Anda di halaman 1dari 40

PETUNJUK PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA II

(1 SKS)

Program Studi
S-1 Farmasi

Disusun Oleh:
Dr. apt. Yulias Ninik Windriyati, M. Si
apt. Sugiyono, M.Sc.
apt. Danang Novianto Wibowo, M. Farm
M Fatchur Rochman, M. Farm

Kontributor:
Imam Asrofi, S.Farm
Yuni Warniyati, S. T

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
PETUNJUK PRAKTIKUM
Farmasi Fisika II
(1 SKS)

Program Studi S-1 Farmasi


Penulis :
Dr. apt. Yulias Ninik Windriyati, M. Si
apt. Sugiyono, M.Sc.
apt. Danang Novianto Wibowo, M. Farm
M Fatchur Rochman, M. Farm

Kontributor :
Imam Asrofi, S.Farm
Yuni Warniyati, S. T

Penerbit :
Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim

Redaksi :
Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan – Semarang 50236
Telp. (024) 8505680, 8505681, Fax. (024) 8505680
Website: https://farmasi.unwahas.ac.id/

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa
ijin tertulis dari penerbit
PRAKATA

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat,
taufik dan hidayah-Nya, penulisan Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika II ini dapat
diselesaikan. Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika II ini disusun dengan harapan agar
mahasiswa mampu mengikuti praktikum ini dengan baik dan memberikan
keterampilan kepada mahasiswa.

Petunjuk ini digunakan sebagai acuan pelaksanaan Praktikum Farmasi Fisika II pada
program studi S-1 Farmasi Universitas Wahid Hasyim untuk menunjang kemampuan
dalam aspek ketrampilan teknis terhadap teori-teori yang disajikan dalam perkuliahan.
Petunjuk Praktikum ini bukanlah suatu tuntunan baku dan final sehingga masih perlu
penyempurnaan dan penyesuaian dengan perkembangan dan kemajuan di lapangan.
Penyusun akan senantiasa mengevaluasi materi praktikum untuk mendukung
pembekalan mahasiswa yang lebih baik. Semoga buku ini dapat bermanfaat dan
mencapai sasaran serta tujuan penyusunannya.

Semarang, Februari 2021


Penyusun
VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM

VISI :
“Menjadi Program Studi S1 Farmasi yang unggul di tingkat nasional
dalam mentransformasikan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi
berdasarkan nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal jamaah pada tahun 2025”

MISI :
1. Menyelenggarakan dan mengambangkan pendidikan S1 Farmasi dan
Profesi Apoteker yang memiliki keunggulan kompetitif dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi dengan menerapkan nilai-
nilai Islam Ahlussunnah wal jamaah.

2. Menyelenggarakan dan mengambangkan pendidikan S1 Farmasi dan


Profesi Apoteker yang memiliki keunggulan kompetitif dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi dengan menerapkan nilai-
nilai Islam Ahlussunnah wal jamaah.

3. Menyelenggarakan dan mengembangkan kajian, penelitian, dan merintis


penemuan serta mempublikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang
farmasi dengan menerapkan nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal jamaah.

4. Menyelenggarakan dan mengembangkan pengabdian kepada masyarakat


berdasarkan hasil penelitian ilmu pengetahuan dan teknologi bidang
farmasi dengan menerapkan nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal jamaah.

5. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak baik di dalam maupun di luar


negeri untuk penguatan, pengembangan, dan keunggulan fakultas.

6. Menyelenggarakan tata pamong yang baik (good corporate governance).

Praktikum Farmasi Fisika 2 v


Tata Tertib dan Peraturan

A. Aturan Berpakaian Praktikan


Praktikan diharapkan mengenakan pakaian yang bersih, rapi dan sopan.
Wajib menggunakan baju berkerah, celana/rok panjang dan bersepatu.
Tidak diperkenankan menggunakan kaos, celana/rok pendek, celana
sobek-sobek, sandal yang memperlihatkan jari kaki. Wajib mengenakan
jas laboratorium selama berada di area laboratorium selama praktikum.
Bagi mahasiswa yang mengenakan jilbab, wajib memasukkan jilbabnya
kedalam jas laboratorium. Mahasiswa yang berambut panjang wajib
mengikat rambut agar tidak mengganggu selama proses praktikum.
B. Peralatan Wajib Praktikan
Praktikan membawa peralatan pribadi seperti lap/serbet, tisue, pipet tetes,
alat tulis, kalkulator dan kertas folio bergaris setiap acara praktikum. Untuk
praktikum tertentu praktikan wajib membawa wadah untuk hasil praktikum
seperti pot salep, tube, plastik klip dan botol berpenutup yang disesuaikan
dengan acara praktikum masing-masing.
C. Laporan resmi
1. Laporan praktikum dikumpulkan minggu berikutnya.
2. Laporan praktikum sebagai syarat mengikuti praktikum dan diskusi
pada Praktikum berikutnya.
3. Laporan resmi bersifat kelompok.
4. Laporan resmi ditulis tangan (kecuali bagian Cover) dikertas folio
bergaris yang telah diberi garis tepi pada kanan dan kiri kertas
dengan jarak 2 cm. Ditulis hanya pada satu sisi bagian polio (tidak
bolak balik). Tulisan yang tidak terbaca tidak akan dinilai sebagai
tulisan atau dianggap tidak ada.
5. Laporan resmi terdiri dari:
a) Cover laporan resmi
Cover laporan resmi berisi: judul, logo, dosen pengampu,
golongan, kelompok, nama anggota kelompok, nim, dan
peran dalam kelompok, laboratorium, fakultas, universitas,
tahun. Cover laporan resmi diketik.
b) Tujuan praktikum,

Praktikum Farmasi Fisika 2 vi


c) Dasar teori.
Referensi untuk pembuatan dasar teori dapat berasal dari
buku literatur, artikel penelitian, review, buku. Minimal
referensi yang digunakan sebanyak 2 pustaka dengan
ketentuan minimal 1 artikel penelitian atau review
internasional.
d) Alat dan bahan.
Tulis alat dan bahan yang digunakan sesuai dengan yang
digunakan.
e) Cara kerja.
Cara kerja dibuat dalam bentuk skema secara singkat dan
jelas.
f) Data pengamatan.
Data pengamatan ditulis pada Formulir Data Percobaan yang
sesuai buku petunjuk.
g) Perhitungan data.
Perhitungan data adalah perhitungan yang dibutuhkan
setelah mendapatkan data pengamatan.
h) Pembahasan.
Pembahasan praktikum ditulis menganai data yang diperoleh
dan dibandingkan dengan dengan teori yang ada. Jika data
yang diperoleh tidak sesuai teori, maka data yang diperoleh
dibahas dengan bantuan referensi dari pustaka lain. Referensi
yang digunakan dalam pembahasan, minimal menggunkan 5
pustaka. Boleh menggunkan pustaka yang sama dengan
pustaka pada dasar teori, tetapi harus ada pustaka yang
berbeda minimal 3 pustaka yang belum digunkan pada dasar
teori. Sertakan sitasi pada belakang kalimat.
i) Kesimpulan.
Kesimpulan adalah jawaban dari tujuan.
j) Daftar pustaka. Daftar pustaka ditulis sesuai aturan penulisan
Daftar pustaka sesuai petunjuk penulisan skripsi Universitas
Wahid Hasyim. Total pustaka minimal yang digunakan adalah
7 pustaka.
Praktikum Farmasi Fisika 2 vii
k) Lampiran.
Lampiran berisi hal-hal yang tidak tercantum dalam poin-poin
di atas.
D. Responsi
Responsi praktikum dilaksanakan secara tertulis dan praktek.
E. Penilaian

Nilai akhir praktikum terdiri dari nilai praktikum 70% dan responsi 40%.

F. Izin Praktikum
Mahasiswa yang tidak dapat menghadiri praktikum dengan alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan pada jadwal praktikum dan mendapatkan
izin dari koordinator praktikum dengan mengirimkan surat izin secara
tertulis dan ditandatangani oleh orang yang berwenang (dokter, orang
tua/wali, atasan dll) melalui WA pribadi kepada Dosen Pengampu, berhak
mengikuti praktikum pada golongan lain. Surat izin boleh diketik atau ditulis
tangan. Halangan hadir dapat bersifat terencana atau mendadak.

Bagi mahasiswa yang berhalangan hadir tanpa keterangan dan tanpa surat
izin hingga praktikum berikutnya, maka tidak diperbolehkan pindah jadwal
dan tidak memperoleh nilai pada praktikum tersebut. Tidak hadirnya
praktikan pada jadwal praktikum yang ditentukan karena keteledoran atau
alasan-alasan lain yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, maka
praktikan tidak diperkenankan mengikuti praktikum di jadwal lain.

Praktikum Farmasi Fisika 2 viii


DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................................ i

PRAKATA .............................................................................................................................. iv

VISI DAN MISI ....................................................................................................................... v

Tata Tertib dan Peraturan ........................................................................................................ vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ix

PERCOBAAN 1. KOEFISIEN PARTISI ................................................................................. 1

PERCOBAAN 2. DISPERSI KOLOIDAL DAN SIFAT – SIFATNYA .................................. 6

PERCOBAAN 3. RHEOLOGI DAN VISKOSITAS ............................................................. 12

PERCOBAAN 4. TEGANGAN PERMUKAAN DAN KERAPATAN ................................. 16

PERCOBAAN 5. MIKROMERITIK ..................................................................................... 20

PERCOBAAN 6. KELARUTAN ........................................................................................... 25

Lampiran ................................................................................................................................ 31

Praktikum Farmasi Fisika 2 ix


PERCOBAAN 1. KOEFISIEN PARTISI

I. Tujuan
Mengetahui pengaruh pH terhadap koefisien partisi obat yang bersifat asam
lemah dalam campuran pelarut kloroform-air.
II. Teori
Koefisien partisi lipida-air suatu obat adalah perbandingan kadar obat dalam
fase lipoid dan fase air setelah dicapai kesetimbangan. Peranan koefisien partisi obat
dalam bidang farmasi sangat penting. Teori – teori tentang absorpsi, ekstraksi dan
kromatografi banyak terkait dengan teori koefisien partisi. Koefisien partisi juga
berperan untuk mengetahui kemampuan suatu obat dalam menmbus membran biologis
yang bersifat lipofil-hidrofil-lipofil (bilayer membrane).
Sebelum berefek, suatu obat akan mengalami tahap absorpsi. Syarat obat agar
dapat diabsorpsi haruslah larut didalam cairan biologis. Selain itu, obat harus berada
dalam bentuk bebas (tidak berikatan dengan protein) dan tidak terionkan atau dalam
bentuk molekuler.
Kecepatan absorpsi obat dalam bidang farmasi sangat dipengaruhi oleh
koefisien partisinya. Hal ini disebabkan oleh komponen dinding usus yang sebagian
besar terdiri dari lipida. Dengan demikian obat – obat yang mudah larut dalam lipida
akan dengan mudah melaluinya. Sebaliknya obat – obat yang sukar larut dalam lipida
akan sukar diabsorpsi. Obat – obat yang mudah larut dalam lipida tersebut dengan
sendirinya memiliki koefisien partisi lipida-air yang besar, sebaliknya obat – obat yang
sukar larut dalam lipida akan memiliki koefisien partisi yang kecil.
Pada umumnya obat – obat bersifat asam lemah atau basa lemah. Jika obat
tersebut dilarutkan dalam air, sebagian akan terionisasi. Besarnya fraksi obat yang
terionkan tergantung pH larutannya. Obat – obat yang tidak terionkan (unionized) lebih
mudah larut dalam lipida, sebaliknya yang dalam bentuk ion kelarutannya kecil atau
bahkan praktis tidak larut, dengan demikian pengaruh pH terhadap kecepatan absorpsi
obat yang bersifat asam lemah atau basa lemah sangat besar.
Untuk menghitung fraksi obat yang tidak terionkan dapat digunakan persamaan
Henderson-Hasselbach, yaitu :

Praktikum Farmasi Fisika 2 1


a. Untuk asam lemah :
(asam)
(H+) = Ka
( garam)
( fraksibentukmolekul) fu
= Ka  Ka (1)
( fraksiyangterionkan) fi
fu
pH = pKa - log (2)
fi
fi
pH = pKa + log (3)
fu
fu
b. Untuk basa lemah berlaku : pH = pKa + log
fi
Ada dua macam koefisien partisi :
1. Koefisien Partisi atau TPC (True Partition Coefficient)
Untuk koefisien partisi ini pada percobaannya harus memenuhi persyaratan
kondisi sebagai berikut :
a. Antara kedua pelarut benar – benar tidak dapat campur satu sama lain.
b. Bahan obatnya (solute) tidak mengalami asosiasi atau disosiasi.
c. Kadar obatnya relatif kecil (< 0,01 M).
d. Kelarutan solut pada masing – masing pelarut kecil.
Jika semua persyaratan tersebut dipenuhi, maka berlaku persamaan :
C1
TPC = (4)
C2
dimana, C1 = kadar obat dalam fase lipoid
C2 = kadar obat dalam fase air
Contoh perhitungan larutan asam salisilat yang dibuat pada pH 3,5 (Ka = 1,06 x 10-3),
jika kadar total asam dan garamnya 0,01 M.
pH = - log (H+) = 3,5
log (H+) = -3,5  (H+) = 3,16 x 10-4
(asam)
(H+) = Ka , jika (asam) = X  (garam) = 0,01 – X
( garam)
(asam)
3,16 x 10-4 = 1,06 x 10-3
( garam)
X
= 1,06 x 10-3
(0,01  X )

Praktikum Farmasi Fisika 2 2


X 3,16 x10 4
=  0,296
(0,01  X ) 1,06 x10 3
X = 0,296 (0,01-X)
X = 2,96 x 10-3 – 0,296 X
1,296 X = 2,96 x 10-3
2,96 x10 3
X=  0,0023
1,296
Jadi (Asam salisilat) = 0,0023 M
= 0,0023 x 138,32 gram/L
= 0,318 gram/L
(Natrium salisilat ) = (0,01 – 0,0023) M
= 0,0077 M
= 0,0077 x 160,11 gram/L
= 1,233 gram/L
C1 = 0,318
C2 = 1,233
TPC = 0,318/1,233
TPC = 0,2579
2. Koefisien Partisi Semu atau APC (Apparent Partition Coefficient)
Apabila persyaratan TPC tidak dapat dipenuhi, maka hasilnya adalah koefisien
partisi semu.
Dalam biofarmasetika dan pada berbagai tujuan yang lain, umumnya memiliki
kondisi non ideal dan tidak disertai koreksinya, sehingga hasilnya adalah koefisien
partisi semu. Biasanya sebagai fase lipoid adalah oktanol, kloroform, sikloheksan,
isopropil miristat, dan lain – lain. Fase air biasa digunakan adalah larutan dapar.
Pada keadaan ini berlaku persamaan :
(C 20  C 21 )a
APC = (5)
C 21b

dimana, C 02 = kadar obat dalam fase air mula – mula

C 12 = kadar obat dalam fase air setelah mencapai kesetimbangan


a = volume fase air
b = volume fase lipoid
suhu yang digunakan : 30°C dan 37°C

Praktikum Farmasi Fisika 2 3


Tugas!
Suatu obat harus berada dalam keadan terlarut dan tidak terionkan untuk dapat
melintasi membran saluran cerna. Perkirakan jumlah obat yang tidak terion untuk
obat X dengan pKa = 4 dalam membran:
a. Lambung (pH 1-3)
b. Duodenum (pH 4-6)
c. Jejunum (pH 7)
d. Ileum (pH 8)
Perkirakan, di segmen manakah obat tersebut memiliki absorpsi terbesar? Jelaskan!
III. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1 Erlenmeyer 1 Dapar salisilat pH 3, pH 4, pH5
2 Pipet volume 2 Kloroform
3 Labu takar 3 Feri (III) klorida
4 Tabung reaksi 4 akuades
5 Rak tabung reaksi
6 Mikro pipet
7 Blue tip
8 Spektrofotometer
IV. Cara Kerja
A. Percobaan Koefisien Partisi
1. Buat larutan dapar salisilat 0,01 M dengan pH 3, pH 4 dan pH 5 dari asam
salisilat yang ditambah Natrium hidroksida hingga pH yang diketahui.
2. Ambil masing – masing larutan 25 ml dan dimasukkan dalam erlenmeyer.
3. Tambahkan pada larutan tersebut 10 ml kloroform p.a lalu diinkubasikan pada
suhu 37°C. Hidupkan stopwatch.
4. Ambil 1 mL fase air (dapar salisilat) pada menit ke 0, 15, 30, 45, 60, 90, 120.
Kesetimbangan dicapai apabila beberapa kali penentuan kadar tersebut hasilnya
sudah konstan (tidak ada penurunan kadar salisilat pada fase air).
5. Hitung masing – masing kofisien partisi semu pada ketiga macam pH tersebut.
B. Cara penentuan kadar salisilat dengan spektrofotometer visible
1. 1 mL fase air di masukkan kedalam labu takar 10 mL.
2. Tambahkan akuades hingga tanda.
Praktikum Farmasi Fisika 2 4
3. Ambil 5 mL larutan hasil pengenceran tersebut ke dalam tabung reaksi.
4. Tambah 0,5 mL FeCl3 5% dalam tabung reaksi.
5. Tunggu 15 menit sebagai waktu operasi (operating time)
6. Ukur serapan cahaya (absorbansi) larutan tersebut dengan spektrofotometer visible
dengan panjang gelombang maksimal 525 nm
7. Blanko yang digunakan dalam penetapan kadar adalah akuades dan FeCl 3 dengan
perlakuan yang sama.

Tabel Kurva Baku


No Konsentrasi Absorbansi
(mcg/ml)
1 15 0,213
2 30 0,377
3 45 0,516
4 60 0,672
5 75 0,821

a = 0,0665
b = 0,01007 BM Asam Salisilat = 138,3c2 g/mol
r = 0,9998 BM Na Salisilat = 160,11 g/mol
Ka Asam Salisilat = 1,06 x 10-3
Y = bX + a Kadar total Asam salisilat dan NA
Y = 0,01007 X + 0,0665 salisilat adalah 0,01M

Tabel Pengamatan APC


pH 3 pH 4 pH 5
Waktu
Abs Kadar Abs Kadar Abs Kadar
0
15
30
45
60

Praktikum Farmasi Fisika 2 5


PERCOBAAN 2. DISPERSI KOLOIDAL DAN SIFAT – SIFATNYA

A. Tujuan
Memberikan gambaran tentang sifat-sifat larutan koloidal.
II. Teori
Koloid biasanya dibagi menjadi dua golongan besar, berdasarkan pada apakah dia
disolvatasikan oleh medium dispersinya atau tidak, atau apakah dia tidak berinteraksi
secara nyata dengan medium, yaitu:
1. Koloid liofilik, disolvatasikan oleh solven/pelarut dan sering dinamakan ”koloid
yang suka solven/pelarut”.
2. Koloid liofobik, kebalikan dari koloid liofilik, yaitu mempunyai afinitas kecil
untuk solven/pelarut dan sering dinamakan”koloid pembenci solven/pelarut”.
Jika yang digunakan solven/pelarut adalah air, maka digunakan istilah hidrofilik
dan hidrofobik. Kedua tipe koloid tersebut sama-sama menunjukkan tipe sifat-sifat
fisika yang sama, tapi dapat berbeda cukup jauh dalam perkembangannya setiap sifat
spesifiknya. Dispersi koloidal yang dibuat dengan salah satu dari dua metoda umum,
yaitu metoda kondensasi dan metode dispersi.
Metode kondensasi menggabungkan partikel-partikel kecil (ion-ion dan
molekul) untuk membentuk partikel-partikel yang lebih besar yang masuk dalam jarak
ukuran koloidal. Ini biasanya dilakukan dengan jalan mengganti solven/pelarut atau
dengan jalan melakukan reaksi kimia tertentu.
Metode dispersi menggunakan teknik-teknik pengecilan partikel dan partikel-
partikel yang berdimensi koloidal. Untuk ini dapat digunakan disintegrator mekanik
seperti ”coloid mill”. Seringkali solven/pelarut yang dicampur dengan lain zat dapat
menyebabkan partikel non-koloidal menjadi koloidal. Metode dispersi tipe ini khusus
dinamakan peptisasi.
Beberapa logam dapat didispersi sebagai koloid oleh arus listrik di dalam tabung
elektrolitik (electrolytic cell). Semua dispersi koloidal menunjukkan suatu sifat optik
yang dikenal sebagai efek Tyndall. Jika seberkas cahaya diarahkan pada suatu dispersi
koloidal, maka cahaya tersebut akan dipancarkan (scattered) dan suatu berkas sinar atau
kerucut sinar akan terlihat. Karena banyak dispersi koloidal sangat menyerupai larutan
sejati, maka sifat tersebut berguna untuk membedakan antara dispersi koloidal dan
larutan sejati. Larutan sejati tidak akan memancarkan cahaya, karena partikel-partikel
yang terdispersi di dalamnya begitu kecil hingga tidak menimbulkan efek tersebut.

Praktikum Farmasi Fisika 2 6


Suatu sifat lain yang menarik dari koloid adalah viskositas. Koloid liofobik tidak
merubah viskositas suatu dispersi ,karena dispersi tersebut tidak disolvatasikan.
Kenaikan kadar dari koloid-koloid semacam itu tidak mempengaruhi viskositas
dan dispersi tersebut. Koloid liofilik, sebaliknya, biasanya menyebabkan suatu
kenaikan viskositas secara nyata, karena mereka berinteraksi dengan molekul-molekul
solven/pelarut.
Sifat-sifat stabilitas sistem liofilik dan liofobik juga berbeda. Semua dispersi
koloid mempunyai muatan listrik. Jika suatu zat atau ion dengan muatan sebaliknya
ditambahkan dalam suatu dispersi koloid, muatan dalam koloid dapat dihilangkan atau
dinetralkan, dan koloid akan mengendap.
Sistem hidrofobik biasanya lebih jelas dipengaruhi oleh elektrolit, sedangkan
sistem hidrofilik disolvatasikan dan suatu ”cincin pelindung” mengelilingi koloid
hingga membuatnya menjadi kurang peka terhadap ion-ion yang bermuatan yang
berasal dari elektrolit. Salah satu cara untuk menambah stabilitas koloid hidrofobik
ialah dengan penambahan suatu koloid hidrofilik pada sistem tersebut. Dalam hal ini
koloid hidrifiliknya dinamakan : koloid pelindung. Sistem hidrofilik akan menjadi
kurang stabil pada penambahan solven yang polaritasnya lebih kecil dari pada air,
karena solven-solven tersebut akan bersaing dengan molekul-molekul air dan
mendehidrasi koloid.
III. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1 Beckerglass 1 Pulvis gummi arabici
2 Gelas ukur 2 Gelatin
3 Buret 3 Feri(III) klorida
4 Cawan poselen 4 Perak nitrat
5 Kompor listrik 5 NaCl
6 Tabung reaksi 6 Alginat

IV. Cara Kerja


A. Efek tyndall
1. Siapkan 10 NaCl, perak nitrat, Feri(III)klorid, gelatin, alginat
2. Sinari senyawa-senyawa tersebut
3. Amati seberkas cahaya yang melewati senyawa-senyawa tersebut
4. Jelaskan apa perbedaanya
Praktikum Farmasi Fisika 2 7
B. Viskositas Koloid
1. Ambil 25 mL koloid,
2. Masukkan kedalam buret 25 mL
3. Buka kran buret hingga koloid mengalir sampai habis
4. Catat waktu yang dibutuhkan koloid untuk mengalir
5. Lakukan 3x replikasi
C. Pengaruh elektrolit terhadap koloid
1. Siapkan 5 mL koloid (perak nitrat 3 mL)
2. Tambah 2 mL NaCl 25%, Amati endapan yang terbentuk
3. Jika tidak terjadi endapan, tambah 2 mL NaCl berikutnya, Amati
endapan yang terbentuk
4. Tambahkan NaCl hingga terbentuk endapan,
5. Amati berapa NaCl yang diperlukan.
6. Hentikan penambahan NaCl jika tidak terbentuk endapan sampai
penambahan NaCl 20 mL.
D. Pengaruh Alkohol Terhadap Koloid
1. Siapkan 10 mL koloid (perak nitrat 3 mL)
2. Tambah 2 mL alkohol 96%, Amati endapan yang terbentuk
3. Jika tidak terjadi endapan, tambah 2 mL alkohol berikutnya, Amati
endapan yang terbentuk
4. Tambahkan alkohol hingga terbentuk endapan,
5. Amati berapa alkohol yang diperlukan.
6. Hentikan penambahan alkohol jika tidak terbentuk endapan sampai
penambahan alkohol 20 mL.
E. Reversibilitas koloid
1. Siapkan 3 ml koloid dalam cawan porselen
2. Uapkan diatas kompr listrik hingga mengering
3. Tambah 5 mL akuades
4. Apati apakah koloid dapat kembali kebentuk semula atau tidak

Praktikum Farmasi Fisika 2 8


V. DATA PENGAMATAN
1. Hasil penimbangan bahan
Bahan Kertas Kosong Kertas + Kertas + Sisa Bobot Bahan
Bahan
Pulvis Gummi
Arabici 35%
ad 50 mL air
panas
Alginat 0,5%
ad 50 mL air
panas
Alginat 1% ad
50 mL air
panas
Gelatin 5% ad
50 mL air
panas
Gelatin 10%
ad 50 mL air
panas

Kc. arloji Kc. arloji + Kc. arloji +


Bahan Bobot Bahan
Kosong Bahan Sisa
AgNO3 5% ad
20 mL air
NaCl 25% ad
100 mL air
Bahan Botol Kosong Botol + Bahan Botol + Sisa Bobot Bahan
FeCl3 0,25%
ad 50 mL air
FeCl3 0,5% ad
50mLair

Praktikum Farmasi Fisika 2 9


2. Efek tyndall
Sample Fenomena yang terjadi Kesimpulan
NaCl
Feri(III)klorid
Perak nitrat
Alginat
Gelatin

3. Viskositas koloid
Volume Waktu Alir Rata-Rata
Koloidal
dalam buret R1 R2 R3 Waktu Alir
Alginat 25 mL
0,5%
Alginat 25 mL
0,1%
Gelatin 5% 25 mL
Gelatin 10% 25 mL
FeCl3 0,25% 25 mL
FeCl3 0,5% 25 mL

4. Pengaruh elektrolit terhadap koloid


Volume Koloid (mL) Volume NaCl yang
Koloidal
dalam tabung reaksi dibutuhkan (mL)
Mucilago PGA 35% 5
AgNO3 5% 3
Alginat 1% 5
Gelatin 10% 5
FeCl3 0,5% 5
FeCl3 0,5% + Gelatin
10 + 5
10%

Praktikum Farmasi Fisika 2 10


5. Pengaruh alkohol terhadap koloid
Volume (mL) dalam
Koloidal Volume Alkohol (mL)
tabung reaksi
Mucilago PGA 35% 5
AgNO3 5% 3
FeCl3 0,25% 10
Alginat 0,5% 10
Gelatin 5% 10

6. Reversibilitas koloid
Volume Reversibilitas
Volume
Koloidal penambahan air Reversible Irreversible
(mL)
(mL)
Mucilago PGA 3 5
35%
Gelatin 5% 3 5
Alginat 0,5% 3 5
AgNO 5% 3 5
FeCl3 0,25% 3 5

Kesimpulan

Koloidal Metode Metode Liofil Liofob


Dispersi Kondensasi
PGA
AgNO3
Alginat
Gelatin
FeCl3

Praktikum Farmasi Fisika 2 11


PERCOBAAN 3. RHEOLOGI DAN VISKOSITAS

I. TUJUAN
1. Mempelajari cara penentuan viskositas larutan Newton dengan Ostwald dan
Rion.
2. Mempelajari pengaruh kadar larutan terhadap viskositas larutan.
II. TEORI
Satuan cgs viskositas adalah poise, gaya gesek yang diperlukan untuk
menghasilkan kecepatan 1 cm/det antara dua bidang paralel dari zat cair yang luasnya
1 cm2 dan dipisahkan oleh jarak 1 cm.
Dalam satuan cgs :
𝑑𝑦𝑛𝑒.𝑐𝑚−2
Poise = 𝐷𝑒𝑡 −1
𝑑𝑦𝑛𝑒 𝑑𝑒𝑡
= 𝑐𝑚2

= 𝑑𝑦𝑛𝑒. 𝑑𝑒𝑡. 𝑐𝑚−2


Satuan lain yang lebih sering digunakan adalah centipoises = cps.
1 poise = 100 centipoise
Zat cair akan mengalir jika kepadanya dikenakan suatu pengadukan atau
tekanan (stress), yang dalam satuan cgs dapat dinyatakan dengan dyne/cm2. Yang
penting pada pengukuran ini, gaya yang diberikan harus diatur sedemikian rupa
sehingga aliran yang terjadi bersifat laminer bukan turbulen. Aliran laminer melalui
pipa kapiler dapat digambarkan seperti gambar berikut:

Gambar 1. Aliran laminer zat cair dalam pipa kapiler


X = jari-jari dalam pipa; V = kecepatan alir;
dv/dx = kecepatan gradien atau kecepatan gesek (shearing rate)
Pada pipa kapiler, gaya yang bekerja yang menyebabkan terjadinya aliran
adalah gaya berat zat cair. Seandainya tekanan dari gaya tersebut dinyatakan dengan
“shearing stress” atau tekanan gesek F/A, dan kecepatan gesek atau “shearing rate”

Praktikum Farmasi Fisika 2 12


= dv/dx, Untuk zat cair yang memiliki sifat alir Newton, hubungan tersebut dapat
dinyatakan dengan
F/A  dv/ dx atau F/A =  dv/dx (1)
Dimana,  = viskositas atau koefisien viskositas.
Jika hubungan ini dinyatakan dengan suatu grafik dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Hubungan antara kecepatan gesek (dv/dx) dengan gaya gesek (F/A)
pada cairan Newton.
Pada gambar 2 dapat diketahui bahwa semakin besar angka arahnya (slope)-
nya, makin rendah viskositas cairan.
Zat cair tunggal serta larutan yang ukuran molekulnya kecil, misalnya sirup,
memiliki tipe alir Newton. Adapun hubungan antara kadar zat terlarut dengan
viskositas larutannya, dapat dinyatakan dengan persamaan arrhenius.
= 0ek.c (2)
Dimana,  dan 0 berturt-turut adalah viskositas larutan dan viskositas pelarut,
k = suatu tetapan dan c = kadar larut
𝐤.𝐜
Log  = log 0 + (3)
𝟐,𝟑𝟎𝟑

Jika persamaan (3) digambarkan dalam suatu grafik dapat dilihat pada Gambar
3 dibawah ini:

Gambar 3. Hubungan antara log  larutan dengan kadar larutannya.

Praktikum Farmasi Fisika 2 13


Faktor lain yang dapat mempengaruhi viskositas adalah suhu. Hubungan ini
dapat pula dinyatakan dengan persamaan arthenius :
 = A. eE/RT
Dimana: A = suatu tetapan,
E = energi aktivasi,
R = tetapan gas
T = suhu (dalam 0 K).

Pengukuran viskositas
Untuk menetukan viskositas cairan Newton dapat digunakan semua alat
pengukur viskositas, misalnya: viscometer Ostwald, Viskometer Hoopler,
Viskometer Brookfield, Viskometer Stormer dll.
Untuk percobaan ini alat yang digunakan adalah viscometer Oswald. Dasar
yang digunakan untuk penentuan viskositas ini adalah Hukum Poiseuile tentang zat
cair yang mengalir melalui pipa kapiler dengan persamaan:
𝝅 𝒓𝟒 𝒑 𝝅 𝒓𝟒𝒕𝒑
V= atau =
𝟖𝟏  𝟖𝟏 𝒗
dimana, r = jari-jari pipa kapiler, I = panjang pipa kailer, v = volume zat cair, p =
tekanan yang bekerja pada zat cair, t = waktu yang diperlukan untuk mengalirkan
volume v zat cair melalui pipa sepanjang I.
Karena sukar untuk membuat pengukuran yang teliti (accurate) dari jenis jari-
jari tube, alat tersebut biasanya diukur/dikalibrasi dengan cairan yang telah diketahui
viskositasnya.
𝐯𝐢𝐬𝐤𝐨𝐬𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐝𝐢𝐤𝐞𝐭𝐚𝐡𝐮𝐢 𝛑.𝐫 𝟒.𝐭 𝐝𝐢𝐤𝐞𝐭𝐚𝐡𝐮𝐢.𝐏 𝐭𝐚𝐤 𝐝𝐢𝐤𝐞𝐭𝐚𝐡𝐮𝐢
=
𝐯𝐢𝐬𝐤𝐨𝐬𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐝𝐢𝐤𝐞𝐭𝐚𝐡𝐮𝐢 𝛑.𝐫𝟒 .𝐭 𝐝𝐢𝐤𝐞𝐭𝐚𝐡𝐮𝐢.𝐏 𝐝𝐢𝐤𝐞𝐭𝐚𝐡𝐮𝐢
Karena digunakan tube yang sama untuk mengukur kedua-duanya maka :
u 𝐈𝐮 .𝐭 𝐮
=
𝐤 𝐏𝐤 .𝐭 𝐤

Dimana, u = tidak diketahui (unknown), K = diketahui (known).


Dan karena tekanan yang menekan cairan melalui tube sesuai dengan kenaikan
gravitai dan berbanding lurus dengan kerapatan cairan, maka :
𝐮 𝐝𝐮 .𝐭 𝐮 𝐝𝐮.𝐭 𝐮
= 𝐮 = 𝐤
𝐤 𝐝𝐤 .𝐭 𝐤 𝐝𝐤 .𝐭 𝐤

Praktikum Farmasi Fisika 2 14


III. Alat dan Bahan

Alat Bahan
1 Air 1 Gelas ukur
2 Alkohol 2 Becker glass
3 Larutan gula 10, 20, 30 % 3 Viskosimeter Ostwald
4 Sample gula X dan Y 4 Pump filler
5 Sample syrup parasetamol

IV. Cara kerja


1. Ambil 5 mL sample
2. Masukkan kedalam gondok viskosimeter ostwald
3. Hisap cairan hingga ke garis atas
4. Biarkan cairan mengalir bebas dari garis batas atas ke baris batas bawah
5. Amati waktu alir cairan
6. Hitung nilai viskositasnya

Data percobaan:
Waktu alir Waktu alir viskositas Viskositas
No Sample
R1 R2 R3 rata-rata R1 R2 R3 rata-rata
1 Air
2 Alkohol
3 Larutan gula 10%
4 Larutan gula 20%
5 Larutan gula 30%
6 Larutan gula X
7 Larutan gula Y
8 Sediaan syrp PCT
Diketahui:
η air : 0,7808 Cps
d air suhu 30oC : 0,99567 g/cm3
d air suhu 35oC : 0,99406 g/cm3
d gula : 1,59 g/cm3
d alkohol suhu 31 oC : 0,78012 g/cm3

Praktikum Farmasi Fisika 2 15


PERCOBAAN 4. TEGANGAN PERMUKAAN DAN KERAPATAN

I. TUJUAN
1. Menentukan kerapatan zat (density)
2. Menentukan kenaikan cairan pada pipa kapiler (h)
II. TEORI
Definisi fenomena permukaan dan antar muka :
1. Tegangan muka dapat didefinisikan sebagai gaya terjadi pada permukaan suatu
cairan yang menghalangi ekspansi cairan tersebut. Hal ini disebabkan oleh
gaya-gaya Tarik tidak seimbang pada antarmuka (interfaces) cairan. Gaya ini
bisa segera diketahui pada kenaikan cairan biasa dalam kapiler dan bentuk
spheris suatu tetesan kecil cairan.
2. Tegangan antar muka (interfasial) adalah tegangan yang diukur pada bidang
batas dua cairan yang saling tidak bisa bercampur. Tegangan antar muka ini
penting dalam aspek praktis dan teoritis pada masalah-masalah emulsi.
Tegangan muka mempunyai dimensi gaya per unit panjang permukaan
(dyne/cm) atau tenaga per unit percobaan kuadrat (erg/cm 2). Ini dapat dihitung
dengan mengetahui pasti gaya yang sama dan berlawanan.
Metode pengukuran tegangan muka terdapat dalam setiap text standart kimia
fisika.
Metode kenaikan kapiler
Suatu cairan naik dalam kapiler karena gaya tegangan mukanya bekerja pada
sisi-sisi kapiler, lalu bekerja sepanjang parimeter kapiler, dan menurut definisi di
atas, hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Tegangan muka = gaya/2 r.
Dimana, r adalah jari-jari kapiler.
Gaya ini dapat menyebabkan cairan naik keatas, secara pasti yang dapat
dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

2. Efek gravitasi =  r2h d g.


Dimana, r adalah jari-jari kapiler, h adalah tinggi kenaikan, d adalah kerapatan
cairan dan g adalah gaya gravitasi.
Dengan menyamakan kedua gaya tersebut di atas, didapatkan persamaan
sebagai berikut :

Praktikum Farmasi Fisika 2 16


Tegangan muka x 2  r =  r2 h d g atau Tegangan muka = ½ r h d g
Catatan :
Sudut yang dibuat cairan dengan kapiler pada permukaannya dapat
memodifikasi persamaan tersebut, tetapi secara umum untuk cairan efeknya
sedemikian hingga faktor ini dapat diabaikan. Setiap alat pipa kapiler mempunyai r
sendiri-sendiri, tetapi jika tidak ada r-nya maka kita harus menentukan r-nya sendiri
(mengukur).
Mengukur jari-jari kapiler merupakan tuga yang sukar dilakukan, namun
demikian ada kemungkinan jari-jari kapiler membandingkan kenaikan kapiler cairan
yang belum diketahui tegangan mukanya dengan kenaikan kapiler cairan yang sudah
diketahui tegangan mukanya, kemudian ratio berikut ini dapat digunakan untuk
perhitungannya.
𝟏
𝐓𝐞𝐠𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐦𝐮𝐤𝐚 (𝐬𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐝𝐢𝐤𝐞𝐭𝐚𝐡𝐮𝐢) 𝐡 .𝐝 .𝐫.𝐠
𝟐 𝐤 𝐤
= 𝟏
𝐓𝐞𝐠𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐦𝐮𝐤𝐚 (𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐝𝐢𝐤𝐞𝐭𝐚𝐡𝐮𝐢) 𝐡 .𝐝 .𝐫.𝐠
𝟐 𝐮 𝐮

𝐡𝐤 .𝐝𝐤
=
𝐡𝐮 .𝐝𝐮
Jadi dengan mengetahui kerapatan cairan-cairan dan tingginya kenaikan dalam
kapiler yang sama tegangan muka cairan yang belum diketahui dapat ditentukan.
III. ALAT DAN BAHAN

Bahan Alat
1 Akuades 1 Becker glass
2 Natrium Lauril sulfat (NLS) 2 Gelas ukur
3 Parafin Liquid 3 Pipa kapiler
4 Timbangan analitik

IV. CARA KERJA

A. Pembuatan larutan NLS


Buat larutan NLS dengan konsentrasi 1%, 0,5% sebanyak 250mL
1. Timbang NLS sesuai perhitungan
2. Masukkan kedalam becker glass
3. Larutkan NLS hingga larut sempurna
4. Masukkan larutan NLS kedalam labu takar

Praktikum Farmasi Fisika 2 17


5. Tambah akuades hingga volume 250mL

B. Pembuatan larutan Tween 80


Buat larutan Tween 80 dengan konsentrasi 1%, 0,5% sebanyak 250mL
1. Timbang Tween 80 sesuai perhitungan
2. Masukkan kedalam becker glass
3. Larutkan Tween 80 hingga larut sempurna
4. Masukkan larutan Tween 80 kedalam labu takar
5. Tambah akuades hingga volume 250mL
C. Prosedur Percobaan Penentuan Kerapatan

1. Siapkan piknometer dalam kondisi kering


2. Piknometer ditimbang, hasil penimbangan dicatat
3. Piknometer diisi air hingga penuh
4. Piknometer yang berisi air tersebut ditimbang dan hasil penimbangan dicatat
(lakukan 3x replikasi)
5. Air yang berada di dalam piknometer digantikan oleh parafin cair, Na Lauril sulfat
0,5% dan 1% serta Tween 0,5% dan 1%.
D. Prosedur Percobaan Penentuan Tegangan Permukaan
1. Siapkan becker glass 100 mL yang sudah ditempel kertas milimeter
2. Siapkan pipa kapiler
3. Becker diisi air sebanyak 100 mL
4. Pipa kapiler dicelupkan hingga dasar becker dan tinggi air dalam pipa kapiler
dicatat
5. Lakukan percobaan yang sama, dengan mengganti air dengan parafin cair sebanyak
100 mL
6. Ulangi lagi cara yang sama untuk Na Lauril Sulfat (0,5%, dan 1%) dan Tween 80
(0,5% dan 1%)
Diketahui:
Gaya gravitasi : 980 cm/s2
Jari-jari pipa kapiler : 0,0575 mm
Densitas air : 0,99435

Praktikum Farmasi Fisika 2 18


DATA PENGAMATAN:

Bobot Bobot sampel Bobot Ketinggian Tegangan


Sampel Kerapatan
piknometer + piknometer sample sample (h) permukaan
Air

Larutan NLS
0,5 %
Larutan NLS
1%
Larutan
tween 0,5 %
Larutan
tween 1 %

Praktikum Farmasi Fisika 2 19


PERCOBAAN 5. MIKROMERITIK

I. TUJUAN
Menentukan ukuran partikel ZnO, MgO dan talkum dengan menggunakan metode
ayakan.
II. DASR TORI
Mikromeritik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang partikel yang
kecil. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Ukuran diameter rata-
rata, ukuran luas permukaan rata-rata, volume rata-rata dan sebagainya. Pengertian
ukuran partikel adalah ukuran diameter rata-rata.
Untuk memulai setiap analisis ukuran partikel hams diambil dan umunya jumlah
bahan besar (ditandai dengan junlah dasar) suatu contoh yang representatif Karenanya
suatu pemisahan bahan awal dihindari oleh karena dan suatu pemisahan, contoh yang
diambil berupa bahan halus atau bahan kasar. Untuk pembagian contoh pada jumlah
awal dan 10-1000 g digunakan apa yang disebut Pembagi Contoh piring berputar. Path
jumlah thsar yang amat besar hams ditank beberapa contoh dimana tempat pengambilan
contoh sebaiknya dipilih menurut program acak.
Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromiretik oleh Dalla Valle.
Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat dengan
mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk halus berada
dalam jangkauan mikroskop optik. Partikel yang mempunyai ukuran serbuk lebih kasar,
granul tablet, dan garam granular berath dalam kisaran ayakan.
Setiap kumpulan partikel biasanya disebut polidispersi. Karenanya perlu untuk
mengetahui tidak hanya ukuran dan suatu partikel tertentu, tapi juga berapa banyak
partikel-partikel dengan ukuran yang sarna ada dalam sampel. Jadi kita perlu sutau
perkiraan kisaran ukuran tertentu yang ada dan banyaknya atau berat fraksi dan tiap-
tiap ukuran partikel, dan sini kita bisa menghitung ukuran partikel rata-rata untuk
sampel tersebut.
Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam farmasi, sebab
ukuran partikel mempunyai peranan besar dalam pembuatan sediaan obat dan juga
terhadap efek fisiologisnya. Pentingnya mempelajan mikromiretik, yaitu:
1. Menghitung luas permukaan

Praktikum Farmasi Fisika 2 20


2. Sifat kimia dan fisika dalam formulasi obat
3. Secara teknis mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara per oral, suntikan
dan topikal
4. Pembuatan obat bentuk emulsi, suspensi
5. Stabilitas obat (tergantung dan ukuran partikel).
Metode paling sederhana dalam penentuan nilai ukuran partikel adalah
menggunakan pengayak standar. Pengayak terbuta dan kawat dengan ukuran lubang
tertentu. Istilah ini (mesh) digunakan untuk menyatakan jumlah lubang tiap inchi
linear (inci persegi).
Ukuran dan suatu bulatan dengan segera dinyatakan dengan garis tengahnya. Tetapi,
begitu derajat ketidaksimestnsan dan partikel naik, bertambah sulit pula menyatakan
ukuran dalam garis tengah yang berarti. Dalam keadaan seperti mi, tidak ada garis
tengah yang unik. Makanya hams dicari jalan untuk menggunakan suatu garis tengah
bulatan yang ekuivalen, yang menghubungkan ukuran partikel dan garis tengah bulatan
yang mempunyai luas permukaan, volume, dan gans tengah yang sama. Jadi, garis
tengah permukaan d, adalah gans tengah suatu bulatan yang mempunyai luas
permukaan yang sama seperti partikel yang diperiksa.
Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel:
 Mikroskopi Optik
Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan atau tidak
diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada pentas mekanik. Di
bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana partikel terlihat, diletakkan
mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut. Pemandangan dalam
mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah layar di mana partikel-partikel tersebut Iebih
mudah diukur, atau pemotretan bisa dilakukan dan slide yang sudah disiapkan dan
diproyeksikan ke layar untuk diukur.
Kerugian dan metode im adalah bahwa gans tengah yang diperoleh hanya dan dua
dimensi dan partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Tidak ada perkiraan
yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan dan partikel dengan memakai metode
ini. Tambahan lagi, jumlah partikel yang hams dihitung (sekitar 300-500) agar
mendapatkan suatu perkiraan yang baik dan distribusi , menjadikan metode tersebut
memakan waktu dan jelimet. Namun demikian pengujian mikroskopis dan suatu sampel
hams selalu dilaksanakan, bahkan jika digunakan metode analisis ukuran partikel

Praktikum Farmasi Fisika 2 21


lainnya, karena adanya gumpalan dan partikel-partikel lebih dan satu komponen
seringkali bisa dideteksi dengan metode ini.
• Pengayakan
Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dan penentuan ukuran
partikel adalah metode analisis ayakan. Di sini penentunya adalah pengukuran
geometrik partikel. Sampel diayak melalui sebuah susunan menurut meningginya
Iebamya jala ayakan penguji yang disusun ke atas. Bahan yang akan diayak dibawa
pada ayakan teratas dengan lebar jala paling besar. Partikel, yang ukurannya lebih kecil
danpada lebar jala yang dijumpai, berjatuhan melewatinya. Mereka membentuk bahan
halus (lobs). Partikel yang tinggal kembali pada ayakan, membentuk bahan kasar.
Setelah suatu waktu ayakan tertentu (pada penimbangan 40-150 g setelah kira-kira 9
menit) ditentukan melalui penimbangan, persentase mana dan jumlah yang telah
ditimbang ditahan kembali path setiap ayakan.
• Dengan cara sedimentasi
Cara menggunakan rumus sedimentasi Stocks. Dasar untuk metode mi adalah
Aturan Stokes:

18𝜇 ℎ
𝑑=√ √
(𝜌 − 𝜌0)𝑔 𝑡

Metode yang digunakan dalam penentuan partikel cara sedimentasi im adalah


metode pipet, metode hidrometer dan metode malance.(1).
Partikel dan serbuk obat mungkin berbentuk sangat kasar dengan ukuran kurang
lebih 10.000 mikron atau 10 milimikron atau mungkin juga sangat halus mencapai
ukuran koloidal, I mikron atau lebih kecil. Agar ukuran partikel serbuk im mempunyai
standar, maka USP menggunakan suatu batasan dengan istilah “very coarse, coarse,
moderately coarse, fine and very fine”, yang dihubungkan dengan bagian serbuk yang
mempu melalui lubang-lubang.
ayakan yang telah distandansasi yang berbeda-beda ukurannya, pada suatu periode
waktu tertentu ketika diadakan pengadukan dan biasanya pada alat pengaduk ayakan
secara mekanis.

Praktikum Farmasi Fisika 2 22


V. Alat dan Bahan

Alat Bahan
1 Ayakan 1 Talkum
2 Fibrator 2 Seng Oxyde
3 Neraca Analitik

VI. Cara Kerja

Pengukuran pertikel dan serbuk berdasarkan atas penimbangan residu yang


tertinggal pada tiap ayakan yaitu dengan melewatkan serbuk pada ayakan dan nomor
mesh rendah ke nomor mesh tinggi yang digerakkan oleh mesin fibator dengan waktu
dan kecepatan tertentu.

Cara kerja:
1. ZnO dan talk ditimbang masing-masing sebanyak 25 g
2. Setiap ayakan lebih dahulu dibersihkan dengan sikat tabung kemudian dilap dengan
tissue untuk memastikan keringnya pengayak maupun tidak terdapatnya partikel
tertingggal lagi yang dapat menghalangi proses pengayakan.
3. Ayakan kosong ditimbang sebagai bobot ayakan kosong
4. Ayakan kemudian diset pemasangnya pada fibrator pengayak dengan urutan dari
atas ke bawah nomor mesh 20, 40,70,120.
5. Sample yang telah ditimbang 25 g ditempatkan pada pengayak nomor mesh 20,
ditutup rapat mesin fibrator, kemudian mesin dijalankan dengan kecepatan 5 rpm
(rotasi per minutes) dan diset waktu pengayakan selama 10 menit.
6. Setelah 10 menit, mesin fibrator akan berhenti secara otomatis. Ayakan kemudian
masing-masing dibuka dan diambil dan mesin fibrator.
7. Ayakan beserta fraksi serbuk yang tertinggal pada masing-.masing pengayak dengan
nomor mesh berbeda ditimbang menggunakan timbangan miligram.
8. Hitung massa serbuk tertinggal
9. Masukkan data dalam tabel pengamatan.
10. Hitung diameter partikel sample.

Praktikum Farmasi Fisika 2 23


Rumus-Rumus Perhitungan
Perhitungan % tertinggal
𝒎𝒂𝒔𝒔𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒕𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒏𝒐 𝒎𝒆𝒔𝒉
% 𝒕𝒆𝒓𝒕𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝒎𝒂𝒔𝒔𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒕𝒂𝒉𝒂𝒏

Diameter Partikel
∑𝒏 × 𝒅
𝑫=
∑ 𝒏%

Hasil Percobaan
1. ZnO
No. Mesh d (mm) m (g) n (%) nxd
20
40
70
120

2. Talk
No. Mesh d (mm) m (g) n (%) nxd
20
40
70
120

Praktikum Farmasi Fisika 2 24


PERCOBAAN 6. KELARUTAN

I. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
2. Mahasiswa memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat
3. Mahasiswa mampu menjelaskan usaha-usaha yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kelarutan zat aktif dalam air untuk pembuatan sediaan cair
II. DASAR TEORI
Secara kuantitatif, kelarutan dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam
larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan
mililiter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1g asam salisilat akan
larut dalam 550 mL air. Kelarutan dapat juga dinyatakan dalam satuan molalitas,
molaritas dan persen.
Data kelarutan suatu zat dalam air sangat penting untuk diketahui dalam
pembuatan sediaan farmasi. Sediaan cair seperti sirup, elixir, tetes mata, injeksi dll
dibuat dengan menggunakan pembawa air. Bahkan untuk sediaan obat lainnya seperti
suspensi, tablet atau capsul yang diberikan secara oral, data ini tetap diperlukan karena
didalam saluran cerna obat harus dapat melarut dalam cairan saluran cerna yang
komponen utamanya adalah airagar dapat diabsorpsi.
Pada umumnya obat baru dapat diabsorpsi dari saluran cerna dalam keadaan
terlarut. Oleh karena itu salah satu cara untuk meningkatkan ketersediaan hayati suatu
sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya didalam air. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kelarutan uatu zat antara lain:
1) pH
2) suhu
3) jenis pelarut
4) bentuk dan ukuran partikel zat
5) konstanta dielektrik bahan pelarut
6) adanya zat tambahan lain seperti surfaktan, pembentuk kompleks, ion sejenis dan
sebagainya
A. Pengaruh pH

Zat aktif yang sering digunakan di dalam dunia pengobatan umumnya adalah
senyawa organik yang bersifat asam atau basa lemah. Kelarutan senyawa semacam ini

Praktikum Farmasi Fisika 2 25


sangat dipengaruhi oleh pH pelarutnya. Kelarutan asam-asam organik lemah seperti
barbiturat dan sulfonamid dalam air akan bertambah dengan meningkatnya pH, karena
terbentuk garam yang mudah larut dalam air. Apabila pH larutan diturunkan dengan
penambahaan asam kuat, maka akan terbentuk garam yang mudah larut air.
B. Pengaruh Suhu

Kelarutan zat padat dalam larutan ideal tergantung pada suhu titik, leleh zat padat dan
panas pelarutan molar zat tersebut. Pengaruh suhu terhadap kelarutan zat dalam larutan
ideal diberikan oleh persamaan berikut:
∆𝐻𝑓 𝑇0 − 𝑇
− log 𝑋2𝑖 = ( )
2,303 𝑇0 × 𝑇
Dimana : X2i : Kelarutan ideal zat dalam fraksi mol
T : suhu mutlak larutan
T0 : titik leleh zat dalam suhu mutlak
Hf : panas pelarutsn molar
Tanda i menyatakan larutan ideal, sedangkan tanda 2 menyatakan zat terlarut. Pada
suhu diatas titik leleh, zat akan berada dalam keadaan cair sehingga dapat bercampur
dengan pelarut dalam setiap perbandingan. Oleh karena itu persamaan tersebut tidak
berlaku jika T lebih besar dari T0.
Pada larutan non ideal aktivitas zat terlarut merupakan konsentrasi zat terlarut
dikalikan dengan koefisien aktivitas.
𝑎2 = 𝑋2 𝛾2
Dimana: a : aktivitas
X2 : Konsentrasi obat dalam fraksi mol
γ2 : koefisien aktivitas
karena pada larutan ideal a2 = X2i dan γ2 = 1 mak larutan non ideal akan diperoleh
persamaan berikut:
∆𝐻𝑓 𝑇0 − 𝑇
− log 𝑋2𝑖 = ( ) × 𝑙𝑜𝑔𝛾2
2,303 𝑇0 × 𝑇
C. Pengaruh Jenis Pelarut

Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut polar akan
melarutkan zat-zat polar dan ionik, begitu pula sebaliknya. Kelarutan zat juga
tergantung pada struktur zat seperti perbandingan gugus polar dan non polar dari suatu
molekul. Makin panjang rantai gugus non polar suatu zat, semakin sukar zat tersebut
larut dalam air.

Praktikum Farmasi Fisika 2 26


Menurut Hildebrane, kemampuan zat terlarut untuk membentuk ikatan hidrogen lebih
penting daripada kepolaran suatu zat. Pelarut polar bertindak sebagai pelarut dengan
mekanisme sebagai berikut:
1. Mengurangi gaya tarik antara ion yang berlawanan dalam kristal
2. Memecah ikatan kovalen elektrolit-elektrolit kuat, karena pelarut ini bersifat
amfiprotik
3. Membentik ikatan hidrogen dengan zat terlarut

Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik menarik antara ion-ion karena
konstanta dielektriknya rendah. Senyawa ini juga tidak dapat memecah ikatan kovalen
dan tidak dapat memebentuk jembatan hidrogen. Pelarut semacam ini melarutkan zat-
zat non polar dengan tekanan internal yang sama melalui induksi antaraksi dipol.
Pelarut semipolar dapat menginduksi tingkat kepolaran molekul-molekul pelarut
non polar. Pelerut ini bertindak sebagai perantara (intermediate solvent) untuk
mencampurkan pelarut non polar dengan non polar.
Konstanta dielektrik adalah suatu besaran tanpa dimensi dan merupakan rasio
antara kapasitas elektrik medium (Cx) terhadap vakum (Cv) atau Cx/Cv. Besarnya
konstanta dielektrik menurut Moore dapat diukur dengan menambahkan bahan pelarut
lain dengan polaritas yang berbeda. Tetapan dielektrik suatu campuran bahan pelarut
merupakan penjumlahan tetapan dielektrik masing-masing sesudah dikalikan dengan
persen setiap komponen pelarut.
Adakalanya suatu zat lebih mudah larut dalam pelarut campuran dibandingkan
dengan pelarut tunggalnya. Fenomena ini dikenal dengan istilah co-solvency sedangkan
bahan pelrut didalam pelarut campur yang mampu meningkatkan kelarutan zat disebut
co-solvent. Etanol, gliserin, propilen glikol adalah contoh cosolvent yang umum
digunakan dalam bidang farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan elixir.
D. Pengaruh Bentuk dan Ukuran Partikel

Kelarutan suatu zat akan meningkat dengan berkurangnya ukuran partikel zat tersebut,
sesuai dengan persamaan Oswald-Freundlich berikut:
2𝛾𝑀 𝑎
ln 𝑆 = =
𝑅𝑇𝜌𝑟 𝑟
2𝑀𝛾
𝑎=
𝜌𝑅𝑇
𝑆 = 𝑆∞ . 𝑒 𝑎/𝑟

Praktikum Farmasi Fisika 2 27


Dimana: S : kelarutan partikel halus (mikro)
Sꝏ : kelarutan partikel besar
γ : tegangan permukaan partikel zat padat ( dalam kasusu ini sukar
ditentukan)
M : bobot molekul zat terlarut
ρ : bobot jenis
r : jari-jari akhir partikel (cm)
R : konstanta gas (8,314 x 107 erg.der-1.mol-1)
T : suhu mutlak
Walaupun demikian, pengaruh ukuran partikel terhadap kelarutan suatu obat tidak akan
terlihat dengan jelas bila ukuran partikel obat direduksi menjadi ukuran mikro.
Pengurangan ukuran partikel yang sangat ekstrem tersebut tidak dapat dicapai dengan
penggilingan ataupun mikronisasi biasa. Untuk mencapai ukuran tersebut dapat
digunakan metode pembuatan larutan padat. Metode lain yang menghasilkan ukuran
agak lebih besar adalah pembuatan dispersi padat. Konfigurasi molekul dan bentuk
susunan kristal juga berpengaruh terhadap kelarutan zat. Karakteristik zat padat tertentu
seperti bentuk hidrat dan anhidrat, amorf dan kristal juga mempengaruhi kelrutan suatu
zat.
E. Pengaruh Penambahan Zat-Zat Lain

Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikkan kelarutan
zat. Molekul surfaktan terdiri atas dua bagian yaitu polar dan non polar. Apabila
didispersikan kedalam air pada konsentrasi rendah, akan berkumpul pada permukaan
dengan mengorientasikan bagian polar kearah air dan bagian non polar ke arah udara.
Kumpulan surfaktan tersebut akan membentuk suatu lapisan monomolekuler. Bila
permukaan cairan telah jenuh dengan molekuk-molekul surfaktan maka molekul-
molekul yang berada didalam cairan akan membentuk agregat yang disebut misel.
Konsentrasi pada saat misel mulai terbentuk disebut konsentrasi misel kritik (KMK).
Sifat penting misel adalah kemampuannya dalam menaikkan kelarutan zat-zat
yang sukar larut dalam air. Proses ini dikenal sebagai solubilisasi miselar. Solubilitas
terjadi karena molekul zat yang sukar larut berasosiasi dengan misel membentuk suatu
larutan jernih dan stabil secara termodinamika. Lokasi zat terlarut dalam misel
tergantung pada polaritas zat tersebut. Molekul-molekul non polar masuk kebagiannon
polar dari misel sedangkan molekul-molekul polar akan teradsorpsi pada permukaan

Praktikum Farmasi Fisika 2 28


misel. Molekul-molekul semi polar akan masuk ke daerah palisade dan membentk
suatu misel campur. Selain penambahan surfaktan , dapat juga dilakukan penambahan
zat pembentuk kompleks untu menaikan kelarutan suatu zat. Misalnya penambahan
uretan dalam pembuatan injeksi kinin atau pembuatan kompleks dengan siklodkstrin.
III. ALAT DAN BAHAN

Bahan Alat
1 Asam salisilat 1 Shaking Waterbath
2 alkohol 2 Timbangan Analitik
3 air 3 Tabung reaksi dan rak
4 Tween 80 4 Erlenmeyer
5 NaOH 5 Buret
6 Indikator PP 6 Corong
7 Kertas saring
8 Pipet ukur/volume

IV. CARA KERJA


A. Pengaruh campuran pelarut terhadap kelarutan suatau zat
1. Buatlah campuran bahan pelarut seperti berikut sebanyak 20 mL.

No Banyaknya Pelarut (% v/v)


Tabung Air Suling Alkohol
1 90 10
2 80 20
3 70 30
4 60 40
5 50 50

2. Ambil 100 mg asam salisilat, larukan dalam masing-masing campuran pelarut


tersebut dalam tabung reaksi.
3. Kocok larutan tersebuut dengan shaking waterbath suhu 30oC selama 2 jam.
4. Amati tiap 30 menit, jika terdapat endapan yang larut selama pengocokan
tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat (100mg) sampai diperoleh
larutan yang jenuh.
5. Saring larutan. Ukur 10 ml larutan jenuh dan tetapkan kadar asam salisilat
terlarut dengan titrasi asam basa dengan NaOH 0,1 N yang telah di bakukan
dan indikator PP

Praktikum Farmasi Fisika 2 29


6. Buat kurva antara penambahan alkohol dengan konsentrasi asam salisilat
terlarut.
B. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
1. Buatlah larutan tween 80 sebanyak 25 mL dengan konsentrasi seperti berikut:
No Tabung Tween Air Suling

1 250 mg
2 500 mg Add 100mL
3 750 mg
4 1000 mg

2. Ambil 100 mg asam salisilat, larukan dalam masing-masing campuran pelarut


tersebut dalam tabung reaksi.
3. Kocok larutan tersebuut dengan shaking waterbath suhu 30oC selama 2 jam.
4. Amati tiap 30 menit, jika terdapat endapan yang larut selama pengocokan
tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat (100mg) sampai diperoleh
larutan yang jenuh.
5. Saring larutan. Ukur 10 ml larutan jenuh dan tetapkan kadar asam salisilat
terlarut dengan titrasi asam basa dengan NaOH 0,1 N yang telah di bakukan
dan indikator PP.
6. Buat kurva antara banyaknya penambahan tween 80 dengan konsentrasi zat
terlarut.

Rumus.
Standarisasi NaOH
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐾 𝐵𝑖𝑓𝑡𝑎𝑙𝑎𝑡(𝑚𝑔) × 𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎𝑂𝐻 (𝑚𝐿) × 𝐵𝑀 𝐾 𝐵𝑖𝑓𝑡𝑎𝑙𝑎𝑡

Penetapan Kadar asam salisilat terlarut


𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎𝑂𝐻 (𝑚𝐿)𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 (𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛) × 𝐵𝑀𝐴𝑠. 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑠. 𝑆𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 = × 100%
𝑉𝑜𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝐿𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑠 𝑆𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 (𝑚𝐿) × 1000

Praktikum Farmasi Fisika 2 30


Lampiran
Contoh cover laporan resmi
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II
PERCOBAAN I
KOEFISIEN PARTISI

Tanggal Praktikum: 30 Juli 2020

Pengampu: apt. Danang Novianto Wibowo, M. Sc.,


Kelompok IA1
Disusun Oleh:
Melani Setiorini 145010114
Listiana Dewi P 145010115
Frida Frihantini 145010116
Endah 145010117

LABORATORIUM FARMASI FISIKA


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG

Praktikum Farmasi Fisika 2 31

Anda mungkin juga menyukai