Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, persentase masyarakat provinsi

Kalimantan Selatan yang melakukan swamedikasi tahun 2022 adalah sebesar

92,53%. Beberapa alasan swamedikasi adalah karena puskesmas yang dibutuhkan

sangat jauh, petugas kesehatan kurang peduli, tidak tanggap, dll. Sehingga ada

rasa takut untuk pergi ke dokter atau pelayanan kesehatan dan juga takut biaya.

Selain itu, orang percaya pada dirinya sendiri dan sudah merasa akan mencapai

hasil yang diinginkan karena pengobatan sendiri sebelumnya (Notoatmojo, 2010).

Penyakit ringan seperti demam, pusing, sakit batuk, flu, sakit maag, diare,

penyakit kulit dan penyakit terkait lainnya biasanya dapat diobati sendiri.

Penyakit kulit banyak terjadi di Indonesia karena Indonesia merupakan negara

dengan iklim tropis. Proses perkembangan bakteri, parasit dan juga jamur dapat

dengan mudah berkembang di iklim tropis. Selain itu, penyakit kulit seringkali

terdeteksi akibat kebersihan diri yang buruk  (Kristiwiani, 2005). Skabies

merupakan salah satu infeksi kulit menular terbanyak yang terjadi di negara tropis

dimana skabies merupakan endemik (Chosidow, 2009).

Insiden global skabies dilaporkan sekitar 300 juta kasus per tahun, dan

skabies ditemukan di semua negara dengan berbagai tingkat kejadian. Di beberapa

negara berkembang, angka kejadian skabies berkisar antara 6% sampai 27% dari

populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada anak-anak dan remaja.

Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas di seluruh Indonesia pada tahun

1
2

2018, 5,6% hingga 12,95% menduduki peringkat ketiga di antara 12 besar

penyakit kulit terbanyak (Saleha, 2014).

Skabies ditularkan melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Skabies

sering terjadi di lingkungan padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat

pendidikan rendah, dan kebersihan pribadi yang buruk. Skabies paling sering

ditularkan melalui kontak langsung atau lama dengan kulit penderita. Penularan

skabies dari penderita skabies ke orang lain membutuhkan waktu 15-20 menit

dengan kontak langsung (Shimose, 2013).

Pesantren adalah tempat yang para santrinya biasanya tinggal dalam satu

kamar bersama teman-temannya. Misalnya, tinggal bersama sekelompok orang di

pesantren meningkatkan risiko tertular berbagai penyakit, terutama skabies (Ina,

2015).

Santri dengan tingkat pengetahuan rendah cenderung memiliki prevalensi

skabies yang jauh lebih tinggi dibandingkan siswa dengan tingkat pengetahuan

tinggi. Tingkat pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting dalam

membentuk perilaku seseorang sehubungan dengan penyakitnya, baik berupa

deteksi dini penyakit maupun upaya pencegahannya. Pengetahuan berperan

penting dalam pencegahan penularan skabies (Ibadurrahmi, 2016).

Berdasarkan Penelitian yang dilakukan Lingar Yusup Budiman pada tahun

2020 di Pesantren Tradisional Al-Hidayah Kabupaten Sukabumi dengan tingkat

pengetahuan tentang skabies yang baik dan memiliki dengan personal hygiene

yang baik hanya 8 orang dari 19 orang (42,1%) dan masih banyak yang memiliki

personal hygiene yang kurang sebesar 57,9% sedangkan sebagian besar subjek
3

penelitian di Pesantren Tradisional Al-Hidayah Kabupaten Sukabumi dengan

tingkat pengetahuan tentang skabies yang kurang dan memiliki dengan personal

hygiene yang kurang sebanyak 23 orang dari 30 orang (76,7%) (Lingar, 2020).

Berdasarkan penelitian lain, hasil penelitian yang dilakukan oleh Nuraini

pada tahun 2016 yakni hubungan jenis kelamin dan tingkat pegetahuan dengan

kejadian skabies di pondok pesantren nurul islam jember tergolong dalam

pengetahuan kurang yaitu 73,2%. Dan Sebagian besar santri menderita penyakit

scabies yaitu 60,3% (Nuraini, 2016).

Swamedikasi yang marak terjadi di masyarakat, diperlukan pengetahuan

yang cukup untuk mengatasi ketidaktepatan dalam melakukan swamedikasi. Oleh

karena itu, pendidikan kesehatan harus diberikan. Pendidikan kesehatan bertujuan

untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang melalui

keterampilan belajar dan mengajar sehingga individu atau kelompok dapat

mengubah dan mempengaruhi perilaku manusia, memperluas pengetahuan

pengobatan sendiri efektif untuk dilakukan. Atas dasar tersebut dan mengingat

banyaknya masyarakat yang melakukan swamedikasi, maka peneliti memutuskan

untuk mengetahui tingkat pengetahuan swamedikasi penyakit skabies dengan

metode CBIA pada santri putra Pondok Pesantren Modern Darul Ijabah. Dengan

memberikan metode CBIA, diharap dapat mengetahui tingkat pengetahuan santri

tentang pengobatan sendiri tekait penyakit skabies.


4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka di peroleh rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana tingkat pengetahuan swamedikasi penyakit

skabies di pondok pesantren Modern Darul Ijabah setelah intervensi CBIA ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan

swamedikasi penyakit skabies santri di Pondok Pesantren pesantren

Modern Darul Ijabah dengan mengunakan metode cara belajar

insan aktif (CBIA).

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan swamedikasi skabies

santri sebelum intervensi CBIA.

2. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan swamedikasi skabies

santri setelah intervensi CBIA.

3. Membandingkan tingkat pengetahuan swamedikasi skabies

sebelum dan setelah intervensi CBIA.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Institusi

1. Bagi pesantren diharapkan hasil ini dapat menggambarkan

tingkat pengetahuan ketepatan pengobatan santri, sehingga

pesantren yang mencapai hasil yang baik dapat


5

mempertahankan tingkat pengetahuan dan ketepatan santri

dalam pengobatan.

2. Bagi STIKes Darul Azhar sebagai tempat dan sarana untuk

menyelesaikan tugas akhir pada diri peneliti di Program Studi

D-III Farmasi ini.

1.4.2. Bagi Kefarmasian

1. Bagi peneliti hasil penelitian ini diharapkan dapat menjabarkan

tingkat pengetahuan dan ketepatan penanganan swamedikasi

skabies pada santri pondok pesantren modern Darul Ijabah.

2. Bagi tenaga kefarmasian hasil ini diharapkan dapat digunakan

sebagai landasan memberi edukasi yang tepat pada santri dan

santriwati tentang swamedikasi yang benar khususnya

swamediasi skabies.

3. Bagi penelitian lain diharapkan dapat memberi gambaran

tingkat pengetahuan santri dan santriwati mengenal

swamedikasi sehingga dapat dibandikan dengan siswa SMA

yang tidak berada di pesantren.


6

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1. Tabel Keaslian Penelitian

Persamaan Perbedaan

N (Metode: Desain, Sample, (Metode: Desain, Sample,


Judul, Penulis, Tahun
o Variabel, Instrumen, Analisis, Variabel, Instrumen, Analisis,

dan Hasil Penelitian) dan Hasil Penelitian)

1. Hubungan Tingkat 1.Instrumen yang digunakan 1.Metode penelitian menggunakan


Pengetahuan Tentang Scabies berupa kuesioner. analitik komperatif dengan cross
Dengan Kejadian Penyakit 2.Variabel terkaitnya ialah sectional pada 68 sampel
Scabies Pada Santri Manbaul penyakit skabies. sedangkan pada penelitian ini
Ulum, Unang Arifin Hidayat, menggunakan penelitian pro-
dkk., 2022. experimental one group pretest-
posttest.
2.Hasil Tingkat pengetahuan santri
kurang mempunyai kemungkinan
24,5 kali bisa terjadi penyakit
skabies dibandingkan dengan
tingkat pengetahuan cukup.

2. Hubungan Tingkat 1. Instrumen kuesioner. 1.Penelitian ini menggunakan


Pengetahuan Santri dengan 2. Variabel terkaitnya ialah metode analitik observasional
Perilaku Pencegahan Skabies penyakit skabies. dengan desain cross sectional.
di Pondok Pesantren Darut Responden penelitian diambil
Taqwa Bulusan Semarang dengan purposive sampling dan
Tahun 2016, Intan Pratama didapat 250 santri pesantren Darut
Naelanaviri Putri, dkk., 2016. Taqwa Bulusan Semarang
2.hasil yang didapatkan adalah tidak
ada hubungan antara pengetahuan
dengan perilaku pencegahan
skabies di pondok pesantren Darut
Taqwa.

3. Hubungan Tingkat 1.Instrumen kuesioner 1. Penelitian ini menggunakan


Pengetahuan tentang Skabies 2.Variabelnya adalah penyakit metode analitik observasional
dengan Personal Hygiene di skabies dengan pendekatan cross-
Pesantren Modern dan sectional. Penelitian ini dilakukan
Pesantren Tradisional, Lingar di Kabupaten Sukabumi. Subjek
7

Yusup Budiman, dkk., 2020 Penelitian ini adalah santri di


pesantren modern As-Syafi’iyah
dan santri di pesantren tradisional
AL-Hidayah.
4. Hubungan Tingkat 1.Instrumen kuesioner 1.Penelitian ini adalah penelitian
Pengetahuan dan Perilaku 2.Variabelnya adalah penyakit analitik observasional dengan
Personal Hygiene Santri skabies pendekatan cross sectional.
terhadap Kejadian Skabies di
Pondok Pesantren Baitul
Hidayah Kabupaten Bandung,
Radita Hazimah, 2019.

5. Hubungan Tingkat 1.Instrumen kuesioner 1. Jenis Penelitian menggunakan


Pengetahuan dan Higiene 2.Variabelnya adalah penyakit metode analitik observasional
Individu dengan Kejadian skabies dengan metode cross sectional.
Scabies di Pondok Pesantren Penelitian dilaksanakan di
Miftahul Ulum Jember, Pondok Pesantren Miftahul
Anthia Ayu Nandira, dkk., Ulum Kecamatan Kalisat
2021 Kabupaten Jember.
6. Hubungan Pengetahuan 1.Instrumen kuesioner 1. Penelitian ini merupakan
Santriwati tentang Penyakit 2.Variabelnya adalah penyakit penelitian analitik dengan
Skabies dengan Perilaku skabies menggunakan pendekatan cross
Pencegahan Penyakit Skabies sectional, dilakukan di pondok

di Pondok Pesantren, Dwi pesantren al-muayyad surakarta.

Setyowati, Wahyuni, 2014.


7. Peningkatan Pengetahuan, 1. Variabel bebas yang terdapat 1. Sampel Wanita Pra Lansia di
Sikap dan Tindakan Wanita dalam penelitian ini adalah Kecamatan Umbulharjo.
Pra Lansia di Kecamatan metode edukasi Cara Belajar
Umbulharjo Tentang Insan Aktif (CBIA)
Antibiotik dengan metode 2. Instrumen Kuesioner
CBIA, I Gusti Ngurah Teguh
Pratama, 2016.

8. Hubungan Jenis Kelamin dan 1. Instrumen Kuesioner 1. Penelitian ini menggunakan


Tingkat Pegetahuan dengan 2. Variabelnya adalah penyakit metode observasional analitik
Kejadian Skabies di Pondok skabies dengan desain cross sectional.
Pesantren Nurul Islam Metode ini digunakan
Jember, Novita Nuraini, dkk., mengetahui hubungan faktor
2016 penyebab dengan kejadian
8

Scabies.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
akan dilakukan di Pondok
Pesantren Nurul Islam Jember.
Alamat jalan Tawangmangu
Kelurahan Antirogo Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada sampel

yang diambil dan variabel yang digunakan. Penelitian ini menggunakan sampel

santri dan santriwati di Pondok Pesantren Modern Darul Ijabah. Sedangkan

variabel terkaitnya adalah tingkat pengetahuan swamedikasi penyakit skabies.

Anda mungkin juga menyukai