Anda di halaman 1dari 53

FARMAKOLOGI ANTIBIOTIKA

Prinsip Umum Antibakteri

1. Cara Kerja Bakteriostatika, Bakterisid


2. Keberhasilan Antibakteri
- Resisten
- Persisten
- Superinfeksi
3.Penggunaan pada
- Ibu hamil, menyusui
- Bayi, anak-anak
- Orang tua
- Pasien kondisi Imun jelek
4. Penggunaan pada Insufisiensi Ginjal, Hati
5. Penggunaan Kombinasi
6. Penggunaan untuk Profilaksis
7. Kesalahan yang khas

KEBERHASILAN TERAPI:
1. Diagnosa
2. Pemilihan Obat
3. Dosis
4. Cara Pemberian
5. Konsentrasi Obat
6. Frekwensi Pemberian
6. Waktu mulai terapi
7. Lama Terapi
8. Intereaksi
9. Kondisi Pasien
Hal Lain yang harus diperhatikan dalam Terapi Antibiotika:
- Efek Samping
- Harga
- Infeksi Nosokomial
Penggunaan Kombinasi :

- Sinergis
Kombinasi Antibiotika B-Laktam dan Aminoglikosid
- Antagonis
Kombinasi Bakterisid dengan bakteriostatika

Penggunaan Profilaksis:

Resiko Tanpa Pemberian Obat >> Efek Samping Obat


Harus Dipahami Terapi-Antibiotika:
1. Farmakokitetik:
- Kecepatan Absorpsi
- Bioavailbilitas / Ketersediaan Hayati
- Ikatan Protein Plasma
- Kadar Obat dalam Darah
- Waktu paruh
- Volume Distribusi
- Metabolisme
- Clearance

2. Farmakodinamik:
- Mekanisme Kerja
- Ikatan obat dengan Reseptornya
Penggolongan Antimikroba:
1. B-Laktam: Penisilin, Sefalosporin
2. Tetrasiklin
3. Kloramfenikol
4. Aminoglikosida
5. Makrolid
6. Lincosamid
7. Asam Fusidin
8. Antibiotika Glikopeptid
9. Pristinamycin
10. Fosfomycin
11. Khinolon
12. Nitromidazol
13. Antimikobakterial
14. Antivirus
15. Antimikotika
16. Lokal Antibiotika
PENGGOLONGAN ANTIBIOTIKA BERDASARKAN:

STRUKTUR KIMIA
MEKANISME KERJA
MANFAAT DAN SASARAN KERJA
DAYA KERJA
Penggolongan Berdasarkan Kimia:
1. -Laktam
- Kelompok Penisilin: Penisilin G
- Kelompok Sefalosporin: Sefalotin
2. Aminoglikosida: Streptomisin
3. Kloramfenikol: Tiamfenikol
4. Kelompok Tetrasiklin: Oksi tetrasiklin
5. Makrolida dan antibiotik yang berdekatan: Eritromisin
6. Rifamisin: Rifampisin
7. Polipeptida Siklik: Polimiksin
8. Antibiotik Polien: Amfoterisin B
9. Antibiotik Lain: Griseofulvin
Penggolongan Berdasarkan Mekanisme Kerja :

1. Menghambat Metabolisme Sel Mikroba


Bakteriostatika: Sulfonamid, Trimetoprim
2. Menghambat Sintesis Dinding Sel
Bakterisid: Penisilin, Sefalosporin, Vankomisin
3. Mengganggu Permeabilitas Membran sel
Polimiksin
4. Menghambat Sintesis Protein Sel
Aminoglikosid, Makrolid, Tetrasiklin, Kloramfenikol
5. Menghambat Sintesis Asam Nukleat Sel
Rimpafisin
Penggolongan Berdasarkan Manfaat & sasaran kerja:

1. Terutama Bermanfaat terhadap Kokus Gram + dan Basil.


Spektrum sempit: Penisilin G, Makriloda, Basitrasin.
2. Terutama efektif terhadap Basil Aerob Gram - :
Aminoglikosida, Polimiksin
3. Relatif memiliki spektrum luas , bermanfaat terhadap
Kokus Gram + dan Basil Gram :
Amoksisilin, Sefalosporin, Tetrasiklin, Kloramfenikol
Penggolongan berdasarkan Daya Kerja :

1. Bakteriostatik:
Tetrasiklin, Kloramfenikol , Eritromisin, Linkomisin,
Spektinomisin, Sulfonamida, Trimetoprim, Nitrofurantoin

2. Bakterisid:
Penisilin, Aminoglikosida, Rifampisin, Sefalosporin,
Polimiksin B, Kolistin, Vankomisin, Basitrasin, Sikloserin

Antibiotik Juga Berkhasiat Sebagai:


Antivirus (Rifampisin),
Antiparasit (Paromomisin)
Anti jamur (Griseofulvin, amfoterisin B)
B-Laktam: Penisilin, Sefalosporin
Berasal dari biakan:

Penicillium notatum
Penicillium chrysogenum

Sintetik:
Mengubah struktur kimia penisilin alam atau sintesis dari
inti penisilin yaitu: 6-aminopenisilinat atau 6-APA

Penisilin : Antibiotika derivat laktam I


Sefalosporin: Antibiotika laktam II
Penisilin:
Asam organik, dua cincin berupa satu inti siklik pada gugus amida dapat
diikat berbagai jenis radikal dan diperoleh berbagai jenis penisilin.
Aktivitas antimikroba berkurang pada:
Suasana basa
Pengaruh enzim -laktamase: Penisilinase yang
disekresi oleh mikroba tertentu, maka inti laktam
terbuka dan terbentuk asam penisilinoat.
Pengaruh amidase dirantai samping terbentuk asam
6-aminopenisilinat.
Pengaruh asam terjadi hidrolisa dan diperoleh
Penisilamin dan Aldehid
Nama R Tahan Tahan Spektrum
penisilinase asam

Penisilin G - - Sempit

Penisilin V - + Sempit
Metisilin + - Sempit
Nafisilin + - Sempit
Oksasilin + - Sempit
Kloksasilin + - Sempit

Dikloksasilin + - Sempit

Ampisilin - + Luas
Amoksisilin - + Luas
SPEKTRUM KERJA:
Penisilin sepktrum kerja relatif sempit.
Mikroba Sensitif Terhadap Penisilin:
Kokus Gram Positif :
Streptokokus -hemolitik, Enterokokus, Pneumokokus,
Stafilokokus (bukan penghasil Penisilinase).
Kokus Gram Negatif :
Gonokokus dan Meningokokus.
Basil Gram Positif :
Aerob (Bacillus antrachis, B. subtilis, B. diptheriae,
Listeria monocytogen); Anaerob (Clostridia)
MEKANISME KERJA
Mekanisme Kerja Antibiotik -laktam:
Menghambat sintesis dinding sel mikroba.

Efek bakterisid:
Pada mikroba sedang aktif membelah diri.
Waktu berlangsung pembelahan, sebagian dinding sel induk dilisis oleh suatu
asetilmuramidase.
Dinding sel bakteri terdiri dari:
Mukopeptida. Transpeptidase terlibat dalam pembentukan dinding sel baru.
Enzim ini diblokir oleh penisilin sehingga pembentukan dinding sel tidak sempurna,
mengakibatkan matinya bakteri.
Dinding sel kokus gram positif terdiri : 60 % Mukopeptida dan kokus gram negativ
mengandung 10 %, maka spektrum antimikroba dari penisilin tidak luas
Farmakokinetik
Absorpsi:
*Penisilin G :
Tidak tahan asam pH 2.
Cairan lambung (pH 4) tidak terlalu merusak.
Garam Na Penisilin G oral diabsorpsi di duodenum.
Adanya makanan akan menghambat absorpsi.
Kadar maks dalam darah tercapai dalam 30-60 menit.
Pemberian i.m kadar maks dalam darah 15-30 menit.

*Penisilin V
Relatif tahan asam, 30% mengalami pemecahan di bagian atas saluran
cerna sehingga tidak sempat diabsorpsi

*Ampisilin
Makanan dalam saluran cerna menghambat absorpsi.

*Amoksisilin
Absorpsi di saluran cerna lebih baik dari pada ampisilin. T nya sama.

*Karbenisilin
Tidak diabsorpsi di saluran cerna
Distribusi:

Penisilin G:
Didistribusi luas dalam tubuh, jumlah besar terdapat
pada: hati, empedu, ginjal, usus, limfe dan semen,
cairan serebrospinal sukar dicapai.
Ampisilin
Didistribusi secara luas dalam tubuh.
Penetrasi pada SSP efektif bila ada radang meningen.
Pada bronchitis dan pneumonia ampisilin disekresi
melalui sputum 10% dari kadar di serum.
Bila diberikan sesaat sebelum persalinan kadar dalam
fetus sama dengan kadar darah ibu.
Pada bayi premature dan neonatus kadar dalam darah
lebih tinggi dan bertahan lebih lama dalam darah.
Amoksisilin dan Karbenisilin
Distribusi sama dengan Ampisilin.
Karakteristik Farmakokinetik Penisilin

Jenis Pemberian Dosis Bioavilibilitas Kadar T1/2

Penisilin G i.m 300.000 - 8 g 30


IU
Penisilin V Oral - 49% -

Ampisilin Oral 0,5 g 49% 3 60-90

Amoksisilin Oral 0,5 g 65-78% 6 60-90

Karbenisilin i.m 1g - 15-20 60


Efek Samping Penisilin:

Reaksi alergi sering timbul, khususnya penisilin G.


Anemia hemolitik,
Gangguan fungsi hati dapat berkembang menjadi
hepatitis.
Efek samping lain: Lidah seperti ditumbuhi jamur,
diare ringan, mual, muntah kadang-kadang
kelemahan dan pengurangan bobot badan.

Toksisitas:

Terhadap SSP dapat menimbulkan epilepsi karena


pemberian penisilin intra vena dosis tinggi.
Ampisilin, oksasilin dan karbenisilin dapat
menyebabkan gangguan fungsi hati.
Indikasi:
Penisilin G merupakan obat pilihan untuk
penyakit :
infeksi kulit
infeksi pernafasan secara i.v
infeksi endokarditis pada jantung
Kombinasi penisilin G dengan Streptomisin
untuk:
infeksi antraks
infeksi sifilis
Sifilis primer, sekunder dan laten kurang dari 1
tahun harus diobati dengan dosis tunggal 2,4
juta unit benzatin penisilin G secara i.m.
Untuk yang tidak tahan dengan penisilin dapat
digunakan tetrasiklin.
Sebagian besar pasien sifilis sekunder dapat
timbul reaksi Jarisch-herheimer sesudah
suntikan pertama berupa kedingin, demam, sakit
kepada, mialgia dan udem, akan hilang setelah
48 jam.
Dosis tinggi penisilin G merupakan obat pilihan
meningokokus.
Kontraindikasi:
Pemberian oral merupakan kontraindikasi
pada penyakit berat karena kadar penisilin
dalam darah rendah.
Hipersensitivitas terhadap penisilin
merupakan kontraindikasi untuk
pemakaiannya.
Penisilin V

Spektrum antimikroba sama dengan penisilin G yaitu terhadap


bakteri gram positf aerob, kurang efektif terhadap bakteri gram
negatif.
Resistensi terhadap penisilin V serupa dengan resistensi terhadap
penisilin G.

Indikasi:
Penisilin V merupakan obat pilihan untuk rute oral dibandingkan
penisilin G karena stabil dalam asam lambung, terutama untuk
pengobatan:
infeksi streptococcs pyogenes paa faringitis
Kholera
Demam rematik
Endokarditis
Infeksi saluran pernafasan
Infeksi kulit dan mukosa.
Kontraindikasi:
Penisilin V tidak dapat diberikan pada infeksi
berat karena konsentrasi dalam plasma rendah.
Efek samping:
Hipersensitivitas, lidah seperti ditumbuhi jamur,
diare disertai mual, muntah yang menimbulkan
kejang perut, kelelahan, penurunan bobot badan.
Sediaan:
Penisilin tersedia sebagai garam natrium, dalam
bentuk tablet 250 mg dan 625 mg dan sirup 125
mg/5 ml.
Amoksisilin

Amoksisilin mempunyai spektrum antibiotika


yang identik dengan ampisilin kecuali amoksisilin
peka terhadap enzim penisilinase.
Resistensi:
Mikroba yang resisten terhadap amoksisilin
adalah bakteri yang memproduksi enzim
penisilinase yaitu: Enterobacter pylori,
Peudomonas aureus, Clostridium tetani.
Efek samping:
Mual, Muntah, demam, Diare, Kelemahan,
hipersensitivitas, gatal-gatal.
Indikasi:
Untuk mengobati penyakit :
infeksi pada kulit
infeksi jaringan mukosa
infeksi telinga, hidung, tenggorokan
infeksi saluran pernafasan bawah.
Infeksi saluran urin & genital
Gonorrhoeae akut.
Efektif untuk demam tifoid akibat Salmonella typhi yang sudah tidak
peka terhadap kloramfenikol.

Sediaan:
Amoksisilin tersedia sebagai kapsul atau tablet berukuran 125 mg,
250 mg dan 500 mg , sirup 125mg/5ml.
Dosis sehari bisa lebih kecil dari ampisilin karena absorpsinya lebih
baik dan bias diberikan sesudah makan, 3 kali 250-500 mg sehari.
Ampisilin
Spektrum kerjanya luas, aktif terhadap:
Haemofilus influenza
Bordetella pertusis
Neisseria gonorrhoeae
Neisseria meningitidis
Salmonella typhi
Enthamoeba Coli
Resistensi:
Bakteri yang resisten adalah Proteus mirabilis
Efek samping:
Mual, muntah, diare ringan, hipersensitivitas, demam,
kejang perut, rasa nyeri, penurunan bobot badan,
kelelahan.
Indikasi:
- Untuk infeksi saluran urin mis: pielonefritis krn E. coli.
- Infeksi Gonorrhoe
- Infeksi saluran pernafasan oleh streptococcus
pneumonia
- Sinusitis
- Otitis media
- Infeksi saluran empedu.
Sediaan
Pemberian oral dalam bentuk tablet atau kapsul sebagai ampisilin
trihidrat 125 mg, 250 mg. 500 mg dan 1000 mg. Bentuk suspensi
mengandung 125 mg dan 500 mg/5ml. Ampisilin dapat berbentuk
suntikan.
Dosis dewasa untuk infeksi ringan sampai sedang 2-4 g sehari
dibagi 4 kali, diberikan sebelum makan Untuk infeksi berat diberikan
sediaan parenteral 4-5 g sehari.
Kombinasi:
Kombinasi penisilin dimaksudkan untuk
mendapatkan kerja panjang seperti:

Prokain-penisilin G (Depocillin)
Benzathin-penisilin G (Penadur LA)
Interaksi Penisilin dengan Obat lain

Kombinasi Interaksi

Penisilin/Kloramfenikol, AB bakterisida tidak boleh dikombinasi dg


eritromisin, tetrasiklin bakteriostatika krn bakteriostatika
menginhibisi AB bakterisida
Penisilin V/Neomisin Neomisin Oral akan mengurangi absorpsi
penisilin V
Karbenisilin/Gentamisin Bila diberikan bersama-sama akan
menurunkan kadar gentamisin dalam darah
Ampisilin/Alopurinol Menyebebkan makulopapular rash

Amoksisilin/As. Menyebabkan mual dan muntah


Klavulinat
Interaksi :
Penisilin ( Bakterisid) dengan Antibiotik Bakteriostatik (Kloramfenikol,
aritromisin, tetrasiklin)
Kloramfenikol dapat menginhibisi kerja bakterisid dari penisilin.
Penisilin dengan Probenesid
Probenesid menghambat sekresi antibiotik sehingga meningkatkan efek
atau toksisitasnya
Penisilin dengan Fenilbutazon
Fenilbutazon menghambat sekresi antibiotik sehingga meningkatkan efek
atau toksisitasnya
DERIVAT PENISILIN
1. Penisilin G
2. Fenoksimetilpenisilin (Penicilin V)
3. Amoksisilin
4. Ampisilin
5. Bekampisil
6. Tikarsilinin
7. Siklasilin
8. Hetasilin
9. Dikloksasilin
10. Metisilin
11. Nafsilin
12. Kloksasilin
13. Oksasilin
14. Karbenisilin
15. Tikarsilin
16. Mezlosilin
17. Piperasilin
18. Azlosilin
Sediaan di Pasaran:

Amoxsillin
Amoxsan
Bellamox
Clavamox
Danoxilin
Erlacyclin
Farmoxyl
Goxalin
Hufanoxil
Intermoxil
Kalmoxilin
Lapimox
Metacilin
Nufamox
Omemox
Tetrasiklin:

1. Klortetrasiklin, dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens.


2. Oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus.
3. Tetrasiklin: secara semisintetik dari Klortetrasiklin,
tetapi juga diperoleh dari spesies Streptomyces lain.
Mekanisme Kerja Tetrasiklin
Bakteriostatik , menghambat sintesis protein kuman.
Golongan Tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Paling
sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotika Tetrasiklin ke dalam ribosom
bakteri gram negatif; pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua
ialah sistem transportasi aktif.
Setelah antibiotika Tetrasiklin masuk ke dalam ribosom bakteri, maka antibiotika
Tetrasiklin berikatan dengan ribosom 30s dan menghalangi masuknya komplek
tRNA-asam amino pada lokasi asam amino, sehingga bakteri tidak dapat
berkembang biak.
Pada umumnya efek antimikroba golongan Tetrasiklin sama (sebab mekanisme
kerjanya sama), namun terdapat perbedaan kuantitatif dari aktivitas masing-masing
derivat terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba yang cepat membelah yang
dipengaruhi antibiotika Tetrasiklin.
Efek Samping:
Iritasi lambung.
Tromboflebitis pada pemberian IV.
Tetrasiklin terikat pada jaringan tulang yang sedaag tumbuh dan
membentuk kompleks. Pertumbuhan tulang akan terhambat
sementara pada janin sampai anak tiga tahun.
Pada gigi susu atau gigi tetap, Tetrasiklin dapat merubah warna
secara permanen dan cenderung mengalami karies.
Dapat menimbulkan superinfeksi oleh kuman resisten dan jamur,
dengan gejala diare akibat terganggunya keseimbangan flora
normal dalam usus.

Interaksi Tetrasiklin
Absorbsi Tetrasiklin : dihambat oleh antasida, susu, Koloidal bismuth, Fenobarbital, Fenitoin
dan Karbamazepin sehingga mengurangi kadar dalam darah karena metabolismenya
dipercepat.
Tetrasiklin dapat mempengaruhi kerja Penisilin dan Antioagulan.
Penggunaan Klinik Tetrasiklin
Tetrasikin
Tetrasiklin terutama digunakan untuk pengobatan acne vulgaris dan rosacea. Tetrasikin juga
dapat digunakan untuk pengobatan infeksi pada saluran pernafasan, sinus, telinga bagian
tengah, saluran kemih, usus dua belas jari dan juga Gonore.
Doksisiklin
Kegunaan Doksisiklin selain seperti Tetrasiklin juga digunakan untuk pencegahan pada infeksi
Antraks. Dan digunakan untuk pengobatan dan pencegahan Malaria, serta perawatan infeksi
Kaki Gajah.
Oksitetrasiklin
Oksitetrasiklin berguna dalam pengobatan infeksi karena Ricketsia dan Klamidia, pada saluran
nafas, saluran cerna, kulit dan jaringan lunak dan infeksi karena hubungan kelamin.
Minosiklin
Minosiklin digunakan untuk mengobati infeksi bakteri seperti Pneumonia dan infeksi saluran
nafas lain, jerawat dan infeksi kulit, kelamin dan saluran kemih. Minosiklin juga dapat
membunuh bakteri dari hidung dan tenggorokan anda yang dapat menyebabkan meningitis.
Sediaan Antibiotika Tetrasiklin di Pasaran
Tetrasikin
Tetrasiklin dipasaran dalam bentuk kapsul dengan kandungan 250 mg dan 500
mg. Juga ada yang dalam bentuk buffer untuk mengurangi efek sampingnya
mengritasi lambung.
Doksisiklin
Doksisiklin di pasaran tersedia dalam bentuk sediaan tablet da kapsul dengan
kanduungan 50 mg dan 100 mg.
Oksitetrasiklin
Oksitetrasiklin di pasaran tersedia dalam bentuk sediaan kapsul 500 mg dan
vial 50 mg/ml untuk injeksi.
Minosiklin
Minosiklin dipasaran dalam bentuk kapsul dengan kandungan 50 mg dan 100
mg.
Kloramfenikol
Diproduksi oleh Streptomuces venezuelae. Pertama kali diisolasi oleh David
Gottlieb dari sampel tanah di Venezuela pada tahun 1947. Diperkenalkan dalam
pengobatan klinis pada tahun 1949. Penggunaannya cepat meluas setelah
diketahui obat ini efektif untuk berbagai jenis infeksi.
Golongan Obat
Berspektrum luas.
Kloramfenikol termasuk ke dalam golongan antibiotik penghambat sintesis
protein bakter
Farmakokinetik
A. Absorbsi
Diabsorbsi secara cepat di GIT, bioavailability 75% sampai 90%.
Kloramfenikol oral : bentuk aktif dan inaktif prodrug,
Mudah berpenetrasi melewati membran luar sel bakteri.
Pada sel eukariotik menghambat sintesa protein mitokondria sehingga
menghambat perkembangan sel hewan & manusia.
Sediaan kloramfenikol untuk penggunaan parenteral (IV) adalah water-soluble.
Distribusi
Kloramfenikol berdifusi secara cepat dan dapat menembus plasenta.
Konsentrasi tertinggi : hati dan ginjal
Konsentrasi terendah : otak dan CSF (Cerebrospinal fluid).
Dapat juga ditemukan di pleura dan cairan ascites, saliva, air susu, dan
aqueous dan vitreous humors.
Metabolisme
Metabolisme : hati dan ginjal
Half-life kloramfenikol berhubungan dengan konsentrasi bilirubin.
Kloramfenikol terikat dengan plasma protein 50%; pasien sirosis dan pada bayi.
D. Eliminasi
Rute utama dari eliminasi kloramfenikol adalah pada metabolisme hepar ke
inaktif glukuronida.
Farmakodinamik
Mekanisme:menghambat sintesis protein kuman.
Masuk ke sel bakteri melalui diffusi terfasilitasi.
Mekanisme resistensi : inaktivasi obat oleh asetil trensferase yang diperantarai
oleh factor R. Resistensi terhadap P. aeruginosa, Proteus dan Klebsielaterjadi
karena perubahan permeabilitas membran yang mengurangi masuknya obat ke
dalam sel bakteri
Penggunaan Klinis
1. Demam Tifoid
Dosis: 4 kali 500mg /hari sampai 2 minggu bebas demam. Bila terjadi relaps,
biasanya dapat diatasi dengan memberikan terapi ulang
Anak:dosis 50-100 mg/kgBB sehari dibagi dalam beberapa dosis selama 10
hari
2.Meningitis Purulenta
Kloramfenikol+ampisilin
3. Ricketsiosis
Dapat digunakan jika pengobatan dengan tetrasiklin tidak berhasil
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
Hanya digunakan untuk infeksi yang sudah jelas penyebabnya kecuali infeksi
berat.
Pemeriksaan hematologik berkala pada pemakaian lama
Keamanan pada wanita hamil dan menyusui belum diketahui dengan pasti.
Penderita dengan gangguan ginjal, bayi prematur dan bayi baru lahir (< 2
minggu).
Drugs interaction: obat-obatan dimetabolisme enzim mikrosom hati seperti
dikumarol, fenitoin, tolbutamid dan fenobarbital.
Efek Samping
1. Reaksi Hematologik
Terdapat dua bentuk reaksi:
Reaksi toksik dengan manifestasi depresi sumsum tulang. Berhubungan dengan dosis,
progresif dan pulih bila pengobatan dihentikan.
Prognosisnya sangat buruk karena anemia yang timbul bersifat ireversibel. Timbulnya tidak
tergantung dari besarnya dosis atau lama pengobatan.
2. Reaksi Alergi
Kemerahan pada kulit, angioudem, urtikaria dan anafilaksis.
Kelainan yang menyerupai reaksi Herxheimer dapat terjadi pada pengobatan demam typhoid.
3. Reaksi Saluran Cerna
Mual, muntah, glositis, diare dan enterokolitis.

4. Syndrom Gray
Pada neonatus, terutama bayi prematur yang mendapat dosis tinggi (200 mg/kgBB)
5. Reaksi Neurologis
Depresi, bingung, delirium dan sakit kepala. Neuritis perifer atau neuropati optik
dapat juga timbul terutama setelah pengobatan lama.

6. Interaksi dengan Obat Lain


Kloramfenikol menghambat enzim sitokrom P450 irreversibel memperpanjang
T (dicumarol, phenytoin, chlorpopamide, dan tolbutamide).
Mengendapkan berbagai obat lain dari larutannya, merupakan antagonis kerja
bakterisidal penisilin dan aminoglikosida.
Phenobarbital dan rifampin mempercepat eliminasi dari kloramfenikol.
Dosis dan Aturan pakai
Dewasa: 50 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam.
Anak: 50-75 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam.
Bayi < 2 minggu: 25 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis terbagi tiap 6 jam. Setelah
umur 2 minggu bayi dapat menerima dosis sampai 50 mg/kgBB/ hari dalam 4
dosis tiap 6 jam.
Aminoglikosida
Makrolid

Anda mungkin juga menyukai