Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH FARMASI FISIKA

“ANALISIS THERMAL”

Disusun Oleh :

Kamila Malinda Juanda

3311161040

Farmasi A

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2018
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Setiap material memiliki struktur ikatan kimia dan struktur Kristal yang spesifik.
Perubahan struktur Kristal atau ikatan kimia pada suatu material akan merubah
tingkatan energinya. Memahami karakteristik struktur material merupakan bagian
yang penting dari ilmu material. Pada saat suatu struktur dari material berubah,
akan terjadi perubahan energy yang terjadi ketika suatu struktur berubah, karakter
dari perubahan struktur tersebut dapat ditelusuri dengan cara Analisis Thermal.

Analisa termal merupakan suatu analisa dengan memberikan input kalor untuk
mengetahui karakterisasi dari sampel. Suatu analisa termal memiliki keuntungan
yaitu jumlah material yang dibutuhkan hanya sedikit. Hal ini memastikan
keseragaman distribusi suhu dan resolusi yang tinggi.
http://hmk.mipa.ub.ac.id/430/

Analisis Thermal dilakukan untuk mempelajari perubahan sifat-sifat fisik materi


terhadap control temperature terprogram. Terdapat beberapa teknik analisis termal
yaitu Differential Thermal Analysis (DTA), Differential Scanning Calorimetry
(DSC) dan Thermal Gravimetric Analysis (TGA). DTA adalah suatu teknik
pengukuran perbedaan temperature antara sampel dengan reference (material yang
bersifat inert serta thermal) sebagai fungsi waktu atau temperature. Data yang
dihasilkan dapat berupa kurva temperature sampel terhadap waktu atau
temperature dan kurva temperature reference terhadap waktu atau temperature.
Sedangkan DSC merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menentukan
temperature dari transformasi material dengan mengkuantisasi panasnya. Data
yang dihasilkan berupa kurva aliran panas ke sampel minus aliran panas ke
reference terhadap waktu atau temperature. TGA merupakan teknik pengukuran
menggunakan variasi berat sebagai fungsi temperature pemanasan. Karakterisasi
ini dugunakan untuk mengetahui berapa hilangnya berat ( emisi uap ) ataupun
bertambahnnya berat sampel materi ( fiksasi gas ). Teknik ini biasa digunakan
untuk mengetahui kemurnian sampel, perilaku dekomposisi, degradasi thermal,
reaksi kimia yang melibatkan perubahan berat materi akibat adsorpsi, desorpsi dan
kinetika kimia. Data yang dihasilkan berupa kurva berat terhadap waktu maupun
temperature.[3] Prasetyoko, D., Fansuri, H., Ni’mah, Y. L., dan Fadlan, A.,
(2016), “Karakterisasi Struktur Padatan”, Edisi 1, Deepublish, Yogyakarta

Selain analisis thermal, karakterisasi morfologi dari material sampel juga


diperlukan untuk mengetahui tekstur atau sifat, ukuran dan susunan partikel
penyusun objek yang berada pada permukaan maupun detil struktur internal sel.
Instrument yang biasa digunakan dalam karakterisasi morfologi permukaan
sampel adalah Scanning Electron Microscopy (SEM) dan Transmission Electron
Microscopy ( TEM ). SEM merupakan mikroskop electron yang dapat digunakan
untuk mengamati morfologi permukaan dalam skala mikro dan nano dalam suatu
sampel. Teknik analisis SEM menggunakan electron sebagai sumber pencitraan
dan medan elektromagnetik sebagai lensanya. Electron berinteraksi dengan atom-
atom pada sampel sehingga membuat sampel menghasilkan sinyal yang
memberikan informasi mengenai permukaan topografi sampel, komposisi, dan
sifat-sifat lainnya seperti konduktivitas listrik [4] Voutou, B., dan Stefanaki, E. C.,
(2008), “Electron Microscopy The Basics”, Physics of Advanced Material Winter
School, hal. 7-8.. Sedangkan TEM adalah suatu instrument untuk karakterisasi
morfologi permukaan bagian internal sel dengan prinsip serupa dengan SEM.
Perbedaan yang mendasar dari TEM dan SEM adalah pada cara bagaimana
electron yang sitembakkan oleh penembak electron yang mengenai sampel. Pada
TEM, sampel yang disiapkan sangat tipis sehingga electron dapat menembusnya
kemudian hasil dari tembusan electron tersebut yang diolah menjadi gambar.
Sedangkan pada SEM sampel tidak ditembus oleh electron sehingga hanya
pendaran hasil dari tumbukan electron dengan sampel yangditangkap oleh
detector dan diolah [2] Atmasari, R. N., (2013), “Sintesis Senyawa Perovskit Ba1-
xSrxTiO3 (x = 0,0; 0,3) Melalui Sintering dan Karakterisasi Struktur dan
Dielektrisitas”, Jurusan Fisika, Universitas Negeri Malang

I.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana cara Memahami karakteristik struktur material dengan


menggunakan Analisis Termal?
2. Apa peranan analisis termal dalam dunia farmasi ?

I.3 Tujuan

1. Dapat Memahami karakteristik struktur material dengan menggunakan


Analisis Termal
2. Dapat mengetahui dan mempraktikan memanfaat darii suatu analisis
termal pada dunia kefarmasian
BAB II

PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai