Anda di halaman 1dari 2

Bencana dapat disebabkan karena alamiah seperti gunung meletus, banjir, tanah longsor atau karena

kesalahan manusia. Beberapa hal yang diakibatkan oleh kesalahan manusia antara lain karena
kelalaian yaitu kecelakaan lalu lintas udara, laut dan darat, serta kebakaran dan runtuhnya gedung.
Adapula bencana yang sengaja dilakukan oleh manusia antara lain peledakan bom oleh teroris,
pembakaran serta kerusuhan.
Beberapa macam bencana yang telah terjadi antara lain bencana alam, kecelakaan lalu lintas darat,
udara dan laut serta bom semuanya mengakibatkan banyak korban yang meninggal. Identifikasi
Korban Massal sangat penting mengingat kepastian seseorang hidup dan mati sangat diperlukan untuk
kepentingan hukum yang berkaitan dengan Asuransi, Pensiun, Warisan, dan lain-lain.
Penanganan korban mati pada bencana selama ini belum mendapat perhatian yang serius, penuh
tantangan serta memerlukan dana, sarana dan prasarana yang cukup mahal serta dibutuhkan
profesionalisme dari para petugas yang menangani hal tersebut.
Keberhasilan penanganan korban bencana diperlukan pedoman penatalaksanaan identifikasi korban
pada bencana massal untuk dipakai dalam penanganan korban pada setiap bencana.
Identifikasi Massal adalah proses pengenalan jati diri korban missal yang terjadi akibat bencana.
Identifikasi dilakukan dengan memanfaatkan ilmu kedokteran dan kedokteran gigi pada korban baik
hidup maupun mati.
Yang dimaksud dengan Metode identifikasi adalah cara atau teknik yang dapat digunakan untuk
menentukan identifikasi seseorang melalui metode Daktiloskopi, Fotografi, Superimpuse, Odontologi,
Antropometri, DNA, Sinyalemen dan Raut Wajah.
Dalam pelaksanaan identifikasi diperlukan data-data yang berupa data ante mortem mapun data post
mortem. Data ante mortem adalah data-data yang penting dari korban sebelum kejadian atau pada
waktu korban masih hidup, termasuk data vital tubuh, data gigi, data sidik jari, dan data kepemilikan
yang dipakai atau dibawa. Adapun data post mortem adalah data-data hasil pemeriksaan forensic
yang dilihat dan ditemukan pada jenazah korban.
Sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku, maka apabila pihak penyidik ingin
mendapatkan hasil pemeriksaan identifikasi berupa visum et repertum dapat dimintakan pada Dinas
Kesehatan atau Rumah Sakit setempat sesuai dengan prosedur yang berlaku, sedangnkan informasi
dan surat-surat resmi yang berkaitan denganhasil identifikasi akan dikeluarkan oleh Tim Identifikasi
yang ditanda-tangani oleh ahli-ahlli terkait.
Tim Identifikasi dapat dibentuk di tingkat nasional, tingkat regional maupun tingkat propinsi. Tim ini
berkoordinasi secara lintas sektoral dan lintas disiplin.Unit-unit yang terdapat dalam tim identifikasi
harus bekerja sebagai suatu kesatuan yang kompak dan terkoordinir. Tim identifikasi dapat
menngadakan serta mengupayakan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga asing atau Negara lain
yang akan membantu pelaksanaan identifikasi.
Pembiayaan yang timbul dari pelaksanaan Tim Identifikasi korban Mati Pada Bencana Massal tentunya
bisa dibebankan pada Negara sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Disamping itu guna mengantisipasi kekurangan dana dapat dilakukan berbagai upaya bantuan luar
negeri dan bantuan-bantuan lain yang tidak mengikat.
Tahapan-tahapan identifikasi korban bencana :
1. Identifikasi adegan dari insidensi bencana
2. Mengumpulkan data post mortem
- Foto
- Pemeriksaan medis
- Sidik jari
- Rontgen
- Odontology forensic
- Sampel biologi atau DNA
Data-data diatas dibagi menjadi dua golongan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
meliputi sidik jari, profil gigi, dan DNA. Sedangkan data sekunder meliputi gambaran visual, fotografi,
barang-barang yang dikenakan (properti korban), dan data medik-antropologi.
3. Mengumpulkan data ante mortem
Data ante mortem dikumpulkan dari informasi yang diperoleh dari keluarga korban mengenai ciri-ciri
fisik korban serta barang-barang yang dikenakan korban.
4. Membandingkan data ante mortem dengan post mortem
Data ante mortem dan post mortem dibandingkan, dianalisis, dan kemudian disimpulkan. Korban
dinyatakan positif teridentifikasi jika ditemukan kesamaan pada satu data primer maupun dua data
sekunder.
5. Mengembalikan ke keluarga (setelah teridentifikasi)
Sebelum dikembalikan kepada keluarga korban, dilakukan proses rekonstruksi tubuh korban agar
terbentuk suatu kondisi tubuh korban yang lebih baik. Kemudian korban yang telah meninggal
tersebut dibuatkan surat kematian.
Tim dalam mengidentifikasi korban bencana terdiri dari :
- Ahli patologi forensik
- Dokter gigi
- Petugas sidik jari
- Pihak yang mengenali properti korban
- Fotografer

Anda mungkin juga menyukai