Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIK
KELARUTAN

Disusun oleh :

1. Indriyani (16180100001)
2. Diah (16180100002)
3. Sherlina Puspita (16180100004)
4. Siti Maulidini (16180100005)
5. Winda Fitriani (16180100006)

Dosen Pembimbing:
Apt. Muhammad Taufiqurrahman, S.Farm

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA


MAJU
PRODI FARMASI
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut
didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Larutan
memainkan peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Di alam
kebanyakan reaksi berlangsung dalam larutan air, tubuh menyerap mineral,
vitamin dan makanan dalam bentuk larutan.Sejalan dengan pesatnya
perkembangan penelitian di bidang obat, saat ini tersedia berbagai pilihan
obat, sehingga diperlukan pertimbangan yang cermat dalam pemilihan obat
untuk mengobati suatu penyakit, kelarutan sangat besar pengaruhnya
terhadap pembuatan obat dimana bahan-bahan dapat dicampurkan menjadi
suatu larutan sejati, larutan koloid, dan dispersi kasar.
Data kelarutan suatu zat dalam air sangat penting untuk diketahui
dalam pembuatan sediaan farmasi. Sediaan farmasi cairan seperti sirup,
eliksir, obat tetes mata, injeksi dan lain-lain dibuat dengan menggunakan
pembawa air. Bahkan untuk sediaan obat lainnya seperti suspensi, tablet
atau kapsul yang diberikan secara oral, data ini tetap diperlukan karena
didalam saluran cerna obat harus dapat melarut dalam cairan saluran cerna
yang komponen utamanya adalah air agar dapat diabsorpsi.
Pada umumnya obat baru dapat diabsorpsi dari saluran cerna dalam
keadaan telarut kecuali kalau transport obat melalui mekanisme pinositosis.
Oleh karena itu salah satu cara untuk meningkatkan ketersediaan hayati
suatu sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya di dalam air.
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu adalah
suhu, pH, jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielektrik
bahan pelarut dan penambahan surfaktan.
Dalam bidang farmasi kelarutan sangat penting, karena dapat
mengetahui dan dapat membantu dalam memilih medium pelarut yang
paling baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu mengatasi
kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan
farmasetis (dibidang farmasi) dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai
standar atau uji kelarutan.
Oleh karena itu , percobaan kelarutan sangat penting dilakukan agar
kita dapat mengetahui usaha – usaha yang dilakukan untuk meningkatkan
kelarutan suatu obat yang dapat mempermudah absorpsi obat didalam tubuh
manusia.

1.2 Tujuan Percobaan


1. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif.
2. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan satu zat.
3. Menjelaskan usaha-usaha yang digunakan untuk meningkatkan kelarutan
suatu zat aktif dalam air dalam pembuatan sediaan cair.

1.3 Maksud Percobaan


Untuk mengetahui dan memahami perbandingan kelarutan
paracetamol di dalam air, alkohol dan propilenglikol.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum


Kelarutan atau solubility (s) adalah kebanyakan senyawa dalam satuan
garam yang dapat membuat jenuh larutan. Jika volume larutan dm 3 maka
kelarutan itu mempunyai satuan molar (m) (Martin, 1990).
Kelarutan suatu zat didefinisikan sebagai jumlah solut yang
dibutuhkan untuk menghasilkan suatu larutan juneh dalam sejumlah solven.
Pada suatu temperatur tertentu suatu larutan jenuh yang bercampur dengan
solut yang tidak terlarut merupakan contoh lain dari keadaan kesetimbangan
dinamik (Mochtar, 1989).
Jika gambar ionik dimasukkan kedalam air, maka banyaknya garam
yang dapat larut dalam sejumlah pelarut tertentu merupakan nilai dari
perkalian ion-ion yang bergam dan merupakan salah stu sifat fisis dari
senyawa/garam itu sendiri (Martin, 1990).
Banyaknya garam yang dapat larut dalam sejumlah pelarut disebut
kelarutan, jika volume larutan yang dipakai untuk melarutkan 1 dm 3, maka
kelarutan garam senyawa tersebut dapat dinyatakan sebagai kepekaan garam
atau senyawa tersebut (Arief, 2003).
Kelarutan suatu gram yang sedikit larut juga tergantung pada
konsentrasi dari zat-zat yang membentuk kompleks dengan kation gram dan
hasil hidolisasi seperti dikatakan diatas adalah suatu contoh yang pereaksi
pembentuk kompleksnya yaitu ion hidroksida (Roth,1994).
Telah lazim dikenal dalam bidang kimia bahwa senyawa tidak larut
pun tidak memiliki kelarutan. Oleh karena itu senyawa seperti ini lebih tepat
dikatakan sebagai senyawa yang sukar larut (Anief, 2003).
Besarnya kelarutan suatu senyawa adalah jenuh, misalnya senyawa
yang bersangkutan yang larut dalam sejumlah pelarut tertentu dan
merupakan larutan yang jenuh yang ada dalam kesetimbangan dengan
bentuk padatnya (Ansel, 1989).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara
lain adalah (Mirawati, 2007) :
1. Pengaruh pH
Zat aktif yang sering digunakan didalam dunia pengobatan adalah
zat organik yang bersifat asam lemah, kelarutan asam lemah seperti
barbiturat dan sulfonamide dalam akar akan bertambah dengan naiknya
pH karena terbentuknya garam yang mudah larut dalam air. Sedangkan
basa-basa organic seperti alkaloida dan anastetik pada umumnya sukar
larut.
2. Pengaruh temperatur
Kelarutan zat padat dalam larutan ideal tergantung pada
temperatur, titik leleh zat padat, dan panas peleburan molar zat tersebut.
3. Pengaruh jenis pelarut
Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut.
Pelarut polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar ionik, begitu juga
sebaliknya.
4. Pengaruh konstanta dielektrik
Telah diketahui bahwa kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh
polaritas pelarut.
5. Pengaruh bentuk dan ukuran partikel
Kelarutan suatu zat akan naik dengan berkurangnya ukuran partikel
suatu zat. Konfigurasi molekul dan bentuk sediaan susunan kristal juga
mempengaruhi.
6. Pengaruh penambahan zat-zat lain
Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikkan
kelarutan suatu zat. Surfaktan mempunyai kecenderungan berasosiasi
membentuk agregat yang dikenal sebagai misel.
Sifat yang penting dari misel ini adalah kemampuannya untuk
menaikkan kelarutan zat yang biasanya sukar larut dalam air. Proses ini
dikenall sebagai solubility. Solubility terjadi karena molekul zat yang sukar
larut berasosiasi dengan misel membentuk suatu larutan yang jernih dan
stabil secara termodinamika. Lokasi molekul zat terlarut dalam misel
tergantung pada pelarut zat tersebut. Molekul non polar akan masuk
kedaerah polisade dan membentuk suatu misell campuran (Mirawati, 2007).
Selain penambahan surfaktan dapat juga ditambahkan zat-zat
pembentuk kompleks untuk menaikkan kelarutan suatu zat, misalnya
penambahan ureten dalam pembuatan injeksi khirin (Mohtar, 1989).
Kelarutan suatu zat dalam pelarut tertentu diketahui dengan membuat
larutan jenuh dari zat itu pada suhu yang spesifik dan penentuan jumlah zat
yang larut pada sejumlah berat tertentu dan larutan dengan cara analisis
kimia (Ansel, 2005).
Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi zat-zat lain,
terutama ion-ion dalam campuran itu (Hardjaji, 1993)
Tipe larutan yang paling umum yang kita jumpai di laboratorium
terdiri atas solute yang terlarut dalam zat cair, oleh karena itu sebagian besar
perhatian kita, kita arahkan terhadap larutan tipe ini. Larutan yang
berbentuk cair (contohnya NaCl dalam air), melarutkan zat cair dalam zat
cair (contohnya etilen glikol dalam air, larutan anti beku), atau melarutkan
gas dalam zat cair contohnya CO2 dalam air, efferfescens) (Ditjen POM,
1979).
Untuk menyatakan kelarutan zat kimia, istilah kelarutan dalam
pengertian umum kadang-kadang perlu digunakan tanpa mengindahkan
perubahan kimia yang mungkin terjadi pada pelarutan tersebut. Pernyataan
kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 20 oC
dan kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa, 1 bagian bobot zat padat
atau 1 bagian volume zat cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut,
pernyataan kelarutan yang tidak disertai angka adalah kelarutan pada suhu
kamar, kecuali dinyatakan lain, zat jika dilarutkan boleh menunjukkan
sedikit kotoran mekanik seperti bagian kertas saring, serat dan butiran debu.
Pernyataan bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1 g zat padat atau 1 ml zat
cair dalam sejumlah dalam sejumlah ml pelarut (Ditjen POM, 1979).
Jika kelarutan suatu zat tidak diketahui dengan pasti, kelarutannya
dapat ditunjukkan dengan istilah sebagai bentuk (Ditjen POM, 1979).
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 sampai 10
Larut 10 sampai 10
Agak sukar larut 30 sampai 100
Sukar larut 100 sampai 1.000
Sangat sukar larut 1.000 sampai 10.000
Praktis tidak larut Lebih dari 10.000

2.2 Prosedur Kerja (Anonim, 2015)


A. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
1. Masukkan 1 g asam salisilat dalam 50 ml air dan kocok selama 1,5
jam dengan stirer, jika ada endapan yang larut selama pengocokan
tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh
larutan yang jenuh.
2. Saring dan tentukan kadar asam salisilat yang terlarut dalam masing-
masing larutan
B. Pengaruh pelarut campuran terhadap kelarutan zat
1. Buat campuran pelarut-pelarut seperti yang tertera pada
tabel di bawah ini :
Pelarut Air % Alkohol % (v/v) Propilen glikol %v/v)
(v/v)
A 60 0 40
B 60 5 35
C 60 10 30
D 60 15 25
E 60 20 20
F 60 30 10
G 60 35 5
H 60 40 0
2. Ambil 50 ml campuran pelarut, larutkan asam salisilat
sebanyak 1 g ke dalam masing-masing campuran pelarut.
3. Kocok larutan dengan stirer selama 1,5 jam, jika ada
endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah asam
salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali.
4. Saring larutan, tentukan kadar asam salisilat yang larut.
5. Buat kurva antara kelarutan asam salisilat dengan harga
konstatnta dielektrik bahan pelarut campur yang ditambahkan.
C. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
1. Buat 50 ml larutan tween 80 dengan konsentrasi 0; 0,1:0,5; 1; 10; 50
dan 100 mg/ml air.
2. Tambahkan asam benzoat sedikit demi sedikit sampai diperoleh
larutan jenuh.
3. Kocok larutan selama 2 jam, kalau ada endapan yang larut selama
pengocokan, tambahkan lagi asam salisilat sampai didapat larutan
yang jenuh kembali.
4. Saring dan tentukan kadar asam benzoat yang terlarut dalam masing-
masing larutan.
5. Buat grafik antara kelarutan asam benzoat dengan konsentrasi tween
80 yang digunakan.
6. Tentukan konsentrasi misel kritik tween 80
D. Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat
1. Buat 100 ml larutan dapar fosfat dengan pH 4,5,6,7, dan 8.
2. Ambil 25 ml larutan masing-masing larutan lalu ditambahkan 0,5 g
natrium diklofenak ke dalamnya.
3. Kocok larutan selama 2 jam, kalau ada endapan yang larut selama
pengocokan, tambahkan lagi asam salisilat sampai didapat larutan
yang jenuh kembali.
4. Saring larutan dan tentukan kadar natrium diklofenak yang terlarut
dalam masing-masing larutan dapar dengan cara spektrofotometri UV
pada panjang gelombang 274-278 nm. Bila konsentrasi larutan terlalu
pekat encerkan dulu dengan larutan dapar yang sesuai.
5. Buatlah kurva hubungan antara konsentrasi zat yang diperoleh dengan
pH larutan.

BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat Dan Bahan
3.1.1 Alat yang digunakan
1. Gelas kimia
2. Batang pengaduk
3. Kertas saring
4. Cawan penguap
5. Buret
6. Labu Erlenmeyer
7. Pipet tetes
8. Penangas air
9. Oven pengering.
3.1.2 Bahan yang digunakan
1. Paracetamol
2. NaOH 0,1 N
3. Indikator fenolftalein
4. Asam salisilat
5. Air es
6. Tween 80
7. Aquades
3.2 Uraian Bahan
3.2.1 Paracetamol
Paracetamol (Dirjen POM, 1979 : 37)
Nama resmi :  Acetaminophenum
Sinonim :  Asetminofen, Parasetamol
Rumus molekul :  C8H9NO2
Berat molekul  : 151,16
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak
berbau; rasa pahit
Kelarutan : Larut dalam 17 bagian air, dalam 7 bagian
etanol (95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P
dan dalam 9 bagian propilenglikol p; larut dalam larutan alkali
hidroksida
Penyimpanan :  Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya
Khasiat : Analgetikum, antipiratikum
3.2.2 Asam Salisilat
Acid salicyl (FI edisi III hal,56)
Nama resmi : Acidum Salicylicum
Sinonim : Asam salisilat
Rumus molekul : C7 H6 O3
Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk
putih, hampir tidak berbau, rasa agak manis dan tajam.
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4
bagian etanol (95%) P, mudah larut dalam kloroform P, dan dalam
eter P, larut dalam larutan ammonium asetat P, dinatrium hydrogen
fosfat P, helium sitrat P dan natrium sitrat P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

3.2.3 Aquadest
Aquades (Dirjen POM, 1979 : 96)
Nama resmi : Aqua destillata
Sinonim : Air suling, aquades
Rumus molekul : H2O
Berat molekuL :18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

3.2.4 Tween 80
Tween 80 (Rowe, et al., 2009)
Sinonim : polysorbate 80, crenphor PS 80.
Rumus molekul : C64H126O26
Berat molekul : 1310
Pemerian : cairan seperti minyak berwarna kuning,
berbau khas dan hangat dan rasa agak pahit
Kelarutan : larut dalam air dan entanol tidak larut
dalam minyak sayur.
Penggunaan : Emulgator ( penggunaan sendiri dalam m/a
= 1-15% kombinasi dengan emulgator lain 1- 10%)
3.2.5 NaoH
Nama : Natrii Hydroxyum
Nama lain : natrium hidroksida
Rumus molekul : NaOH
BM : 40,00
Pemerian : Bentuk batang, butiran,massa hablur
atau      kaping, kering, keras, rapuh, putih, mudah meleleh basah.
Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan  : Sangat mudah larut dalam air dan
dalam    etanol (95%) P.
Struktur  : Na – O – H

3.2.6 Indikator Fenolftalein


Indikator PP (FI. IV hal.662)
Nama resmi : Phenolphthaleinum
Nama lain : Fenolftalein/Indikator PP
RM/BM : C20H14O4 / 318,33
Pemerian  : Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan
lemah , tidak berbau, stabil diudara.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air , larut dalam
etanol , agak sukar larut dalam eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan

3.3 Cara Kerja


1. Penentuan Kelarutan Paracetamol
a. Timbang 0,3 gram Paracetamol
b. Masukkan Paracetamol yang telah ditimbang, ke dalam gelas kimia
100 ml, kemudian tambahkan air suling sebanyak 50 ml. Aduk
campuran tersebut selama 2 menit pada suhu kamar
c. Saring campuran tersebut menggunakan kertas saring. Letakkan
kertas saring tsb ke dalam cawan penguap, kemudian keringkan di
dalam oven pada suhu 100°C selama 30 menit.
d. Timbang sisa Paracetamol kering yang tertinggal di atas kertas
saring. Hitung kelarutan Paracetamol.
2. Pengaruh Suhu pada Kelarutan Paracetamol
a. Timbang 0,3 gram Paracetamol.
b. Masukkan Paracetamol yang telah ditimbang, ke dalam gelas kimia
100 ml, kemudian tambahkan 50 ml air suling bersuhu 10°C. Aduk
campuran tersebut selama 2 menit pada suhu 10°C.
c. Saring campuran tersebut menggunakan kertas saring. Letakkan
kertas saring tsb ke dalam cawan penguap, kemudian keringkan di
dalam oven pada suhu 100°C selama 30 menit.
d. Timbang sisa Paracetamol kering yang tertinggal di atas kertas
saring.
e. Hitung kelarutan Paracetamol.
f. Ulangi prosedur tsb dengan melarutkan Paracetamol bersuhu 45°C.
g. Bandingkan kelarutan Paracetamol pada suhu kamar, 10°C, dan
45°C.
3. Pengaruh Pelarut Campur terhadap Kelarutan Suatu Zat
a. Buatlah 100 ml campuran bahan pelarut yang tertera pada tabel di
bawah ini. 7
Pelarut Air % ( v/v ) Alkohol % Propilen glikol
(v/v) % ( v/v )
A 70 0 30
B 70 10 20
C 70 20 10
D 70 30 0
E 100 00 0
b. Ambil 20 ml campuran pelarut, tambahkan asam salisilat sebanyak
100 mg ke dalam masing-masing campuran pelarut. Aduk campuran
selama 10 menit.
c. Saring larutan. Ambil sebanyak 5 ml larutan dan tentukan kadar
asam salisilat yang larut dengan cara titrasi asam basa dengan peniter
NaOH 0,1 N dan indicator fenolftalein.
d. Bandingkan kelarutan asam salisilat pada masing-masing campuran
pelarut.
4. Pengaruh Penambahan Surfaktan terhadap Kelarutan Suatu Zat
a. Buatlah 100 ml larutan Tween 80 dengan konsentrasi : 0; 0,1; 0,5;
1,0; 5,0; 10; 50,0; 100 mg/ 100 ml.
b. Ambil 10 ml masing-masing larutan dan tambahkan 100 mg asam
salisilat ke dalam masing-masing larutan.
c. Aduk campuran selama 10 menit.
d. Saring dan tentukan kadar asam salisilat yang terlarut dalam masing-
masing larutan dengan cara titrasi asam basa menggunakan peniter
NaOH 0,1 N dan indikator fenolftalein.
e. Buat kurva antara kelarutan asam salisilat dengan konsentrasi Tween
80 yang digunakan. Bandingkan kelarutan asam salisilat dalam
berbagai larutan Tween.
f. Tentukan konsentrasi misel kritik (KMK) Tween

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 2015. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Universitas Muslim


Indonesia : Makassar.
2. Anief, Moh. 2003. Ilmu Meracik Obat, Gajah Mada University Press;
Yogyakarta.
3. Ansel, Haward. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Fakultas
Farmasi Universitas Muslim Indonesia; Makassar.
4. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI ; Jakarta.
5. Hardjadi, 1993, Ilmu Kimia Analitik Dasar, PT Gramedia Pestaka, Jakarta.
6. Martin, Alfred dkk. 1990. Farmasi Fisika jilid I dan II Edisi III. Press;
Yogyakarta.
7. Mohtar, 1989. Farmasi Fisika. Gajah Mada University Press ; Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai