OLEH :
Kelas : 3 KID
Pertama-tama kami panjatkan puji syukur atas rahmat dan ridha Allah
swt, karena tanpa rahmat dan karunia-Nya, kita tidak dapat menyelesaikan
laporan tetap ini dengan baik dan selesai tepat waktu.
Shalawat teriring salam tak lupa kami curahkan kepada suri tauladan
kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan
hingga zaman terang benderang.
Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Indah Purnamsari.,
M. Eng. selaku dosen pengampu Praktikum Proses Teknik Reaksi Kimia &
Katalis yang membimbing kami dalam pengerjaan laporan tetap ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang turut membantu dalam
pembuatan laporan tetap ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan tetap ini masih jauh dari
kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang
kami miliki. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
ibu serta teman-teman untuk melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dari
laporan tetap ini. Akhirnya kami berharap semoga laporan tetap ini dapat
memberikan manfaat bagi seluruh pembaca.
3 KID
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………..i
DAFTAR ISI…………………………………………………………ii
LAPORAN PRAKTIKUM :
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………70
iii
PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menjelaskan hubungan kecepatan reaksi dengan suhu.
2. Menghitung energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan
Arrhenius.
B. DASAR TEORI
Energi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan oleh suatu
reaksi kimia agar dapat berlangsung. Energi akitivasi memiliki simbol Ea
dengan E menotasikan energi dan a yang ditulis subscribe menotasikan
aktivasi. Kata aktivasi memiliki makna bahwa reaksi kimia membutuhkan
energi untuk dapat berlangsung.Dalam reaksi endoterm, energi yang
diperlukan untuk memutuskan ikatan dan sebagainya disuplay dari luar
sistem.Pada reaksi eksoterm, yang membebaskan energi, ternyata juga
membutuhkan suplay energi dari luar untuk mengaktifkan reaksi tersebut
(Castellan GW.1982).
Istilah energi aktivasi (Ea) pertama kali di perkenalkan oleh svante
arrhenius dan dinyatakan dalam satuan kj/mol. Terkadang suatu reaksi
kimia membutuhkan energi aktivasi yang teramat sangat besar, maka dari
itu dibutuhkan suatu katalis agar reaksi dapat berlangsung dengan pasokan
energi yang lebih rendah. Jika terdapat suatu reaksi reaktan menjadi
produk , maka jika reaksi diatas berlangsung secara eksoterm. Persamaan
arrhenius mendefinisikan secara kuantitatif hubungan antara energi
aktivasi dengan konstanta laju reaksi, dimana A adalah faktor frekuensi
dari reaksi, R adalah konstanta universal gas, T adalah temperature dalam
kelvin, dan K adalah konstanta laju reaksi. Dari persamaan diatas dapat
diketahui bahwa Ea dipengaruhi oleh temperature (Atkins PW.1999).
Dalam kinetik, suatu reaksi berlangsung melalui beberapa
tahap.Diawali dengan tumbukan antar partikel reaktan. Setelah reaktan
bertumbukan, maka akanterjadi penyusunan ulang ikatan dalam senyawa
1
reaktan menjadi susunan ikatan yang berbeda (membentuk senyawa
produk) ( Castellan GW.1982).
Dalam penyusunan ini, akan ada pemutusan ikatan dan
pembentukan ikatan yang baru, yang membentuk sejumlah energi. Ketika
beberapa ikatan reaktan putus dan beberapa ikatan reaktan terbentuk,
tercapailah suatu keadaan dimana dalam sistem terdapat sejumlah reaktan
dan produk.Keadaan ini kita sebut sebagai transisi kompleks.Dalam
keadaan transisi komplek, memiliki campuran antara produk dan reaktan
yang cenderung kurang stabil, karena produk yang terbentuk dapat
membentuk kembali reaktan. Keadaan ini memiliki energi yang cukup
tinggi, karena sistem tidak stabil (Vogel.1994)
Proses untuk mencapai keadaan transisi komplek membutuhkan
energi yang disuplai dari luar sistem. Energi inilah yang disebut dengan
energi aktivasi.Pada reaksi endoterm atauoun eksoterm, keduanya
memiliki energi aktivasi yang positif, karena keadaan transisi kompleks
memiliki tingkat energi yang lebih tinggi dari reaktan.
Pada tahun 1889 Arrhenius mengusulkan sebuah persamaan
empirik yang menggambarkan pengaruh suhu terhadap konstanta laju
reaksi. Persamaan yang diusulkan adalah :
K = Ae ( RTEa )
Dimana :
K = konstanta laju reaksi
A = faktor frekuensi
Ea = energi aktivasi
Persamaan tersebut dalam bentuk logaritma dapat ditulis :
ln K = ln A − ( RTEa )
Ea 1
ln K = − × +ln A
RT T
Persamaan tersebut analog dengan persamaan garis lurus, yang
sering disimbolkan dengan y = mx + c , maka hubungan antara energi
aktivasi suhu dan lajureaksi dapat dianalisis dalam bentuk grafik ln K vs
2
1/T dengan gradien –(Ea/RT) dan intersep ln A. Jika suatu reaksi memiliki
reaktan dengan konsentrasi awal adalah a, dan pada konsentrasi waktu t
adalah a-x, maka dapat ditulis dalam persamaan:
Kt = ln ( a−x
a
)
Setelah reaksi berlangsung 1/n bagian dari sempurna, x = a/n dan
k=
1
t 1/n (
ln
1
1−1/n )
Beberapa faktor yang mempengaruhi energi aktivasi adalah sebagai
berikut:
1) Suhu
Fraksi molekul-molekul maupun untuk bereaksi dua kali lipat
dengan peningkatan suhu sebesar 10℃.Hal ini menyebabkan laju
reaksi berlipat ganda.
2) Faktor frekuensi
Dalam persamaan ini kurang lebih konstan untuk perubahan suhu
yang kecil. Perlu dilihat bagaimana perubahan energi dari fraksi
molekul sama atau lebih dari energi aktivasi.
3) Katalis
Katalis akan menyediakan rute agar reaksi berlangsung dengan
energi aktivasi yang lebih rendah. (Atkins PW.1999)
3
Bahan yang digunakan :
1) KI 0,1 M
2) Na2S2O3 0,004 M L
3) Larutan thiosulfat 0,001 M
4) Larutan kanji (Amilum/amidon) 1%
5) Es batu
6) Aquadest
D. KESELAMATAN
Karena dalam percobaan ini hanya menggunakan alat yang cukup
sederhana dan bahan kimia yang relative encer, maka untuk menjaga
keselamatan pada waktu melakukan percobaan ini digunakan kaca mata
dan jas praktikum.Selain itu dalam bekerja di laboratorium harus teliti,
disiplin, dan tidak cerobo.Tetapi melakukan kegiatan sesuai dengan
ketentuan dan prosedur yang ada.
E. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Memipet larutan H2O2 sebanyak 0,15 ml ke dalam labu ukur 50 ml,
encerkan hingga tanda batas.
2. Menimbang zat KI sebanyak 1,66 gram, dilarutkan dalam labu ukuran
100 ml hingga tanda batas.
3. Menimbang zat Na2S2O3sebanyak 0,00071 gram, dilarutkan dalam labu
ukur 50 ml hingga tanda batas.
4. a. Memasukkan 5 ml H2O2 dan 5 ml Aquadest dalam tabung 1.
b. Memasukkan 1 ml Na2S2O3, 10 ml KI, 1 ml Amilum dalam tabungg
2.
5. Mengukur suhu tabung 1 dan 2 (18 – 25)ºC, jika sudah sama suhunya,
lalu dicampurkan.
6. Mengamati perubahan yang terjadi terhadap waktu (stopwatch).
7. Melakukan percobaan sebanyak 3x dengan suhu yang berbeda.
8. Melakukan perlakuan yang sama untuk suhu 18 – 25 ºC sebanyak 3
kali.
4
F. DATA PENGAMATAN
G. PERHITUNGAN
1) Pembuatan Larutan
H2O2 0,04 M 50 ml
ρ x % x 1000
M H2O2 =
BM
1, 45 gr /cm ³ x 0 , 3 x 1000
=
34
M1 = 12,79 M
V1 . M1 = V2 . M2
V 2. M 2
V1 =
M1
50 ml . 0 ,04 M
=
12 ,79 M
5
= 0,15 ml
KI 0,1 M 10 ml
M x BM
gr KI =
V
0 ,1 x 1 , 66
=
10
= 1,66 gr
Na2S2O3 0,001 M 50 ml
gr 1000
M Na2S2O3 = x
BM V
gr 1000
0,001 = x
142, 04 50
20
0,001 = gr
142, 04
0,001 = 0,1408 gr
0,001
gr =
0,1408
= 0,0071 gram
M x ml 0 , 04 x 5
[H2O2] awal= = = 0,0091
V total 22
0 ,04
[H2O2] akhir= = 9,09 x 104 ־M
2 x 22
2) Menghitung nilai K
[ H 2 O2 ] bereaksi
K=
[ H 2 O 2 ] awal x t
a. t = 180 s
−4
9 ,09 x 10
K= = 0,000554
0,0091 x 180
b. t = 46 s
−4
9 , 09 x 10
K== =0,002171
0,0091 x 46
6
c. t = 43 s
−4
9 , 09 x 10
K== =0,002323
0,0091 x 43
b. T = 292,5 ̊ K
1 1
= =0,00341
T 292 ,5
c. T = 298,25 ̊ K
1 1
= =0,00335
T 298 , 25
4) Perhitungan Ea
Dari kurva diperoleh persamaan y = -10199x + 28,281
R² = 00,784
m = - 10199
−Ea 1
ln K = x + ln A
RT T
maka m = - Ea / R
Ea = - (mx R) = - (- 10199 x 8,314) = 84794,486 J/mol = 84,794486
KJ/mol
B = intersep = ln A = 28,281
7
Diagram 1/T VS ln K
-2
-3
-4
-5
-6
f(x) = − 10198.6486486477 x + 28.2807162162131
R² = 0.784012791156744
-7
-8
1/T ln K
0.00349 -7.498
0.00341 -6.064
0.00335 -6.132
8
H. ANALISA DATA
9
2. Energi aktivasi (Ea) reaksi sebesar 116,52071 KJ/mol, dengan
intercept 41,044.
3. Temperatur berpengaruh pada laju reaksi, jika suhu semakin tinggi
maka laju reaksi akansemakin cepat. Hal ini dibuktikan dengan
dihasilkannya harga K yang lebih besar pada suhu yang lebih
tinggi.
10
LAMPIRAN
GAMBAR ALAT
Batang Pengaduk
11
PENENTUAN KATALISATOR
A. TUJUAN
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh katalisator
terhadap laju reaksi.
B. DASAR TEORI
Laju Reaksi
Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi zat (pengurangan
pereaksi atau penambahan produk) persatuan waktu.laju
menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses
berlangsung. Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang
terjadi dalam satu satuan waktu dapat berupa detik, menit, jam,
hari atau tahun.pada umumnya laju reaksi, akan berhubungan
dengan konsentrasi. Tetapi perlu diperhatikan bahwa beberapa
reaksi memiliki kelajuan yang tidak bergantung pada konsentrasi
reaksi.Hal ini disebut sebagai reaksi orde nol.
Laju reaksi dinyatakan sebagai laju berlangsungnya
pereaksi atau laju terbentuknya produk.Laju reaksi didefinisikan
sebagai perubahan konsentrasi reaktan atau produk tiap satuan
waktu (Bird, 1987).Laju reaksi pada reaksi sederhana berbanding
luas dengan hasil kali konsentrasi.Konsentrasi reaktan yang
dipangkatkan koefisien reaksinya, sehingga dapat lebih mudah
dihitung secara sistematis. Tetapi untuk beberapa reaksi kompleks
akan sangat sulit ditentukan orde reaksinya. Orde reaksi adalah
banyaknya faktor konsentrasi zat pereaksi yang mempengaruhi
kecepatan reaksi.Penentuan orde reaksi tidak dapat diturunkan dari
persamaan reaksi tetapi hanya dapat ditentukan berdassarkan
percobaan (Sunarya, 2004).
Faktor – faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Menurut teori tumbukan, reaksi akan berlangsung jika
terjadi tumbukan-tumbukan antar partikel. Makin banyak terjadi
tumbuka, maka reaksi akan berlangsung lebih cepat. Namun tidak
semua tumbukan dapat menghasilkan reaksi, hanya partikel-
12
partikel yang mempunyai energy cukup dan posisi yang baik yang
dapat mempengaruhi laju reaksi, yaitu:
a. Pengaruh Konsentrasi
Pengaruh konsentrasi terhadap kecepatan reaksi
dapat diterangkan melalui pendekatan teori
tumbukan.Semakin besar konsentrasi zat yang terlibat
dalam suatu reaksi berarti semakin banyak partikel atau
molekul yang bertumbukan.Akibatnya, jumlah tumbukan
persatuan luas, persatuan waktu juga mengalami kenaikan.
Dengan kata lain, pada keadaan seperti itu, kecepatan reaksi
bertambah cepat.
b. Pengaruh Suhu
Hampir semua reaksi menjadi cepat bila suhu
dinaikkan, karena kalor (panas) yang diberikan akan
menambah energy kinetic partikel pereaksi. Akibatnya,
jumlah dan energy tumbukan bertambah besar. Dengan kata
lain, suhu semakin tinggi maka energy kinetic zat akan naik
dan gerakan partikel semakin caoet akan mengakibatkan
kemungkinan terjadinya tumbukan sehingga laju reaksi
meningkat.
c. Pengaruh Katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempengaruhi
kecepatan reaksi dan setelah reaksi selesai zat tersebut akan
terbentuk kembali. Katalis dapat memperkecil enegi
aktivasi, sehingga banyak partikel yang mempunyai energy
kinetic di atas energy aktivasi, maka akan semakin cepat
reaksi berlangsung. Energy aktivasi adalah energy minimal
yang harus dimiliki partikel-partikel agar tumbukannya
menghasilkan reaksi.
Katalis dapat dibagi berdasarkan dua tipe dasar,
yaitu reaksi heterogen dan homogeny.Di dalam reaksi
heterogen, katalis berada dalam fase yang berbeda dengan
13
reaktan. Sedangkan pada reaksi homogeny, katalis berrada
dalam fase yang sama dengan reaksi.
d. Pengaruh Luas Permukaan
Luas permukaan, ukuran materi atau luas
permukaan sentuh sangat mempengaruhi kecepatan
reaksi.Semakin besar luas permukaan, maka semakin
banyak pula partikel yang salingg bertumbukan.
e. Sifat Zat yang Bereaksi
Reaksi antara senyawa ion umumnyaberlangsung
cepat dan reaksi antara senyawa kovalen umumnya
berlangsung lambat.
14
atau penggunaan logam sebagai katalisator. Contoh reaksi yang
menggunakan katalisator homogeny adalah reaksi KMnO 4 dan
asam oksalat dalam suasana basa yang dikatalis oleh ion Mn 2+,
persamaan reaksi ionya adalah
2MnO4- + 16H+ + 5C2O4 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
Karena dalam reaksi tersebut dihasilkan juga ion Mn 2+,
dalam reaksi ini ion Mn2+ merupakan katalisator dan reaksi ini
disebut sebagai otokatalis.
Laju reaksi menggunakan katalisator bergantung pada
aktivitas katalitiknya, makin tinggi aktivasi katalitiknya, maka laju
reaksinya makin cepat. Ada lima jenis aktivitas katalitik yang
dikenal, yaitu:
a. Aktivitasnya bergantung pada konsentrasi dan luas
permukaan katalisator.
b. Aktivitasnya hanya spesifik untuk katalisator tertentu.
c. Aktivitasnya bergantung pada bentuk geometri atau
orientasi permukaan katalisator.
d. Aktivitasnya memerlukan promoter tertentu, promoter
adalah zat yang berfungsi uu=ntuk mengaktifkan kerja
katalitik dari katalisator.
e. Aktivitasnya berlangsung baik jika tidak ada inhibitor,
inhibitor adalah zat yang menghambat kerja katalisator.
Logam –logam transisi periode pertama dari V sampai Zn
umumnya merupakan katalisator bagi reaksi kimia.
15
6) Hot Plate 1 buah
7) Gelas Kimia 1 buah
8) Termometer 1 buah
Bahan
1) Kalium Tartrat (C4H5KO6)
2) H2O2 10%
3) Kobalt Nitrat (CO(NO3)2)
4) Aquades
D. LANGKAH KERJA
1. Menimbang Kalium Tartrat sebanyak 24,25 gram, lalu dilarutkan
dalam 25 ml aquadest, ke dalam gelas kimia.
2. Memanaskan larutan Kalium Tartrat diatas hot plate hingga suhu
mencapai 70ºC. Lalu mencatat reaksinya.
3. Mengencerkan larutan H2O2 10% yang dipipet sebanyak 3,3 ml ke
dalam labu Erlenmeyer dan diencerkan dengan aquadest sebanyak
6,7 ml.
4. Mencampurkan larutan H2O2 10% dengan larutan Kalium Tartrat
yang suhunya konstan 70ºC. dan mencatat reaksinya.
5. Memipet larutan kobalt 2 ml, lalu dicampurkan ke dalam larutan
campuran Kalium Tartrat dan larutan H 2O2 10% dengan suhu
konstan 70ºC. dan mencatat reaksinya.
E. DATA PENGAMATAN
1. Dipanaskan
dengan suhu 70̊̊C
16
Terdapat endapan berwarna putih dan adanya
gelembung gas atau udara.
2. Menambahkan
10 ml H2O2
17
perubahan warna kobalt dari berwarna orange
kemerahan menjadi warna merah muda.
F. PERHITUNGAN
Gram Kalium Tartrat (C4H5KO6)
M C4H5KO6 =ρ×V
= 1,94 g/ml × 25 ml
= 48,5 gram
48 , 5 gram
M C4H5KO6 =
2
= 24,25 gram C4H5KO6
Melarutkan H2O2 10%
M1 . V1 = M2 . V2
30 .V1 = 10 . 10
V1 = 3,3 ml
18
G. ANALISA DATA
Laju reaksi menyatakan seberapa capat atau seberapa lambat suatu
proses berlangsung. Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang
terjadi dalam satu satuan waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari atau
tahun.Banyak faktor yang mempengaruhi laju suatu reaksi. Pengetahuan
tentang faktor-faktor ini akan berguna dalam mengatur laju suatu reaksi.
Hal ini sangat penting terutama untuk mengontrol proses-proses kimia
dalam industry. Tentunya proses kimia yang berlangsung sangat lambat
tidak ekonomis. Pengontrolan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi kimia akan dapat meningkatkan nilai ekonomis. Faktor-faktor
yang mempengaruhi laju reaksi yang meliputi konsentrasi pereaksi, luas
permukaan pereaksi, temperature reaksi dan penggunaan katalisator dalam
reaksi kimia.
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh katalis
terhadap laju reaksi.Katalis didefinisikan sebagai zat yang mempercepat
laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa diubah atau dikonsumsi oleh
reaksi itu sendiri.Katalis berperan dalam reaksi tetapi tidak sebagai reaktan
atau produk.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa pada langkah pertama yaitu
pemanasan kalium tartrat pada suhu 70℃ hanya terjadi endapan dan
terdapat gelembung gas yang sedikit.Lalu selanjutnya ditambahkan H2O2
sehingga terjadi reaksi dimana endapan putih menjadi gumpalan yang naik
ke permukaan diikuti dengan gelembung gas yang semakin banyak.Namun
pada saat menambahkan larutan kobalt terjadilah reaksi dimana larutan
berubah warna dari orange kemerahan menjadi merah muda dengan
gumpalan endapan di permukaan juga gelembung gas.
Penambahan katalis pada percobaan dapat mempercepat laju reaksi
tetapi zat tersebut tidak mengalami perubahan yang kekal atau tidak ikut
bereaksi. Reaksi mendidih akibat dari tercapainya kesetimbangan itu
merupakan proses eksoterm suhu yang menjadi naik dan sebaliknya.
19
Karena katalis hanya mampu mempercepat reaksi artinya katalis
bukan berfungsi mengubah zat yang tidak bereaksi menjadi bereaksi,
melainkan mengubah zat yang bereaksi lambat menjadi bereaksi cepat.
Perubahan setelah reaksi berlangsung hal yang bisa dijadikan
indikator berlangsungnya reaksi adalah adanya gelembung gas.
H. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatlah kesimpulan bahwa
laju raksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
katalisator.
Penambahan katalis mengakibatkan terbentuknya tahap-tahap
reaksi tambahan yang memberikan jalan lain dengan energy aktivasi (Ea)
lebih rendah. Energy aktivasi yaitu energy minimal yang harus dimiliki
atau diberikan kepada patikel agar tumbukannya menghasilkan
reaksi.Tahap-tahap reaksi tambahan berupa tahap pengikatan katalis dan
tahap pelepasan katalis pada akhir reaksi.Katalis bersifat spesifik, yaitu
hanya dapat berfungsi untuk suatu reaksi tertentu.Dan percobaan ini yang
bertindak sebagai katalis adalah kobalt.
20
LAMPIRAN
GAMBAR ALAT
21
KINETIKA REAKSI UNIMOLEKULER IRREVERSIBLE
A. TUJUAN
Mengetahui cara menentukan konstanta kecepatan reaksi
unimolekuler irreversible.
B. DASAR TEORI
22
Reaktor alir biasanya digunakan untuk mempelajari kinetika reaksi
heterogen. Dengan reaktor ini reaksi yang sulit diikuti, reaksi dengan
produk yangbervariasi, reaksi sangat cepat dan reaksi phase gas mungkin
akan lebih mudahdilakukan.
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk analisa data
eksperimen.Metode integral dan metode diferensial.Metode integral
mudah digunakan dan direkomendasikan untuk digunakan untuk mengetes
mekanisme yang spesifik atauekspresi kecepatan reaksi yang relatif
sederhana.Metode ini dapat pula digunakan bila data sangat menyebar
sehingga hasil derivatifnya kurang bisa dipercaya.Metode differensial
akan sangat berguna pada situasi yang lebih rumit tetapi memerlukan data
yang lebih banyak dan akurat. Metode integral hanya dapat digunakan
untuk mengetes mekanisme atau bentuk persamaan reaksi tertentu.Sedang
metode deferensial dapat digunakan untuk membuat persamaan reaksi
dengan fittingdaridata.
Reaktor Batch Volume Konstan
d ¿
ri = 1 dNi
=
( )
V
=
dCi
V dt dt dt
1
1 dPi
ri =
RT dt
2
23
kecepatan reaksi yang lain dicoba dan dites.
Prosedur analisa data dengan metode integral ini adalah
dCA
-r = - = f (k,C)
dt
3
dCA
-r = - = kf (C)
dt
4
2. Persamaan(4)disusunulangmenjadi
dCA
- = kdt 5
f (C )
Kemudian diintegrasikan menjadi
CA t
dCA
-∫ = K ∫ dt = kt 6
Ao f (CA) 0
5. Cek apakah data-data ini fit bagus dengan mekanisme yang diujikan.
Bila tidak coba mekanisme lain.
A produk
24
dCA
-rA = - =k CA 7
dt
CA
-ln =kt 9
CA 0
-ln (1-XA) = kt
NA NA 0(1− XA)
CA = = =¿CA0 (1 – XA)
V V
10
Sehingga
-dCA = CA0dXA 11
dXA
=¿ k (1 – XA)
dt
12
Hasil integrasi
14
Untuk menguji data eksperimen apakah sesuai dengan orde satu ini
atau tidakdilakukan dengan cara memplot ln(C A/CA0) atau ln(1-XA) lawan t.
Grafik yangdiperoleh adalahgarislurus dengan slope sebagaik.
25
Reaksi orde kedua
Perhatikan reaksi
2A Produk Persamaan
−dCA 2 2 2
-rA = −kC A =kC A 0 ( 1− XA ) 15
dt
Untuk mengecek ajakan data kinetika sesuai dengan orde dua atau tidak
maka diplot antara 1/CAatau XA/(1-XA) lawan t. Bila diplot antara
1/CAlawan t makaslopenya merupakan k dan bila diplot antara X A/(1-XA)
lawan t maka slopenyaadalah CA0k.
−dCA
-rA = =f (k , C) 17
dt
Atau
−dCA
-rA = =f (C) 18
dt
26
kecepatan reaksi konsisten dengan data eksperimen. Slope yang
diperoleh adalah k-nya.Bila garis lurus tidak diperoleh maka coba
mekanisme yanglain.
-rA = K.CAn 19
5. Plot ln(-rA) lawan lnCA, slope-nya sebagai orde reaksi dan intercept-
nya sebagai ln k.
Reaksi Dekomposisi thermal urea
27
Padaeksperimen kali ini akan dicari konstanta kinetika reaksi
dekomposisi urea.
C. BAHAN
Urea
D. ALAT
1. Erlenmeyer
2. Statif
3. Labu leher tiga
4. Thermometer
5. Timbangan digital
E. CARA KERJA
1. Memanaskan labu leher 3 sampai temperature 160ºC
2. Menimbang 10 gr Urea (catat sebagai Wo) dan masukkan dalam labu
leher 3. Waktu pemasukan catat sebagai to.
3. Sedang berat urea dan labu leher 3 dicatat sebagai awal totalnya.
4. Tiap 5 menit catat total perubahan berat labu leher 3 beserta ureanya.
5. Lakukan sampai urea didalam labu habis.
F. DATA PENGAMATAN
1. Berat Erlenmeyer kosong = 123,3 gram
2. Berat Awal Urea (W0) = 10 gram
3. Temperature = 110℃
28
G. DATA PENGAMATAN
1. Mol = ( BMgr )
10 gr
- Mto = =0,166500167 mol (CA0)
60 , 06 gr /mol
8 ,7 gr
- Mt1 = =0,144855144 mol (CA1)
60 , 06 gr /mol
8 ,3 gr
- Mt2 = =0,138195138 mol (CA2)
60 , 06 gr /mol
8 , 2 gr
- Mt3 = =0,136530136 mol (CA3)
60 , 06 gr /mol
7 ,96 gr
- Mt4 = =0,132534132 mol (CA4)
60 , 06 gr /mol
3. Orde 1
-Ra1 = K1 × Ca1
= 2,3207 menit-1 ×0,1448
= 0,3360 menit-1
-rA2 = K2 × Ca2
= 1,1886 menit-1 ×0,1381
= 0,1641 menit-1
29
-rA3 = K3 × Ca3
= 0,7972 menit-1 ×0,1365
= 0,1088 menit-1
-rA4 = K4 × Ca4
= 0,6068 menit-1 ×0,1325
= 0,0804 menit-1
30
H. ANALISA DATA
( )
ln CA
–
dimana nilai K ditentukan dengan perbandingan anatara CA 0 .
t
Dengan memperhatikan pengaruh konsentrasi terhadap kecepatan reaksi
pada temperature konstan.
31
suhu di 110 ℃ sedangkan titik lebur dari urea adalah 133˚C, maka wajar
jika urea yang teruapkan tidak banyak per 5 menit. Dan untuk masing-
masing nilai K-nya adalah K1 = 2,3027 menit-1, K2 = 1,1886menit-1, K3 =
0,7972 menit-1, dan K4 = 0,6068 menit-1.
I. KESIMPULAN
Dari percabaan yang telah dilakukan didapatlah hasil dari percobaan
berikut:
- Nilai K dan Orde 1
1) K1 = 2,3207 menit-1
2) K2 = 1,1886 menit-1
3) K3 = 0,7972 menit-1
4) K4 = 0,6068 menit-1
- Nilai rA orde 1
1) rA1 = 0,3360 menit-1
2) rA2 = 0,1641 menit-1
3) rA3 = 0,1088 menit-1
4) rA4 = 0,0804 menit-1
32
LAMPIRAN
GAMBAR ALAT
33
KINETIKA REAKSI BIMOLEKULER IRREVERSIBLE
A. TUJUAN PERCOBAAN
Mengetahui cara menentukan kinetika reaksi bimolekuler irreversibel.
B. DASAR TEORI
Perhatikan reaksi
A + B àProduk
Persamaan kecepatan reaksi
−dCA −dCB
-rA= = =kCAC B
dt dt
1
Jumlah A dan B yang bereaksi pada waktu t akan sama yaitu C A0XA =
CB0XBsehinggapersamaan diatas ditulis ulang menjadi
dXA
-rA= CAO =k (CAO-CAOXA)(CBO-CAOXA)
dt
2
dXA
-rA = CAO = KC²(1-XAO)(M-XB)
dt
3
Disusun ulang dan diintegrasikan
XA A t
∫ ( 1− XAd) (MB−
X
XA)
= CAOK ∫ dt
0 0
Diselesaikan menjadi
34
ln 1−XB ln MB−XA ln CBCAO ln CB
= = =
1− XA MB (1−XA) CBO CA MCA
= CAO (MB – 1) Kt = (CBO – CAO) Kt, MB ≠1
5
MB−XA
Untuk mengujinya diplotkan antara ln (CB/CA) atau ln atau ln
MB(1−XA)
CBCAO
lawan t. Bila diplot antara ln (CB/CA) lawan t maka slopenya
CACBO
MB−XA
adalah (CBO –CAO) K dan bila diplot antara atau ln atau ln
MB(1−XA)
CB CAO
lawan t maka slopenya akan sama dengan (CBO –CAO) K.
CA CBO
Reaksi Penyabunan
Pada eksperimen kinetika bimolekuler irreversible ini akan diuji
sebuah reaksi penyabunan antara minyak dengan NaOH.
35
Dengan K disebut tetapan laju, dan n orde reaksi untuk A.
∆ [ A]
Laju reaksi didefinisikan sebagai (negative) - sebab A
∆t
berkurang (akibat pereaksi digunakan dalam reaksi). Untuk nilai n (orde
reaksi) tidak dapat ditentukan dari persamaan kimia setara, tetapi harus
ditentukan secara percobaan. Untuk reaksi orde pertama, n=1 dan laju =
K[A]. Untuk reaksi orde kedua, n=2 dan laju =K[A] 2. Untuk orde nol, n=0
dan laju =K. Metode percobaan umum untuk menentukan laju adalah
metode laju awal. Dimana sederetan percobaan pada setiap nilai t
mendekati t=0 sampai t=t.
Suatu hukum laju integral menyatakan konsentrasi pereaksi
sebagai fungsi waktu. Hukum laju integrasi untuk reaksi orde pertama
adalah:
ln [A] = -kt + ln[A]0
Dengan:
[A] = konsentrasi awal A
Jadi, kita dapat menghitung A, pada setiap waktu.Untuk reaksi yang
menunjukan kinetika orde pertama, aluran ln [A] terhadap t berupa garis
lurus.
Waktu paru (t ½) reaksi adalah waktu yang diperlukan untuk
pereaksi mencapai setengah dari semula. Untuk reaksi orde pertama,
waktu par t ½ =0,693/k. hukum laju integral untuk reaksi orde kedua
adalah:
1 1
=Kt +
[A] [A]0
Akibatnya, jika aluran 1/[A]terhadap waktu untuk reaksi yang ada akan
dihasilkan garis lurus, maka laju reaksi adalah orde kedua. Untuk kinetika
orde kedua, waktu paru bergantung konsentrasi terhadap k dan [A]0.
Hukum laju bentuk integral untuk reaksi orde ke nol adalah:
[A] = - kt + [A]0
Dan waktu parunya:
[ A]0
t½=
2K
36
Untuk reaksi dengan beberapa pereaksi, orde reaksi keseluruhan adalah
jumlah orde dari masing-masing pereaksi.
37
Reaksi Riamolekul (Langmuir-Hinshelwood)
Mekanismenya adalah dua atom teradsopsi ke permukaan. Kedua atom ini
berdifusi melalui permukaan dan berinteraksi satu sama lain. Sebuah
molekul terbentuk dan terjadi desorpsi. Contoh reaksi dengan mekanisme
(Langmuir-Hinshelwood):
2CO + O2 2CO2 pada katalis platina
CO + 2H2 CH3OH pada katalis ZnO
C2H4 + H2 C2H6 pada katalis tembaga
N2O + H2 N2 + H2O pada katalis platina
C2H4 + ½ O2 CH3CHO pada katalis palladium
C. BAHAN
Minyak goreng dan NaOH, HCL.
D. ALAT
1. Erlenmeyer
2. Statif
3. Labu leher tiga
4. Termometer
5. Timbangan digital
E. CARA KERJA
1. Siapkan campuran 15 ml 20% NaOH (5M) dan 10 ml minyak
tumbuhan pada gelas flask 150 ml. gunakan batang pengaduk untuk
mencegah eksplosif campuran NaOH-minyak.
2. Nyalakan hot plate sehingga larutan mendidih serta nyalakan stirrer.
Reaksi penyabunan komplet bila padatan seperti lilin terbentuk dan
bila didinginkan akan keras dan getas. Reaksi penyabunan akan selesai
setelah 30-45 menit.
3. Sampling produk setiap 5 menit dan evaluasi konsentrasi NaOH-nya.
38
Peringatan: pada saat membuat sabun, anda akan memanaskan campuran
sampai airnya menguap semua. Hati-hati terciprat campuran panas ke kulit
anda.
F. DATA PENGAMATAN
No. Waktu, Vol. Vol. HCL Perubahan Warna
Menit Sampel
1. 5 5 ml 17,87 ml Kuning KeruhàBening
2. 10 5 ml 15,86 ml Kuning KeruhàBening
3. 15 2 ml 9,42 ml KuningKeruh àBening
4. 20 0 ml (karena habis
bereaksi)
G. DATA PERHITUNGAN
1. Menghitung Konsentrasi Larutan
a. NaOH 20% 5 M, 15 ml
gr 1000
M1 = ×
ml BM
1000
= 20 % ×
40
= 0,2 x 25
= 5 mol
39
m
ρ =
V
m =ρxv
= 2,13 gr/ ml x 15 ml
= 31,95 gram
c. HCL 1 N 1000 ml
% x ρ x 1000
M=
Mr
37
x 1 ,16 x 1000
= 100
36 , 46
= 11,77 mol
M1 x V1 = M2 x V2
M 2 xV 2
V1=
M1
1 N x 1000 ml
V1 =
11 ,77 mol
V1 = 84,96 ml
2. Menghitung konsentrasi larutan setelah titrasi
a. Minyak Goreng (a = Ga)
% x ρ x 1000
a=
Mr
100
x 0 , 8 x 1000
= 100
256 , 42
40
= 3,12 mol
b. Konsentrasi NaOH (b = Cb)
gr 1000
b= x
Mr 40
= 20% x 25
= 0,2 x 25
= 5 mol
3. Menghitung nilai K setelah titrasi
- Orde 2
a) Pada 5 menit
M1 x V1 = M2 x V2
M 2 xV 2
M1 =
V1
1 x 17 , 87
=
5
= 3,574 mol (Ca)
1 1
- = K.t
CA CAO
1 1
- = K.5
(3 , 12−3,574) 3 ,12
1 1
- = K.5
−0,454 3 ,12
-2,2026 – 0,3205 = 5K
-2,5231= 5K
−2,5231
K= =−0,50462
5
b) Pada 10 menit
M1 x V1 = M2 x V2
M 2 xV 2
M1 =
V1
1 x 15 ,86
=
5
= 3,172mol (Ca)
41
1 1
- = K.t
CA CAO
1 1
- = K.10
(3 , 12−3,172) 3 ,12
1 1
- = K.10
−0,052 3 ,12
-19,2307 – 0,3205 = 10K
-19,5512 = 10K
−19,2307
K= =−1,92307
10
c) Pada 15 menit
M1 x V1 = M2 x V2
M 2 xV 2
M1 =
V1
1 x 9 , 42
=
5
= 1,884mol (Ca)
1 1
- = K.t
CA CAO
1 1
- = K.15
(3 , 12−1,8847) 3 ,12
1 1
- = K.15
1,236 3 ,12
0,8090 – 0,3205 = 15K
04885 = 15K
0,4885
K= =0,0325
15
Waktu Nilai K
5 menit 0,01944
10 menit 0,00837
15 menit 0,00474
42
K 1+ K 2+ K 3+ K 4
ƩK =
2
= -0,631185
a) Pada 5 menit
- rA = K. CA. CB
= -0,50642 .3,12
c) Pada 15 menit
.5
- rA = K. CA. CB
= -7,872072
=-0,0632 . 3,12 .
5
b) Pada 10 menit
= -0,3943
- rA = K. CA. CB
= -1,95512 . 3,12
.5
= -30,4998
∫ ( 1− XA dXA
) (MB− XA)
=¿¿ CAO . K ∫ dt
0 0
a) Pada 5 menit
CAO (MB – 1) Kt
43
= 3,12 (5/3,12 -1) (-0,50462 . 5)
= 3,12 (1,6025 – 1) (-0,50462.5)
= 3,12 (0,6025) (-2,5231)
= -4,7429
MB− XA
ln
MB ( 1−XA )
=
( 5
3 ,12
– 3,574 )
( 3 ,12
5
( 1−3,574 ))
1,6025−3.574
=
1,6025×(−2,574 )
−1,9715
= = 0,4780
−4,1248
b) Pada 10 menit
CAO (MB – 1) Kt
= 3,12 (5/3,12 -1) (-1,95512 . 10)
= 3,12 (1,6025 – 1) (-19,5512)
= 3,12 (0,6025) (-19,5512)
= -36,7523
MB− XA
ln
MB ( 1−XA )
=
( 5
3 ,12
– 3,172 )
( 3 ,12
5
( 1−3,172 ) )
1,6025−3,172
=
1,6025× 2,172
−1,5695
= = 0,45092
−3,48063
44
c) Pada 15 menit
CAO (MB – 1) Kt
= 3,12 (5/3,12 -1) (-0,0632 . 15)
= 3,12 (1,6025 – 1) (-0,948)
= 3,12 (0,6025) (-0,948)
= 1,0618
MB− XA
ln
MB ( 1−XA )
=
( 5
3 ,12
– 4 , 71)
( 3 ,12
5
( 1−4 , 71 ))
1,6025−4 ,71
=
1,6025×(−3 , 71)
−4,069
= = 1,7110
−2,3781
Waktu MB−XA
ln
MB(1−XA)
5 menit 0,4780
10 menit 0,45092
15 menit 1,7110
20 menit 0
45
6. Diagram yang didapat dari percobaan:
A. Diagram waktu VS nilai –rA
Nilai -rA
MB−XA
B. Diagram waktu VS ln ln
MB(1−XA)
46
Grafik Waktu terhadap ln Mb-
Xa/Mb(1-Xa)
1.8
1.6
1.4
1.2 Nilai ln Mb-Xa/Mb(1-Xa)
1 Linear (Nilai ln Mb-
Waktu
0.8 Xa/Mb(1-Xa))
0.6 f(x) = − 0.00347839999999999 x + 0.70346
0.4 R² = 0.000935294636666861
0.2
0
4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
ln Mb-Xa/Mb(1-Xa)
47
H. ANALISA DATA
48
menunjukkan gradient (slope) yaitu sebesar -0,0035, sedangkan R2 yang
didapatkan sebesar 0,0009.
I. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kinetika reaksi bimolekuler adalah kecepatan reaksi dan mekanisme
reaksi yang melibatkan lebih dari satu molekul.
2. Semakin tinggi waktu yang diperlukan maka semakin sedikit volume
titran (HCl).
3. Reaksi yang digunakan adalah reaksi penyabunan yaitu reaksi antara
minyak goreng dan NaOH.
4. Data hasil percobaan:
- Pada 5 menit = 17,87 ml HCL
- Pada 10 menit = 15,86 ml HCL
- Pada 15 menit = 9,42 ml HCL
- Pada 20 menit = karena habis bereaksi
5. Didapatkan nilai –rA menurun dengan semakin besarnya waktu.
49
LAMPIRAN
GAMBAR ALAT
50
SINTESIS KATALIS HETEROGEN BERBASIS BAHAN ALAM
A. TUJUAN PERCOBAAN
Agar dapat memahami proses pembuantan katalis heterogen
menggunakan bahan alam.
B. DASAR TEORI
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat atau memperlambat
suatu reaksi, katalis berfungsi untuk menurunkan energy
activator.Terdapat dua jenis katalis, yaitu katalis homogeny dan katalis
heterogen. Katalis homogeny adalah sebuah jenis dari katalis dimana
katalis tersebut mempunyai fase yang sama dengan reaktan. Sedangkan
katalis heterogen adalah suatu jenis katalis dimana katalis menempati fase
yang berbeda dari campuran reaksi.
Katalis homogeny menghasilkan air limbah dengan volume besar
yang harus diolah dan hal ini secara signifikan meningkatkan biaya dan
berdampak pada lingkungan melalui prosesnya.Oleh karena itu,
penggunaan katalis heterogen menjadi menarik karena katalis heterogen
memiliki keuntungan.Diantaranya adalah tidak korosif, mudah dipisahkan
dan ramah lingkungan serta ekonomis.
Kapur tohor adalah kalsium oksida (CaO) yang diperoleh dari
kalsinasi bubuk kapur.Kapur tohor adalah material tak beracun yang tidak
mahal dan ramah lingkungan. Aktivasi adalah kalsium metoksida
[Ca(OCH3)2]. Dibandingkan dengan CaO, katalis ini memiliki aktivasi
yang memiliki lebih tinggi dan kelarutan yang lebih rendah pada reaksi
transesterifikasi dan estofikasi, tidak terdeaktifasi oleh cair, stabil dan
aktif.Pada temperature rendah dan memiliki selektivitas tinggi.
Efesiensi katalis bergantung pada beberapa faktor yaitu luas
permukaan spesifik ukuran pori, volume pori dan konsentrasi sisi aktif.
Zeolit memiliki sifat yang untuk dimana permukaan dalam sangat mudah
diakses dan terdiri dari 98% dari total luas permukaan. Luas
permukaannya lebih kurang 300-700 m 2/g untuk reaksi transesterifikasi
51
yang melibatkan trigliserida rantai panjang, maka zeolit dengan ukuran
pori yang besar. Aktivasi meningkatkan reaiko.Si/A dan memiliki sifat
hidrofolik lebih diminatai.
Katalis heterogen umumnya berupa zat padat yang terdiri atas
logam atau oksida logam.Contoh katalis heterogen berupa zat padat yang
terdiri atas logam atau oksida logam.Contoh katalis heterogen yaitu
MgO.CaO, zeolit dan resih penukar ion.Contoh katalis heterogen dalam
dunia industry yang pertama kalinya yaitu pada tahun 1957, dengan
menggunakan PT untuk mengoksidasi SO2 menjadi SO3 dalam larutan
asam.
Biodiesel
52
penggunaan minyak nabati atau lemak hewani secara langsung memiliki
beberapa kekurangan seperti viskositas yang tinggi, angka setana yang
rendah, dan volotilitas yang rendah sehingga dapat menyebabkan
terbentuknya deposit diinjektor mesin diesel.Oleh karena itu, minyak
nabati maupun hewani diolah terlebih dahulu menjadi biodiesel yang aman
bagi mesin diesel.
Proses Degumming
53
Proses degumming diawali dengan pencampuran bahan baku
karena minyak jelantah didapatkan dari beberapa sumber sehingga perlu
dilakukan pencampuran pada awal proses untuk mendapatkan feedstack.
Proses pencampuran ini dilakukan pada suhu 60ºC. setelah proses
pencampuran selesai, minyak dan dipanaskan kembali pada suhu 60ºC.
pencampuran asam sulfat (H3PO4). Dilakukan selama 30 menit dengan
terus diaduk. Selain itu, minyak didalam ruang pemisah, didiamkan selama
24 jam, sampai terbentuk dua lapisan. Selanjutnya, lapisan minyakk
dipisahkan dari endapan gum.
Proses Esterifikasi
Proses Transesterifikasi
54
Mekanisme reaksi trans-esterifikasi basa heterogen dengan katalis
CaO.
1. Kaca arloji
2. Spatula
3. Gelas ukur
4. Labu leher tiga
5. Penjepit
6. Pengaduk
7. Kertas saring
8. Corong kaca
9. Timbangan
55
Bahan
1. Minyak goreng
2. Methanol
3. CaO
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Minyak dan methanol dengan perbandingan 1 : 6 dimasukkan ke
dalam labu leher dua.
2. Set temperature reaksi 60-70ºC, setelah temperature tercapai,
menambahkan CaO 1% dari minyak.
3. Mereaksikan selama 1 jam.
4. Menyaring hasil reaksi u/memisahkan CaOnya.
5. Mengecek produk (berupa cairan) apakah dihasilkan biodiesel
dengan tes nyala.
E. DATA PENGAMATAN
56
mencapai 60-70˚C,
jaga suhu konstan dan
tunggu selama satu
jam
57
F. ANALISA DATA
Pada praktikum kali ini melakukan percobaan sintesa katalis
heterogen berbasis bahan alam.Katalis sendiri merupakan zat yang dapat
mempercepat atau memperlambat suatu reaksi.Katalis yang digunakan
pada percobaan ini yaitu kalsium oksida (CaO).Secara umum katalis
terbagi menjadi tiga jenis yaitu katalis biologis, katalis homogeny, dan
katalis heterogen.
Katalis yang digunakan merupakan jenis katalis heterogen, CaO
sendiri termaksud ke dalam katalis basa heterogen.Katalis jenis ini, dapat
dengan mudah dipisahkan dari campuran reaksi sehingga dapat digunakan
kembali dan mempunyai aktivasi kstalisator yang tinggi.CaO memiliki
sifat kebiasaan yang tinggi, karena itu banyak digunakan sebagai katalis
untuk reaksi trans-esterifikasi.
Biodiesel yang diolah merupakan pencampuran antara minyak dan
methanol yang kemudian dicampurkan dengan CaO yang dipanaskan pada
suhu 60-70ºC.setelah melakukan pemanasan serta penyaringan pada
diesel. Lalu dilakukan tes nyala. Ketika dilakukan proses pembakaran
nyala api berwarna merah. Hal ini membuktikan bahwa CaO benar
merupakan katalis dan dapat mempercepat suatu reaksi.
Padatan CaO memiliki kinerja yang lebih baik sebagai katalis
untuk reaksi pembentukan biodiesel. Kandungan utama pada padatan CaO
hasil sintesis adalah Ca(OH)2 dimana padatan tersebut bersifat kristalin
dengan luas permukaann sebesar 7,7 m2/g.
CaO sebagai salah satu katalis basa kuat dalam menghasilkan
biodiesel. Sebagai katalis basa, CaO mempunyai banyak manfaat,
misalnya aktivitas yang tinggi, kondisi reaksi yang rendah, massa katalis
yang lama, serta biaya katalis yang rendah.
G. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan didapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Katalis adalah zat yang dapat mempercepat suatu reaksi.
2. CaO merupakan salah satu jenis katalis basa heterogen terbaik
karena memiliki sifat kebiasaan yang tinggi.
58
3. Biodiesel dapat diperoleh dari reaksi trans-esterifikasi dari asam
lemak minyak nabati atau hewani (minyak goreng) dengan
methanol katalis basa heterogen (CaO).
4. Tes nyala dilakukan pada hasil biodiesel terbukti menyala/terbakar
dengan warna api, berwarna merah.
59
LAMPIRAN
GAMBAR ALAT
60
SINTESA KATALIS BERBASIS KARBON AKTIF TERIMPREGNASI
NaOH
A. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mampu membuat katalis berbahan karbon aktif dan
NaOH.
B. DASAR TEORI
Karbon aktif dapat diperoleh dari bahan yang mengandung karbon
yang tinggi seperti batubara, kayu, dan tempurung kelapa.Selama ini
karbon aktif diaplikasikan sebagai pengendali polusi udara, pengolahan
limbah cair, penghilang bahan beracun seperti polutan, logam berat, dan
pewarna organik.Bahan yang mengandung karbon dapat diubah menjadi
karbon aktif dengan dekomposisi termal dalam furnace dan dipanaskan
dengan aktivasi fisika dan kimia.Karbon aktif dapat digolongkan menjadi
3 kategori yaitu berbentuk bubuk, granular, dan ekstruder. Karbon aktif
berbentuk serbuk halus memiliki distribusi ukuran partikel 5-10 nm,
sedangkan karbon aktif berbentuk granular memiliki ukuran 0,8-1,2 nm.
Porositas karbon aktif terbentuk pada saat proses karbonisasi. Pada karbon
aktif terdapat 3 ukuran pori, yaitu mikropori (<2 nm), mesopori (>50 nm)
(Marsh dan Fransisco, 2006), selain itu lebih jauh terdapat pula ukuran
super mikropori (0,7-2 nm) dan ultramikropori (<0,7 nm) (Manocha,
2003).
Kualitas karbon aktif mengacu pada SNI 06-3730-1995 tentang
karbon aktif teknis, seperti pada tabel 1.
61
Bahan karbon telah sering digunakan sebagai katalis. Karbon aktif
telah sering digunakan pada beberapa proses katalitik heterogen. Dari
beberapa penyangga katalis heterogen, karbon aktif memiliki banyak
keuntungan seperti ketersediaannya, dimana sebagian besar adalah limbah
pertanian, biaya yang rendah dan stabilitasnya pada dan temperatur
yangrendah.Selain itu, karbon aktif mempunya sifat yang baik sebagai
penyangga katalis karena bersifat inert, permukaan yang dapat
dimodifikasi, karbon aktif digunakan sebagai penyangga karena sifatnya
yang berpori.Karbon aktif telah terbukti efektif sebagai pengemban katalis
dalam reaksi fase gas maupun cair.Karbon aktif memiliki luas permukaan
yang besar sehingga baik digunakan sebagai pengemban katalis pada
reaksi transesterifikasi. Karbon aktif adalah material berpori dengan
kandungan karbon 87%-97% dan sisanya berupa hidrogen, oksigen, sulfur
dan materiallain. Selain terdiri dari atom karbon, karbon aktif mengandung
sejumlah kecil hidrogen dan oksigen yang terikat pada gugus fungsi
misalnya karboksil, fenol dan eter.Gugus fungsi ini menjadikan
permukaan karbon aktif reaktif secara kimia dan dapat mempengaruhi sifat
adsorpsinya.Ilustrasi struktur kimia karbon aktif dapat dilihat pada gambar
1.
62
dapat dimpregnasi pada karbon aktif sebagai pengembannya untuk
digunakan dalam reaksi trans- esterifikasi sebagai katalis basa
heterogen.Impregnasi merupakan metode yang paling mudah dan paling
umum digunakan untuk menyiapkan katalis. Tujuan dari metode ini adalah
untuk memenuhhi pori dengan larutan garam logam dengan konsenttrasi
yang cukup untuk memberikan loading yang tepat. Secara garis besar,
pembuatan katalis dilakukan dengan tahapan impregnasi, pengeringan dan
kalsinasi. Setelah proses impregnasi, katalis dikeringkan untuk
menguapkan air dan membentuk kristal garam pada permukaan pori.
Pembentukan kristal garam dipengeruhi oleh laju pengeringan. Jika
terbentuk berada pada dasar pori atau pada pusat partikel penyangga yang
terbentuk berada pada dasar pori penyangga. Laju pengeringan yang
tinggi akan menyebabkan gradien temperatur meningkat dan kristal
garam terbawa keluar pori. Jika laju pengeringan tinggi akan
menyebabkan gradien temperature meningkat dan kristal garam terbawa
keluar pori. Proses kalsinasi dilakukan setelah tahap pengeringan.
Selama proses kalsinasi, kristal garam dikeringkan sampai kondidi
optimum dan garam tersebut dikonversi menjadi oksidanya.
Penggunaan katalis heterogen berupa campuran logam yang diberi
pengemban dimana pada katalis ini adanya pengemban dapat membantu
agar katalis dapat bakerja lebih reaktif dan selektif dibandingkan hanya
logam yang bekerja sendiri. Penelitian ini difokuskan pada proses
modifikasi karbon aktif dengan metode impregnasi NaOH dimana karbon
aktif digunakan sebagai pengemban sehingga dapat digunakan sebagai
katalis dalam proses trans-esterifikasi minyak kelapa sawit.
63
berlangsung reaksi pembentukan metil ester terjadi pada permukaan
katalis. Pada proses trans-esterifikasi berlangsung sejumlah air dihasilkan
yang dapat menyebabkan pembentukan gliserol. Jad iselama proses trans-
esterifikasi diharapkan air tersebut dapat teradsorbsi oleh karbon sehingga
meminimalisir terbentuknya gliserol. Hasil trans-esterifikasi minyak sawit
dengan menggunakan katalis NaOH/karbon aktif diperoleh nilai rendemen
sebesar 95,8% dengan kadar metil ester sebesar 97%. Kadar metil ester
ini masuk dalam standar baku mutu biodiesel yang telah ditetapkan (SNI
7182:2015) yaitu 96,5%. Hal ini menunjukkan bahwa katalis
NaOH/karbon aktif dapat digunakan sebagai katalis dalam pembuatan
biodiesel. Reaksi pembentukan biodiesel pada gambar 2.
Alat
1) Gelas beaker
2) Erlenmeyer
3) Labu leher dua
4) Pemanas
5) Corong
6) Kertas saring
7) Klem dan statif
8) Kaca arloji
9) Termometer
64
Bahan
1) Karbon aktif
2) NaOH
3) Minyak sayur
4) Metanol
5) Aquadest
D. LANGKAH KERJA
1) Menimbang 2 gram karbon aktif, direndam dalam NaOH 50 ml 2M
selama 1 jam.
2) Menyaring karbon aktif.
3) Memanaskan dalam oven suhu 100℃ selama 1 jam.
4) Karbon aktif digunakan untuk mereaksikan minyak + methanol.
5) Mencampurkan minyak dan methanol dengan perbandingan 1: 6
dimasukkan ke dalam labu leher dua.
6) Mengatur temperature reaksi 60-70℃ , setelah temperature tercapai,
menambahkan karbon aktif ke dalam minyak, reaksikan selama 1 jam.
7) Menyaring hasil reaksii untuk memisahkan karbon aktifnya.
8) Cek produk (beruba cairan) apakah dihasilkan biodiesel dengan tes
nyala.
E. DATA PENGAMTAN
GAMBAR KETERANGAN
65
Penyaringan karbon aktif setelah
direndam dengan NaOH selama 1
jam.
66
konstan di 60-70℃ dan tunggu
selama 1 jam.
67
F. ANALISIA DATA
Dalam pembuatan katalis karbon aktif diawali dengan impregnasi
precursor katalis dalam permukaan pori karbon. Proses impregnasi diawali
dengan mengontakkan larutan logam pada permukaan karbon kemudian
dilanjutkan dengan pengeringan dan kalsinasi untuk pembentukan oksida
besi. Distribusi oksida besi pada permukaan karbon merupakan aspek yang
cukup penting dalam proses impregnasi oksida besi pada permukaan
karbon. Distribusi logam yang merata pada permukaan karbon akan
memaksimalkan proses penyerapannya.
Pembuatan katalis basa heterogen dapat dilakukan dengan metode
impregnasi dimana NaOH diimpregnasi pada karbon aktif.Katalis NaOH/
Karbon aktif ini mampu mengkonversikan minyak menjadi biodiesel
dengan reaksi trans-esterifikasi yaitu jumlah katalis 5%. Rasio molar
minyak dengan methanol 1 : 6, temperature 60ºC-70ºC selama 1 jam,
diperoleh kadar metil ester yang tinggi. Katalis juga mudah dipisahkan
dari produk.
Biodiesel dihasilkan dari reaksi transesterifikasi yang merupakan
proses reaksi antara trigliserida dengan alcohol dengan gliserol sebagai
produk samping. Praktikum ini menggunakan minyak goreng sebagai
sumber trigliserida dan methanol sebagai reaktan (alcohol), reaksi dibantu
dengan katalis yang dibuat pada praktikum yaitu katalis berbasis karbon
aktif yang diimpregnasi dengan larutan basa.
Menurut penelitian sebelumnya tentang reaksi transesterifikasi
menggunakan katalis basa, semakin banyak jumlah katalis yang digunakan
pada pembuatan biodiesel, maka semakin besar densitas dari produk
biodiesel yang dihasilkan (Faizal, dkk., 2013). Semakin besarnya kadar
densitas salah satu penyebabnya adalah proses pencucian dan pemurnian
kurang sempurna dilakukan, sehingga masih terdapat gliserol dalam
produk dimana kandungan gliserol menyebabkan densitas naik (Hadiah,
dkk., 2011).
Titik nyala biodiesel yang diperoleh dari reaksi trans-esterifikasi
meggunakan katalis NaOH/karbon aktif didapatlah nyala api berwarna
68
merah. Hal ini karena semakin tinggi suhu reaksi maka titik nyala
biodiesel semakin tinggi pula.Hal ini disebabkan karena biodiesel semakin
murni dari kandungan methanol, sehingga apabila tidak nyala biodiesel
rendah berarti menunjukkan banyaknya kandungan alcohol dan pelarut
dalam biodiesel.
G. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatlah kesimpulan sebagai
berikut:
1. Katalis NaOH/Karbon aktif dapat digunakan dalam mengkonversi
minyak goreng menjadi biodiesel.
2. Suhu reaksi trans-esterifikasi dan persen katalis mempengaruhi proses
konveksi minyak goreng menjadi biodiesel. Seperti titik nyala, dimana
semakin tinggi suhu reaksi maka titik nyala biodiesel yang dihasilkan
semakin tinggi.
3. Semakin tinggi konsentrasi NaOH dan semakin lama waktu impregrasi
yang dilakukan maka semakin tinggi kemampuan penyerapan logam
Natrium oleh Karbon Aktif yang dihasilkan. Namun hal ini juga
dibatasi pada kondisi kesetimbangan dan kejenuhan.
69
LAMPIRAN
GAMBAR ALAT
70
DAFTAR PUSTAKA
Fadilah, Mala Azmi dan Palma L. Lubis. 2021. Makalah Kinetika Dan Katalis
71
Swasti, Sarah. 2014. Laporan Praktikum Kimia Fisika Persamaan Arrhenius.
Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya. https://www.scribd.com,
diakses pada 04 Oktober 2022.
Sari, IR. 2021. Pengaruh Jumlah Logam Kobalt Dalam Katalis. Sriwijaya
University: https://Unsri.ac.id, diakses pada 27 September 2022.
Wahyunibachtiar. 2017. Pengaruh Katalis Pada Laju Reaksi.
https://www.scribd.com, diakses pada 27 September 2022.
Wibowo, Pangky Ari dan Widha Raartya. 2012. Kinetika Reaksi Bimolekuler
72