Oleh:
NOVIA LISTIANI ICHSAN
723901S.14.119
i
PENETAPAN KADAR FLAVONOID TOTAL EKSTRAK
BUNGA KECOMBRANG (Etlingera elatior (Jack) R.M. Sm.)
DENGAN METODE MASERASI DAN REFLUKS
Oleh:
NOVIA LISTIANI ICHSAN
723901S.14.119
i
HALAMAN PENGESAHAN
723901S.14.119
Pembimbing I
Mengetahui,
Sapri, S.Si.
NUPN. 9911006148
Tim Penguji:
Ketua: Siti Jubaidah, S.Far., M.Pd., Apt. . ............................
Anggota :
1. Eka Siswanto S, M.Sc., Apt. ..............................
ii
MOTTO & PERSEMBAHAN
MOTTO
“Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada orang yang dapat mengabaikan kamu“
(QS. Ali Imran:160)
“Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadaNya segala sesuatu“
(QS. Al Ikhlas:2)
PERSEMBAHAN
Keedua orang tua ayah Mohammad Ichsani dan mama Lilis Suryani atas
perjuangannya membesarkan saya hingga bisa menjadi ahli madya farmasi,
beserta adik saya Gilang dan Shifa yang telah memberikan doa, tenaga,
dukungan serta menjadi penyemangat.
Sahabat terbaikku „vruz squad‟ retno, fani, intan, dina, mendu, kiki, icha, alif
yang selalu memberikan dukungan dan semangatnya walaupun kita LDR.
Teman-teman PO ku cimol, mencit, pidum, kaki, acil, rista, makce yang
selalu saya sayangi dan tak pernah saya lupakan.
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KTI
NIM : 723901S.14.119
Timur
Dengan ini menyatakan bahwa KTI dengan judul: “Penetapan Kadar Flavonoid
Metode Maserasi Dan Refluks“ adalah hasil pekerjaan saya dan seluruh ide,
pendapat, atau materi dari sumber lain telah dikutip dengan cara penulisan
Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan ini tidak
sesuai dengan kenyataan, maka saya bersedia menanggung sanksi yang akan
dikenakan kepada saya termasuk pencabutan gelar Ahli Madya Farmasi yang
iv
KATA PENGANTAR
Kecombrang (Etlingera Elatior (Jack) R.M. Sm.) Dengan Metode Maserasi Dan
Refluks“. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini juga tidak lepas dari bimbingan
dan arahan berbagai pihak yang terkait. Sehubungan dengan hal itu, maka pada
kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
Ilmiah
4. Kedua orang tua beserta adik penulis yang telah memberikan doa, tenaga
5. Bapak Ibu dosen yang telah dengan sabar mendidik, memberikan banyak
v
6. Teman-teman seperjuanganku dari semester satu sampai sekarang yang
selalu ada disaat senang dan susah Shelfina rara, Rizky amelia, Rizky
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidaklah luput dari kekurangan dan
kesalahan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Akhir kata penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT selalu
Penulis
vi
ABSTRAK
Kecombrang ( Etlingera elatior (Jack) R.M. Sm. ) adalah salah satu jenis
tanaman yang digunakan sebagai bahan berkhasiat obat. Bunganya diketahui
memiliki kandungan senyawa flavonoid yang tinggi, sehingga dapat dilakukan
penetapan kadar flavonoid total ekstrak bunga kecombrang. Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan kadar flavonoid total dengan perbedaan cara
ekstraksi secara spektrofotometri UV-Vis.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, objek yang di
teliti adalah kadar flavonoid total ekstrak bunga kecombrang dengan perbedaan
cara ekstraksi. Serbuk simplisia bunga kecombrang diekstraksi secara maserasi
menggunakan etanol 96% selama 24 jam dan diekstraksi secara refluks
menggunakan etanol 96% dengan suhu 50°C selama 3 jam. Penentuan kadar
flavonoid total ekstrak bunga kecombrang dengan spektrofotometri UV-Vis.
Analisis data dilakukan secara deskriptif.
Hasil yang diperoleh dari data spektrofotometri UV-Vis adalah kadar
flavonoid total ekstrak etanol bunga kecombrang dengan metode maserasi sebesar
3,97% dan secara refluks sebesar 4,60%. Kadar flavonoid total ekstrak bunga
kecombrang tertinggi didapatkan dari hasil ekstraksi secara refluks.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN KTI ............................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………….…………... 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………....................... 2
C. Tujuan Penelitian ……………………………………….………………... 2
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………….. 3
viii
3. Identifikasi Flavonoid ............................................................................ 9
C. Simplisia ..................................................................................................... 10
1. Bahan Baku Simplisia ............................................................................ 11
2. Tahap Pembuatan Simplisia ................................................................... 11
D. Pelarut ......................................................................................................... 13
E. Ekstrak ........................................................................................................ 14
F. Metode ekstraksi ......................................................................................... 15
1. Maserasi .................................................................................................. 15
2. Refluks ................................................................................................. 15
G. Spektrofotometer UV-Vis ........................................................................... 16
1. Absorbsi .................................................................................................. 17
2. Bagian-Bagian Spektrofotometer ........................................................... 17
ix
C. Pembuatan Ekstrak Bunga Kecombrang
(Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm) ...................................................... 32
D. Skrining Fitokimia Bunga Kecombrang
(Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm) ………......…………..……………. 35
E. Penetapan Kadar Flavonoid Bunga Kecombrang
(Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm) ……..……………………..………. 36
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ………..………………………………….…………………. 42
B. Saran …………..…………………………………………………....... 42
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Pelarut dan Kandungan Kimia Yang Terlarut ........................................... 13
2. Hasil Rendemen Ekstrak Bunga Kecombrang ........................................... 34
3. Hasil Skrinning Fitokimia Ekstrak Bunga Kecombrang ........................... 35
4. Kadar Rata-rata Flavonoid Total Ekstrak Bunga Kecombrang ................. 39
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm ............................................................... 4
2. Struktur Flavonoid ...................................................................................... 8
3. Struktur Isoflavonoid .................................................................................. 8
4. Struktur Neoflavonoid ................................................................................ 8
5. Pembentukan Senyawa Kompleks Kuersetin-Alumunium Klorida ............ 37
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Alur Penelitian …………………………………………………………... 47
2. Surat Determinasi Tanaman Kecombrang
(Etlingera elatior (Jack)R.M.Sm ………………………………………... 48
3. Perhitungan Rendemen …………………………………………………. 49
4. Perhitungan Pembuatan Larutan ………………………………………… 51
5. Data Absorbansi dan Grafik Penetapan Kadar Flavonoid
Ekstrak Bunga Kecombrang …….………………………………………. 54
6. Perhitungan Persamaan Regresi ………………………………………… 55
7. Perhitungan Konsentrasi dan Kadar Flavonoid
Ekstrak Bunga Kecombrang ……………………………………………. 57
8. Kurva Serapan Panjang Gelombang Maksimum ………..……………… 65
9. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Kuersetin ………..…………………… 66
10. Konsentrasi Flavonoid Pada Metode Ekstraksi
Refluks dan Maserasi …………………………………………………… 67
11. Pembuatan Simplisia Bunga Kecombrang ……………………………… 69
12. Pembuatan Ekstrak Bunga Kecombrang …...…………………………… 70
13. Skrinning Fitokimia Ekstrak Bunga Kecombrang ……………………… 71
14. Penetapan Kadar Flavonoid Bunga Kecombrang ……………………..… 72
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
diketahui terdiri dari alkaloid, flavonoid, polifenol, steroid, saponin, dan minyak
dan nilai AEAC (Ascorbic acid Equivalent Antioxidant Capacity) sebesar 1159,28
mg/L AEAC dengan pelarut etanol. Komponen dari bunga kecombrang yang
QE/g.
1
2
2009).
dan panas secara maserasi dan refluks terhadap kadar flavonoid total dan aktifitas
maserasi dan refluks terhadap kadar flavonoid total ekstrak bunga kecombrang
B. Rumusan Masalah
(Jack) R.M. Sm.) secara maserasi dan refluks dengan spektrofotometri UV-Vis ?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
elatior (Jack) R.M. Sm.) dengan perbedaan cara ekstraksi maserasi dan
refluks.
A. Tumbuhan Kecombrang
1. Sistematika
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermathophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceace
Genus : Etlingera
Spesies : Etlingera elatior (Jack)
(Tjitrosoepomo, 2005)
4
5
kecombrang tumbuh dan berkembang dengan baik bila ditanam di tempat yang
teduh, tanahnya membutuhkan aerasi, memiliki drainase baik, cukup air dan
mengandung unsur hara. Bila persyaratan tersebut terpenuhi maka tumbuhan akan
kadar air sebesar 90,23%, dan nilai pH bunga kecombrang adalah 3,89
dkk., 1983).
3. Nama Daerah
(Jawa), sambung (Minang), cekala (Karo), kicung (Melayu), dan honje (Sunda)
(Adliani dkk, 2013). Nama-nama lain daerah tempat tanaman ini tumbuh yaitu
(Seram), petikala (Ternate), sedangkan di luar negri dikenal dengan nama ginger
bud (Inggris), xiang bao jiang (Cina), gingembre aromatique (Perancis), kantan
(Malaysia), boca de dragon (Spanyol), dan kaa laa (Thailand) (Hidayat dan
Hutapea 1991).
6
4. Morfologi Tumbuhan
jambu. Daun tersusun dalam dua baris, berseling, bentuk jorong lonjong, pangkal
tetapi dengan bintik halus dan rapat, hijau mengkilap (Hidayat, 2015). Bunga
tangkai 40-80 cm. Bunga terpisah-pisah tersusun dalam bunga majemuk, tunggal
dan berganda. Benang sari berjumlah tiga sampai lima benang sari, tangkai putik
terletak di ujung. Panjang benang sari ± 7,5 cm dan berwarna kuning. Putiknya
berukuran kecil, pendek dan berwarna putih. Hiasan bunga terdiri dari tiga daun
kelopak dan tiga daun mahkota yang berlekatan. Mahkota bunga bertaju, dan
berwarna merah muda. Biji kecombrang berbentuk kotak atau bulat telur dengan
warna putih atau merah jambu. Buahnya berukuran kecil dan berwarna coklat.
5. Manfaat Kecombrang
bunga, tumbuhan ini dapat dimanfaatkan. Secara tradisional bunga dan buah
masakan yang mengandung daging (Naufalin, 2005). Manfaat lain dari bunga
kecombrang adalah sebagai penghilang bau badan, untuk memperbanyak air susu
6. Kandungan Kimia
steroid,
dan glikosida yang berperan aktif sebagai antioksidan. Bunga dan daun
merupakan salah satu komponen yang terdapat pada tanaman kecombrang yang
B. Flavanoid
1. Pengertian Flavonoid
Flavonoid adalah senyawa fenolik yang terdiri dari 15 atom karbon yang
umumnya tersebar di dunia tumbuhan. Lebih dari 8000 flavonoid yang berasal
tumbuhan dalam bentuk glikosida dan berfungsi memberikan warna pada daun,
bunga dan buah (Pietta, 2000). Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang
Kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 disambungkan oleh rantai alifatik
dua cincin benzena, struktur ini menjadi dasar pembagian golongan senyawa
terikat pada gula sebagai glikosida. Aglikon flavonoid yang mungkin terdapat
dalam menganalisis flavonoid biasanya lebih baik bila kita memeriksa aglikon
yang terdapat dalam ekstrak tumbuhan yang telah dihidrolisis daripada mengamati
bentuk glikosidanya yang rumit (Harbone, 1996). Flavonoid terdapat pada seluruh
bagian tanaman, termasuk pada buah, tepung sari, dan akar (Sirait, 2007).
fenol yaitu agak asam dan dapat larut dalam basa, karena merupakan senyawa
polihidroksi (gugus hidroksi) maka juga bersifat polar sehingga dapat larut dalam
pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida,
dimetil formamida. Dengan adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus
2008).
Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna, merah, ungu, biru, dan sebagai
(Landyyun, 2008).
3. Identifikasi Flavonoid
menunjukkan pita serapan kuat pada daerah UV-Vis (Neldawati dkk, 2013).
10
Metode tersebut juga dapat digunakan untuk melakukan uji secara kuantitatif
untuk menentukan jumlah flavonoid yang terdapat dalam ekstrak metanol juga
kadar zat yang terkandung di dalamnya, semakin banyak kadar zat yang
terkandung dalam suatu sampel maka semakin banyak molekul yang akan
semakin besar atau dengan kata lain nilai absorbansi akan berbanding lurus
dengan konsentrasi zat yang terkandung di dalam suatu sampel (Neldawati dkk,
2013).
C. Simplisia
Simplisia adalah bahan alami yang dapat digunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang
telah dikeringkan. Dalam skala industri, bahan tanaman yang digunakan dalam
bentuk simplisia, yaitu bahan yang belum mengalami perubahan apapun kecuali
bahan alam yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, hewani
Berdasarkan bahan bakunya, simplisia bisa diperoleh dari tanaman liar atau
tanaman yang dibudidayakan. Jika simplisia diambil dari tanaman budidaya maka
keseragaman umur, masa panen dan asal usul tanaman dapat dipantau. Sementara
jika diambil dari tanaman liar banyak kendala dan variabilitas yang tidak bisa
dikendalikan, seperti asal tanaman, umur dan tempat tumbuh (Gunawan dan
Mulyadi, 2004).
Kadar bahan aktif dalam simplisia bergantung pada, bagian tanaman yang
digunakan, usia tanaman atau bagian tanaman saat panen, waktu panen,
b. Sortasi Basah
Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman masih segar.
tidak digunakan dan bagian tanaman yang rusak (Gunawan dan Mulyadi, 2004).
c. Pencucian
bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah dan juga bahan-bahan yang tercemar
d. Perajangan
perajangan untuk rimpang, daun dan herba. Pengupasan untuk buah, kayu, kulit
kayu dan biji-bijian yang ukurannya besar (Gunawan dan Mulyadi, 2004).
e. Pengeringan
tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri, menghilangkan aktifitas enzim yang
bisa menguraikan lebih lanjut kandungan zat aktif dan memudahkan pengelolaan
f. Sortasi Kering
Tujuan sortasi adalah untuk memisahkan benda asing, seperti bagian tanaman
yang tidak diinginkan dan pengotor lain yang masih ada atau tertinggal pada
(Agoes, 2009).
Simplisia dapat rusak atau berubah mutunya karena faktor internal dan
eksternal simplisia, seperti cahaya, oksigen udara, reaksi kimia internal, dehidrasi,
h. Pemeriksaan mutu
13
D. Pelarut
Cairan penyari dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang optimal
dapat terpisah dari pengotornya. Faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam
dapat dengan membandingkan kualitas ekstrak pada metode yang berbeda. Proses
pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman dengan pelarut organik akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif. Zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel kemudian larutan
terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi
keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel
(Pramono, 2014).
(Pramono, 2014)
E. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya
matahari langsung (Depkes RI, 2009). Dalam pembuatan ekstrak untuk keperluan
1) Jumlah simplisia yang akan diekstraksi. Jumlah ini akan digunakan untuk
3) Jenis pelarut yang akan digunakan. Hal ini menyangkut keamanan karena
Pelarut juga akan menentukan efisiensi proses penarikan zat berkhasiat dari
tanaman obat.
5) Lama waktu penyaringan. Hal ini penting sekali untuk menentukan jumlah
6) Proses ekstraksi. Ada kalanya proses ekstraksi harus terlindung dari cahaya
karena kemungkinan akan ada komponen ekstak yang peka terhadap cahaya
(Agoes, 2009).
15
F. Metode Ekstraksi
menggunakan pelarut. Ekstraksi tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau
fisika suatu/sejumlah bahan padat atau bahan cair dari suatu padatan, yaitu
1. Maserasi
pada suhu kamar selama beberapa waktu (Handa dkk, 2008). Ekstraksi cara
senyawa memiliki kelarutan terbatas dalam pelarut ekstraksi pada suhu kamar.
Pelarut akan masuk ke dalam dinding sel dan rongga sel yang di dalamnya
terkandung zat aktif. Zat aktif akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan zat aktif di dalam dan di luar sel maka larutan yang pekat didesak
keluar hingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar
2. Refluks
selama waktu tertentu dengan jumlah pelarut yang terbatas dan relatif konstan
dengan adanya pendingin balik. Suatu zat aktif biasanya akan larut sempurna pada
suhu kamar atau pada titik didih pelarut yang digunakan. Ekstraksi dilakukan
dengan alat khusus yang tahan pada pemanasan dengan suhu tinggi. Metode
16
melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan alam, pada proses ini jika
ekstraksi dilakukan dengan pemanasan biasa maka pelarut akan menguap sebelum
G. Spektrofotometri UV-Vis
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
2007).
transmitansi, reflektansi dan absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari panjang
ultraviolet (200-350 nm) dan sinar tampak (350-800 nm) oleh suatu senyawa.
1. Absorbsi
terbuang sebagai cahaya atau tersalurkan dalam reaksi kimia. Absorpsi cahaya
elektron itu mengatasi kekangan inti dan pindah ke luar ke orbital baru yang lebih
tinggi energinya. Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-
yang dapat dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi (Gandjar dan Rohman,
2007).
b. Monokromator
Cuplikan yang akan dipelajari pada daerah ultraviolet atau terlihat yang
biasanya berupa gas atau larutan ditempatkan dalam sel atau kuvet. Untuk daerah
ultraviolet biasanya digunakan quartz atau sel dari silika, sedangkan untuk daerah
d. Detektor
tenaga tersebut untuk dapat diukur secara kuantitatif seperti sebagai arus listrik
e. Rekorder
2002).
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
III Akademi Farmasi Samarinda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
flavonoid total bunga kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M. Sm.) dengan
B. Obyek Penelitian
Obyek yang diteliti yaitu kadar flavonoid total dengan perbedaan cara
bagian kelopak bunga kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M. Sm.) yang segar
20
dari petani bunga kecombrang di Jl. Juanda 11, Kelurahan Air Putih Kota
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu
D. Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti berupa variabel bebas, variabel terikat dan variabel
kontrol.
1. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu metode ekstraksi maserasi dan
refluks.
2. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kadar flavonoid total bunga
kecombrang.
E. Definisi Operasional
simplisia dalam suatu wadah yang diberi pelarut dengan beberapa kali
4. Refluks adalah suatu proses ekstraksi panas dengan cara pemanasan dengan
pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah
antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom pada suatu zat kima
a. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserator, labu alas bulat,
penangas air, ayakan mesh 60, corong gelas, spatel, batang pengaduk, cawan
b. Bahan Penelitian
22
(Etlingera elatior (Jack) R.M. Sm.) yang diperoleh dari petani bunga di Jl. Juanda
11 Kelurahan Air Putih, Samarinda, etanol 96%, aquades, alumunium foil, kertas
saring, blue tip, pereaksi mayer, pereaksi bouchardat, pereaksi dragendorf, serbuk
Kloroform, Asam Klorida Pekat, sam ulfat pekat, Asam Asetat Anhidrat,
2. Cara Kerja
a. Determinasi Tanaman
b. Pengolahan Sampel
2) Pembuatan Simplisia
dari petani bunga kecombrang di Jl. Juanda 11, Kelurahan Air Putih
kecombrang dari batang, bagian bunga yang sudah rusak, dan pengotor lain.
simplisia yang tidak mudah rusak dengan cara ditutup dengan kain hitam
3) Ekstraksi
c) Rendemen
c. Skrining Fitokimia
1) Uji Alkaloid
Alkaloid dianggap positif jika terjadi endapan atau paling sedikit dua
2) Uji Flavonoid
100 mL air panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan
3) Uji Tanin
mL larutan lalu ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1%.
4) Uji Saponin
kuat selama 10 detik, terbentuk buih atau yang selama tidak kurang dari 10
26
menit setinggi 1-10 cm, pada penambahan 1 tetes larutan asam klorida 2N,
5) Uji Triterpenoid/Steroid
1) Blanko
dalam labu ukur 50 mL, dibilas gelas kimia dengan etanol 96% dan volume
dicukupkan dengan pelarut etanol 96% sampai tanda batas, digojok perlahan
sampai homogen.
Dari larutan induk kuersetin 200 ppm dibuat larutan standar dibuat
dengan konsentrasi 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5 ml dipipet ke dalam labu ukur 10 mL,
larutkan dengan etanol 96% sampai tanda batas, sehingga diperoleh masing-
dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 96% 1,5 mL, alumunium
klorida 10% 0,1 mL, kalium asetat 1M 0,1 mL dan ditambahkan aquadest
2,8 mL, dikocok sampai homogen. Serapan di ukur absorbansi pada range
larutan standar masing-masing konsentrasi 10, 20, 30, 40, 50 ppm di pipet
ditambahkan etanol 96% 1,5 mL, alumunium klorida 10% 0,1 mL, kalium
dalam labu ukur 10 mL, dibilas gelas kimia dengan etanol 96%, kemudian
dengan konsentrasi 100 ppm. Lalu larutan dengan konsentrasi 100 ppm
ditambahkan etanol 96% 1,5 mL, alumunium klorida 10% 0,1 mL, kalium
Keterangan :
C = Konsentrasi kadar flavonoid (mg/L)
V = Volume total ekstrak (ml)
Fp = Faktor pengenceran
m = Berat sampel (mg)
G. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
deskriptif yang didasarkan pada perhitungan flavonoid total dari metode masreasi
dan refluks. Data hasil penelitian di laboratorium disajikan dalam bentuk tabulasi.
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
sampel tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga kecombrang
(Etlingera elatior (Jack) R.M. Sm.) yang dapat dilihat pada lampiran 2.
Sm.)
elatior (Jack) R.M. Sm.). Bunga kecombrang yang digunakan sebagai sampel
sebelumnya dilakukan proses sortasi basah dipisahkan dari tangkai, daun dan
31
kelopak bunga yang kering dan busuk. Bunga kecombrang dicuci dengan air
kotoran yang masih melekat. Kelopak bunga kecombrang dirajang menjadi lebih
kecil dengan tujuan untuk memperluas permukaan bahan baku. Semakin kecil
ukuran bahan yang akan dikeringkan maka semakin cepat penguapan airnya
untuk menurunkan kadar air sehingga tidak mudah ditumbuhi jamur dan bakteri
yang dapat mempengaruhi kandungan zat aktif. Pengurangan kadar air akan
(Sudirman, dkk., 2011). Faktor yang mempengaruhi pengeringan yaitu waktu dan
suhu. Suhu yang tinggi akan mempercepat proses pengeringan, tetapi harus
mempertimbangkan daya tahan kandungan zat aktif yang kebanyakan tidak tahan
dengan kain hitam memiliki kadar flavonoid yang paling tinggi karena simplisia
tidak terkena sinar matahari secara langsung sehingga kandungan aktif dalam
simplisia tidak rusak dan juga memiliki sirkulasi udara yang bagus sehingga
simplisia dari benda asing dan pengotor lain. Simplisia kering yang didapat
setelah proses sortasi kering sebayak 300g. Susut pengeringan dari bunga segar
hingga menjadi simplisia kering yaitu 10%, sehingga simplisia yang diperoleh
32
dapat dikatakan baik. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar lebih dari
10% dapat menjadi media pertumbuhan mikroba dan dengan adanya air akan
terjadi reaksi enzimatis yang dapat menguraikan zat aktif sehingga mengakibatkan
sehingga kontak dengan pelarut lebih besar dan penyarian lebih optimal. Ukuran
partikel yang berbeda akan memiliki luas permukaan kontak yang berbeda. Luas
permukaan kontak yang berbeda akan menyebabkan jumlah yang tersari berbeda.
Kontak yang luas antara simplisia dan pelarut akan memberikan kesempatan yang
Sm.)
mengetahui metode manakah yang dapat memberikan hasil yang lebih optimal
dalam penarikan senyawa aktif dari suatu tanaman, baik dari jumlah ekstrak
maupun jumlah kadar senyawa aktifnya. Metode ekstraksi yang digunakan adalah
Metode maserasi yaitu proses penarikan zat aktif dari suatu simplisia
yang tidak tahan terhadap pemanasan (Henrich, 2006). Proses ekstraksi dilakukan
g dalam 500 mL etanol 96%. Serbuk simplisia terlebih dulu dimaserasi dengan
dengan penambahan 250 mL etanol 96%. Filtrat yang didapatkan dari maserasi
dan remaserasi kemudian dikumpulkan dan diuapkan diatas diatas penangas air
hingga menjadi ekstrak kental. Hasil ekstraksi berupa ekstrak kental berwarna
Metode refluks yaitu proses penarikan zat aktif dari suatu simplisia dengan
tertentu dan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik
Serbuk simplisia dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersamaan dengan cairan
penyari lalu dipanaskan selama 3 jam diatas heating mentle dengan suhu terjaga
Penyaringan dilakukan untuk memisahkan filtrat dan ampas hasil refluks. Filtrat
yang didapatkan kemudian dikumpulkan dan diuapkan diatas diatas penangas air
34
hingga menjadi ekstrak kental. Hasil ekstraksi berupa ekstrak kental berwarna
Kedua metode ekstraksi dilakukan dengan jenis dan jumlah pelarut yang
sama. Pelarut yang digunakan adalah etanol 96%. Pemilihan pelarut etanol dengan
konsentrasi tinggi didasarkan pada tingkat kemudahan saat diuapkan serta sifatnya
yang mampu melarutkan hampir semua zat, baik yang bersifat polar, semi polar,
dan non polar serta dapat menarik senyawa flavonoid secara optimum (Harliany,
2016).
Rendemen merupakan presentase antara bagian yang dapat terekstrak dari bahan
mentah. Semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan menandakan nilai ekstrak
Ekstrak kental dari metode refluks 1 diperoleh yaitu sebanyak 3,58 gram
dengan rendemen 7,16%, pada refluks 2 diperoleh ekstrak sebanyak 4,95 gram
dengan rendemen 9,90% dan ekstrak kental dengan metode maserasi 1 diperoleh
yaitu sebanyak 2,77 gram dengan rendemen 5,54%, pada maserasi 2 diperoleh
ekstrak sebanyak 2,94 gram dengan rendemen 5,88% (tabel 3). Besar kecilnya
ekstraksi dipengaruhi oleh jenis pelarut yang digunakan sebagai penyari, ukuran
menghasilkan rendemen yang lebih tinggi dari pada metode maserasi pada sampel
bunga kecombrang. Hal ini disebabkan karena pada metode refluks diikuti dengan
meningkat akibat suhu pelarut yang tinggi (Jain, dkk., 2009). Pada metode
maserasi tidak ada penambahan panas pada proses ekstraksi, yang hanya
sel berlangsung statis meskipun telah dilakukan pergantian pelarut dengan cara
remaserasi (Nurasiah, 2010). Suhu merupakan salah satu faktor yang dapat
secara sempurna oleh pelarut pada temperature suhu kamar (Damar, dkk., 2014).
D. Skrinning Fitokimia
mendeteksi keberadaan metabolit sekunder yang terdapat pada suatu bahan alam.
Uji fitokimia dilakukan sebagai data pendukung kualitatif. Uji beberapa senyawa
alkaloid, tanin, saponin, steroid dan triterpenoid. Hasil skrinning fitokimia ekstrak
Tabel 4, sambungan
saponin, untuk alkaloid, triterpenoid dan steroid adalah senyawa yang cenderung
bersifat semi polar dan non polar sedangkan pada proses ekstraksi bunga
kecombrang digunakan pelarut etanol 96% yang memiliki sifat lebih cenderung
Penelitian Lestari, dkk (2015) dengan menggunakan pelarut etil asetat dan
metanol juga menunjukkan hasil negatif pada hasil skrinning senyawa alkaloid,
senyawa flavonoid dalam ekstrak etanol bunga kecombrang adalah 431 nm.
kompleks antara aluminium klorida dengan gugus keto pada atom C-4 dan gugus
hidroksi pada atom C-3 atau C-5 yang bertetangga dari golongan flavon dan
senyawa flavonoid kuat golongan flavonol yang memiliki gugus keto pada atom
C-4 dan gugus hidroksi pada atom C-3 atau C-5 yang bertetangga (Desmiyati,
dkk., 2009). Flavonol diketahui sebagai senyawa penciri adanya flavonoid karena
Klorida
sekitar 350-500 nm. Panjang gelombang maksimum yang dihasilkan adalah 431
tersebut kemudian digunakan untuk mengukur serapan kurva kalibrasi dan sampel
Dibuat lima seri standar dengan konsentrasi yang berbeda. Nilai absorbansi
dari lima konsentrasi yang berbeda selanjutnya dibuat kurva kalibrasi dengan
2012).
dengan metode maserasi dan refluks menghasilkan nilai kadar flavonoid tertinggi
pada
hasil ekstraksi refluks. Kadar flavonoid yang dihasilkan dari kedua metode
ekstraksi bunga kecombrang yang diteliti, yang memiliki kadar rata-rata flavonoid
tertinggi adalah metode ekstraksi refluks yaitu sebesar 4,60%, hal ini juga setara
dengan nilai absorbansi yang terukur dimana metode ekstraksi maserasi memiliki
absorbansi lebih tinggi dalam penelitian ini. Begitu juga dengan metode ekstraksi
maserasi yang memiliki kadar rata-rata flavonoid rendah dengan nilai sebesar
3,97%. Hal ini juga setara dengan nilai absorbansi yang terukur, dimana metode
dengan kadar flavonoid memiliki hubungan yang linear yaitu semakin tinggi
absorbansi yang terukur maka kadar kadar flavonoid yang terkandung didalam
merupakan metode ekstraksi yang lebih baik karena proses penarikan lebih
maksimal dalam waktu yang singkat dan adanya bantuan pemanasan (Hasanah,
proses ekstraksi. Ekstraksi dengan bantuan pemanasan dinilai lebih efektif karena
pada saat pemanasan kandungan minyak atsiri dalam bunga kecombrang lebih
2014).
jenis pelarut yang sama dapat terjadi dikarenakan lamanya waktu penguapan
ekstrak yang berbeda-beda. Proses penguapan ekstrak dengan penangas air pada
hasil ekstraksi metode refluks lebih singkat sekitar 5 hari sedangkan pada hasil
ekstraksi metode maserasi selama 6 hari dengan durasi penguapan sekitar 5 jam
Sampel yang terpapar suhu tinggi diatas 60ºC dalam waktu yang lama
justru akan merusak kandungan zat aktif sampel itu sendiri. Pada penelitian
ekstraksi, penurunan terjadi karena pigmen antosianin tidak stabil pada suhu
Liyana, dkk (2005) menyatakan bahwa ada hubungan antara suhu dan kandungan
suhu tertentu kemudian menurun seiring dengan peningkatan suhu yang lebih
tinggi.
senyawa fenol yang memiliki sistem aromatik terkonjugasi mudah rusak pada
memiliki ikatan glikosida dengan molekul gula. Ikatan glikosida akan mudah
lama waktu pemanasan berpengaruh terhadap kadar flavonoid total, hal ini
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
R.M. Sm.) yang dihasilkan dari metode refluks sebesar 4,60% dan dari metode
B. Saran
lanjut tentang :
(Jack) R.M. Sm.) dengan menggunakan metode ekstraksi dan jenis pelarut
lain.
43
yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G., 2009. Seri Farmasi Industri-2: Teknologi Bahan Alam (Edisi Revisi
dan Perluasan. Bandung: Penerbit ITB, Hal: 18-32.
Damar, .C., Max, R.J.R., dan Defny, .W., 2014. “ Kandungan Flavonoid dan
Aktivitas Antioksidan Total Ekstrak Etanol Daun Kayu Kapur
(Melanolepsis multiglandulosa Reinchf)”. Pharmacon Jurnal Ilmiah
Farmasi. Vol.3 (4). Hal: 15-16
Desmiyati, Y., Ratnawati, J., dan Andini, P. 2009. “Penentuan Jumlah Flavonoid
Total Ekstrak Etanol Daun Buah Merah (Pandanus conoideus Lamk.)
ecara Kolorimetri Komplementer”. J.Pharm. Sci. 36: 7.
Grotewold, E., 2006, The Science of Flavonoids, Springer Science and Business
Media Inc., United States of America.
Handa, S.S., Khanuja S.P.S., Longo G., Rakesh D.D., 2008, “Extraction
Technologies for Medical and Aromatic Plants”, International Centre for
Science and High Technology Journal, Trieste: Italy.
Harliany, D., Irham, T., dan Nurdiana, D., 2016. “ Uji Variasi Konsentrasi Pelarut
Etanol Terhadap Kadar Total Flavonoid Ekstrak Daun Romania (Bouea
macrophylla Griffith)”. J. Pharm. 6 (3): 1.
Henrich, M., Barnes, J., Gibsons, S., Williamso, E.M. 2004. Fundamental of
Pharmacognosy and Phytotherapi. J. International. Hungary: Elsevier.
Hal:144
Hidayat, SS, Hutapea, JR. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Edisi I.
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Hal: 440-441.
Jain, T., Jain, V., Pandey, R., Vyas, ., & hukla, . . 2009. “Microwave
Assisted Extraction for Phytoconstituens – An Overview. Asian Journal
Research Chemistry. 1 (2): 19.
Khopkar, S.M. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press. Hal: 204-
210.
Landyyun, R.S. 2008. “Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Dewandaru
(Eugenia uniflora L.)”. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Hal:5-7.
Lestari, T., Ruswanto. 2015. “Potensi ntikanker Dari Ekstrak Bunga
Kecombrang Dengan Berbagai Tingkat Kepolaran Terhadap el T47D”.
Jurnal Kesehatan. 14 (1): 9-10
Neldawati., R., dan Gusnedi. 2013. “Analisis Nilai Absorbansi Dalam Penentuan
Kadar Flavonoid Untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat. Journal Of
Physics”. Jurnal Fisika. (2). 76-78.
Sirait, M. 2007. Penuntun Fitokimia Farmasi. Bandung: ITB Press. Hal: 129.
Pengolahan Sampel
Skrining Fitokimia
Pembuatan Blangko
= x 100 %
= 7,16%
= x 100 %
= 9,90 %
= x 100 %
= 5,54 %
50
= x 100 %
= 5,88 %
51
200 ppm =
X = 10 mg
b. Larutan Seri Standar (10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm dan 50 ppm)
1) 10 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 =
= 0,5 ml
2) 20 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 =
= 1 ml
3) 30 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 =
= 1,5 ml
4) 40 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 200ppm = 10 ml x 40 ppm
V1 =
= 2 ml
5) 50 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 =
= 2,5 ml
1000 ppm =
dengan etanol 96 %
53
M=
= 1 x 0,01 L =
= 0,9814 gram
= 981 mg
AlCl3 10% =
Kurva standar
0.6
0.5
Absorbansi
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Konsentrasi mg/l
y = 0,00782x – 0,00048
R2 = 0,99601
No. X Y XY X2 Y2
1. 10 0,0732 0,732 100 0,00535824
2. 20 0,1560 3,12 400 0,024336
3. 30 0,2472 7,416 900 0,06110784
4. 40 0,3050 12,2 1.600 0,093025
5. 50 0,3899 19,495 2.500 0,15202201
150 1,1713 42,963 5.500 0,33584909
Rata-rata 30 0,23426 8,5926 1.100 0,067169818
= 0,007824
̅ ̅
= 0,23426 – 0,23472
= - 0,00046
y = 0,007824x + (-0,00046)
= 0,007824x – 0,00046
56
√( )( )
=
√
=
√
=
√
= 0,9980
57
Kecombrang
a. Perhitungan Konsentrasi
1) Refluks 1 (R1A)
y = bx + a
x=
= 4,7545 ppm
2) Refluks 1 (R1B)
y = bx + a
x=
= 4,5499 ppm
3) Refluks 1 (R1C)
y = bx + a
x=
= 5,7136 ppm
Rata-rata (̅) =
= 5,0060 ppm
58
4) Refluks 2 (R2A)
y = bx + a
x=
= 3,5269 ppm
5) Refluks 2 (R2B)
y = bx + a
x=
= 4,4987 ppm
6) Refluks 2 (R2C)
y = bx + a
x=
= 4,5499 ppm
Rata-rata (̅) =
= 4,1918 ppm
59
7) Maserasi 1 (M1A)
y = bx + a
x=
= 2,9514 ppm
8) Maserasi 1 (M1B)
y = bx + a
x=
= 3,3606 ppm
9) Maserasi 1 (M1C)
y = bx + a
x=
= 2,9258 ppm
Rata-rata (̅) =
= 3,0792 ppm
60
y = bx + a
x=
= 5,4066 ppm
y = bx + a
x=
= 4,8824 ppm
y = bx + a
x=
= 4,3197 ppm
Rata-rata (̅) =
= 4,8696 ppm
61
( )
% Kadar = x 100 %
1) Refluks 1 (R1A)
( )
% kadar = x 100 %
= 4,7545%
2) Refluks 1 (R1B)
( )
% kadar = x 100 %
= 4,5499%
3) Refluks 1 (R1C)
( )
% kadar = x 100 %
= 5,7136%
Rata-rata % kadar =
= 5,0060 %
62
4) Refluks 2 (R2A)
( )
% kadar = x 100 %
= 3,5269%
5) Refluks 2 (R2B)
( )
% kadar = x 100 %
= 4,4987%
6) Refluks 2 (R2C)
( )
% kadar = x 100 %
= 4,5499%
Rata-rata % kadar =
= 4,1918 %
7) Maserasi 1 (M1A)
( )
% kadar = x 100 %
= 2,9514%
8) Maserasi 1 (M1B)
( )
% kadar = x 100 %
= 3,3606%
63
9) Maserasi 1 (M1C)
( )
% kadar = x 100 %
= 2,9258%
Rata-rata % kadar =
= 3,0792 %
( )
% kadar = x 100 %
= 5,4066%
( )
% kadar = x 100 %
= 4,8824%
( )
% kadar = x 100 %
= 4,3197%
Rata-rata % kadar =
= 4,8696 %
64
Rata-rata
̅
S=√ √ √
Rata-rata
̅
S=√ √ √
65
Maserasi
68
Sambungan,
69
Sambungan,
RIWAYAT HIDUP
pendidikan ke SMP Negeri 8 Balikpapan dan tamat pada tahun 2011. Setelah itu
tamat pada tahun 2014. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan perkuliahan ke
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan pada tahun