujian koagulasi flokulasi dengan cara jartest,
kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan termasuk prosedur umum untuk mengevaluasi
dengan surfaktan anionik dan non-ionik. Sisa pengolahan dalam rangka mengurangi bahan-
bahan surfaktan yang terdapat dalam deterjen bahan terlarut, koloid, dan yang tidak dapat
dapat membentuk chlorbenzene pada proses mengendap dalam air dengan menggunakan bahan
klorinisasi pengolahan air minum PDAM. kimia dalam proses koagulasi-flokulasi, yang
Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang dilanjutkan dengan pengendapan secara gravitasi.
bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan Berdasarkan Lampiran II: Peraturan Gubernur
(Isminingsih,1972). Kalimantan Selatan No. 04 Tahun 2007, tanggal
2. Builder (Pembentuk) 29 Januari 2007.
Berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari
surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral Koagulasi
penyebab kesadahan air. Baik berupa Phosphates Koagulasi adalah dicampurkannya
(Sodium Tri Poly Phosphate/STPP), Asetat (Nitril koagulan dengan pengadukan secara cepat guna
Tri Acetate/NTA, Ethylene Diamine Tetra mendistabilisasi koloid dan solid tersuspensi yang
Acetate/EDTA), Silikat (Zeolit), dan Sitrat (asam halus, dan masa inti partikel, kemudian
sitrat). membentuk jonjot mikro (mikro flok). Adapun
3. Filler (pengisi) faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi
Adalah bahan tambahan deterjen yang tidak sebagai berikut :
mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, a. Suhu air
tetapi menambah kuantitas atau dapat memadatkan Suhu air yang rendah mempunyai pengaruh
dan memantapkan sehingga dapat menurunkan terhadap efisiensi proses koagulasi. Bila
harga.Contoh : Sodium sulfat. suhuair diturunkan , maka besarnya daerah
4. Additives pH yang optimum pada proses kagulasi akan
Adalah bahan suplemen/ tambahan untuk membuat berubah dan merubah pembubuhan dosis
produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, koagulan.
pemutih, pewarna dan sebagainya yang tidak b. Derajat Keasaman (pH)
berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Proses koagulasi akan berjalan dengan baik
Additives ditambahkan lebih untuk maksud bila berada pada daerah pH yang optimum.
komersialisasi produk. Contoh : Enzyme, Borax, Untuk tiap jenis koagulan mempunyai pH
Sodium chloride, Carboxy Methyl Cellulose optimum yang berbeda satu sama lainnya.
(CMC) dipakai agar kotoran yang telah dibawa c. Jenis Koagulan
oleh deterjen kedalam larutan tidak kembali ke Pemilihan jenis koagulan didasarkan pada
bahan cucian pada waktu mencuci (anti pertimbangan segi ekonomis dan daya
Redeposisi). Wangi – wangian atau parfum dipakai efektivitas dari pada koagulan dalam
agar cucian berbau harum, sedangkan air sebagai pembentukan flok. Koagulan dalam bentuk
bahan pengikat. larutan lebih efektif dibanding koagulan
Kemampuan deterjen untuk menghilangkan dalam bentuk serbuk atau butiran.
berbagai kotoran yang menempel pada kain atau d. Kadar ion terlarut
objek lain, mengurangi keberadaan kuman dan Pengaruh ion-ion yang terlarut dalam air
bakteri yang menyebabkan infeksi dan terhadap proses koagulasi yaitu : pengaruh
meningkatkan umur pemakaian kain, karpet, alat- anion lebih bsar daripada kation. Dengan
alat rumah tangga dan peralatan rumah lainnya, demikian ion natrium, kalsium dan
sudah tidak diragukan lagi. Oleh karena banyaknya magnesium tidak memberikan pengaruh yang
manfaat penggunaan deterjen, sehingga menjadi berarti terhadap proses koagulasi.
bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari e. Tingkat kekeruhan
kehidupan masyarakat modern (Arifin, 2008). Pada tingkat kekeruhan yang rendah proses
Pada proses pengolahan limbah deterjen ini destibilisasi akan sukar terjadi. Sebaliknya
menggunakan metode jartest untuk mengetahui pada tingkat kekeruhan air yang tinggi maka
tingkat kekeruhan suatu sample air, maka kita bisa proses destabilisasi akan berlangsung cepat.

14
Konversi, Volume 5 No. 2, Oktober 2016

Tetapi apabila kondisi tersebut digunakan akan terjadi tumbukan atau kontak antar
dosis koagulan yang rendah maka partikel.
pembentukan flok kurang efektif
f. Dosis koagulan Sifat-Sifat Kapur (lime) dan Penggunaannya
Untuk menghasilkan inti flok yang lain dari CaO adalah bahan mudah larut dalam air
proses koagulasi dan flokulasi sangat dan menghasilkan gugus hidroksil yaitu
tergantung dari dosis koagulasi yang Ca(OH)2Kapur (lime) secara umum terdapat dalam
dibutuhkan Bila pembubuhan koagulan dua bentuk yaitu CaO dan Ca(OH)2 yang bersifat
sesuai dengan dosisyang dibutuhkan maka basa dan disertai keluarnya panas yang tinggi.
proses pembentukan inti flok akan berjalan Menurut Tarmiji, 1986, penggunaan dari kapur
dengan baik. antara lain dibidang kesehatan lingkungan untuk
g. Kecepatan pengadukan pengolahan air kotor, air limbah maupun industri
Tujuan pengadukan adalah untuk lainnya. Pada pengolahan air kotor, kapur dapat
mencampurkan koagulan ke dalam air. mengurangi kandungan bahan-bahan organik. Cara
Dalam pengadukan hal-hal yang perlu kerjanya adalah kapur ditambahkan untuk
diperhatikan adalah pengadukan harus benar- mereaksikan alkalibikarbonat serta mengatur pH
benar merata, sehingga semua koagulan yang air sehingga menyebabkan pengendapan. Proses
dibubuhkan dapat bereaksi dengan partikel- pengendapan ini akan berjalan secara efektif
partikel atauion-ion yang berada dalam air. apabila pH air antara 6 – 8 (Considine).
Kecepatan pengadukan sangat berpengaruh Sifat-sifat fisik dan kimia Hydrate lime :
terhadap pembentukan flok bila pengadukan a. Bentuk kristal, powder.
terlalu lambat mengakibaykan lambatnyaflok b. Warna, sebagian besar umumnya berwarna
terbantuk dan sebaliknya apabila putih dan pada tingkat tinggi dapat Hydrate
pengadukan terlalu cepat berakibat pecahnya lime dihasilkan dari reaksi quickime (CaO)
flok yang terbentuk. dengan air, sehingga terbentuk
h. Alkalinitas Ca(OH)berwarna abu-abu.
Alkalinitas dalam air ditentukan oleh kadar c. Kepadatan, Kalsium Hydrated lime memiliki
asam atau basa yang terjadi dalam air tingkat kepadatan kira-kira 2,3 g/gm.
(Tjokrokusumo, 1995). Alkalinitas dalam air d. Kelarutan, tingkat kelarutan dari kira-kira 1,85
dapat membentuk flok dengan menghasil ion Ca(OH)2/l air pada suhu 00C sampai0,7 g/l
hidroksida pada reaksihidrolisa koagulan. pada suhu 1000C.
e. Netralisasi asam , Hydrate lime siap bereaksi
Flokulasi dengan basa dan gas sehingga tentu saja
Flokulasi adalah pengadukan perlahan berkemampuan menetralisasi asam
terhadap larutan jonjot mikro yang menghasilkan (Budi, 2006).
jonjot besar dan kemudian mengendap secara cepat
(Tjokrokusumo, 1995). PAC ( Poly Aluminium Chloride )
Ada dua jenis proses flokulasi yaitu : PAC adalah suatu persenyawaan anorganik
a. Flokulasi perikinetik Flok yang diakibatkan komplek, ion hidroksil serta ion alumunium
oleh adanya gerak thermal (panas) yang bertarap klorinasi yang berlainan sebagai
dikenal sebagai gerak Brown, prosesnya pembentuk polynuclear mempunyai rumus umum
disebut flokulasi perikinetik. Gerak acak dari Alm(OH)nCl(3m-n). Beberapa keunggulan yang
partikel-partikel koloid yang ditimbulkan dimiliki PAC dibanding koagulan lainnya adalah :
karena adanya tumbuhan molekul-molekul 1. PAC dapat bekerja di tingkat pH yang lebih
air, akan mengakibatkan terjadinya gabungan luas, dengan demikian tidak diperlukan
antar partikellebih sangat kecil 1 < 100 pengoreksian terhadap pH, terkecuali bagi air
milimikron (Sank R.K, 1986). tertentu.
b. Flokulasi orthokinetik Flokulasi orthokinetik 2. Kandungan belerang dengan dosis cukup akan
adalah suatu proses terbentuknya flok yang mengoksidasi senyawa karboksilat rantai siklik
diakibatkan olehterbentuknya gerak media membentuk alifatik dan gugusan rantai
(air) misalnya pengadukan (Sank R.K, 1986). hidrokarbon yang lebih pendek dan sederhana
Pada umumnya kecepatan aliran cairan akan sehingga mudah untuk diikat membentuk flok.
berubah terhadap tempat dan waktu. 3. Kadar khlorida yang optimal dalam fasa cair
Perubahan kecepatan dari satu titik ke titik yang bermuatan negatif akan cepat bereaksi
lainnya dikenal sebagai gradien kecepatan, dan merusak ikatan zat organik terutama ikatan
dengan notasi G. Dengan adanya perbedaan karbon nitrogen yang umumnya dalam truktur
kecepatan aliran media cair akan mempunyai ekuatik membentuk suatau makromolekul
aliran kecepatan yang berbeda pula akibatnya

15
Konversi, Volume 5 No. 2, Oktober 2016

terutama gugusan protein, amina, amida dan mL, botol kaca, kertas label,pH meter (Cyberscan
penyusun minyak dan lipida. 1000), stopwatch, neraca analitik (Ohaus), pipet
4. PAC tidak menjadi keruh bila pemakaiannya volume 10 mL, incubator, erlenmeyer, corong,
berlebihan, sedangkan koagulan yang lain propipet, buret, gelas arloji, tangki plastik (dirijen),
(seperti alumunium sulfat, besi klorida dan fero botol winkler dan turbidimeter (2100P HACH).
sulfat) bila dosis berlebihan bagi air yang
mempunyai kekeruhan yang rendah akan Bahan
bertambah keruh. Jika digambarkan dengan Bahan-bahan yang digunakan pada
suatu grafik untuk PAC adalah membentuk penelitian ini yaitu limbah deterjen buatan, limbah
garis linier artinya jika dosis berlebih maka deterjen laundry, kapur, PAC,reagen alkali iodida
akan didapatkan hasil kekeruhan yang relatif azida, kertas saring, MnSO4,KmnO40,06 N,
sama dengan dosis optimum sehingga amilum 5%, natrium thiosulfat 0,025 N, asam
penghematan bahan kimia dapat dilakukan. oksalat 0,01 N, asam sulfat pekat dan aquadest.
Sedangkan untuk koagulan selain PAC
memberikan grafik parabola terbuka artinya Prosedur Penelitian
jika kelebihan atau kekurangan dosis akan Identifikasi Limbah Deterjen
menaikkan kekeruhan hasil akhir, hal ini perlu Sampel air limbah deterjen buatandan
ketepatan dosis. limbah deterjen laundry, selanjutnya diperiksa di
5. PAC mengandung suatu polimer khusus dengan laboratorium untuk mengetahui karakteristiknya.
struktur polielektrolite yang dapat mengurangi Parameter yang diperiksa adalah meliputi
atau tidak perlu sama sekali dalam pemakaian parameter air bersih terbatas:
bahan pembantu, ini berarti disamping  BOD
penyederhanaan juga penghematan untuk BOD diukur dengan metode Titrasi Winkler
penjernihan air. menurut SNI 06-2503-1991.
6. Kandungan basa yang cukup akan menambah  COD
gugus hidroksil dalam air sehingga penurunan COD diukur dengan menggunakan metode
pH tidak terlalu ekstrim sehingga penghematan titrasi menurut SNI 06-2504-1991.
dalam penggunaan bahan untuk netralisasi  pH
dapat dilakukan. Untuk pengukuran pH, digunakan pH meter
7. PAC lebih cepat membentuk flok daripada menurut SNI 06-6989.11-2004.
koagulan biasa ini diakibatkan dari gugus aktif  Turbidity
aluminat yang bekerja efektif dalam mengikat Untuk mengukur kekeruhan, digunakan
koloid yang ikatan ini diperkuat dengan rantai turbidimeter menurut SNI 06-6989.25-2005.
polimer dari gugus polielektrolite sehingga
gumpalan floknya menjadi lebih padat, Persiapan Media
penambahan gugus hidroksil kedalam rantai Limbah deterjen dibuat dengan cara
koloid yang hidrofobik akan menambah berat mencampurkan 20 L air dengan 100gr deterjen,
molekul, dengan demikian walaupun ukuran kemudian mengaduknya sampai homogen dan
kolam pengendapan lebih kecil atau terjadi untuk limbah deterjen laundry diambil dari tempat
over-load bagi instalasi yang ada, kapasitas laundry.
produksi relatif tidak terpengaruh
(Pararaja, 2008). Proses Pengolahan Limbah Deterjen
Variasi Massa Koagulasi-Flokulasi
METODE PENELITIAN Dari larutan tersebut diambil 150 mL dan
Penelitian ini dilakukan dalam skala dimasukkan kedalam beakker glass dan
laboratorium dan dilaksanakan di Laboratorium menambahkan kapur sebagai koagulan dengan
Biologi Fakultas MIPA Universitas Lambung variasi massa koagulan adalah 1 gr, 2 gr, 3 gr, 4 gr
Mangkurat dan Laboratorium PDAM Banjarbaru. dan 5 gr dengan menggunakan proses Jar-Test
Limbah deterjen dibuat di laboratorium PDAM untuk masing-masing sampel. Untuk
Banjarbaru. Koagulan yang digunakan adalah menghomogenkan larutan untuk proses koagulasi
kapur dan PAC. dilakukan pengadukan 100 rpm selama 1 menit.
Pada proses flokulasi ini dilakukan pengadukan
Alat lambat dengan kecepatan 40 rpm selama 20 menit
Pada penelitian ini memerlukan atau sampai terjadi panggabungan inti endapan
seperangkat alat koagulasi yang mana menjadi molekul yang lebih besar (flok). Flok
menggunakan beakker glass yang dilengkapi yang terbentuk selanjutnya dipisahkan dengan
dengan pengaduk (Jar Test). Botol semprot, cairannya yaitu dengan cara pengendapan atau
termometer (Philip Haris Limited),gelas ukur 10 pengapungan selama 30 menit. Setelah itu

16
Konversi, Volume 5 No. 2, Oktober 2016

dilakukan pengukuran terhadap BOD, COD, pH nilai penurunan kadar COD pada limbah deterjen
dan turbiditynya. buatan, data ini dapat dilihat pada tabel 1 dan 2
300,00
Penentuan BOD
Sampel dari hasil proses pengolahan

COD (mg/L)
200,00
dimasukkan kedalam 2 buah botol winkler dalam
jumlah masing-masing 75 mL, kemudian kapur
menambahkan aquadest pada masing-masing botol 100,00
sebanyak 225 mL. Salah satu dari botol tersebut PAC
diinkubasi selama 5 hari, kemudian diukur oksigen 0,00
terlarutnya. Botol winkler yang tersisa diukur 0 2 4 6
oksigen terlarutnya pada hari ke 0 dengan Massa koagulan (gr)
menambahkan 2 mL MnSO4 dan 2 mL reagen
alkali iodida azida. Menutup dan mengocok Gambar 1. Hubungan COD (mg/L) terhadap Massa
larutan tersebut kemudian membiarkannya selama Koagulan (gr) pada Sampel Limbah Deterjen
10 menit. Menambahkan 2 mL H2SO4 pekat Buatan
kemudian mengocoknya. Memindahkan kedalam
erlenmeyer 500 mL, setelah itu ditambah 3 tetes Gambar 1 menunjukkan bahwa dengan
amilum 5% dan dititrasi dengan larutan natrium bertambahnya massa koagulan baik pada koagulan
thiosulfat 0,025N hingga larutan tak berwarna dan kapur maupun koagulan PAC maka makin
mencatat volume titrasinya. bertambah tinggi nilai penurunan CODnya karena
semakin banyak partikel koloid yang menggumpal
Penentuan COD dan mengendapkan zat-zat organik sehingga COD
Mengambil sampel dari hasil proses terendapkan juga banyak. Dari gambar 4.1
pengolahan koagulasi-flokluasi pada tiap-tiap menunjukan bahwa pada penambahan koagulan
variasi massa, memasukan kedalam botol dengan pada massa 5 gram mengalami nilai penurunan
jumlah minimum 10 mL. Menambahkan 5 mL COD tertinggi yaitu pada koagulan kapur ,
H2SO4 4 N campur hingga tercampur sempurna. walaupun terdapat nilai penurunan COD yang
Menambahkan titrasi hasil standarisasi larutan sama sehingga tidak selalu konstan naik
KMnO4 0,06 N. Memasukkan dalam penangas air dibandingkan pada penambahan koagulan PAC
hingga mendidih kemudian mengangkat. dengan nilai penurunan COD yang terus
Menambahkan 10 mL asam oksalat 0,01 N meningkat.
pertahankan suhunya ± 70º-80ºC. Menitrasi
dengan KMnO4 0,06 N hingga warna pink, titrasi 3.000
dihentikan. Mencatat jumlah KMnO4 0,06 N yang
diperlukan hingga tebentuk warna pink.
COD (mg/L)

2.000
Penentuan pH dan Turbidity kapur
Mengambil 10 mL sampel dan 1.000
memasukkannya kedalam beakker glass. PAC
Mengukur pH pada sampel tersebut dengan 0
mengunakan pH meter. Mengambil 10 mL sampel 0 2 4 6
dan ukur turbidity dengan menggunakan Massa koagulan (gr)
turbidimeter.
Gambar 2. Hubungan COD (mg/L) terhadap Massa
HASIL DAN PEMBAHASAN koagulan (gr) pada Sampel Limbah
Penelitian yang kami lakukan yaitu proses Laundry
pengolahan limbah deterjen menggunakan suatu
metode pengujian koagulasi flokulasi atau bisa Gambar 2 menunjukkan bahwa dengan
juga disebut metode jartest. Pada metode bertambahnya massa koagulan baik pada koagulan
koagulasi-flokulasi koagulan yang digunakan kapur maupun koagulan PAC maka makin
ialah koagulan kapur dan koagulan PAC dengan bertambah tinggi nilai penurunan CODnya karena
limbah yang diuji adalah limbah deterjen buatan semakin banyak partikel koloid yang menggumpal
dan limbah hasil dari laundry. Dengan parameter dan mengendapkan zat-zat organik sehingga COD
yang dianalisis ialah COD dan BOD serta pH, terendapkan juga banyak. Dari gambar 4.2
suhu, dan turbidity. menunjukan bahwa penambahan koagulan pada
Dari hasil penelitian diperoleh data yang massa 5 gram mengalami nilai penurunan COD
menunjukkan pengaruh massa koagulan terhadap tertinggi yaitu pada koagulan kapur dengan nilai

17
Konversi, Volume 5 No. 2, Oktober 2016

penurunan COD yang terus meningkat,sedangkan menurunkan BOD, akan tetapi dalam
saat penambahan koagulan PAC pada massa 5 penggunaannya koagulan kapur lah yang paling
gram nilai penurunan COD pada massa efektif. Dari lima variasi massa yang digunakan
penambahan koagulan 4 gram dan 5 gram tersebut massa 5 gr lah yang paling efektif
memiliki nilai yang sama. digunakan untuk menurunkan nilai BOD. Tetapi
terdapat nilai BOD yang lebih tinggi dibandingkan
nilai BOD limbah deterjen sebelum dilakukan
3,000
pengolahan koagulasi-flokulasi. Ini dikarenakan
BOD (mg/L)

2,000 nilai dari tingkat pencemaran < 4000 yaitu BOD


untuk sampel limbah deterjen buatan sebesar 1,513
1,000 kapur mg/L sedangkan BOD untuk sampel limbah
PAC deterjen laundry sebesar 8,060 mg/L, apabila
0,000
tingkat pencemaran tidak >4000 tidak begitu
0 2 4 6 efektif menggunakan proses anaerob ini dapat
Massa koagulan (gr) dilihat dari nilai penurunan BOD dari limbah
deterjen buatan maupun limbah deterjen laundry.
Gambar 3. Hubungan BOD (mg/L) terhadap Massa Diantara koagulan kapur dan PAC koagulan
Koagulan (gr) pada Sampel Limbah kapurlah (Ca(OH)2) yang paling efektif
Deterjen Buatan menurunkan nilai BOD maupun COD ini karena
pada deterjen adanya fosfor yang sangat
Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa dari mempengaruhi nilai BOD dan COD yang terdapat
variasi massa koagulan 1 gr, 2 gr, 3 gr, 4 gr, dan 5 pada air limbah sehingga penggunaan koagulan
gr, koagulan kapurlah yang bisa menurunkan nilai kapurlah yang bagus karena pada penggunaan
BOD pada sampel limbah deterjen buatan ini, kapur, baik kalsium maupun hidroksida akan
sedangkan koagulan PAC belum bisa menurunkan bereaksi dengan orthophosphorus hingga
nilai BOD. Akan tetapi dari gambar 3 tersebut terbentuk endapan hydrocyaptite. Fosfor organik
dapat kita lihat bahwa nilai penurunan BODnya dan polyphosphate dipisahkan dengan reaksi yang
menghasilkan grafik yang naik seiring dengan lebih kompleks dengan adsorpsi dan akan
bertambahnya jumlah massa yang digunakan, membentuk flok, sehingga untuk proses
walaupun pada massa 5 gr koagulan PAC belum pengolahan koagulasi-flokulasi pada limbah
bisa menurunkan nilai BOD. deterjen penggunaan kapurlah yang paling baik.
Sedangkan menurut Tjokokusumo ion kalsium
15,000 tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap
proses koagulasi tetapi dari hasil penelitian yang
BOD (mg/L)

10,000 dilakukan penggunaan koagulan kapurlah yang


efektif menurunkan nilai BOD dan COD
5,000 kapur
dibandingkan koagulan PAC.
PAC Menurut penelitian yang pernah dilakukan
0,000 oleh Budi (2006) pada limbah buangan yang
0 2 4 6 mengandung terutama limbah deterjen, dimana
Massa koagulan (gr) pada penggunaan koagulan kapurlah yang baik
digunakan sebagai koagulan dengan keefektifan
Gambar 4. Hubungan BOD (mg/L) terhadap Massa penurunan sebesar 80,1% -98,5%. Sedangkan pada
Koagualan (gr) pada Sampel Limbah penelitian yang dilakukan oleh Nuranto dkk (2008)
Laundry penggunaan koagulan kapurlah yang paling efektif
untuk penurunan BOD dan COD yaitu sebesar
Pada gambar 4 menunjukkan bahwa 75%-87% dibandingkan penggunaan koagulan
koagulan kapur dan koagulan PAC dapat PAC hanya sebesar 65% yang biasanya digunakan
menurunkan nilai BOD pada sampel laundry ini. RSU Sleman Yogyakarta dimana penelitian yang
Akan tetapi koagulan PAC hanya bisa menurunkan dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemakaian
nilai BOD pada massa 4 dan 5 sedangkan deterjen tehadap kandungan fosfat di dalam air
koagulan kapur mengalami penurunan nilai BOD limbah terhadap pengaruh nilai BOD dan COD.
seiring dengan bertambahnya massa Selain karena itu turbidity, pH dan suhu
koagulannnya. Dari kedua grafik tersebut juga mempengaruhi pada pengolahan limbah
menunjukkan penurunan nilai BOD seiring dengan deterjen. Turbidity pada limbah deterjen buatan
bertambahnya massa koagulan, sehingga dapat didapat semakin banyak penambahan massa
diambil kesimpulan bahwa kedua koagulan koagulan maka semakin tinggi turbiditynya baik
tersebut yaitu kapur dan PAC sama-sama bisa menggunakan koagulan kapur maupun PAC ini

18
Konversi, Volume 5 No. 2, Oktober 2016

karena limbah yang diguanakan ialah limbah 2. Massa optimum dari koagulan kapur dan
deterjen buatan yang hampir tidak mempunyai PAC ialah pada massa 5 gram dengan nilai
pengotor berupa kekeruhan karena air yang dipakai penurunan BOD dan COD baik pada limbah
air bersih sehingga makin rendah kekeruhan, deterjen buatan maupun limbah deterjen
makin sukar pembentukkan flok. Makin sedikit laundry yang paling tinggi terdapat pada
partikel, makin jarang terjadi tumbukan antar koagulan kapur.
partikel/flok, oleh sebab itu makin sedikit 3. Persen maksimum penurunan kadar BOD
kesempatan flok berakumulasi. Makin banyak dan COD didapat pada koagulan kapur pada
massa koagulan maka makin tinggi turbiditynya massa 5 gr, pada limbah deterjen buatan
karena pengaruh dari banyaknya koagulan yang persen penurunan sebesar 75% sedangkan
dimasukkan kedalam limbah deterjen buatan pada limbah deterjen laundry ialah 78,57%
sehingga memberikan warna yaitu kekeruhan pada untuk nilai COD. Sedangkan untuk nilai
limbah yang diolah, lain halnya pada turbidity BOD persen maksimum penurunan terdapat
limbah deterjen laundry yang terdapat banyak pada massa 5 gr kapur, pada limbah deterjen
pengotor dan tingkat kekeruhan yang tinggi karena buatan persen penurunan sebesar 12,05%
dari hasil pencucian baju-baju kotor yang sedangkan pada limbah deterjen laundry
pengotornya akan menjadi flok dan mengendap ialah 11,57%.
dan limbah akan menjadi bersih dengan nilai
turbidity akan turun dengan penggunaan PAC DAFTAR PUSTAKA
yang paling tinggi dalam penurunan turbidity yaitu Alaerts, G dan Sartika, S. S. 1987. Metode
pada limbah deterjen buatan pada massa 1 gr untuk Penelitian Air Usaha Nasional. Surabaya.
penurunan optimal turbidity dan limbah deterjen Arifin, 2008, Metode Pengolahan Deterjen. SMK
laundry pada massa 5 gr untuk penurunan optimal Negeri 3 Kimia. Madiun.
turbidity berturut-turut ialah28.4 NTU dan 2.78 Budi, S. S. 2006. Penurunan Fosfat Dengan
NTU dengan baku mutu standar air bersih adalah Penambahan Kapur (Lime), Tawas Dan
25 NTU. Pada pH nilai tergantung dari koagulan Filtrasi Zeolit Pada Limbah Cair ( Studi
yang digunakan karena kapur bersifat basa sama Kasus Rs Bethesda Yogyakarta ). Universitas
dengan limbah deterjen sehingga pH menjadi naik Diponegoro. Semarang.
yaitu pada limbah deterjen buatan 10,39 menjadi Halang, B. 2004. Toksisitas Air Limbah Deterjen
12,64 pada massa koagulan 5 gram dan pada Terhadap Ikan Mas. Jurnal Bioscientiae
limbah deterjen laundry 9,49 menjadi 12,7 Volume 1, Nomor 1. Program Studi Biologi
sedangkaan pH untuk koagulan PAC turun yaitu FKIP Universitas Lambung Mangkurat.
pada limbah deterjen buatan 10,39 Ntu menjadi Banjarmasin.
9,97. pada massa koagulan 5 gram dan pada Isminingsih, Msc. S. Teks. 1972. Analisa Zat Aktif
limbah deterjen laundry 9,49 menjadi 8,06. Suhu Permukaan Dan Detergensi. Bandung :
berpengaruh terhadap daya koagulasi-flokulasi dan Institut Teknologi Tekstil.
kalau suhu limbah tinggi maka akan memerlukan Nuranto, S dkk. 2008. Menurunkan Kadar Fosfat
pemakain bahan koagulan yang banyak, dari hasil Dalam Air Limbah Rumah Sakit Studi Kasus
yang didapat suhu limbah sebelum dan sesudah : Air Limbah Rumah Sakit Umum Daerah
pengolahan tidak terjadi perubahan yaitu pada Kabupaten Sleman. Media Teknik.
suhu rata-rata 28,5ºC. Yogyakarta.
Pararaja, A. 2008. Pengaruh Surfaktan Las Pada
KESIMPULAN Efisiensi Proses Koagulasi-Flokulasi dalam
1. Koagulan kapur merupakan koagulan yang www.docstoc.com
paling efektif diantara kapur dan PAC pada Sank, R.K. 1986. Water Treatment Plant Design
proses koagulasi-flokulasi dari pengolahan For The Practising Engineer, Ann Arbor
limbah deterjen buatan dan limbah laundry Science Publisher, Inc . Michigan
untuk menurunkan kandungan BOD dan Tjokrokusumo. 1995. Pengantar Konsep
COD nya. Teknologi Bersih Khusus Pengelolaan dan
Pengolahan Air. STTL “YLH”. Yogyakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai