Dosen Pengampu:
Fivy Kurniasari, M.sc.,Apt
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik. Apoteker khususnya yang
bekerja di Rumah Sakit dituntut untuk merealisasikan perluasan paradigma
Pelayanan Kefarmasian dari orientasi produk menjadi orientasi pasien. Untuk
itu kompetensi Apoteker perlu ditingkatkan secara terus menerus agar
perubahan paradigma tersebut dapat diimplementasikan. Apoteker harus
dapat memenuhi hak pasien agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan
termasuk tuntutan hukum. Dengan demikian, para Apoteker Indonesia dapat
berkompetisi dan menjadi tuan rumah di negara sendiri (Depkes, 2016).
Strategi optimalisasi harus ditegakkan dengan cara memanfaatkan
Sistem Informasi Rumah Sakit secara maksimal pada fungsi manajemen
kefarmasian, sehingga diharapkan dengan model ini akan terjadi efisiensi
tenaga dan waktu. Efisiensi yang diperoleh kemudian dimanfaatkan untuk
melaksanakan fungsi pelayanan farmasi klinik secara intensif (Depkes, 2016).
Menurut WHO (1994), apoteker mempunyai peran profesional dalam
berbagai bidang pekerjaan meliputi regulasi dan pengelolaan obat, farmasi
komunitas, farmasi rumah sakit, industri farmasi, kegiatan akademik,
pelatihan tenaga kesehatan lainnya, dan penelitian. Peran professional dalam
semua bidang pekerjaan tersebut adalah memastikan hasil terapi obat optimal,
baik dengan cara berkontribusi pada pembuatan, pasokan, dan pengendalian
obat, maupun dengan cara memberikan informasi dan saran kepada pembuat
resep dan pengguna produk-produk farmasi. Apoteker merupakan
professional kesehatan paling mudah diakses oleh publik, mereka
menyediakan kebutuhan obat-obatan baik melalui resep ataupun tanpa resep.
Selain memastikan secara akurat pasokan produk-produk yang tepat, kegiatan
profesional mereka juga mencakup konseling pasien pada saat dispensing
obat baik melalui resep maupun tanpa resep, informasi obat kepada
profesional kesehatan lain, pasien dan masyarakat umum, dan berpartisipasi
dalam program promosi kesehatan.
Dispensing obat adalah proses berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut adalah menerima dan memvalidasi resep
obat, mengerti dan menginterpretasikan maksud resep yang dibuat dokter,
membahas solusi masalah yang terdapat dalam resep bersama-sama dengan
dokter penulis resep, mengisi Profil Pengobatan Penderita (P-3),
menyediakan atau meracik obat, memberi wadah dan etiket yang sesuai
dengan kondisi obat, merekam semua tindakan, mendistribusikan obat
kepada Penderita Rawat Jalan (PRJ) atau Penderita Rawat Tinggal (PRT),
memberikan informasi yang dibutuhkan kepada penderita dan perawat.
Praktik dispensing yang baik adalah suatu praktik yang memastikan suatu
bentuk yang efektif dari obat yang benar, ditujukan pada pasien yang benar,
dalam dosis dan kuantitas sesuai instruksi yang jelas, dan dalam kemasan
yang memelihara potensi obat.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana alur proses dan dispensing sediaan steril dan non steril?
2. Apa saja persyaratan produksi dan dispensing perbekalan farmasi?
3. Apa saja syarat instalasi Farmasi bisa melakukan produksi?
4. Bagaimana produksi dan dispensing dari sediaan IV admixture dan Total
Parentelar Nutrition?
5. Bagaimana persyaratan ruangan dan alat untuk produksi dan dispensing?
6. Bagaimana monitoring dan evaluasinya (meliputi inkompatibilitas dan
stabilitas sediaan)?
C. Tujuan
1. Mengetahui alur proses dan dispensing sediaan steril dan non steril
2. Mengetahui persyaratan produksi dan dispensing perbekalan farmasi
3. Mengetahui syarat Instalasi Farmasi bisa melakukan produksi
4. Mengetahui produksi dan dispensing dari sediaan IV admixture dan Total
Parentelar Nutrition
5. Mengetahui persyaratan ruangan dan alat untuk produksi dan dispensing
6. Mengetahui cara monitoring dan evaluasinya (meliputi inkompatibilitas
dan stabilitas sediaan)
BAB II
PEMBAHASAN
a. ruangan khusus
b. lemari pencampuran Biological Safety Cabinet
c. HEPA Filter.
Komplikasi pemberian iv :
a. Thrombosis : terjadinya bekuan darah
b. Emboli udara : adanya emboli udara bisa sampai ke jantung
c. Hipersensitifitas
d. Phlebitis : terjadinya radang di tempat disuntikkannya iv
e. Adanya over dose obat dan cairan
f. Adanya sepsis : infeksi sistemik, paling bahaya
Tujuan pelayanan iv admixture :
a. Untuk menjamin sediaan obat memiliki mutu dan sterilitas terjamin
b. Menghemat waktu perawat
c. Menunrunkan angka kejadian infeksi nosocomial
d. Ketepatan dosis
e. Penghematan biaya
Layanan farmasi IV admixture :
a. Obat sitostatika
b. Nutrisi parentral
c. Antibiotika
d. Analgesic
e. Anti jamur
f. Antivirus
g. Dll
a) Karbohidrat
Jenis karbohidrat yang digunakan dalam nutrisi parenteral adalah
dekstose dengan pertimbangan harganya yang relatif murah dan mudah
didapatkan. Dipasaran tersedia larutan infus deksrrosa dalam berbagai
konsentrasi antara 5 % - 70 %.
b) Protein
Protein biasanya diberikan dalam benruk asam amino.
c) Lemak (lipid )
Lemak biasanya diberikan dalam bentuk emulsi lemak. Dipasaran
lemak tersedia dalam konsentrasi 10 % atau 20 %. Lemak dapat
dicampurkan dengan komponen larutan nutrisi parenteral dan
campuran ini disebut larutan 3-in 1 atau total nutrient admixture.
Tehnik 3-in 1 mempunyai beberapa keuntungan tetapi dalam
pembuatannya harus dilakukan secara cermat dengan
mempertimbangkan beberapa aspek seperti stabilitas nutrisi parenteral
serta homogenitas campuran tersebut .
d) Air
Biasanya digunakan aqua pi (water for injection). Water for injection
ditambahkan untuk mendapatkan konsentrasi dan voleme akhir nutrisi
parenteral.
a) Vitamin
Vitamin yang biasa ditambahkan ke dalam nutrisi parenteral adalah
vitamin AJD, C, E, Bl, B2, B6, B12 , asam folat, asam pantotenat, biotin
dan niasin. Sedangkan vitamin K (phitomenadiori) biasanya diberikan
terpisah melalui rute intra muscular
b) Trace elemen
Diperlukan dalam reaksi enzymatic dalam rubuh. Beberapa jenis trace
elaman yang sering dicampurkan kedalam nutrisi parenteral adalah :
besi (Fe), Selenium, mangan, chromium, zinc (Zn).
c) Elektrolit
Elektrolit yang sering digunakan : kalium, natrium, klor, acetat, fosfat,
magnesium dan kalsium. Elektrolit ini biasanya diberikan dalam bentuk
garamnya seperti NaCl, KC1, Kalium Fosfat, Kalium Asetat. Jumlah
elektrolit yang diberikan kepada penderita disesuaikan edengan hasil
tes laboratorium pasien yang bersangkutan Obat-obatan
Faktor yang perlu diperhatikan:
Peranan farmasis :
1. Infeksi
2. Dapat menginduksi kolestasis
3. Thrombosis
4. Hiperglikemia
5. Rasa Haus
6. Ganguang jantung
7. Kejang
8. Demam
9. Mual
10. Gangguan pernapasan
E. Persyaratan ruangan dan alat untuk produksi dan dispending
Pesyaratan bangunan untuk ruangan produksi harus memenuhi kriteria:
a) Lokasi
Lokasi jauh dari pencemaran lingkungan (udara, tanah dan air tanah).
b) Konstruksi
Terdapat sarana perlindungan terhadap:
(1) Cuaca
(2) Banjir
(3) Rembesan air
(4) Binatang/serangga
c) Rancang bangun dan penataan gedung di ruang produksi harus
memenuhi kriteria :
1. Disesuaikan dengan alur barang, alur kerja/proses, alur
orang/pekerja.
2. Pengendalian lingkungan terhadap:
(a) Udara;
(b) Permukaan langit-langit, dinding, lantai dan peralatan/sarana lain;
(c) Barang masuk;
(d) Petugas yang di dalam.
3. Luas ruangan minimal 2 (dua) kali daerah kerja + peralatan,
dengan jarak setiap peralatan minimal 2,5 m.
4. Di luar ruang produksi ada fasilitas untuk lalu lintas petugas dan
barang.
d) Pembagian ruangan :
Ruang terpisah antara Obat jadi dan bahan baku
Ruang terpisah untuk setiap proses produksi
Ruang terpisah untuk produksi Obat luar dan Obat dalam
Gudang terpisah untuk produksi antibiotik (bila ada)
Tersedia saringan udara, efisiensi minimal 98%
Hindari bahan dari kayu, kecuali dilapisi cat epoxy/enamel
Permukaan lantai, dinding, langit-langit dan pintu harus:
(a) Kedap air;
(b) Tidak terdapat sambungan;
(c) Tidak merupakan media pertumbuhan untuk mikroba;
(d) Mudah dibersihkan dan tahan terhadap bahan
pembersih/desinfektan.
(e) Daerah pengolahan dan pengemasan
a) Ruang bersih: kelas 10.000 (dalam Laminar Air Flow = kelas 100)
b) Ruang/tempat penyiapan :kelas 100.000
c) Ruang antara :kelas 100.000
d) Ruang ganti pakaian :kelas 100.000
e) Ruang/tempat penyimpanan untuk sediaan yang telah disiapkan Tata
ruang harus menciptakan alur kerja yang baik sedangkan luas ruangan
disesuaikan dengan macam dan volume kegiatan.
A. KESIMPULAN
Alur proses produksi dan dispensing meliputi validasi, interpretasi,
penyiapan/peracikan obat, pemberian label/etiket, dan penyerahan dengan
pemberian informasi obat, serta dokumentasi.
Produksi dan dispensing meliputi produk steril dan produk nonsteril.
Instalasi dapat melakukan produksi apabila sediaan farmasi tidak ada
dipasaran, lebih murah jika diproduksi sendiri, sediaan dengan formula
khusus, repackaging, untuk penelitian, dan tidak stabil dalam penyimpanan.
Kegiatan dispensing pada rumah sakit meliputi pencampuran obat suntik
(IV admixture) dan TPN (Total Parenteral Nutrition).
Monitoring dan evaluasi sediaan meliputi inkompatibilitas, problem
sterilitas, adanya partikel dalam sediaan parenteral dan stabilitas sediaan iv
admixture
B. SARAN
Proses produksi dan dispensing perbekalan farmasi RS merupakan proses
yang sangat penting, oleh karena itu dibutuhkan kerja sama semua pihak
khususnya peran farmasi klinis.
DAFTAR PUSTAKA.