SWAMEDIKASI II
“GANGGUAN HIDUNG”
Dosen pengampu:
Apt. Mamik Ponco R, M.Si
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Swamedikasi adalah upaya yang dilakukan oleh individu yang bertujuan untuk mengobati segala
keluhan pada diri sendiri dengan obat-obatan yang dapat dibeli bebas diapotek atas inisiatif sendiri
tanpa resep dokter. Swamedikasi bertujuan untuk meningkatkan kesehatan diri, mengobati penyakit
ringan dan mengelola pengobatan rutin dari penyakit kronis setelah melalui pemantauan dokter.
Sedangkan fungsi dan peran swamedikasi lebih terfokus pada penanganan terhadap gejala secara
cepat dan efektif tanpa intervensi sebelumnya oleh konsultan medis kecuali apoteker, sehingga dapat
mengurangi beban kerja pada kondisi terbatasnya sumber daya dan tenaga.
Berdasarkan kelompok obat yang baik digunakan untuk swamedikasi adalah obat-obat yang termasuk
dalam: obat Over the Counter (OTC), obat bebas terbatas, dan Obat Wajib Apotek (OWA).
Hidung dan rongga hidung memiliki sejumlah fungsi penting. Aliran udara ke dalam saluran hidung
diperlukan untuk kedua indra penciuman dan rasa. Saluran hidung juga bertindak sebagai filter
melindungi paru-paru dari partikel-partikel udara kotor yang terhirup. Selain itu, luas permukaan
mukosa hidung yang relatif besar bertindak untuk menghangatkan dan melembabkan udara sebelum
masuk ke paru-paru. Ketika aliran udara secara signifikan terhambat, semua fungsi ini dapat
terpengaruh. Dalam rinitis, kombinasi peradangan mukosa hidung dan peningkatan produksi lendir
dapat menyebabkan obstruksi aliran udara tersebut.
I. Hidung tersumbat
Hidung tersumbat adalah kondisi di mana terjadi penyumbatan pada saluran hidung yang
mengganggu proses pernapasan. Penyumbatan tersebut terjadi karena adanya pembengkakan pada
saluran hidung, yang muncul karena membran pelapis saluran hidung mengalami iritasi dan
peradangan. Hidung tersumbat merupakan gejala dari suatu penyakit. Kondisi ini memerlukan
perawatan yang berbeda, tergantung penyebab yang menyertainya.
III. Gejala
Hidung tersumbat dapat dialami oleh orang dewasa mau pun anak-anak. Kondisi hidung tersumbat
juga dapat disertai gejala lain yang berbeda-beda, tergantung dari penyebab hidung tersumbat.
Apabila hidung tersumbat disebabkan oleh flu, maka akan ada gejala tambahan berupa sakit kepala
dan lemas.
IV. Penatalaksanaan
Terapi farmakologi
Hidung tersumbat biasanya diatasi dengan pemberian obat-obatan. Terdapat obat yang dijual bebas
atau memerlukan resep dokter untuk mendapatkannya.
Berikut ini adalah obat-obatan yang dapat digunakan untuk mengatasi hidung tersumbat:
Dekongestan. Obat golongan ini meredakan pembengkakan pada saluran hidung dan meringankan
tekanan pada hidung. Dekongestan tersedia dalam bentuk semprot dan minum. Beberapa contoh obat
dekongestan adalah phenylephrine, pseudoephedrine, dan oxymethazoline.
Jangan mengonsumsi dekongestan oral lebih dari seminggu, dan hindari penggunaan dekongestan
semprot lebih dari 3 hari, karena berpotensi membuat kondisi hidung tersumbat semakin buruk. Anak-
anak berusia di bawah 4 tahun juga tidak dianjurkan menggunakan obat-obatan yang dijual secara
bebas di toko atau apotek. Selalu konsultasikan penggunaan obat dengan dokter.
Antihistamin. Dapat digunakan apabila munculnya hidung tersumbat disebabkan oleh alergi.
Antihistamin berperan dalam mengontrol gejala alergi, salah satunya hidung tersumbat. Karena
memiliki efek mengantuk, penggunaan antihistamin dianjurkan untuk dilakukan malam hari
menjelang tidur. Sebelum menggunakan obat, baca aturan pakai yang tertera pada kemasan dan
konsultasikan juga dengan dokter.
Obat pereda rasa sakit. Obat-obatan pereda nyeri, seperti ibuprofen, naproxen, atau paracetamol,
dapat digunakan untuk meredakan gejala sakit kepala yang dapat menyertai gejala hidung tersumbat.
Terapi non farmakologi
Pasien juga dianjurkan untuk melakukan perawatan rumah. Perawatan rumah yang dilakukan
bertujuan agar saluran pernapasan tetap lembap, karena saluran pernapasan yang kering akan
memperparah hidung tersumbat. Beberapa perawatan yang dapat dilakukan adalah:
Menggunakan pelembap atau penguap hidung.
Minum banyak air.
Menempelkan handuk basah dan hangat pada wajah.
Menghindari kolam renang yang menggunakan klorin.
Mandi dengan waktu yang cukup lama atau menghirup uap hangat.
Pencegahan hidung tersumbat disesuaikan dengan kondisi yang menyertainya. Apabila hidung
tersumbat disebabkan oleh infeksi virus, seperti flu, maka pencegahan yang dilakukan dapat berupa
vaksinasi dan menjaga daya tahan tubuh. Beberapa upaya di bawah ini dapat dilakukan untuk
merawat kesehatan tubuh secara umum:
Jaga kebersihan dan selalu cuci tangan setelah beraktivitas.
Kurangi mengonsumsi minuman beralkohol dan hindari rokok.
Konsumsi makanan bergizi seimbang dan olahraga rutin.
V. Kesimpulan
Hidung tersumbat adalah kondisi di mana terjadi penyumbatan pada saluran hidung yang
mengganggu proses pernapasan. Penyumbatan tersebut terjadi karena adanya pembengkakan pada
saluran hidung, yang muncul karena membran pelapis saluran hidung mengalami iritasi dan
peradangan. Hidung tersumbat merupakan gejala dari suatu penyakit. Kondisi ini memerlukan
perawatan yang berbeda, tergantung penyebab yang menyertainya.
Pada kasus, pasien mengalami gejala yang mengarah kepada flu. Diberikan terapi untuk mengatasi
gejala terlebih dahulu, jika gejala tidak berubah membaik, maka pasien disarankan untuk periksa ke
dokter.
BAB II
Gangguan Hidung
KASUS 2 (b)
Seorang mahasiswa datang ke apotek dengan keluhan semalam tidak bisa tidur dengan keluhan
hidung tersumbat dan kepala pusing. Sehingga ke apotek menemui apoteker minta obat.
Tugas Swamedikasi:
- Memperkenalkan diri
- Membuka pembicaraan dengan baik
- Verifikasi nama pasien dan dokter yang memberikan resep
- Menanyakan apa yang telah dijelaskan oleh dokter tentang indikasi obat
- Menanyakan apa yang telah dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian
- Menanyakan apa yang telah dijelaskan oleh dokter tentang harapan setelah menggunakan obat
- Menggunakan Bahasa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara
Isi konseling
- Menjelaskan tujuan pengobatan
- Menjelaskan harapan setelah minum obat
- Menjelaskan aturan pakai obat, lama minum obat (cara pakai untuk sediaan khusus
non po)
- Menunjukkan kemasan/membuka kemasan, menunjukkan obat pada pasien
- Menjelaskan efek samping yang penting atau umum
- Apa yang dilakukan jika lupa minum obat
- Bagaimana menyimpan obat
- Menjelaskan ada atau tidak interaksi dengan makanan atau obat
- Jika obat bisa diulang, kapan dapat diulang
- Terapi non farmakologi
Penutup
- Verifikasi tentang pemahaman pasien tentang pengobatan
- Menanyakan apakah pasien ada pertanyaan lagi
- Menutup pembicaraan dengan baik
- Mengingatkan pasien untuk berdoa sebelum menggunakan obat
- Memberikan motivasi pada pasien bahwa kesembuhan datangnya dari Allah SWT
DOKUMENTASI SWAMEDIKASI
Yang menyerahkan,
Ballenger, J., 2002. Infeksi Sinus Paranasal. Dalam: Saputra, L., ed. PenyakitTelinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi 1. Jakarta: BinarupaAksara, 1-25.
Feenstra, L. dan Van Den Broek, P., 2007. Hidung dan Sinus Paranasal. Didalam: Ilmu Kesehatan
Tenggorok, Hidung dan Telinga. Edisi 12. Jakarta: Buku Kedokteran IGC, 145-152.
Pusat Informasi Obat Nasional. Buku IONI Bab 3 Sistem Saluran Nafas. Badan POM RI. 2020.
Soepardi, E.A., 2011. Pemeriksaan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala danLeher. In: Soepardi, E.A.,
ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga HidungTenggorok Kepala & Leher. Edisi 6. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI, 1-9.