Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Aulia Ajrina
NIM: 1110103000065
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan penelitian ini. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Penelitian ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya karena adanya dukungan, bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin,Sp.And selaku Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan arahan kepada penulis selama
menempuh pendidikan di PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi,Sp.GK selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter atas bimbingan yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan
di PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
3. dr. Nurul Hiedayati,PhD selaku pembimbing 1 yang telah banyak
meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam
menyusun dan menyelesaikan laporan penelitian ini.
4. Puteri Amelia,M.Farm,Apt selaku pembimbing 2 yang telah memberikan
masukan judul penelitian dan banyak mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga
untuk membimbing penulis dalam menyusun dan menyelesaikan laporan
penelitian ini.
5. drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD selaku penanggung jawab modul riset
yang selalu memberikan arahan dan mengingatkan penulis untuk segera
menyelesaikan penelitian ini.
6. Pusat Konservasi Tumbuhan-Kebun Raya Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) yang telah bersedia memberikan daun Garcinia benthami
Pierre untuk digunakan dalam penelitian ini.
7. Ayah dan Ibu atas limpahan kasih sayang yang telah diberikan, pengorbanan
tanpa pamrih dan doa-doa yang selalu dipanjatkan, senantiasa memberikan
arahan, dorongan semangat kepada penulis selama melaksanakan penelitian.
v
Terimakasih atas segala kebaikan dan pelajaran hidup yang luar biasa hingga
kini penulis telah beranjak dewasa.
8. Ibu Zeti Hariyati, M.Biomed selaku PJ Laboratorium Biologi dan Ibu Puteri
Amelia, M.Farm,Apt selaku PJ Laboratorium PNA yang telah memberikan
izin penggunaan laboratorium.
9. Mbak Rani, Mbak Suryani, Mbak Dina, Mas Rachmadi, dan laboran-laboran
lain yang telah membantu penulis dalam pengambilan data.
10. Teman-teman satu kelompok penelitian, Ratu, Eri, Fitri, Nur dan Nurraisya.
Terimakasih atas kerja sama dan dukungannya selama melakukan penelitian
ini.
11. Teman-teman, kakak-kakak dan adik-adik di PSPD, CIMSA, dan teman-
teman lain yang penulis kenal namun tidak sempat tersebutkan.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai
pihak. Demikian laporan penelitian ini penulis susun, semoga dapat bermanfaat
dengan baik.
Penulis
vi
ABSTRAK
Aulia Ajrina. Program Studi Pendidikan Dokter. Uji Toksisitas Akut Ekstrak
Metanol Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach
dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2013
Kata kunci: Uji Toksisitas Akut, Garcinia benthami Pierre, Artemia salina Leach,
BSLT, LC50
ABSTRACT
Aulia Ajrina. Medical Education Study Program. Acute Toxicity Test of Methanol
Extract of Garcinia benthami Pierre Leaves Against Artemia salina Leach Larvae
Using Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Method. 2013
Garcinia benthami Pierre leaf belong to Clusiaceae family. This leaf contains
triterpen and benzofenon compounds. The purpose of this research is to determine
the potency of acute toxicity of methanol extract of Garcinia benthami Pierre
leaves against Artemia salina Leach larvae using Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT) method which is shown by LC50 value. This research was done by using
180 brine shrimps were divided into 1 negative control, and 5 treatment groups,
which contained 10 larvaes for each group with 3 times replication group. The
extract concentration consecutively is 100,50,20,10,and 5 ppm. The result is
against larvae that died 24 hours after extract was given.The result of probit
analysis indicated that LC50 value of methanol extract of Garcinia benthami Pierre
leaves is 73,43 ppm. It means that methanol extract of Garcinia benthami Pierre
leaves had acute toxicity potency against Artemia salina Leach larva according to
BSLT method. It is indicated by LC50 value <1000 ppm.
Keywords: Acute Toxicity Test, Garcinia benthami Pierre, Artemia salina Leach,
BSLT, LC50
vii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah ........................................................................ 2
1.3 Tujuan penelitian ......................................................................... 2
1.3.1 Tujuan umum ...................................................................... 2
1.3.2 Tujuan khusus ..................................................................... 2
1.4 Manfaat penelitian ........................................................................ 3
1.4.1 Bagi masyarakat................................................................... 3
1.4.2 Bagi institusi........................................................................ 3
1.4.3 Bagi peneliti........................................................................ 3
viii
3.3.2 Sampel.................................................................................. 27
3.3.2.1 Kriteria inklusi......................................................... 27
3.3.2.2 Kriteria ekslusi......................................................... 27
3.3.2.3 Besar sampel............................................................ 27
3.3.2.4 Cara pengambilan sampel........................................ 28
1.4 Determinasi tanaman.................................................................... 28
1.5 Bahan yang diuji........................................................................... 28
1.6 Alat dan bahan penelitian.............................................................. 28
3.6.1 Alat penelitian...................................................................... 28
3.6.2 Bahan penelitian................................................................... 29
1.7 Cara kerja penelitian...................................................................... 29
3.7.1 Ekstraksi daun Garcinia benthami Pierre
dengan maserasi..................................................................... 29
3.7.2 Penetasan larva udang Artemia salina Leach....................... 31
3.7.3 Pembuatan konsentrasi ekstrak yang akan diuji................... 31
3.7.4 Prosedur uji toksisitas dengan metode BSLT.......................32
1.8 Alur penelitian............................................................................... 33
1.9 Pengolahan dan analisis data......................................................... 34
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
4
5
yang beraneka warna, dan berbuah. Tumbuhan bermanfaat bagi manusia maupun
binatang. Tumbuhan dapat dijadikan sebagai bahan makanan atau diolah untuk
keperluan-keperluan lain, salah satunya dapat dijadikan sebagai obat. 8
Di daerah Sumatera Utara, salah satu jenis Garcinia yang dapat pula
diambil buahnya yaitu jenis G.atroviridis. Selain itu, G.atroviridis memiliki daya
tarik tersendiri yaitu saat tunas muda tumbuh bersama-sama dalam satu pohon
sehingga menimbulkan dua warna daun muda yang menarik yaitu hijau muda dan
merah muda. Tumbuhan Garcinia umumnya memiliki ukuran yang tidak terlalu
besar.3
Genus Garcinia memiliki struktur kayu yang keras dengan warna beragam
mulai dari kuning sampai coklat kemerahan. Habitus pohon memiliki tinggi
mencapai 25-33 m. Diameter batang pohon sekitar 60-100 cm dan mengecil ke
arah ujung. Garcinia jarang yang berupa semak dan bentuk pohon umumnya
kerucut dengan percabangan berselang-seling. Umumnya daun berwarna hijau.
Bunga betina biasanya memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan bunga
jantan dan bunga terdapat di bagian ketiak daun. Seluruh bagian pada tumbuhan
ini dapat mengeluarkan getah yang kental dan lengket berwarna putih atau
kuning.2
Berdasarkan kemotaksonomi, spesies tumbuhan dalam satu genus
memiliki aktivitas kimiawi yang sama secara kualitatif dan akan berbeda secara
kuantitatif. Perbedaan kuantitatif dari setiap senyawa dipengaruhi oleh ekosistem
tumbuhan tersebut. Bagian tertentu pada tumbuhan seperti kulit batang dan akar
juga dapat ditemukan senyawa-senyawa yang sama atau berbeda. Selain itu
afinitas kimiawi dalam satu genus memiliki hubungan kekerabatan molekul yang
dapat dilihat pada jalur biogenesis pembentukan senyawa-senyawa tersebut.12
Genus Garcinia mengandung senyawa xanton yang mempunyai aktivitas
sebagai antioksidan, antibakteri, antidiabetes, antikanker dan antiinflamasi. Pada
G. mangostana diketahui terdapat senyawa alfamangostin dan garcinone E yang
berperan untuk menghambat proliferasi sel kanker dengan mengaktivasi enzim
kaspase 3 dan 9 untuk memicu apoptosis sel kanker. Alfamangostin mampu
menghambat pertumbuhan sel kanker dengan nilai IC50 sebesar 1 µg/1µL (2.44
µM).13,14
Garcinia mangostana Linn telah diketahui menghasilkan 6 turunan xanton
yaitu senyawa alfamangostin, betamangostin, gamamangostin, mangostinone,
garcinone, garcinone E, dan 2-isoprenyl-1,7-dihydroxy-3-methoxyxanthone. Jenis
8
4-5 helai.2 Menurut data koleksi Kebun Raya Bogor pada tahun 2000, ukuran
tumbuhan G.benthami Pierre yaitu tinggi 17 m, diameter batang 43,13 cm, dan
diameter tajuk 12 m.3
a.
b.
terdapat aktivitas antioksidan, sedangkan ekstrak n-heksan dan etil asetat tidak
memiliki aktivitas antioksidan.2
Dapat terjadi akumulasi efek toksik apabila ada paparan berikutnya yang
menimbulkan kerusakan dengan sifat sama.
menimbulkan zat racun yang sangat sukar dieliminasi.
paparan dengan takaran sangat kecil dalam jangka panjang akan
menimbulkan efek toksik yang sama efektifnya dengan efek pada paparan
dosis besar jangka pendek.
Pada ekstraksi terjadi pemisahan suatu zat dari suatu padatan atau cairan
dengan bantuan pelarut yang didasarkan karena adanya perbedaan kelarutan.
Ekstrak dapat berupa ekstrak kental, padat atau cair dengan cara menyaring
simplisia. Prosedur umum untuk mendapatkan kandungan senyawa organik dari
jaringan tumbuhan kering (galih, biji kering, akar, daun) yaitu dengan
mengekstraksi serbuk bahan.24
15
c. Soxhlet
Soxhlet yaitu proses ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru dan
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ektraksi terus-menerus
dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dan adanya pendingin balik.2
c. Infudasi
Infudasi adalah proses ekstraksi yang umum digunakan untuk
mengekstraksi zat kandungan aktif yang larut dalam air. Infus adalah
sediaan cair yang dibuat dengan mengekstrak simplisia dengan air pada
suhu 900C selama 15 menit.23
d. Dekoktasi
Dekoktasi adalah metode infudasi dengan waktu yang lebih lama (≥ 300C)
dan temperatur sampai mencapai titik didih air.2
Penentuan zat aktif dari bahan tanaman sebagian besar tergantung pada
jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi. Pelarut yang digunakan
umumnya dibedakan berdasarkan tingkat kepolaran sehingga dapat diketahui sifat
kepolaran dari senyawa yang terkandung.5
Pelarut n-heksana digunakan untuk menarik lemak dan senyawa non polar.
Senyawa non polar akan larut dalam pelarut yang non polar. Pelarut etil asetat
untuk menarik senyawa bersifat semi polar. Pelarut metanol untuk menarik
senyawa polar. Senyawa polar akan larut dalam pelarut bersifat polar.2 Komponen
zat aktif tumbuhan yang dapat diekstraksi dengan pelarut metanol diantaranya
terpenoid, saponin, tanin, flavones, phenones, dan polyphenols.5
Dilakukan pengukuran berat masing-masing ekstrak yang diperoleh dari
hasil maserasi bertingkat. Persentase rendemen ekstrak dapat dihitung dengan
rumus:2
Rendemen (%) = Berat ekstrak (gram) x 100%
Berat simplisia awal (gram)
Siklus hidup udang (Artemia salina) secara umum dapat dilihat dalam
tiga fase yaitu bentuk telur, larva (nauplii) dan artemia dewasa. Telur berbentuk
bulat dengan ukuran 0,2-0,3 mm. Selanjutnya telur akan menetas menjadi larva.
Telur yang baru menetas ini berukuran kurang lebih 300 µ. Sebelum berubah
menjadi artemia dewasa, larva mengalami 15 kali perubahan bentuk dalam satu
tingkatan hidup. Waktu yang dibutuhkan hingga menjadi artemia dewasa
umumnya sekitar 2 minggu. Pada fase artemia dewasa, berbentuk silinder dengan
panjang 12-15 mm dan tubuh terbagi atas bagian kepala, dada dan perut. Hewan
ini dapat bertahan hidup dalam air dengan suhu 25o-30oC, perairan yang berkadar
garam tinggi (antara 15-30 permil), oksigen terlarut sekitar 3 mg/L,dan pH sekitar
8-9.29
19
Tahapan penetasan Artemia yaitu tahap hidrasi, tahap pecah cangkang, dan
tahap payung atau pengeluaran. Tahap hidrasi terjadi penyerapan air sehingga
kista dalam bentuk kering akan menjadi bulat dan aktif bermetabolisme. Tahap
pecah cangkang dan kemudian tahap pengeluaran yang terjadi beberapa saat
sebelum nauplii keluar dari cangkang. Artemia yang baru menetas disebut nauplii,
berwarna orange dan berbentuk bulat lonjong. 23
Di dalam air laut yang bersuhu 25 oC, telur-telur yang kering direndam dan
akan menetas dalam waktu 24-36 jam. Setelah telur menetas, maka menjadi larva
yang juga disebut dengan istilah nauplius. Larva akan mengalami 15 kali
perubahan bentuk (metamorfosis). Larva tingkat I dinamakan instar, tingkat II
instar II, tingkat III Instar III, demikian seterusnya sampai Instar XV. Setelah itu,
baru berubah menjadi artemia dewasa.29
Larva yang baru saja menetas atau tingkat instar I, berbentuk bulat lonjong
dengan panjang sekitar 400 mikron (0,4 mm) dan beratnya 15 mikrogram.
Nauplius instar II panjangnya sekitar 0,6 mm, sedangkan nauplius instar III sudah
sepanjang 0,7 mm. Warna tubuhnya kemerah-merahan karena masih banyak
mengandung makanan cadangan sehingga belum perlu makanan. Anggota
badannya terdiri dari antenula atau antena I dan sepasang antena II. Dibagian
depan diantara kedua antena I terdapat bintik merah yang merupakan mata larva
(oselus). 29
Gambar 2.9 Karakteristik morfologi larva Artemia tingkat instar I, II, dan III
Sumber : Panjaitan RB. Uji toksisitas akut ekstrak kulit batang pulasari (Alyxiae cortex)
dengan metode brine shrimp lethality test. [Skripsi]. Yogyakarta : Universitas Sanata
Dharma; 2011.
Pada tingkatan instar II, larva mulai mempunyai mulut dan saluran
pencernaan sehingga mereka mulai mencari makan untuk memenuhi cadangan
makanan yang mulai berkurang. Pengumpulan makanan dilakukan dengan cara
menggerakkan antena II-nya. Selain itu, antena II juga berfungsi untuk pergerakan
larva. Tubuh instar III lebih panjang dibandingkan instar I dan instar II.29
Pada tingkatan instar selanjutnya, mulai terbentuk sepasang mata majemuk.
Selain itu, dibagian samping tubuhnya (kanan dan kiri) juga mulai tumbuh tunas
kakinya yang disebut torakopada. Awalnya tumbuh dibagian depan kemudian
diikuti oleh bagian-bagian yang lebih ke belakang. Setelah menjadi instar XV,
sudah memiliki kaki lengkap sebanyak 11 pasang sehingga berakhirlah fase larva
dan berubah menjadi artemia dewasa.29
Artemia sering digunakan sebagai hewan uji untuk skrining aktivitas
antikanker di National Cancer Institute (NCI), Amerika Serikat. Artemia salina
22
Leach digunakan dalam metode BSLT karena memiliki kesamaan
tanggapan/respon dengan mamalia, misalnya DNA-dependent RNA polymerase
serupa dengan yang terdapat pada mamalia dan organisme yang memiliki
ouabaine sensitive Na+ dan K+ dependent ATPase. Jika RNA polimerase
dihambat, maka DNA tidak dapat mensintesis RNA dan RNA tidak dapat
terbentuk sehingga sintesis protein juga dihambat. Protein merupakan komponen
utama sel yang berfungsi sebagai unsur struktural, hormon, imunoglobulin dan
berperan dalam transport oksigen. Jika protein tidak terbentuk maka metabolisme
sel terganggu dan pada akhirnya dapat menyebabkan kematian sel. Apabila suatu
senyawa menganggu kerja sistem pada Artemia dan menyebabkan kematian
Artemia, maka senyawa tersebut bersifat toksik dan dapat mematikan sel
mamalia.29 Artemia memiliki respon stress yang sama dengan manusia, yaitu
respon perilaku dan fisiologis terhadap stressor lingkungan. 30
BSLT sebagai suatu bioassay yang pertama untuk penelitian bahan alam.
Apabila didapatkan hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tanaman
mempunyai potensi toksik, maka dapat dilanjutkan penelitian untuk mengisolasi
senyawa yang bersifat sitotoksik sebagai upaya mengembangkan obat alternatif
antikanker. Namun sebaliknya, apabila hasilnya menunjukkan tidak mempunyai
potensi toksik, maka dapat dilanjutkan penelitian mengenai manfaat dan khasiat
lain dari ektrak tanaman tersebut.33
c) Metode Probit
Analisis probit merupakan jenis regresi yang digunakan untuk menganalisis
variabel respon binomial. Analisis probit merupakan metode statistik dalam
memahami hubungan dosis-respon dan membandingkan hubungan antara variabel
respon atau variabel dependen terhadap variabel independen. Analisis ini
umumnya digunakan dalam toksikologi untuk menentukan toksisitas relatif dari
bahan kimia untuk organisme hidup dengan menguji respon organisme pada
berbagai konsentrasi masing-masing bahan kimia. 34
Nilai LC50 atau LD50 adalah hasil yang paling sering digunakan pada
percobaan dosis-respon. Syarat menghitung nilai LD50 atau LC50 menggunakan
metode probit : 19
adanya tabel probit
menentukan nilai probit dari % kematian tiap kelompok hewan uji
menentukan log dosis tiap-tiap kelompok
25
menentukan persamaan garis lurus hubungan antara nilai probit dengan log
dosis, Y=mX+b
memasukkan nilai 5 (probit dari 50% kematian hewan coba) pada
persamaan garis lurus pada nilai Y. Nilai LD50 atau LC50 dihitung dari
nilai anti log X pada saat Y=5.
Regresi adalah pengukur hubungan dua variabel atau lebih yang
dinyatakan dalam bentuk hubungan atau fungsi. Untuk menentukan bentuk
hubungan (regresi) diperlukan pemisahan yang tegas antara variabel bebas yang
biasanya diberi simbol X dan variabel tak bebas dengan simbol Y. Kedua variabel
biasanya bersifat kausal atau memiliki hubungan sebab akibat yaitu saling
berpengaruh.35
m dan b merupakan konstanta atau koefisien regresi linier sederhana atau
parameter garis regresi linier sederhana. b disebut intercept coefficient atau
intersep yaitu jarak titik asal atau titik acuan dengan titik potong garis regresi
dengan sumbu Y, sedangkan m disebut slope coefficient atau slup yang
menunjukkan kemiringan atau kecondongan garis regresi terhadap sumbu X
sebagai tangen sudut yang dibuat oleh garis regresi dengan sumbu X. Dari
persamaan garis regresi, dalam hubungan tersebut terdapat satu variable bebas X
dan satu variabel tak bebas Y.35
Nilai LC50
26
27
28
3.3.2.4. Cara pengambilan sampel
Sampel diambil secara purposive random sampling. Larva Artemia
salina Leach dengan jenis dan cara penyediaan yang sama
sehingga mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi
sebagai sampel. Hal ini karena anggota populasi telah bersifat
homogen.36
5. Mikropipet
6. Neraca analitik
7. Pipet tetes
8. Tabung reaksi
9. Seperangkat alat penetasan telur (wadah plastik dan
sterofoam)
10. Cawan penguap
11. Labu ukur
12. Bejana kaca maserasi
13. Lup
14. Cawan petri
15. Kaca arloji
dengan konsentrasi 500 ppm, 200 ppm, 100 ppm, dan 50 ppm dengan
menggunakan rumus pengenceran:
V1M1=V2M2
keterangan :
V1 = volume awal
M1 = konsentrasi awal
V2 = volume akhir
M2 = konsentrasi akhir
Larva Artemia salina Leach dengan jenis dan cara penyediaan yang sama
dan telah bersifat homogen
35
36
Ampas hasil dari ekstraksi n-heksana direndam dalam pelarut etil asetat untuk
mengekstraksi senyawa yang lebih polar dari ekstrak n-heksana. Maserasi ampas
hasil dari ekstraksi etil asetat menggunakan pelarut metanol untuk mengekstraksi
senyawa polar.
Setelah didapatkan hasil maserasi, kemudian dilakukan pemekatan/
evaporasi dengan rotary evaporator untuk menguapkan pelarut dan air yang
masih tersisa. Pelarut metanol telah diuapkan sehingga dalam penelitian ini
kematian larva terjadi karena pengaruh ekstrak tanpa dipengaruhi pelarut
metanol.38 Berdasarkan penelitian uji toksisitas pelarut metanol 96% dengan
konsentrasi 1% terhadap larva Artemia sp terbukti tidak menimbulkan mortalitas
pada larva Artemia sehingga mortalitas murni karena pengaruh ekstrak tumbuhan
yang diteliti.40 Selain itu, pelarut metanol memiliki sifat yang mudah menguap.
Pada penelitian ini, daun Garcinia benthami Pierre telah dilakukan
pengeringan sehingga semakin sedikit kadar air yang terdapat dalam sel daun
tersebut. Peneliti melakukan pengukuran berat ekstrak kental metanol daun
Garcinia benthami Pierre yang diperoleh dari hasil maserasi.
Tabel 4.1 Data Berat Ekstrak Kental Daun Garcinia benthami Pierre
Nama Simplisia Bobot ekstrak kental
Ekstrak metanol 15,5 gram
Kontrol
Perlakuan ke- Angka Kematian Larva Artemia salina Leach dari 10 Larva negatif
5 10 20 50 100 0
1 0 1 2 4 5 0
2 1 1 3 4 6 0
3 0 1 2 5 5 0
Total kematian 1 3 7 13 16 0
Rata-rata kematian 0.333 1.000 2.333 4.333 5.333 0.000
Persen kematian (%) 3.333 10.000 23.333 43.333 53.333 0.000
Standar deviasi 0.577 0.000 0.577 0.577 0.577 0.000
Jumlah total larva dalam tiap konsentrasi dengan tiga kali replikasi adalah
30 ekor. Jumlah total larva Artemia salina Leach yang digunakan seluruhnya
adalah 180 ekor larva. Menjumlahkan larva yang mati pada setiap konsentrasi
untuk menghitung total kematian.
Pelaksanaan uji dilakukan dengan konsentrasi ekstrak yaitu 1000 ppm, 500
ppm, 200 ppm, 100 ppm, dan 50 ppm, yang diencerkan dengan menambahkan 5
38
mL air laut terlebih dahulu ke dalam masing-masing tabung uji, kemudian baru
dimasukkan larva udang yang telah berumur 48 jam ke dalam seri tabung uji
masing-masing sebanyak 10 ekor dan meneteskan 1 mL ekstrak ke dalam tabung
uji. Menambahkan air laut hingga volume dalam masing-masing tabung menjadi
10 mL sehingga konsentrasi ekstrak yang terdapat di dalam tabung uji menjadi
100 ppm, 50 ppm, 20 ppm, 10 ppm, dan 5 ppm.
Sehingga didapatkan persamaan garis lurus hubungan antara Y (nilai probit dari
persentase kematian) dengan X (log konsentrasi) adalah Y=mX+b
Y =1.497x + 2.206
5 =1.497x + 2.206
2.794= 1.497x
X = 1.8659
LC50 = antilog X= antilog 1.8659 = 73.43 ppm
Gambar 4.2 Grafik Regresi Linier Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Garcinia
benthami Pierre Terhadap Nilai Probit
Dari grafik di atas menunjukkan log konsentrasi terhadap nilai probit yang
didapat dari persen mortalitas larva. Didapatkan persamaan garis lurus
Y=1,497X+2,206. Dapat dilihat juga hubungan korelasi yang positif karena nilai
R2 = 0,982.32
Uji toksisitas dengan metode BSLT dapat mengetahui efek toksik dari
suatu senyawa yang ditentukan dalam waktu singkat, yaitu rentang waktu selama
24 jam setelah pemberian ekstrak sehingga disebut uji toksisitas akut. Efek toksik
diketahui dengan menentukan nilai LC50 dari aktivitas komponen aktif tanaman
terhadap larva Artemia salina Leach. Suatu ekstrak dikatakan toksik berdasarkan
metode BSLT jika harga LC50<1000 ppm, sehingga memiliki korelasi antara uji
toksisitas akut ini dengan uji sitotoksik. Metode ini menghubungkan jumlah
kematian larva udang dengan konsentrasi uji. 42
Dalam penelitian ini dilakukan variasi konsentrasi yang berbeda yaitu
konsentrasi 5, 10, 20, 50, dan 100 ppm untuk membandingkan efek toksik yang
ditimbulkan masing-masing konsentrasi tersebut dan untuk melihat pada
konsentrasi berapakah larva udang mengalami LC50. Digunakan air laut sebagai
kontrol dimaksudkan untuk melihat apakah respon kematian dari sampel dan
42
bukan dari air laut. Air laut yang digunakan telah dilakukan pengukuran pH dan
hasilnya sesuai untuk media pertumbuhan larva yaitu pH sekitar 8-9. Larva udang
digunakan dalam metode ini karena hewan ini merupakan general bioassay
sehingga semua zat dapat menembus masuk ke dinding sel larva tersebut dan
hewan ini memiliki kepekaan yang cukup tinggi terhadap zat toksik.36
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode manual dan Microsoft
Office Excel menunjukkan nilai LC50 yaitu 73,43 ppm, sehingga terdapat
kesamaan nilai LC50 setelah dihitung dengan dua metode perhitungan. Selain itu,
peneliti juga mencoba menggunakan program analisis probit dengan SPSS 16.0
for windows sehingga didapatkan nilai LC50 sebesar 69,64 ppm dan tidak berbeda
signifikan dengan hasil metode manual maupun Microsoft Office Excel.
Suatu spesies tumbuhan dalam satu genus umumnya akan menunjukkan
kandungan kimia yang serupa. Garcinia memiliki kandungan kimia diantaranya
senyawa fenol tipe flavonoid, xanton dan benzofenon yang memiliki aktivitas
biologi.43 Berdasarkan penelitian lain mengenai uji toksisitas akut pada salah satu
spesies Garcinia yaitu ekstrak metanol daun Garcinia parvifolia Miq. didapatkan
hasil LC50 adalah 78,25 ppm dengan metode BSLT terhadap larva Artemia salina
Leach.44 Penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan ini memiliki
kesamaan dalam penggunaan daun dari genus Garcinia yang diekstraksi dengan
pelarut metanol dan metode BSLT terhadap larva udang Artemia salina Leach.
Nilai LC50 pada penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan yaitu tidak
jauh berbeda dan memiliki potensi toksisitas akut.
Pengujian terhadap ekstrak metanol daun Garcinia benthami Pierre
didapatkan bahwa konsentrasi untuk mematikan 50% larva udang (Artemia salina
L) atau LC50 adalah 73,43 ppm sehingga dapat dikatakan ekstrak metanol daun
Garcinia benthami Pierre pada penelitian ini memiliki potensi toksisitas akut
menurut metode BSLT yaitu pada perlakuan dengan hewan coba larva Artemia
salina Leach. Validitas pada penelitian ini dijaga dengan33 :
Menyamakan kondisi larva Artemia salina Leach.
Mengambil secara random.
Menggunakan kriteria standar dalam menilai kematian larva.
Reliabilitas data dijaga dengan replikasi tiga kali pada tiap uji.33
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.2 Saran
43
DAFTAR PUSTAKA
6. Meyer BN, N.R. Ferrighni, J.E. Put-nam, L.B. Jacobson, D.E. Nichols, J.L
McLaughlin. Brine shrimp: a convenient general bioassay for active plant
constituent. Planta Medica;1982.
(BSLT) dari berbagai fraksi ekstrak daging buah dan kulit biji mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa). Bul.Penelitian Kesehatan Vol.34 No.3.
2006:111-118.
12. Lukis PA, Ersam T. Dua senyawa mangostin dari ekstrak n-heksana pada
kayu akar manggis (Garcinia mangostana Linn) asal Kab.Nganjuk Jawa
Timur. Prosiding Akhir Semester Genap 2010/2011; Kimia-FMIPA ITS.
14. Jung AH, Su BN, Keller WJ, Metha RG, Kinghorn AD. Antioxidant
xanthones from the pericarp of Garcinia mangostana (Mangosteen). J.
Agric. Food Chem. 2006; 54: 2077-2082.
15. Lalage Z. Libas bermacam penyakit dengan sirsak, manggis, dan binahong.
Klaten : Cable Book; 2013.
17. Hendrawati AR. Uji toksisitas akut ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum
sanctum Linn.) terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode Brine
Shrimp Lethality Test (BST). [Skripsi]. Semarang : Universitas Diponegoro;
2009.
18. Goodman dan Gilman. The pharmacological basis of terapeutics. 10th Ed.
London : McGraw Hill; 2004.
22. Sulastry F. Uji toksisitas akut yang diukur dengan penentuan LD50 ekstrak
daun pegagan (Centella asiatica L. Urban) terhadap mencit BALB/C.
[Laporan Akhir Karya Tulis Ilmiah]. Semarang : Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro; 2009.
23. Baraja M. Uji toksisitas ekstrak daun Ficus elastica Nois ex Blume
terhadap larva Artemia salina Leach dan profil kromatografi lapis tipis.
[Skripsi]. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2008.
46
26. Barile FA. Clinical toxicology : principles and mechanisms. Florida : CRC
Press LLC; 2004.
28. Sorgeloos P, Van Der Wielen CR, Persoone G. The use of Artemia nauplii
for toxicity test : a critical analysis. Laboratory for Biological Research in
Aquatic Pollution, Artemia Reference Center. Ecotoxicology and
Environtmental Safety 2;1978:249-255.
29. Panjaitan RB. Uji toksisitas akut ekstrak kulit batang pulasari (Alyxiae
cortex) dengan metode brine shrimp lethality test. [Skripsi]. Yogyakarta :
Universitas Sanata Dharma; 2011.
30. Gajardo GM, Beardmore JA. The brine shrimp artemia : adapted to critical
life conditions. Front Physiol 2012 [cited 8 September 2013]. Available
from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3381296/
33. Cahyadi R. Uji toksisitas akut ekstrak etanol buah pare (Momordica
charantia L.) terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode Brine
Shrimp Lethality Test (BSLT). Semarang : Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro; 2009.
content/uploads/mk_ps_agribisnis/ekonomitrika/2_.%2520%2520Analisis
%2520Regresi%2520Linier%2520Sederhana.pdf
36. Mutia D. Uji toksisitas akut ekstrak etanol buah anggur (Vitis vinifera)
terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode Brine Shrimp
Lethality Test (BSLT). Universitas Diponegoro : Semarang; 2010.
37. Juniarti, et al. Kandungan senyawa kimia, uji toksisitas (Brine Shrimp
Lethality Test) dan antioksidan (1,1-diphenyl-2-pikrilhydrazyl) dari ekstrak
daun saga (Abrus precatorius L.). Makara, SAINS, VOL. 13, NO. 1;
APRIL 2009: 50-54. Jakarta : Bagian Kimia, Fakultas Kedokteran,
Universitas YARSI.
41. Anonim. In situ trypan blue staining of monolayer cell cultures for
permanent fixation and mounting. Benchmarks BioTechniques 22; June
1997: 1020-1024.
42. Ramadhani AN. Uji toksisitas akut ekstrak etanol daun Sukun (Artocarpus
altilis) terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode Brine Shrimp
Lethality Test (BSLT). Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro; 2009.
43. Muharni. Profil kandungan kimia dan potensi tumbuhan manggis hutan
(Garcinia Bancana Miq.) sebagai sumber senyawa antioksidan. Jurnal
Pembangunan Manusia Vol.4 No.12; 2010.
Lampiran 1
48
49
Lampiran 2
Gambar 6.5 Proses Evaporasi dengan Gambar 6.6 Ekstrak Kental Daun
Rotary Evaporator Garcinia benthami Pierre
Gambar 6.7 Ekstrak Kental 250 mg Gambar 6.8 Larutan Induk 1000 ppm
51
Lanjutan
Gambar 6.11 Wadah Penetasan Telur Gambar 6.12 Larva Artemia salina
Artemia salina Leach Leach Umur 48 jam
Lampiran 4
Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Garcinia benthami Pierre
Lampiran 5
Tabel 6.2 Output hasil analisis probit dengan SPSS 16.0 for windows
Notes
Comments
Filter <none>
Weight <none>
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
/LOG 10
/MODEL PROBIT
/PRINT FREQ CI
Warnings
Relative Median Potency Estimates are not displayed because there is no grouping variable in
the model.
Data Information
N of Cases
Valid 5
Rejected Missing 0
Control Group 0
Convergence Information
PROBIT 10 Yes
Parameter Estimates
a. PROBIT model: PROBIT(p) = Intercept + BX (Covariates X are transformed using the base 10.000
logarithm.)
Chi-Square Tests
a
Chi-Square df Sig.
a. Statistics based on individual cases differ from statistics based on aggregated cases.
b. Since the significance level is greater than .150, no heterogeneity factor is used in the
calculation of confidence limits.
Probability Estimate Lower Bound Upper Bound Estimate Lower Bound Upper Bound
Lampiran 7
No. HP : 08568068048
Email : aulia.ajrina@gmail.com
Riwayat Pendidikan :