DARI KOAGULASI-FLOKULASI
I.
TUJUAN
Menentukan kondisi optimum pegendapan dari koagulasi dan flokulasi dengan
II.
III.
DASAR TEORI
Proses pengendapan berkaitan dengan proses koagulasi dan flokulasi. Koagulasi
adalah
peristiwa
pembentukan
atau
penggumpulan
partikel-partikel
kecil
Bahan kimia yang dapat mengendapkan disebut koagulan. Bahan ini dapat
mengendapkan partikel-partikel koloid. Dengan penambahan koagulan, partikelpartikel koloid yang sebelumnya melayang-layang dalam air akan diikat menjadi
partikel besar yang disebut flok. Dengan ukuran partikelnya yang besar, flok dapat
mengendap karena gaya gravitasi. Dalam pemakaian bahan kimia koagulan disebut
juga flokulan. Beberapa koagulan anorganik yang banyak digunakan dalam
pengolahan air atau limbah cair di antaranya alumunium sulfat (alum), polialumunium
klorida (PAC), besi sulfat (II), besi klorida (II), dan lain-lain. Selain koagulan
anorganik, tersedia pula alternatif lokal sebagai koagulan organik alami dari tanaman
yang mudah diperoleh. Koagulan alami ini biodegradable dan aman bagi kesehatan
manusia. Biji kelor telah dilaporkan efektif sebagai koagulan untuk menurunkan
kekeruhan pada limbah cair kelapa sawit. Biji kelor juga tidak mengandung senyawa
toksik sehingga aman bagi kesehatan. Pemanfaatan bahan-bahan koagulan alami
seperti biji kelor dimungkinkan dapat menggantikan bahan koagulan sintetis seperti
alum sehingga permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dan industri dapat
teratasi (Manurung, 2012).
Koagulan digunakan untuk menggumpalkan bahan-bahan yang ada dalam air
limbah menjadi flok yang mudah untukdipisahkan yaitu dengan cara diendapkan,
diapungkan dan disaring. Pada beberapa pabrikcara ini dilanjutkan dengan
melewatkan air limbah melalui Zeolit (suatu batuan alam) danarang aktif (karbon
aktif). Cara koagulasi umumnya berhasil menurunkan kadar bahanorganik
(COD,BOD) sebanyak, 40-70 % Zeolit dapat menurunkan nilai COD 10-40%,dan
karbon aktif dapat menurunkan nilai COD 10-60 % (Risdianto, 2007).
Pada banyak koloid, partikel mempunyai muatan bersih positif atau negatif pada
permukaannya, diimbangi oleh muatan ion lawannya dalam larutan. Pemisahan koloid
semacam ini dipercepat oleh pelarutan garam dalam larutan itu. Proses tersebut
dinamakan flokulasi (Oxtoby, 2001).
Proses flokulasi adalah agregasi atau berkumpulnya partikel-partikel kecil
dalam sebuah suspensi, menjadi partikel-partikel yang lebih besar yang disebut flok.
Flokulasi disebabkan oleh adanya penambahan sejumlah kecil bahan kimia yang
disebut sebagai flokulan. Flokulan dapat dikategorikan menjadi 2 jenis yaitu flokulan
organik dan flokulan anorganik. Di antara flokulan-flokulan anorganik, garam-garam
dari berbagai logam seperti alumunium dan besi telah banyak digunakan. Flokulan
organik dapat dibagi lagi menjadi 2 jenis yaitu sintetik dan alami. Flokulan sintetik
umumnya merupakan polimer linear yang larut dalam air seperti polyacrylamide,
poly(acrylic acid), poly(diallyl dimethil ammonium chloride), poly(styrenic sulfonic
acid), dan sebagainya. Di sisi lain, pati, selulosa, alginic acid, guar gum, adalah
polimer alami yang sangat sering digunakan sebagai flokulan.
Tujuan dari flokulasi adalah untuk menciptakan partikel yang lebih besar yang
kompatibel dengan proses selanjutnya seperti menetap atau flotasi. Flokulasi objektif,
sebagai proses unit pengolahan air, adalah untuk menyebabkan tabrakan antara
partikel kecil. Setelah pendinginan, premis adalah bahwa partikel akan menempel satu
sama lain dan dengan demikian menggumpal, tumbuh beberapa ukuran yang
diinginkan dan menjadi flok. Proses aglomerasi disebut flokulasi. Pada prinsipnya,
flokulasi merupakan kasus khusus pencampuran. Pada risiko beberapa redundansi,
flokulasi dianggap di sini sebagai topik yang terpisah untuk menyalahkan identitas itu
sendiri (Hendricks, 2006).
Dalam proses pemurnian air atau purifikasi dengan metode sand filter, terdapat
beberapa tahapan salah satunya adalah koagulasi dan flokulasi. Dalam proses
koagulasi, air sungai yang telah disedot diberi zat koagulasi kimia, misalnya alum
dengan dosis bervariasi antara 5-40 mg/L bergantung pada turbiditas, warna, suhu,
dan pH airnya. Di dalam bak flokulasi, air yang telah bercampur dengan alum diputar
pelan-pelan selama 30 menit untuk mengendapkan alumunium hidroksida yang
berbentuk benda berwarna putih dalam air (Chandra, 2010).
Pemekatan terhadap sampel limbah dilakukan dengan beberapa jenis flokulan
yaitu AL2(SO4)3, I8H2O, Ca(OH)2, dan FeSO4. I8H2O dalam suasana basa akan
membentuk flok berwarna putih dari Al(OH)3 yang bersifat elektropositif (Sudiyati,
2014).
Jar test merupakan media sumlasi proses koagulasi-flokulasi. Hal ini untuk
menentukan dosis koagulan dan kondisi lain, seperti pH, waktu pengendapan, dan
lain-lain ngaruh yang optimum. Tanpa adanya simulasi ini, biasanya penambahan
dosisi berlebih sekitar 30-40%, sehingga berpengaruh terhadap pengolahan air
berikutnya. Jar test telah digunakan selama puluhan tahun oleh operator pabrik
pengolahan air untuk mengembangkan informasi tentang dosis kimia yang harus
digunakan untuk acheve koagulasi yang efektif dan sedimentasi. Banyak utilitas air
dengan menggunakan jar test telah mengembangkan modifikasi atau variasi untuk
beradaptasi prosedur ini dengan kondisi spesifik yang dihadapi di pabrik mereka.
Bagian dasar peralatan yang dibutuhkan untuk jar test adalah multi-place stirrer. Jenis
stirrer termasuk dayung persegi panjang dipasang pada poros panjang dan didorong
dari atas tabung dengan mekanisme roda gigi, dan dayung persegi panjang dipasang
pada berdiri dalam tabung uji dan diputar oleh magnet terletak di mekanisme driver di
mana tabung ditempatkan (Logsdon, 2002).
Operator dengan prosedur jar test yang sukses biasanya menggunakan parameter
teoritis sebagai titik awal dan kemudian membuat sedikit penyesuaian dengan trial
and error sampai hasil skala penuh secara akurat disimulasikan oleh jar test. Meskipun
jar test sering dilakukan sebagai bagian dari "enhanced coagulation" persyaratan.
Dalam hal ini, tidak ada usaha yang dibuat untuk mensimulasikan kondisi pabrik skala
penuh. Jar test enhanced coagulation ini harus dilakukan dalam kondisi standar
tertentu dan digunakan untuk menentukan alternatif total kebutuhan karbon organik
(TOC) removal untuk tanaman tertentu (AWWA, 1992).
IV.
LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan gelas kimia 600 ml sebanyak 4 buah
2. Membuat larutan tawas 1 % dengan menimbang tawas 1 gram dalam 100 ml
3.
4.
5.
aquadest
Menyiapkan sampel air yang diambil dari kolam penampungan sebanyak 2 liter
Mengukur pH dan turbiditi pada sampel
Memasukkan sampel air masing-masing berisi 500 ml ke dalam 4 buah gelas
6.
7.
8.
9.
selama 6 menit
Setelah selesai, mendiamkan 1 menit sampai terbentuk flok-flok
Selanjutnya untuk pengujian flokulasi, melakukan pengadukan dengan kecepatan
V.
DATA PENGAMATAN
Pengamatan Secara Fisik
Sampel
Volume Tawas
Sebelum
1%
2 ml
6 ml
10 ml
14 ml
Pengujian
Keruh
Keruh
Keruh
Keruh
1
2
3
4
Setelah Pengujian
Koagulasi
Flokulasi
Agak Keruh
Lebih Jernih
Sedikit Keruh
Lebih Jernih
Jernih
Lebih Jernih
Jernih
Lebih Jernih
Air Olahan
Volume
VI.
Sampel
Tawas
1
2
3
4
1%
2 ml
6 ml
10 ml
14 ml
PERHITUNGAN
Sebelum Pengujian
Kekeruhan
pH
(ppm)
7
10,816
7
10,816
7
10,816
7
10,816
Setelah Pengujian
Kekeruhan
pH
(ppm)
6
1,0543
6
0,4485
6
0,6669
6
0,3172
Volume
Sampel
500 ml
500 ml
500 ml
500 ml
Jawab
:
Turbidity = 83,2 ntu x
= 10, 816 ppm
Sampel 1
Diketahui
Jawab
:
Turbdity = 8,11 ntu x
= 1,0543 ppm
Sampel 2
Diketahui
Jawab
:
Turbidity = 3,45 ntu x
= 0,4485 ppm
Sampel 3
Diketahui
Jawab
:
Turbidity = 5,13 ntu x
= 0,6669 ppm
Sampel 4
Diketahui
Jawab
:
Turbidity = 2,44 ntu x
= 0,3172 ppm
VII.
ANALISA DATA
Percobaan yang dilakukan kali ini ialah mengenai penentuan kondisi
pengendapan optimum dari koagulasi-flokulasi. Tujuan dari percobaan ini ialah untuk
mengetahui dosis optimum dari koagulan. Koagulasi adalah peristiwa pembentukan
optimum pada air dengan koagulasi-flokulasi ialah pada sampel 4 dengan jumlah
tawas sebanyak 14 ml. Hal ini dibuktikan dengan nilai turbiditynya yang paling kecil,
karena semakin kecil nilai turbidity maka semakin jernih air tersebut.
VIII.
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Koagulan yang digunakan adalah tawas (alum) 1 %
2. Sampel air diambil dari air kolam penampungan yang berwarna kuning keruh
dengan nilai pH 7 dan turbidity 10,816 ppm.
3. Jumlah volume tawas yang digunakan:
Sampel 1 = 2 ml
Sampel 2 = 6 ml
Sampel 3 = 10 ml
Sampel 4 = 14 ml
4. Setelah dilakukan koagulasi, terlihat koloid berwarna kuning melayang di air dan
semakin lama semakin menyatu membentuk flok.
5. Setelah dilakukan flokulasi, terlihat flok-flok yang telah terbentuk menjadi
berukuran lebih besar lagi dan semakin lama semakin mengendap hingga
dihasilkan air yang jernih.
6. Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa kondisi optimum pada sampel air 500 ml
dengan koagulasi-flokulasi ialah sampel 4 dengan jumlah tawas sebanyak 14 ml.
Hal ini terbukti dengan nilai turbidity yang paling kecil yaitu 0,3172 ppm dan
dilihat dengan kasat mata lebih jernih daripada yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anzar, Erniati, 2015. Penuntun Praktikum Pengendalian Pencemaran. Palembang: Politeknik
Negeri Sriwijaya.
Hadiqah, Icha. 2014. Analisa Koagulasi dan Flokulasi. (online)
(http://ichakks.blogspot.com/2014/04/acara-2-analisa-koagulasi-dan-flokulasi.html,
diakses pada tanggal 07 Juni 2015)
LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM PENGENDALIAN PENCEMARAN
PENENTUAN KONDISI PENGENDAPAN OPTIMUM
DARI KOAGULASI-FLOKULASI
OLEH
Dimas Muhammad Furqon
(061340411644)
(061340411645)
Fitriyani
(061340411646)
Indah Yolanda
(061340411650)
(061340411656)
(061340411658)
(061340411659)
Kelas
: 4 EGB
Kelompok
: III
Instruktur