Pendidikan
Oleh:
NAILA SALSABILA
1848401181284
Oleh:
NAILA SALSABILA
1848401181284
i
PENGARUH PERBEDAAN PELARUT EKSTRAKSI DAUN
ALPUKAT (Persea americana Mill) TERHADAP HASIL
RENDEMEN
Naila Salsabila
1848401181284
STIKES Samarinda
apt. Fitri Handayani, M.Si. Ketua,
NIDN. 110907771
Pembimbing II
Tim Penguji:
Anggota:
1. apt. Siti Jubaidah, S.Far., M.Pd. …………
ii
MOTTO PERSEMBAHAN
MOTTO
PERSEMBAHAN
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KTI
benar -benar hasil karya sendiri, seluruh ide, pendapat, ataupun materi dan sumber
Pernyataan ini saya buat dengan sebenarrnya tanpa adanya tekanan dan
paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika
Naila Salsabila
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan
untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi
menjadi referensi untuk pembaca. Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan
kritik dari berbagai pihak. Demikian karya tulis ilmiah ini penulis susun, semoga
Dari awal hingga akhir proses penulisan Karya Tulis Ilmiah, tidak terlepas
dari bimbingan, bantuan dan dorongan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu
1. Bapak apt. Supomo, M.Si. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Samarinda
2. Ibu apt. Fitri Handayani, M.Si. selaku pembimbing I yang telah memberikan
3. Ibu apt. Reksi Sundu, M.Sc. selaku pembimbing II yang telah memberikan
v
bimbingan, dukungan, dan arahan serta masukan dalam pembuatan Karya
ini.
5. Ibu apt. Siti Jubaidah, S.Far., M.Pd. selaku penguji II yang telah
ini.
8. Kedua Orangtua, Keluarga, dan Saudara saya Bapak Muhkarom, Ibu Arik,
memberikan doa, dorongan, motivasi baik secara moril maupun materil, dan
10. Last but not least, I wanna thank me, for believing in me, for doing all this
hard work, for having no days off, for never quitting, for just being me at
all times.
vi
PENGARUH PERBEDAAN PELARUT EKSTRAKSI DAUN
ALPUKAT (Persea americana Mill) TERHADAP HASIL
RENDEMEN
ABSTRAK
Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaaan pelarut ekstraksi
daun alpukat (Persea americana Mill) terhadap hasil rendemen. Pelarut yang
dibandingkan dalam studi literatur ini adalah air, etanol, metanol, dan aseton.
Daun alpukat mengandung komponen fitokimia seperti saponin, flavonoid dan
alkaloid yang dapat digunakan sebagai obat-obatan. Studi ini dilakukan dengan
cara mengumpulkan, mempelajari dan menelaah buku-buku, dan dokumen yang
terkait seperti karya tulis ilmiah, skrpsi dan jurnal ilmiah. Data yang diambil
dalam studi ini adalah data sekunder yang berasal dari beberapa penelitian berupa
data rendemen dari perbedaan pelarut ekstraksi daun alpukat. Tahapan studi
literatur meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Analisis
data dilakukan dengan metode deskriptif dengan melihat data perbandingan hasil
rendemen ekstrak daun alpukat, dengan menggunakan pelarut ekstraksi yang
berbeda. Hasil penelitian nilai rendemen perbedaan pelarut dari ekstraksi maserasi
daun alpukat menghasilkan nilai rendemen yang berbeda pada setiap pelarutnya,
pada pelarut etanol 70% sebesar 11,76%, pelarut air sebesar 17,61%, pelarut
aseton sebesar 22,12%, dan pada pelarut metanol sebesar 22,54%. Perbedaan jenis
pelarut berpengaruh terhadap hasil nilai rendemen ekstrak daun alpukat, hal ini
dapat dilihat dari nilai konstanta dielektrik dan kemampuan pelarut menarik
molekul senyawa yang berbeda.
Kata kunci : persea americana mill, rendemen, skrining fitokimia, jenis pelarut
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………. ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………………………….. iii
PERNYATAAN KEASLIAN KTI………………………………………. iv
KATA PENGANTAR……………………………………………………. v
ABSTRAK ………………………………………………………………... vii
DAFTAR ISI………………………………………………………………. viii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………. xi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 3
viii
1. Pengertian Ekstrak……………………………………………….. 9
2. Proses Pembuatan Ekstrak……………………………………….. 10
3. Pengelompokan Ekstrak………………………………………….. 10
D. Ekstraksi……………………………………………………………… 10
E. Metode Ekstraksi Maserasi…………………………………………… 11
F. Pelarut………………………………………………………………… 12
G. Rendemen…………………………………………………………….. 16
H. Skrining Fitokimia…………………………………………………….. 17
1. Alkaloid…………………………………………………………… 17
2. Flavonoid………………………………………………………….. 17
3. Saponin……………………………………………………………. 17
4. Tanin………………………………………………………………. 18
5. Steroid……………………………………………………………... 18
6. Triterpenoid………………………………………………………... 18
ix
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 29
LAMPIRAN…………………………………………………………………... 32
RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………… 33
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Nilai Konstanta Dielektrik Berbagai Zat Pelarut ……………………... 16
2. Penelitian yang Dilakukan Sebelumnya …………………………............ 22
3. Hasil Skrining Fitokimia Pada Daun Alpukat (Persea americana Mill)….. 24
4. Hasil Rendemen Dengan Perbedaan Pelarut ……………………………... 26
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Daun Alpukat……………………………………………… 4
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tinggi yang berhawa sejuk (curah hujannya tinggi). Tumbuhan alpukat merupakan
salah satu yang memiliki manfaat sebagai obat tradisional, hampir semua bagian
dari tumbuhan ini memiliki khasiat sebagai sumber obat-obatan. Bagian buah
famili Lauraceae ini memiliki kandungan gizi yang tinggi, bagian daun digunakan
memiliki kemampuan kuat sebagai donor, dapat bereaksi dengan radikal bebas
untuk diubah menjadi senyawa yang sangat stabil dan mengakhiri reaksi rantai
dan alkaloid melalui uji fitokimia (Mardiyaningsing dan Nur, 2014). Metode
senyawa yang didapat dari alam dalam bentuk campuran, dan untuk mendapatkan
1
2
tertentu. Ekstraksi bertujuan untuk menarik senyawa kimia yang terdapat pada
zat ke dalam pelarut. Pelarut pada umumnya merupakan zat berada pada larutan
dalam jumlah yang besar, sedangkan zat lainnya dianggap sebagai zat terlarut.
Pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi merupakan pelarut yang terbaik
untuk zat aktif, sehingga zat aktif dapat dipisahkan dari simplisia dan senyawa
lainnya yang ada dalam simplisia tersebut (Marjoni, 2016). Penggunaan jenis
pelarut atau kekuatan ion pelarut dapat memberikan pengaruh terhadap rendemen
Berat hasil ekstraksi berupa ekstrak yang dapat ditentukan dengan nilai
(berat ekstrak yang dihasilkan) dengan berat awal (berat biomassa sel yang
persen (%), semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan menandakan semakin
tinggi kandungan zat yang tertarik ada pada suatu bahan baku dan nilai ekstrak
yang dihasilkan semakin banyak dan juga mutu ekstraksi menjadi lebih baik
(Budiyanto, 2015).
pengaruh perbedaan pelarut pada total rendemen ekstrak daun alpukat yang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi salah satu dasar ilmiah maupun
2. Hasil studi ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian dan pengembangan
3. Hasil studi ini dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat tentang
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Dicotyledons
SubClass : Magnoliidae
Ordo : Laurales
Family : Lauraceae
Genus : Persea Mill
Spesies : Persea americana Mill
(Noorul, dkk., 2016).
2. Nama Daerah
4
5
3. Morfologi Tumbuhan
alpukat merupakan tumbuhan dengan sistem perakaran yang tunggal yang mana
perakaran tersebut memiliki panjang 5-10 m. Akar ini memiliki fungsi seperti akar
pada tumbuhan lain yaitu menyerap air dan hara dari tanah serta akar ini dapat
berfungsi menopang tubuh tumbuhan alpukat agar tetap dapat berdiri tegak
bulat serta memanjang yang berukuran 5-10 m, batang tumbuhan ini tergolong
dalam batang kayu yang keras dan dilapisin kulit kayu keras, batang ini berwarna
2014).
dan letaknya berdesakan di ujung ranting. Daun bentuknya jorong sampai bundar
telur atau oval memanjang, tebal seperti kertas, pangkal dan ujung daun
Pertulangan daun agak menyirip dengan panjang 10-20 cm dan lebar 3-10 cm.
Daun alpukat berwarna kemerahan, sedangkan daun tua berwarna hijau. Bunga
majemuk, berbentuk bintang, berkelamin dua, tersusun dalam malai yang keluar
dekat ujung ranting, dan berwarna kuning kehijauan. Buah alpukat merupakan
buah buni, berbentuk bola atau bulat telur dengan panjang 5-20 cm. Buah
berwarna hijau atau hijau kekuningan dan berbiji satu di mana biji berbentuk bulat
seperti bola dengan diameter 2,5-5 cm. Daging buah jika sudah masak lunak dan
dan Nur, 2014). Penelitian lain mengenai kandungan senyawa kimia pada daun
alpukat yaitu hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari (2014), mengenai
memiliki kandungan senyawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, dan saponin yang
B. Simplisia
1. Pengertian Simplisia
adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan
1. Simplisia Nabati
dari selnya atau zat nabati lain yang dengan cara tertentu dipisahkan
dari tumbuhannya.
2. Simplisia Hewani
Adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia
murni.
Adalah simplisia yang berupa bahan atau mineral yang belum diolah
atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia
murni.
2. Syarat Simplisia
Syarat simplisia yaitu bebas dari serangga, fragmen hewan, kotoran hewan,
menunjukkan tanda-tanda pengotor lain, tidak boleh mengandung bahan lain yang
3. Pembuatan Simplisia
yang baik dan dapat memenuhi syarat-syarat mutu yang diinginkan, tahapan
Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut mengandung
senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar. Kadar bahan aktif dalam
atau bagian tanaman yang digunakan saat panen, waktu panen dan
lingkungan tumbuhan.
b. Sortasi Basah
akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput
batang, daun, akar yang telah rusak, serta dari pengotor lainnya yang harus
dibuang.
c. Pencucian
yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih,
misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang
mengandung zat yang mudah larut dalam air yang mengalir, pencucian agar
d. Pengeringan
mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.
e. Pengemasan/ Penyimpanan
disimpan dalam wadah yang higroskopik yang kedap udara dan lebih baik
terbuat dari kaca, agar simplisia yang ada di dalamnya tidak cepat
C. Ekstrak
1. Pengertian Ekstrak
Ekstrak adalah suatu produk hasil pengambilan zat aktif melalui proses
sehingga zat aktif ekstrak menjadi pekat. Bentuk dari ekstrak yang dihasilkan
dapat berupa ekstrak kental atau ekstrak kering tergantung jumlah pelarut yang
interaksi dengan benda keras (logam) maka akan timbul panas (kalori)
2000).
3. Pengelompokan Ekstrak
a. Ekstrak cair, adalah ekstrak hasil penyarian bahan alam dan masih
mengandung pelarut.
D. Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan cara mengekstraksi zat aktif
11
dengan menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua
pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian,
Metode Ekstraksi dibagi menjadi dua bagian yaitu cara panas refluks,
soxhletasi, infus, dekok, dan digesti sedangkan cara dingin yaitu maserasi dan
perkolasi. Maserasi adalah salah satu metode ekstraksi yang dilakukan dengan
2016).
kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like). Ekstraksi zat aktif
dilakukan dengan cara merendam simplisia nabati dalam pelarut yang sesuai
selama beberapa hari pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya. Pelarut yang
digunakan akan menembus dinding sel dan kemudian masuk ke dalam sel
tanaman yang penuh dengan zat aktif. Pelarut yang berada di dalam sel
mengandung zat aktif sementara pelarut yang berada di luar sel belum terisi zat
aktif, sehingga terjadi ketidak seimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam
dengan konsentrasi zat aktif di luar sel. Perbedaan ini akan mengakibatkan
terjadinya proses difusi, dimana larutan dengan konsentrasi tinggi akan terdesak
ke luar sel dan digantikan oleh pelarut dengan konsentrasi rendah. Peristiwa ini
12
E. Pelarut
1. Definisi Pelarut
Pelarut merupakan zat yang berbeda pada larutan dalam jumlah yang besar,
sedangkan zat lainnya dianggap sebagai zat pelarut. Pelarut yang digunakan pada
proses ekstraksi harus merupakan pelarut terbaik untuk zat aktif yang terdapat
dalam sampel atau simplisia, sehingga zat aktif dapat dipisahkan dari simplisia
dan senyawa lainnya yang ada dalam simplisia tersebut. Hasil akhir dari ekstrak
ini adalah didapatkannya ekstrak yang hanya mengandung sebagian besar zat aktif
2. Macam-macam Pelarut
1. Air
Air adalah salah satu pelarut yang mudah, murah dan dipakai secara
luas oleh masyarakat. Pada suhu kamar, air merupakan pelarut yang baik
suatu zat kecuali zat-zat tertentu seperi condurangin, kalsium hidrat, garam
adalah air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan jamur dan
bakteri, sehingga zat yang diekstrak dengan air tidak dapat bertahan lama.
13
2. Etanol
Berbeda dengan air yang dapat melarutkan berbagai macam zat aktif,
untuk mengekstraksi bahan dari jenis-jenis gom, gula dan albumin. Selain
etanol sebagai pelarut adalah ekstrak yang dihasilkan lebih spesifik, dapat
sebagai pengawet.
3. Gliserin
dari simplisia yang mengandung zat samak. Disamping itu, gliserin juga
4. Eter
dianjurkan untuk pembuatan sediaan obat yang akan disimpan dalam jangka
5. Heksana
bumi. Heksana merupakan pelarut yang baik untuk lemak dan minyak.
6. Aseton
mampu melarutkan dengan baik berbagai macam lemak, minyak atsiri dan
damar. Akan tetapi, aseton tidak di pergunakan untuk sediaan galenik untuk
pemakaian dalam. Selain itu, bau dari aseton kuran enak dan sukar hilang
dari sediaan.
7. Kloroform
1. Berdasarkan Fungsinya
a. True Solvent
b. Diluent
cat.
c. Latent Solvent
pelarut.
d. Media Reaksi
2. Berdasarkan Kepolarannya
a. Pelarut Polar
merupakan pelarut yang cocok untuk semua jenis zat aktif (Universal)
lebih rendah.
memiliki ikatan dipol yang besar. Ikatan dipol ini biasanya merupakan
ikatan rangkap antara karbon dengan oksigen atau nitrogen. Pelarut ini
16
dielektrik yang rendah dan tidak larut dalam air. Pelarut ini baik
G. Rendemen
simplisia awal (DepKes, RI., 2000). Rendemen menggunakan satuan persen (%)
dimana semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan maka menandakan nilai
ekstrak yang dihasilkan semakin banyak, semakin tinggi nilai rendemen yang
dihasilkan maka semakin baik mutu yang diperoleh. Rendemen suatu ekstrak
17
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah metode ekstraksi
% Rendemen = x 100 %
H. Skrining Fitokimia
belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan yang dapat dengan cepat
dengan bahan alam yang tidak memilki kandungan fitokimia tertentu. Tujuan dari
1. Alkaloid
berbagai bagian tumbuhan yang biasanya dijumpai pada bagian biji, daun, ranting
dan kulit batang. Alkaloid mempunyai efek dalam bidang kesehatan berupa
antimikroba, obat penenang, obat penyakit jantung dan lain-lain (Marjoni, 2016).
2. Flavonoid
penyerbukan, fungsi lain dari flavonoid bagi tumbuhan adalah sebagai zat
18
3. Saponin
dalam beberapa tumbuhan. Saponin larut dalam air, tidak larut dalam eter dan jika
4. Tanin
beberapa khasiat, yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri dan antioksidan.
Tanin merupakan komponen senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar
5. Steroid
Steroid adalah senyawa bahan alam yang memiliki fungsi yang sangat
steroid terbagi atas dua yaitu berasal dari hewani, misalnya kolesterol dan kedua
6. Triterpenoid
berasal dari enam satuan isoprena dan diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik,
yaitu skualena. Senyawa ini berbentuk siklik atau asiklik dan sering memiliki
berupa alkohol, aldehid atau asam karboksilat. Berbentuk senyawa tak berwarna,
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
dokumen yang terkait seperti skripsi serta jurnal ilmiah. Tahapan penelitian yaitu :
(1) reduksi data berupa penyuntingan dan meringkas sehingga didapatkan data
utama inti tulisan yaitu pengaruh perbedaan pelarut pada total rendemen ekstrak
daun alpukat; (2) penyajian data yaitu data dalam tabel deskriptif; (3) penarikan
kesimpulan, melakukan verifikasi dan tinjauan ulang data yang didapat agar
penarikan simpulan dilakukan dengan benar. Studi literatur dilakukan pada bulan
B. Objek Penelitian
Objek studi literatur yaitu hasil rendemen ekstrak daun alpukat (Persea
C. Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam studi ini adalah metode analisis
deskriptif yaitu mengenai hasil rendemen ekstrak daun alpukat (Persea americana
20
21
sebagai berikut :
22
23
kelarutan senyawa tersebut dalam pelarut sesuai dengan prinsip like dissolve like
yaitu suatu senyawa akan terlarut pada pelarut dengan sifat yang sama.
Penggunaan jenis pelarut atau kekuatan ion pelarut dapat memberikan pengaruh
aktif dalam ekstrak suatu bahan alam secara kualitatif. Senyawa yang
diidentifikasi yaitu alkaloid, flavonoid, tanin, dan saponin. Pada studi literatur ini
ekstrak daun alpukat merupakan sampel pada skrining fitokimia yang diperoleh
Keterangan :
(+) mengandung metabolit sekunder
(-) tidak mengandung metabolit sekunder
Pada literatur yang telah dilakukan Sumiati (2016) kandungan metabolit sekunder
ekstrak air daun alpukat negatif mengandung alkaloid, dan positif mengandung
ekstrak etanol daun alpukat positif mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, dan
negatif mengandung tanin. Lalu, hasil penelitian Tengo (2013) ekstrak metanol
saponin, tanin, untuk ekstrak daun alpukat dengan pelarut aseton tidak dilakukan
menunjukkan bahwa proses ekstraksi lebih baik dan efektif menggunakan pelarut
organik dari pada ekstraksi dengan menggunakan air. Berdasarkan hasil skrining
dalamnya.
ekstrak daun alpukat (Persea americana Mill) metode maserasi dengan berbagai
(2019) menunjukkan ekstrak etanol daun alpukat dengan hasil rendemen sebesar
11,76%. Etanol 70% merupakan pelarut universal yang dengan baik melarutkan
26
senyawa kimia dalam tumbuhan baik senyawa polar maupun non polar, selain itu
etanol 70% efektif menghasilkan jumlah zat aktif yang optimal dan dapat
diperbaiki stabilitas bahan obat terlarut (Depkes, RI., 1986). Menurut penilitian
sebesar 22,12%. Aseton merupakan cairan penyari yang semi polar yang memiliki
sehingga dapat menarik senyawa polar dan semi polar (Verdiana, 2018). Hasil
2006 metanol merupakan cairan penyari yang mudah masuk ke dalam sel
melewati dinding sel bahan, sehingga metabolit sekunder yang terdapat dalam
sitoplasma akan terlarut dalam pelarut dan senyawa akan terekstraksi sempurna.
semakin tinggi nilai konstanta dielektrik pelarut maka semakin polar pelarut
dengan zat terlarut, viskositas, kestabilan kimia dan panas, tidak mudah terbakar,
(Marjoni, 2016).
tergantung pada beberapa faktor, yaitu jumlah simplisia yang diekstrak, derajat
ekstraksi, metode ekstraksi, dan kondisi pada saat proses ekstraksi (Marjoni,
daun alpukat adalah alkaloid, flavonoid, saponin. Pelarut air hanya dapat menarik
senyawa flavonoid dan saponin sedangkan pelarut etanol dan metanol dapat
ekstrak metanol daun alpukat karena mampu mengekstrak senyawa lebih baik,
karena perolehan senyawa didasari oleh kesamaan sifat kepolaran terhadap pelarut
sehingga lebih baik dari pelarut air, etanol dan aseton. Perbedaan hasil rendemen
ini dapat disebabkan oleh kemampuan pelarut dalam menarik molekul senyawa
PENUTUP
A. Kesimpulan
daun alpukat, hal ini dapat dilihat dari semakin tinggi nilai konstanta dielektrik
pelarut maka semakin polar pelarut tersebut begitu pula sebaliknya sehingga
rendemen berbeda dan dapat disebabkan oleh kemampuan pelarut dalam menarik
B. Saran
yang dimaserasi dengan pelarut lainnya seperti pelarut yang bersifat non polar.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
30
Kemit, N., Rai Widarta, I. W., Nocianitri, A. K. 2016. “Pengaruh Jenis Pelarut
Dan Waktu Maserasi Senyawa Flavonoid Dan Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana Mill)”. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Pangan. 5(2): 132-134.
Malangngi, Liberty P., Sangi, Meiske S., Paendong, Jessy J.E. 2012. “Penentuan
Kandungan Tanin dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Buah
Alpukat (Persea americana Mill.)”. Jurnal MIPA UNSRAT. 1(1): 5-10.
Sari, Rima Parwati. 2014. “Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea
americana Mill) Terhadap Pertumbuhan Enterococcus faecalis”. Jurnal
Kedokteran Gigi. 8(1): 1-10.
Stahl, E. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi Dan Mikroskopi,
diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung:
ITB Press. Hal: 3-17.
Sumiati, T., Effendi, F., Iskandar, M. S. 2016. “Potensi Ekstrak Air Daun Alpukat
(Persea americana Mill) Sebagai Diuretika Pada Tikus Putih Jantan”.
Jurnal Farmamedika. 1(1): 20-23.
Tengo, A. N., Bialangi, N., Suleman, N. 2013. “Isolasi Dan Karakterisasi
Senyawa Alkaloid Dari Daun Alpukat (Persea americana Mill)”. Jurnal
Sainstek. 7(1): 2-4.
Verdiana, M., Widarta, I., Permana, I. 2018. “Pengaruh jenis pelarut pada
ekstraksi menggunakan gelombang ultrasonik terhadap aktivitas antioksidan
ekstrak kulit buah lemon (Citrus limon (Linn.) Burm F.)”. Jurnal Ilmu Dan
Teknologi Pangan. 7(4): 213-222.
Yana, 2010. Alpukat. Jakarta : Penerbit Swadaya. Hal: 5-8.
Yohed, I dan R, A. Kristianita. 2017. “Pengaruh Jenis Pelarut Dan Temperatur
Terhadap Flavonoid Content Dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun
Nyamplung”. Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya.
32
(Pontoan, 2016).
33
RIWAYAT HIDUP
dijalani oleh penulis dimulai dari Sekolah Dasar Negeri Drenges 001 Kertosono,
Jawa Timur dan tamat pada tahun 2012 dan melanjutkan di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 34 Samarinda dan tamat pada tahun 2015, kemudian melanjutkan
UKM KSR pada periode tahun 2018-2019, selanjutnya pada tahun 2019-2020
penulis menjabat sebagai Sekertaris di UKM KSR. Pada tahun yang sama penulis
juga pernah menjabat sebagai anggota Divisi P2M di SEMA periode tahun 2018-
belajar dan berusaha penulis telah berhasil menyelesaikan pengerjaan tugas akhir
KTI ini. Semoga dengan penulisan tugas akhir KTI ini mampu memberikan