OLEH:
DESTI HASANAH
NIM : PO.71.39.0.14.050
Alhamdulillah puji syukur atas nikmat Allah SWT yang sangat luar biasa dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiahku sebagai tugas akhir di poltekkes kemenkes
palembang. Adapun karya tulis ilmiah ini ku persembahkan untuk semua orang
yang telah mendukungku selama ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada :
Kedua orangtuaku (Aljoni & Dewi Artati) yang selalu menyemangati,
mendo`akan dan memberiku kepercayaan diri dalam menjalani setiap
tahap-tahap tersulitku.
Kedua adikku (Dita Hasanah & Dania Hasanah). Kalian “moodbooster”
terhebat.
Pembimbingku ibu Mindawarnis,S.Si,Apt,M.Kes. ibu pembimbing
akademik sekaligus pembimbing KTI terima kasih atas motivasi, semangat,
dan bimbingannya selama ini.
Semua dosen dan staf farmasi yang telah membantu dalam menyelesaikan
KTI ini.
“The kardus 3 pintu” (elza dan yurike), sahabatku teman baikku dan yang
selalu membuat kost seperti kapal pecah tika, fatma, dhila, arma, ana, else,
dan dea.
Teman-teman seperjuangan kelas Reguler B dan Reguler A.
Sahabat TERsemuanya calon teman hidup masa depan egi chandra saputra
yang selalu kena imbas mood burukku.
Semua orang yang telah berkontribusi sekecil apapun itu dalam pengerjaan
KTI ini.
BIODATA
No. Hp : 082380217500
Agama : Islam
Ayah : Aljoni
Anak ke : 1 (satu)
2. Dania Hasanah
2. SDN 53 Prabumulih
3. SMPN 03 Prabumulih
4. SMAN 02 Prabumulih
Motto : “berjuang keras, berpikir cerdas, bekerja ikhlas”
ABSTRAK
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan
Judul “Formulasi Sediaan Tablet Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus
Heterophyllus L.) Dengan Variasi Polivinilpirolidon (PVP) Sebagai Pengikat
dan EvaluasiSifat Fisiknya” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah in, penulis banyak mendapatkan
motivasi, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Ibu Mindawarnis,S.Si,Apt,M.Kes selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi dalam penyelesaian
Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Dra. Ratnaningsih D.A,Apt,M.Kes selaku ketua jurusan farmasi
poltekkes kemenkes Palembang
3. Bapak dan ibu dosen pengajar serta staf poltekkes kemenkes Palembang
jurusan farmasi
4. Kedua orangtua dan keluarga yang selalu memberikan do`a dan motivasi
5. Teman-teman seangkatan yang telah memberikan semangat dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari akan keterbatasan, kemampuan, pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL........................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Daun Nangka ....................................................................................... 5
B. Diare ..................................................................................................... 8
C. Ekstrak .................................................................................................. 9
D. Tablet .................................................................................................... 12
E. Contoh Formulasi Tablet ...................................................................... 29
F. Preformulasi Tablet .............................................................................. 30
G. Rangkuman Preformulasi ..................................................................... 33
H. Kerangka Teori ..................................................................................... 34
I. Hipotesis ............................................................................................... 35
ii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................... 66
B. Saran ..................................................................................................... 67
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pada pengalaman dan keterampilan yang secara turun temurun telah diwariskan
Tanaman nangka sangat mudah diperoleh dan hampir seluruh bagian tanamannya
bisa digunakan untuk obat tradisional. Daun nangka diketahui berkhasiat sebagai
mengobati penyakit kulit (Praksh, et.al., 2013). Menurut Usman (dalam Anas dkk,
sangat sederhana yaitu dengan cara direbus lalu disaring dan air rebusannya
diminum.
Selain penggunaannya secara empiris daun nangka juga telah diteliti melalui
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Anas, dkk (2016) diketahui bahwa ekstrak
daun nangka 200mg/KgBB secara signifikan dapat menunda diare pada mencit
diinduksi dengan 0,5 mL castor oil. Efek antidiare ini disebabkan karena tanin
dan flavonoid yang terkandung di dalam daun nangka (Anas dkk, 2016). Sebagai
1
2
air (Carlo, et.al., 1993).Untuk penggunaan daun nangka sebagai obat antidiare
yang lebih praktis, daun nangka dapat dibuat sediaan farmasi seperti tablet. Tablet
merupakan bentuk sediaan yang praktis dan efektif karena mudah dikonsumsi,
tepat dosis, stabil, kompak,dan mudah dibawa (Siregar, 2010). Dalam formulasi
suatu tablet selain zat aktif ada juga beberapa bahan tambahan yang digunakan,
salah satu bahan tambahan yang dimaksud yaitu bahan pengikat. Bahan pengikat
tablet, dan menambah kohesivitas serbuk yang akan dibuat tablet (Siregar, 2010).
pirolidon (PVP). PVP dapat meningkatkan kekerasan tablet dan membuat tablet
lain yaitu dapat berfungsi sebagai pengikat yang baik untuk granulasi basah,
pengikat PVP 2% dalam formulasi tablet ekstrak daun teh menghasilkan tablet
menghasilkan sifat fisik tablet yang baik, sedangkan menurut Rowe dkk (2009)
PVP dengan konsentrasi 0,5%-5% digunakan sebagai pengikat yang baik pada
yang memenuhi syarat evaluasi fisik serta belum adanya penelitian terdahulu
tentang penggunaan PVP pada sediaan tablet ekstrak daun nangka, maka penulis
3
B. Rumusan Masalah
tablet yang memenuhi syarat secara fisik ditinjau dari keseragaman bobot?
tablet yang memenuhi syarat secara fisik ditinjau dari keseragaman ukuran?
tablet yang memenuhi syarat secara fisik tablet ditinjau dari kekerasan?
tablet yang memenuhi syarat secara fisik tablet ditinjau dari kerapuhan?
tablet yang memenuhi syarat secara fisik tablet ditinjau dari waktu hancur?
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
sediaan antidiare.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Taksonomi Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Morales
Famili : Moraceae
Genus : Artocarpus
5
6
2. Nama Lain
Sinonim : Artocarpus
Nama daerah
Maluku : tehele kaolin, nongga, naka kota, anaa, ane, ai naa wakane, ina
ale, tafela, amnaalo, tafena, anaalo, nangka, anaa, anaal, anaa wakan,
nakane, nakan, naang, nakang, naka, nakai, nangga, ndile, nakale, nak-nak,
krour.
Nama asing
Nama simplisia
(Dalimartha, 2008)
3. Morfologi Tanaman
dalam satu pohon. Buah besar bergantung pada batang atau cabang utama, bentuk
memanjang atau berbentuk ginjal, panjang 30-90 cm, lebar sekitar 50 cm, berkulit
tebal dengan duri temple pendek berbentuk piramida, berwarna hijau kekuningan,
dan berbau keras. Berat buah mencapai 20 kg, daging buah tebal berwarna kuning
di sekeliling biji. Biji lonjong, panjang 2,5-4 cm. Daun tebal seperti kulit, letak
berseling, panjang tangkai 1-4 cm. helaian daun memanjang atau bulat telur
sungsang, tepi rata kadang berlekuk 3-5, ujung meruncing, pangkal menyempit,
permukaan atas mengkilap, panjang 7-15 cm, lebar 4,5-10 cm, berwarna hijau tua.
4. Kandungan Kimia
glucoside, tannin, dan Ca oxalate. Getah mempunyai zat aktif asam serotat,
5. Khasiat Tanaman
Daun nangka digunakan untuk mengobati luka, demam, penyakit kulit, sebagai
darah tikus galur wistar yang diinduksi aloksan (Baha, 2015). Buah berkhasiat
B. Diare
1. Pengertian Diare
Diare adalah gangguan buang air besar (BAB) ditandai dengan BAB lebih
dari tiga kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah
parasit. Infeksi menyebar melalui makanan dan air minum yang terkontaminasi,
atau dari orang ke orang sebagai akibat dari kebersihan yang buruk (WHO, 2013).
Dalam definisi lain diare adalah keadaan buang air dengan banyak cairan
hingga pelintasan chymus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air
pada saat meninggalkan tubuh sebagai tinja (Tjay dan Rahardja, 2007)
2. Pengobatan Diare
Kelompok obat yang sering digunakan saat diare menurut Tan dan Rahardja
(2007) yaitu :
9
furazolidon.
a. Zat-zat peristaltik : memberikan lebih banyak waktu untuk absorbsi air dan
elektrolit oleh mukosa usus. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah candu
menyerap (adsorbsi) zat-zat beracun atau toksin yang dihasilkan oleh bakteri
atau toksin yang dihasilkan oleh bakteri atau yang berasal dari makanan.
C. Ekstrak
1. Pengertian ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif
dari simplisia nabati atau simplisisa hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
1. Pembagian Ekstrak
empat yaitu:
dingin dan tidak dapat dituang dengan kandungan air berjumlah sampai
30%.
d. Ektrak cair (extractum fluidum) adalah sediaan cair yang dibuat sedemikian
rupa, sehingga satu bagian simplisia sesuai dengan dua bagian ekstrak cair.
Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan
mentah obat, dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan
a. Maserasi
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa
dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok
dimasukkan ke dalam bejana, lalu dituangi 75 bagian cairan penyari, ditutup dan
diperas. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya, diaduk dan diserkai, sampai
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
umumnya dilakukan pada suhu kamar. Proses penyarian simplisia dengan jalan
mengalirkan cairan penyari yang sesuai secara lambat melalui simplisia dalam
suatu perkolator. Perkolasi bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan
biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan
c. Sokletasi
dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Proses
penyarian pada sokletasi yaitu bahan yang akan disaring berada dalam kantong
ekstraksi (kantong, kertas) didalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang diantara
labu suling dan suatu zat pendingin air balik dan dihubungkan melalui pipet. Labu
tersebut berisi bahan pelarut yang menguap jika diberi pemanasan akan menguap
gelas dan setelah mencapai tinggi maksimum secara otomatis ditarik kedalam labu
dengan demikian zat akan tersari tertimbun didalam labu tersebut (Voigt, 1994).
D. Tablet
1. Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat
tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai pengisi, zat pengembang, zat
pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok (Depkes RI, 1979).
bioavailabilitas penuh dan dapat dipercaya dari obat yang sukar dibasahi dan
kahesi yang baik dari zat amorf atau gumpalan. Namun demikian, walupun obat
sebab masih banyak tujuan bersaing dari bentuk sediaan ini (Lachman, 1994).
a. Keuntungan Tablet
2) Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling
kompak.
3) Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan murah untuk
bila bersalut yang memungkinkan pecah atau hancurnya tablet tidak segera
terjadi.
(Lachman, 1994)
b. Kerugian tablet
1) Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung
2) Obat yang sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya rendah atau tinggi,
dari sifat di atas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasikan dalam
bentuk tablet.
3) Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan,
obat yang peka terhadap oksigen atau kelembaban udara perlu pengapsulan
3. Penggolongan Tablet
dalam pembuatan tablet. Granulasi basah dapat dibuat dengan cara menambahkan
bahan pengikat pada campuran bahan berkhasiat dan bahan tambahan kemudian
dicampur sehingga terbentuk adonan lembab yang siap dibuat granul. Tahap-tahap
pembuatan tablet dengan metode granulasi basah dimulai dengan menimbang dan
1) Keseragaman serbuk yang luas dapat diproses bersama dalam bets tunggal
3) Laju disolusi zat aktif yang tidak larut dapat ditingkatkan dengan granulasi
basah
(Siregar, 2010)
16
tetapi dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya besar dari campuran
dalam granul yang lebih kecil. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang
tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannaya terhadap
(Ansel, 2008).
2) Baik untuk zat aktif yang peka terhadap pelarut dan tidak stabil pada suhu
tinggi
3) Memiliki bobot jenis granul yang lebih tinggi dibandingkan dengan granul
2010)
Metode ini dilakukan terhadap bahan-bahan yang mudah mengalir atau sifat
2) Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan
lembab
3) Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses
granul tapi langsung menjadi partikel. Tablet kempa langsung berisi partikel
halus, sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel halus terlebih
dahulu.
(Siregar, 2010)
18
1) Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara obat dengan pengisi
3) Karena kempa langsung keadaannya kering, aliran statis dapat terjadi pada
Bahan tambahan dalam pembuatan tablet adalah semua bahan dalam tablet
selain zat aktif. Bahan tambahan harus stabil dan tidak mempengaruhi zat aktif
dan obat. Pada dasarnya bahan tambahan harus bersifat netral, tidak berbau, tidak
berasa dan sedapat mungkin tidak berwarna (Voigt, 1994). Bahan tambahan
diperlukan bila dosis obat terlalu kecil sehingga tidak mungkin untuk dicetak dan
untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau untuk
tambahan berupa :
a. Bahan Pengisi
Pada peracikan obat yang mengandung zat aktif dalam jumlah kecil
diperlukan bahan pengisi untuk memungkinkan suatu pencetakan tetapi pada obat
yang berdosis cukup tinggi bahan pengisi tidak diperlukan untuk menjamin tablet
memiliki ukuran atau massa yang dibutuhkan (0,1-0,8 g) (Voigt, 1994). Bahan
pengisi mempunyai syarat yaitu netral, tidak toksik, harganya murah, stabil secara
19
kimia dan fisika, tidak mengganggu bioavailabilitas, bebas mikroba, tidak saling
digunakan adalah jenis pati (pati kentang, gandum dan jagung) dan laktosa,
b. Bahan Pengikat
granulasi basah untuk meningkatkan daya kohesi antar partikel. Unsur pengikat
dalam tablet juga membantu merekatkan granul satu dan yang lainnya, menjaga
lebih sering digunakan karena larutan pengikat lebih efektif daripada bentuk
dalam sebuah butir granulat untuk menjamin kekompakan dan daya tahan tablet
sehingga tablet yang dihasilkan tidak rapuh (Voigt, 1994). Bahan pengikat yang
sering digunakan adalah air, alkohol, aseton, mucilago akasia (10-25%), larutan
glukosa (50% alkohol : 25% glukosa : 25% air), larutan glukosa (25%-50%), etil
selulosa (5%) dalam alkohol, PEG (Polietilenglikol) 4000 atau 6000, PVP
c. Bahan Penghancur
hancurnya tablet ketika kontak dengan cairan saluran pencernaan. Dapat berfungsi
menarik air ke dalam tablet, mengembang dan menebabkan tablet pecah menjadi
(Lachman, 1994).
Suatu bahan anti lekat dapat juga memiliki sifat-sifat pelincir dan pelicin.
Bahan pelincir digunakan untuk mengurangi gesekan antara dinding tablet dengan
die, pada saat tablet ditekan ke luar. Anti lekat bertujuan untuk mengurangi
lengketnya granul atau adhesi serbuk pada permukaan punch atu dinding die.
Pelicin ditujukan untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan jalan
mengurangi ditujukan untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan jalan
sebagai pelincir yaitu asam stearat, garam-garam asam stearat dan derivat-
derivatnya. Bahan yang digunakan sebagai bahan anti lekat yaitu talk, magnesium
stearat, dan koloid silika. Bahan-bahan yang digunakan sebagai pelicin atau
pemacu aliran adalah talk konsentrasi 5%, tepung jagung konsentrasi 5-10%, atau
koloid-koloid silika seperti Carbo-Sil, Siloid, atau Aerosil dalam konsentrasi 0,25-
3% (Lachman, 1994).
21
yaitu:
a. Binding
lubang biasanya disebabkan oleh lubrikasi yang tidak cukup. Perlawanan tablet
untuk keluar dari lubang kempa menyebabkan mesin tablet berdecit dan
biasanya terjadi karena pengeringan yang tidak memadai atau granulasi yang
berbintik. Picking adalah suatu bentuk stiking ketika bagian kecil granul melekat
pada permukaan pons dan bertambah setiap putaran mesin tablet sehingga
picking dan sebagian besar karena kelembaban berlebihan dalam proses granulasi,
suhu tinggi atau hilangnya permukaan pons yang terpoles karena aus.
berlebihan, titik leleh bahan yang rendah, kohesi bahan individual tidak cukup
serbuk berlebihan, lubrikasi yang tidak cukup, lubang kempa, dan pons tumpul,
bawah tablet dari bagian utama tablet. Capping terjadi apabila bagian atas tablet
berpisah dari bagian utama tablet dan terlepas sebagai suatu topi.Laminating
adalah pemisahan tablet menjadi dua atau lebih lapisan berbeda. Penyebab
laminating sama dengan capping, kecuali jika tablet membelah dan pecah pada
sisi dan dikeluarkan dalam dua bagian. Biasanya capping dan laminating dapat
terjadi beberapa jam atau bahkan beberapa hari kemudian. Pengujian friabilitas
adalah pengujian yang paling cepat untuk mengetahui masalah seperti ini.
Beberapa penyebab capping dan laminating adalah udara yang terjerat di antara
Chipping adalah tablet yang terpotong putus atau rusak pada bagian sekitar
pinggiran tablet. Hal ini mungkin disebabkan oleh peralatan yang rusak atau
penyetelan peralatan yang tidak tepat. Berbeda dengan cracking, tablet biasanya
retak pada bagian pusat puncak dan disebabkan oleh pemuaian tablet. Keretakan
e. Mottling
Mottling adalah distribusi warna yang tidak merata pada suatu tablet, dengan
daerah terang atau gelap yang menonjol pada suatu permukaan yang seharusnya
seragam. Salah satu penyebab bercak-bercak adalah zat aktif yang warnanya
berbeda dengan eksipien tablet suatu zat aktif yang hasl penguraiannya berwarna.
23
1. Granul
dibuat dengan cara melembabkan serbuk atau campuran serbuk yang digiling dan
dimelewatkan adonan yang sudah lembab pada celah ayakan yang sesuai dengan
granul dimaksudkan supaya campuran serbuk mengalir bebas dan merata dari
hopper (Wadah berbentuk corong, yang menampung obat dan mengatur arusnya
menuju mesin pembuat tablet) ke dalam cetakan, mengisinya dengan tepat dan
merata (Ansel, 2008). Persyaratan granul yang baik adalah dalam bentuk dan
butiran yang sempit tidak lebih dari 10% mengandung komponen yang terbentuk
serbuk, memiliki daya luncur yang baik, menunjukkan kekompakan mekanis yang
memuaskan, tidak terlampau kering (sisa lembab 3-5%) mudah hancur di dalam
a. Kecepatan Alir
akan dibuat sediaan akan memiliki kecepatan alir yang memenuhi syarat sehingga
sejumlah granul tersebut dapat dengan mudah mengalir dalam alat cetak untuk
dapat menghasilkan keseragaman bobot yang baik. Granul yang baik akan
menghasilkan tablet yang seragam sehingga kadar zat aktif dalam sediaan dapat
terbagi sesuai dosis. Granul yang memiliki kecepatan alir kurang dari 1,6 g/detik
24
memiliki sifat alir yang sangat baik, 1,6-4 g/detik memiliki sifat alir yang baik, 4-
10 g/detik memiliki sifat alir yang sukar, 10 gr/detik memiliki sifat alir yang
sangat sukar (Aulton, 2002). Hubungan kecepatan alir granul dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 2. Hubungan Kecepatan Alir Dengan Sifat Alir Granul (Aulton, 2002)
Kecepatan Alir (g/detik) Sifat Alir Granul
<1,6 Sangat baik
1,6–4 Baik
4–10 Cukup
b. Sudut Diam
granul dengan bidang horizontal. Bila sudut diam lebih kecil atau sama dengan
30° biasanya menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas, bila sudutnya
lebih besar atau sama dengan 40° biasanya daya mengalirnya kurang baik. Sudut
Tan α =
Keterangan :
α = sudut diam
= jari-jari lingkaran alas kerucut
= tinggi kerucut granul
besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh sifat-sifat granul seperti ukuran
Hubungan sudut diam dengan sifat alir granul dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Hubungan Sudut Diam dengan Sifat Alir Granul (Lachman, 1994)
Sudut Diam Sifat Alir Granul
<25° Sangat baik
25°-30° Baik
30°-40° Cukup
c. Kompresibilitas
membutuhkan tekanan tinggi untuk dapat dikempa menjadi tablet. Kerapatan bulk
adalah ukuran yang digunakan untuk menyatakan segumpal masa cetak atau
m = massa
Vb = volume total
C= x 100%
Keterangan :
persatu dan dihitung bobot rata–ratanya. Hasilnya tidak lebih dari dua tablet yang
harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B.
27
persatu dengan menggunakan alat jangka sorong. Rataan diameter dan tebal tablet
dihitung nilainya dari hasil pengukuran tersebut. Kriteria yang baik jika diameter
tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang 1 1 /3kali tebal tablet (Depkes, 1979).
c. Evaluasi Kekerasan
sampai tablet retak atau pecah, kekuatan untuk tablet adalah sebesar 4-8 kg
(Ansel, 2008).
28
d. Evaluasi Kerapuhan
goncangan dan pengikis yang diakibatkan alat ukur. Kerapuhan atau juga disebut
keregasan ukuran dengan alat Roche Friabilator Tester (Depkes RI, 1979). Tablet
selama 100 putaran dengan kecepatan 25rpm. Tablet dibersihkan dan ditimbang
ulang, jika kehilangan berat kurang dari 1% masih dapat dibenarkan (Lachman,
1994)
naikkan keranjang secara teratur tiga puluh kali tiap menit. Tablet dinyatakan
hancur jika ada bagian tablet yang tertinggal diatas kaca, kecuali fragmen yang
berasal dari alat penyalut. Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima
tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60
2. Penelitian Susilowati (2010) dengan judul “Uji Mutu Fisik Tablet Ekstrak
Lactosa 288,5 mg
Explotab 5%
PVP 3%
Magnesium Stearat 1%
Aquadest q.s
30
G. Preformulasi Tablet
dengan kadar 1551 mg/hari, didapatkan dari konversi dosis ekstrak daun nangka
sebesar 200mg/KgBB pada mencit jantan galur BALB/C ke dosis manusia (Anas
dkk,2016). Pada penelitian ini akan dibuat tablet dengan kadar 172 mg/tablet
perbandingan ekstrak dan aerosil sebesar (2:1) sehingga didapatkan zat aktifnya
sebesar 258 mg. Zat aktif sebesar 258 mg/tablet lalu ditambahkan zat tambahan
yang cocok secukupnya untuk mencapai bobot tablet sebesar 600 mg/tablet.
2. Aerosil
mengurangi lengketnya partikel satu sama lain, dengan pengaturan aliran sehingga
gesekan partikel satu dengan yang lain sangat kurang. Aerosil memiliki ukuran
partikel kecil dan luas permukaan spesifik memberikan karakteristik aliran yang
sejumlah proses seperti pengisian kapsul (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009).
Selain digunakan sebagai absorben, aerosil juga digunakan sebagai pelincir dalam
3. Laktosa Anhidrat
Laktosa merupakan pengisi yang paling luas digunakan dalam formulasi sediaan
tablet. Laktosa anhidrat memberi keuntungan yang lebih, yaitu tanpa reaktivitas
dari reaksi Maillard, yang menimbulkan warna coklat (Siregar, 2010). Laktosa
31
anhidrat adalah laktosa kristalin yang mengalir bebas tanpa air hidrasi dan dapat
dikempa langsung. Laktosa anhidrat harus disimpan dalam wadah tertutup baik
pada tempat sejuk dan kering dan inkompatibilitis terhadap agen pengoksidasi
kuat yaitu asam amino, amfetamins dan lisinopril (Rowe, Sheskey, dan Quinn,
2009). laktosa anhidrat memiliki sifat disolusi yang baik karena pengaruh kuat
4. PVP (Polivinilpirolidon)
PVP merupakan pengikat polimer serbaguna yang baik untuk tablet dan
sebagai pengikat yang lebih unggul dibandingkan dengan pati (Siregar, 2010).
sebagai pengikat yang baik tidak hanya untuk metode granulasi basah, tetapi juga
untuk granulasi kering dan kempa langsung (Folttmann, et.al., 2008). Penggunaan
PVP dapat meningkatkan kekerasan tablet dan membuat tablet menjadi kompak
(Siregar, 2010). PVP adalah inert, sedikit higroskopis tidak mengeras selama
penyimpanan. Pemerian serbuk putih atau krim puth, berbau atau hampir tidak
berbau bersifat higroskopis inert. Larut dalam air, dalam methanol dalam asam,
dalam kloroform dan dalam keton, praktis tidak larut dalam hidrokarbon, dan
dalam mineral. Stabil pada suhu 110-130 derajat C, mudah terurai dengan adanya
udara dari luar, dapat bercampur dengan air, stabil bila disimpan ditempat kering.
Zat ini biasanya ditambahkan pada serbuk kering yang akan digranulasi kemudian
dibasahi dengan cairan penggranulasi, atau dalam suatu larutan dengan air,
sebagai zat pengikat, pengisi tablet atau coating agent dengan konsentrasi 0,5-5%
32
(Rowe, sheskey, dan Quinn, 2009). Penggunaan PVP dalam larutan berair,
5. Explotab
Explotab merupakan pati yang dimodifikasi. Pemerian serbuk putih sampai coklat
, tidak berbau atau hampir tidak berbau, higroskopik. Mudah larut dalam air dan
waktu desintegrasi tidak tergantung pada gaya kempa. Penggunaan explotab ini
6. Magnesium Stearat
mudah melekat di kulit, bebas dari butiran. Kelarutan tidak larut dalam air, dalam
etanol dan dalam eter (Depkes RI, 1995). Dalam pembuatan tablet magnesium
stearat berfungsi sebagai pelincir yang paling efisien dan lazim digunakan. Tidak
kompatibel dengan asam kuat, alkali, dan garam besi. Inkompatibilitas dengan
bahan pengolksidasi kuat. Magnesium stearat tidak dapat digunakan dalam produk
Persen penggunaan yang lazim digunakan yaitu 1% atau kurang dari 1% (Siregar,
2010). Magnesium stearat memiliki sifat lubrikan dan antiadheren yang baik tetapi
H. Rangkuman preformulasi
memenuhi syarat evaluasi fisik. Karena secara struktur dan kandungan senyawa
daun jambu monyet sama dengan daun nangka maka peneliti akan membuat tablet
dari acuan tersebut dengan memvariasikan pvp dengan konsentrasi 2%, 3%, dan
4 %.
untuk tablet dan sebagai pengikat yang lebih unggul dibandingkan dengan pati.
untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan dari evaluasi fisik tablet dari masing-
menghindari reaksi Maillard, yang menimbulkan warna coklat pada tablet . selain
itu juga laktosa anhidrat memiliki sifat disolusi yang baik (Siregar, 2010).
explotab ini biasanya menghasilkan granul yang mengabsorbsi air dengan cepat.
(Siregar, 2010).
melekatnya massa pada punch dan die. Persen penggunaan yang lazim digunakan
Penyebab diare :
malabsorbsi, alergi,
H. Kerangka Teori keracunan,
imunodefisiensi, dan
Daun Nangka
Infeksi (Dinkes, 2014)
(Artocapus
heterophyllus L.)
Menghambat
motilitas usus
Tanin (Adnyana dkk, Gerakan peristaltik usus
Ekstrak kental
2014) dan meningkat (Tjay dan
daun nangka Flavonoid
mengurangi sekresi Rahardja, 2007)
air (Carlo,et.al.,
1993)
Ekstrak kering Hipersekresi dan cairan
daun nangka menumpuk di usus (Tjay
dan Rahardja, 2007)
Diare
Formulasi tablet
Menurunkan aktivitas diare
I. Hipotesis
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
L.) dengan variasi PVP (Polivinilpirolidon) pada konsentrasi 2%, 3%, dan 4%
sebagai pengikat pada tablet secara granulasi basah. Pembuatan tablet yang
mengandung ekstrak daun nangka akan dievaluasi granul yang meliputi waktu
alir, sudut diam, dan kompresibilitas. Serta evaluasisifat fisik tablet yang meliputi
hancur.
C. Objek Penelitian
L.) yang segar berwarna hijau tua mengkilap, daun berbentuk lonjong dengan
Prabumulih.
36
37
D. Prosedur kerja
sebagai cairan penyari. Adapun prosedur kerja yang akan dilakukan sebagai
berikut :
a. Daun nangka dibersihkan dari pengotornya lalu dicuci bersih dengan air
mengalir.
terendam seluruh
f. Tutup botol dan diamkan selama lima hari ditempat yang terlindung dari
menit.
g. Setelah lima hari maserat disaring dan dibiarkan beberapa jam, kemudian
ekstrak kental.
38
a. Ekstrak kental daun nangka hasil ekstraksi yang telah dipekatkan dengan
(2:1) atau setengah dari ekstrak kental. Setelah itu dikeringkan pada suhu
3. Formula Tablet
PVP yang digunakan pada penelitian tersebut sebesar 3% dan tablet yang
senyawa kimia daun jambu monyet sama dengan daun nangka maka peneliti akan
konsentrasi 2%, 3%, dan 4 %. Rencana pembuatan tablet pada penelitian ini yaitu
sebanyak 120 tablet dengan bobot ± 600 mg/tabletnya bobot disetiap formulanya.
39
4 Explotab 5% 5% 5% Penghancur
5 PVP 2% 3% 4% Pengikat
6 Mg Stearat 1% 1% 1% Pelincir
Cairan
7 Aquadest q.s q.s q.s Penggranulasi
b. Lalu gerus ekstrak kering dengan laktosa anhidrat dan explotab sampai
homogen.
e. Kemudian ditimbang granul yang sudah kering, lalu diayak lagi dengan
ayakan no.16
40
kompresibilitas.
a. Kecepatan Alir
3) Lalu penutup corong dibuka dan granul dibiarkan mengalir sampai habis
b. Sudut Diam
3) Lalu penutup corong dibuka dan granul dibiarkan mengalir sampai habis
Tan α =
c. Kompresibilitas
ukur (Vb)
ke rumus kompresibilitas
C= x 100%
Keterangan :
m : Massa granul
6. Pembuatan Tablet
a. Granul yang sudah diayak, dilakukan evaluasi sifat fisik granul kemudian
dikocok homogen.
b. Setelah itu, cetak granul menjadi tablet dengan mesin pencetak tablet,
2) Lalu ditimbang satu per satu bobot tablet, hitung penyimpangan tiap tablet
3) Tidak boleh lebih dari 2 tablet bobotnya menyimpang dari bobot rata-
ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A dan tidak satu
tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari
b. Keseragaman Ukuran
2) Lalu ukur diameter dan tebalnya satu per satu menggunakan jangka sorong,
4) Kecuali dinyatakan lain garis tengah tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak
c. Kekerasan Tablet
3) Sebuah tablet diletakkan pada alat dengan posisi horizontal, lalu alat
5) Selanjutnya dilakukan pembaca skala yang tertera pada alat (Voigt, 1994).
d. Kerapuhan Tablet
4) Setelah itu tablet dikeluarkan dari alat, dibebasdebukan lagi dan ditimbang
-
Kerapuhan tablet = x 100%
e. Waktu Hancur
2) Lalu siapkan alat disintegrating tester, kemudian suhu diatur dalam bath
3) Setelah itu tablet tablet dimasukkan ke keranjang, lalu tekan tombol start
1. Alat-alat
heterophyllus L.) yaitu pisau, botol besar berwarna gelap tertutup untuk
analitik, mortir dan stamper, ayakan no 14 dan 16, lemari pengering, mesin
c. Alat-alat untuk evaluasi tablet : alat untuk evaluasi keseragaman bobot yaitu
neraca analitik, alat keseragaman ukuran yaitu jangka sorong, alat uji
45
kekerasan yaitu hardness tester machine, alat uji kerapuhan yaitu friabilator,
2. Bahan
a. Bahan untuk membuat ekstrak daun nangka, yaitu daun nangka (Artocarpus
F. Variabel Penelitian
tablet
G. Definisi Operasional
yang ditentukan
2. Keseragaman Ukuran
Hasil : Memenuhi syarat jika diameter tidak lebih dari tiga kali dan
tidak kurang dari satu sepertiga kali tebal tablet (Depkes, 1979)
3. Kekerasan Tablet
(Ansel, 2008).
4. Kerapuhan tablet
tablet
(Lachman, 1994).
5. Waktu hancur
hancur tablet.
1979).
48
Definisi :Evaluasi sifat fisik tablet dengan ekstrak daun nangka (Artocarpus
memenuhi persyaratan.
Hasil : Tablet memenuhi syarat secara fisik jika suatu formula memenuhi
fisik tersebut
49
H. Kerangka Operasional
dicuci
dihaluskan
Maserasi etanol 96%
Destilasi vakum
Ekstrak kental
Ekstrak kering
Zat pengisi Waktu alir
Granul Evaluasi granul
Zat pengikat Sudut diam
Zat Pelincir
Pencetakan
tablet
Evaluasi tablet
syarat
50
pengukuran terhadap sifat fisik granul dan sifat fisik tablet yang meliputi : waktu
penelitian ditampilkan dalam bentuk tabel dan dianalisis dengan standar teori
A. Hasil
Pada penelitian ini menggunakan daun nangka yang telah dikeringkan dan
dengan pelarut etanol 96% selama 5 hari. Maserat kemudian didestilasi vakum,
didapatkan 89,63 gram ekstrak kental. Rendemen yang diperoleh dari ekstrak
heterophyllus L.)
dari ekstrak kental sehingga didapatkan ekstrak kering daun nangka. Lalu ekstrak
kering dicampur dengan bahan-bahan lain untuk dibuat menjadi granul dan
dilakukan evaluasi granul yang meliputi kecepatan alir, sudut diam dan
kompresibilitas. Dari evaluasi sifat fisik granul ekstrak daun nangka didapatkan
51
52
Massa (g) 10 10 10
Kecepatan alir
4,69 4,54 3,31
(g/detik)
Keterangan: Memenuhi syarat, granul masuk dalam kategori sifat alir cukup baik
dengan waktu alir 4-10g/ detik, memiliki kategori sifat alir baik
dengan waktu alir 1,6-4 g/detik.
Keterangan: Memenuhi syarat, granul masuk dalam kategori sangat baik dengan
sudut diam <250
BJ sebelum
0,41 0,40 0,41
penghentakan
BJ setelah
0,44 0,43 0,45
penghentakan
heterophyllus L.)
Tabel 10. Hasil Evaluasi Keseragaman Bobot Tablet Ekstrak Daun Nangka
(Artocarpus heterophyllus L.)
Formula I Formula II Formula III
No. Bobot Penyimpangan Bobot Penyimpangan Bobot Penyimpangan
(gr) (%) (gr) (%) (gr) (%)
1 0,6218 1,62 0,6063 0,17 0,6028 0,08
2 0,5848 4,43 0,5901 2,51 0,5902 2,00
3 0,6338 3,58 0,6085 0,53 0,5884 2,30
4 0,6406 4,69 0,6035 0,30 0,6088 1,08
5 0,6404 4,65 0,6127 1,22 0,5972 0,85
6 0,5972 2,40 0,5877 2,91 0,5908 1,91
7 0,6193 1,21 0,5946 1,77 0,5968 0,91
8 0,6314 3,19 0,6081 0,46 0,6024 0,01
9 0,6270 2,47 0,5936 1,93 0,6153 2,16
10 0,5845 4,48 0,5902 2,49 0,6119 1,59
11 0,5995 2,03 0,5942 1,83 0,5923 1,66
12 0,6369 4,08 0,5983 1,15 0,5955 1,13
13 0,5940 2,92 0,6243 3,14 0,6043 0,33
14 0,5980 2,27 0,6037 0,26 0,6142 1,97
15 0,6288 2,76 0,5862 3,15 0,5957 1,09
16 0,5914 3,35 0,5976 1,27 0,6039 0,26
17 0,6131 0,20 0,5894 2,63 0,5909 1,89
18 0,6359 3,93 0,6097 0,73 0,5964 0,98
19 0,5887 3,79 0,5802 4,15 0,5956 1,11
20 0,6187 1,11 0,5825 3,77 0,6039 0,27
∑ 12,2397 12,1079 12,0470
X 0,6119 0,6053 0,6023
SD 0,02095 0,0112 0,0081
.Keterangan: Memenuhi syarat, penyimpangan bobot 2 tablet ekstrak daun nangka
tidak lebih dari 5% dan tidak satupun tablet lebih dari 10% terhadap
bobot rata-rata
54
Tabel 11. Hasil Evaluasi Keseragaman Ukuran Tablet Ekstrak Daun Nangka
(Artocarpus heterophyllus L.)
Formula I d/t Formula II d/t Formula III
No. d/t (cm)
d t (cm) d t (cm) d t
1 1,22 0,43 2,83 1,22 0,42 2,90 1,22 0.42 2,90
2 1,22 0,42 2,90 1,22 0,41 2,97 1,22 0,43 2,83
3 1,22 0,41 2,97 1,22 0,41 2,97 1,22 0,42 2,90
4 1,22 0,42 2,90 1,22 0,42 2,90 1,22 0,41 2,97
5 1,22 0,41 2,97 1,22 0,41 2,97 1,22 0,41 2,97
6 1,22 0,41 2,97 1,22 0,42 2,90 1,22 0,44 2,77
7 1,22 0,41 2,97 1,22 0,41 2,97 1,22 0,41 2,97
8 1,22 0,42 2,90 1,22 0,44 2,77 1,22 0,42 2,90
9 1,22 0,42 2,90 1,22 0,42 2,90 1,22 0,41 2,97
10 1,22 0,42 2,90 1,22 0,41 2,97 1,22 0,44 2,77
11 1,22 0,44 2,77 1,22 0,42 2,90 1,22 0,41 2,97
12 1,22 0,41 2,97 1,22 0,41 2,97 1,22 0,42 2,90
13 1,22 0,43 2,83 1,22 0,41 2,97 1,22 0,43 2,83
14 1,22 0,41 2,97 1,22 0,41 2,97 1,22 0,42 2,90
15 1,22 0,42 2,90 1,22 0,41 2,97 1,22 0,41 2,97
16 1,22 0,41 2,97 1,22 0,42 2,90 1,22 0,41 2,97
17 1,22 0,42 2,90 1,22 0,41 2,97 1,22 0,43 2,83
18 1,22 0,42 2,90 1,22 0,41 2,97 1,22 0,42 2,90
19 1,22 0,41 2,97 1,22 0,43 2,83 1,22 0,41 2,97
20 1,22 0,42 2,90 1,22 0,42 2,90 1,22 0,44 2,77
∑ 58,29 58,57 57,96
X 2,91 2,92 2,89
SD 0,0567 0,0559 0,07417
Keterangan: Memenuhi syarat, diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak
kurang dari satu sepertiga kali tebal tablet.
55
Kg
56
Tabel 14. Hasil Evaluasi Waktu Hancur Tablet Ekstrak Daun Nangka
(Artocarpus heterophyllus L.)
Waktu Hancur Tablet
No.
Formula I Formula II Formula III
1 10,35 menit 11,50 menit 19,20 menit
2 10,48 menit 12,15 menit 19,33 menit
3 11,00 menit 12,15 menit 21,00 menit
4 11,00 menit 12,38 menit 21,45 menit
5 11,15 menit 12,46 menit 23,00menit
6 11, 30 menit 13,00 menit 24,35menit
∑ 65,28 menit 73,64menit 128,33 menit
x 10,88 menit 12,27menit 21,38 menit
SD 0,3792 0,4905 2,0273
Keterangan: memenuhi syarat waktu hancur <15 menit, tidak memenuhi syarat
waktu hancur >15 menit.
Tabel 15. Rekapitulasi Evaluasi Sifat Fisik Granul Ekstrak Daun Nangka
(Artocarpus heterophyllus L.)
Formula
Evaluasi
I II III
Kecepatan alir (g/s) 4,69 MS 4,54 MS 3,31 MS
0
Sudut diam ( ) 23,27 MS 21,80 MS 19,80 MS
Kompresibilitas (%) 6,81 MS 6,97 MS 8,88 MS
MS 3 MS 3 MS 3
Jumlah
TMS 0 TMS 0 TMS 0
Keterangan : MS = Memenuhi Syarat
TMS = Tidak Memenuhi Syarat
57
Tabel 16. Rekapitulasi Evaluasi Sifat Fisik Tablet Ekstrak Daun Nangka
(Artocarpus heterophyllus L.)
Formula
Evaluasi
I II III
Rata-rata keseragaman
0,61 MS 0,60 MS 0,60 MS
bobot (%)
Rata-rata keseragaman
2,91 MS 2,92 MS 2,89 MS
ukuran
Rata-rata kekerasan
6,55 MS 6,95 MS 7,85 MS
(Kg)
Kerapuhan (%) 0,25 MS 0,17 MS 0,08 MS
Rata-rata waktu hancur
10,88 MS 12,27 MS 21,38 TMS
(menit)
MS 5 MS 5 MS 4
Jumlah
TMS 0 TMS 0 TMS 1
B. Pembahasan
heterophyllus L.)
a. Kecepatan Alir
formula I, II, dan III yaitu 4,69 gram/detik, 4,54 gram/detik dan 3,31 gram/detik.
Menurut Aulton (2002), sifat alir granul terbagi menjadi 4 kategori yaitu sangat
baik, baik, cukup, dan sangat sukar. Berdasarkan standar Aulton tersebut formula
I dan II masuk dalam kategori sifat alir cukup baik dengan kecepatan alir 4-10
g/detik, sedangkan formula III memiliki kategori sifat alir baik dengan kecepatan
alir 1,6-4 g/detik.Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan alir granul ketiga formula
bertambahnya konsentrasi PVP maka kecepatan alirnya akan semakin baik. Dari
ketiga formula, formula III memiliki kecepatan alir yang lebih cepat dibanding 2
formula lainnya karena pengikat PVP yang digunakan lebih banyak yaitu
4%.Menurut Parikh (2005) PVP bisa meningkatkan ukuran partikel sehingga bisa
menghasilkan sifat alir yang baik. Semakin kecil ukuran granul akan
menghambat waktu alir (Lachman dkk, 1994).Pengujan sifat alir granul ini
berkaitan dengan keseragaman bobot yang akan dibuat. Granul dengan sifat
sangat sukar mengalir akan menghambat proses pengisian ruang cetak sehingga
b. Sudut Diam
granul dengan bidang horizontal. Seperti halnya evaluasi kecepatan alir, evaluasi
sudut diam juga berkaitan dengan sifat alir granul yang akan dihasilkan. Menurut
Lachman (1994), bila sudut diam lebih kecil atau sama dengan 30° biasanya
menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas, bila sudutnya lebih besar atau
sama dengan 40° biasanya sifat alirnya kurang baik. Datasudut diam yang didapat
dari formula I, formula II dan formula III masing-masing 23,260 , 21,800 , dan
19,800 . Berdasarkan tabel hubungan sudut diam dan sifat alir granul Aulton
(2002) semua granul pada ketiga formula ekstrak daun nangka memenuhi syarat,
menghasilkan sudut diam <25°sehingga sifat alir yang dihasilkan sangat baik.
Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh penelitian Susilowati dan Christanto
59
konsentrasinya akan membuat sudut diam semakin kecil. Hal ini dikarenakan PVP
dapat meningkatkan ukuran partikel yang menyebabkan ukuran dan bentuk granul
menjadi lebih besar sertafines yang terbentuk akan lebih sedikit, sehingga partikel
akan mengalir melalui lubang corong dengan gaya kohesi yang kecil dan
Selain konsentrasi pengikat dan ukuran partikel, sudut diam juga dapat
dipengaruhi oleh diameter corong yang digunakan dan jarak antara corong ke
ke permukaan tidak sama, hal ini yang membuat tinggi dan diameter timbunan
granul antar formula berbeda. Semakin kecil sudut diam dapat menggambarkan
granul yang baik karena mempunyai kohesifitas kecil, sehingga kemampuan alir
granul menjadi baik. Suatu granul dengan sifat alir yang baik akan lebih mudah
c. Kompresibilitas
Dari hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 9. kompresibilitas granul
formula I, II dan III berturut-turut 6,81%, 6,97% dan 8,88%. Berdasarkan standar
oleh konsentrasi PVP yang digunakan sebagai pengikat. PVP dapat meningkatkan
ukuran partikel sehingga mengurangi fines yang terbentuk, hal ini menyebabkan
kecilnya rongga yang terbentuk saat pencetakan dan membuat kekompakan tablet
heterophyllus L.)
a. Keseragaman Bobot
formula II dan formula III yaitu 0,6119 g , 0,6053 g, dan 0,6023 g. Sedangkan
formula II (0,17-4,15), dan formula III (0,01-2,30). Dari ketiga data ini dapat
farmakope (1979), yaitu tablet dikatakan memiliki kerseragaman bobot yang baik
apabila penyimpangan bobot dua tablet tidak lebih dari kolom A (5%) dan tidak
satupun tablet penyimpangannya lebih dari kolom B (10%) terhadap bobot rata-
rata.
dengan jumlah bahan yang dimasukkan ke dalam cetakan (Ansel, 2008). Proses
pengisian ini membutuhkan granul dengan sifat alir yang baik untuk memastikan
61
pencampuran yang efisien dan keseragaman bobot yang dapat diterima. Hal ini
telah terbuktidari hasil evaluasi keseragaman bobot formula III yang keseragaman
bobotnya tidak terlalu bervariasi dengan nilai standar deviasinya paling kecil yaitu
0,0081 yang artinya bobot formula III semakin mendekati bobot rata-ratakarena
kecepatan alir granul dan sudut diamnya paling baik diantara kedua formula
sehingga granul ada yang jatuh di atas die tablet yang sudah pasti mengurangi
b. Keseragaman Ukuran
Dari data yang diperoleh pada tabel 11. menunjukkan bahwa rata-rata
Berdasarkan standar Depkes RI (1979) kriteria tablet yang baik apabila diameter
tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 11/3 kali tebal tablet. Dari
dan ketebalan tablet pada formula I, II dan III masing-masing 2,91, 2,92 dan 2,89.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa seluruh formula telah memenuhi syarat dalam
hal keseragaman ukuran, dimana ukuran tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak
kurang dari 11 /3 kali tebal tablet. Pada penelitian yang dilakukan Suryaningsih
tablet, didapatkan ketebalan tablet yang berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh
jumlah bahan yang diisikan ke dalam cetakan, tekanan yang tidak konstan,dan
pengukuran diameter tablet didapatkan hasil yang sama dikarenakan tablet dicetak
c. Kekerasan
rata tablet pada formula I, II dan III berturut turut 6,45,6,95 dan 7,85. Sedangkan
pada penelitian Susilowati dan Christanto (2010) didapat kekerasan tablet dengan
pengikat PVP 3% sebesar 7,82 kg. Menurut Ansel (2008) kekerasan tablet yang
diperbolehkan 4-8Kg, dari data tersebut dapat dikatakan bahwa kekerasan tablet
dari setiap formula telah memenuhi standar yang ditetapkan. Faktor yang dapat
mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan pada saat pencetakan tablet dan
konsentrasi pengikat (Ansel, 2008). Semakin kuat tekanan saat pencetakan tablet,
maka akan dihasilkan tablet yang semakin keras. Bahan pengikat yang digunakan
pada formulasi adalah PVP 2%, 3% dan 4%. Secara teori, kekerasan tablet akan
semakin besar apabila konsentrasi dari bahan pengikat ditingkatkan. Hal tersebut
bisa dilihat dari hasil evaluasi kekerasan pada formula III yang menggunakan
besar diantara dua formula lainnya, bahkan beberapa tablet kekerasannya lebih
dari 8 kg. Dalam hal ini formula III memiliki nilai kecepatan alir dan sudut diam
yang paling baik sehingga kompresibilitasnya pun baik yang membuat granul
63
tidak perlu dicetak dengan kekuatan yang ekstra. Akan tetapikarena pada saat
mencetak tablet terlalu kuat menekan punch, jadi tablet yang dihasilkan juga
hancur, apabila kekerasannya besar maka tablet memiliki nilai kerapuhan yang
d. Kerapuhan
0,25%, 0,17% dan 0,08%. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan Susilowati
dan Christanto (2010) didapatkan kerapuhan tablet 0,12%. Persentase ini telah
yaitu kehilangan berat kurang dari 1% masih dapat dibenarkan. Dari data yang
pengikat, terlihat tablet dengan konsentrasi pengikat yang besar memiliki tingkat
yang rendah akan memiliki kerapuhan yang lebih besar. Pada formula I yang
menggunakan PVP 2% menghasilkan nilai kerapuhan yang paling besar, hal ini
dengan kedua formula. Hal ini sesuai dengan teori bahwa kerapuhandipengaruhi
juga oleh kekerasan tablet dan ikatan antar partikel tablet, dimana tablet dengan
kekerasan yang tinggi memiliki ikatan kuat antar partikelnya sehingga akan
e. Waktu hancur
bahwa formula I, II dan III memiliki waktu hancur 10,88, 12,27 dan
waktu hancurnya 10,44 menit sedangkan tablet yang menggunakan pengikat PVP
6% dan 8% waktu hancurnya tidak memenuhi syarat. Pada penelitian ini, evaluasi
standar Depkes RI (1979), syarat waktu hancur yang baik adalah kurang dari 15
menit. Setelah dilakukan evaluasi, hanya formula I dan II yang memenuhi standar,
sedangkan formula III tidak memenuhi syarat walaupun memiliki sifat alir yang
baik dilihat dari hasil evaluasi sudut diam dan kecepatan alir. Hal ini dikarenakan
pada saat pencetakan tablet terlalu kuat menekan punch sehingga tablet yang
Perbedaan waktu hancur dari setiap formula terlihat jelas, semakin tinggi
konsentrasi bahan pengikat PVP menghasilkan tablet dengan waktu hancur yang
lebih lama dibandingkan dengan konsentrasi PVP yang rendah. Hal ini
diakibatkan karena terjadi ikatan granul yang lebih kuat untuk mempertahankan
tablet agar tidak mudah hancur dalam air. Apabila dikaitkan dengan mekanisme
pengikatan dari PVP adalah ketika bercampur dengan air akan mengakibatkan
PVP menjadi berbentuk gel. Gel tersebut menghambat masuknya air kedalam
tablet dan juga dengan menghasilkan tablet dengan bentuk yang lebih kompak dan
porositas yang kecil sehingga menghambat penetrasi air kedalam tablet dan
hasil evaluasi sifat fisik tablet didapatkan hasil bahwa ekstrak daun nangka
memenuhi syarat secara fisikyang paling baik yaitu pada formula II dengan
bobot, keseragaman ukuran, kekerasan dan kerapuhan yang sesuai standar, dan
A. Kesimpulan
L.) memenuhi syarat fisik paling baik dengan penambahan PVP 4%.
PVP 4%.
66
67
B. Saran
Adnyana., Yulinah., Sigit., Fisheri and Insanu, 2004. Efek Ekstrak Daun Jambu
Biji Daging Buah Putih dan Merah Sebagai Antidiare. Departemen
Farmasi. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Anas Y., Devi., Aristya., dan Ksatria, 2016. Aktivitas Antidiare Ekstrak Etanol
Daun Nangka (Artocarpus Heterophyllus Lam.) Dan Daun Angsana
(Pterocarpus Indicus Wild.) Pada Mencit Jantan Galur Balb/C. Fakultas
Farmasi Universitas Wahid Hasyim, Semarang.
Ansel, H.C, 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV. Terjemahan oleh :
F.Ibrahim. University Indonesia Press, Jakarta, Indonesia, halaman 244-
272, 605-609.
Aulton, M.E, 2002. Pharmaceutical the Science of Dosage Form Design Second
Edition, London : Churchili Livingstone, halaman 200-210.
Dalimartha S., 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5. Puspa Swara,
Jakarta, Indonesia, halaman 118-121.
Carlo G., Autore, G., Izzo, A.A., Maiolino, P., Mascolo, N., Viola, P., Diurno
M.V. and Capasso, 1993. Inhibition of Intestinal Motility and Secretion by
Flavonoids in Mice and Rats. Structure Activity Relationships, J Pharm
Pharmacol, volume 12 halaman 1054-1059.
68
69
Galvez, J., Zarzuelo, A., Crespo, M.E., Utrilla, M.P., Jiménez, J., Spiessens, C.
and Witte, P.D., 1991. Antidiarrhoeic Activity of Sclerocarya birrea Bark
Extract and Its Active Tannin Constituent in Rats. Volume5 halaman 276-
278.
Herawati, M, Syukri, Y, dan Chabib, L., 2014. Formulasi Tablet Ekstrak Daun
Pepaya (Carica papaja L.) dengan Bahan Pengikat Polivinilpirolidon
(PVP). Program Studi FMIPA, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta,
Indonesia.
Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L., 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri Edisi III. UI Press, Jakarta, Indonesia, halaman 645 – 705.
Prakash, O., Jyoti, Kumar, A. dan Kumar, P, 2013. Screening of Analgesic and
Immunomodulator activity of Artocarpus heterophyllus Lamk. Leaves
(Jackfruit) in Mice.Journal of Pharmacognosy andPhytochemistry, Volume
1(6) halaman 33-36.
Rowe, R.C., P.J. Sheskey dan M.E. Quinn, 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipient 6th Edition. American Pharmaceutical Association London.
Chicago, halaman 185, 359, 404, 581, 663.
Sari, D.P, 2011. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Nangka
(ArtocarpusHeterophyllus L.) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonasaeruginosa.Skripsi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
70
Siregar, C.J.P., 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar Dasar Praktis.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, Indonesia, halaman 1-3, 5, 149,
161, 163, 169, 193, 223, 235.
Suryaningsih, B.A, 2011. Formulasi Tablet Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia
Sinensis Lamk.) dengan Metode Granulasi Basah. Skripsi. Program Studi
Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Islam Bandung, Indonesia.
Susilowati dyah.,Yogi, 2010. Uji Mutu Fisik Tablet Ekstrak Daun Jambu Monyet
(Anacardiumoccidentale L.) Dengan Bahan Pengikat Pvp
(Polivinilpirolidon) Secara Granulasi Basah.Fakultas Farmasi Universitas
Setia Budi, Surakarta.
Usman, 2011. Dalam : Anas Y., Devi., Aristya., dan Ksatria.2016. Aktivitas
Antidiare Ekstrak Etanol Daun Nangka (Artocarpus Heterophyllus Lam.)
Dan Daun Angsana (Pterocarpus Indicus Wild.) Pada Mencit Jantan Galur
Balb/C. Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim, Semarang.
Voigt, R., 1994. Buku Teknologi Sediaan Farmasi Edisi V. Terjemahan Oleh:
Noerono, S. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, Indonesia,
halaman 163-224, 556-573.
Menurut penelitian Anas dkk (2016) ekstrak etanol daun nangka pada dosis
= 4 mg/20gBB mencit
71
72
= 14,93 %
Sediaan tablet dibuat tiga formula, dengan 120 tablet setiap formulanya. Bobot
5. Laktosa
Formula I
Formula II
Formula III
Formula I
1. Sudut diam
Tan α =
Tan α =
2. Kompresibilitas
= = 0,41
= = 0,44
C= x 100%
C= x 100% = 6,81%
74
Formula II
1. Sudut diam
Tan α =
Tan α =
2. Kompresibilitas
= = 0,40
= = 0,43
C= x 100%
C= x 100% = 6,97%
Formula III
1. Sudut diam
Tan α =
Tan α =
2. Kompresibilitas
= = 0,41
= = 0,45
C= x 100%
C= x 100% = 8,88%
75
Gambar 9. Uji kecepatan Alir Granul Gambar 10. Uji Kompresibilitas Granul