PENJAMINAN MUTU
" CDOB “
Pengampu : Apt. Endang Rachmawati, M.M
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
petunjuk dan rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.
Makalah ini dibuat sebagai penyelesaian dari tugas mata kuliah Penjaminan Mutu. Makalah kami
akan membahas tentang CDOB. Harapan kami makalah yang disajikan ini dapat menjadi
kontribusi positif bagi perkembangan wawasan pembaca.Kami mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Apt. Endang Rachmawati, M.M., selaku dosen pengampu mata kuliah Penjaminan Mutu
karena telah memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan
wawasan serta pengetahuan. Oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami
harapkan demi kemajuan di masa yang akan datang. Akhir kata, kami ucapkan semoga makalah
yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Penyusun makalah
i
DAFTAR ISI
ii
5. Pemisahan Obat Dan/Atau Bahan Obat .................................................................................... 8
6. Pemusnahan Obat Dan/Atau Bahan Obat .................................................................................. 8
7. Pengambilan ............................................................................................................................ 8
E. Inspeksi Diri ............................................................................................................................... 9
F. Keluhan, Obat Dan/Atau Bahan Obat Kembalian, Diduga Palsu Dan Penarikan Kembali ... 9
1. Keluhan ................................................................................................................................... 9
2. Obat Dan/Atau Bahan Obat Kembalian .................................................................................. 10
3. Obat Dan/Atau Bahan Obat Diduga Palsu............................................................................... 10
4. Penarikan Kembali Obat Dan/Atau Bahan Obat...................................................................... 10
G. Transportasi ......................................................................................................................... 10
1. Transportasi Dan Produk Dalam Transit ................................................................................. 10
2. Obat Dan/Atau Bahan Obat Dalam Pengiriman ...................................................................... 10
3. Kontainer, Pengemasan Dan Pelabelan ................................................................................... 11
4. Transportasi Obat Dan/Atau Bahan Obat Yang Memerlukan Kondisi Khusus ......................... 11
5. Kendaraan Dan Peralatan ....................................................................................................... 11
6. Kontrol Suhu Selama Transportasi ......................................................................................... 12
H. Fasilitas Distribusi Berdasar Kontrak ................................................................................. 12
1. Pemberi Kontrak .................................................................................................................... 12
2. Penerima Kontrak .................................................................................................................. 12
3. Kontrak .................................................................................................................................. 13
I. Dokumentasi ............................................................................................................................ 13
BAB III ................................................................................................................................................ 15
KESIMPULAN.................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi, yang digunakan untuk
memengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi
untuk manusia (PerKa BPOM, 2012). Pada proses distribusinya pemerintah telah membuat
suatu peraturan mengenai Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Cara Distribusi Obat yang
Baik (CDOB) adalah cara distribusi atau penyaluran obat dan atau bahan obat yang bertujuan
memastikan mutu sepanjang jalur distribusi atau penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan
penggunaannya. Kegiatan yang menyangkut distribusi obat meliputi pengadaan, penyimpanan,
dan penyaluran obat dari produsen hingga ketangan konsumen. Penerapan CDOB ini
diharapkan dapat mempertahankan dan memastikan bahwa mutu obat yang diterima oleh
pasien sama dengan mutu obat yang dikeluarkan oleh industri farmasi. Pada proses
distribusinya pun pemerintah telah membuat suatu peraturan mengenai Cara Distribusi Obat
yang Baik (CDOB) (Hartini, 2016). Penerapan CDOB ini diharapkan dapat mempertahankan
dan memastikan bahwa mutu obat yang diterima oleh pasien sama dengan mutu obat yang
dikeluarkan oleh industri farmasi. Apotek merupakan salah satu fasilitas distribusi yang
berhubungan langsung dengan konsumen, oleh karena itu apoteker di apotek harus
melaksanakan prinsip-prinsip mengenai Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Apoteker
harus memastikan bahwa pengadaan barang (obat) berasal dari sumber resmi dan sudah
memiliki izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kemudian untuk penyimpanan
obatnya pun harus disimpan sesuai dengan kondisi penyimpanan yang direkomendasikan dari
industri farmasi yang memproduksi obat tersebut (BPOM, 2012). Proses penyalurannya pun
harus tetap dipastikan bahwa obat diberikan pada pasien yang tepat dan dengan indikasi yang
tepat pula agar tidak terjadi penyalahgunaan obat. Jika prinsip-prinsip pada Cara Distribusi
Obat yang Baik (CDOB) tidak dilaksanakan maka kualitas obat tidak dapat dipastikan atau
dapat terjadi perubahan kualitas obat dari yang dikeluarkan oleh industri dengan yang diterima
oleh pasien.
1
Pedagang besar farmasi (PBF) merupakan salah satu fasilitas distribusi yang akan
mendistribusikan obat kepada rumah sakit, psukesmas hingga apotek agar bisa langsung
diberikan kepada pasien. Oleh karena itu apoteker yang merupakan penanggung jawab di PBD
harus melaksanakan prinsip-prinsip mengenai Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB).
Prinsip tersebut dijalankan agar obat yang akan disalurkan kepada pasien memiliki kualitas
yang sama dengan yang dikeluarkan oleh industri dan perlu ada dokumentasi yang mencakup
seluruh kegiatan apotek tersebut. Proses pengadaan obat, penyimpanan, sampai pada saat
penyerahan obat kepada pasien harus terdokumentasi dan memenuhi prinsip-prinsip dari
CDOB (Kemenkes, 2011).
Prinsip-prinsip Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) berlaku untuk aspek
pengadaan, penyimpanan, penyaluran termasuk pengembalian obat dan/atau bahan obat dalam
rantai distribusi. Semua pihak yang terlibat dalam distribusi obat dan/atau bahan obat
bertanggungjawab untuk memastikan mutu obat dan/atau bahan obat dan mempertahankan
integritas rantai distribusi selama proses distribusi. Prinsip-prinsip CDOB berlaku juga untuk
obat donasi, baku pembanding dan obat uji klinis. Semua pihak yang terlibat dalam proses
distribusi harus menerapkan prinsip kehati-hatian (due diligence) dengan mematuhi prinsip
CDOB, misalnya dalam prosedur yang terkait dengan kemampuan telusur dan identifikasi
risiko. Harus ada kerja sama antara semua pihak termasuk pemerintah, bea dan cukai, lembaga
penegak hukum, pihak yang berwenang, industri farmasi, fasilitas distribusi dan pihak yang
bertanggung jawab untuk penyediaan obat, memastikan mutu dan keamanan obat serta
mencegah paparan obat palsu terhadap pasien (BPOM, 2019).
Yang dimaksud dengan semua pihak yang terlibat dalam distribusi obat dan/atau bahan
obat adalah termasuk namun tidak terbatas pada pihak produsen obat, personil di fasilitas
distribusi (termasuk pihak lain yang bekerja sama berdasarkan kontrak dengan fasilitas
distribusi, misalnya transporter, pengendali hama, petugas kebersihan, dan petugas keamanan),
pengemudi kendaraan, pelanggan dari fasilitas distribusi (misal : apotek, rumah sakit, toko
obat) dan pasien pengguna obat dan/atau bahan obat. Prinsip kehati-hatian dapat dilakukan
dengan melalui Uji Tuntas (due diligence), yaitu istilah yang digunakan untuk penyelidikan
guna penilaian kinerja dari suatu kegiatan/personil/ organisasi guna memenuhi standar baku
yang ditetapkan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan standar baku adalah CDOB. Yang
2
dimaksud dengan Kemampuan Telusur adalah kemampuan untuk menelusur riwayat, aplikasi
atasi lokasi sesuatu yang sedang dipertimbangkan (BPOM, 2015).
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang termasuk dalam manajemen mutu
2. Apa saja persyaratan organisasi, manajemen, dan personalia
3. Apa saja persyaratan lokasi bangunan dan peralatan dalam penyimpanan obat
4. Bagaimana melakukan operasional berdasarkan peraturan yang sesuai
5. Pengertian inspeksi, audit internal, dan audit eksternal
6. Bagaimana persyaratan dan aturan ketika terjadi keluhan, obat kembalian, obat diduga
palsu, dan penarikan kembali
7. Bagaimana persyaratan dari berbagai macam transportasi dan mengontrol suhu selama
transportasi
8. Apa saja ketentuan dalam fasilitas distribusi berdasarkan kontrak
9. Apa saja macam-macam dokumentasi dan ketentuan kelengkapan dokumentasi
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dasar-dasar yang termasuk dalam manajemen mutu
2. Untuk mengetahui persyaratan ketika melakukan organisasi, manajemen, dan
personalia
3. Untuk mengetahui persyaratan lokasi bangunan dan peralatan dalam penyimpanan obat
4. Untuk mengetahui kegiatan operasional berdasarkan peraturan yang sesuai
5. Untuk mengetahui pengertian inspeksi, audit internal, dan audit eksternal
6. Untuk mengetahui persyaratan dan aturan ketika terjadi keluhan, obat kembalian, obat
diduga palsu, dan penarikan kembali
7. Untuk mengetahui persyaratan dari berbagai macam transportasi dan mengontrol suhu
selama transportasi
8. Untuk mengetahui ketentuan dalam fasilitas distribusi berdasarkan kontrak
9. Untuk mengetahui macam-macam dokumentasi dan ketentuan kelengkapan
dokumentasi
3
BAB II
ISI
A. Manajemen Mutu
1. Sistem Mutu
Pemastian Mutu adalah seluruh kegiatan terencana dan sistematis yang dilakukan dalam
sistem mutu dan dilakukan sesuai kebutuhan untuk meyakinkan bahwa suatu barang akan
memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan. (CPOB).
Kebijakan mutu adalah maksud dan arahan secara menyeluruh sebuah organisasi yang
terkait dengan mutu seperti yang dinyatakan secara resmi oleh manajemen puncak. Pada
umumnya kebijakan mutu konsisten dengan kebijakan menyeluruh organisasi dan
menyediakan kerangka kerja bagi penetapan dan peninjauan sasaran mutu (ISO 9000).
Agar sistem mutu dapat berjalan dengan baik maka harus dipastikan sumber daya yang
disediakan harus kompeten dan memadai. Kompeten berarti memiliki kemampuan dan
keterampilan yang cukup untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.
Memadai dapat berarti sumber daya yang diperlukan tersedia dalam jumlah yang cukup
untuk menjamin tercapainya sasaran yang diharapkan.
Panduan Mutu adalah dokumen yang merincikan sistem manajemen mutu suatu organisasi.
Panduan mutu dapat berbeda dalam rincian dan formatnya, tergantung pada ukuran dan
kerumitan suatu organisasi.
Salah satu aspek penting dalam pelaksanaan sistem mutu adalah adanya pengendalian yang
baik terhadap dokumen dan catatan. Untuk memastikan proses pengendalian dokumen dan
catatan tersebut berjalan optimal, maka perlu dibuat suatu prosedur tertulis tentang
pengendalian dokumen yang mencakup berbagai ketentuan tentang cara identifikasi,
pengumpulan, penomoran, pencarian, penyimpanan, pemeliharaan, pemusnahan dan akses
ke semua dokumen yang berlaku. melalui persetujuan pihak yang berwenang dalam
Fasilitas Distribusi.
Sistem mutu yang diterapkan harus mampu mengatur semua kegiatan yang dilakukan oleh
setiap bagian dalam Fasilitas Distribusi, terutama yang berkaitan dengan CDOB.
4
2. Pengelolaan Kegiatan Berdasarkan Kontrak
Pengendalian dan pengajian berbagai kegiatan berdasarkan kontrak perlu dilakukan untuk
memastikan bahwa sebuah pekerjaan kontrak memang perlu dilakukan, dilakukan oleh
pihak yang tepat, diketahui oleh berbagai pihak yang berkepentingan, tidak bertentangan
dengan kontrak lainnya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan, sudah mendapat
persetujuan, dilaksanakan sesuai jangka waktu dan kriteria yang disepakati dalam kontrak
sehingga mampu mendapatkan hasil seperti yang direncanakan.
a) Hasil audit
b) Umpan balik pelanggan
c) Kinerja proses dan kesesuaian jasa
d) Status tidakan perbaikan (korektif) dan tindakan preventif (CAPA)
e) Tindak lajut kajian manajemen yang lalu
f) Perubahan yang dapat mempengaruhi sistem manajemen mutu, dan vii. Saran-saran
untuk perbaikan
Adapun hasil yang diharapkan dari kajian manajemen harus mencakup keputusan dan
tindakan yang berkaitan dengan:
5
4. Manajemen Risiko Mutu
Penilaian risiko adalah proses yang terus menerus dan harus dilakukan secara
berkesinambungan. Penilaian risiko yang sudah pernah dibuat harus ditinjau ulang dan
direvisi secara berkala misal 1 (satu) kali dalam setahun untuk memastikan jenis-jenis
risiko baru yang mungkin timbul dapat terdeteksi dan terantisipasi.
2. Penanggung Jawab
Sarana distribusi dapat menentukan personil tertentu yang mempunyai kompetensi yang
sesuai dengan penanggung jawab yang tertuang dalam uraian jabatan dan sistem mutu.
Pendelegasian jika penanggung jawab berhalangan hadir harus sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
3. Pelatihan
Pelatihan dapat dilakukan baik internal maupun eksternal. Sebagai pemberi materi dalam
pelatihan harus mempunyai kompetensi sesuai dengan bidang yang dilatihkan.
4. Higiene
Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
individu subyeknya. Higiene berkaitan erat dengan masalah sanitasi. Sanitasi adalah usaha
kesehatan preventif yang menitikberatkan kepada kegiatan usaha kegiatan hidup manusia.
Contoh sanitasi adalah pengadaan toilet yang bersih dan memenuhi syarat, serta
6
penyediaan sarana prasarana untuk memastikan kebersihan individu, makanan dan
minuman yang dikonsumsi, serta kebersihan lingkungan kerja.
D. Operasional
1. Kualifikasi Pemasok
Fasilitas distribusi sebagai pemasok harus mempunyai izin sesuai dengan Permenkes
No. 1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi sebagaimana
diubah dengan Permenkes No. 34 tahun 2014
Industri Farmasi sebagai pemasok harus mempunyai izin sesuai dengan Permenkes
No.1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi.
Industri non-farmasi sebagai pemasok bahan obat harus mempunyai izin yang
dikeluarkan otoritas yang berwenang di negara asal.
2. Kualifikasi Pelanggan
Yang dimaksud pemeriksaan adalah pengkajian terhadap pelanggan. Selain surat izin,
perlu dilihat juga penanggung jawab sarana, sertifikat CPOB/CDOB.
Penyelidikan yang dimaksud adalah melakukan penilaian kewajaran jumlah dan
frekuensi pesanan Penilaian kewajaran jumlah dan frekuensi pesanan antara lain
7
berdasarkan lokasi pemesan berada di sekitar fasilitas kesehatan atau praktek dokter
perorangan
3. Penerimaan
Batasan mendekati tanggal kedaluwarsa yaitu 3 bulan sebelum tanggal kedaluwarsa.
penyimpanan khusus misalnya obat dan/atau bahan obat yang memerlukan
penyimpanan dengan suhu terkendali.
tindakan pengamanan khusus misalnya narkotika, psikotropika.
Dicatat dalam checklist penerimaan dan kartu stok obat dan/atau bahan obat.
4. Penyimpanan
Dilihat sesuai kondisi penyimpanan yang tercantum pada penandaan kemasan (label).
Obat dan/atau bahan obat dalam status ditolak (tidak memenuhi syarat karena rusak,
kedaluwarsa), ditarik atau diduga palsu harus disimpan dengan kondisi terkunci.
pencegahan kerusakan atau kontaminasi akibat tumpahan, maka obat dan/atau bahan
obat yang berupa cairan diletakkan pada rak paling bawah. Penyimpanan obat dan/atau
bahan obat harus diletakkan di atas pallet atau rak.
7. Pengambilan
Pengambilan obat dan/atau bahan obat sesuai dengan dokumen
pengambilan/penyaluran (picking list atau faktur).
8
Fasilitas distribusi menetapkan kebijakan minimal masa simpan obat dan/atau bahan
obat yang dapat disalurkan.
E. Inspeksi Diri
Pengertian inspeksi adalah suatu evaluasi kesesuaian melalui pengamatan dan penetapan,
jika perlu dengan pengukuran, pengujian atau pembandingan
Audit adalah proses sistematis, independen dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti
audit dan mengevaluasinya secara obyektif untuk menentukan tingkat pemenuhan kriteria
audit
Audit internal, seringkali dinamakan audit pihak pertama, dilakukan oleh, atau atas nama
organisasi sendiri untuk tinjauan manajemen dan sasaran internal lainnya dan dapat
dijadikan dasar bagi pernyataan diri organisasi tentang kesesuaiannya
Audit eksternal secara umum dinamakan “Audit Pihak Kedua” atau “Audit Pihak Ketiga”.
Audit pihak kedua dilakukan oleh pihak yang berkepentingan dengan organisasi, seperti
pelanggan atau oleh orang lain atas nama mereka. Audit pihak ketiga dilakukan oleh
organisasi eksternal, organisasi audit yang independen, misalnya organisasi yang
memberikan sertifikasi/registrasi kesesuaian dengan ISO-9001 atau GDP.
F. Keluhan, Obat Dan/Atau Bahan Obat Kembalian, Diduga Palsu Dan Penarikan
Kembali
Obat dan/atau bahan obat yang telah disalurkan kepada pelanggan jika dikembalikan baik
karena alasan kesalahan pengiriman atau obat kembalian harus dikarantina dulu untuk
dilakukan evaluasi oleh penanggung jawab
Evaluasi mencakup kebenaran obat (penandaan, nomor bets dan kedaluwarsa) dan kondisi
penyimpanan selama tranportasi. Jika hasil evaluasi dinyatakan baik, maka dapat
dimasukkan ke dalam stok dan dapat dijual kembali. Jika hasil evaluasi dinyatakan tidak
baik atau dicurigai adanya obat palsu, maka dilakukan pengamanan untuk diproses lebih
lanjut.
1. Keluhan
Setiap keluhan dilakukan pencatatan dan kategorisasi serta dibuatkan trend analisa. Jenis
keluhan dapat dikelompokkan, misalnya:
Keluhan pelayanan
9
Keluhan produk (mutu produk atau produk diduga palsu)
G. Transportasi
1. Transportasi Dan Produk Dalam Transit
Peralatan keamanan tambahan pada kendaraan untuk pengiriman dapat berupa kunci
pengaman.Peralatan keamanan tambahan untuk personil dapat berupa alat
perlindungan diri, alat komunikasi, GPS.
Dokumentasi yang dimaksud dapat berupa faktur penjualan/surat pengiriman
barang/surat jalan.
10
b. Penanganan obat dan/atau bahan obat selama pengiriman;
c. Area pengiriman;
d. Penanganan kondisi yang tidak diharapkan;
e. Dokumentasi pengiriman.
Jadwal pengiriman disesuaikan dengan:
a. Jadwal moda transportasi;
b. Perkiraan waktu kedatangan di sarana tujuan pengiriman
c. Kondisi geografis perjalanan, dan
d. Kondisi keamanan selama perjalanan.
3. Kontainer, Pengemasan Dan Pelabelan
Status validasi kemasan berlaku untuk produk rantai dingin.
Yang dimaksud masalah lain yang terjadi selama transportasi mencakup kehilangan
dan pencurian.
11
a. Tidak terpengaruh oleh cahaya, suhu, kelembaban, bau yang menyengat dan
kondisi buruk lain yang tidak sesuai
b. Bersih, kering, bebas dari masuknya binatang pengerat, hewan atau serangga lain
Peralatan dapat berupa: pallet, kontainer pengiriman, cool box.
Kontrak antara fasilitas distribusi dengan pihak penyedia jasa dalam hal pergudangan harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Lokasi gudang harus mempunyai izin gudang dan tercantum dalam perizinan fasilitas
distribusi pemberi kontrak
Gudang harus memenuhi persyaratan CDOB
Personil gudang harus mendapatkan pelatihan tentang CDOB
1. Pemberi Kontrak
Instruksi tertulis meliputi antara lain:
2. Penerima Kontrak
Aktivitas lain yang dapat mempengaruhi mutu obat dan/atau bahan obat, misalnya:
12
a. Gudang digunakan untuk penyimpanan selain obat dan/atau bahan obat yang dapat
mempengaruhi mutu, misalnya bahan bakar.
b. Transportasi yang digunakan untuk pengiriman obat dan/atau bahan obat bercampur
dengan komoditi yang mempengaruhi mutu, misalnya produk yang mempunyai bau
yang menyengat,
3. Kontrak
Contoh Informasi minimal yang harus ada dalam kontrak:
I. Dokumentasi
Dokumentasi meliputi
Dokumen pengadaan: surat pesanan, faktur atau surat jalan dari pemasok harus disatukan.
Dokumen penyaluran meliputi: surat pesanan dari pelanggan, faktur atau surat jalan/surat
penyerahan barang harus disatukan.
Dikecualikan bagi fasilitas distribusi yang memiliki sistem komputerisasi yang terintegrasi
antara pusat dan cabang
13
a. Surat pesanan harus memuat nama dan nomor ijin sarana,nomor surat pesanan, tanggal,
item obat dan/atau bahan obat yang dipesan, jumlah, nama dan SIKA/SIPA/SIKTTK serta
tanda tangan penanggung jawab sarana pemesan, stempel sarana pemesan.
b. Faktur penjualan /surat jalan/SPB harus memuat informasi nama dan nomor ijin fasilitas
distribusi penerbit, nomor dan tanggal faktur/surat jalan/SPB, nama dan alamat tujuan
pengiriman, nama obat dan/bahan obat, jumlah dan item, nomor bets, tanggal
kedaluwarsa, nama dan SIKA serta tanda tangan apoteker penanggung jawab fasilitas
distribusi pengirim, nama dan SIKA/SIPA/SIKTTK serta tandatangan penerima, stempel
fasilitas pengirim dan penerima.
c. Kartu stok secara komputer atau manual harus dapat ditelusur dan menginformasikan
nama obat dan/atau bahan obat, jumlah masuk dan keluar (mutasi), sisa stok, nomor bets,
tanggal kedaluwarsa, sumber pengadaan, nama sarana penerima, nomor faktur/surat
jalan/SPB.
14
BAB III
KESIMPULAN
Pemastian Mutu adalah seluruh kegiatan terencana dan sistematis yang dilakukan
dalam sistem mutu dan dilakukan sesuai kebutuhan untuk meyakinkan bahwa suatu barang
akan memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan. (CPOB). Agar sistem mutu dapat
berjalan dengan baik maka harus dipastikan sumber daya yang disediakan harus kompeten
dan memadai. Kompeten berarti memiliki kemampuan dan keterampilan yang cukup untuk
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Memadai dapat berarti sumber
daya yang diperlukan tersedia dalam jumlah yang cukup untuk menjamin tercapainya
sasaran yang diharapkan. Salah satu aspek penting dalam pelaksanaan sistem mutu adalah
adanya pengendalian yang baik terhadap dokumen dan catatan. Untuk memastikan proses
pengendalian dokumen dan catatan tersebut berjalan optimal, maka perlu dibuat suatu
prosedur tertulis tentang pengendalian dokumen yang mencakup berbagai ketentuan
tentang cara identifikasi, pengumpulan, penomoran, pencarian, penyimpanan,
pemeliharaan, pemusnahan dan akses ke semua dokumen yang berlaku. melalui
persetujuan pihak yang berwenang dalam Fasilitas Distribusi.
Hasil yang diharapkan dari kajian manajemen harus mencakup keputusan dan
tindakan yang berkaitan dengan:
Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
individu subyeknya.Oprasional yang mencakup tentang : kualifikasi pemasok, kulifikasi
pelanggan, pnerimaan penyimpanan pemisahan obat atau bahan obat, pemusnahan obat,
pengambilan. Pengertian inspeksi adalah suatu evaluasi kesesuaian melalui pengamatan
dan penetapan, jika perlu dengan pengukuran, pengujian atau pembandingan.
Transportasi yang mencakup tentang: produk transit, obat atau bahan dalam
pengiriman, pengemasan, obat yang memiliki kondisi khusus, kontrol suhu, dokumentasi
15
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2019, Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik
Nomor 9 Tahun 2019, Jakarta.
Hartini, I.S. dan Marchaban. 2016. Evaluasi Pelaksanaan Cara Distribusi Obat Yang Baik
(CDOB) Pada Apotek Di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman Yogyakarta. Jurnal
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2011, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1148/MENKES/PER/VI/2011. Tentang Pedagang Besat Farmasi. Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta.
16