Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

PERCOBAAN 03
PENENTUAN KALOR PELARUT

OLEH:
ELWALDUS GOLDEN TRITORE/ NIM; 1713031018

KELAS B
SEMESTER V

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2019
PERCOBAAN III
KALOR PELARUTAN
I. TUJUAN
1. Menentukan kalor pelarutan CuSO4.5H2O dan CuSO4 anhidrat.
2. Menghitung besarnya kalor reaksi dari CuSO4 anhidrat menjadi CuSO4.5H2O secara
tidak langsung melalui hukum Hess.

II. DASAR TEORI


Kalor pelarutan atau panas pelarutan adalah panas yang dilepaskan atau diserap
ketika 1 mol senyawa dilarutkan dalam pelarut berlebihan yaitu sampai suatu keadaan di
mana pada penambahan pelarut selanjutnya tidak ada panas yang diserap atau dilepaskan
lagi (Retug & Sastrawidana, 2003).
Dalam laboratorium, pertukaran kalor dalam proses fisika dan kimia diukur
dengan kalorimeter, suatu wadah tertutup yang dirancang secara khusus (Chang, 2003).
Kalorimeter dapat digunakan untuk menentukan kalor pelarutan dari suatu senyawa.
Kalor pelarutan pada suatu temperatur T didefinisikan sebagai kalor yang diserap atau
dilepaskan oleh sistem selama proses berlangsung pada saat temperatur awal maupun
temperatur akhir sistem sama dengan T (Retug & Wiratini, 2014).
Entalpi merupakan kandungan kalor suatu zat atau sistem yang besarnya tidak
dapat diukur, namun yang dapat diukur adalah ∆H-nya. Besarnya perubahan entalpi
merupakan selisih entalpi hasil reaksi dengan entalpi pereaksi. Entalpi pelarutan standar
merupakan perubahan entalpi standar jika zat itu melarut di dalam pelarut dalam jumlah
tertentu. Jika melarut dalam jumlah tak hingga, sehingga interaksi antara dua ion dapat
diabaikan (Atkins,1999)
Ada dua panas pelarutan yaitu panas pelarutan integral dan panas pelarutan
deferensial. Panas pelarutan integral didefenisikan sebagai perubahan entalpi jika suatu
mol zat dilakukan dalam n mol pelarut. Panas pelarutan diferensial didefinisikan sebagai
perubahan entalpi jika suatu mol zat terlarut dilarutkan dalam jumlah larutan tak
terhingga, sehingga konsentrasinya tidak berubah dalam penambahan 1 mol zat terlarut.
Secara matematik, dapat didefinisikan d(m∆H)/dm , yaitu perubahan kalor diplot sebagai
jumlah mol zat terlarut dan kalor pelarutan diferensial dapat diperoleh dengan
mendapatkan kemiringan kurva pada setiap konsentrasi. Jadi panas pelarutan diferensial
tergantung pada konsentrasi larutan (S.Dogra, 1990).
Kalor reaksi atau pelarutan biasanya ditentukan menggunakan kalorimeter
adiabat. Dalam kalorimeter terjadi perubahan temperatur karena pembebasan atau
penyerapan kalor reaksi oleh sistem. Sehingga reaksi dalam kalorimeter adiabat dapat
ditulis sebagai berikut:
A (To) + B (To) C (T1) + D (T1)
A, B : pereaksi To : temperatur awal
C,D : hasil reaksi T1 : temperatur akhir
Kalor reaksi pada temperatur awal (To) dan temperatur akhir (T1) akan melibatkan baik
pereaksi maupun hasil reaksi, yang dapat dinyatakan sebagai hubungan antara temperatur
dengan masing-masing harga kapasitas kalor.
ΔH To = Cp (C + D + S ) (T1 – To)
ΔH T1 = Cp (A + B + S ) (T1 – To)
dimana, Cp = harga air kalorimeter
Penggunaan kapasitas kalor zat pereaksi memberikan kalor reaksi pada
temperatur akhir (T1) dan penggunaan kapasitas kalor hasil reaksi memberikan kalor
reaksi pada temperatur awal (To). Tetapi untuk kedua keadaan ini juga perlu diketahui
harga kapasitas kalor kalorimeter yang digunakan yang dinyatakan sebagai harga air
Kalorimeter (Suardana, 2005).
Nilai air kalorimeter atau tetapan kalorimeter, Cp(S) dalam percobaan ini dapat
ditentukan dengan dua cara yaitu sebagai berikut.
1) Pada air yang telah ada dalam kalorimeter ditambahkan air dengan temperatur
berbeda. Dari harga kapasitas kalor dan temperatur air baik yang berada dalam
kalorimeter maupun yang dituangkan dan temperatur setelah pencampuran dapat
dihitung harga nilai air kalorimeter berdasarkan Hukum Black.
2) Harga Cp(S) juga dapat ditentukan dengan menggunakan reaksi yang kalor reaksinya
telah diketahui, misal reaksi NaOH dan HCl dengan kalor reaksi ΔH = -13,64
kkal/mol (Retug, Wiratini : 2014).
Terjadi pertukaran kalor antara kalorimeter dan lingkungannya menyebabkan
suatu kalorimeter tidak mungkin sepenuhnya adiabat. Gesekan yang terjadi ketika
melakukan pengadukan campuran menyebabkan timbulnya kalor. Selain itu, pembacaan
termometer diperlukan koreksi karena termometer kadang lambat dalam mendeteksi
perubahan temperatur yang terjadi. Cara yang dapat dilakukan untuk koreksi temperatur
antara lain mengukur temperatur pereaksi, cairan atau larutan secara bergantian.
Secara teoritis, panas pelarutan (kalor pelarutan) suatu senyawa harus diukur pada
proses pelarutan tak terhingga, tetapi pada prakteknya pelarut yang ditambahkan
jumlahnya terbatas, yaitu sampai tidak lagi timbul perubahan panas ketika ditambahkan
lebih banyak pelarut. Kalor pelarutan suatu padatan dapat ditulis sebagai berikut.
X (s) + aq X (aq) ΔH
X adalah senyawa yang panas pelarutannya ditentukan. Senyawa X dapat
berwujud padat, cair atau gas. Kalor ini bergantung pada energi hidrasi (energi solvasi),
energi kisi, dan tetapan dielektrikum dari pelarut. Jika energi hidrasi lebih besar dari
energi kisi, pelarutan bersifat eksoterm sedangkan bila energi hidrasi lebih kecil dari
energi kisi, pelarutan bersifat endoterm (Retug, Wiratini, 2007).
Dalam percobaan ini akan ditentukan kalor pelarutan dua senyawa yaitu
CuSO4.5H2O dan CuSO4 anhidrat. Kemudian dengan menggunakan hukum Hess akan
dihitung kalor reaksi (kalor pelarutan). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
CuSO4(s) + H2O → CuSO4.5H2O(s) (Retug & Sastrawidana, 2004).
Biasanya panas reaksi senyawa sangat sulit untuk ditentukan, tetapi dengan
menggunakan Hukum Hess panas reaksi ini dapat dihitung secara tidak langsung.
Hukum Hess menyatakan bahwa entalpi reaksi adalah jumlah total perubahan entalpi
untuk setiap tahapnya atau bisa disimpulkan kalor reaksi tidak bergantung pada lintasan,
tetapi hanya ditentukan keadaan awal dan akhir. Jadi, jika suatu reaksi dapat berlangsung
menurut dua tahap atau lebih maka kalor reaksi totalnya sama dengan jumlah aljabar
kalor tahapan reaksinya. Oleh karena itu, Hukum Hess disebut juga hukum penjumlahan
kalor. Hal ini menyebabkan perubahan entalpi suatu reaksi yang merupakan fungsi
keadaan dapat dihitung sekalipun tidak dapat diukur secara langsung. Adapun pernyataan
Hukum Hess yaitu: “Perubahan entalpi suatu reaksi hanya tergantung pada keadaan
awal (zat-zat pereaksi) dan keadaan akhir (zat-zat hasil reaksi) dari suatu reaksi dan
tidak tergantung pada jalannya reaksi.”yang dapat dirumuskan dengan: ΔHreaksi = ΔH1 +
ΔH2 +….(Retug, Wiratini, 2014). Contoh penggunaan Hukum Hess:

CuSO4 (s) CuSO4 (aq) ∆H= a kJ

CuSO4 (aq) + 5H2O (aq) CuSO4.5H2O(s) ∆H = b kJ

CuSO4 (s) + 5H2O (aq) CuSO4.5H2O (s) ∆H = (a - b) kJ


Dengan menggunakan hukum Hess dan rumusan perhitungan pada pelarutan serbuk tembaga
sulfat pentahidrat dan tembaga sulfat anhidrat, maka dapat ditentukan entalpi perubahan yaitu
∆H3 = ∆H2 - ∆H1.

∆H1
CuSO4.5H2O(s) CuSO4.5H2O(aq)

∆H3 ∆H2

CuSO4(s)

Gambar 1. Visual dari Hukum Hess dalam Reaksi

Menurut hukum Hess, entalpi adalah fungsi keadaan, perubahan entalpi dari suatu
reaksi kimia adalah sama, walaupun langkah-langkah yang digunakan untuk memperoleh
produk berbeda. Dengan kata lain, hanya keadaan awal dan akhir yang berpengaruh
terhadap perubahan entalpi, bukan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapainya.
Hal ini menyebabkan perubahan entalpi suatu reaksi dapat dihitung sekalipun tidak dapat
diukur secara langsung. Caranya adalah dengan melakukan operasi aritmatika pada
beberapa persamaan reaksi yang perubahan entalpinya diketahui. Persamaan-persamaan
reaksi tersebut diatur sedemikian rupa sehingga penjumlahan semua persamaan akan
menghasilkan reaksi yang diinginkan. Jika suatu persamaan reaksi dikalikan dengan
suatu angka, perubahan entalpinya juga harus dikali. Jika persamaan itu dibalik, maka
tanda perubahan entalpi harus dibalik pula (yaitu menjadi -ΔH) (Wikipedia, 2015).

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
No. Nama alat Ukuran Jumlah
1. Kalorimeter - 1 set
2. Termometer 1000C 1 buah
3. Gelas kimia 250 mL 2 buah
4. Gelas ukur 100 mL 1 buah
5. Mortal dan pestel - 1 buah
6. Cawan porselin - 1 buah
7. Pemanas /heater - 1 buah
8. Neraca analitik - 1 buah
9. Spatula - 1 buah
10. Pipet tetes - 2 buah
11. Stopwatch - 1 buah
12. Desikator - 1 buah
13. Statif dan klem - 1 set

b. Bahan
No. Nama bahan Konsentrasi Jumlah
1. Serbuk CuSO4.5H2O - 5,0035 gram.
2. Serbuk CuSO4 - 3, 19 gram
anhidrat
3. Aquades 100 mL 200 Ml

IV. PROSEDUR KERJA DAN HASIL PENGAMATAN


No. Langkah Kerja Hasil Pengamatan
5.1 Kalor Pelarutan CuSO4.5H2O
1. Kristal CuSO4.5H2O yang berupa Serbuk kristal CuSO4.5H2O berwarna biru
serbuk halus ditimbang sebanyak 5 yang digunakan pada saat praktikum adalah
gram. sebanyak 5,0035 gram.

Gambar 1. Penimbangan kristal


CuSO4.5H2O
2. Alat kalorimeter beserta Alat kalorimeter dirangkai beserta dengan
termometer dan pengaduknya pengaduk dan termometer yang digantung
dirangkai seperti gambar dibawah pada statif untuk menyangga termometer pada
ini. saat proses pengadukan.

Gambar 2. Gambar rangkaian alat


kalorimeter

Gambar 2. Rangkaian alat kalorimeter yang


digunakan pada saat praktikum

3. Air dingin sebanyak 50 mL Aquades dingin sebanyak 50 mL dimasukkan


dimasukkan ke dalam kalorimeter ke dalam alat kalorimeter, lalu pengadukan
sambil diaduk dan suhu air dicatat mulai dilakukan. Suhu air dicatat setiap 30
setiap 30 detik hingga menit ke- menit sampai diperoleh suhu konstan
2,0 (dihentikan jika sudah didapat sebanyak 3 kali. Perhitungan waktu
minimal 3 data konstan). pengadukan, dilakukan dengan menggunakan
stopwatch. Adapun hasil pengamatan pada
tahap ini yaitu:

Gambar 3. Proses pengadukan


Hasil pengamatan pada percobaan sebelum
dimasukkan CuSO4.5H2O suhu awal air
30 oC
Waktu (menit) Suhu (oC)
0 300 C
0,5 290 C
1,0 290 C
1,5 290 C
2,0 290 C
4. Kristal CuSO4.5H2O sebanyak Kristal CuSO4.5H2O sebanyak 5,0761 gram
5,0035 gram dimasukkan tepat dimasukkan ke dalam alat kalorimeter pada
pada menit ke- 2,0 dan segera menit ke 4. Pengadukan dimulai kembali dan
diaduk. Kemudian suhu dicatat dicatat perubahan suhu yang terjadi setiap 30
mulai menit ke- 2,5 sampai detik.
diperoleh suhu yang konstan.

Gambar 4. Proses penuangan CuSO4.5H2O


Gambar 5. Proses pengadukan setelah
penambahan kristal CuSO4.5H2O
Perubahan suhu pada penambahan kristal
CuSO4.5H2O

Waktu (menit) Suhu (oC)


2,5 290 C
3,0 290 C
3,5 290 C
4,0 290 C
4,5 290 C
5,0 290 C

5.2 Kalor Pelarutan CuSO4 Anhidrat


1. Serbuk kristal CuSO4 anhidrat Serbuk kristal CuSO4 anhidrat dibuat dengan
ditimbang sebanyak 5 gram. mengkaluskan, lalu memanaskan kristal
CuSO45H2O pada oven sampai warnanya
putih. Serbuk kristal CuSO4 anhidrat yang
digunakan adalah sebanyak 5,0035 gram.

Gambar 6. Serbuk kristal


CuSO4 anhidrat setelah
Penimbangan

2. Alat kalorimeter beserta Alat kalorimeter beserta termometer dan


termometer dan pengaduknya pengaduknya dirangkai seprti pada gambar
dirangkai seperti gambar dibawah dibawah ini.
ini.

Gambar 7. Rangkaian alat


kalorimeter
Gambar 8. Rangkaian alat kalorimeter yang
digunakan pada saat praktikum

3. Air dingin sebanyak 50 mL Air dingin dengan suhu 30oC dimasukkan


dimasukkan ke dalam kalorimeter sebanyak 50 mL ke dalam kalorimeter, lalu
sambil diaduk dan suhu air dicatat diaduk. Perubahan suhu setiap 30 detik
setiap 30 detik hingga menit ke-2,0 pengadukan dicatat.
(dihentikan jika sudah didapat
minimal 3 data konstan).

Gambar 9. Proses pengadukan


Hasil pengamatan pada percobaan sebelum
dimasukkan CuSO4.
Waktu (menit) Suhu (oC)
0 30oC
0,5 29oC
1,0 29oC
1,5 29oC
2,0 29oC

4. Serbuk kristal CuSO4 anhidrat Serbuk kristal CuSO4 anhidrat dimasukkan


sebanyak 5 gram dimasukkan tepat sebanyak 5,0035 gram ke dalam alat
pada menit ke-2,0 dan segera kalorimeter pada menit ke 2,5 dan segera
diaduk. Kemudian suhu dicatat diaduk. Perubahan suhu setiap 30 detik
mulai menit ke-2,0 sampai dicatat.
diperoleh suhu yang konstan.

Gambar 10. Proses penambahan kristal


CuSO4 anhidrat
Gambar 11. Proses pengadukan setelah
penambahan kristal CuSO4 anhidrat

Perubahan suhu pada penambahan kristal


CuSO4

Waktu (menit) Suhu (oC)


2,5 31,5oC
3,0 31,5oC
3,5 31,5oC
4,0 31,5oC
4,5 31,5oC
5,0 31oC
5,5 31oC
6,0 31oC

V. ANALISIS PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN


5.1 Perhitungan
a. Penentuan Kalor Pelarutan pada CuSO4 .5H2O
Diketahui
massa kristal CuSO4.5H2O = 5,0035 gram
kalor jenis air (c) = 4,18 J/g°C
kapasitas kalorimeter (C) = 269,96 J/°C
suhu campuran mula - mula = 30°C
suhu akhir campuran = 29,5 °C
massa jenis air = 1 gram/mL
Perhitungan
a. Perhitungan mol CuSO4.5H2O
massa CuSO4 .5H 2 O
Mol (n) CuSO4.5H2O =
massa Molar CuSO4 .5H 2 O
= 5,0035 gram
249,5 g/mol
= 0,020 mol

b. Perhitungan Kalor
Massa larutan ≈ massa air = ρair x Vair

= 1 gram/mL x 50 mL

= 50 gram

Q = Qlarutan + Q kalorimeter
Q = m.c.∆T + C.∆T
Q = (50 gram x 4,18 J/g°C x -0,1 °C ) + (269,96 J/°C x -0,1°C)
Q = (-20,9 J) + (-269,96 J)
Q = -29,086 J
c. Perhitungan Kalor Pelarutan
Q
ΔH1 =
mol
ΔH1 = -29,086 J
0,020 mol
ΔH1 = - 1454,3 J/mol
ΔH1 = -1,454,3 kJ/ mol

b. Penentuan Kalor Pelarutan pada CuSO4


Diketahui
massa kristal CuSO4.5H2O = 5,0035gram
kalor jenis air (c) = 4,18 J/g°C
kapasitas kalorimeter (C) = 269,96 J/°C
suhu campuran mula - mula = 30°C
suhu akhir campuran = 29,5 °C
massa jenis air = 1gram/mL
Perhitungan
a. Perhitungan mol CuSO4
massa CuSO4
Mol (n) CuSO4 =
massa Molar CuSO4
= 5,0035 gram

159,5 g/mol

= 0,031 mol

b. Perhitungan Kalor
Massa larutan ≈ massa air = ρair x Vair

= 1 gram/mL x 50 mL

= 50 gram

Q = Q larutan + Q kalorimeter
Q = m.c.∆T + C.∆T
Q = (50 g ram x 4,18 J/g°C x 0,5 °C ) + (269,96 J/°C x 0,5 °C)
Q = (104,5 J) + (134,98 J)
Q = 239,48 J
c. Perhitungan Kalor Pelarutan
Q
ΔH2 =
mol
ΔH2 = 239,48 J
0,031 mol
ΔH2 = 77251 J/ mol = 77,251 kJ/ mol

Hukum Hess dari Pelarutan CuSO4

ΔH2
CuSO4(s) CuSO4.5H2O(aq)

ΔH3
ΔH1

CuSO4.5H2O(s)
ΔH2 = ΔH1 + ΔH3
ΔH3 = ΔH2 – ΔH1
ΔH3 = 77,251 kJ/mol – ( -1,454,3kJ/mol)
ΔH3 = + 78,705 kJ/mol

5.2 Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan penentuan kalor pelarutan dari senyawa CuSO4.5H2O
dan CuSO4 anhidrat. Dimana pada percobaan ini digunakan kalorimeter yang tetapannya
telah diketahui dari percobaan sebelumnya yaitu sebesar 269,96 J/oC. Pengukuran suhu
aquades dalam kalorimeter selama 3 menit didapatkan suhu air yang tetap konstan yaitu
sebesar 30oC. Penambahan CuSO4.5H2O sebanyak 5,0035 gram yang disertai pengocokan
menghasilkan perubahan suhu pada campuran yaitu turun sebesar 0,5oC menjadi 29oC.
Perubahan suhu ini konstan sampai menit ke 5. Penentuan selisih jarak antara air dengan
campuran dilakukan dengan jalan membuat kurva kemudian dilakukan ekstrapolasi seperti
kurva dibawah ini.

Gambar 12. Kurva suhu air


Gambar 13. Kurva Penetapan Kalor Pelarutan CuSO4.5H2O

Tahap selanjutnya yaitu menggunakan CuSO4 anhidrat. Kalorimeter yang digunakan adalah
kalorimeter yang sama. Pengukuran suhu aquades didalam kalorimeter dengan pengocokan
selama 2 menit menghasilkan data suhu aquades konstan yaitu sebesar 29oC. Penambahan
serbuk kristal CuSO4 sebanyak 5,0035 gram menyebabkan suhu campuran dalam kalorimeter
meningkat 1,5oC menjadi 29,5oC. Untuk menentukan selisih suhu akhir campuran dan awal
campuran dilakukan ekstrapolasi pada kurva seperti di bawah ini.

Gambar 14. Kurva Penetapan Kalor Pelarutan CuSO4


Berdasarkan analisis perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai kalor pelarutan
pada CuSO4.5H2O sebesar -1,454,3 kJ/ mol. Ini menunjukkan reaksi yang terjadi adalah
reaksi eksoterm. Sedangkan kalor pelarutan pada CuSO4 sebesar 77,251 kJ/ mol. Ini
menunjukkan reaksi yang terjadi adalah termasuk endoterm.
Berdasarkan hukum Hess dan rumusan perhitungan pada pelarutan serbuk tembaga
sulfat hidrat dan tembaga sulfat anhidrat, maka dapat dibuat suatu rumusan sebagai berikut.

∆H1
CuSO4(s) CuSO4.5H2Oaq)

∆H3 ∆H2

CuSO4.5H2O(s)

CuSO4(s) → CuSO4.5H2O(aq) H1 = -1,454,3 kJ/ mol


CuSO4.5H2O(s) → CuSO4.5H2O(aq) H2 = 77,251 kJ/ mol

CuSO4(s) → CuSO4.5H2O(s) ∆H3 = 78,705 Kj/mol

maka ∆H3 = ∆H2 - ∆H1, sehingga perubahan energi yang terjadi adalah sebesar +78,705
kJ/mol
kJ/mol.
V. SIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut.
1. Kalor pelarutan CuSO4.5H2O dan CuSO4 yaitu -1,454,3 kJ/ mol dan +77,251 kJ/ mol
2. Kalor reaksi perubahan dari CuSO4(s) menjadi CuSO4.5H2O(s) dapat ditentukan secara
tidak langsung dengan Hukum Hess yaitu sebesar +78,705 kJ/mol.

VI. JAWABAN PERTANYAAN


1) Apakah panas reaksi CuSO4(s) + aq → CuSO4.5H2O(s) dapat dihitung secara
langsung? Jelaskan?
Jawaban:
Dalam menghitung panas reaksi CuSO4(s) + aq → CuSO4.5H2O(s) tidak dapat dihitung
secara langsung, tetapi dapat ditentukan melalui reaksi bertahapnya sesuai dengan Hukum
Hess.

DAFTAR PUSTAKA
Bird, Tony. 1987. Penuntun Praktikum Kimia Fisika untuk Universitas. Diterjemahkan oleh
Kwee Ie Tjien. Judul Asli : Experiments in Physical Chemistry. Jakarta: PT
Gramedia.
Dogra, SK. 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal. Diterjemahkan oleh Umar Mansyur. Judul Asli :
Physical Chemistry Through Problems. Jakarta : Universitas Indonesia – Press.
Keenan. 1980. Kimia untuk Universitas Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Retug, Nyoman dan Dewa Sastrawidana. 2004. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Singaraja:
IKIP N Singaraja.
Suardana, I Nyoman. 2005. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Singaraja: Jurusan Pendidikan
Kimia, Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja.

Anda mungkin juga menyukai