Anda di halaman 1dari 75

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL

DAUN Garcinia benthami Pierre TERHADAP LARVA


Artemia salina Leach DENGAN METODE BRINE
SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :
Aulia Ajrina
NIM: 1110103000065

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan penelitian ini. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Penelitian ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya karena adanya dukungan, bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih
kepada :

1. Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin,Sp.And selaku Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan arahan kepada penulis selama
menempuh pendidikan di PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi,Sp.GK selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter atas bimbingan yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan
di PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
3. dr. Nurul Hiedayati,PhD selaku pembimbing 1 yang telah banyak
meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam
menyusun dan menyelesaikan laporan penelitian ini.
4. Puteri Amelia,M.Farm,Apt selaku pembimbing 2 yang telah memberikan
masukan judul penelitian dan banyak mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga
untuk membimbing penulis dalam menyusun dan menyelesaikan laporan
penelitian ini.
5. drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD selaku penanggung jawab modul riset
yang selalu memberikan arahan dan mengingatkan penulis untuk segera
menyelesaikan penelitian ini.
6. Pusat Konservasi Tumbuhan-Kebun Raya Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) yang telah bersedia memberikan daun Garcinia benthami
Pierre untuk digunakan dalam penelitian ini.
7. Ayah dan Ibu atas limpahan kasih sayang yang telah diberikan, pengorbanan
tanpa pamrih dan doa-doa yang selalu dipanjatkan, senantiasa memberikan
arahan, dorongan semangat kepada penulis selama melaksanakan penelitian.

v
Terimakasih atas segala kebaikan dan pelajaran hidup yang luar biasa hingga
kini penulis telah beranjak dewasa.
8. Ibu Zeti Hariyati, M.Biomed selaku PJ Laboratorium Biologi dan Ibu Puteri
Amelia, M.Farm,Apt selaku PJ Laboratorium PNA yang telah memberikan
izin penggunaan laboratorium.
9. Mbak Rani, Mbak Suryani, Mbak Dina, Mas Rachmadi, dan laboran-laboran
lain yang telah membantu penulis dalam pengambilan data.
10. Teman-teman satu kelompok penelitian, Ratu, Eri, Fitri, Nur dan Nurraisya.
Terimakasih atas kerja sama dan dukungannya selama melakukan penelitian
ini.
11. Teman-teman, kakak-kakak dan adik-adik di PSPD, CIMSA, dan teman-
teman lain yang penulis kenal namun tidak sempat tersebutkan.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai
pihak. Demikian laporan penelitian ini penulis susun, semoga dapat bermanfaat
dengan baik.

Ciputat, 11 September 2013

Penulis

vi
ABSTRAK

Aulia Ajrina. Program Studi Pendidikan Dokter. Uji Toksisitas Akut Ekstrak
Metanol Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach
dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2013

Daun Garcinia benthami Pierre termasuk famili Clusiaceae. Daun ini


mengandung senyawa triterpen dan benzofenon. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui potensi toksisitas akut ekstrak metanol daun Garcinia benthami
Pierre terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode Brine Shrimp Lethality
Test (BSLT) yang ditunjukkan dengan nilai LC 50. Penelitian eksperimental ini
menggunakan 180 larva udang (Artemia salina Leach) yang dibagi menjadi 1
kontrol negatif dan 5 kelompok seri konsentrasi ekstrak, masing-masing terdiri
dari 10 ekor larva dengan replikasi 3 kali untuk tiap kelompok perlakuan.
Konsentrasi ekstrak berturut-turut adalah 100,50,20,10, dan 5 ppm. Hasil
pengamatan adalah terhadap larva yang mati 24 jam setelah pemberian ekstrak.
Hasil dari analisis probit menunjukkan harga LC50 dari ekstrak metanol daun
Garcinia benthami Pierre adalah 73,43 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak
metanol daun Garcinia benthami Pierre memiliki potensi toksisitas akut terhadap
larva Artemia salina Leach menurut metode BSLT yang ditunjukkan dengan
harga LC50<1000 ppm.

Kata kunci: Uji Toksisitas Akut, Garcinia benthami Pierre, Artemia salina Leach,
BSLT, LC50

ABSTRACT

Aulia Ajrina. Medical Education Study Program. Acute Toxicity Test of Methanol
Extract of Garcinia benthami Pierre Leaves Against Artemia salina Leach Larvae
Using Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Method. 2013

Garcinia benthami Pierre leaf belong to Clusiaceae family. This leaf contains
triterpen and benzofenon compounds. The purpose of this research is to determine
the potency of acute toxicity of methanol extract of Garcinia benthami Pierre
leaves against Artemia salina Leach larvae using Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT) method which is shown by LC50 value. This research was done by using
180 brine shrimps were divided into 1 negative control, and 5 treatment groups,
which contained 10 larvaes for each group with 3 times replication group. The
extract concentration consecutively is 100,50,20,10,and 5 ppm. The result is
against larvae that died 24 hours after extract was given.The result of probit
analysis indicated that LC50 value of methanol extract of Garcinia benthami Pierre
leaves is 73,43 ppm. It means that methanol extract of Garcinia benthami Pierre
leaves had acute toxicity potency against Artemia salina Leach larva according to
BSLT method. It is indicated by LC50 value <1000 ppm.

Keywords: Acute Toxicity Test, Garcinia benthami Pierre, Artemia salina Leach,
BSLT, LC50

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ....................................................................................... i


LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
ABSTRAK ................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… xii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah ........................................................................ 2
1.3 Tujuan penelitian ......................................................................... 2
1.3.1 Tujuan umum ...................................................................... 2
1.3.2 Tujuan khusus ..................................................................... 2
1.4 Manfaat penelitian ........................................................................ 3
1.4.1 Bagi masyarakat................................................................... 3
1.4.2 Bagi institusi........................................................................ 3
1.4.3 Bagi peneliti........................................................................ 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Landasan teori............................................................................... 4
2.1.1 Tumbuhan dalam Islam........................................................4
2.1.2 Keamanan penggunaan obat tradisional Indonesia.............. 5
2.1.3 Genus Garcinia.................................................................... 6
2.1.4 Tumbuhan Garcinia benthami Pierre.................................. 8
2.1.5 Definisi toksikologi.............................................................. 11
2.1.6 Uji toksisitas akut................................................................. 13
2.1.7 Metode ekstraksi simplisia................................................... 14
2.1.8 Larva udang Artemia salina Leach...................................... 18
2.1.9 Metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)……...............22
2.1.10 Metode penentuan nilai LD50 atau LC50............................ 23
2.2 Kerangka konsep........................................................................... 25
2.3 Definisi operasional...................................................................... 26

BAB 3 METODE PENELITIAN


1.1 Desain penelitian .......................................................................... 27
1.2 Lokasi dan waktu penelitian.......................................................... 27
1.3 Populasi dan sampel...................................................................... 27
3.3.1 Populasi................................................................................ 27

viii
3.3.2 Sampel.................................................................................. 27
3.3.2.1 Kriteria inklusi......................................................... 27
3.3.2.2 Kriteria ekslusi......................................................... 27
3.3.2.3 Besar sampel............................................................ 27
3.3.2.4 Cara pengambilan sampel........................................ 28
1.4 Determinasi tanaman.................................................................... 28
1.5 Bahan yang diuji........................................................................... 28
1.6 Alat dan bahan penelitian.............................................................. 28
3.6.1 Alat penelitian...................................................................... 28
3.6.2 Bahan penelitian................................................................... 29
1.7 Cara kerja penelitian...................................................................... 29
3.7.1 Ekstraksi daun Garcinia benthami Pierre
dengan maserasi..................................................................... 29
3.7.2 Penetasan larva udang Artemia salina Leach....................... 31
3.7.3 Pembuatan konsentrasi ekstrak yang akan diuji................... 31
3.7.4 Prosedur uji toksisitas dengan metode BSLT.......................32
1.8 Alur penelitian............................................................................... 33
1.9 Pengolahan dan analisis data......................................................... 34

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil ekstraksi daun Garcinia benthami Pierre………….… 35
4.2 Hasil uji toksisitas dengan metode BSLT………………...... 36
4.3 Penetapan nilai LC50………………………………….......... 40

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan ....................................................................................... 43
5.2 Saran.............................................................................................. 43

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 44


LAMPIRAN................................................................................................. 48

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori toksisitas berdasarkan nilai LC50................................... 22


Tabel 3.1 Data konsentrasi ekstrak pada tabung reaksi………...……….… 32
Tabel 4.1 Data berat ekstrak kental daun Garcinia benthami Pierre…...…. 36
Tabel 4.2 Pengaruh berbagai konsentrasi ekstrak metanol daun
Garcinia benthami Pierre terhadap larva Artemia salina
Leach.........................................................................................… 37
Tabel 4.3 Perhitungan LC50 dengan metode probit…………….………….. 40
Tabel 6.1 Transformasi persen-probit........................................................... 53
Tabel 6.2 Output hasil analisis probit dengan SPSS 16.0 for windows......... 57

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pohon Garcinia benthami Pierre...…………………….…….. 9


Gambar 2.2 Daun Garcinia benthami Pierre………...……………………. 10
Gambar 2.3 Sifat–sifat fisika dan kimia metanol…………...…………..… 17
Gambar 2.4 Metabolisme metanol……...…………………………………. 17
Gambar 2.5 Siklus hidup Artemia salina Leach ….......…………………... 19
Gambar 2.6 Tahap penetasan telur Artemia................................................. 19
Gambar 2.7 Larva Artemia salina Leach setelah menetas
A) 24 jam, B) 48 jam, C) 72 jam.......…………………..….… 20
Gambar 2.8 Bagian tubuh larva Artemia salina Leach…….......…………..20
Gambar 2.9 Karakteristik morfologi larva Artemia
tingkat instar I,II, dan III.......................................................... 21
Gambar 3.1 Bagan alur ekstraksi daun Garcinia benthami Pierre…...….... 30
Gambar 3.2 Bagan alur penelitian………………………………………… 33
Gambar 4.1 Grafik pengaruh konsentrasi ekstrak metanol daun
Garcinia benthami Pierre terhadap kematian
larva Artemia salina Leach……………………………………38
Gambar 4.2 Grafik regresi linier konsentrasi ekstrak metanol
daun Garcinia benthami Pierre terhadap nilai probit……..…. 41
Gambar 6.1 Keterangan determinasi tanaman.............................................. 48
Gambar 6.2 Keterangan bahan penelitian kista Artemia.............................. 49
Gambar 6.3 Destilasi pelarut metanol...........................................................50
Gambar 6.4 Botol maserasi........................................................................... 50
Gambar 6.5 Proses evaporasi dengan Rotary Evaporator............................ 50
Gambar 6.6 Ekstrak kental daun Garcinia benthami Pierre......................... 50
Gambar 6.7 Ekstrak kental 250 mg.............................................................. 50
Gambar 6.8 Larutan induk 1000 ppm........................................................... 50
Gambar 6.9 Proses penyaringan................................................................... 51
Gambar 6.10 Hasil uji BSLT......................................................................... 51
Gambar 6.11 Wadah penetasan telur Artemia salina Leach.......................... 51
Gambar 6.12 Larva Artemia salina Leach umur 48 Jam............................... 51
Gambar 6.13 Serbuk simplisia daun Garcinia benthami Pierre.................... 51
Gambar 6.14 Konsentrasi ekstrak metanol daun
Garcinia benthami Pierre……………………………………. 51

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat keterangan determinasi tanaman………………………..… 48


Lampiran 2. Keterangan bahan penelitian kista Artemia……………............... 49
Lampiran 3. Gambar bahan dan alat penelitian…………………………….…. 50
Lampiran 4. Perhitungan konsentrasi ekstrak metanol
daun Garcinia benthami Pierre……………………………….… 52
Lampiran 5. Tabel transformasi persen – probit…………………………..…. 53
Lampiran 6. Hasil analisis probit dengan SPSS 16.0 for windows................... 57
Lampiran 7. Daftar riwayat hidup………………..…………………………… 63

xii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Masyarakat Indonesia sering menggunakan tumbuhan dalam
kehidupan sehari-hari, baik untuk sumber makanan maupun pengobatan.
Tumbuhan mengandung berbagai jenis bahan kimia alami yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisional. Penggunaan obat
tradisional sebagian besar berbahan dasar alami, yaitu berasal dari daun,
kulit batang, biji, buah, atau akar tumbuhan. 1
Salah satu tumbuhan yang telah dikenal dan digunakan oleh
masyarakat Indonesia adalah genus Garcinia. Garcinia termasuk famili
Clusiaceae. Masyarakat mengenal genus ini sebagai tumbuhan keluarga
manggis yang dapat bermanfaat untuk obat tradisional dan sumber
makanan. Genus Garcinia memiliki beberapa kandungan kimia yang telah
berhasil diisolasi, yaitu senyawa xanton, benzofenon, golongan flavonoid,
dan triterpen.2 Genus Garcinia terdiri dari 500 jenis yang tersebar luas di
kawasan tropis dan didapatkan hampir di seluruh Indonesia. 3 Beberapa
spesies Garcinia tidak dimanfaatkan secara baik dan sering ditebang oleh
masyarakat sehingga dapat menimbulkan kepunahan bagi keberadaan
Garcinia di masa mendatang.2
Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan
bioflavonoid dengan berbagai macam bioaktivitas seperti antibakteri,
antioksidan, antikanker, antijamur, dan antiinflamasi.4 Berdasarkan
penelitian antioksidan ekstrak metanol daun Garcinia benthami Pierre
didapatkan nilai IC50 29,91 μg/mL sehingga tergolong antioksidan sangat
kuat.2 Namun, masih terdapat beberapa spesies dari Garcinia yang belum
diketahui potensi toksisitasnya sehingga perlu dilakukan uji toksisitas.
Salah satu spesiesnya adalah Garcinia benthami Pierre.
Penelitian uji toksisitas akut ekstrak metanol daun Garcinia
benthami Pierre menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT). Sifat pelarut yang akan digunakan dalam penelitian ini

1
2

bergantung pada polaritas. Metanol tergolong sebagai pelarut polar


sehingga dapat mengekstraksi senyawa polar.5
BSLT merupakan suatu bioassay sebagai metode awal untuk
penelitian bahan alam yang bersifat toksik. Metode ini sering digunakan
karena relatif mudah, murah, cepat, dan hasilnya dapat dipercaya.6
Metode BSLT menggunakan hewan coba berupa larva udang
Artemia salina Leach, organisme sederhana dari biota laut yang sangat
kecil dan mempunyai kepekaan yang cukup tinggi terhadap toksik. Uji
toksisitas dengan metode ini merupakan uji toksisitas akut dimana efek
toksik dari suatu senyawa ditentukan dalam waktu singkat, yaitu rentang
waktu selama 24 jam setelah pemberian larutan uji.7 Untuk mengetahui
manfaat dan potensi toksisitas dari daun Garcinia benthami Pierre yang
hampir punah maka peneliti mencoba melakukan uji toksisitas akut dari
ekstrak metanol daun Garcinia benthami Pierre dengan metode BSLT.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat
dirumuskan pertanyaan penelitian, yaitu apakah ekstrak metanol daun
Garcinia benthami Pierre memiliki potensi toksisitas akut terhadap larva
Artemia salina Leach menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT)?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui potensi toksisitas akut dari ekstrak metanol
daun Garcinia benthami Pierre terhadap larva Artemia salina
Leach menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).

1.3.2 Tujuan Khusus


a) Mengetahui persentase kematian larva Artemia salina Leach
setelah pemberian ekstrak metanol daun Garcinia benthami
Pierre.
3

b) Mengetahui nilai LC50 dari ekstrak metanol daun Garcinia


benthami Pierre terhadap larva Artemia salina Leach
menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Masyarakat
Menambah informasi tentang tumbuhan keluarga manggis yang
berpotensi sebagai tanaman obat.

1.4.2 Bagi Institusi


a) Penelitian ini dapat menambah jumlah dan jenis penelitian
yang telah dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
b) Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk
melakukan penelitian lebih lanjut bagi peneliti yang lain.

1.4.3 Bagi Peneliti


a) Penelitian ini menjadi salah satu syarat mendapatkan gelar
sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
b) Memperoleh suatu pengalaman dalam bidang penelitian
eksperimental terutama dalam bidang kesehatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Tumbuhan dalam Islam


Allah SWT menciptakan tumbuhan sebagai salah satu makhluk hidup
yang memiliki banyak manfaat. Tumbuh-tumbuhan memiliki kandungan kimia
yang dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup lainnya. Allah SWT berfirman,
yang artinya : “Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah
menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi
kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-
macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-
kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal.” (Q.S Az-Zumar : 21).
Di dalam ayat-ayat Al-Qur’an, Allah menyuruh manusia untuk
merenungkan dan memperhatikan keanekaragaman serta keindahan ciptaan-
ciptaan-Nya yang amat menakjubkan. Firman Allah dalam QS. Al-An’am: 99
yang artinya : “Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami
tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan
dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari
tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma
mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami
keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa.
Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah)
kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.” (QS Al-An’am: 99)
Allah SWT telah menganugerahkan akal dan pikiran kepada manusia.
Allah SWT memerintahkan manusia untuk berpikir mengenai salah satu kejadian
di bumi ini, yaitu proses tumbuhnya tanam-tanaman di permukaan bumi. Maka
tumbuhlah tanam-tanaman, sejak dari benih kemudian menjadi besar, berbunga

4
5

yang beraneka warna, dan berbuah. Tumbuhan bermanfaat bagi manusia maupun
binatang. Tumbuhan dapat dijadikan sebagai bahan makanan atau diolah untuk
keperluan-keperluan lain, salah satunya dapat dijadikan sebagai obat. 8

2.1.2 Keamanan Penggunaan Obat Tradisional Indonesia


Tumbuhan mengandung banyak senyawa murni yang dapat digunakan
dalam obat konvensional maupun modern. Obat dari tumbuhan digunakan sebagai
pilihan terapeutik dan sering menjadi bentuk terapi yang aman. Masyarakat harus
mengetahui tentang keamanan, efektivitas, dan penggunaan obat secara tepat. 9
Definisi obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari
tumbuhan, hewan, mineral, atau campuran dari bahan tersebut yang digunakan
untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional Indonesia atau lebih
dikenal dengan nama jamu, umumnya obat herbal, yaitu obat yang berasal dari
tumbuhan. Bagian tumbuhan yang digunakan dapat berupa akar, batang, daun,
umbi atau dapat juga seluruh bagian tumbuhan.10
Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di masyarakat dijamin
keamanannya oleh pemerintah dengan mengimplementasikannya dalam
Permenkes No.760/Menkes/Per/IX/1992 tentang obat tradisional dan
fitofarmaka.11 Fitofarmaka adalah obat dari bahan alam terutama dari alam nabati,
yang khasiatnya jelas dan terbuat dari bahan baku dan telah memenuhi
persyaratan minimal, sehingga terjamin keseragaman komponen aktif, keamanan
dan kegunaannya.10
Penelitian obat tradisional Indonesia meliputi penelitian budidaya tanaman
obat, analisis kandungan kimia, toksisitas, farmakodinamik, formulasi, dan uji
klinik. Kandungan kimia obat herbal dipengaruhi beberapa faktor yaitu letak
geografis/tempat tumbuh tanaman, iklim, cara pembudidayaan, cara dan waktu
panen, dan cara perlakuan pascapanen (pengeringan, penyimpanan).10
Apabila terdapat bukti ilmiah adanya khasiat dan keamanan penggunaan
obat tradisional pada manusia, maka obat tradisional dapat menjadi pertimbangan
untuk digunakan di pelayanan kesehatan formal/profesi dokter. Bukti tersebut
hanya dapat diperoleh berdasarkan penelitian yang dilakukan secara sistematik
dan bertahap. Tahapan penelitian dalam pengembangan obat tradisional menjadi
6
fitofarmaka adalah sebagai berikut : 10
a) Seleksi
Jenis obat tradisional/obat herbal yang diutamakan untuk diteliti adalah : 10
 berkhasiat untuk penyakit yang menduduki peringkat atas dalam angka
kejadiannya.
 berkhasiat untuk penyakit tertentu berdasarkan pengalaman
 merupakan alternatif jarang untuk penyakit tertentu, seperti kanker.
b) Uji preklinik, terdiri atas uji toksisitas dan uji farmakodinamik
Uji preklinik dilakukan secara in vitro dan in vivo pada hewan uji agar
dapat diketahui toksisitas dan efek farmakodinamiknya. Uji
farmakodinamik pada hewan uji digunakan untuk memprediksi efek pada
manusia, sedangkan uji toksisitas digunakan untuk melihat dan
mengetahui keamanannya.10
c) Standarisasi sederhana, penentuan identitas dan pembuatan sediaan
terstandar
Bentuk sediaan obat herbal dan prosedur ekstraksi dapat mempengaruhi
efek yang ditimbulkan. Ekstrak yang dihasilkan dengan jenis pelarut
tertentu dapat memiliki efek terapi yang berbeda karena zat aktif yang
terlarut berbeda.10
d) Uji klinik
Obat tradisional/obat herbal harus dibuktikan khasiat dan keamanannya
melalui uji klinik agar dapat menjadi fitofarmaka. Apabila obat
tradisional/obat herbal telah terbukti aman dan berkhasiat pada uji
preklinik, maka uji klinik pada manusia dapat dilakukan.10

2.1.3 Genus Garcinia


Genus Garcinia merupakan salah satu genus dari famili Clusiaceae. Di
Indonesia, pemanfaatan Garcinia secara umum masih kurang dilakukan. Jenis
Garcinia yang umumnya ditanam yaitu G.mangostana L. untuk diambil buahnya.
Garcinia mangostana merupakan spesies dari genus Garcinia yang banyak
terdapat di Asia Tenggara.2
7

Di daerah Sumatera Utara, salah satu jenis Garcinia yang dapat pula
diambil buahnya yaitu jenis G.atroviridis. Selain itu, G.atroviridis memiliki daya
tarik tersendiri yaitu saat tunas muda tumbuh bersama-sama dalam satu pohon
sehingga menimbulkan dua warna daun muda yang menarik yaitu hijau muda dan
merah muda. Tumbuhan Garcinia umumnya memiliki ukuran yang tidak terlalu
besar.3
Genus Garcinia memiliki struktur kayu yang keras dengan warna beragam
mulai dari kuning sampai coklat kemerahan. Habitus pohon memiliki tinggi
mencapai 25-33 m. Diameter batang pohon sekitar 60-100 cm dan mengecil ke
arah ujung. Garcinia jarang yang berupa semak dan bentuk pohon umumnya
kerucut dengan percabangan berselang-seling. Umumnya daun berwarna hijau.
Bunga betina biasanya memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan bunga
jantan dan bunga terdapat di bagian ketiak daun. Seluruh bagian pada tumbuhan
ini dapat mengeluarkan getah yang kental dan lengket berwarna putih atau
kuning.2
Berdasarkan kemotaksonomi, spesies tumbuhan dalam satu genus
memiliki aktivitas kimiawi yang sama secara kualitatif dan akan berbeda secara
kuantitatif. Perbedaan kuantitatif dari setiap senyawa dipengaruhi oleh ekosistem
tumbuhan tersebut. Bagian tertentu pada tumbuhan seperti kulit batang dan akar
juga dapat ditemukan senyawa-senyawa yang sama atau berbeda. Selain itu
afinitas kimiawi dalam satu genus memiliki hubungan kekerabatan molekul yang
dapat dilihat pada jalur biogenesis pembentukan senyawa-senyawa tersebut.12
Genus Garcinia mengandung senyawa xanton yang mempunyai aktivitas
sebagai antioksidan, antibakteri, antidiabetes, antikanker dan antiinflamasi. Pada
G. mangostana diketahui terdapat senyawa alfamangostin dan garcinone E yang
berperan untuk menghambat proliferasi sel kanker dengan mengaktivasi enzim
kaspase 3 dan 9 untuk memicu apoptosis sel kanker. Alfamangostin mampu
menghambat pertumbuhan sel kanker dengan nilai IC50 sebesar 1 µg/1µL (2.44
µM).13,14
Garcinia mangostana Linn telah diketahui menghasilkan 6 turunan xanton
yaitu senyawa alfamangostin, betamangostin, gamamangostin, mangostinone,
garcinone, garcinone E, dan 2-isoprenyl-1,7-dihydroxy-3-methoxyxanthone. Jenis
8

xanton yang paling berperan sebagai antikanker, antioksidan, dan mengaktifkan


sistem imun tubuh yaitu alfamangostin, betamangostin, dan garcinone E. 15
Beberapa senyawa xanton dari berbagai spesies Garcinia diantaranya
adalah porsaton A dari G. parvifolia; 1,4-dihidroksi-2-(3’-metilbut-2’-enil) xanton
dari G. polyanta Oliv; 1,7-dihidroksi-6’,6’-dimetilpiran-(2’,3’:6,5) xanton dari G.
nigrolineata; 1,6-dihidroksi xanton, 1,4,5-trihidroksi xanton dari G. vieillardii.
Senyawa – senyawa ini melalui penelitian bioaktivitas secara in vitro maupun in
vivo telah menunjukan aktifitas sebagai antijamur, antibakteri, antikanker,
antifungal, dan antimalaria.16
Spesies lain dari Genus Garcinia yang memiliki khasiat antikanker adalah
Garcinia griffithii T.Anders yang dikenal dengan nama kandis gajah. Ekstrak
metanol dari kulit batang tumbuhan Garcinia griffithii T. Anders dapat
menghambat pertumbuhan sel kanker payudara MCF-7. Nilai IC50 dari ekstrak
metanol sebesar 68,613 μg/mL.16
Pada umumnya tumbuhan dapat menghasilkan senyawa metabolit primer
dan metabolit sekunder. Metabolit primer yaitu protein, lemak, asam nukleat, dan
polisakarida merupakan penyusun dari makhluk hidup. Metabolit sekunder adalah
senyawa yang disintesis tumbuhan untuk mempertahankan eksistensi dalam
berinteraksi dengan ekosistem dan berperan pada kelangsungan hidup suatu
spesies. Senyawa metabolit sekunder diantaranya adalah flavonoid, benzofenon,
dan xanton.12,17
Di habitat aslinya, Garcinia dapat dijadikan pohon tropis yang memiliki
potensi sebagai tanaman hias, koleksi buah, pohon tepi jalan, reboisasi,
penghijauan, atau sumber makanan bagi satwa. Walaupun tumbuhan Garcinia
belum terlalu dibudidayakan oleh masyarakat, tetapi secara alami dapat
beradaptasi dengan baik.3

2.1.4 Tumbuhan Garcinia Benthami Pierre


Garcinia benthami Pierre dapat tumbuh di hutan dataran rendah dan
termasuk tumbuhan tahunan, masa hidupnya dapat mencapai puluhan tahun.
Warna daun tanaman ini selalu berwarna hijau. Genus Garcinia termasuk ke
9

dalam Famili Clusiaceae yang umumnya dikenal sebagai tumbuhan keluarga


manggis dan sering digunakan untuk obat tradisional atau tanaman pangan. 3

Gambar 2.1 Pohon Garcinia benthami Pierre


Sumber : Dokumentasi pribadi

Taksonomi tumbuhan Garcinia benthami Pierre memiliki klasifikasi


sebagai berikut :2
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub kelas : Archichlamydeae
Ordo : Guttiferales
Familia : Clusiaceae
Genus : Garcinia
Species : Garcinia benthami Pierre

Pada umumnya, tinggi pohon Garcinia benthami Pierre mencapai 30 m


dan pohon berbentuk kerucut dengan percabangan berselang-seling. Pohon ini
memiliki batang yang lurus dan daun berwarna hijau. Bunga jantan memiliki
benang sari dan ukuran bunga jantan lebih kecil dibandingkan bunga betina.
Bunga terdapat di ketiak daun, memiliki daun kelopak dan daun mahkota sekitar
10

4-5 helai.2 Menurut data koleksi Kebun Raya Bogor pada tahun 2000, ukuran
tumbuhan G.benthami Pierre yaitu tinggi 17 m, diameter batang 43,13 cm, dan
diameter tajuk 12 m.3
a.

b.

Gambar 2.2 Daun Garcinia benthami Pierre


Sumber : a) http://www.asianplant.net/Clusiaceae/Garcinia_benthami.htm
b) dokumentasi pribadi

Hasil isolasi dari daun Garcinia benthami Pierre yaitu ditemukan


kandungan senyawa kimia triterpen dan benzofenon. Selain itu, ekstrak n-heksan,
etil asetat, aseton, dan metanol dari daun Garcinia benthami Pierre menunjukkan
nilai IC50 berturut-turut 82222 μg/mL, 235,81 μg/mL, 34,69 μg/mL dan 29,91
μg/mL. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada ekstrak aseton dan metanol
11

terdapat aktivitas antioksidan, sedangkan ekstrak n-heksan dan etil asetat tidak
memiliki aktivitas antioksidan.2

2.1.5 Definisi Toksikologi


Definisi toksin atau racun adalah zat yang jika masuk ke dalam tubuh
dalam dosis yang cukup dan bereaksi secara kimiawi dapat menimbulkan
kematian atau kerusakan berat pada orang yang sehat. 18 Efek toksik atau
keracunan dapat berakibat fatal dan mengancam kehidupan. Adanya interaksi dari
zat kimia yang berlebihan dapat menimbulkan efek toksik. Jumlah zat kimia atau
metabolitnya di sel sasaran akan berpengaruh dalam menentukan efek toksik. 19
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering berinteraksi dengan zat
kimia disekitarnya. Zat kimia tersebut ada yang berdampak positif dan ada pula
yang berdampak negatif. Apabila terjadi interaksi dari zat kimia atau metabolitnya
yang berlebihan, maka dapat menimbulkan efek toksik. Pada beberapa spesies
atau individu yang homogen, adanya peningkatan dosis zat toksik yang diberikan
maka akan sebanding dengan peningkatan respon toksik. 20
Toksikologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari aksi berbahaya zat
kimia atas sistem biologi. Definisi ketoksikan atau toksisitas adalah kapasitas
suatu zat kimia/beracun (xenobiotics) untuk dapat menimbulkan efek toksik
tertentu pada makhluk hidup.19 Lamanya paparan zat toksik berhubungan erat
dengan efek toksik yang ditimbulkan. Taraf toksisitas dipengaruhi berbagai faktor
antara lain :20
a) Spesies uji
b) Cara racun masuk ke dalam tubuh
c) Frekuensi dan lamanya paparan
d) Konsentrasi zat pemapar
e) Bentuk, sifat kimia/fisika zat pencemar
f) Kerentanan berbagai spesies terhadap pencemar
Kehidupan manusia sangat bergantung dengan keadaan lingkungan
disekitarnya. Oleh karena itu, salah satu manfaat penentuan LC (Lethal
Concentration) yaitu agar dapat menentukan konsentrasi zat yang boleh atau
aman ada di lingkungan.20
12

Umumnya, penelitian toksikologi dibagi menjadi tiga kategori :


a) Uji toksisitas akut, dilakukan dengan memberikan zat kimia yang sedang diuji
sebanyak satu kali atau beberapa kali dalam jangka waktu 24 jam. Takaran
konsentrasi yang dianjurkan yaitu dari konsentrasi terendah yang tidak atau
hampir tidak mematikan seluruh hewan uji sampai dengan konsentrasi
tertinggi yang dapat mematikan seluruh atau hampir seluruh hewan uji. 21
b) Uji toksisitas jangka pendek, dilakukan dengan memberikan zat kimia yang
sedang diuji secara berulang-ulang. Umumnya setiap hari atau lima kali
seminggu selama jangka waktu sekitar 10% dari masa hidup hewan uji.21 Uji
ini bertujuan untuk melihat pengaruh paparan suatu zat yang berulang-ulang
dengan dosis yang tidak mematikan atau dosis yang kemungkinan akan
diberikan pada manusia.19 Uji ini terbagi menjadi dua macam :
 Uji toksisitas subakut adalah uji untuk menentukan besarnya dosis pada
penelitian toksisitas subkronik, menentukan dosis atau kadar tanpa efek,
dan lama uji 14 hari.19
 Uji toksisitas subkronik adalah uji yang menggunakan minimal 3 dosis
uji dan 1 kontrol, menggunakan 2 spesies hewan uji, dan lama uji 90
hari.19
c) Uji toksisitas jangka panjang (kronik), dilakukan dengan memberikan zat
kimia yang sedang diuji secara berulang-ulang selama masa hidup hewan uji
atau sebagian besar masa hidupnya.21
Wujud efek toksik yaitu adanya perubahan atau gangguan biokimiawi,
fungsional atau struktural suatu sel. Dapat pula kerusakan sel akibat gabungan dua
atau ketiga gangguan di atas. Terdapat dua jenis efek toksik :19
a) Ciri efek toksik reversible (terbalikan) :
 Reseptor dapat kembali seperti keadaan semula ketika jumlah zat toksik
dalam tempat kerjanya atau reseptornya telah habis.
 Efek toksik yang ditimbulkan akan cepat hilang atau kembali normal.
 Taraf toksisitas tergantung dari dosis, kecepatan absorpsi, distribusi, dan
eliminasi zat toksik.
b) Ciri efek toksik irreversible (tidak terbalikan) :
 Kerusakan yang ditimbulkan bersifat permanen.
13

 Dapat terjadi akumulasi efek toksik apabila ada paparan berikutnya yang
menimbulkan kerusakan dengan sifat sama.
 menimbulkan zat racun yang sangat sukar dieliminasi.
 paparan dengan takaran sangat kecil dalam jangka panjang akan
menimbulkan efek toksik yang sama efektifnya dengan efek pada paparan
dosis besar jangka pendek.

2.1.6 Uji Toksisitas Akut


Tujuan memahami toksikologi yaitu agar dapat menilai keamanan suatu
zat yang akan kita gunakan dalam pengobatan. Efek berbahaya yang terjadi segera
setelah terpapar suatu zat tunggal atau kombinasi zat sekali atau beberapa kali
dalam waktu yang singkat merupakan pengertian dari toksisitas akut. Makna akut
menunjukkan bahwa efek berbahaya yang terjadi segera setelah terpapar dosis
tunggal atau berulang dalam waktu 24 jam. Toksisitas atau efek berbahaya yang
ditimbulkan dapat menyebabkan gangguan fungsional, biokimiawi, atau fisiologis
(struktural).19
Pengujian yang dilakukan untuk mengukur derajat efek suatu senyawa
yang diberikan pada hewan coba tertentu dan pengamatan dilakukan pada 24 jam
pertama setelah perlakuan yang dilakukan dalam satu kesempatan saja disebut
sebagai uji toksisitas akut, yang data kuantitatifnya dapat diperoleh melalui LD50
atau LC50.22
Dosis atau konsentrasi yang diberikan sekali (tunggal) atau beberapa kali
dalam 24 jam dari suatu zat yang secara statistik diharapkan dapat mematikan 50
persen hewan coba disebut sebagai LD50 (median lethal dose) atau LC50 (median
lethal concentration).19 Perbedaan istilah untuk menyatakan toksisitas suatu zat :
a) Lethal Dose (LD)
menyatakan jumlah zat yang masuk ke dalam tubuh organisme atau hewan
coba yang menyebabkan respon berupa kematian hewan coba. Tujuannya
untuk mencari dosis aman menggunakan LD50.19
b) Lethal Concentration (LC)
menyatakan konsentrasi zat yang berada di luar tubuh organisme atau hewan
coba yang menyebabkan respon berupa kematian hewan coba. Pada
14
umumnya, semakin besar nilai LC50 maka semakin rendah toksisitasnya.
Namun sebaliknya, semakin kecil nilai LC50 maka semakin toksik senyawa
tersebut.19

2.1.7 Metode Ekstraksi Simplisia


Simplisia merupakan bahan alam yang digunakan sebagai obat dan belum
mengalami pengolahan kecuali dinyatakan berupa bahan yang telah dikeringkan.
Simplisia yang berasal dari tanaman utuh, bagian tanaman, dan eksudat tanaman
dengan tingkat kehalusan tertentu disebut simplisia nabati. 23
Proses ekstraksi merupakan suatu kegiatan untuk menarik kandungan
senyawa kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat
larut dengan menggunakan pelarut cair. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut
dapat dilakukan dengan cara dingin atau cara panas. 2
Metode ekstraksi cara dingin yaitu dalam pengerjaannya tidak ada proses
pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung, tujuannya untuk menghindari
rusaknya senyawa. Dalam melakukan ekstraksi, maka perlu diperhatikan hal-hal
berikut :5
a) Tipe ekstraksi
b) Jumlah simplisia yang akan diekstrak
c) Derajat kehalusan simplisia
Semakin halus, maka luas kontak permukaan akan semakin besar sehingga
mengoptimalkan proses ekstraksi.
d) Jenis, konsentrasi, dan polaritas pelarut
Senyawa yang memiliki kepolaran yang sama akan lebih mudah tertarik
atau larut dengan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang sama.

Pada ekstraksi terjadi pemisahan suatu zat dari suatu padatan atau cairan
dengan bantuan pelarut yang didasarkan karena adanya perbedaan kelarutan.
Ekstrak dapat berupa ekstrak kental, padat atau cair dengan cara menyaring
simplisia. Prosedur umum untuk mendapatkan kandungan senyawa organik dari
jaringan tumbuhan kering (galih, biji kering, akar, daun) yaitu dengan
mengekstraksi serbuk bahan.24
15

Ada dua cara metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut :


1. Cara dingin
a. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan cara perendaman
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada temperatur
kamar dan terlindung dari cahaya. Metode ini paling sesuai digunakan
untuk simplisia dengan zat khasiat yang tahan pemanasan atau tidak tahan
pemanasan.5
b. Perkolasi
Perkolasi adalah proses ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
terjadi pengekstrakan sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya
dilakukan pada temperatur kamar. Metode ini dengan cara melewatkan
pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu perkolator.2
Proses perkolasi :
 Pengembangan bahan
 Tahap maserasi antara
 Tahap perkolasi sebenarnya (penetesan atau penampungan ekstrak)
Pelarut yang digunakan tidak mudah menguap dan dapat melarutkan
senyawa kimia dalam simplisia dengan baik. Dalam teknik ini, dibutuhkan
jumlah pelarut yang lebih banyak.23
2. Cara panas
a. Refluks
Refluks adalah proses ekstraksi dengan menggunakan alat pada
temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang
relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Metode ini digunakan
untuk mengektraksi bahan-bahan yang tahan terhadap pemanasan dan
bahan yang memiliki tekstur kasar.2
b. Digesti
Digesti adalah proses pengekstrakan dengan pengadukan terus-menerus
atau disebut maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur lebih tinggi daripada temperatur ruangan, yaitu umumnya
pada temperatur 40-50°C.2
16

c. Soxhlet
Soxhlet yaitu proses ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru dan
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ektraksi terus-menerus
dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dan adanya pendingin balik.2
c. Infudasi
Infudasi adalah proses ekstraksi yang umum digunakan untuk
mengekstraksi zat kandungan aktif yang larut dalam air. Infus adalah
sediaan cair yang dibuat dengan mengekstrak simplisia dengan air pada
suhu 900C selama 15 menit.23
d. Dekoktasi
Dekoktasi adalah metode infudasi dengan waktu yang lebih lama (≥ 300C)
dan temperatur sampai mencapai titik didih air.2

Penentuan zat aktif dari bahan tanaman sebagian besar tergantung pada
jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi. Pelarut yang digunakan
umumnya dibedakan berdasarkan tingkat kepolaran sehingga dapat diketahui sifat
kepolaran dari senyawa yang terkandung.5
Pelarut n-heksana digunakan untuk menarik lemak dan senyawa non polar.
Senyawa non polar akan larut dalam pelarut yang non polar. Pelarut etil asetat
untuk menarik senyawa bersifat semi polar. Pelarut metanol untuk menarik
senyawa polar. Senyawa polar akan larut dalam pelarut bersifat polar.2 Komponen
zat aktif tumbuhan yang dapat diekstraksi dengan pelarut metanol diantaranya
terpenoid, saponin, tanin, flavones, phenones, dan polyphenols.5
Dilakukan pengukuran berat masing-masing ekstrak yang diperoleh dari
hasil maserasi bertingkat. Persentase rendemen ekstrak dapat dihitung dengan
rumus:2
Rendemen (%) = Berat ekstrak (gram) x 100%
Berat simplisia awal (gram)

Metode maserasi memiliki keuntungan karena pengerjaannya mudah dan


sederhana. Dengan menggunakan metode maserasi, maka terjadi pemisahan
komponen aktif dalam bahan yang memiliki kelarutan yang sama dengan pelarut
yang digunakan. Sifat pelarut yang akan digunakan bergantung pada polaritas,
17
stabil secara fisika dan kimia, toksisitas, kemudahan menguap, reaktivitas,
ketersediaan, dan harga.23
Metanol adalah bentuk alkohol paling sederhana dengan rumus kimia yaitu
CH3OH dan dikenal dengan nama lain metil alkohol, metal hidrat, metil karbinol,
atau spiritus. Pada keadaan atmosfer, metanol berbentuk cairan yang ringan,
mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar dan berbau yang khas (berbau
lebih ringan daripada etanol). Metanol biasanya dimanfaatkan sebagai bahan
pendingin anti beku, pelarut, dan bahan bakar.25
Sifat Fisik dan Kimia Metanol
Massa molar : 32,04 gram/mol
Wujud : Cairan tidak berwarna
Specific gravity : 0,7918
Titik leleh : -970C, -142,90F, 176 K
Titik didih : 64,70C, 148,40F, 337,8 K
Kelarutan dalam air : Sangat larut
Keasaman (pKa) : ~15,5

Gambar 2.3 Sifat – sifat fisika dan kimia metanol


Sumber : Perry RH, Green DW. Perry’s chemical engineering handbook. 6th ed.
New York : McGraw Hill Book Company, Inc;1984.

Di dalam tubuh, metanol akan dimetabolisme di hati oleh enzim Alkohol


Dehidrogenase (DHA) menjadi formaldehide dan selanjutnya oleh enzim
Formaldehide dehidrogenase ( FDH ) diubah menjadi asam format. Kedua hasil
metabolisme tersebut merupakan zat beracun bagi tubuh terutama asam format.26
Adanya korelasi antara konsentrasi asam format dalam cairan tubuh
dengan terjadinya keracunan metanol. Berat ringannya gejala akibat keracunan
metanol tergantung dari jumlah kadar metanol yang tertelan. Dosis toksik
minimum (kadar keracunan minimal) metanol sekitar 100 mg/kg dan dosis fatal
keracunan metanol diperkirakan 20 – 240 mL (20 – 150 g).27
Alkohol Formaldehide tetrahidrofolate-
dehidrogenase dehidrogenase dependent pathway
CH3-OH O=CH2 O=CH-OH CO2+H2O
Metanol Formaldehide Formate
Gambar 2.4 Metabolisme metanol
Sumber : Barile FA.Clinical toxicology: principles and mechanisms.Florida:CRC Press LLC;2004.
18

2.1.8 Larva Udang Artemia salina Leach


Artemia salina Leach merupakan hewan uji brine shrimp (udang laut),
sejenis udang-udangan primitif dan hidup sebagai zooplankton. Artemia pada
tahun 1778 diberi nama cancer salinus yang kemudian diubah namanya oleh
Leach pada tahun 1819 menjadi Artemia salina. Hewan ini diperdagangkan dalam
bentuk telur istirahat yang disebut kista, berbentuk bulat kecil berwarna kelabu
kecoklatan dengan diameter 200-300 µm.23 Kista Artemia dapat diperoleh dari
San Francisco Bay (California, USA), Great Salt Lake (Utah, USA), Tsingtao
(China) atau Burgas-Pomorije (Bulgaria).28

Klasifikasi & Morfologi Artemia salina Leach29


Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Crustaceae
Subclassis : Branchiopoda
Ordo : Anostraca
Famili : Artemiidae
Genus : Artemia
Species : Artemia salina Leach

Siklus hidup udang (Artemia salina) secara umum dapat dilihat dalam
tiga fase yaitu bentuk telur, larva (nauplii) dan artemia dewasa. Telur berbentuk
bulat dengan ukuran 0,2-0,3 mm. Selanjutnya telur akan menetas menjadi larva.
Telur yang baru menetas ini berukuran kurang lebih 300 µ. Sebelum berubah
menjadi artemia dewasa, larva mengalami 15 kali perubahan bentuk dalam satu
tingkatan hidup. Waktu yang dibutuhkan hingga menjadi artemia dewasa
umumnya sekitar 2 minggu. Pada fase artemia dewasa, berbentuk silinder dengan
panjang 12-15 mm dan tubuh terbagi atas bagian kepala, dada dan perut. Hewan
ini dapat bertahan hidup dalam air dengan suhu 25o-30oC, perairan yang berkadar
garam tinggi (antara 15-30 permil), oksigen terlarut sekitar 3 mg/L,dan pH sekitar
8-9.29
19

Gambar 2.5 Siklus hidup Artemia salina Leach


Sumber : Mudjiman, A. Udang renik air asin. Jakarta : Bhrata Karya
Aksara;1995.

Tahapan penetasan Artemia yaitu tahap hidrasi, tahap pecah cangkang, dan
tahap payung atau pengeluaran. Tahap hidrasi terjadi penyerapan air sehingga
kista dalam bentuk kering akan menjadi bulat dan aktif bermetabolisme. Tahap
pecah cangkang dan kemudian tahap pengeluaran yang terjadi beberapa saat
sebelum nauplii keluar dari cangkang. Artemia yang baru menetas disebut nauplii,
berwarna orange dan berbentuk bulat lonjong. 23

Gambar 2.6 Tahap penetasan telur Artemia


Sumber :Baraja M. Uji toksisitas ekstrak daun Ficus elastica Nois ex Blume terhadap larva
Artemia salina Leach dan profil kromatografi lapis tipis. [Skripsi]. Surakarta : Universitas
Muhammadiyah Surakarta;2008.
20

Di dalam air laut yang bersuhu 25 oC, telur-telur yang kering direndam dan
akan menetas dalam waktu 24-36 jam. Setelah telur menetas, maka menjadi larva
yang juga disebut dengan istilah nauplius. Larva akan mengalami 15 kali
perubahan bentuk (metamorfosis). Larva tingkat I dinamakan instar, tingkat II
instar II, tingkat III Instar III, demikian seterusnya sampai Instar XV. Setelah itu,
baru berubah menjadi artemia dewasa.29

Gambar 2.7. Larva Artemia salina Leach setelah menetas A) 24 jam, B) 48


jam, C) 72 jam.
Sumber : Biological Research Articles “Chronic toxicity bioassay with populations of the
crustacean Artemia salina exposed to the organophosphate diazinon”. Laboratory of
Biology of Reproduction, School of Medicine, University of Chile, Santiago.

Larva yang baru saja menetas atau tingkat instar I, berbentuk bulat lonjong
dengan panjang sekitar 400 mikron (0,4 mm) dan beratnya 15 mikrogram.
Nauplius instar II panjangnya sekitar 0,6 mm, sedangkan nauplius instar III sudah
sepanjang 0,7 mm. Warna tubuhnya kemerah-merahan karena masih banyak
mengandung makanan cadangan sehingga belum perlu makanan. Anggota
badannya terdiri dari antenula atau antena I dan sepasang antena II. Dibagian
depan diantara kedua antena I terdapat bintik merah yang merupakan mata larva
(oselus). 29

Gambar 2.8 Bagian tubuh larva Artemia salina Leach


Sumber :http://www.ecotao.co.za/html/artemia.html
21

Pada pangkal antena II terdapat bentuk seperti duri yang menghadap ke


belakang dan dinamakan gnotobasen seta, merupakan ciri khusus untuk
membedakan larva instar I, instar II dan instar III. Pada larva instar I, gnotobasen
setanya masih belum berbulu dan juga belum bercabang. Sekitar 24 jam setelah
menetas, larva akan berubah menjadi instar II dimana gnotobasen setanya sudah
berbulu tetapi masih belum bercabang. Sedangkan pada instar III, gnotobasen
setanya sudah berbulu dan bercabang.29

Gambar 2.9 Karakteristik morfologi larva Artemia tingkat instar I, II, dan III
Sumber : Panjaitan RB. Uji toksisitas akut ekstrak kulit batang pulasari (Alyxiae cortex)
dengan metode brine shrimp lethality test. [Skripsi]. Yogyakarta : Universitas Sanata
Dharma; 2011.

Pada tingkatan instar II, larva mulai mempunyai mulut dan saluran
pencernaan sehingga mereka mulai mencari makan untuk memenuhi cadangan
makanan yang mulai berkurang. Pengumpulan makanan dilakukan dengan cara
menggerakkan antena II-nya. Selain itu, antena II juga berfungsi untuk pergerakan
larva. Tubuh instar III lebih panjang dibandingkan instar I dan instar II.29
Pada tingkatan instar selanjutnya, mulai terbentuk sepasang mata majemuk.
Selain itu, dibagian samping tubuhnya (kanan dan kiri) juga mulai tumbuh tunas
kakinya yang disebut torakopada. Awalnya tumbuh dibagian depan kemudian
diikuti oleh bagian-bagian yang lebih ke belakang. Setelah menjadi instar XV,
sudah memiliki kaki lengkap sebanyak 11 pasang sehingga berakhirlah fase larva
dan berubah menjadi artemia dewasa.29
Artemia sering digunakan sebagai hewan uji untuk skrining aktivitas
antikanker di National Cancer Institute (NCI), Amerika Serikat. Artemia salina
22
Leach digunakan dalam metode BSLT karena memiliki kesamaan
tanggapan/respon dengan mamalia, misalnya DNA-dependent RNA polymerase
serupa dengan yang terdapat pada mamalia dan organisme yang memiliki
ouabaine sensitive Na+ dan K+ dependent ATPase. Jika RNA polimerase
dihambat, maka DNA tidak dapat mensintesis RNA dan RNA tidak dapat
terbentuk sehingga sintesis protein juga dihambat. Protein merupakan komponen
utama sel yang berfungsi sebagai unsur struktural, hormon, imunoglobulin dan
berperan dalam transport oksigen. Jika protein tidak terbentuk maka metabolisme
sel terganggu dan pada akhirnya dapat menyebabkan kematian sel. Apabila suatu
senyawa menganggu kerja sistem pada Artemia dan menyebabkan kematian
Artemia, maka senyawa tersebut bersifat toksik dan dapat mematikan sel
mamalia.29 Artemia memiliki respon stress yang sama dengan manusia, yaitu
respon perilaku dan fisiologis terhadap stressor lingkungan. 30

2.1.9 Metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)


BSLT merupakan salah satu metode skrining untuk menentukan toksisitas
suatu senyawa dan sering digunakan sebagai bioassay dalam mengisolasi senyawa
toksik dari ekstrak tumbuhan.23
Penentuan toksisitas senyawa atau ekstrak secara akut dengan
menggunakan hewan coba larva udang (Artemia salina Leach) merupakan uji
pendahuluan/praskrining aktivitas biologis yang sederhana. Metode BSLT ini
dapat digunakan sebagai uji praskrining pada penelitian senyawa-senyawa yang
mengarah pada uji aktivitas sitotoksik. Bila suatu senyawa bahan alam
memberikan efek toksik pada LC50 dengan konsentrasi lebih dari 1000 ppm maka
termasuk ke dalam kategori senyawa tidak toksik. Sedangkan apabila LC50 dengan
konsentrasi kurang dari 1000 ppm maka termasuk kategori senyawa toksik.31
Tabel 2.1 Kategori toksisitas berdasarkan nilai LC50
Kategori LC50 (μg/ml)
Sangat toksik < 30
Toksik 30-1000
Tidak toksik >1000
Sumber : Batubara I, Sudirman S, Ramadhan W, Oktavia Y, Tirta F.P. Kandungan kimia, senyawa
aktif, dan toksisitas dari Eucheuma Cottonii, Caulerpa sp. dan Solen sp. Departemen Kimia
FMIPA IPB.
23

Tolok ukur atau parameter yang digunakan untuk menunjukkan adanya


aktivitas biologi suatu senyawa pada Artemia salina Leach yaitu dengan
menghitung jumlah kematian larva udang akibat pengaruh pemberian senyawa
dengan konsentrasi yang telah ditetapkan. Hasil uji dikatakan efektif terhadap
larva Artemia salina Leach apabila ekstrak yang diujikan menyebabkan 50%
kematian pada konsentrasi kurang dari 1000 ppm. 32
Beberapa kelebihan dari uji toksisitas dengan BSLT diantaranya :11
a) metode penapisan farmakologi awal yang mudah, cepat, dan relatif tidak
mahal.
b) metode yang telah teruji hasilnya dengan tingkat kepercayaan 95% untuk
mengamati toksisitas suatu senyawa di dalam ekstrak kasar tumbuhan.
c) sering digunakan dalam tahap awal isolasi senyawa toksik yang
terkandung dalam suatu ekstrak.
d) metode ini sering dihubungkan sebagai metode penapisan untuk pencarian
senyawa antikanker dari tumbuhan.

BSLT sebagai suatu bioassay yang pertama untuk penelitian bahan alam.
Apabila didapatkan hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tanaman
mempunyai potensi toksik, maka dapat dilanjutkan penelitian untuk mengisolasi
senyawa yang bersifat sitotoksik sebagai upaya mengembangkan obat alternatif
antikanker. Namun sebaliknya, apabila hasilnya menunjukkan tidak mempunyai
potensi toksik, maka dapat dilanjutkan penelitian mengenai manfaat dan khasiat
lain dari ektrak tanaman tersebut.33

2.1.10 Metode Penentuan Nilai LD50 atau LC50


Terdapat beberapa cara untuk menentukan nilai LD50 atau LC50,
diantaranya metode Weil, cara Farmakope III, dan metode probit. 19
a) metode Weil, menggunakan rumus : Log m = Log D + d (f +1)
keterangan : 19
m = nilai LD50
D = dosis terkecil yang digunakan
d = log dari kelipatan dosis
24

f = suatu nilai dalam tabel Weil


b) cara Farmakope Indonesia III (FI III), menggunakan rumus :19
m = a-b (∑pi-0,5)
keterangan :
m = log LD50
a = logaritma dosis terendah yang masih menyebabkan jumlah kematian 100%
tiap kelompok
b = beda log dosis yang berurutan
pi = jumlah hewan mati menerima dosis i dibagi jumlah hewan seluruhnya
yang menerima dosis i
syarat uji FI III :
 Seri dosis atau konsentrasi yang digunakan berkelipatan tetap
 hewan coba atau biakan jaringan pada tiap kelompok harus berjumlah
sama
 pengaturan dosis agar menghasilkan respon dari 0-100% dan hitungan
dapat dibatasi pada rentang tersebut.

c) Metode Probit
Analisis probit merupakan jenis regresi yang digunakan untuk menganalisis
variabel respon binomial. Analisis probit merupakan metode statistik dalam
memahami hubungan dosis-respon dan membandingkan hubungan antara variabel
respon atau variabel dependen terhadap variabel independen. Analisis ini
umumnya digunakan dalam toksikologi untuk menentukan toksisitas relatif dari
bahan kimia untuk organisme hidup dengan menguji respon organisme pada
berbagai konsentrasi masing-masing bahan kimia. 34
Nilai LC50 atau LD50 adalah hasil yang paling sering digunakan pada
percobaan dosis-respon. Syarat menghitung nilai LD50 atau LC50 menggunakan
metode probit : 19
 adanya tabel probit
 menentukan nilai probit dari % kematian tiap kelompok hewan uji
 menentukan log dosis tiap-tiap kelompok
25
 menentukan persamaan garis lurus hubungan antara nilai probit dengan log
dosis, Y=mX+b
 memasukkan nilai 5 (probit dari 50% kematian hewan coba) pada
persamaan garis lurus pada nilai Y. Nilai LD50 atau LC50 dihitung dari
nilai anti log X pada saat Y=5.
Regresi adalah pengukur hubungan dua variabel atau lebih yang
dinyatakan dalam bentuk hubungan atau fungsi. Untuk menentukan bentuk
hubungan (regresi) diperlukan pemisahan yang tegas antara variabel bebas yang
biasanya diberi simbol X dan variabel tak bebas dengan simbol Y. Kedua variabel
biasanya bersifat kausal atau memiliki hubungan sebab akibat yaitu saling
berpengaruh.35
m dan b merupakan konstanta atau koefisien regresi linier sederhana atau
parameter garis regresi linier sederhana. b disebut intercept coefficient atau
intersep yaitu jarak titik asal atau titik acuan dengan titik potong garis regresi
dengan sumbu Y, sedangkan m disebut slope coefficient atau slup yang
menunjukkan kemiringan atau kecondongan garis regresi terhadap sumbu X
sebagai tangen sudut yang dibuat oleh garis regresi dengan sumbu X. Dari
persamaan garis regresi, dalam hubungan tersebut terdapat satu variable bebas X
dan satu variabel tak bebas Y.35

2.2 Kerangka Konsep

ekstrak metanol daun Garcinia benthami Pierre

mengandung senyawa kimia yang berpotensi


memiliki bioaktivitas

uji toksisitas akut

metode BSLT dengan hewan coba larva Artemia salina Leach

Kematian larva Artemia salina Leach

Nilai LC50
26

2.3 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara ukur Alat Skala Hasil ukur


ukur ukur
1. Konsentrasi Konsentrasi V1M1=V2M2 - Numerik 1000 ppm
ekstrak ekstrak dalam 500 ppm
metanol daun ppm (1 200 ppm
Garcinia μg/mL) 100 ppm
benthami 50 ppm
Pierre
2. Persentase Hasil perkalian Jumlah larva mati - Numerik Jumlah
mortalitas rasio dengan dibagi jumlah larva persentase
larva Artemia 100%, yaitu awal dikali 100% kematian
salina Leach larva yang larva
mati dibagi
jumlah larva
awal dikali
100% untuk
tiap replikasi.
3. LC50 Konsentrasi Ditentukan dari - Kategorik LC50 kurang
yang diberikan persamaan garis dari 1000
sekali lurus y=mX+b ppm maka
(tunggal) atau dengan senyawa
beberapa kali memasukkan nilai 5 toksik.
dalam 24 jam (probit dari 50 % LC50 lebih
dari suatu zat kematian hewan dari 1000
yang secara coba) sebagai y ppm maka
statistik sehingga dihasilkan senyawa
diharapkan x sebagai nilai log tidak toksik.
dapat konsentrasi dan
mematikan antilog x sebagai
50% hewan LC50
coba.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan post test
only control group design untuk menguji toksisitas dari ekstrak metanol
daun Garcinia benthami Pierre terhadap larva Artemia salina Leach
menggunakan metode BSLT.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2013 sampai bulan
Agustus 2013 di Laboratorium Farmasi dan Laboratorium Biologi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah larva Artemia salina Leach.
3.3.2 Sampel
3.3.2.1. Kriteria inklusi
Larva Artemia salina Leach berumur 48 jam sebagai hewan uji.
3.3.2.2. Kriteria eksklusi
Larva Artemia salina Leach yang tidak menunjukkan aktivitas
pergerakan sebelum perlakuan.
3.3.2.3. Besar sampel
Jumlah larva Artemia salina Leach yang digunakan adalah 10 ekor
larva untuk tiap konsentrasi ekstrak. Pada penelitian ini terdapat
lima konsentrasi dan satu kontrol negatif. Kemudian dilakukan
replikasi tiga kali (triplo) untuk tiap konsentrasi dan kontrol negatif.
Jadi, jumlah sampel total yang diperlukan adalah 180 ekor larva
Artemia salina Leach setiap kali perlakuan.

27
28
3.3.2.4. Cara pengambilan sampel
Sampel diambil secara purposive random sampling. Larva Artemia
salina Leach dengan jenis dan cara penyediaan yang sama
sehingga mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi
sebagai sampel. Hal ini karena anggota populasi telah bersifat
homogen.36

3.4 Determinasi Tanaman


Identifikasi atau determinasi dilakukan di Herbarium Bogoriense,
Balai Penelitian dan Pengembangan Botani Pusat Penelitian dan
Pengembangan Biologi, LIPI Bogor. Dengan melakukan determinasi,
maka dapat menetapkan kebenaran yang berkaitan dengan struktur dan
morfologi secara makroskopis tanaman daun Garcinia benthami Pierre
terhadap kepustakaan.

3.5 Bahan yang Diuji


6 kg daun basah Garcinia benthami Pierre yang diperoleh dari
Kebun Raya Bogor. Penyiapan bahan ini dilakukan dengan memisahkan
daun dari tangkainya dan membersihkan daun dari sisa-sisa tanah dan
kotoran kemudian dicuci dengan air yang bersih dan mengalir. Kemudian
daun dikeringkan di Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik
(Balitro),Bogor. Daun yang telah kering, dihaluskan dengan menggunakan
blender sampai berbentuk serbuk halus. Didapatkan 1 kg serbuk halus
simplisia kering daun Garcinia benthami Pierre yang akan digunakan
untuk membuat ekstrak.

3.6 Alat dan Bahan Penelitian


3.6.1 Alat Penelitian
1. Rotary evaporator
2. Batang pengaduk
3. Corong
4. Gelas ukur 10 mL
29

5. Mikropipet
6. Neraca analitik
7. Pipet tetes
8. Tabung reaksi
9. Seperangkat alat penetasan telur (wadah plastik dan
sterofoam)
10. Cawan penguap
11. Labu ukur
12. Bejana kaca maserasi
13. Lup
14. Cawan petri
15. Kaca arloji

3.6.2 Bahan Penelitian


1. Air laut
2. Akuades
3. Aluminium foil
4. serbuk kering daun Garcinia benthami Pierre
5. Kertas saring
6. Pelarut metanol
7. Telur udang Artemia salina Leach yang diperoleh dari LIPI,
Bogor

3.7 Cara Kerja Penelitian


3.7.1 Ekstraksi Daun Garcinia benthami Pierre dengan Maserasi
Metode ekstraksi dilakukan secara maserasi. Simplisia daun yang
sudah berbentuk serbuk kering dan halus sebanyak 1000 gram dimasukkan
ke dalam bejana kaca maserasi. Sampel yang telah ditimbang lalu
direndam dengan n-heksana dan dimaserasi. Kemudian hasil rendaman
disaring untuk memisahkan filtrat dan ampasnya. Perendaman dilakukan
sampai filtrat mendekati bening. Filtrat dipekatkan dengan rotary
evaporator sehingga didapatkan ekstrak n-heksana. Kemudian ampas
30

diangin-anginkan agar terbebas dari pelarut n-heksana. Ampas kering


direndam dengan etil asetat. Melakukan penyaringan kembali dan filtrat
dipekatkan dengan rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak etil
asetat.37
Ampas hasil rendaman etil asetat, diangin-anginkan kembali agar
pelarut etil asetat menguap. Setelah ampas kering, lalu dituang ke bejana
dan direndam dengan 6 liter pelarut metanol yang telah di destilasi.
Maserasi dilakukan selama 5 hari dan terlindung dari cahaya. Dilakukan
pengadukan beberapa kali sehari agar pelarut masuk ke seluruh permukaan
serbuk simplisia dan meratakan konsentrasi larutan. Setelah 5 hari, maka
dilakukan penyaringan dan diambil filtratnya. Selanjutnya filtrat
dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 450C hingga didapatkan
ekstrak kental metanol daun Garcinia benthami Pierre. Filtrat dituang
dalam cawan penguap, kemudian diuapkan di dalam lemari asam. Hasil
akhir didapatkan ekstrak kental metanol daun Garcinia benthami Pierre
sebanyak 15,5 gram.

6 kg daun basah Garcinia benthami Pierre

dibersihkan dan dikeringkan

dihaluskan dengan blender dan disaring

1 kg serbuk kering daun Garcinia benthami Pierre

maserasi dengan pelarut n-heksana,


disaring dan dievaporasi

ekstrak n-heksana ampas

maserasi dengan pelarut etil


asetat, disaring dan dievaporasi

ekstrak etil asetat ampas

maserasi dengan pelarut metanol,


keterangan bagan : disaring dan dievaporasi
: dikerjakan oleh peneliti
: dikerjakan oleh rekan peneliti ekstrak metanol ampas

uji toksisitas akut


dengan metode BSLT
Gambar 3.1 Bagan Alur Ekstraksi Daun Garcinia benthami Pierre
31

3.7.2 Penetasan Larva Udang


Wadah plastik disiapkan untuk penetasan telur udang. Wadah
dibagi menjadi dua bagian, yaitu ruang terang dan ruang gelap. Kedua
bagian tersebut dibatasi dengan sterofoam yang pada tepi bawahnya telah
dilubangi sebagai tempat keluarnya telur yang telah menetas.
Memasukkan 1 liter air laut ke dalam wadah hingga kedua lubang
pada sterofoam terendam. Salah satu ruang dalam wadah tersebut diberi
penerangan dengan cahaya lampu pijar/neon untuk menghangatkan suhu
dalam penetasan dan merangsang proses penetasan. Untuk penerangan,
lampu dinyalakan selama 48 jam untuk menetaskan telur. Untuk ruangan
yang satunya, diisi 1 gram telur udang di bagian gelap tanpa penyinaran
ditutup dengan aluminium foil dan lakban hitam. Setelah 48 jam, telur
akan menetas menjadi larva dan akan bergerak secara alamiah menuju
ruang terang. Larva yang sehat bersifat fototropik dan dapat dijadikan
hewan uji pada metode BSLT.38 Pada proses penetasan dilakukan dalam
kondisi yang sama yaitu air laut yang digunakan dengan pH sekitar 8-9
dan penerangan cahaya lampu yang sesuai untuk penetasan telur.

3.7.3 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak yang Akan Diuji


Melakukan trial atau orientasi dengan uji coba untuk mendapatkan
konsentrasi ekstrak yang efektif membunuh larva Artemia salina Leach,
yaitu dengan menggunakan konsentrasi desimal, yaitu 1%, 0,5%, 0,2%,
0,1%, dan 0,05%. Konsentrasi ekstrak yang digunakan yaitu 1000 ppm,
500 ppm, 200 ppm, 100 ppm, dan 50 ppm. 33
Ekstrak kental metanol daun Garcinia benthami Pierre ditimbang
menggunakan neraca analitik hingga mencapai berat 250 mg. Melarutkan
250 mg ekstrak dengan akuades secukupnya. Setelah larut, kemudian
dituangkan ke dalam labu ukur 250 mL dan menambahkan akuades hingga
batas yang tertera di labu ukur. Larutan uji dihomogenkan dengan cara
membolak-balik labu ukur. Larutan uji yang didapatkan yaitu larutan
induk dengan konsentrasi 1000 ppm. Selanjutnya membuat larutan uji
32

dengan konsentrasi 500 ppm, 200 ppm, 100 ppm, dan 50 ppm dengan
menggunakan rumus pengenceran:
V1M1=V2M2
keterangan :
V1 = volume awal
M1 = konsentrasi awal
V2 = volume akhir
M2 = konsentrasi akhir

3.7.4 Prosedur Uji Toksisitas dengan Metode BSLT.


5 buah tabung reaksi disiapkan sebagai media uji. Menuangkan 5
mL air laut ke dalam masing-masing tabung reaksi. Memindahkan
sebagian larva Artemia salina Leach berumur 48 jam ke dalam cawan petri
untuk memudahkan pengambilan larva. Pada masing-masing tabung reaksi,
dituangkan 10 larva udang menggunakan pipet tetes. Untuk memudahkan
pengamatan, maka digunakan lup. Setelah itu, meneteskan 1 mL ekstrak
pada tabung reaksi menggunakan mikropipet. Kemudian, menambahkan
air laut sehingga volume dalam masing-masing tabung reaksi menjadi 10
mL.
Tabel 3.1 Data Konsentrasi Ekstrak pada Tabung Reaksi
Tabung Tabung reaksi II Tabung reaksi Tabung reaksi Tabung reaksi V
reaksi I III IV
10 larva 10 larva udang + 10 larva udang + 10 larva udang + 10 larva udang +
udang + 1 1 mL konsentrasi 1 mL konsentrasi 1 mL konsentrasi 1 mL konsentrasi
mL ekstrak 500 ppm + ekstrak 200 ppm + ekstrak 100 ppm + ekstrak 50 ppm +
konsentrasi 9 mL air laut 9 mL air laut 9 mL air laut 9 mL air laut
ekstrak
1000 ppm
+ 9 mL air
laut

Masing-masing tabung reaksi ditutup atasnya dengan alumunium


foil yang sedikit dilubangi untuk aliran udara. Dilakukan 3 kali
pengulangan (triplo) pada setiap konsentrasi. Dilakukan pengadukan agar
33

larutan menjadi homogen. Menyiapkan kontrol negatif, yaitu tabung reaksi


yang berisi air laut dan 10 larva udang tanpa penambahan larutan ekstrak.
Setelah itu, larutan dibiarkan selama 24 jam. Setelah 24 jam, kemudian
dihitung jumlah larva yang masih hidup pada masing-masing tabung
reaksi. Kriteria standar untuk mengukur kematian larva udang yaitu
apabila larva udang tidak menunjukkan pergerakan selama beberapa detik
pengamatan. Perhitungan larva secara manual yaitu dengan mengamati
larva di dalam tabung reaksi dengan bantuan lup, kemudian diamati dalam
kaca arloji dengan bantuan cahaya. Jumlah larva yang mati dihitung
dengan mengurangkan jumlah total larva pada tiap konsentrasi dengan
jumlah larva yang masih hidup.33,39

3.8 Alur Penelitian


1 gram telur Artemia salina Leach

Penetasan telur Artemia salina Leach

Larva Artemia salina Leach berumur 48 jam

Larva Artemia salina Leach dengan jenis dan cara penyediaan yang sama
dan telah bersifat homogen

Pengambilan larva secara random

kontrol (-) : 10 larva+10 mL air laut


tabung reaksi I : 10 larva+1 mL konsentrasi ekstrak 1000 ppm+9 mL air laut
tabung reaksi II : 10 larva+1 mL konsentrasi ekstrak 500 ppm+9 mL air laut
tabung reaksi III : 10 larva+1 mL konsentrasi ekstrak 200 ppm+9 mL air laut
tabung reaksi IV : 10 larva+1 mL konsentrasi ekstrak 100 ppm+9 mL air laut
tabung reaksi V : 10 larva+1 mL konsentrasi ekstrak 50 ppm+9 mL air laut

volume akhir pada masing-masing tabung reaksi adalah 10 mL

dilakukan replikasi 3 kali pada tiap konsentrasi

24 jam setelah pemberian ekstrak, dilakukan perhitungan


jumlah larva yang masih hidup

diketahui jumlah larva yang mati

menghitung persentase kematian larva pada tiap konsentrasi

menentukan nilai LC50 dengan metode probit

Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian


34

3.9 Pengolahan dan Analisis Data


Melakukan pengamatan dengan menghitung persentase kematian
(mortalitas) larva Artemia salina Leach pada tiap konsentrasi. Persen
kematian diperoleh dari hasil perkalian rasio dengan 100%, yaitu larva
yang mati dibagi jumlah larva awal dikali 100% untuk tiap konsentrasi.
Setelah itu, dibandingkan dengan kontrol negatif dan dilakukan analisis
hasil sehingga didapatkan nilai LC50. Dengan menggunakan metode
analisis probit manual, maka dapat mengetahui nilai probit dengan
mengkonversi nilai persen kematian larva pada tiap konsentrasi ke nilai
probit dalam tabel probit.37
Persentase kematian = Jumlah larva mati x 100%
Jumlah larva total awal

Setelah mendapatkan persen kematian, lalu mencari nilai probit


dari tiap kelompok hewan uji melalui tabel probit. Kemudian menentukan
log konsentrasi dan dibuat grafik dengan persamaan garis lurus hubungan
antara nilai probit dengan log konsentrasi dengan rumus y = mX+b.
Keterangan : y adalah angka probit dan x adalah log konsentrasi.
Nilai slope (m) dihitung dengan rumus :
∑(X)∑(Y) - n∑(XY)
(∑(X))2 - n∑(X2)

Nilai Intersep (b) dihitung dengan rumus :


∑(X)∑(XY) -∑(X2)∑(Y)
(∑(X))2 - n∑(X2)

Metode analisis dapat pula menggunakan Microsoft Office Excel


dengan membuat grafik persamaan garis lurus hubungan antara nilai probit
dengan log konsentrasi. Nilai LC50 dapat dihitung dari persamaan garis
lurus tersebut dengan memasukkan nilai 5 (probit dari 50 % kematian
hewan uji) sebagai y sehingga dihasilkan x sebagai nilai log konsentrasi.
Antilog nilai x tersebut merupakan nilai LC50.19 LC50 juga dapat
ditentukan dengan analisis probit menggunakan SPSS 16.0 for windows.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Ekstraksi Daun Garcinia benthami Pierre


Penelitian ini menggunakan daun Garcinia benthami Pierre. Determinasi
tanaman bertujuan untuk memastikan identitas tanaman yang digunakan sehingga
dapat dihindari adanya kesalahan dalam pengambilan spesies tanaman. Daun
kering kemudian diblender sehingga diperoleh serbuk halus dan dapat
mempermudah proses ekstraksi karena semakin kecil ukurannya maka semakin
besar luas permukaannya.23 Pada penelitian ini digunakan bentuk simplisia kering
karena kadar air yang lebih sedikit memudahkan cairan pengekstrak masuk ke
dalam sel dan menarik zat aktif secara sempurna. 38 Metode ekstraksi yang
dilakukan yaitu secara maserasi. Metode maserasi dipilih dalam penelitian ini
dikarenakan proses pengerjaannya sederhana, mudah, dan tidak dilakukan proses
pemanasan untuk menghindari rusaknya senyawa.5
Maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia dengan pelarut dalam
botol yang berwarna gelap, pada suhu kamar, dan ditempatkan pada tempat yang
terlindung cahaya untuk mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau perubahan
warna. Metode maserasi dapat diterapkan pada simplisia dengan zat khasiat yang
tahan pemanasan atau tidak tahan pemanasan. Perendaman sampel dilakukan
selama 3-5 hari, lalu diaduk sesekali agar mempercepat proses pelarutan senyawa
kimia yang terdapat dalam sampel dan dapat meratakan konsentrasi larutan.38
Sampel terekstraksi secara sempurna yang ditandai dengan pelarut pada
sampel berwarna bening. Dilakukan penyaringan sampel menggunakan kertas
saring, lalu dievaporasi dengan rotary evaporator. Cairan pelarut akan menembus
dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Larutan
yang pekat akan terdesak keluar karena adanya perbedaan konsentrasi antara
larutan zat aktif di dalam sel dengan yang diluar sel. Hasil akhir didapatkan
keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dengan larutan di dalam sel. 38
Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut
n-heksana, etil asetat, dan metanol yang mempunyai kepolaran berbeda. Serbuk
simplisia direndam dalam n-heksana untuk menghasilkan senyawa nonpolar.

35
36

Ampas hasil dari ekstraksi n-heksana direndam dalam pelarut etil asetat untuk
mengekstraksi senyawa yang lebih polar dari ekstrak n-heksana. Maserasi ampas
hasil dari ekstraksi etil asetat menggunakan pelarut metanol untuk mengekstraksi
senyawa polar.
Setelah didapatkan hasil maserasi, kemudian dilakukan pemekatan/
evaporasi dengan rotary evaporator untuk menguapkan pelarut dan air yang
masih tersisa. Pelarut metanol telah diuapkan sehingga dalam penelitian ini
kematian larva terjadi karena pengaruh ekstrak tanpa dipengaruhi pelarut
metanol.38 Berdasarkan penelitian uji toksisitas pelarut metanol 96% dengan
konsentrasi 1% terhadap larva Artemia sp terbukti tidak menimbulkan mortalitas
pada larva Artemia sehingga mortalitas murni karena pengaruh ekstrak tumbuhan
yang diteliti.40 Selain itu, pelarut metanol memiliki sifat yang mudah menguap.
Pada penelitian ini, daun Garcinia benthami Pierre telah dilakukan
pengeringan sehingga semakin sedikit kadar air yang terdapat dalam sel daun
tersebut. Peneliti melakukan pengukuran berat ekstrak kental metanol daun
Garcinia benthami Pierre yang diperoleh dari hasil maserasi.

Tabel 4.1 Data Berat Ekstrak Kental Daun Garcinia benthami Pierre
Nama Simplisia Bobot ekstrak kental
Ekstrak metanol 15,5 gram

4.2 Hasil Uji Toksisitas dengan Metode BSLT


Larutan ekstrak metanol daun Garcinia benthami Pierre dibuat menjadi 5
konsentrasi, yaitu konsentrasi 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 500 ppm, dan 1000
ppm. Disiapkan pula kontrol negatif hanya air laut dan larva udang tanpa
penambahan ekstrak. Tabung kontrol negatif digunakan untuk menguji pengaruh
lain diluar ekstrak uji seperti kondisi air laut, yang dapat menyebabkan kematian
larva.
Uji toksisitas ini diteliti sebanyak 3 kali perlakuan dan pada masing-
masing perlakuan dikerjakan 3 kali pengulangan/replikasi (triplo) untuk
mendapatkan keakuratan data dan memperoleh data yang baik. Apabila dilakukan
hanya satu kali, mungkin dapat terjadi kesalahan dan tidak ada data lain yang
37
dapat digunakan. Dalam setiap konsentrasi masing-masing ekstrak, digunakan
sepuluh larva udang Artemia salina Leach berumur 48 jam sebagai hewan uji.
Jumlah kematian larva Artemia salina Leach pada setiap tabung reaksi
dalam berbagai konsentrasi perlakuan ekstrak daun Garcinia benthami Pierre
ditunjukkan pada tabel 4.2. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa
adanya pengaruh yang berbeda berkaitan dengan berbagai konsentrasi ekstrak
terhadap kematian larva Artemia salina Leach. Ekstrak merupakan bahan yang
mengandung campuran komponen kimia dari suatu tumbuhan yang terlarut dalam
pelarut yang digunakan. Jenis ekstrak menunjukkan banyaknya jenis senyawa
kimia yang terlarut di dalamnya dan berkaitan dengan bahan aktif biologik yang
terlarut.7 Hasil penelitian seperti yang disajikan pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Garcinia


benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach.

Kontrol
Perlakuan ke- Angka Kematian Larva Artemia salina Leach dari 10 Larva negatif

Konsentrasi ekstrak pada tabung uji (ppm)

5 10 20 50 100 0
1 0 1 2 4 5 0
2 1 1 3 4 6 0
3 0 1 2 5 5 0
Total kematian 1 3 7 13 16 0
Rata-rata kematian 0.333 1.000 2.333 4.333 5.333 0.000
Persen kematian (%) 3.333 10.000 23.333 43.333 53.333 0.000
Standar deviasi 0.577 0.000 0.577 0.577 0.577 0.000

Jumlah total larva dalam tiap konsentrasi dengan tiga kali replikasi adalah
30 ekor. Jumlah total larva Artemia salina Leach yang digunakan seluruhnya
adalah 180 ekor larva. Menjumlahkan larva yang mati pada setiap konsentrasi
untuk menghitung total kematian.
Pelaksanaan uji dilakukan dengan konsentrasi ekstrak yaitu 1000 ppm, 500
ppm, 200 ppm, 100 ppm, dan 50 ppm, yang diencerkan dengan menambahkan 5
38
mL air laut terlebih dahulu ke dalam masing-masing tabung uji, kemudian baru
dimasukkan larva udang yang telah berumur 48 jam ke dalam seri tabung uji
masing-masing sebanyak 10 ekor dan meneteskan 1 mL ekstrak ke dalam tabung
uji. Menambahkan air laut hingga volume dalam masing-masing tabung menjadi
10 mL sehingga konsentrasi ekstrak yang terdapat di dalam tabung uji menjadi
100 ppm, 50 ppm, 20 ppm, 10 ppm, dan 5 ppm.

Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Garcinia


benthami Pierre Terhadap Kematian Larva Artemia salina Leach.

Berdasarkan grafik, didapatkan jumlah kematian larva terbanyak yaitu


pada konsentrasi 100 ppm. Hasil yang didapatkan sesuai dengan teori, yaitu
semakin tinggi konsentrasi ekstrak menyebabkan semakin tinggi pula jumlah
kematian larva yang menunjukkan semakin tinggi sifat toksiknya. 32
Rata-rata kematian larva diperoleh dengan membagi total kematian larva
pada tiap konsentrasi dengan jumlah replikasi yang dilakukan yaitu tiga kali.
Kemudian dihitung persentase kematian larva dari rata-rata kematian pada tiap
konsentrasi dikali 100%.38
Artemia salina Leach digunakan dalam metode BSLT karena memiliki
kesamaan tanggapan/respon dengan mamalia, misalnya DNA dependent RNA
polimerase.29 Pada penelitian ini menggunakan fase larva karena pada saat itu
Artemia salina Leach membelah secara mitosis yang identik dengan sel kanker
yang juga membelah secara mitosis. Hal ini menyebabkan uji BSLT sering
39

digunakan sebagai uji pendahuluan aktivitas antikanker yang bersifat sitotoksik.


Aktivitas sitotoksik adalah aktivitas yang dapat menyebabkan kematian pada sel. 38
Berdasarkan morfologinya, larva Artemia salina Leach berumur 48 jam
sudah mulai mempunyai mulut dan saluran pencernaan serta cadangan
makanannya sudah mulai habis sehingga larva mulai mencari makan. Larva
berumur 48 jam paling sensitif terhadap suatu zat yang dimasukkan, berbeda
dengan larva berumur 24 jam yang belum mempunyai saluran pencernaan
sehingga ekstrak atau senyawa luar tidak dapat diabsorbsi oleh larva. 29 Oleh
karena itu, pada penelitian ini digunakan hewan coba larva Artemia salina Leach
berumur 48 jam.
Genus Garcinia mengandung senyawa flavonoid yang dapat menghambat
daya makan larva sebagai stomach poisoning atau racun perut. Mekanisme
kematian larva dikarenakan senyawa tersebut masuk ke dalam tubuh larva
sehingga mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga tidak
mampu mengenali makanannya. Senyawa ini menghambat reseptor perasa pada
daerah mulut larva sehingga larva mati kelaparan.38
Untuk memastikan apakah larva tersebut benar-benar mati, peneliti
melakukan uji dengan cara menambahkan volume air laut ke dalam masing-
masing tabung sehingga konsentrasi ekstrak dalam tabung berkurang dan
selanjutnya diamati selama 24 jam untuk memastikan apakah jumlah larva yang
hidup dan mati sama dengan hasil perhitungan sebelumnya yaitu saat 24 jam
setelah pemberian ekstrak.
Sebenarnya terdapat uji yang lazim digunakan untuk mengetahui kematian
sel atau larva yaitu dengan pewarnaan menggunakan trypan blue 0,4% kemudian
diamati dibawah mikroskop.41 Larva yang mati akan berwarna biru karena
membran pada larva telah rusak sehingga memudahkan trypan blue terserap oleh
larva yang mati. Uji ini tidak dilakukan oleh peneliti karena keterbatasan waktu
untuk memperoleh trypan blue.
Pada penelitian ini tidak dilakukan uji kontrol positif dengan
menggunakan obat anti kanker seperti doxorubicin atau methotrexat untuk
membandingkan potensi toksisitasnya, dikarenakan keterbatasan waktu untuk
memperoleh obat anti kanker tersebut.
40

4.3 Penetapan Nilai LC50


Tabel 4.3. Perhitungan LC50 dengan Metode Probit

Perhitungan LC50 dengan metode manual yaitu dengan menggunakan rumus :


Nilai slope (m) dihitung dengan rumus :
∑(X)∑(Y) - n∑(XY)= 1.497
(∑(X))2 - n∑(X2)

Nilai Intersep (b) dihitung dengan rumus :


∑(X)∑(XY) -∑(X2)∑(Y) = 2.206
(∑(X))2 - n∑(X2)

Sehingga didapatkan persamaan garis lurus hubungan antara Y (nilai probit dari
persentase kematian) dengan X (log konsentrasi) adalah Y=mX+b
Y =1.497x + 2.206
5 =1.497x + 2.206
2.794= 1.497x
X = 1.8659
LC50 = antilog X= antilog 1.8659 = 73.43 ppm

Perhitungan LC50 menggunakan Microsoft Office Excel dengan membuat grafik


untuk mendapatkan persamaan garis lurus Y=mX+b. Didapatkan hasil grafik
sebagai berikut :
41

Gambar 4.2 Grafik Regresi Linier Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Garcinia
benthami Pierre Terhadap Nilai Probit

Dari grafik di atas menunjukkan log konsentrasi terhadap nilai probit yang
didapat dari persen mortalitas larva. Didapatkan persamaan garis lurus
Y=1,497X+2,206. Dapat dilihat juga hubungan korelasi yang positif karena nilai
R2 = 0,982.32
Uji toksisitas dengan metode BSLT dapat mengetahui efek toksik dari
suatu senyawa yang ditentukan dalam waktu singkat, yaitu rentang waktu selama
24 jam setelah pemberian ekstrak sehingga disebut uji toksisitas akut. Efek toksik
diketahui dengan menentukan nilai LC50 dari aktivitas komponen aktif tanaman
terhadap larva Artemia salina Leach. Suatu ekstrak dikatakan toksik berdasarkan
metode BSLT jika harga LC50<1000 ppm, sehingga memiliki korelasi antara uji
toksisitas akut ini dengan uji sitotoksik. Metode ini menghubungkan jumlah
kematian larva udang dengan konsentrasi uji. 42
Dalam penelitian ini dilakukan variasi konsentrasi yang berbeda yaitu
konsentrasi 5, 10, 20, 50, dan 100 ppm untuk membandingkan efek toksik yang
ditimbulkan masing-masing konsentrasi tersebut dan untuk melihat pada
konsentrasi berapakah larva udang mengalami LC50. Digunakan air laut sebagai
kontrol dimaksudkan untuk melihat apakah respon kematian dari sampel dan
42

bukan dari air laut. Air laut yang digunakan telah dilakukan pengukuran pH dan
hasilnya sesuai untuk media pertumbuhan larva yaitu pH sekitar 8-9. Larva udang
digunakan dalam metode ini karena hewan ini merupakan general bioassay
sehingga semua zat dapat menembus masuk ke dinding sel larva tersebut dan
hewan ini memiliki kepekaan yang cukup tinggi terhadap zat toksik.36
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode manual dan Microsoft
Office Excel menunjukkan nilai LC50 yaitu 73,43 ppm, sehingga terdapat
kesamaan nilai LC50 setelah dihitung dengan dua metode perhitungan. Selain itu,
peneliti juga mencoba menggunakan program analisis probit dengan SPSS 16.0
for windows sehingga didapatkan nilai LC50 sebesar 69,64 ppm dan tidak berbeda
signifikan dengan hasil metode manual maupun Microsoft Office Excel.
Suatu spesies tumbuhan dalam satu genus umumnya akan menunjukkan
kandungan kimia yang serupa. Garcinia memiliki kandungan kimia diantaranya
senyawa fenol tipe flavonoid, xanton dan benzofenon yang memiliki aktivitas
biologi.43 Berdasarkan penelitian lain mengenai uji toksisitas akut pada salah satu
spesies Garcinia yaitu ekstrak metanol daun Garcinia parvifolia Miq. didapatkan
hasil LC50 adalah 78,25 ppm dengan metode BSLT terhadap larva Artemia salina
Leach.44 Penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan ini memiliki
kesamaan dalam penggunaan daun dari genus Garcinia yang diekstraksi dengan
pelarut metanol dan metode BSLT terhadap larva udang Artemia salina Leach.
Nilai LC50 pada penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan yaitu tidak
jauh berbeda dan memiliki potensi toksisitas akut.
Pengujian terhadap ekstrak metanol daun Garcinia benthami Pierre
didapatkan bahwa konsentrasi untuk mematikan 50% larva udang (Artemia salina
L) atau LC50 adalah 73,43 ppm sehingga dapat dikatakan ekstrak metanol daun
Garcinia benthami Pierre pada penelitian ini memiliki potensi toksisitas akut
menurut metode BSLT yaitu pada perlakuan dengan hewan coba larva Artemia
salina Leach. Validitas pada penelitian ini dijaga dengan33 :
 Menyamakan kondisi larva Artemia salina Leach.
 Mengambil secara random.
 Menggunakan kriteria standar dalam menilai kematian larva.
Reliabilitas data dijaga dengan replikasi tiga kali pada tiap uji.33
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. LC50 ekstrak metanol daun Garcinia benthami Pierre adalah 73,43


ppm berdasarkan hasil perhitungan manual dengan metode probit dan
Microsoft Office Excel.
2. Ekstrak metanol daun Garcinia benthami Pierre memiliki potensi
toksisitas akut terhadap larva Artemia salina Leach dengan
menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) karena
dihasilkan nilai LC50 kurang dari 1.000 ppm.

5.2 Saran

1. Dilakukan penelitian untuk mengisolasi senyawa dari ekstrak metanol


daun Garcinia benthami Pierre yang mempunyai potensi toksisitas.
2. Dilakukan penelitian dari senyawa isolat yang berpotensi toksik pada
sel kanker seperti sel Hela dan sebagainya.
3. Dilakukan perbandingan potensi senyawa isolat yang berpotensi
toksik dengan obat anti kanker seperti doxorubicin atau methotrexat.

43
DAFTAR PUSTAKA

1. Sukandar D, Hermanto S, Lestari E. Uji potensi aktivitas antikanker


ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb) dengan
metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). JKTI Vol.11 No.1. Juni
2009.

2. Amelia P. Isolasi, elusidasi struktur dan uji aktivitas antioksidan senyawa


kimia dari daun Garcinia benthami Pierre. [Tesis]. Depok: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia; 2011.

3. Sari R, Hanan A. Garcinia (Clusiaceae) di Kebun Raya Bogor :


fisiognomi, keragaman dan potensi. Prosiding Seminar Hari Cinta Puspa
dan Satwa Nasional; 5 November 2000; Kebun Raya Bogor.

4. Jamal Y, Praptiwi, Agusta A. Penapisan fitokimia, uij toksisitas, dan anti


bakteri dari ekstrak kulit batang Garcinia celebica dan G.tetandra.
Majalah Farmasi Indonesia, 12; 2001:97-102.

5. Tiwari P, Kumar B, Kaur M, Kaur G, Kaur H. Phytochemical screening


and extraction : a review. Internationale Pharmaceutica Sciencia (IPS).
Vol.1. Jan-March 2011.

6. Meyer BN, N.R. Ferrighni, J.E. Put-nam, L.B. Jacobson, D.E. Nichols, J.L
McLaughlin. Brine shrimp: a convenient general bioassay for active plant
constituent. Planta Medica;1982.

7. Suherman S, Hernani, Syukur C. Uji toksisitas ekstrak lempuyang gajah


(Zingiber zerumbet) terhadap larva udang (Artemia salina Leach.) Bul.
Littro. Vol. XVII No. 1; 2006; 30 – 38.

8. Anonim.Tafsir Az-Zumar ayat 21-31. 2013[cited 9 September 2013].


Available from : http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-az-zumar-ayat-
21-31.html.

9. Heinrich M, Barnes J, Gibbons S, Williamson EM. Fundamentals of


pharmacognosy and phytotherapy. In : Syarief WR, Aisyah C, Elviana E,
Fidiasari ER, Hadinata AH, alih bahasa. Farmakognosi dan Fitoterapi.
Jakarta : EGC; 2009.

10. Dewoto HR. Pengembangan obat tradisional Indonesia menjadi


fitofarmaka. Majalah Kedokteran Indonesia Volume 57 Nomor 7. Juli
2007.

11. Lisdawati V, Wiryowidagdo S, Kardono LB. Brine Shrimp Lethality Test


44
45

(BSLT) dari berbagai fraksi ekstrak daging buah dan kulit biji mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa). Bul.Penelitian Kesehatan Vol.34 No.3.
2006:111-118.

12. Lukis PA, Ersam T. Dua senyawa mangostin dari ekstrak n-heksana pada
kayu akar manggis (Garcinia mangostana Linn) asal Kab.Nganjuk Jawa
Timur. Prosiding Akhir Semester Genap 2010/2011; Kimia-FMIPA ITS.

13. Nurchasanah.Khasiat sakti manggis tumpas berbagai penyakit : teruji


secara medis. Jakarta : Dunia Sehat; 2013.

14. Jung AH, Su BN, Keller WJ, Metha RG, Kinghorn AD. Antioxidant
xanthones from the pericarp of Garcinia mangostana (Mangosteen). J.
Agric. Food Chem. 2006; 54: 2077-2082.

15. Lalage Z. Libas bermacam penyakit dengan sirsak, manggis, dan binahong.
Klaten : Cable Book; 2013.

16. Wahyuni FS, Lusianti M, Almahdy, Dachriyanus. Isolasi senyawa


sitotoksik terhadap sel kanker payudara dari kulit batang Garcinia griffithii.
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 4; Juli 2009: 177 -187.

17. Hendrawati AR. Uji toksisitas akut ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum
sanctum Linn.) terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode Brine
Shrimp Lethality Test (BST). [Skripsi]. Semarang : Universitas Diponegoro;
2009.

18. Goodman dan Gilman. The pharmacological basis of terapeutics. 10th Ed.
London : McGraw Hill; 2004.

19. Priyanto. Toksikologi : mekanisme, terapi antidotum, dan penilaian resiko.


Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi Indonesia (LESKONFI);
2009.

20. Soemirat J, et.al.Toksikologi lingkungan. Yogyakarta : Universitas Gadjah


Mada; 2005.

21. Lu Frank C. Toksikologi dasar : asas, organ sasaran, dan penilaian


resiko.Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI press); 1995.

22. Sulastry F. Uji toksisitas akut yang diukur dengan penentuan LD50 ekstrak
daun pegagan (Centella asiatica L. Urban) terhadap mencit BALB/C.
[Laporan Akhir Karya Tulis Ilmiah]. Semarang : Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro; 2009.

23. Baraja M. Uji toksisitas ekstrak daun Ficus elastica Nois ex Blume
terhadap larva Artemia salina Leach dan profil kromatografi lapis tipis.
[Skripsi]. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2008.
46

24. Harborne JB. Metode fitokimia : penuntun cara modern menganalisis


tumbuhan. Bandung : Penerbit ITB; 1987.

25. Nurul H, Maharani, Zuliyana. Pembuatan metil ester (biodiesel) dari


minyak dedak dan metanol dengan proses esterifikasi dan transesterifikasi
[Skripsi]. Semarang : Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro; 2010.

26. Barile FA. Clinical toxicology : principles and mechanisms. Florida : CRC
Press LLC; 2004.

27. Anonim. Keracunan akibat penyalahgunaan metanol. 2011 [cited 27


Agustus 2013]. Available from:
http://ik.pom.go.id/wpcontent/uploads/2011/11/RacunSalahMeta.pdf

28. Sorgeloos P, Van Der Wielen CR, Persoone G. The use of Artemia nauplii
for toxicity test : a critical analysis. Laboratory for Biological Research in
Aquatic Pollution, Artemia Reference Center. Ecotoxicology and
Environtmental Safety 2;1978:249-255.

29. Panjaitan RB. Uji toksisitas akut ekstrak kulit batang pulasari (Alyxiae
cortex) dengan metode brine shrimp lethality test. [Skripsi]. Yogyakarta :
Universitas Sanata Dharma; 2011.

30. Gajardo GM, Beardmore JA. The brine shrimp artemia : adapted to critical
life conditions. Front Physiol 2012 [cited 8 September 2013]. Available
from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3381296/

31. Batubara I, Sudirman S, Ramadhan W, Oktavia Y, Tirta F.P. Kandungan


kimia, senyawa aktif, dan toksisitas dari Eucheuma Cottonii, Caulerpa sp.
dan Solen sp. Departemen Kimia FMIPA IPB.

32. Aprilia HA, Pringgenie D, Yudiati E. Uji toksisitas ekstrak kloroform


cangkang dan duri landak laut (Diadema setosum) terhadap mortalitas
nauplius Artemia sp. Journal of Marine Research. Volume 1, Nomor 1;
2012: 75-83.

33. Cahyadi R. Uji toksisitas akut ekstrak etanol buah pare (Momordica
charantia L.) terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode Brine
Shrimp Lethality Test (BSLT). Semarang : Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro; 2009.

34. Kim V. Probit analysis. [cited 10 Agustus 2013]. Available from :


http://userwww.sfsu.edu/efc/classes/bioI710/probit/Probit Analysis.pdf

35. Anonim. Analisis regresi linier sederhana. [cited 10 Agustus 2013].


Available from: http://www.fp.unud.ac.id/ind/wp-
47

content/uploads/mk_ps_agribisnis/ekonomitrika/2_.%2520%2520Analisis
%2520Regresi%2520Linier%2520Sederhana.pdf

36. Mutia D. Uji toksisitas akut ekstrak etanol buah anggur (Vitis vinifera)
terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode Brine Shrimp
Lethality Test (BSLT). Universitas Diponegoro : Semarang; 2010.

37. Juniarti, et al. Kandungan senyawa kimia, uji toksisitas (Brine Shrimp
Lethality Test) dan antioksidan (1,1-diphenyl-2-pikrilhydrazyl) dari ekstrak
daun saga (Abrus precatorius L.). Makara, SAINS, VOL. 13, NO. 1;
APRIL 2009: 50-54. Jakarta : Bagian Kimia, Fakultas Kedokteran,
Universitas YARSI.

38. Kurniawan H. Uji toksisitas akut ekstrak metanol daun Kesum


(Polygonum minus Huds) terhadap larva Artemia salina Leach dengan
metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). [Tesis]. Pontianak : Program
Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Tanjungpura; 2009.

39. Indiastuti DN, et.al. Skrining pendahuluan toksisitas beberapa tumbuhan


Benalu terhadap larva udang Artemia salina Leach. Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia Vol.6 No.2; September 2008.

40. Suryono, Yudiati E. Toksisitas ekstrak metanol Spirulina sp terhadap


nauplii Artemia sp. Buletin Oseanografi Marina Vol.1; Oktober 2011:1-6.

41. Anonim. In situ trypan blue staining of monolayer cell cultures for
permanent fixation and mounting. Benchmarks BioTechniques 22; June
1997: 1020-1024.

42. Ramadhani AN. Uji toksisitas akut ekstrak etanol daun Sukun (Artocarpus
altilis) terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode Brine Shrimp
Lethality Test (BSLT). Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro; 2009.

43. Muharni. Profil kandungan kimia dan potensi tumbuhan manggis hutan
(Garcinia Bancana Miq.) sebagai sumber senyawa antioksidan. Jurnal
Pembangunan Manusia Vol.4 No.12; 2010.

44. Syamsudin, Shirly K, Broto S. Screening of some extracts from Garcinia


parvifolia Miq. (Guttiferae) for antiplasmodial, antioxidant, cytotoxic and
antibacterial activities. Asian Journal of Plant Sciences, 6; 2007: 972-976.
LAMPIRAN

Lampiran 1

Surat Keterangan Determinasi Tanaman

Gambar 6.1 Keterangan Determinasi Tanaman

48
49

Lampiran 2

Keterangan Bahan Penelitian Kista Artemia

Gambar 6.2 Keterangan Bahan Penelitian Kista Artemia


50
Lampiran 3

Gambar Bahan dan Alat Penelitian

Gambar 6.3 Destilasi Pelarut Metanol Gambar 6.4 Botol Maserasi

Gambar 6.5 Proses Evaporasi dengan Gambar 6.6 Ekstrak Kental Daun
Rotary Evaporator Garcinia benthami Pierre

Gambar 6.7 Ekstrak Kental 250 mg Gambar 6.8 Larutan Induk 1000 ppm
51
Lanjutan

Gambar 6.9 Proses Penyaringan Gambar 6.10 Hasil Uji BSLT

Gambar 6.11 Wadah Penetasan Telur Gambar 6.12 Larva Artemia salina
Artemia salina Leach Leach Umur 48 jam

Gambar 6.13 Serbuk Simplisia Gambar 6.14 Konsentrasi Ekstrak


Daun Garcinia benthami Pierre Metanol Daun Garcinia benthami
Pierre
52

Lampiran 4
Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Garcinia benthami Pierre

Konsentrasi = ekstrak metanol daun Garcinia benthami Pierre (µg)


Volume aquades (mL)
= 0,25 g =250.000 µg= 1.000 µg/mL = 1.000 ppm
250 mL 250 mL
Untuk mendapatkan ekstrak dengan konsentrasi 500, 200, 100, dan 50 ppm dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus pengenceran yaitu V1M1=V2M2.
a) konsentrasi ekstrak 500 ppm
V1M1=V2M2
1.000 µg/mL x V1= 500 µg/mL x 25 mL
V1 = 12.500 µg = 12,5 mL
1.000 µg/mL
Maka kita mengambil 12,5 mL larutan ekstrak 1.000 ppm.

b) konsentrasi ekstrak 200 ppm


V1M1=V2M2
1.000 µg/mL x V1= 200 µg/mL x 25 mL
V1 = 5.000 µg = 5 mL
1.000 µg/mL
Maka kita mengambil 5 mL larutan ekstrak 1.000 ppm.

c) konsentrasi ekstrak 100 ppm


V1M1=V2M2
1.000 µg/mL x V1= 100 µg/mL x 25 mL
V1 = 2.500 µg = 2,5 mL
1.000 µg/mL
Maka kita mengambil 2,5 mL larutan ekstrak 1.000 ppm.

d) konsentrasi ekstrak 50 ppm


V1M1=V2M2
1.000 µg/mL x V1= 50 µg/mL x 25 mL
V1 = 1.250 µg =1,25 mL
1.000 µg/mL
Maka kita mengambil 1,25 mL larutan ekstrak 1.000 ppm.
53

Lampiran 5

Tabel Transformasi Persen - Probit

Tabel 6.1 Transformasi persen - probit


54
Lanjutan
55
Lanjutan
56
Lanjutan
57
Lampiran 6

Hasil Analisis Probit dengan SPSS 16.0 for windows

Tabel 6.2 Output hasil analisis probit dengan SPSS 16.0 for windows

Notes

Output Created 09-Sep-2013 19:44:29

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 5

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid


data for all variables in the model.

Syntax PROBIT mortalitas OF total WITH


konsentrasi

/LOG 10

/MODEL PROBIT

/PRINT FREQ CI

/CRITERIA P(0.15) ITERATE(20)


STEPLIMIT(.1).

Resources Processor Time 00:00:00.327

Elapsed Time 00:00:00.281


58
Lanjutan

Warnings

Relative Median Potency Estimates are not displayed because there is no grouping variable in
the model.

Data Information

N of Cases

Valid 5

Rejected Missing 0

LOG Transform Cannot be


0
Done

Number of Responses >


0
Number of Subjects

Control Group 0

Convergence Information

Number of Optimal Solution


Iterations Found

PROBIT 10 Yes

Parameter Estimates

95% Confidence Interval

Parameter Estimate Std. Error Z Sig. Lower Bound Upper Bound


59
Lanjutan
a
PROBIT konsentrasi 1.353 .272 4.968 .000 .819 1.886

Intercept -2.492 .420 -5.939 .000 -2.912 -2.073

a. PROBIT model: PROBIT(p) = Intercept + BX (Covariates X are transformed using the base 10.000
logarithm.)

Chi-Square Tests

a
Chi-Square df Sig.

PROBIT Pearson Goodness-of-Fit Test 2.666 3 .446b

a. Statistics based on individual cases differ from statistics based on aggregated cases.

b. Since the significance level is greater than .150, no heterogeneity factor is used in the
calculation of confidence limits.

Cell Counts and Residuals

Number of Observed Expected


Number konsentrasi Subjects Responses Responses Residual Probability

PROBIT 1 .699 30 1 1.827 -.827 .061

2 1.000 30 3 3.814 -.814 .127

3 1.301 30 10 6.955 3.045 .232

4 1.699 30 13 12.685 .315 .423

5 2.000 30 16 17.524 -1.524 .584


60
Lanjutan
Confidence Limits

95% Confidence Limits for


95% Confidence Limits for konsentrasi log(konsentrasi)a

Probability Estimate Lower Bound Upper Bound Estimate Lower Bound Upper Bound

PROBIT 0.01 1.327 .163 3.414 .123 -.788 .533

0.02 2.111 .347 4.810 .324 -.459 .682

0.03 2.833 .560 5.990 .452 -.252 .777

0.04 3.536 .801 7.074 .548 -.096 .850

0.05 4.234 1.071 8.108 .627 .030 .909

0.06 4.935 1.370 9.115 .693 .137 .960

0.07 5.646 1.699 10.110 .752 .230 1.005

0.08 6.368 2.057 11.101 .804 .313 1.045

0.09 7.105 2.447 12.097 .852 .389 1.083

0.1 7.858 2.868 13.104 .895 .458 1.117

0.15 11.928 5.472 18.458 1.077 .738 1.266

0.2 16.619 8.948 24.761 1.221 .952 1.394

0.25 22.089 13.295 32.696 1.344 1.124 1.514

0.3 28.520 18.424 43.217 1.455 1.265 1.636

0.35 36.139 24.210 57.625 1.558 1.384 1.761

0.4 45.243 30.603 77.621 1.656 1.486 1.890

0.45 56.229 37.673 105.520 1.750 1.576 2.023

0.5 69.642 45.606 144.682 1.843 1.659 2.160


61
Lanjutan

0.55 86.254 54.688 200.269 1.936 1.738 2.302

0.6 107.198 65.324 280.582 2.030 1.815 2.448

0.65 134.204 78.094 399.614 2.128 1.893 2.602

0.7 170.058 93.887 582.407 2.231 1.973 2.765

0.75 219.568 114.157 877.376 2.342 2.058 2.943

0.8 291.837 141.513 1388.659 2.465 2.151 3.143

0.85 406.611 181.288 2377.957 2.609 2.258 3.376

0.9 617.181 246.875 4692.217 2.790 2.392 3.671

0.91 682.631 265.897 5531.303 2.834 2.425 3.743

0.92 761.623 288.188 6614.606 2.882 2.460 3.821

0.93 859.068 314.817 8053.323 2.934 2.498 3.906

0.94 982.710 347.421 10034.641 2.992 2.541 4.002

0.95 1145.586 388.676 12898.225 3.059 2.590 4.111

0.96 1371.757 443.350 17326.844 3.137 2.647 4.239

0.97 1711.887 521.065 24913.529 3.233 2.717 4.396

0.98 2298.017 645.595 40389.528 3.361 2.810 4.606

0.99 3655.149 904.308 86561.278 3.563 2.956 4.937

a. Logarithm base = 10.


62
Lanjutan
63

Lampiran 7

Keterangan Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Aulia Ajrina

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 19 September 1992

Alamat : Perumahan Pulo Nirwana Regency, Jalan Charlie


Blok A No.26 RT/RW 007/004 Kel.Pinang Ranti,
Kec.Makasar, Jakarta Timur.

No. HP : 08568068048

Email : aulia.ajrina@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. TK Angkasa 4 Halim PK. (1996-1998)


2. SDAngkasa 7 Halim PK. (1998-2004)
3. SMP Negeri 109 Jakarta (2004-2007)
4. SMA Negeri 48 Jakarta (2007-2010)
5. PSPD FKIK UIN Jakarta (2010-sekarang)

Anda mungkin juga menyukai