FAKULTAS FARMASI
JAKARTA
NPM : 2014210145
Disetujui oleh:
Pembimbing
Tanggal:………………
i
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
B. PERUMUSAN MASALAH............................................................... 3
1. Klasifikasi............ ........................................................................ 5
2. Deskripsi.............. ........................................................................ 5
E. ANTIOKSIDAN .............................................................................. 11
ii
2. .Spektrofotometer Ultraviolet-Cahaya Tampak (UV-Vis) ......... 16
H. HIPOTESIS ...................................................................................... 19
3. Penapisan fitokimia.....................................................................21
A. BAHAN ............................................................................................ 24
B. ALAT ............................................................................................... 24
1. Pengumpulan Bahan................................................................... 24
iii
6. Penapisan Fitokimia ................................................................... 26
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sekarang ini baik media cetak maupun media elektronik bahkan dalam
seminar-seminar ilmiah banyak membahas tentang radikal bebas dan
antioksidan. Hal ini terjadi karena pola hidup kebanyakan masyarakat
terutama dalam hal mengkonsumsi makanan dimana pada saat ini sudah
banyak mengandung bahan-bahan tambahan, yang apabila dikonsumsi dengan
kadar yang berlebihan akan berdampak buruk bagi tubuh dan tanpa disadari
dalam tubuh kita terbentuk radikal bebas terus-menerus, baik melalui proses
metabolisme sel normal, peradangan, kekurangan gizi juga akibat respons dari
luar tubuh seperti polusi lingkungan, ultraviolet, asap rokok, dan lain-lain.
Akibatnya berbagai penyakit bermunculan menyerang tubuh kita. Berdasarkan
pernyataan tersebut diyakini bahwa meningkatnya usia, pembentukan radikal
bebas juga makin meningkat karena sel-sel tubuh mengalami degenerasi,
proses metabolisme terganggu dan respon imun juga menurun sehingga
memicu munculnya berbagai penyakit degeneratif (1).
Penyakit degeneratif di Indonesia yang paling banyak diantaranya
diabetes melitus dan hipertensi. Pada tahun 2015 (WHO), 416 juta orang
dewasa dengan diabetes, kenaikan 4 kali lipat dari 108 juta di 1980an. Pada
tahun 2040 diperkirakan jumlahnya akan menjadi 642 juta sementara untuk
hipertensi di Indonesia berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2013 sebanyak 26,5 % (2). Survei Indikator Kesehatan
Nasional (Sirkesnas) pada tahun 2016 melihat angka tersebut meningkat
menjadi 32,4 persen (3).
Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (elektron donor)
atau reduktan. Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat
1
2
reaksi oksidasi dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat
reaktif. Akibatnya kerusakan sel akan dihambat (1). Senyawa-senyawa yang
mampu menghilangkan, membersihkan, menahan efek radikal disebut
antioksidan (4).
Konsumsi antioksidan dalam jumlah yang memadai dilaporkan dapat
menurunkan penyakit degeneratif, seperti kardiovaskular, kanker,
aterosklerosis, osteoporosis, dan lain-lain. Konsumsi makanan yang
mengandung antioksidan dapat meningkatkan status imunologi dan
menghambat timbulnya penyakit degeneratif akibat penuaan. Kecukupan
antioksidan secara optimal dibutuhkan oleh semua kelompok usia (1).
Keanekaragaman hayati Indonesia sangat berpotensi dalam penemuan
senyawa baru sebagai antioksidan (5). Salah satu tumbuhan yang menarik
untuk diteliti sebagai komponen aktif antioksidan adalah buah andaliman.
Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) famili Rutaceae adalah
tanaman yang khas dijumpai di Sumatera Utara, Indonesia. Buahnya umum
digunakan sebagai bumbu masakan tradisional suku Batak. Saat ini
andaliman diperhitungkan menjadi sumber senyawa aromatik dan minyak
esensial. Buahnya mengandung senyawa aromatik dengan rasa pedas dan
getir yang khas. Jika dimakan meninggalkan efek menggetarkan alat
pengecap dan menyebabkan lidah terasa kebal (6).
Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) merupakan
salah satu tumbuhan obat yang digunakan sebagai obat tradisional yang
berkhasiat sebagai antioksidan alami dan antibakteri. Buah Andaliman
(Zanthoxylum acanthopodium DC.) telah dilaporkan mengandung senyawa
polifenol, monoterpen dan seskuiterpen, serta kuinon. Selain itu dalam
andaliman juga terdapat kandungan minyak atsiri seperti geraniol, linalool,
cineol, dan citronellal yang menimbulkan kombinasi bau mint dan lemon.
Fraksi non volatil dari genus Zanthoxylum diidentifikasi mengandung
senyawa flavonoid, terpen, alkaloid dan beberapa jenis lignan (7).
3
B. PERUMUSAN MASALAH
Isolasi komponen kimia dari suatu bahan alam dapat dilakukan dengan
ekstraksi menggunakan metode maserasi. Pemilihan pelarut yang tepat
dalam proses isolasi sangat penting. Pelarut yang dapat digunakan untuk
mengisolasi komponen kimia dengan kepolaran rendah adalah heksana,
petroleum eter, benzena, dan toluena sedangkan untuk mengisolasi
senyawa yang lebih polar dapat digunakan etil asetat, kloroform, butanol,
4
metanol, etanol, dan air. Hasil isolasi dengan pelarut yang berbeda akan
menghasilkan ekstrak dengan komponen kimia yang berbeda pula dan hal
tersebut dapat mempengaruhi aktivitas antioksidan ekstrak. Pengujian
aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain
penangkapan radikal DPPH untuk sampel tanaman obat dan ABTS untuk
sampel yang bersifat hidrofobik dan hidrofilik. Pemilihan metode
pengujian aktivitas antioksian harus tepat dan disesuaikan dengan sampel
yang diuji. Hasil pengujian aktivitas antioksidan tergantung pada
kandungan komponen kimia yang berfungsi sebagai antioksidan yang
terdapat dalam ekstrak tersebut. Atas dasar tersebut, apakah terdapat
perbedaan aktivitas antioksidan ekstrak buah andaliman yang diberi
perlakuan ekstraksi bertingkat (n-heksana, etil asetat dan etanol) dengan
metode peredaman radikal bebas ABTS dan DPPH.
C. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang dibuktikan secara
ilmiah mengenai aktivitas antioksidan tertinggi dari ekstrak n-heksana, etil
asetat, dan etanol sehingga dapat dimanfaatkan dalam upaya pengembangan
penggunaan buah andaliman sebagai obat atau minuman fungsional.
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengidentifikasi golongan senyawa kimia yang terdapat dalam simplisia
dan ekstrak n-heksan, etil asetat, etanol buah andaliman (Zanthoxylum
acanthopodium DC).
2. Menetapkan parameter mutu spesifik dan non spesifik ekstrak n-heksana,
etil asetat, etanol buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC).
3. Menetapkan aktivitas antioksidan tertinggi dalam ekstrak n-heksana, etil
asetat dan etanol buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC)
terhadap peredaman radikal bebas ABTS dan DPPH.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Klasifikasi (11)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Zanthoxylum
Spesies : Zanthoxylum acanthopodium
2. Deskripsi
Semak atau pohon kecil bercabang rendah, tegak, tinggi mencapai 5 m,
menahun. Batang, cabang, dan ranting berduri. Daun tersebar,
bertangkai, majemuk menyirip beranak daun gasal, panjang 5-20 cm
dan lebar 3-15 cm, terdapat kelenjar minyak. Rakis bersayap,
5
6
permukaan bagian atas, bagian bawah rakis, dan anak daun berduri; 3-
11 anak daun, berbentuk jorong hingga oblong, ujung meruncing, tepi
bergerigi halus, paling ujung terbesar, anak daun panjang 1-7 cm, lebar
0.5-2.0 cm. Permukaan atas daun hijau berkilat dan permukaan bawah
hijau muda atau pucat, daun muda permukaan atas hijau dan bawah
hijau kemerahan. Bunga di ketiak, majemuk terbatas, anak payung
menggarpu majemuk, kecil-kecil; dasar bunga rata atau bentuk
kerucut; kelopak 5-7 bebas, panjang 1-2 cm, warna kuning pucat;
berkelamin dua, benang sari 5-6 duduk pada dasar bunga, kepala sari
kemerahan, putik 3-4, bakal buah apokarp, bakal buah menumpang.
Buah kotak sejati atau kapsul, bulat, diameter 2-3 mm, muda hijau, tua
merah; tiap buah satu biji, kulit keras, warna hitam berkilat.
Berdasarkan hasil deskripsi, andaliman merupakan anggota famili
Rutaceae (6).
3. Kandungan Kimia
Buahnya umum digunakan sebagai bumbu masakan tradisional suku
Batak. Menurut Simangunsong menyatakan bahwa andaliman
mengandung senyawa polifenol, monoterpen dan seskuiterpen, serta
kuinon. Selain itu dalam andaliman juga terdapat kandungan minyak
atsiri seperti geraniol, linalool, sineol, dan sitronellal yang
menimbulkan kombinasi bau mint dan lemon sehingga jika dimakan
meninggalkan efek menggetarkan alat pengecap dan menyebabkan
lidah terasa kebal (7). Sementara itu, Katzer dalam penelitiannya
menyatakan bahwa fraksi non volatil dari genus Zanthoxylum
diidentifikasi mengandung senyawa flavonoid, terpen, alkaloid dan
beberapa jenis lignan (8).
4. Aktivitas Biologis
Buah Zanthoxylum digunakan untuk mengobati pencernaan, asma dan
bronkitis, mengurangi rasa sakit, penyakit jantung, penyakit mulut, gigi
dan tenggorokan, juga untuk mengobati diare. Kulit akar dan daun akar
7
C. EKSTRAKSI
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara
seperti berikut (14):
1. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut
a. Cara dingin
1) Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).
2) Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru
sampai sempurna (exhausive extraction) yang umumnya
dilakukan pada temperatur ruangan.
b. Cara panas
1) Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas
yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama
sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi
sempurna.
2) Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu
baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga
terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan
dengan adanya pendingin balik.
3) Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu)
pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar),
yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50 .
9
4) Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur
penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air
mendidih, temperatur terukur (96-98 ) selama waktu
tertentu (15-20 menit).
5) Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30 menit)
dan temperatur sampai titik didih air.
D. RADIKAL BEBAS
Radikal bebas adalah atom, molekul atau senyawa yang dapat berdiri
sendiri yang mempunyai elektron tidak berpasangan, oleh karena itu
bersifat sangat reaktif dan tidak stabil. Elektron yang tidak berpasangan
selalu berusaha untuk mencari pasangan baru, sehingga mudah bereaksi
dengan zat lain (protein, lemak maupun DNA) dalam tubuh. Tubuh
manusia mengandung molekul oksigen yang stabil dan yang tidak stabil.
Molekul oksigen yang stabil penting untuk memelihara kehidupan sel.
Dalam jumlah tertentu radikal bebas diperlukan untuk kesehatan, akan
tetapi radikal bebas bersifat merusak dan sangat berbahaya. Fungsi radikal
bebas dalam tubuh adalah untuk melawan radang, membunuh bakteri dan
mengatur tonus otot polos dalam organ dan pembuluh darah (16).
Radikal bebas dapat terbentuk dari senyawa lain yang sebenarnya
bukan radikal bebas, tetapi mudah berubah menjadi radikal bebas misalnya
10
E. ANTIOKSIDAN
Antioksidan dibutuhkan tubuh untuk melindungi tubuh dari serangan
radikal bebas. Antioksidan adalah suatu senyawa atau komponen kimia
yang dalam kadar atau jumlah tertentu mampu menghambat atau
memperlambat kerusakan akibat proses oksidasi (17). Antioksidan bekerja
dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat
oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat di hambat (16).
Tubuh manusia tidak mempunyai cadangan antioksidan dalam jumlah
berlebih, sehingga apabila terbentuk banyak radikal maka tubuh
membutuhkan antioksidan eksogen. Adanya kekhawatiran kemungkinan
efek samping yang belum diketahui dari antioksidan sintetik menyebabkan
antioksidan alami menjadi alternatif yang sangat dibutuhkan (17).
Sayuran dan buah-buahan merupakan sumber antioksidan penting,
dan telah dibuktikan bahwa pada orang yang banyak mengkonsumsi
sayuran dan buah-buahan memiliki resiko yang lebih rendah menderita
penyakit degeneratif dan kronis dibandingkan dengan yang kurang
mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan (18).
Resiko terkena penyakit degeneratif seperti kardiovaskuler, kanker,
aterosklerosis, osteoporosis dan penyakit degeneratif lainnya bisa
diturunkan dengan mengkonsumsi antioksidan dalam jumlah yang cukup.
Konsumsi makanan yang mengandung antioksidan dapat meningkatkan
status imunologi dan menghambat timbulnya penyakit degeneratif akibat
penuaan. Kecukupan antioksidan secara optimal dibutuhkan oleh semua
kelompok usia (1).
Berdasarkan fungsi dan mekanisme kerjanya, antioksidan dapat
digolongkan menjadi yaitu (17,19):
a. Antioksidan primer
Antioksidan primer adalah antioksidan yang sifatnya sebagai pemutus
reaksi berantai (chain-breaking antioxidant) yang bisa bereaksi dengan
radikal-radikal lipid dan mengubahnya menjadi produk-produk yang
lebih stabil. Antioksidan ini bekerja untuk mencegah pembentukan
12
senyawa radikal baru, yaitu mengubah radikal bebas yang ada menjadi
molekul yang berkurang dampak negatifnya sebelum senyawa radikal
bebas bereaksi. Contoh antioksidan primer adalah Superoksida
Dismutase (SOD), Glutation Peroksidase, katalase dan protein
pengikat logam.
b. Antioksidan sekunder
Antioksidan sekunder bekerja dengan cara mengkelat logam yang
bertindak sebagai pro-oksidan, menangkap radikal dan mencegah
terjadinya reaksi berantai. Antioksidan sekunder berperan sebagai
pengikat ion-ion logam, penangkap oksigen, pengurai hidroperoksida
menjadi senyawa non radikal, penyerap radiasi UV atau deaktivasi
singlet oksigen. Asam sitrat, EDTA dan turunan asam fosfat adalah
senyawasenyawa pengkelat ion-ion logam. Contoh antioksidan
sekunder adalah vitamin E, vitamin C, β-caroten, isoflavon, bilirubin
dan albumin.
c. Antioksidan tersier.
Antioksidan tersier bekerja memperbaiki kerusakan biomolekul yang
disebabkan radikal bebas. Contoh antioksidan tersier adalah enzim-
enzim yang memperbaiki DNA dan metionin sulfida reduktase.
Berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi dalam dua kelompok,
yaitu antioksidan sintetik (antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa
reaksi kimia) dan antioksidan alami (antioksidan hasil ekstraksi bahan
alami). Beberapa contoh antioksidan sintetik yang diizinkan
penggunaannya secara luas diseluruh dunia untuk digunakan dalam
makanan adalah Butylated Hidroxyanisol (BHA), Butylated
Hidroxytoluene (BHT), Tert-Butylated Hidroxyquinon (TBHQ) dan
tokoferol.
13
1) Asam Askorbat
Senyawa pembanding yang sering digunakan adalah vitamin C.
Vitamin C bekerja sebagai antioksidan sekunder yang
menghambat aktivitas radikal bebas dan mencegah terjadinya
reaksi berantai. Vitamin C lebih banyak digunakan karena
vitamin C merupakan antioksidan alami yang lebih baik
dibandingkan antioksidan sintetik. Atom hidrogen pada gugus
hidroksil berikatan dengan radikal bebas sehingga meningkatkan
stabilitas radikal bebas. Vitamin C memiliki empat gugus
hidroksil sehingga aktivitas antioksidan vitamin C jauh lebih kuat
(20).
Asam askorbat disebut juga vitamin C, merupakan vitamin
yang paling sederhana, mudah berubah akibat oksidasi. Struktur
kimianya terdiri dari rantai 6 atom C dan kedudukannya tidak
stabil (C6H8O6), karena mudah bereaksi dengan O2 diudara
menjadi asam dehidroaskorbat (21).
F. ANALISIS ANTIOKSIDAN
1. Pengujian Aktivitas Antioksidan
a. Metode ABTS
1) Struktur Kimia :
Gambar II 4. Reaksi pembentukan ABTS radikal dari ABTS dengan kalium persulfat (22)
b. Metode DPPH
1) Struktur Kimia :
c. Ruang sampel
Ruang sampel (sample compartment) berfungsi sebagai tempat kuvet.
Kuvet yang digunakan sebagai wadah larutan zat uji. Ada beberapa jenis
kuvet yang dapat digunakan tergantung dari daerah panjang gelombang
pengukuran. Pengukuran didaerah cahaya tampak dapat menggunakan
kuvet yang terbuat dari plastik, gelas, atau kuarsa/silika, sedangkan
pengukuran didaerah ultraviolet hanya dapat digunakan kuvet
kuarsa/silika. Kuvet gelas atau plastik tidak dapat digunakan didaerah
ultraviolet karena cahaya tidak dapat menembusnya.
d. Detektor
Detektor berfungsi untuk mengubah sinyal radiasi yang diterima setelah
berinteraksi dengan larutan zat uji menjadi sinyal listrik. Oleh karena itu
kualitas detektor akan menentukan kualitas hasil pengukuran
spektrofotometer ultraviolet-cahaya tampak.
e. Amplifier
Amplifier berfungsi untuk memperbesar sinyal listrik dari
detektor.sehingga dapat diperoleh serapan
f. Rekorder
Dari rekorder kita dapat memperoleh informasi data hasil pengukuran
yaitu serapan, transmittan, spektrum serapan maupun transmittan.
G. LANDASAN TEORI
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menangkal radikal bebas yang ada
didalam tubuh. Selain obat-obat sintetik, dapat juga digunakan senyawa
dari bahan alam yang telah diketahui memiliki aktivitas antioksidan. Salah
satu bahan alam yang mengandung antioksidan adalah buah andaliman
yang telah terbukti mengandung senyawa polifenol, senyawa terpen seperti
geraniol, linalool, limonen dan flavonoid (7,8).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstrak n-butanol dari buah
andaliman memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 53,51 μg/mL
dan ekstrak metanol dari buah andaliman yang diuji memiliki aktivitas
19
H. HIPOTESIS
1. Buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) mempunyai
aktivitas antioksidan.
2. Ekstrak etanol buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)
memiliki aktivitas antioksidan yang paling tinggi.
3. Terdapat perbedaan aktivitas antioksidan ekstrak buah andaliman
(Zanthoxylum acanthopodium DC.) dengan metode peredaman radikal
bebas ABTS dan DPPH.
BAB III
RENCANA PENELITIAN
A. PRINSIP PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan dimulai dengan pengumpulan, penyediaan,
determinasi buah andaliman, pemeriksaan bahan organik asing, pengukuran
derajat derajat halus serbuk simplisia buah andaliman (Zanthoxylum
acanthopodium DC.). Buah andaliman yang telah disebukkan dengan derajat
kehalusan 4/18 dilakukan skrining fitokimia dan langkah selanjutnya serbuk
simplisia diekstraksi secara bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, etil
asetat dan etanol dengan metode maserasi kinetik. Maserat yang diperoleh
kemudian dipekatkan dengan vakum rotavapor hingga diperoleh ekstrak
kental. Kemudian dilakukan analisis parameter mutu spesifik dan non spesifik
ekstrak serta diuji aktivitas antioksidan dengan metode peredaman radikal
bebas secara invitro yaitu ABTS dan DPPH.
B. TEMPAT PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Laboratorium Skripsi Fakultas Farmasi Universitas
Pancasila, Jakarta.
C. BAHAN PENELITIAN
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah buah andaliman
(Zanthoxylum acanthopodium DC).
D. TAHAP PENELITIAN
1. Determinasi Tanaman
Untuk memastikan kebenaran simplisia yang dipakai dalam penelitian,
bahan perlu dideterminasi sebelum dilakukan tahap pengujian.
Determinasi dilakukan di “Herbarium Bogoriense”, Badan Penelitian dan
20
21
2. Penyiapan Sampel
a. Pembuatan simplisia kering dan simplisia diserbukkan dengan derajat
kehalusan 4/18
b. Pembuatan ekstrak
Ekstraksi serbuk simplisia dilakukan secara bertingkat (n-heksana,
etil asetat dan etanol) menggunakan metode ekstraksi maserasi
kinetik.
3. Penapisan fitokimia
a. Identifikasi golongan alkaloid
b. Identifikasi golongan flavonoid
c. Identifikasi golongan saponin
d. Identifikasi golongan tanin
e. Identifikasi golongan kuinon
f. Identifikasi golongan steroid dan triterpenoid
g. Identifikasi golongan minyak atsiri
h. Identifikasi golongan kumarin
b. Metode DPPH
1) Pembuatan larutan DPPH
2) Penetapan panjang gelombang maksimum
3) Penetapan waktu stabil (operating time)
4) Pembuatan larutan blanko
5) Pembuatan larutan vitamin C sebagai kontrol positif
6) Pembuatan larutan uji
7) Pengukuran serapan
E. ANALISIS DATA
1. Perhitungan aktivitas antioksidan
Pada setiap ekstrak yang diperoleh dilakukan analisis uji aktivitas
antioksidan yang meliputi:
Metode ABTS dan DPPH
Data yang didapat dari uji aktivitas antioksidan digunakan untuk menghitung
persen (%) peredaman radikal bebas dan dibuat persamaan regresi linear
dengan konsentrasi sebagai sumbu x dan peredaman radikal bebas sebagai
23
sumbu y. Dihitung nilai IC50 dari persamaan regresi linear yang didapat
dengan memasukkan data y=50 dan x=IC50
% Hambatan (inhibisi) = .
BAB IV
BAHAN, ALAT, DAN METODE PENELITIAN
A. BAHAN
Simplisia dari buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC); n-heksan,
etil asetat; etanol 70%; asam klorida encer pekat; aquadest; kloroform; etanol
96%; ammonia 30%; asam klorida 1:10; larutan gelatin 2%; asam klorida
pekat; amilalkohol; besi (III) klorida 1%; natrium asetat pekat; asetonitril
pekat; magnesium sulfat 25%; asam sulfat 2N; asam klorida 2N; ammonium
hidroksida 30%; perbenihan Potato Dextrose Agar (PDA); Nutrient Agar
(NA); dapar fosfat pH 7,0; ABTS; kalium persulfat; vitamin C; DPPH
B. ALAT
Alat-alat gelas kualitatif dan kuantitatif (Pyrex, Duran, Iwaki), timbangan
analitik, timbangan microbalance, alumunium foil, kertas saring, desikator,
spektrofotometer UV-Vis Shimadzu UV-1800, penangas air, maserator
kinetik, vakum rotavapor, oven, inkubator, desikator, cawan penguap,
penjepit besi, penjepit kayu, spatula, blender, ayakan 4/18, lemari pendingin,
krus porselen, mikropipet, kertas saring.
C. METODE PENELITIAN
1. Pengumpulan Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian adalah buah andaliman
(Zanthoxylum acanthopodium DC), yang diperoleh dari daerah Senen,
Jakarta Pusat, penyediaan simplisia dilakukan dari buah segar, lalu
dibersihkan dari pengotor dan bahan organik asing, kemudian buah
dikeringkan kemudian digiling menjadi serbuk. Serbuk yang diperoleh
disimpan dalam wadah bersih dan tertutup rapat.
24
25
5. Pembuatan ekstrak
Maserasi kinetik dengan pelarut bertingkat (n-heksana, etil asetat, etanol)
Buah andaliman kering diekstraksi dengan n-heksana selama 24 jam, lalu
disaring, kemudian filtrat n-heksana diuapkan pelarutnya dengan vakum
rotavapor, sedangkan residunya dimaserasi kembali dengan etil asetat
selama 24 jam, lalu disaring. Filtrat etil asetat diuapkan pelarutnya
dengan vakum rotavapor, lalu residunya dimaserasi dengan etanol selama
26
6. Penapisan Fitokimia
Penapisan fitokimia terhadap simplisia dan ekstrak dilakukan dengan
menggunakan metode Farnsworth (1966) meliputi :
a. Identifikasi golongan alkaloid
Sebanyak 2 gram serbuk simplisia dilembabkan dengan 5 mL
ammonia 30% (pekat), digerus dalam mortir kemudian ditambahkan
2 mL kloroform dan digerus kembali dengan kuat, campuran tersebut
disaring dengan kertas saring diperoleh filtrat berupa larutan organik
(sebagai larutan A), sebagian dari larutan A (10 mL) diekstraksi
dengan 10 mL larutan HCl 1:10 dengan pengocokan dalam tabung
reaksi, diambil larutan bagian atasnya (sebagian larutan B). Larutan
A diteteskan beberapa tetes pada kertas saring dan disemprot atau
ditetesi dengan pereaksi Dragendorff, terbentuk warna merah jingga
pada kertas saring menunjukkan adanya senyawa alkaloid. Larutan B
dibagi dalam dua tabung reaksi, ditambahkan masing-masing
pereaksi Dragendorff dan Mayer, terbentuk endapan merah bata
dengan pereaksi Dragendorff dan endapan putih dengan pereaksi
Mayer menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid.
nm, maka terjadi fluoresensi warna biru atau hijau, biru kehijauan,
menunjukkan adanya golongan kumarin (31).
Jika arang tidak dapat hilang, maka perlu ditambahkan air panas,
kemudian disaring dengan kertas saring bebas abu.
Residu dan kertas saring dipijarkan dalam krus porselen yang
sama. Filtrat dimasukkan kedalam krus, diuapkan dan dipijarkan
kembali pada suhu 400-600 hingga bobot tetap. Kadar abu
dihitung terhadap bahan yang dikeringkan diudara.
4) Kadar abu tidak larut asam
Abu yang sebelumnya telah diperoleh pada penetapan kadar abu
total, dididihkan dengan penambahan 25 mL asam klorida encer
selama 5 menit, kemudian dikumpulkan bagian yang tidak larut
asam, disaring dengan kertas saring bebas abu, dicuci dengan air
panas, kemudian residu dan kertas saring dipijarkan pada suhu
400-600 hingga diperoleh bobot konstan. Kadar abu yang tidak
larut asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
diudara.
5) Sisa pelarut
Sisa pelarut ditetapkan dengan kromatografi gas-cair. Alat
kromatografi gas telah disesuaikan kondisinya dengan hasil
optimasi sebelumnya, kondisi alat kromatografi gas adalah
sebagai berikut :
Gas : Nitrogen LP
Kolom : TR-Wax (30 m x 0,25)
Fase diam : polietilen glikol
Jenis detektor : FID (Flame Ionization Detector)
Suhu awal kolom : 160
Suhu maks. Kolom : 200
Tekanan Kolom : 100 kPa
Laju Aliran Total : 0,78 mL/menit
Split Ratio : 1,0
Volume penyuntikkan : 1,0 μL
32
7) Cemaran Mikroba
Sejumlah 1,0 gram ekstrak ditimbang saksama, dimasukkan
kedalam labu ukur 10 mL, tambahkan dapar fosfat (pH 7,2)
secukupnya hingga 1 mL, dicampur. Jika campuran yang
diperoleh berupa larutan atau cairan bening, dilanjutkan
percobaan dengan cara lempeng, jika campuran tidak berupa
larutan atau cairan bening dilanjutkan dengan cara tabung
a) Cara lempeng (Angka Lempeng Total)
34
39
40
10. Kristanty RE, Mun’im A, Katrin. Aktivitas antioksidan dan penghambat xantin
oksidase dari ekstrak buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)
Pharmatech. 2013; 6 (3): 128-122.
12. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Materia Medika Indonesia Jilid VI.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia;
1995. h.10.
15. Agoes G. Teknologi Bahan Alam. Edisi II. Bandung: Institut Teknologi
Bandung; 2009. h. 31.
17. Sayuti K, Yenrina R. Antioksidan alami dan sintetik. Padang: Andalas University
Press; 2015. h. 38-7.
18. Tingkatkan konsumsi sayur dan buah Nusantara menuju masyarakat hidup sehat,
1 halaman. Diambil dari http://www.depkes.go.id/article/print/17012500002/.
Diakses 14 November 2017.
41
19. Anies. Potensi gangguan kesehatan akibat radiasi elektromagnetik. Jakarta: Ellex
Media Komputindo; 2006. h. 110-109.
20. Praditasari A. Metode uji aktivitas antioksidan secara in vitro pada ekstrak
tanaman.
25. Antolovich M, et al. Methods for testing antioxidant activity. Royal society of
chemistry (serial online) 2001 Nov; (127) (7 tayangan). Diambil dari :
http://pubs.rsc.org/en/content/articlelanding/2002/an/b009171p/unauth#!divAbstract.
Diakses 20 November 2017.
26. Molyneux P. The use of the stable free radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH)
for estimating antioxidant activity. Songklanakarin J. Sci. Technol. 2004;26(2) :
p. 219-211.
27. Rahmawati A, Muflihunna, Sarif LM. Analisis aktivitas antioksidan produk sirup
buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) dengan metode DPPH. Jurnal
Fitofarmaka Indonesia. 2016;2(2): 100-97.
30. Nur MA, Bristi NJ, and Rafiquzzaman M. Review on in vivo and in vitro
methods evaluation of antioxidant activity. Saudi Pharmaceutical Journal. 2013;
21: 152-143.
4. Persiapan lapangan
5. Pelaksanaan
penelitian
6. Pengolahan data
7. Analisis data
8. Penyusunan buku
skripsi
9. Ujian sidang skripsi
44
Maserasi bertingkat
Parameter mutu
Ekstrak
(spesifik & non spesifik)
Ekstrak kental
(n-heksan, etil asetat, Vitamin C
etanol 70%)
Ditimbang 50 mg,
Ditimbang 50 mg ekstrak
dilarutkan dalam 50
dilarutkan dalam 50 mL
mL etanol p.a
etanol p.a
Dipipet Dipipet
10 20 30 40 50 3 4 5 6 7
ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm
Ekstrak kental
(n-heksan, etil asetat, Vitamin C
etanol 70%)
Ditimbang 10 mg,
Ditimbang 50 mg ekstrak
dilarutkan dalam 25
dilarutkan dalam 50 mL
mL etanol p.a
metanol p.a
Dipipet Dipipet