Anda di halaman 1dari 74

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

REAKSI TEKNIK KIMIA DAN KATALIS

OLEH :

Kelas : 3 KID

Dosen Pembimbing : Indah Purnamasari.,M.Eng

JURUSAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji syukur atas rahmat dan ridha Allah
swt, karena tanpa rahmat dan karunia-Nya, kita tidak dapat menyelesaikan
laporan tetap ini dengan baik dan selesai tepat waktu.

Shalawat teriring salam tak lupa kami curahkan kepada suri tauladan kita
Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan
hingga zaman terang benderang.

Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Indah Purnamsari.,
M. Eng. selaku dosen pengampu Praktikum Proses Teknik Reaksi Kimia &
Katalis yang membimbing kami dalam pengerjaan laporan tetap ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang turut membantu dalam
pembuatan laporan tetap ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan tetap ini masih jauh dari
kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang
kami miliki. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
ibu serta teman-teman untuk melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dari
laporan tetap ini. Akhirnya kami berharap semoga laporan tetap ini dapat
memberikan manfaat bagi seluruh pembaca.

Palembang, 4 Januari 2023

3 KID

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………..i

DAFTAR ISI…………………………………………………………ii

LAPORAN PRAKTIKUM :

A. PERSAMAAN ARRHENIUS & ENERGI AKTIVASI…..1


B. PENGARUH KATALIS PADA LAJU REAKSI…………12
C. KINETIKA REAKSI UNIMOLEKULER
IRREVERSIBLE……………………………………………22
D. KINETIKA REAKSI BIMOLEKULER
IRREVERSIBLE……………………………………………34
E. SINTESI KATALIS HETEROGEN BERBASIS BAHAN
ALAM (CaO / ZELOIT)……………………………………50
F. SINTESIS KATALIS BERBASIS KARBON AKTIF
TERIMPREGNASI NaOH…………………………………60

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………70

iii
PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI

A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menjelaskan hubungan kecepatan reaksi dengan suhu.
2. Menghitung energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan
Arrhenius.
B. DASAR TEORI
Energi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan oleh suatu
reaksi kimia agar dapat berlangsung. Energi akitivasi memiliki simbol Ea
dengan E menotasikan energi dan a yang ditulis subscribe menotasikan
aktivasi. Kata aktivasi memiliki makna bahwa reaksi kimia membutuhkan
energi untuk dapat berlangsung.Dalam reaksi endoterm, energi yang
diperlukan untuk memutuskan ikatan dan sebagainya disuplay dari luar
sistem.Pada reaksi eksoterm, yang membebaskan energi, ternyata juga
membutuhkan suplay energi dari luar untuk mengaktifkan reaksi tersebut
(Castellan GW.1982).
Istilah energi aktivasi (Ea) pertama kali di perkenalkan oleh svante
arrhenius dan dinyatakan dalam satuan kj/mol. Terkadang suatu reaksi
kimia membutuhkan energi aktivasi yang teramat sangat besar, maka dari
itu dibutuhkan suatu katalis agar reaksi dapat berlangsung dengan pasokan
energi yang lebih rendah. Jika terdapat suatu reaksi reaktan menjadi
produk , maka jika reaksi diatas berlangsung secara eksoterm. Persamaan
arrhenius mendefinisikan secara kuantitatif hubungan antara energi
aktivasi dengan konstanta laju reaksi, dimana A adalah faktor frekuensi
dari reaksi, R adalah konstanta universal gas, T adalah temperature dalam
kelvin, dan K adalah konstanta laju reaksi. Dari persamaan diatas dapat
diketahui bahwa Ea dipengaruhi oleh temperature (Atkins PW.1999).
Dalam kinetik, suatu reaksi berlangsung melalui beberapa
tahap.Diawali dengan tumbukan antar partikel reaktan. Setelah reaktan
bertumbukan, maka akanterjadi penyusunan ulang ikatan dalam senyawa

1
reaktan menjadi susunan ikatan yang berbeda (membentuk senyawa
produk) ( Castellan GW.1982).
Dalam penyusunan ini, akan ada pemutusan ikatan dan
pembentukan ikatan yang baru, yang membentuk sejumlah energi. Ketika
beberapa ikatan reaktan putus dan beberapa ikatan reaktan terbentuk,
tercapailah suatu keadaan dimana dalam sistem terdapat sejumlah reaktan
dan produk.Keadaan ini kita sebut sebagai transisi kompleks.Dalam
keadaan transisi komplek, memiliki campuran antara produk dan reaktan
yang cenderung kurang stabil, karena produk yang terbentuk dapat
membentuk kembali reaktan. Keadaan ini memiliki energi yang cukup
tinggi, karena sistem tidak stabil (Vogel.1994)
Proses untuk mencapai keadaan transisi komplek membutuhkan
energi yang disuplai dari luar sistem. Energi inilah yang disebut dengan
energi aktivasi.Pada reaksi endoterm atauoun eksoterm, keduanya
memiliki energi aktivasi yang positif, karena keadaan transisi kompleks
memiliki tingkat energi yang lebih tinggi dari reaktan.
Pada tahun 1889 Arrhenius mengusulkan sebuah persamaan
empirik yang menggambarkan pengaruh suhu terhadap konstanta laju
reaksi. Persamaan yang diusulkan adalah :
𝐸𝑎
K = Ae (𝑅𝑇 )

Dimana :
K = konstanta laju reaksi
A = faktor frekuensi
Ea = energi aktivasi
Persamaan tersebut dalam bentuk logaritma dapat ditulis :
𝐸𝑎
ln K = ln A − ( )
𝑅𝑇
𝐸𝑎 1
ln K = − 𝑅𝑇 ×𝑇 + ln 𝐴

Persamaan tersebut analog dengan persamaan garis lurus, yang


sering disimbolkan dengan y = mx + c , maka hubungan antara energi
aktivasi suhu dan lajureaksi dapat dianalisis dalam bentuk grafik ln K vs
1/T dengan gradien –(Ea/RT) dan intersep ln A. Jika suatu reaksi memiliki

2
reaktan dengan konsentrasi awal adalah a, dan pada konsentrasi waktu t
adalah a-x, maka dapat ditulis dalam persamaan:
𝑎
Kt = ln (𝑎−𝑥 )

Setelah reaksi berlangsung 1/n bagian dari sempurna, x = a/n dan


1 1
k = 𝑡 1/𝑛 ln (1−1/𝑛)

Beberapa faktor yang mempengaruhi energi aktivasi adalah sebagai


berikut:
1) Suhu
Fraksi molekul-molekul maupun untuk bereaksi dua kali lipat
dengan peningkatan suhu sebesar 10℃.Hal ini menyebabkan laju
reaksi berlipat ganda.
2) Faktor frekuensi
Dalam persamaan ini kurang lebih konstan untuk perubahan suhu
yang kecil. Perlu dilihat bagaimana perubahan energi dari fraksi
molekul sama atau lebih dari energi aktivasi.
3) Katalis
Katalis akan menyediakan rute agar reaksi berlangsung dengan
energi aktivasi yang lebih rendah. (Atkins PW.1999)

C. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


 Alat yang digunakan :
1) Labu ukur 50 ml, 100 ml 2,1 buah
2) Labu Erlenmeyer 2 buah
3) Gelas kimia 3 buah
4) Pipet ukur 10ml 2 buah
5) Bola karet 2 buah
6) Stopwatch 1 buah
7) Termometer 1 buah
8) Pipet tetes 1 buah
9) Spatula, pengaduk 1,1 buah
 Bahan yang digunakan :

3
1) KI 0,1 M
2) Na2S2O3 0,004 M L
3) Larutan thiosulfat 0,001 M
4) Larutan kanji (Amilum/amidon) 1%
5) Es batu
6) Aquadest

D. KESELAMATAN
Karena dalam percobaan ini hanya menggunakan alat yang cukup
sederhana dan bahan kimia yang relative encer, maka untuk menjaga
keselamatan pada waktu melakukan percobaan ini digunakan kaca mata
dan jas praktikum.Selain itu dalam bekerja di laboratorium harus teliti,
disiplin, dan tidak cerobo.Tetapi melakukan kegiatan sesuai dengan
ketentuan dan prosedur yang ada.

E. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Memipet larutan H2O2 sebanyak 0,15 ml ke dalam labu ukur 50 ml,
encerkan hingga tanda batas.
2. Menimbang zat KI sebanyak 1,66 gram, dilarutkan dalam labu ukuran
100 ml hingga tanda batas.
3. Menimbang zat Na2S2O3sebanyak 0,00071 gram, dilarutkan dalam
labu ukur 50 ml hingga tanda batas.
4. a. Memasukkan 5 ml H2O2 dan 5 ml Aquadest dalam tabung 1.
b. Memasukkan 1 ml Na2S2O3, 10 ml KI, 1 ml Amilum dalam tabungg
2.
5. Mengukur suhu tabung 1 dan 2 (18 – 25)ºC, jika sudah sama suhunya,
lalu dicampurkan.
6. Mengamati perubahan yang terjadi terhadap waktu (stopwatch).
7. Melakukan percobaan sebanyak 3x dengan suhu yang berbeda.
8. Melakukan perlakuan yang sama untuk suhu 18 – 25 ºC sebanyak 3
kali.

4
F. DATA PENGAMATAN

No. Suhu Awal (K) Suhu Rata- Waktu Perubahan


Tabung Tabung ƩT Akhir rata Reaksi
1 2 Tabung Campuran Suhu (s)
(K) (K)
1. 281 281 281 291,5 286,25 180 s Keruh, terdapat
endapan ungu &
adanya gelembung gas.

2. 292 292 292 293 292,5 46 s Keruh, terdapat


endapan ungu &
adanya gelembung gas.

3. 298,5 298,5 298,5 298 298,25 43 s Keruh, terdapat


endapan ungu &
adanya gelembung gas.

G. PERHITUNGAN
1) Pembuatan Larutan
 H2O2 0,04 M 50 ml
𝜌 𝑥 % 𝑥 1000
M H2O2 = 𝐵𝑀
1,45 𝑔𝑟/𝑐𝑚³ 𝑥 0,3 𝑥 1000
= 34

M1 = 12,79 M
V1 . M1 = V2 . M2
𝑉2 .𝑀2
V1 = 𝑀1
50 𝑚𝑙 .0,04 𝑀
= 12,79 𝑀

= 0,15 ml

 KI 0,1 M 10 ml

5
𝑀 𝑥 𝐵𝑀
gr KI = 𝑉
0,1 𝑥 1,66
= 10

= 1,66 gr

 Na2S2O3 0,001 M 50 ml
𝑔𝑟 1000
M Na2S2O3 = 𝐵𝑀 x 𝑉
𝑔𝑟 1000
0,001 = 142,04 x 50
20
0,001 = 142,04 𝑔𝑟

0,001 = 0,1408 gr
0,001
gr = 0,1408

= 0,0071 gram

𝑀 𝑥 𝑚𝑙 0,04 𝑥 5
 [H2O2] awal= 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = = 0,0091
22
0,04
 [H2O2] akhir= 2 𝑥 22= 9,09 x 10‫־‬4 M

2) Menghitung nilai K
[𝐻2𝑂2]𝑏𝑒𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖
K= [𝐻2𝑂2]𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑥 𝑡

a. t = 180 s
9,09 𝑥 10−4
K= = 0,000554
0,0091 𝑥 180

b. t = 46 s
9,09 𝑥 10−4
K = = 0,0091 𝑥 46 = 0,002171

c. t = 43 s
9,09 𝑥 10−4
K = = 0,0091 𝑥 43 = 0,002323

3) Menghitung nilai 1/T


a. T = 286,25 ̊ K
1 1
= = 0,00349
𝑇 286,25

6
b. T = 292,5 ̊ K
1 1
= = 0,00341
𝑇 292,5
c. T = 298,25 ̊ K
1 1
= = 0,00335
𝑇 298,25

4) Perhitungan Ea
Dari kurva diperoleh persamaan y = -10199x + 28,281
R² = 00,784
m = - 10199
− 𝐸𝑎 1
ln K = x 𝑇 + ln A
𝑅𝑇

maka m = - Ea / R
Ea = - (mx R) = - (- 10199 x 8,314) = 84794,486 J/mol = 84,794486
KJ/mol
B = intersep = ln A = 28,281

No. Rata-rata Suhu 1/T K ln K


(K)
1. 286,25 0,00349 0,000554 -7,498
2. 292,5 0,00341 0,002323 -6,064
3. 298,25 0,00335 0,002171 -6,132

 Diagram 1/T VS ln K

7
Diagram 1/T Terhadap ln K
0
0.00334 0.00336 0.00338 0.0034 0.00342 0.00344 0.00346 0.00348 0.0035
-1

-2

-3

-4

-5

-6 y = -10199x + 28.281
R² = 0.784
-7

-8

1/T ln K
0.00349 -7.498
0.00341 -6.064
0.00335 -6.132

8
H. ANALISA DATA

Energi aktivasi dapat ditentukan dengan mengolah data dari grafik


hubungan 1/T dan ln K berdasarkan persamaan Arrhenius yang didapat
dari dasar teori. Maka praktikan dapat dilakukan percobaan berulang
dengan mengukur ln K reaksi dari temperatur yang bervariasi untuk
memperoleh data yang akan diolah dalam persamaan tersebut.
Pada percobaan yang kami lakukan dari hasil pengamatan yang
kami dapat perubahan yang terjadi yaitu airnya keruh, terdapat endapan
ungu & adanya gelembung gas. Pembentukan endapan yang terjadi akan
semakin cepat apabila reaksi berlangsung pada temperatur yang lebih
tinggi. Pada temperatur yang lebih tinggi , ion-ion pereaksi akan memiliki
energi kinetik yang lebih besar. Berdasarkan teori tumbukan, energi
kinetik yang lebih besar akan membuat tumbukan antar partikel akan
menjadi lebih sering, sehingga akan lebih cepat berlangsung.
Dari hasil pengamatan, dapat diketahui pada suhu tinggi endapan
warna ungu lebih cepat terlihat daripada suhu rendah. Dapat dikatakan
bahwa semakin tinggi suhunya maka reaksi akan berjalan semakin cepat.
Selain untuk menunjukkan kebergantungan laju reaksi terhadap suhu,
percobaan ini juga dilakukan untuk menentukan energy aktivasi (Ea) yang
dibutuhkan untuk reaksi dengan persamaan Arrhenius serta semakin tinggi
suhu maka waktu yang diperlukan untuk bereaksi semakin cepat.
Terlihat dari hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh energi kinetik
partikel yang mengalami penambahan karena variasi kenaikan temperatur
reaksi, inilah energi yang diberikan dari luar sistem untuk mencapai
kondisi transisi. Pada percoban yang dilakukan, didapat nilai Ea sebesar
116,52071 KJ/mol dan nilai ln A yaitu 41,044.
I. KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Peningkatan suhu pada rentang 18 – 25 C
̊ ternyata mempercepat
laju reaksi. Semakin tinggi temperatur, laju reaksi semakin tinggi.

9
2. Energi aktivasi (Ea) reaksi sebesar 116,52071 KJ/mol, dengan
intercept 41,044.
3. Temperatur berpengaruh pada laju reaksi, jika suhu semakin tinggi
maka laju reaksi akansemakin cepat. Hal ini dibuktikan dengan
dihasilkannya harga K yang lebih besar pada suhu yang lebih
tinggi.

10
LAMPIRAN

GAMBAR ALAT

Labu Ukur Erlenmeyer Gelas Kimia

Pipet Ukur Bola Karet Stopwatch

Termometer Pipet Tetes Spatula

Batang Pengaduk

11
PENENTUAN KATALISATOR

A. TUJUAN
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh katalisator
terhadap laju reaksi.
B. DASAR TEORI
 Laju Reaksi
Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi zat (pengurangan
pereaksi atau penambahan produk) persatuan waktu.laju
menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses
berlangsung. Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang
terjadi dalam satu satuan waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari
atau tahun.pada umumnya laju reaksi, akan berhubungan dengan
konsentrasi. Tetapi perlu diperhatikan bahwa beberapa reaksi
memiliki kelajuan yang tidak bergantung pada konsentrasi
reaksi.Hal ini disebut sebagai reaksi orde nol.
Laju reaksi dinyatakan sebagai laju berlangsungnya
pereaksi atau laju terbentuknya produk.Laju reaksi didefinisikan
sebagai perubahan konsentrasi reaktan atau produk tiap satuan
waktu (Bird, 1987).Laju reaksi pada reaksi sederhana berbanding
luas dengan hasil kali konsentrasi.Konsentrasi reaktan yang
dipangkatkan koefisien reaksinya, sehingga dapat lebih mudah
dihitung secara sistematis. Tetapi untuk beberapa reaksi kompleks
akan sangat sulit ditentukan orde reaksinya. Orde reaksi adalah
banyaknya faktor konsentrasi zat pereaksi yang mempengaruhi
kecepatan reaksi.Penentuan orde reaksi tidak dapat diturunkan dari
persamaan reaksi tetapi hanya dapat ditentukan berdassarkan
percobaan (Sunarya, 2004).
 Faktor – faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Menurut teori tumbukan, reaksi akan berlangsung jika
terjadi tumbukan-tumbukan antar partikel. Makin banyak terjadi
tumbuka, maka reaksi akan berlangsung lebih cepat. Namun tidak
semua tumbukan dapat menghasilkan reaksi, hanya partikel-

12
partikel yang mempunyai energy cukup dan posisi yang baik yang
dapat mempengaruhi laju reaksi, yaitu:
a. Pengaruh Konsentrasi
Pengaruh konsentrasi terhadap kecepatan reaksi
dapat diterangkan melalui pendekatan teori
tumbukan.Semakin besar konsentrasi zat yang terlibat
dalam suatu reaksi berarti semakin banyak partikel atau
molekul yang bertumbukan.Akibatnya, jumlah tumbukan
persatuan luas, persatuan waktu juga mengalami kenaikan.
Dengan kata lain, pada keadaan seperti itu, kecepatan reaksi
bertambah cepat.
b. Pengaruh Suhu
Hampir semua reaksi menjadi cepat bila suhu
dinaikkan, karena kalor (panas) yang diberikan akan
menambah energy kinetic partikel pereaksi. Akibatnya,
jumlah dan energy tumbukan bertambah besar. Dengan kata
lain, suhu semakin tinggi maka energy kinetic zat akan naik
dan gerakan partikel semakin caoet akan mengakibatkan
kemungkinan terjadinya tumbukan sehingga laju reaksi
meningkat.
c. Pengaruh Katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempengaruhi
kecepatan reaksi dan setelah reaksi selesai zat tersebut akan
terbentuk kembali. Katalis dapat memperkecil enegi
aktivasi, sehingga banyak partikel yang mempunyai energy
kinetic di atas energy aktivasi, maka akan semakin cepat
reaksi berlangsung. Energy aktivasi adalah energy minimal
yang harus dimiliki partikel-partikel agar tumbukannya
menghasilkan reaksi.
Katalis dapat dibagi berdasarkan dua tipe dasar,
yaitu reaksi heterogen dan homogeny.Di dalam reaksi
heterogen, katalis berada dalam fase yang berbeda dengan

13
reaktan. Sedangkan pada reaksi homogeny, katalis berrada
dalam fase yang sama dengan reaksi.
d. Pengaruh Luas Permukaan
Luas permukaan, ukuran materi atau luas
permukaan sentuh sangat mempengaruhi kecepatan
reaksi.Semakin besar luas permukaan, maka semakin
banyak pula partikel yang salingg bertumbukan.
e. Sifat Zat yang Bereaksi
Reaksi antara senyawa ion umumnyaberlangsung
cepat dan reaksi antara senyawa kovalen umumnya
berlangsung lambat.

 Pengaruh Katalisator Terhadap Laju Reaksi


Katalis didefinisikan sebagai suatu zat yang mempercepat
laju reaksi namun katalis tersebut tidak mengalami perubahan
kimia.Katalis tidak ditulis pada persamaan reaksi stoikiometri dan
konsentrasinya dalam campuran reaksi tidak berubah. Hal ini
hanya mungkin jika pada suatu tahap reaksi yang katalisnya ikut
bereaksi dan tahap yang lain itu dihasilkan kembali. Oleh karena
itu katalis tidak terdapat dalam persamaan reaksi, dan
konsentrasinya pun ridak terdapat dalam ungkapan
kesetimbangan.Dengan demikian katalis tidak mempengaruhi
kedudukan kesetimbangan reaksi. Secara umum katalis akan
menurunkan besarnya energy pengaktifan.
Berdasarkan jumlah fasa yang terlibat, proses katalitik
dapat dibedakan menjadi katalisator homogeny dan katalisator
heterigen. Katalisator homogeny jika katalisator yang digunakan
berfasa sama denga fasa zat pereaksi. Dan disebut katalisator
heterogen bila reaksi dikatalis oleh katalisator yang banyak
digunakan adalah katalisator asam-basa dan katalisator biologis
(enzim) dalam reaksi enzimatik.Sedangkan katalisator heterogen
banyak digunakan pada reaksi-reaksi permukaan seperti adsorpsi,

14
atau penggunaan logam sebagai katalisator. Contoh reaksi yang
menggunakan katalisator homogeny adalah reaksi KMnO4 dan
asam oksalat dalam suasana basa yang dikatalis oleh ion Mn2+,
persamaan reaksi ionya adalah
2MnO4- + 16H+ + 5C2O4 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
Karena dalam reaksi tersebut dihasilkan juga ion Mn2+,
dalam reaksi ini ion Mn2+ merupakan katalisator dan reaksi ini
disebut sebagai otokatalis.
Laju reaksi menggunakan katalisator bergantung pada
aktivitas katalitiknya, makin tinggi aktivasi katalitiknya, maka laju
reaksinya makin cepat. Ada lima jenis aktivitas katalitik yang
dikenal, yaitu:
a. Aktivitasnya bergantung pada konsentrasi dan luas
permukaan katalisator.
b. Aktivitasnya hanya spesifik untuk katalisator tertentu.
c. Aktivitasnya bergantung pada bentuk geometri atau
orientasi permukaan katalisator.
d. Aktivitasnya memerlukan promoter tertentu, promoter
adalah zat yang berfungsi uu=ntuk mengaktifkan kerja
katalitik dari katalisator.
e. Aktivitasnya berlangsung baik jika tidak ada inhibitor,
inhibitor adalah zat yang menghambat kerja katalisator.
Logam –logam transisi periode pertama dari V sampai Zn
umumnya merupakan katalisator bagi reaksi kimia.

C. ALAT DAN BAHAN


 Alat
1) Labu Erlenmeyer 1 buah
2) Batang Pengaduk 1 buah
3) Spatula, Pipet Tetes 1 buah, 1 buah
4) Pipet Ukur, Bola Karet 1 buah, 1 buah
5) Kaca Arloji 1 buah

15
6) Hot Plate 1 buah
7) Gelas Kimia 1 buah
8) Termometer 1 buah

 Bahan
1) Kalium Tartrat (C4H5KO6)
2) H2O2 10%
3) Kobalt Nitrat (CO(NO3)2)
4) Aquades

D. LANGKAH KERJA
1. Menimbang Kalium Tartrat sebanyak 24,25 gram, lalu dilarutkan
dalam 25 ml aquadest, ke dalam gelas kimia.
2. Memanaskan larutan Kalium Tartrat diatas hot plate hingga suhu
mencapai 70ºC. Lalu mencatat reaksinya.
3. Mengencerkan larutan H2O2 10% yang dipipet sebanyak 3,3 ml ke
dalam labu Erlenmeyer dan diencerkan dengan aquadest sebanyak
6,7 ml.
4. Mencampurkan larutan H2O2 10% dengan larutan Kalium Tartrat
yang suhunya konstan 70ºC. dan mencatat reaksinya.
5. Memipet larutan kobalt 2 ml, lalu dicampurkan ke dalam larutan
campuran Kalium Tartrat dan larutan H2O2 10% dengan suhu
konstan 70ºC. dan mencatat reaksinya.

E. DATA PENGAMATAN

No. Kalium Tartrat Pengamatan

1.  Dipanaskan
dengan suhu 70̊̊̊̊C

16
 Terdapat endapan berwarna putih dan adanya
gelembung gas atau udara.

2.  Menambahkan
10 ml H2O2

 Terdapat endapan berwarna putih yang


menggumpal naik kepertmukaan dan adanya
gelembung gas atau udara.
3.  Menambahkan
Kobalt 2 ml

 Terdapat endapan berwarna putih, adanya


gelembung gas atau udara dan terjadinya

17
perubahan warna kobalt dari berwarna orange
kemerahan menjadi warna merah muda.

F. PERHITUNGAN
 Gram Kalium Tartrat (C4H5KO6)
M C4H5KO6 =ρ×V
= 1,94 g/ml × 25 ml
= 48,5 gram
48,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
M C4H5KO6 =
2

= 24,25 gram C4H5 KO6


 Melarutkan H2O2 10%

M1 . V1 = M2 . V2

30 .V1 = 10 . 10

V1 = 3,3 ml

18
G. ANALISA DATA
Laju reaksi menyatakan seberapa capat atau seberapa lambat suatu
proses berlangsung. Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang
terjadi dalam satu satuan waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari atau
tahun.Banyak faktor yang mempengaruhi laju suatu reaksi. Pengetahuan
tentang faktor-faktor ini akan berguna dalam mengatur laju suatu reaksi.
Hal ini sangat penting terutama untuk mengontrol proses-proses kimia
dalam industry. Tentunya proses kimia yang berlangsung sangat lambat
tidak ekonomis. Pengontrolan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi kimia akan dapat meningkatkan nilai ekonomis. Faktor-faktor
yang mempengaruhi laju reaksi yang meliputi konsentrasi pereaksi, luas
permukaan pereaksi, temperature reaksi dan penggunaan katalisator dalam
reaksi kimia.
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh katalis
terhadap laju reaksi.Katalis didefinisikan sebagai zat yang mempercepat
laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa diubah atau dikonsumsi oleh
reaksi itu sendiri.Katalis berperan dalam reaksi tetapi tidak sebagai reaktan
atau produk.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa pada langkah pertama yaitu
pemanasan kalium tartrat pada suhu 70℃ hanya terjadi endapan dan
terdapat gelembung gas yang sedikit.Lalu selanjutnya ditambahkan H2O2
sehingga terjadi reaksi dimana endapan putih menjadi gumpalan yang naik
ke permukaan diikuti dengan gelembung gas yang semakin banyak.Namun
pada saat menambahkan larutan kobalt terjadilah reaksi dimana larutan
berubah warna dari orange kemerahan menjadi merah muda dengan
gumpalan endapan di permukaan juga gelembung gas.
Penambahan katalis pada percobaan dapat mempercepat laju reaksi
tetapi zat tersebut tidak mengalami perubahan yang kekal atau tidak ikut
bereaksi. Reaksi mendidih akibat dari tercapainya kesetimbangan itu
merupakan proses eksoterm suhu yang menjadi naik dan sebaliknya.

19
Karena katalis hanya mampu mempercepat reaksi artinya katalis
bukan berfungsi mengubah zat yang tidak bereaksi menjadi bereaksi,
melainkan mengubah zat yang bereaksi lambat menjadi bereaksi cepat.
Perubahan setelah reaksi berlangsung hal yang bisa dijadikan
indikator berlangsungnya reaksi adalah adanya gelembung gas.
H. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatlah kesimpulan bahwa
laju raksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
katalisator.
Penambahan katalis mengakibatkan terbentuknya tahap-tahap
reaksi tambahan yang memberikan jalan lain dengan energy aktivasi (Ea)
lebih rendah. Energy aktivasi yaitu energy minimal yang harus dimiliki
atau diberikan kepada patikel agar tumbukannya menghasilkan
reaksi.Tahap-tahap reaksi tambahan berupa tahap pengikatan katalis dan
tahap pelepasan katalis pada akhir reaksi.Katalis bersifat spesifik, yaitu
hanya dapat berfungsi untuk suatu reaksi tertentu.Dan percobaan ini yang
bertindak sebagai katalis adalah kobalt.

20
LAMPIRAN

GAMBAR ALAT

Erlenmeyer Batang Pengaduk Spatula

Pipet Tetes Kaca Arloji Gelas Kimia

Termometer Bola Karet Pipet Ukur

Hot Plate Labu Ukur Botol Aquadest

21
KINETIKA REAKSI UNIMOLEKULER IRREVERSIBLE

A. TUJUAN
Mengetahui cara menentukan konstanta kecepatan reaksi
unimolekuler irreversible.
B. DASAR TEORI

Persamaan kecepatan reaksi dapat di peroleh secara teoritis maupun


secara empirik yaitu dengan cara fiting kurva data eksperimen. Penentuan
persamaan kecepatan reaksi biasanya melalui dua langkah yaitu pertama
dengan memperhatikan pengaruh konsentrasi terhadap kecepatan reaksi
pada temperature konstan dan kedua pengaruh temperature terhadap
konstanta kecepatan reaksi. Kedua langkah ini digabungkan sehingga akan
menghasilkan persamaan kecepatan reaksiyanglengkap.
Peralatan yang digunakan untuk memperoleh informas empiris
adalah eaktor.Reaktor dibagi menjadi dua jenis yaitu reaktor batch dan
reaktor alir.Reaktor batch merupakan wadah yang berisi reaktan dan
produk yang selamaterjadinya proses reaksi kedua komponen tersebut
tetap berada didalamnya. Untuk mendapatkan data yang diperlukan untuk
mencari persamaan kecepatan reaksi,reaksi dilakukan dengan jangka
waktu yang berbeda-beda. Proses reaksi dapat diikuti dengan berbagai
carayaitu:
- Diikuti perubahan konsentrasi komponen tertentu.

- Diikuti perubaha beberapa property fisik fluida seperti konduktivitas


listrik atau indeks refraktif.
- Diikuti perubahantekanan total pada sistem volume konstan.

- Diikuti perubahan volume pada sistem tekanan konstan.


Eksperimen pada reaktor batch biasanya dilakukan pada kondisi
isotherma dan volume konstan karena akan mudah untuk
menginterpretasikan hasilnya.Reaktor ini merupakan peralatan yang
relative sederhana dan mudah diadaptasi pada skala laboratorium serta
tidak memerlukan banyak peralatan pendukung.

22
Reaktor alir biasanya digunakan untuk mempelajari kinetika reaksi
heterogen. Dengan reaktor ini reaksi yang sulit diikuti, reaksi dengan
produk yangbervariasi, reaksi sangat cepat dan reaksi phase gas mungkin
akan lebih mudahdilakukan.
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk analisa data
eksperimen.Metode integral dan metode diferensial.Metode integral
mudah digunakan dan direkomendasikan untuk digunakan untuk mengetes
mekanisme yang spesifik atauekspresi kecepatan reaksi yang relatif
sederhana.Metode ini dapat pula digunakan bila data sangat menyebar
sehingga hasil derivatifnya kurang bisa dipercaya.Metode differensial
akan sangat berguna pada situasi yang lebih rumit tetapi memerlukan data
yang lebih banyak dan akurat. Metode integral hanya dapat digunakan
untuk mengetes mekanisme atau bentuk persamaan reaksi tertentu.Sedang
metode deferensial dapat digunakan untuk membuat persamaan reaksi
dengan fittingdaridata.
Reaktor Batch Volume Konstan

Sistem ini sering juga disebut dengan sistem reaksi densitas


konstan. Padavolume konstan,persamaan kecepatanreaksi komponen
iadalah
𝑁𝑖
1 𝑑𝑁𝑖 𝑑( ) 𝑑𝐶𝑖
𝑉
ri = = =
𝑉 𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡

atau untuk gas ideal

1 𝑑𝑃𝑖
ri= 𝑅𝑇 𝑑𝑡

Analisa Data dengan Metode Integral

Pada metode integral, persamaan kecepatan reaksi tertentu


diintegrasikan kemudian diprediksi kurva C vs t dan dibandingkan dengan
data eksperimen. Bila hasil fitting kurang memuaskan maka persamaan
kecepatan reaksi yang lain dicoba dan dites.

23
Prosedur analisa data dengan metode integral ini adalah

1. Pada sistem konstan volume,persamaan kecepatan reaksi penghilangan


reaktan A akan mengikuti bentuk:

𝑑𝐶𝐴
-r = - 𝑑𝑡 = f (k,C) 3

Atau pada kasus yang lebih terbatas dapat dituliskan sebagai

𝑑𝐶𝐴
-r = - 𝑑𝑡 = kf (C) 4

2. Persamaan(4)disusunulangmenjadi
𝑑𝐶𝐴
- = kdt 5
𝑓(𝐶)

Kemudian diintegrasikan menjadi


𝐶𝐴 𝑑𝐶𝐴 𝑡
-∫𝐴𝑜 = 𝐾 ∫0 𝑑𝑡 = kt 6
𝑓(𝐶𝐴)

3. Fungsi konsentrasi proporsional dengan waktu dan diplot sehingga


menghasilkan garis lurus dengan slope k untuk persamaan kecepatan
reaksiyangdiuji.

4. Dari eksperimen tentukan nilai integrasi dari persamaan (5)dan plot.

5. Cek apakah data-data ini fit bagus dengan mekanisme yang diujikan.
Bila tidak coba mekanisme lain.

Berikut dua persamaan yang bisa digunakan pada metode integral

Reaksi Orde Pertama

Perhatikan reaksi berikut

A produk

Persamaan kecepatan reaksinya

𝑑𝐶𝐴
-rA = - 𝑑𝑡 = 𝑘CA 7

Dikelompokkan dan diintegrasikan menjadi


𝐶𝐴 𝑑𝐶𝐴 𝑡
-∫𝐶𝐴𝑜 = K∫0 𝑑𝑡 8
𝑑𝑡

24
Hasil integrasinya adalah

𝐶𝐴
-ln𝐶𝐴0 = 𝑘𝑡 9

Bila digunakan ukuran konversi maka persamaannya akan menjadi:

-ln (1-XA) = kt

𝑁𝐴 𝑁𝐴0 (1−𝑋𝐴)
CA = = = CA0 (1 – XA) 10
𝑉 𝑉

Sehingga

-dCA = CA0dXA 11

Persamaan kecepatan reaksi dan persamaan (7) menjadi

𝑑𝑋𝐴
=k (1 – XA) 12
𝑑𝑡

Disusun ulang dan diintegrasikan


𝑋𝐴 𝑑𝑋𝐴 𝑡
∫0 = 𝐾 ∫0 𝑑𝑡 13
1−𝑋𝐴

Hasil integrasi

14

Untuk menguji data eksperimen apakah sesuai dengan orde satu ini
atau tidakdilakukan dengan cara memplot ln(C A/CA0) atau ln(1-XA) lawan t.
Grafik yangdiperoleh adalahgarislurus dengan slope sebagaik.

Reaksi orde kedua

Perhatikan reaksi

2A  Produk Persamaan

Kecepatan reaksinya adalah

𝑑𝐶𝐴
-rA =− − 𝑘𝐶𝐴2 = 𝑘𝐶𝐴0
2 (
1 − 𝑋𝐴)2 15
𝑑𝑡

Setelah disusun ulang dan diintegralkan akan menghasilkan

CA1 – CA01 = 1 XA CA0 1 – XA = kt 16

25
Untuk mengecek ajakan data kinetika sesuai dengan orde dua atau tidak
maka diplot antara 1/CAatau XA/(1-XA) lawan t. Bila diplot antara
1/CAlawan t makaslopenya merupakan k dan bila diplot antara X A/(1-XA)
lawan t maka slopenyaadalah C A0k.

Analisa Data dengan Metode Differensial

Analisa dengan metode differensial dapat dilakukan dengan langkah-


langkah:

1. Hipotesakan sebuah mekanisme reaksi dan turunkan persamaan


kecepatan reaksinya:

𝑑𝐶𝐴
-rA = − = 𝑓(𝑘, 𝐶) 17
𝑑𝑡

Atau

𝑑𝐶𝐴
-rA = − = 𝑓(𝐶) 18
𝑑𝑡

2. Data konsentrasi lawan waktu dari eksperimen diplotkan.

3. Gambar kurva halus dari data ini.

4. Tentukan slope dari konsentrasi tertentu yang dipilih.

5. Evaluasif(C)untuk tiap komposisi/konsentrasi.

6. Plot–(dCA/dt) lawan f(C) dan bila diperoleh garis lurus berarti


kecepatan reaksi konsisten dengan data eksperimen. Slope yang
diperoleh adalah k-nya.Bila garis lurus tidak diperoleh maka coba
mekanisme yanglain.

26
Metode ini dapat pula dilakukan dengan langkah-langkah

1. Asumsikan reaksi mengikuti persamaan

-rA = K.CAn 19

Kedua ruas di-ln-kan sehingga


Ln (-rA) = ln K + n ln CA 20
2. Data konsentrasi lawan waktu dari eksperimen diplotkan.

3. Gambar kurva halus dari data ini.

4. Tentukan slope dari konsentrasi tertentu yang dipilih dan ini


merupakanr A-nya.

5. Plot ln(-rA) lawan lnCA, slope-nya sebagai orde reaksi dan intercept-
nya sebagai ln k.
Reaksi Dekomposisi thermal urea

Telah lama diketahui bahwa bila urea didekomposisi secara


thermal akan menjadi asam cyanuric.Tetapi sebenarnya dekomposisi
urea karena thermal adalah kompleks dan tiap range temperature
dekomposisi mempunyai produk sendiri-sendiri.Secara umum, reaksi
dekomposisi urea dapat dituliskan sebagai:
H2N–CO–NH2(m)→gas

Padaeksperimen kali ini akan dicari konstanta kinetika reaksi


dekomposisi urea.

27
C. BAHAN
Urea
D. ALAT
1. Erlenmeyer
2. Statif
3. Labu leher tiga
4. Thermometer
5. Timbangan digital

E. CARA KERJA
1. Memanaskan labu leher 3 sampai temperature 160ºC
2. Menimbang 10 gr Urea (catat sebagai Wo) dan masukkan dalam labu
leher 3. Waktu pemasukan catat sebagai to.
3. Sedang berat urea dan labu leher 3 dicatat sebagai awal totalnya.
4. Tiap 5 menit catat total perubahan berat labu leher 3 beserta ureanya.
5. Lakukan sampai urea didalam labu habis.

F. DATA PENGAMATAN
1. Berat Erlenmeyer kosong = 123,3 gram
2. Berat Awal Urea (W0) = 10 gram
3. Temperature = 110℃

No. Waktu (menit) Berat urea + Erlenmeyer Berat urea (gr)


1. 0 133,3 gram 10 gram
2. 5 132,0 gram 8,7 gram
3. 10 131,6 gram 8,3 gram
4. 15 131,5 gram 8,2 gram
5. 20 131,26 gram 7,96 gram

G. DATA PENGAMATAN
𝒈𝒓
1. Mol = (𝑩𝑴)

28
10 𝑔𝑟
- Mto = 60,06 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 = 0,166500167 𝑚𝑜𝑙 (CA0)
8,7𝑔𝑟
- Mt1 = 60,06 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 = 0,144855144 𝑚𝑜𝑙 (CA1)
8,3𝑔𝑟
- Mt2 = 60,06 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 = 0,138195138 𝑚𝑜𝑙 (CA2)
8,2 𝑔𝑟
- Mt3 = 60,06 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 = 0,136530136 𝑚𝑜𝑙 (CA3)
7,96 𝑔𝑟
- Mt4 = 60,06 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 = 0,132534132 𝑚𝑜𝑙 (CA4)

2. Mencari nilai K dari orde reaksi 1


ln 𝐶𝐴1 ln 0,1448
− − 11,6037
𝐶𝐴0 0,1665
- K1 = = = = 2,3207 menit-1
𝑡 5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 5
ln 𝐶𝐴2 ln 0,1381
− − 11,8864
𝐶𝐴0 0,1665
- K2 = = = = 1,1886 menit-1
𝑡 10 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 10
ln 𝐶𝐴3 ln 0,1365
− − 11,9592
𝐶𝐴0 0,1665
- K3 = = = = 0,7972 menit-1
𝑡 15 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 15
ln 𝐶𝐴4 ln 0,1325
− − 12,1376
𝐶𝐴0 0,1665
- K4 = = = = 0,6068 menit-1
𝑡 20 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 20

3. Orde 1
-Ra1 = K1 × Ca1
= 2,3207 menit -1 × 0,1448
= 0,3360 menit -1

-rA2 = K2 × Ca2
= 1,1886 menit -1 × 0,1381
= 0,1641 menit -1

-rA3 = K3 × Ca3
= 0,7972 menit -1 × 0,1365
= 0,1088 menit -1

-rA4 = K4 × Ca4
= 0,6068 menit -1 × 0,1325

29
= 0,0804 menit -1

4. Grafik Mol Urea VS Waktu Reaksi

Grafik Mol Urea VS Waktu Reaksi


0.18 y = -0.0015x + 0.1589
0.16 R² = 0.7978
0.14
0.12
Mol Urea

0.1
0.08 Mol Urea
0.06
Linear (Mol Urea)
0.04
0.02
0
0 5 10 15 20 25
Waktu

Waktu Mol Urea


0 0.1665
5 0.1448
10 0.1381
15 0.1365
20 0.1325

30
H. ANALISA DATA

Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan tentang


kinetika reaksi unimolekuler irreversible. Praktikum ini bertujuan untuk
menentukan konstanta kecepatan reaksi, yaitu dengan mendekomposisikan
urea dengan cara dipanaskan dalam labu pemanas. Pada saat terjadi
pendekomposisian urea, urea akan membentuk gas:
CH4N2O  CO + 2H2 +N2

Poses ini dilakukan secara berkala (4 kali), dengan rentang waktu


5-20 menit.Suhu yang digunakan dalam pemanasan urea adalah 110℃.
Sesuai dengan koefisien dan urea maka kami menebak bahwa konstanta
kecepatan reaksi dapat diselesaikan menggunakan laju reaksi orde 1, yang
ln 𝐶𝐴

𝐶𝐴0
dimana nilai K ditentukan dengan perbandingan anatara ( ). Dengan
𝑡

memperhatikan pengaruh konsentrasi terhadap kecepatan reaksi pada


temperature konstan.

Pendekomposisian yang terjadi pada urea ini menyebabkan


berkurangnya massa pada urea tersebut. Dalam per- 5 menit, tidak banyak
urea yang menguap yaitu hanya direntang 0,1 sampai 1,3 gram saja. Maka
hal ini juga dapat mempengaruhi jumlah mol yang terdapat pada urea sisa.

Dapat ditentukan penurunan mol terjadi yang mula-mulanya


0,1665 mol, pada saat terakhir pendekomposisian yaitu dimenit ke-20
terjadi penurunan sebanyak 0,034 mol, hal ini dapat dibuat ke dalam grafik
perbandingan antara mol urea dengan waktu, yang dimana semakin lama
waktu yang dilakukan, maka semakin banyak pula penurunan mol yang
terjadi. Tidak hanya itu, pengaruh suhu juga, karena kami menggunakan
suhu di 110 ℃ sedangkan titik lebur dari urea adalah 133˚C, maka wajar
jika urea yang teruapkan tidak banyak per 5 menit. Dan untuk masing-
masing nilai K-nya adalah K1 = 2,3027 menit -1, K2 = 1,1886menit -1, K3 =
0,7972 menit -1, dan K4 = 0,6068 menit -1.

31
I. KESIMPULAN
Dari percabaan yang telah dilakukan didapatlah hasil dari percobaan
berikut:
- Nilai K dan Orde 1
1) K1 = 2,3207 menit -1
2) K2 = 1,1886 menit -1
3) K3 = 0,7972 menit -1
4) K4 = 0,6068 menit -1
- Nilai rA orde 1
1) rA1 = 0,3360 menit -1
2) rA2 = 0,1641 menit -1
3) rA3 = 0,1088 menit -1
4) rA4 = 0,0804 menit -1

32
LAMPIRAN

GAMBAR ALAT

Erlenmeyer Labu Leher Tiga Statif

Termometer Hot Plate

33
KINETIKA REAKSI BIMOLEKULER IRREVERSIBLE

A. TUJUAN PERCOBAAN
Mengetahui cara menentukan kinetika reaksi bimolekuler irreversibel.
B. DASAR TEORI
Perhatikan reaksi
A + B Produk
Persamaan kecepatan reaksi
−dCA −dCB
-rA= = = kCACB
dt dt

1
Jumlah A dan B yang bereaksi pada waktu t akan sama yaitu CA0XA =
CB0XBsehinggapersamaan diatas ditulis ulang menjadi
dXA
-rA= CAO =k (CAO-CAOXA)(CBO-CAOXA)
dt

Bila MB =CBO/CAO adalah rasio molar reaktan mula-mula, maka

𝑑𝑋𝐴
-rA = CAO = KC²(1-XAO)(M-XB)
𝑑𝑡

3
Disusun ulang dan diintegrasikan
𝑋𝐴 𝑑𝑋 𝐴 𝑡
∫0 (1−𝑋𝐴)(𝑀𝐵−𝑋𝐴)
= CAOK ∫0 𝑑𝑡

Diselesaikan menjadi
𝑙𝑛 1−𝑋𝐵 ln 𝑀𝐵−𝑋𝐴 ln 𝐶𝐵 𝐶𝐴𝑂 ln 𝐶𝐵
= = =
1−𝑋𝐴 𝑀𝐵(1−𝑋𝐴) 𝐶𝐵𝑂 𝐶𝐴 𝑀𝐶𝐴

= CAO (MB – 1) Kt = (CBO – CAO) Kt, MB ≠1


5

𝑀𝐵−𝑋𝐴
Untuk mengujinya diplotkan antara ln (CB/CA) atau ln atau ln
𝑀𝐵 (1−𝑋𝐴)
𝐶𝐵 𝐶𝐴𝑂
lawan t. Bila diplot antara ln (CB/CA) lawan t maka slopenya adalah
𝐶𝐴 𝐶𝐵𝑂

34
𝑀𝐵−𝑋𝐴 𝐶𝐵 𝐶𝐴𝑂
(CBO –CAO) K dan bila diplot antara atau ln 𝑀𝐵 (1−𝑋𝐴)atau ln 𝐶𝐴 𝐶𝐵𝑂 lawan t

maka slopenya akan sama dengan (CBO –CAO) K.

Reaksi Penyabunan
Pada eksperimen kinetika bimolekuler irreversible ini akan diuji
sebuah reaksi penyabunan antara minyak dengan NaOH.

Sekalipun secara termodinamika reaksi kimia memiliki


kecenderungan kuat untuk terjadi, tetapi belum tentu cepat.Kinetika kimia
mempelajari faktor-faktor yang mengendalikan laju reaksi kimia.Laju
reaksi didefinisikan sebagai bertambahnya jumlah mol produk per-liter
per-detik (atau berkurangnya jumlah mol pereaksi per-liter per-detik).Laju
reaksi ditentukan melalui analisis kimia juga melalui pengamatan sifat-
sifat fisis.
Terdapat dua jenis hukum laju, yaitu hukum laju differensial dan
hukum laju integral. Hukum laju berbentuk reaksi aA produk,
menjelaskan kebergantungan laju pada konsentrasi
∆[𝐴]
A = laju = ± = K[A] n
∆𝑡

Dengan K disebut tetapan laju, dan n orde reaksi untuk A.


∆[𝐴]
Laju reaksi didefinisikan sebagai (negative) - sebab A
∆𝑡

berkurang (akibat pereaksi digunakan dalam reaksi). Untuk nilai n (orde


reaksi) tidak dapat ditentukan dari persamaan kimia setara, tetapi harus
ditentukan secara percobaan. Untuk reaksi orde pertama, n=1 dan laju =
K[A]. Untuk reaksi orde kedua, n=2 dan laju =K[A] 2. Untuk orde nol, n=0
dan laju =K. Metode percobaan umum untuk menentukan laju adalah
metode laju awal. Dimana sederetan percobaan pada setiap nilai t
mendekati t=0 sampai t=t.

35
Suatu hukum laju integral menyatakan konsentrasi pereaksi
sebagai fungsi waktu. Hukum laju integrasi untuk reaksi orde pertama
adalah:
ln [A] = -kt + ln[A]0
Dengan:
[A] = konsentrasi awal A
Jadi, kita dapat menghitung A, pada setiap waktu.Untuk reaksi yang
menunjukan kinetika orde pertama, aluran ln [A] terhadap t berupa garis
lurus.
Waktu paru (t ½) reaksi adalah waktu yang diperlukan untuk
pereaksi mencapai setengah dari semula. Untuk reaksi orde pertama,
waktu par t ½ =0,693/k. hukum laju integral untuk reaksi orde kedua
adalah:
1 1
= 𝐾𝑡 + [𝐴]0
[𝐴]

Akibatnya, jika aluran 1/[A]terhadap waktu untuk reaksi yang ada akan
dihasilkan garis lurus, maka laju reaksi adalah orde kedua. Untuk kinetika
orde kedua, waktu paru bergantung konsentrasi terhadap k dan [A] 0.
Hukum laju bentuk integral untuk reaksi orde ke nol adalah:
[A] = - kt + [A]0
Dan waktu parunya:
[𝐴]0
t½= 2𝐾

Untuk reaksi dengan beberapa pereaksi, orde reaksi keseluruhan adalah


jumlah orde dari masing-masing pereaksi.

Mekanisme reaksi adalah sederetan tahap-tahap elementer dari


reaksi yang terjadi.Hukum laju untuk setiap tahap dapat dituliskan dari
molekularitasnya, yaitu jumlah spesi yang bertumbukan menghasilkan
reaksi yang ditunjukkan oleh tahap itu.tahap unimolekuler selalu orde
pertama dan tahap bimolekuler selalu tahap orde kedua. Untuk mekanisme
yang dapat diterima, jumlah keseluruhan tahap-tahap elementer harus
memberikan persamaan kimia setara dan mekanisme harus memberikan
hukum laju yang cocok dengan hukum laju yang ditentukan secara

36
percobaan. Reaksi multi-langkah sering memiliki satu tahap yang lebih
lambat dari tahap lain. Tahap ini dinamakan tahap penentu laju, karena
keseluruhan laju reaksi dibatasi oleh tahap ini.
Kinetika kimia dapat dijelaskan dengan model tumbukan, yang
mengasumsikan bahwa molekul harus bertumbukan untuk bereaksi.Dalam
model ini, energy aktivasi harus dilampaui agar menghasilkan reaksi
kimia.Ea adalah energy yang diperlukan untuk menata ulang ikatan dalam
molekul membentuk produk.Laju reaksi dan pengaruh suhu terhadap laju
bergantung pada ukuran Ea. Katalis adalah zat yang mempercepat reaksi
tanpa dikonsumsi.Katalis beroperasi dengan menyediakan jalan reaksi
berenergi lebih rendah untuk reaksi. Katalis homogen terdapat dalam fase
yang sama dengan molekul pereaksi, heterogen fasa berbeda.

Reaksi bimolekuler (Eley-Rideal)


Mekanismenya adalah sebuah atom diadsorpsi oleh permukaan. Atom
yang lain lewat, kemudian berinteraksi dengan atom dipermukaan. Sebuah
molekul terbentuk dan terjadi desorpsi. Contoh reaksi dengan mekanisme
Eley-Rideal:
C3H4 + ½ O2 H2COCH2
Adsorpsi diasosiatif oksigen kemungkinan akan terjadi , sehingga akan
membentuk produk sampingan karbon dioksida dan air.

Reaksi Riamolekul (Langmuir-Hinshelwood)


Mekanismenya adalah dua atom teradsopsi ke permukaan. Kedua atom ini
berdifusi melalui permukaan dan berinteraksi satu sama lain. Sebuah
molekul terbentuk dan terjadi desorpsi. Contoh reaksi dengan mekanisme
(Langmuir-Hinshelwood):
2CO + O2  2CO2 pada katalis platina
CO + 2H2  CH3OH pada katalis ZnO
C2H4 + H2  C2H6 pada katalis tembaga
N2O + H2  N2 + H2O pada katalis platina
C2H4 + ½ O2  CH3CHO pada katalis palladium

37
C. BAHAN
Minyak goreng dan NaOH, HCL.

D. ALAT
1. Erlenmeyer
2. Statif
3. Labu leher tiga
4. Termometer
5. Timbangan digital

E. CARA KERJA
1. Siapkan campuran 15 ml 20% NaOH (5M) dan 10 ml minyak
tumbuhan pada gelas flask 150 ml. gunakan batang pengaduk untuk
mencegah eksplosif campuran NaOH-minyak.
2. Nyalakan hot plate sehingga larutan mendidih serta nyalakan stirrer.
Reaksi penyabunan komplet bila padatan seperti lilin terbentuk dan
bila didinginkan akan keras dan getas. Reaksi penyabunan akan selesai
setelah 30-45 menit.
3. Sampling produk setiap 5 menit dan evaluasi konsentrasi NaOH-nya.

Peringatan: pada saat membuat sabun, anda akan memanaskan campuran


sampai airnya menguap semua. Hati-hati terciprat campuran panas ke kulit
anda.

F. DATA PENGAMATAN
No. Waktu, Vol. Vol. HCL Perubahan Warna
Menit Sampel
1. 5 5 ml 17,87 ml Kuning KeruhBening
2. 10 5 ml 15,86 ml Kuning KeruhBening
3. 15 2 ml 9,42 ml KuningKeruh Bening
4. 20 0 ml (karena habis

38
bereaksi)

Diketahui: (Analisis Konsentrasi Trigliserida)


Volume Trigliserida : 10 ml
Volume NaOH : 15 ml
Molaritas NaOH :5M
𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 ×𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻
Molaritas Trigliserida : 𝑉 𝑇𝑟𝑖𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑖𝑑𝑎
5 𝑀 ×15 𝑚𝑙
= 10 𝑚𝑙

= 7,5 M

G. DATA PERHITUNGAN
1. Menghitung Konsentrasi Larutan
a. NaOH 20% 5 M, 15 ml
𝑔𝑟 1000
M1 = ×
𝑚𝑙 𝐵𝑀
1000
= 20% × 40

= 0,2 x 25
= 5 mol

𝑚
ρ = 𝑉

m =ρxv
= 2,13 gr/ ml x 15 ml
= 31,95 gram

b. Minyak Goreng 10 ml (Trigliserida)


M Trigliserida = 7,5 M
𝑚
ρ = 𝑉

m =ρxv
= 0,8 gr/ ml x 10 ml
= 8 gram

39
c. HCL 1 N 1000 ml
% 𝑥 𝜌 𝑥 1000
M=
𝑀𝑟
37
𝑥 1,16 𝑥 1000
100
= 36,46

= 11,77 mol

M1 x V1 = M2 x V2
𝑀2 𝑥 𝑉2
V1= 𝑀1
1 𝑁 𝑥 1000 𝑚𝑙
V1 = 11,77 𝑚𝑜𝑙

V1 = 84,96 ml
2. Menghitung konsentrasi larutan setelah titrasi
a. Minyak Goreng (a = Ga)
% 𝑥 𝜌 𝑥 1000
a= 𝑀𝑟
100
𝑥 0,8 𝑥 1000
100
= 256,42

= 3,12 mol
b. Konsentrasi NaOH (b = Cb)
𝑔𝑟 1000
b= x
𝑀𝑟 40

= 20% x 25
= 0,2 x 25
= 5 mol
3. Menghitung nilai K setelah titrasi
- Orde 2
a) Pada 5 menit
M1 x V1 = M2 x V2
𝑀2 𝑥 𝑉2
M1 = 𝑉1
1 𝑥 17,87
= 5

= 3,574 mol (Ca)

1 1
- 𝐶𝐴𝑂 = K.t
𝐶𝐴

40
1 1
- 3,12= K.5
(3,12−3,574)
1 1
- 3,12 = K.5
−0,454

-2,2026 – 0,3205 = 5K
-2,5231= 5K
−2,5231
K= = −0,50462
5

b) Pada 10 menit
M1 x V1 = M2 x V2
𝑀2 𝑥 𝑉2
M1 = 𝑉1
1 𝑥 15,86
= 5

= 3,172mol (Ca)

1 1
- 𝐶𝐴𝑂 = K.t
𝐶𝐴
1 1
- = K.10
(3,12−3,172) 3,12
1 1
- 3,12 = K.10
−0,052

-19,2307 – 0,3205 = 10K


-19,5512 = 10K
−19,2307
K= = −1,92307
10

c) Pada 15 menit
M1 x V1 = M2 x V2
𝑀2 𝑥 𝑉2
M1 = 𝑉1
1 𝑥 9,42
= 5

= 1,884mol (Ca)
1 1
- 𝐶𝐴𝑂 = K.t
𝐶𝐴
1 1
- 3,12= K.15
(3,12−1,8847)
1 1
- 3,12 = K.15
1,236

0,8090 – 0,3205 = 15K


04885 = 15K

41
0,4885
K= = 0,0325
15

Tabel hasil penentuan nilai K pada orde 2:

Waktu Nilai K
5 menit 0,01944
10 menit 0,00837
15 menit 0,00474

𝐾1 + 𝐾2 + 𝐾3 + 𝐾4
ƩK = 2

(−0,50642)+(−1,95512)+(−0,0622)+0
= 4

= -0,631185

4. Menghitung laju reaksi


𝑑𝐶𝐴 𝑑𝐶𝐵
-rA = - =- = K.CA.CB
𝑑𝑡 𝑑𝑡

- Pada reaksi orde 2


a) Pada 5 menit
- rA = K. CA. CB
= -0,50642 .3,12
c) Pada 15 menit
.5
- rA = K. CA. CB
= -7,872072
=-0,0632 . 3,12 .
5
b) Pada 10 menit
= -0,3943
- rA = K. CA. CB
= -1,95512 . 3,12
.5
= -30,4998

5. Menghitung nilai integrasi


𝑋𝐴 𝑑𝑋𝐴 𝑡
∫0 (1−𝑋𝐴)(𝑀𝐵−𝑋𝐴)
=CAO . K ∫0 𝑑𝑡

42
1−𝑋𝐵 𝑀𝐵−𝑋𝐴 𝐶𝐵−𝐶𝐴𝑂
ln 1−𝑋𝐴 = 𝑙𝑛 𝑀𝐵(1−𝑋𝐴) = ln 𝐶𝐵𝑂−𝐶𝐴

= CAO (MB – 1) Kt
= (CA – CAO). Kt. MB

a) Pada 5 menit
CAO (MB – 1) Kt
= 3,12 (5/3,12 -1) (-0,50462 . 5)
= 3,12 (1,6025 – 1) (-0,50462.5)
= 3,12 (0,6025) (-2,5231)
= -4,7429

𝑀𝐵−𝑋𝐴
ln𝑀𝐵 (1−𝑋𝐴)
5
( – 3,574)
3,12
= 5
( (1−3,574))
3,12

1,6025−3.574
= 1,6025 ×(−2,574)
−1,9715
= −4,1248 = 0,4780

b) Pada 10 menit
CAO (MB – 1) Kt
= 3,12 (5/3,12 -1) (-1,95512 . 10)
= 3,12 (1,6025 – 1) (-19,5512)
= 3,12 (0,6025) (-19,5512)
= -36,7523

𝑀𝐵−𝑋𝐴
ln𝑀𝐵 (1−𝑋𝐴)
5
( – 3,172)
3,12
= 5
( (1−3,172))
3,12

1,6025−3,172
= 1,6025 ×2,172

43
−1,5695
= −3,48063 = 0,45092

c) Pada 15 menit
CAO (MB – 1) Kt
= 3,12 (5/3,12 -1) (-0,0632 . 15)
= 3,12 (1,6025 – 1) (-0,948)
= 3,12 (0,6025) (-0,948)
= 1,0618

𝑀𝐵−𝑋𝐴
ln𝑀𝐵 (1−𝑋𝐴)
5
( – 4,71)
3,12
= 5
( (1−4,71))
3,12

1,6025−4,71
= 1,6025 ×(−3,71)
−4,069
= −2,3781 = 1,7110

Tabel hasil nilai laju reaksi tiap waktu:

Waktu Nilai –rA


5 menit -7,8720
10 menit -30,4998
15 menit -0,3943
20 menit 0
𝑀𝐵−𝑋𝐴
Tabel hasil nilai ln 𝑀𝐵 (1−𝑋𝐴) tiap waktu

Waktu 𝐌𝐁−𝐗𝐀
ln 𝐌𝐁 (𝟏−𝐗𝐀)

5 menit 0,4780
10 menit 0,45092
15 menit 1,7110
20 menit 0

44
6. Diagram yang didapat dari percobaan:
A. Diagram waktu VS nilai –rA

Grafik Waktu terhadap nilai -rA


0
0 5 10 15 20 25
-5
y = 1.0744x - 23.122
-10
R² = 0.234
Waktu

-15
Nilai -rA
-20
Linear (Nilai -rA)
-25
-30
-35
Nilai -rA

Waktu Nilai -rA


5 -7,872
10 30,4998
15 -0,3943
20 0

MB−XA
B. Diagram waktu VS ln ln MB (1−XA)

45
Grafik Waktu terhadap ln Mb-
Xa/Mb(1-Xa)
2

1.5
y = -0.0035x + 0.7035

Waktu
1 R² = 0.0009 Nilai ln Mb-Xa/Mb(1-
Xa)
0.5 Linear (Nilai ln Mb-
Xa/Mb(1-Xa))
0
0 10 20 30
ln Mb-Xa/Mb(1-Xa)

Waktu Nilai ln Mb-Xa/Mb(1-Xa)


5 0,478
10 0,45092
15 1,711
20 0

46
H. ANALISA DATA

Pada percobaan kali ini dilakukan percobaan kinetika reaksi


bimolekuler yang merupakan kecepatan reaksi dan mekanisme reaksi yang
melibatkan lebih dari satu molekul. Tujuan percobaan ini untuk
mengetahui cara menentukan kinetika reaksi bimolekuler irreversible.
Yang dilakukan dengan menggunakan bahan berupa minyak goreng,
NaOH dan HCL.Minyak goreng sebagai asam lemak dengan NaOH
digunakan untuk pembuatan sabun dan kemudian HCL digunakan sebagai
titran.

Reaksi yang terjadi adalah


CH3COOC2H5(aq) + NaOH(aq) CH3COONa(aq) + C2H5OH(aq)
Reaksi saponifikasi ini merupakan reaksi berorde 2.Tahap bimolekuler
selalu orde kedua.
1 1
Hukum laju integral untuk orde kedua adalah: = 𝑘𝑡 + [𝐴]0
;
[𝐴]
1
akibatnya, jika aluran terhadap waktu untuk reaksi yang ada akan
[𝐴]

dihasilkan garis lurus, maka laju reaksi adalah orde 2. Untuk kinetika orde
kedua, waktu paru bergantung konsentrasi terhadap K dan [A] 0. Hukum
laju bentuk integral untuk reaksi orde ke-nol adalah: [A] = -Kt + [A]0, dan
[𝐴]0
waktu- parunya adalah t ½ = . Dari percobaan yang telah kami lakukan
2𝐾

didapat data grafik waktu terhadap nilai –rA. Dari grafik tersebut dapat
dijelaskan bahwa persamaan garis linier y = 1,0744x – 23,122. Dapat kita
lihat nilai konstanta “m” menunjukkan gradient (slope) yaitu sebesar
1,0744 sedangkan R2 yang didapatkan sebesar 0,234.

Dari percobaan didapat juga data grafik waktu terhadap nilai ln


MB−XA
. Dari grafik tersebut dapat dijelaskan bahwa persamaan garis
MB (1−XA)

linier y = -0,0035x + 0,7035. Dapat kita lihat nilai konstanta “m”

47
menunjukkan gradient (slope) yaitu sebesar -0,0035, sedangkan R2 yang
didapatkan sebesar 0,0009.

Pada percobaan terjadi perubahan warna yang sama yaitu pink


kemerahan menjadi putih. Sehingga, semakin tinggi waktu maka semakin
sedikit volume titrannya.

I. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kinetika reaksi bimolekuler adalah kecepatan reaksi dan mekanisme
reaksi yang melibatkan lebih dari satu molekul.
2. Semakin tinggi waktu yang diperlukan maka semakin sedikit volume
titran (HCl).
3. Reaksi yang digunakan adalah reaksi penyabunan yaitu reaksi antara
minyak goreng dan NaOH.
4. Data hasil percobaan:
- Pada 5 menit = 17,87 ml HCL
- Pada 10 menit = 15,86 ml HCL
- Pada 15 menit = 9,42 ml HCL
- Pada 20 menit = karena habis bereaksi
5. Didapatkan nilai –rA menurun dengan semakin besarnya waktu.

48
LAMPIRAN

GAMBAR ALAT

Gelas Kimia Erlenmeyer Gelas Ukur

Termometer Kaca Arloji Hot Plate

49
SINTESIS KATALIS HETEROGEN BERBASIS BAHAN ALAM

(CaO ATAU ZEOLIT)

A. TUJUAN PERCOBAAN
Agar dapat memahami proses pembuantan katalis heterogen
menggunakan bahan alam.
B. DASAR TEORI
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat atau memperlambat
suatu reaksi, katalis berfungsi untuk menurunkan energy
activator.Terdapat dua jenis katalis, yaitu katalis homogeny dan katalis
heterogen. Katalis homogeny adalah sebuah jenis dari katalis dimana
katalis tersebut mempunyai fase yang sama dengan reaktan. Sedangkan
katalis heterogen adalah suatu jenis katalis dimana katalis menempati fase
yang berbeda dari campuran reaksi.
Katalis homogeny menghasilkan air limbah dengan volume besar
yang harus diolah dan hal ini secara signifikan meningkatkan biaya dan
berdampak pada lingkungan melalui prosesnya.Oleh karena itu,
penggunaan katalis heterogen menjadi menarik karena katalis heterogen
memiliki keuntungan.Diantaranya adalah tidak korosif, mudah dipisahkan
dan ramah lingkungan serta ekonomis.
Kapur tohor adalah kalsium oksida (CaO) yang diperoleh dari
kalsinasi bubuk kapur.Kapur tohor adalah material tak beracun yang tidak
mahal dan ramah lingkungan. Aktivasi adalah kalsium metoksida
[Ca(OCH3)2]. Dibandingkan dengan CaO, katalis ini memiliki aktivasi
yang memiliki lebih tinggi dan kelarutan yang lebih rendah pada reaksi
transesterifikasi dan estofikasi, tidak terdeaktifasi oleh cair, stabil dan
aktif.Pada temperature rendah dan memiliki selektivitas tinggi.
Efesiensi katalis bergantung pada beberapa faktor yaitu luas
permukaan spesifik ukuran pori, volume pori dan konsentrasi sisi aktif.
Zeolit memiliki sifat yang untuk dimana permukaan dalam sangat mudah
diakses dan terdiri dari 98% dari total luas permukaan. Luas
permukaannya lebih kurang 300-700 m2/g untuk reaksi transesterifikasi

50
yang melibatkan trigliserida rantai panjang, maka zeolit dengan ukuran
pori yang besar. Aktivasi meningkatkan reaiko.Si/A dan memiliki sifat
hidrofolik lebih diminatai.
Katalis heterogen umumnya berupa zat padat yang terdiri atas
logam atau oksida logam.Contoh katalis heterogen berupa zat padat yang
terdiri atas logam atau oksida logam.Contoh katalis heterogen yaitu
MgO.CaO, zeolit dan resih penukar ion.Contoh katalis heterogen dalam
dunia industry yang pertama kalinya yaitu pada tahun 1957, dengan
menggunakan PT untuk mengoksidasi SO2 menjadi SO3 dalam larutan
asam.

Kelebihan Katalis Heterogen

Keunggulan katalis heterogen yaitu bisa dipisahkan dan campuran


reaksi secara langsung, misalkan melalui cara penyaringan, melalui cara
ini katalis bisa dengan mudah serta pulih secara efektif, yang merupakan
pertimbangan yang penting untuk proses industry manufaktur.

Kekurangan Katalis Heterogen

Kelemahan katalis heterogen ialah berhubungan dengan luas


permukaan katalis yang tersedia.Sesudah permukaan katalis telah benar-
benar jauh dengan molekul reaktan.Reaksi tidak bisa dilanjutkan hingga
produk meninggalkan permukaan, serta ada ruang terbuka untuk molekul
reaktan yang baru untuk menempel atau menyerap.Sebagai alasan, langkah
adsorpsi dalam reaksi heterogen dikatalis yaitu seringkali langkah
membatasi tingkat reaksi.

Biodiesel

Biodiesel merupakan bahan bakar alternative untuk mesin diesel


yang berasal dari sumber daya alam yang dapat diperbaruhi seperti nabati
maupun lemak hewani.Minyak nabati meupun lemak hewani sebagai
bahan dasar biodiesel mengandung senyawa menaikil ester sehingga dapat
langsung digunakan sebagai bahan bakar pada mesin diesel.Namun,

51
penggunaan minyak nabati atau lemak hewani secara langsung memiliki
beberapa kekurangan seperti viskositas yang tinggi, angka setana yang
rendah, dan volotilitas yang rendah sehingga dapat menyebabkan
terbentuknya deposit diinjektor mesin diesel.Oleh karena itu, minyak
nabati maupun hewani diolah terlebih dahulu menjadi biodiesel yang aman
bagi mesin diesel.

Biodiesel dapat diperoleh dari reaksi eksterifikasi dan asam lemak


minyak nabati atau hewani dengan alcohol menggunakan katalis asam atau
reaksi transesterifikasi dan trigliserida dengan alcohol menggunakan
katalis basa (McNeff dkk, 2008) sintesis biodiesel memerlukan suatu
katalis dalam reaksinya dengan asam lemak bebas maupun
trigliserida.Katalis yang digunakan dapat bersifat homogeny maupun
heterogen.

Kalsium Oksida (CaO)

Cao (Mr = 56,08 g/mol) memiliki sifat higroskopis. Titik leleh


2600ºC dan titik didih 2850ºC, tidak larut dalam asam, struktur Kristal
oktahedrol serta memiliki luas permukaan 0,56 m2/g. CaO biasanya
digunakan sebagai marta, dimanfaatkan dalam berbagai industry, pemutih
dan katalis. Sebagai katalis basa, CaO mempunyai sisi-sisi yang bersifat
basa yang teliti sebagai salah satu katalis basa kuat dalam menghasilkan
biodiesel.

Mekanisme reaksi transesterifikasi padat dengan katalis CaO di


dalam penambahan sedikit air adalah sebagai berikut. CaO sebagai katalis
heterogen.Menghasilkan O2- yang bereaksi dengan H+ dan H2O.untuk
membentuk OH- direaksikan lebih mudah oleh reaktan pada reaksi kimia.
Katalis OH- direaksikan dengan H+ dari H2O untuk membentuk melalui
anion dan air.Metoksi anion merupakan sisi aktif.

Proses Degumming

52
Proses degumming diawali dengan pencampuran bahan baku
karena minyak jelantah didapatkan dari beberapa sumber sehingga perlu
dilakukan pencampuran pada awal proses untuk mendapatkan feedstack.
Proses pencampuran ini dilakukan pada suhu 60ºC. setelah proses
pencampuran selesai, minyak dan dipanaskan kembali pada suhu 60ºC.
pencampuran asam sulfat (H3PO4). Dilakukan selama 30 menit dengan
terus diaduk. Selain itu, minyak didalam ruang pemisah, didiamkan selama
24 jam, sampai terbentuk dua lapisan. Selanjutnya, lapisan minyakk
dipisahkan dari endapan gum.

Proses Esterifikasi

Proses esterifikasi diawali dengan minyak jelantah dicampurkan


dengan asam sulfat (H2SO4) dengan kadar 98% sebanyak 0,5% dari massa
minyak jelantah. Selanjutnya larutan ditambahkan methanol dengan
kemurnian 99% sebanyak dari 10% dari volume minyak jelantah.Minyak
jelantah yang telah ditambahkan asam sulfat (H2SO4) dan methanol diaduk
selama 20-30 menit.Pada suhu 70ºC. Produk hasil reaksi esterifikasi
dipisahkan menggunakan corong pisah selama 24 jam sampai terbentuk
pada dua lapisan. Selanjutnya lapisan yang mengandung minyak dan alkil
ester diambil untuk direaksikan pada proses selanjutnya yaitu
transestifikasi.

Proses Transesterifikasi

Proses transesterifikasi berlangsung di dalam labu leher tiga


berkapasitas 1000 ml sebagai reactor yang dirangkai dengan kondensor
dan pemanas. Hasil reaksi transesterifikasi disentrifungsi selama 10 menit
yang bertujuan untuk memisahkan katalis heterogen CaO dengan produk.
Setelah proses pemisahan biodiesel dengan katalis maka dilakukan
tahapan pemurnian. Campuran antara biodiesel dengan pengatur tersebut
dapat dipisahkan dengaan menggunakan corong pemisah selama 24 jam.
Biodiesel akan terpisah pada lapisan atas, sedangkan lapisan bawah berupa
gliserol yang merupakan produk samping.

53
Mekanisme reaksi trans-esterifikasi basa heterogen dengan katalis
CaO.

C. ALAT DAN BAHAN


 Alat
1. Kaca arloji
2. Spatula
3. Gelas ukur
4. Labu leher tiga
5. Penjepit
6. Pengaduk
7. Kertas saring
8. Corong kaca
9. Timbangan

54
 Bahan
1. Minyak goreng
2. Methanol
3. CaO

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Minyak dan methanol dengan perbandingan 1 : 6 dimasukkan ke
dalam labu leher dua.
2. Set temperature reaksi 60-70ºC, setelah temperature tercapai,
menambahkan CaO 1% dari minyak.
3. Mereaksikan selama 1 jam.
4. Menyaring hasil reaksi u/memisahkan CaOnya.
5. Mengecek produk (berupa cairan) apakah dihasilkan biodiesel
dengan tes nyala.

E. DATA PENGAMATAN

KETERANGAN PENGAMATAN GAMBAR

Proses pencampuran Dalam proses yang


minyak dan methanol terjadi larutan menjadi
dengan perbandingan panas dan menghasilkan
sebanyak 1:6 uap
dimasukkan kedalam
labu leher dua dan
dipanaskan hingga
suhu 60-70̊̊ ˚C

Selanjutnya Saat larutan mendidih


memasukkan CaO ke dan dimasukkan Cao,
dalam campuran larutan tercampur dan
minyak dan methanol mengeluarkan uap

55
bila suhu telah
mencapai 60-70̊̊˚C,
jaga suhu konstan dan
tunggu selama satu
jam

Setelah itu dilakukan Menghasilkan biodiesel


penyaringan dari sebanyak sebanyak 40
reaksi minyak+ ml dengan berat 7,1 gr
methanol+ CaO yang
menghasilkan
biodiesel

Proses uji nyala dari Menghasilkan api


biodiesel bewarna merah

56
F. ANALISA DATA
Pada praktikum kali ini melakukan percobaan sintesa katalis
heterogen berbasis bahan alam.Katalis sendiri merupakan zat yang dapat
mempercepat atau memperlambat suatu reaksi.Katalis yang digunakan
pada percobaan ini yaitu kalsium oksida (CaO).Secara umum katalis
terbagi menjadi tiga jenis yaitu katalis biologis, katalis homogeny, dan
katalis heterogen.
Katalis yang digunakan merupakan jenis katalis heterogen, CaO
sendiri termaksud ke dalam katalis basa heterogen.Katalis jenis ini, dapat
dengan mudah dipisahkan dari campuran reaksi sehingga dapat digunakan
kembali dan mempunyai aktivasi kstalisator yang tinggi.CaO memiliki
sifat kebiasaan yang tinggi, karena itu banyak digunakan sebagai katalis
untuk reaksi trans-esterifikasi.
Biodiesel yang diolah merupakan pencampuran antara minyak dan
methanol yang kemudian dicampurkan dengan CaO yang dipanaskan pada
suhu 60-70ºC.setelah melakukan pemanasan serta penyaringan pada
diesel. Lalu dilakukan tes nyala. Ketika dilakukan proses pembakaran
nyala api berwarna merah. Hal ini membuktikan bahwa CaO benar
merupakan katalis dan dapat mempercepat suatu reaksi.
Padatan CaO memiliki kinerja yang lebih baik sebagai katalis
untuk reaksi pembentukan biodiesel. Kandungan utama pada padatan CaO
hasil sintesis adalah Ca(OH)2 dimana padatan tersebut bersifat kristalin
dengan luas permukaann sebesar 7,7 m2/g.
CaO sebagai salah satu katalis basa kuat dalam menghasilkan
biodiesel. Sebagai katalis basa, CaO mempunyai banyak manfaat,
misalnya aktivitas yang tinggi, kondisi reaksi yang rendah, massa katalis
yang lama, serta biaya katalis yang rendah.
G. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan didapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Katalis adalah zat yang dapat mempercepat suatu reaksi.
2. CaO merupakan salah satu jenis katalis basa heterogen terbaik
karena memiliki sifat kebiasaan yang tinggi.

57
3. Biodiesel dapat diperoleh dari reaksi trans-esterifikasi dari asam
lemak minyak nabati atau hewani (minyak goreng) dengan
methanol katalis basa heterogen (CaO).
4. Tes nyala dilakukan pada hasil biodiesel terbukti menyala/terbakar
dengan warna api, berwarna merah.

58
LAMPIRAN

GAMBAR ALAT

Kaca arloji Spatula Gelas Kimia

Batang pengaduk Corong kaca Timbangan

Labu leher dua Penjepit


Termometer

59
SINTESA KATALIS BERBASIS KARBON AKTIF TERIMPREGNASI
NaOH

A. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mampu membuat katalis berbahan karbon aktif dan
NaOH.
B. DASAR TEORI
Karbon aktif dapat diperoleh dari bahan yang mengandung karbon
yang tinggi seperti batubara, kayu, dan tempurung kelapa.Selama ini
karbon aktif diaplikasikan sebagai pengendali polusi udara, pengolahan
limbah cair, penghilang bahan beracun seperti polutan, logam berat, dan
pewarna organik.Bahan yang mengandung karbon dapat diubah menjadi
karbon aktif dengan dekomposisi termal dalam furnace dan dipanaskan
dengan aktivasi fisika dan kimia.Karbon aktif dapat digolongkan menjadi
3 kategori yaitu berbentuk bubuk, granular, dan ekstruder. Karbon aktif
berbentuk serbuk halus memiliki distribusi ukuran partikel 5-10 nm,
sedangkan karbon aktif berbentuk granular memiliki ukuran 0,8-1,2 nm.
Porositas karbon aktif terbentuk pada saat proses karbonisasi. Pada karbon
aktif terdapat 3 ukuran pori, yaitu mikropori (<2 nm), mesopori (>50 nm)
(Marsh dan Fransisco, 2006), selain itu lebih jauh terdapat pula ukuran
super mikropori (0,7-2 nm) dan ultramikropori (<0,7 nm) (Manocha,
2003).
Kualitas karbon aktif mengacu pada SNI 06-3730-1995 tentang
karbon aktif teknis, seperti pada tabel 1.

Analisis Proksimat Kadar (%)


Kadar Air Maks. 15
Kadar zat mudah menguap Maks. 10
Kadar Abu Maks. 25
Kadar Karbon Terikat Maks. 65

Tabel 1. Standar kualitas Karbon Aktif

60
Bahan karbon telah sering digunakan sebagai katalis. Karbon aktif
telah sering digunakan pada beberapa proses katalitik heterogen. Dari
beberapa penyangga katalis heterogen, karbon aktif memiliki banyak
keuntungan seperti ketersediaannya, dimana sebagian besar adalah limbah
pertanian, biaya yang rendah dan stabilitasnya pada dan temperatur
yangrendah.Selain itu, karbon aktif mempunya sifat yang baik sebagai
penyangga katalis karena bersifat inert, permukaan yang dapat
dimodifikasi, karbon aktif digunakan sebagai penyangga karena sifatnya
yang berpori.Karbon aktif telah terbukti efektif sebagai pengemban katalis
dalam reaksi fase gas maupun cair.Karbon aktif memiliki luas permukaan
yang besar sehingga baik digunakan sebagai pengemban katalis pada
reaksi transesterifikasi. Karbon aktif adalah material berpori dengan
kandungan karbon 87%-97% dan sisanya berupa hidrogen, oksigen, sulfur
dan materiallain. Selain terdiri dari atom karbon, karbon aktif mengandung
sejumlah kecil hidrogen dan oksigen yang terikat pada gugus fungsi
misalnya karboksil, fenol dan eter.Gugus fungsi ini menjadikan
permukaan karbon aktif reaktif secara kimia dan dapat mempengaruhi sifat
adsorpsinya.Ilustrasi struktur kimia karbon aktif dapat dilihat pada gambar
1.

Gambar 1. Ilustrasi struktur kimia karbon aktif (Sudibandriyo, 2003)

Dengan adanya karbon aktif sebagai pengemban maka dapat


membantu katalis untuk bekerja secara lebih efektif. Sumber karbon aktif
dapat diperoleh dari limbah biomassa misalnya dari limbah cangkang
jengkol. Cangkang jengkol mengandung karbon yang cukup tinggi yaitu
sebesar 44,02%. Katalis basa kovensional seperti NaOH, KOH, K2CO3

61
dapat dimpregnasi pada karbon aktif sebagai pengembannya untuk
digunakan dalam reaksi trans- esterifikasi sebagai katalis basa
heterogen.Impregnasi merupakan metode yang paling mudah dan paling
umum digunakan untuk menyiapkan katalis. Tujuan dari metode ini adalah
untuk memenuhhi pori dengan larutan garam logam dengan konsenttrasi
yang cukup untuk memberikan loading yang tepat. Secara garis besar,
pembuatan katalis dilakukan dengan tahapan impregnasi, pengeringan dan
kalsinasi. Setelah proses impregnasi, katalis dikeringkan untuk
menguapkan air dan membentuk kristal garam pada permukaan pori.
Pembentukan kristal garam dipengeruhi oleh laju pengeringan. Jika
terbentuk berada pada dasar pori atau pada pusat partikel penyangga yang
terbentuk berada pada dasar pori penyangga. Laju pengeringan yang
tinggi akan menyebabkan gradien temperatur meningkat dan kristal
garam terbawa keluar pori. Jika laju pengeringan tinggi akan
menyebabkan gradien temperature meningkat dan kristal garam terbawa
keluar pori. Proses kalsinasi dilakukan setelah tahap pengeringan.
Selama proses kalsinasi, kristal garam dikeringkan sampai kondidi
optimum dan garam tersebut dikonversi menjadi oksidanya.
Penggunaan katalis heterogen berupa campuran logam yang diberi
pengemban dimana pada katalis ini adanya pengemban dapat membantu
agar katalis dapat bakerja lebih reaktif dan selektif dibandingkan hanya
logam yang bekerja sendiri. Penelitian ini difokuskan pada proses
modifikasi karbon aktif dengan metode impregnasi NaOH dimana karbon
aktif digunakan sebagai pengemban sehingga dapat digunakan sebagai
katalis dalam proses trans-esterifikasi minyak kelapa sawit.

Trans-esterifikasi minyak sawit

Katalis NaOH/karbon aktif yang dihasilkan diaplikasikan pada


proses trans-esterifikasi dalam pembuatan biodiesel. Penggunaan katalis
heterogen pada reaksi trans-esterifikasi ini memiliki keuntungan yaitu
katalis mudah dipisahkan dari produk dan memiliki kestabilan pada
temperature dan tekanan yang tinggi. Selama proses trans-esterifikasi

62
berlangsung reaksi pembentukan metil ester terjadi pada permukaan
katalis. Pada proses trans-esterifikasi berlangsung sejumlah air dihasilkan
yang dapat menyebabkan pembentukan gliserol. Jad iselama proses trans-
esterifikasi diharapkan air tersebut dapat teradsorbsi oleh karbon sehingga
meminimalisir terbentuknya gliserol. Hasil trans-esterifikasi minyak sawit
dengan menggunakan katalis NaOH/karbon aktif diperoleh nilai rendemen
sebesar 95,8% dengan kadar metil ester sebesar 97%. Kadar metil ester
ini masuk dalam standar baku mutu biodiesel yang telah ditetapkan (SNI
7182:2015) yaitu 96,5%. Hal ini menunjukkan bahwa katalis
NaOH/karbon aktif dapat digunakan sebagai katalis dalam pembuatan
biodiesel. Reaksi pembentukan biodiesel pada gambar 2.

Gambar 2. Reaksi pembentukan Biodiesel

C. ALAT DAN BAHAN


 Alat
1) Gelas beaker
2) Erlenmeyer
3) Labu leher dua
4) Pemanas
5) Corong
6) Kertas saring
7) Klem dan statif
8) Kaca arloji
9) Termometer

63
 Bahan
1) Karbon aktif
2) NaOH
3) Minyak sayur
4) Metanol
5) Aquadest

D. LANGKAH KERJA
1) Menimbang 2 gram karbon aktif, direndam dalam NaOH 50 ml 2M
selama 1 jam.
2) Menyaring karbon aktif.
3) Memanaskan dalam oven suhu 100℃ selama 1 jam.
4) Karbon aktif digunakan untuk mereaksikan minyak + methanol.
5) Mencampurkan minyak dan methanol dengan perbandingan 1: 6
dimasukkan ke dalam labu leher dua.
6) Mengatur temperature reaksi 60-70℃, setelah temperature tercapai,
menambahkan karbon aktif ke dalam minyak, reaksikan selama 1 jam.
7) Menyaring hasil reaksii untuk memisahkan karbon aktifnya.
8) Cek produk (beruba cairan) apakah dihasilkan biodiesel dengan tes
nyala.

E. DATA PENGAMTAN
GAMBAR KETERANGAN

Proses perendaman 2 gram karbon


aktif dengan 50 ml NaOH selama
1 jam.

64
Penyaringan karbon aktif setelah
direndam dengan NaOH selama 1
jam.

Proses mengoven karbon aktif


dengan temperature 100℃ selama
1 jam.

Proses pencampuran minyak dan


methanol dengan perbandingan 1 :
6 dimasukkan ke dalamm labu
leher dua dan dipanaskan hingga
suhu mencapai 60-70℃.

Selanjutnya memasukkan karbon


aktif ke dalam campuran minyak
dan methanol bila suhu telah
mencapai 60-70℃, jaga suhu

65
konstan di 60-70℃ dan tunggu
selama 1 jam.

Proses penyaringan hasil dari


reaksi minyak + methanol +
karbon aktif yang menghasilkan
biodiesel sebanyak 51 ml dengan
berat residu 8 gram.

Proses uji nyala dari biodiesel


hasil praktikum, warna nyala api
berwarna merah.

66
F. ANALISIA DATA
Dalam pembuatan katalis karbon aktif diawali dengan impregnasi
precursor katalis dalam permukaan pori karbon. Proses impregnasi diawali
dengan mengontakkan larutan logam pada permukaan karbon kemudian
dilanjutkan dengan pengeringan dan kalsinasi untuk pembentukan oksida
besi. Distribusi oksida besi pada permukaan karbon merupakan aspek yang
cukup penting dalam proses impregnasi oksida besi pada permukaan
karbon. Distribusi logam yang merata pada permukaan karbon akan
memaksimalkan proses penyerapannya.
Pembuatan katalis basa heterogen dapat dilakukan dengan metode
impregnasi dimana NaOH diimpregnasi pada karbon aktif.Katalis NaOH/
Karbon aktif ini mampu mengkonversikan minyak menjadi biodiesel
dengan reaksi trans-esterifikasi yaitu jumlah katalis 5%. Rasio molar
minyak dengan methanol 1 : 6, temperature 60ºC-70ºC selama 1 jam,
diperoleh kadar metil ester yang tinggi. Katalis juga mudah dipisahkan
dari produk.
Biodiesel dihasilkan dari reaksi transesterifikasi yang merupakan
proses reaksi antara trigliserida dengan alcohol dengan gliserol sebagai
produk samping. Praktikum ini menggunakan minyak goreng sebagai
sumber trigliserida dan methanol sebagai reaktan (alcohol), reaksi dibantu
dengan katalis yang dibuat pada praktikum yaitu katalis berbasis karbon
aktif yang diimpregnasi dengan larutan basa.
Menurut penelitian sebelumnya tentang reaksi transesterifikasi
menggunakan katalis basa, semakin banyak jumlah katalis yang digunakan
pada pembuatan biodiesel, maka semakin besar densitas dari produk
biodiesel yang dihasilkan (Faizal, dkk., 2013). Semakin besarnya kadar
densitas salah satu penyebabnya adalah proses pencucian dan pemurnian
kurang sempurna dilakukan, sehingga masih terdapat gliserol dalam
produk dimana kandungan gliserol menyebabkan densitas naik (Hadiah,
dkk., 2011).
Titik nyala biodiesel yang diperoleh dari reaksi trans-esterifikasi
meggunakan katalis NaOH/karbon aktif didapatlah nyala api berwarna

67
merah. Hal ini karena semakin tinggi suhu reaksi maka titik nyala
biodiesel semakin tinggi pula.Hal ini disebabkan karena biodiesel semakin
murni dari kandungan methanol, sehingga apabila tidak nyala biodiesel
rendah berarti menunjukkan banyaknya kandungan alcohol dan pelarut
dalam biodiesel.

G. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatlah kesimpulan sebagai
berikut:
1. Katalis NaOH/Karbon aktif dapat digunakan dalam mengkonversi
minyak goreng menjadi biodiesel.
2. Suhu reaksi trans-esterifikasi dan persen katalis mempengaruhi proses
konveksi minyak goreng menjadi biodiesel. Seperti titik nyala, dimana
semakin tinggi suhu reaksi maka titik nyala biodiesel yang dihasilkan
semakin tinggi.
3. Semakin tinggi konsentrasi NaOH dan semakin lama waktu impregrasi
yang dilakukan maka semakin tinggi kemampuan penyerapan logam
Natrium oleh Karbon Aktif yang dihasilkan. Namun hal ini juga
dibatasi pada kondisi kesetimbangan dan kejenuhan.

68
LAMPIRAN

GAMBAR ALAT

Gelas Kimia Labu Takar Kaca Arloji

Batang Pengaduk Spatula Corong Kaca

Oven Labu Leher Dua Termometer

69
DAFTAR PUSTAKA

Apdoifah, Zuwena dan Mansa Putri. 2021. Perengkahan Katalitik Minyak

Goreng Bekas Untuk Produksi Biofuel Dengan Katalis Carbon:


https://www.academia.edu, diakses pada 06 Desember 2022.

Apridayana, Siska Putri. 2019. Pembuatan Katalis Berbasis KarbonAktif Dari


Serbuk Kayu Akasia Mangium Yang Diimpregnasi KOH dan
Pengaplikasian pada Pembuatan Biodiesel:
https://eprints.polsri.ac.id, diakses pada 06 Desember 2022.

Fadilah, Mala Azmi dan Palma L. Lubis. 2021. Makalah Kinetika Dan Katalis

(Katalis CaO Unutk Sintesis Biodiesel. https://www/academia.edu,


diakses pada 07 Desember 2022.

Ghadafi, Muhamad. 2013. Laporan Kinetika Reaksi Saponifikasi Estil Asetat.

https://www.scribd.com, diakses pada 26 Oktober 2022.

Jobsheet. 2021. “Praktikum Kimia Fisika”, Persamaan Arrhenius dan Energi


Aktivasi. Pelembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.
Khairuummah, Dinna dkk. 2020. Aplikasi Katalis Berbasis Karbon Aktif Dari

Kayu Akasia (Acacia Megium) Diimpregnasi Basa Pada Sintesis


Biodiesel: https://jurnal.polsri.ac.id, diakses pada 06 Desember
2022.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA. 2021. LAPORAN_PRAKTIKUM_KIMIA_


PENGARUH_KATALIS_PADA_LAJU_REAKSI:https://www.acad
emia.edu, diakses pada 27 September 2022.
Meilanty, Ervina. 2012. Laporan Praktikum Arrhenius. Semarang:
https://www.academia.edu, diakses pada 04 Oktober 2022.
Raha. 2018. Laporan Praktikum Kimia Pengaruh Katalis Terhadapp Laju
Reaksi. https://Ilmukuidolaku.blogspot.com, diakses pada 3
Desember 2022.

70
Swasti, Sarah. 2014. Laporan Praktikum Kimia Fisika Persamaan Arrhenius.
Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya. https://www.scribd.com,
diakses pada 04 Oktober 2022.
Sari, IR. 2021. Pengaruh Jumlah Logam Kobalt Dalam Katalis. Sriwijaya
University: https://Unsri.ac.id, diakses pada 27 September 2022.
Wahyunibachtiar. 2017. Pengaruh Katalis Pada Laju Reaksi.
https://www.scribd.com, diakses pada 27 September 2022.
Wibowo, Pangky Ari dan Widha Raartya. 2012. Kinetika Reaksi Bimolekuler

Irreversible. https://www.academia.edu, diakses pada 26 Oktober


2022.

71

Anda mungkin juga menyukai