Anda di halaman 1dari 92

FORMULASI SEDIAAN TABLET EKSTRAK DAUN NANGKA

(Artocarpus heterophyllus L.) DENGAN VARIASI POLIVINIL


PIROLIDON (PVP) SEBAGAI PENGIKAT DAN
EVALUASISIFAT FISIKNYA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan


Pendidikan Diploma III Kesehatan

OLEH:
DESTI HASANAH
NIM : PO.71.39.0.14.050

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PELEMBANG
JURUSAN FARMASI
2017
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah puji syukur atas nikmat Allah SWT yang sangat luar biasa dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiahku sebagai tugas akhir di poltekkes kemenkes
palembang. Adapun karya tulis ilmiah ini ku persembahkan untuk semua orang
yang telah mendukungku selama ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada :
 Kedua orangtuaku (Aljoni & Dewi Artati) yang selalu menyemangati,
mendo`akan dan memberiku kepercayaan diri dalam menjalani setiap
tahap-tahap tersulitku.
 Kedua adikku (Dita Hasanah & Dania Hasanah). Kalian “moodbooster”
terhebat.
 Pembimbingku ibu Mindawarnis,S.Si,Apt,M.Kes. ibu pembimbing
akademik sekaligus pembimbing KTI terima kasih atas motivasi, semangat,
dan bimbingannya selama ini.
 Semua dosen dan staf farmasi yang telah membantu dalam menyelesaikan
KTI ini.
 “The kardus 3 pintu” (elza dan yurike), sahabatku teman baikku dan yang
selalu membuat kost seperti kapal pecah tika, fatma, dhila, arma, ana, else,
dan dea.
 Teman-teman seperjuangan kelas Reguler B dan Reguler A.
 Sahabat TERsemuanya calon teman hidup masa depan egi chandra saputra
yang selalu kena imbas mood burukku.
 Semua orang yang telah berkontribusi sekecil apapun itu dalam pengerjaan
KTI ini.
BIODATA

Nama : Desti Hasanah

Nama Panggilan : Destik

Tempat Tanggal Lahir : Prabumulih, 08 Januari 1997

Alamat : Jl. Kebun Semai No. 389 Kelurahan Sekip Jaya

No. Hp : 082380217500

Agama : Islam

Nama Orang Tua

Ayah : Aljoni

Ibu : Dewi Artati

Jumlah Saudara : dua

Anak ke : 1 (satu)

Nama Saudara : 1. Dita Hasanah

2. Dania Hasanah

Riwayat Pendidikan : 1. TK Aisyiyah Bustanul Athfal

2. SDN 53 Prabumulih

3. SMPN 03 Prabumulih

4. SMAN 02 Prabumulih
Motto : “berjuang keras, berpikir cerdas, bekerja ikhlas”

ABSTRAK

Latar Belakang: Daun nangka mengandung beberapa senyawa kimia yang


diketahui memiliki efek antidiare. Berdasarkan efek farmakologi tersebut, salah
satu sediaan farmasi yang dapat diformulasikan adalah tablet. Penelitian ini
bertujuan untuk memformulasikan tablet ekstrak daun nangka (Artocarpus
heterophyllus L.) dengan variasi pengikat polivinilpirolidon(PVP)yang memenuhi
persyaratan evaluasi fisik tablet.

Metode: Ekstrak kental daun nangka diperoleh dengan cara maserasi


menggunakan pelarut etanol 96%, kemudian didestilasi vakum hingga didapatkan
ekstrak kental. Pembuatan tablet ekstrak daun nangka dibuat dengan tiga formula
dan memvariasikan konsentrasi bahan pengikat PVP sebesar 2%, 3% dan 4%.
Metode yang digunakan pada pembuatan tablet adalah granulasi basah. Sebelum
dicetak granul harus memenuhi syarat evaluasi fisik yang meliputi kecepatan alir,
sudut diam dan kompresibilitas. Kemudian dilakukan evaluasi fisik tablet yang
terdiri dari keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan, kerapuhan dan
waktu hancur.

Hasil: Berdasarkan hasil penelitian, rendemen ekstraksi yang diperoleh sebesar


14,93%. Dari evaluasi fisik granul ketiga formula telah memenuhi persyaratan
ditinjau dari evaluasi fisik tablet yang meliputi keseragaman bobot, keseragaman
ukuran, dan kekerasan ketiga formula telah memenuhi syarat. Sedangkan uji
waktu hancur hanya formula I dan II dengan konsentrasi PVP 2% dan 3% yang
telah memenuhi syarat.

Kesimpulan:Ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) dengan


penambahan PVP sebagai pengikat pada konsentrasi 2% dapat diformulasikan
menjadi tablet yang memenuhi persyaratan secara fisik yang paling baik diantara
kedua formula lainnya.
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan
Judul “Formulasi Sediaan Tablet Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus
Heterophyllus L.) Dengan Variasi Polivinilpirolidon (PVP) Sebagai Pengikat
dan EvaluasiSifat Fisiknya” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah in, penulis banyak mendapatkan
motivasi, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Ibu Mindawarnis,S.Si,Apt,M.Kes selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi dalam penyelesaian
Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Dra. Ratnaningsih D.A,Apt,M.Kes selaku ketua jurusan farmasi
poltekkes kemenkes Palembang
3. Bapak dan ibu dosen pengajar serta staf poltekkes kemenkes Palembang
jurusan farmasi
4. Kedua orangtua dan keluarga yang selalu memberikan do`a dan motivasi
5. Teman-teman seangkatan yang telah memberikan semangat dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari akan keterbatasan, kemampuan, pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Palembang, Juni 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL........................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Daun Nangka ....................................................................................... 5
B. Diare ..................................................................................................... 8
C. Ekstrak .................................................................................................. 9
D. Tablet .................................................................................................... 12
E. Contoh Formulasi Tablet ...................................................................... 29
F. Preformulasi Tablet .............................................................................. 30
G. Rangkuman Preformulasi ..................................................................... 33
H. Kerangka Teori ..................................................................................... 34
I. Hipotesis ............................................................................................... 35

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 36
B. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 36
C. Objek Penelitian ................................................................................... 36
D. Cara Pengumpulan Data ....................................................................... 39
E. Alat Pengumpulan Data........................................................................ 44
F. Variabel ................................................................................................ 45
G. Definisi Operasional ............................................................................. 45
H. Kerangka Operasional .......................................................................... 49
I. Cara Pengelolahan dan Analisis Data................................................... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil...................................................................................................... 51
B. Pembahasan .......................................................................................... 57

ii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................... 66
B. Saran ..................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 68


LAMPIRAN .................................................................................................... 71

iii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel

1. Penggolongan sediaan tablet...................................................................... 14


2. Hubungan Kecepatan Alir dan Sifat Alir Granul ....................................... 24
3. Hubungan Sudut Diam dengan Sifat Alir Granul ...................................... 25
4. Hubungan Persentase Kompresibilitas dengan Sifat alir ........................... 26
5. Penyimpangan Bobot Rata Rata Tablet ..................................................... 27
6. Formula Tablet Ekstrak
Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.) ............................................ 39
7. Hasil Uji Kecepatan Alir Granul Ekstrak
Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L .............................................. 52
8. Hasil Uji Sudut Diam Granul Ekstrak
Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L .............................................. 52
9. Hasil Uji Kompresibilitas Granul
Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L ................................. 52
10. Hasil Uji Keseragaman Bobot Tablet
Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L ................................. 53
11. Hasil Uji Keseragaman Ukuran Tablet Ekstrak
Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L .............................................. 54
12. Hasil Uji Kekerasan Tablet Ekstrak
Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L .............................................. 55
13. Hasil Uji Kerapuhan Tablet Ekstrak
Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L .............................................. 56
14. Hasil Uji Waktu Hancur Tablet Ekstrak
Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L .............................................. 56
15. Rekapitulasi Evaluasi fisik granul Ekstrak
Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L ..................................................... 56
16. Rekapitulasi Evaluasi Sifat Fisik Tablet Ekstrak
Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L .............................................. 57

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar

1. Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.) ............................................ 5


2. Simplisia Segar Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.) .................. 75
3. Simplisia Kering Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.) ................ 75
4. Serbuk Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.) ................................ 75
5. Botol Maserasi Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.) ................... 76
6. Ekstrak kental Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.) .................... 76
7. Ekstrak Kering Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.) ................... 76
8. Granul Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.) ................................ 77
9. Uji kecepatan Alir Granul .......................................................................... 77
10. Uji Kompresibilitas Granul ........................................................................ 77
11. Uji Sudut Diam Granul............................................................................... 77
12. Tablet Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.).................... 78
13. Alat Pencetak Tablet .................................................................................. 78
14. Timbangan Analitik .................................................................................... 78
15. Jangka Sorong............................................................................................ 79
16. Hardness Tester......................................................................................... 79
17. Friabilator ................................................................................................. 79
18. Desintegration Tester ................................................................................ 80

v
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran

1. Perhitungan Konsentrasi Zat Aktif............................................................. 71


2. Perhitungan Rendemen Ekstrak Daun Nangka
(Artocarpus heterophyllus L.) ................................................................... 72
3. Perhitungan bahan...................................................................................... 72
4. Perhitungan Evaluasi granul....................................................................... 73
5. Gambar Alat dan Bahan............................................................................. 75

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obat tradisional telah lama dikenal dan digunakan oleh masyarakat

indonesia. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat tersebut berdasarkan

pada pengalaman dan keterampilan yang secara turun temurun telah diwariskan

dari satu generasi ke generasiberikutnya (Sukandar,2006).Salah satu tanaman

yang digunakan untuk pengobatan adalah nangka (Artocarpus heterophyllus L.).

Tanaman nangka sangat mudah diperoleh dan hampir seluruh bagian tanamannya

bisa digunakan untuk obat tradisional. Daun nangka diketahui berkhasiat sebagai

antidiare, analgetik, immunomodulator, mengobati luka, demam, dan juga

mengobati penyakit kulit (Praksh, et.al., 2013). Menurut Usman (dalam Anas dkk,

2016), penggunaan daun nangka di masyarakat untuk pengobatan diare masih

sangat sederhana yaitu dengan cara direbus lalu disaring dan air rebusannya

diminum.

Selain penggunaannya secara empiris daun nangka juga telah diteliti melalui

penelitian farmakologi untuk mengetahui efektivitasnya dalam mengobati diare.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Anas, dkk (2016) diketahui bahwa ekstrak

daun nangka 200mg/KgBB secara signifikan dapat menunda diare pada mencit

diinduksi dengan 0,5 mL castor oil. Efek antidiare ini disebabkan karena tanin

dan flavonoid yang terkandung di dalam daun nangka (Anas dkk, 2016). Sebagai

antidiare, senyawa tanin berfungsi menciutkan permukaan usus (Adnyana dkk,

1
2

2014), sedangkan flavonoid menghambat motilitas usus serta mengurangi sekresi

air (Carlo, et.al., 1993).Untuk penggunaan daun nangka sebagai obat antidiare

yang lebih praktis, daun nangka dapat dibuat sediaan farmasi seperti tablet. Tablet

merupakan bentuk sediaan yang praktis dan efektif karena mudah dikonsumsi,

tepat dosis, stabil, kompak,dan mudah dibawa (Siregar, 2010). Dalam formulasi

suatu tablet selain zat aktif ada juga beberapa bahan tambahan yang digunakan,

salah satu bahan tambahan yang dimaksud yaitu bahan pengikat. Bahan pengikat

berfungsi untuk memudahkan pembuatan bentuk sediaan, memperbaiki sifat fisik

tablet, dan menambah kohesivitas serbuk yang akan dibuat tablet (Siregar, 2010).

Pada penelitian ini, bahan pengikat yang digunakan adalah polivinil

pirolidon (PVP). PVP dapat meningkatkan kekerasan tablet dan membuat tablet

menjadi kompak (Siregar, 2010). Keunggulan PVP dibandingkan dengan pengikat

lain yaitu dapat berfungsi sebagai pengikat yang baik untuk granulasi basah,

granulasi kering, dan kempa langsung (Folttmann, et.al., 2008). Penggunaan

pengikat PVP 2% dalam formulasi tablet ekstrak daun teh menghasilkan tablet

yang memenuhi syarat evaluasi fisik tablet (Suryaningsih, 2011). Menurut

penelitian Susilowati dan Christanto (2010) PVP pada konsentrasi 3%

menghasilkan sifat fisik tablet yang baik, sedangkan menurut Rowe dkk (2009)

PVP dengan konsentrasi 0,5%-5% digunakan sebagai pengikat yang baik pada

tablet. Mengingat penggunaan PVP sebagai pengikat mampu menghasilkan tablet

yang memenuhi syarat evaluasi fisik serta belum adanya penelitian terdahulu

tentang penggunaan PVP pada sediaan tablet ekstrak daun nangka, maka penulis
3

melakukan penelitian pembuatan tablet ekstrak daun nangka dengan variasi

konsentrasi PVP 2%, 3% dan 4% sebagai bahan pengikat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.)dengan

penambahan PVP sebagai pengikat dapat diformulasikan menjadi sediaan

tablet yang memenuhi syarat secara fisik?

2. Apakah ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) dengan

penambahan PVP sebagai pengikat dapat diformulasikan menjadi sediaan

tablet yang memenuhi syarat secara fisik ditinjau dari keseragaman bobot?

3. Apakah ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) dengan

penambahan PVP sebagai pengikat dapat diformulasikan menjadi sediaan

tablet yang memenuhi syarat secara fisik ditinjau dari keseragaman ukuran?

4. Apakah ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) dengan

penambahan PVP sebagai pengikat dapat diformulasikan menjadi sediaan

tablet yang memenuhi syarat secara fisik tablet ditinjau dari kekerasan?

5. Apakah ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) dengan

penambahan PVP sebagai pengikat dapat diformulasikan menjadi sediaan

tablet yang memenuhi syarat secara fisik tablet ditinjau dari kerapuhan?

6. Apakah ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.)dengan

penambahan PVP sebagai pengikat dapat diformulasikan menjadi sediaan

tablet yang memenuhi syarat secara fisik tablet ditinjau dari waktu hancur?
4

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Memformulasikan ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.)

dengan penambahan PVP sebagai pengikat sehingga menjadi tablet yang

memenuhi syarat secara fisik.

2. Tujuan Khusus

a. Mengukur keseragaman bobot sediaan tablet ekstrak daun nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) dengan penambahan PVP sebagai pengikat.

b. Mengukur keseragaman ukuran sediaan tablet ekstrak daun nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) dengan penambahan PVP sebagai pengikat.

c. Mengukur kekerasan sediaan tablet ekstrak daun nangka

(Artocarpusheterophyllus L.) dengan penambahan PVP sebagai pengikat.

d. Mengukur kerapuhan sediaan tablet ekstrak daun nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) dengan penambahan PVP sebagai pengikat.

e. Mengukur waktu hancur sediaan tablet ekstrak daun nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) dengan penambahan PVP sebagai pengikat.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi ilmiah tentang pemanfaatan daun nangka sebagai

sediaan antidiare.

2. Menambah pengetahuan dan informasi bagi peneliti yang akan melakukan

penelitian lebih lanjut tentang daun nangka.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.)

1. Taksonomi Tanaman

Klasifikasi tanaman nangka (Artocarpus heteophyllus L.) sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledone

Ordo : Morales

Famili : Moraceae

Genus : Artocarpus

Species : Artocarpus heterophyllus L.

(Rukmana, 1997 dalam Aryani, 2014)

Gambar 1.Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.)


(Dokumen pribadi)

5
6

2. Nama Lain

Sinonim : Artocarpus

integer auct. non (Thunb.) Merr., A. integer (Thunb.) Merr., A.integrifolia

auct. non Linn.

Nama daerah

Sumatra : anasah, anasa, naa, benaso, lamasa, malasa, menaso, nangka,

nangkeu, naka, pana, panah, panaih, panas, pinasa, sosak.

Jawa : nangka, nangko.

Kalimantan : batuk, baduk, enaduk, maduk, naka, nangka.

Sulawesi : nangga, nangka, mangka, angga, langge, nango, nanaka, cidu,

panasa, nanakang, koeloh, urunwake, ulunaka, ura malai.

Maluku : tehele kaolin, nongga, naka kota, anaa, ane, ai naa wakane, ina

ale, tafela, amnaalo, tafena, anaalo, nangka, anaa, anaal, anaa wakan,

nakane, nakan, naang, nakang, naka, nakai, nangga, ndile, nakale, nak-nak,

krour.

Nama asing

Bo luo mi (C), jack fruit, jack free (l), jaquier

Nama simplisia

Semen Artocarpus Heterophyllae (biji nangka)

(Dalimartha, 2008)

3. Morfologi Tanaman

Menurut Dalimartha (2008) Tanaman nangka memiliki pohon besar, tinggi

8-15 m, bergetah, berbuah terus-menerus. Bunga dalam bulir, berkelamin tunggal


7

dalam satu pohon. Buah besar bergantung pada batang atau cabang utama, bentuk

memanjang atau berbentuk ginjal, panjang 30-90 cm, lebar sekitar 50 cm, berkulit

tebal dengan duri temple pendek berbentuk piramida, berwarna hijau kekuningan,

dan berbau keras. Berat buah mencapai 20 kg, daging buah tebal berwarna kuning

di sekeliling biji. Biji lonjong, panjang 2,5-4 cm. Daun tebal seperti kulit, letak

berseling, panjang tangkai 1-4 cm. helaian daun memanjang atau bulat telur

sungsang, tepi rata kadang berlekuk 3-5, ujung meruncing, pangkal menyempit,

permukaan atas mengkilap, panjang 7-15 cm, lebar 4,5-10 cm, berwarna hijau tua.

4. Kandungan Kimia

Kayu mengandung zat warna kuning yang dinamakan morine, alkaloid,

saponin, glucoside, dan Ca oxalate. Kulit kayu mengandung resin,

cycloheterophyllin, dan tannin. Daun mengandung alkaloid, flavonoid, saponin,

glucoside, tannin, dan Ca oxalate. Getah mempunyai zat aktif asam serotat,

steroketone, dan artostenone. Daging buah mengandung albuminoid, karbohidrat,

minyak lemak, vitamin C, dan karoten ((Dalimartha, 2008)

5. Khasiat Tanaman

Daun nangka digunakan untuk mengobati luka, demam, penyakit kulit, sebagai

antidiare, analgetik dan immunomodulator (Praksh, et.al., 2013). ekstrak etanol

daun nangka juga (Artocarpus heterophyllus) mampu menurunkan kadar glukosa

darah tikus galur wistar yang diinduksi aloksan (Baha, 2015). Buah berkhasiat

meluruhkan dahak dan membantu pencernaan. Getah bisa menghilangkan nyeri.

Biji berkhasiat meningkatkan energy dan merangsang ASI keluar. Kayu

berkhasiat pereda kolik (Dalimartha, 2008).


8

B. Diare

1. Pengertian Diare

Diare adalah gangguan buang air besar (BAB) ditandai dengan BAB lebih

dari tiga kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah

ataupun lendir (Riskesdas, 2013). Diare juga merupakan gejala infeksi

gastrointestinal yang disebabkan oleh berbagai organisme bakteri, virus dan

parasit. Infeksi menyebar melalui makanan dan air minum yang terkontaminasi,

atau dari orang ke orang sebagai akibat dari kebersihan yang buruk (WHO, 2013).

Dalam definisi lain diare adalah keadaan buang air dengan banyak cairan

(mencret) dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau gejala-gejala

lainnya. Diare tersebut disebabkan oleh meningkatnya gerakan peristaltik usus,

hingga pelintasan chymus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air

pada saat meninggalkan tubuh sebagai tinja (Tjay dan Rahardja, 2007)

Menurut WHO, diare terbagi menjadi beberapa jenis yaitu

a. diare akut :diare yang berlangsung beberapa jam atau hari,

dan termasuk kolera

b. diare berdarah akut : diare yang juga disebut disentri

c. diare persisten : berlangsung 14 hari atau lebih

2. Pengobatan Diare

Kelompok obat yang sering digunakan saat diare menurut Tan dan Rahardja

(2007) yaitu :
9

1. Kemoterapeutik yaitu pengobatan untuk terapi kausal yaitu memberantas

bakteri penyebab diare, seperti antibiotika, sulfonamide, kinolon, dan

furazolidon.

2. Obstipansia, untuk terapi simptomatis yang dapat menghentikan diare

dengan beberapa cara, yaitu :

a. Zat-zat peristaltik : memberikan lebih banyak waktu untuk absorbsi air dan

elektrolit oleh mukosa usus. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah candu

dan alkaloidnya, derivat-derivat petidin (difeknosilat dan loperamid) dan

antikolinergika (atropin dan ekstrak belladonna).

b. Astringensia : menciutkan selaput lender usus, misalnya asam samak

(tannin), dan tanalbumin.

c. Adsorbensia, misalnya carbo adsorbens yang pada permukaannya dapat

menyerap (adsorbsi) zat-zat beracun atau toksin yang dihasilkan oleh bakteri

atau toksin yang dihasilkan oleh bakteri atau yang berasal dari makanan.

3. Spasmolitika, yaitu zat-zat yang dapat meredakan kejang-kejang otot,

misalnya papaverin dan oksifenonium.

C. Ekstrak

1. Pengertian ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif

dari simplisia nabati atau simplisisa hewani menggunakan pelarut yang sesuai,

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang

tersisa di perlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan

(Depkes RI, 1995).


10

1. Pembagian Ekstrak

Menurut Voigt (1994) berdasarkan sifatnya ekstrak dapat dikelompokkan menjadi

empat yaitu:

a. Ekstrak encer (extractum tenue) adalah sediaan yang memiliki konsistensi

madu dan dapat dituang.

b. Ekstrak kental (extractum spissum) adalah sediaan liat dalam keadaan

dingin dan tidak dapat dituang dengan kandungan air berjumlah sampai

30%.

c. Ekstrak kering (extractum siccum) adalah sediaan yang memiliki

konsistensi kering dengan kandungan lembab tidak lebih dari 5%.

d. Ektrak cair (extractum fluidum) adalah sediaan cair yang dibuat sedemikian

rupa, sehingga satu bagian simplisia sesuai dengan dua bagian ekstrak cair.

2. Metode pembuatan ekstrak

Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan

mentah obat, dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan

kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna (Ansel, 2008). Menurut

Voigt (1994) cara ekstraksi meliputi:

a. Maserasi

Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana yang dilakukan

dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa

kali pengocokkan atau pengadukan selanjutnya rendaman tersebut disimpan

terlindung dari cahaya langsung. Waktu lamanya maserasi berbeda-beda, masing

masing farmakope mencantumkan 4-10 hari, kira-kira 5 hari menurut pengalaman


11

sudah memadai. Rendaman dikocok berulang-ulang (kira-kira 3 kali sehari)

selama 10-30 menit untuk mencapai keseimbangan konsentrasi. Maserasi

dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok

dimasukkan ke dalam bejana, lalu dituangi 75 bagian cairan penyari, ditutup dan

dibiarkan, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari sari diserkai, ampas

diperas. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya, diaduk dan diserkai, sampai

diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian (Voigt, 1994).

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna

umumnya dilakukan pada suhu kamar. Proses penyarian simplisia dengan jalan

mengalirkan cairan penyari yang sesuai secara lambat melalui simplisia dalam

suatu perkolator. Perkolasi bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan

biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan

pemanasan (Voigt, 1994).

c. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu

dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Proses

penyarian pada sokletasi yaitu bahan yang akan disaring berada dalam kantong

ekstraksi (kantong, kertas) didalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang diantara

labu suling dan suatu zat pendingin air balik dan dihubungkan melalui pipet. Labu

tersebut berisi bahan pelarut yang menguap jika diberi pemanasan akan menguap

mencapai kedalam pendingin balik melalui pipa. Pelarut ini berkondensasi


12

didalamnya, menetes ke bahan yang disari. Larutan berkumpul didalam wadah

gelas dan setelah mencapai tinggi maksimum secara otomatis ditarik kedalam labu

dengan demikian zat akan tersari tertimbun didalam labu tersebut (Voigt, 1994).

D. Tablet

1. Pengertian Tablet

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam

bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,

mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat

tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai pengisi, zat pengembang, zat

pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok (Depkes RI, 1979).

Tablet merupakan bentuk sediaan farmasi yang paling banyak tantangannya

didalam mendesain dan membuatnya. Misalnya kesukaran untuk memperoleh

bioavailabilitas penuh dan dapat dipercaya dari obat yang sukar dibasahi dan

melarutkannya lambat, begitu juga kesukaran untuk mendapatkan kekompakan

kahesi yang baik dari zat amorf atau gumpalan. Namun demikian, walupun obat

tersebut baik kempanya, melarutnya dan tidak mempunyai masalah

bioavailabilitas, mendesain dan memproduksi obat itu masih penuh tantangan,

sebab masih banyak tujuan bersaing dari bentuk sediaan ini (Lachman, 1994).

2. Keuntungan dan Kerugian Tablet

a. Keuntungan Tablet

1) Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan mempunyai kemampuan

terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran.


13

2) Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling

kompak.

3) Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan murah untuk

dikemas dan dikirim.

4) Tablet bisa ditelan dengan resiko tertinggal di tenggorokan kecil, terutama

bila bersalut yang memungkinkan pecah atau hancurnya tablet tidak segera

terjadi.

5) Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti

penglepasan di usus atau produk lepas lambat

6) Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran

kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.

(Lachman, 1994)

b. Kerugian tablet

1) Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung

pada keadaan amorfnya, flokulasi, dan rendahnya berat jenis.

2) Obat yang sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya rendah atau tinggi,

absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi

dari sifat di atas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasikan dalam

bentuk tablet.

3) Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan,

obat yang peka terhadap oksigen atau kelembaban udara perlu pengapsulan

atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (Lachman, 1994).


14

3. Penggolongan Tablet

Penggolongan sediaan tablet menurut (Siregar, 2010) adalah :

Tabel 1. Penggolongan Sediaan Tablet


No. Golongan Jenis
1 Tablet oral yang dihantarkan  Tablet Kempa (Tablet Kempa
ke saluran cerna Standar) / Tablet Kempa
Konvensional
 Tablet Multikempa
 Tablet Salut Kempa
 Tablet Kerja Diperpanjang
(Tablet Lepas Lambat)
 Tablet Salut Enterik
 Tablet Salut Gula
 Tablet Salut Film
 Tablet Kunyah

2 Tablet yang dihantarkan ke  Tablet Bukal


rongga mulut  Tablet Sublingual
 Tablet Kulum (Tablet Isap)
3 Tablet yang dilarurkan  Tablet Bukal
terlebih dulu dalam air lalu  Tablet Sublingual
diminium  Tablet Kulum (Tablet Isap)
4 Tablet untuk komponen  Tablet Dispensing
sediaan racikan obat resep  Tablet Triturate
5 Tablet untuk diinjeksikan  Tablet Hipodemik
setelah dilarutkan dalam
pembawa
6 Tablet yang dihantarkan ke  Tablet Vaginal
rongga tubuh lainnya  Tablet Rektal
7 Tablet yang ditanam  Tablet Implantasi
8 Tablet untuk menegakkan  Tablet Diagnostik
diagnosis
15

4. Metode Pembuatan Tablet

a. Metode Granulasi Basah

Metode granulasi basah merupakan metode yang paling banyak digunakan

dalam pembuatan tablet. Granulasi basah dapat dibuat dengan cara menambahkan

bahan pengikat pada campuran bahan berkhasiat dan bahan tambahan kemudian

dicampur sehingga terbentuk adonan lembab yang siap dibuat granul. Tahap-tahap

pembuatan tablet dengan metode granulasi basah dimulai dengan menimbang dan

mencampur bahan berkhasiat dengan bahan pengisi, bahan pengikat, bahan

penghancur, kemudian pembuatan granulasi basah, mengayak adonan lembab

menjadi granul, pengeringan granul, pengayakan kering, pencampuran bahan

pelicin dan pengempaan tablet (Ansel, 2008).

Keuntungan granulasi basah adalah:

1) Keseragaman serbuk yang luas dapat diproses bersama dalam bets tunggal

2) Serbuk ruah dan berdebu dapat ditangani

3) Laju disolusi zat aktif yang tidak larut dapat ditingkatkan dengan granulasi

basah

4) Mencegah terjadinya pemisahan komponen campuran serbuk

5) Bentuk sediaan lepas-terkendali dapat dibuat dengan pemilihan pengika dan

pelarut yang sesuai

6) Memperbaiki aliran dan kepadatan serbuk

(Siregar, 2010)
16

Kerugian granulasi basah menurut Siregar (2010) yaitu :

1) Memerlukan biaya yang besar

2) Proses granulasi mudah menimbulkan banyak masalah

3) Memerlukan waktu yang banyak karena memiliki banyak proses

4) Kemungkinan ada bahan yang hilang selama pemrosesan ketika pemindahan

bahan dari satu unit operasi ke unit yang lain.

b. Metode Granulasi Kering

Metode granulasi kering merupakan metode granul yang dibentuk oleh

pelembapan atau penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat

tetapi dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya besar dari campuran

serbuk, dan setelah itu memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan ke

dalam granul yang lebih kecil. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang

tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannaya terhadap

air atau karena untuk mengeringkannya diperlukan temperature yang dinaikkan

(Ansel, 2008).

Keuntungan granulasi kering yaitu :

1) Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan cairan penggranulasi

mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu

2) Baik untuk zat aktif yang peka terhadap pelarut dan tidak stabil pada suhu

tinggi

3) Memiliki bobot jenis granul yang lebih tinggi dibandingkan dengan granul

yang dihasilkan dari granulasi basah (Siregar, 2010)


17

Kekurangan granulasi kering yaitu :

1) Memerlukan mesin tablet yang khusus untuk membuat slug

2) Granul yang dihasilkan umunya sederhana dan tidak beraturan (Siregar,

2010)

c. Metode Kempa Langsung

Metode ini dilakukan terhadap bahan-bahan yang mudah mengalir atau sifat

kohesifitasnya tinggi sehingga memungkinkan untuk langsung dicetak dalam

mesin tablet tanpa memerlukan pembasahan dan pencampuran bahan berkhasiat

dengan bahan penolong kemudian dikompresi langsung dan tidak diperlukan

bahan pelicin (Ansel, 2008).

Keuntungan metode kempa langsung, yaitu :

1) Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit

2) Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan

lembab

3) Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses

granul tapi langsung menjadi partikel. Tablet kempa langsung berisi partikel

halus, sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel halus terlebih

dahulu.

4) Penambahan zat desintegrasi tepat sebelum pengempaan

(Siregar, 2010)
18

Kerugian metode kempa langsung, yaitu :

1) Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara obat dengan pengisi

dapat menimbulkan stratifikasi diantara granul yang menimbulkan tidak

seragamnya isi obat dalam tablet.

2) Tidak dapat digunakan pada obat yang dosisnya besar.

3) Karena kempa langsung keadaannya kering, aliran statis dapat terjadi pada

obat selama pencampuran dan pemeriksaan rutin, yang mungkin dapat

mencegah keseragaman distribusi obat dalam granul (Lachman, 1994).

5. Bahan Tambahan dalam Pembuatan Tablet

Bahan tambahan dalam pembuatan tablet adalah semua bahan dalam tablet

selain zat aktif. Bahan tambahan harus stabil dan tidak mempengaruhi zat aktif

dan obat. Pada dasarnya bahan tambahan harus bersifat netral, tidak berbau, tidak

berasa dan sedapat mungkin tidak berwarna (Voigt, 1994). Bahan tambahan

diperlukan bila dosis obat terlalu kecil sehingga tidak mungkin untuk dicetak dan

untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau untuk

memperbaiki aliran (Lachman, 1994). Untuk pembuatan tablet diperlukan zat

tambahan berupa :

a. Bahan Pengisi

Pada peracikan obat yang mengandung zat aktif dalam jumlah kecil

diperlukan bahan pengisi untuk memungkinkan suatu pencetakan tetapi pada obat

yang berdosis cukup tinggi bahan pengisi tidak diperlukan untuk menjamin tablet

memiliki ukuran atau massa yang dibutuhkan (0,1-0,8 g) (Voigt, 1994). Bahan

pengisi mempunyai syarat yaitu netral, tidak toksik, harganya murah, stabil secara
19

kimia dan fisika, tidak mengganggu bioavailabilitas, bebas mikroba, tidak saling

berkontraindikasi dan tidak mengganggu warna. Bahan pengisi yang umum

digunakan adalah jenis pati (pati kentang, gandum dan jagung) dan laktosa,

dextrose, manitol, sorbitol, sukrosa, calcium sulfat dihidrat (Lachman, 1994).

b. Bahan Pengikat

Bahan pengikat ditambahkan dalam bentuk cairan atau kering selama

granulasi basah untuk meningkatkan daya kohesi antar partikel. Unsur pengikat

dalam tablet juga membantu merekatkan granul satu dan yang lainnya, menjaga

kesatuan tablet setelah dikompresi (Ansel, 2008). Umumnya larutan pengikat

lebih sering digunakan karena larutan pengikat lebih efektif daripada bentuk

serbuk kering. Bahan pengikat menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk

dalam sebuah butir granulat untuk menjamin kekompakan dan daya tahan tablet

sehingga tablet yang dihasilkan tidak rapuh (Voigt, 1994). Bahan pengikat yang

sering digunakan adalah air, alkohol, aseton, mucilago akasia (10-25%), larutan

gelatin (10-25%), pasta kanji (10-17%), larutan sukrosa(50-74%), larutan alkohol

glukosa (50% alkohol : 25% glukosa : 25% air), larutan glukosa (25%-50%), etil

selulosa (5%) dalam alkohol, PEG (Polietilenglikol) 4000 atau 6000, PVP

(Polivinilpirolidon) dalam air (Lachman, 1994).

c. Bahan Penghancur

Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan pecahnya atau

hancurnya tablet ketika kontak dengan cairan saluran pencernaan. Dapat berfungsi

menarik air ke dalam tablet, mengembang dan menebabkan tablet pecah menjadi

bagian-bagian. Mekanisme hancurnya tablet berbeda-beda tergantung dari bahan


20

penghancur yang digunakan. Bahan penghancur umumnya digunakan pada

konsentrasi 5-20% dari berat tablet. Sedangkan modifikasi bahan penghancur

seperti explotab, digunakan dengan konsentrasi rendah (1-8%, 4% yang optimum)

(Lachman, 1994).

d. Bahan Pelicin, Pelincir, dan Anti Lekat.

Suatu bahan anti lekat dapat juga memiliki sifat-sifat pelincir dan pelicin.

Bahan pelincir digunakan untuk mengurangi gesekan antara dinding tablet dengan

die, pada saat tablet ditekan ke luar. Anti lekat bertujuan untuk mengurangi

lengketnya granul atau adhesi serbuk pada permukaan punch atu dinding die.

Pelicin ditujukan untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan jalan

mengurangi ditujukan untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan jalan

mengurangi gesekan diantara partikel-artikel. Bahan-bahan yang digunakan

sebagai pelincir yaitu asam stearat, garam-garam asam stearat dan derivat-

derivatnya. Bahan yang digunakan sebagai bahan anti lekat yaitu talk, magnesium

stearat, dan koloid silika. Bahan-bahan yang digunakan sebagai pelicin atau

pemacu aliran adalah talk konsentrasi 5%, tepung jagung konsentrasi 5-10%, atau

koloid-koloid silika seperti Carbo-Sil, Siloid, atau Aerosil dalam konsentrasi 0,25-

3% (Lachman, 1994).
21

6. Macam-macam Kerusakan pada Pembuatan Tablet

Menurut Siregar (2010) beberapa permasalahan dalam pembuatan tablet,

yaitu:

a. Binding

Pelekatan dalam lubang kempa atau sulitnya pengeluaran tablet ke luar

lubang biasanya disebabkan oleh lubrikasi yang tidak cukup. Perlawanan tablet

untuk keluar dari lubang kempa menyebabkan mesin tablet berdecit dan

menghasilkan tablet dengan pinggiran yang kasar serta menyebabkan goresan

vertikal pada pinggiran tablet.

b. Sticking, Picking, dan Filming

Sticking adalah melekatnya permukaan tablet pada permukaan pons, yang

biasanya terjadi karena pengeringan yang tidak memadai atau granulasi yang

dilubrikasi. Hal ini menyebabkan permukaan tablet tumpul, tergores, atau

berbintik. Picking adalah suatu bentuk stiking ketika bagian kecil granul melekat

pada permukaan pons dan bertambah setiap putaran mesin tablet sehingga

membuat lubang pada permukaan tablet.Filming adalah bentuk lambat dari

picking dan sebagian besar karena kelembaban berlebihan dalam proses granulasi,

suhu tinggi atau hilangnya permukaan pons yang terpoles karena aus.

Penyebab utama sticking, picking, dan filming adalah kelembaban

berlebihan, titik leleh bahan yang rendah, kohesi bahan individual tidak cukup

serbuk berlebihan, lubrikasi yang tidak cukup, lubang kempa, dan pons tumpul,

dan rancangan ukuran yang tidak sempurna.


22

c. Capping dan laminating

Capping adalah pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian atas atau

bawah tablet dari bagian utama tablet. Capping terjadi apabila bagian atas tablet

berpisah dari bagian utama tablet dan terlepas sebagai suatu topi.Laminating

adalah pemisahan tablet menjadi dua atau lebih lapisan berbeda. Penyebab

laminating sama dengan capping, kecuali jika tablet membelah dan pecah pada

sisi dan dikeluarkan dalam dua bagian. Biasanya capping dan laminating dapat

terjadi beberapa jam atau bahkan beberapa hari kemudian. Pengujian friabilitas

adalah pengujian yang paling cepat untuk mengetahui masalah seperti ini.

Beberapa penyebab capping dan laminating adalah udara yang terjerat di antara

granul, sifat-sifat deformasi formulasi, persentase kelembaban tertentu, penyetelan

mesin tablet yang tidak benar dan sebagainya.

d. Chipping dan cracking

Chipping adalah tablet yang terpotong putus atau rusak pada bagian sekitar

pinggiran tablet. Hal ini mungkin disebabkan oleh peralatan yang rusak atau

penyetelan peralatan yang tidak tepat. Berbeda dengan cracking, tablet biasanya

retak pada bagian pusat puncak dan disebabkan oleh pemuaian tablet. Keretakan

sering terjadi apabila digunakan pons konkaf (cekung) yang dalam.

e. Mottling

Mottling adalah distribusi warna yang tidak merata pada suatu tablet, dengan

daerah terang atau gelap yang menonjol pada suatu permukaan yang seharusnya

seragam. Salah satu penyebab bercak-bercak adalah zat aktif yang warnanya

berbeda dengan eksipien tablet suatu zat aktif yang hasl penguraiannya berwarna.
23

E. Persyaratan Fisik Tablet

1. Granul

Granul adalah gumpalan dari partikel-partikel yang kecil. Umumnya granul

dibuat dengan cara melembabkan serbuk atau campuran serbuk yang digiling dan

dimelewatkan adonan yang sudah lembab pada celah ayakan yang sesuai dengan

granul yang diinginkan (Voigt, 1994). Pengubahan campuran serbuk menjadi

granul dimaksudkan supaya campuran serbuk mengalir bebas dan merata dari

hopper (Wadah berbentuk corong, yang menampung obat dan mengatur arusnya

menuju mesin pembuat tablet) ke dalam cetakan, mengisinya dengan tepat dan

merata (Ansel, 2008). Persyaratan granul yang baik adalah dalam bentuk dan

warna yang sedapat mungkin homogen, sedapat mungkin memiliki distribusi

butiran yang sempit tidak lebih dari 10% mengandung komponen yang terbentuk

serbuk, memiliki daya luncur yang baik, menunjukkan kekompakan mekanis yang

memuaskan, tidak terlampau kering (sisa lembab 3-5%) mudah hancur di dalam

air (Voigt, 1994)

2. Evaluasi Sifat Fisik Granul

a. Kecepatan Alir

Evaluasi terhadap granul dilakukan untuk mengetahui apakah granul yang

akan dibuat sediaan akan memiliki kecepatan alir yang memenuhi syarat sehingga

sejumlah granul tersebut dapat dengan mudah mengalir dalam alat cetak untuk

dapat menghasilkan keseragaman bobot yang baik. Granul yang baik akan

menghasilkan tablet yang seragam sehingga kadar zat aktif dalam sediaan dapat

terbagi sesuai dosis. Granul yang memiliki kecepatan alir kurang dari 1,6 g/detik
24

memiliki sifat alir yang sangat baik, 1,6-4 g/detik memiliki sifat alir yang baik, 4-

10 g/detik memiliki sifat alir yang sukar, 10 gr/detik memiliki sifat alir yang

sangat sukar (Aulton, 2002). Hubungan kecepatan alir granul dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 2. Hubungan Kecepatan Alir Dengan Sifat Alir Granul (Aulton, 2002)
Kecepatan Alir (g/detik) Sifat Alir Granul
<1,6 Sangat baik

1,6–4 Baik

4–10 Cukup

> 10 Sangat sukar

b. Sudut Diam

Sudut diam adalah sudut maksimum yang dibentuk permukaan serbuk

granul dengan bidang horizontal. Bila sudut diam lebih kecil atau sama dengan

30° biasanya menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas, bila sudutnya

lebih besar atau sama dengan 40° biasanya daya mengalirnya kurang baik. Sudut

diam dapat dihitung dengan cara :

Tan α =

Keterangan :
α = sudut diam
= jari-jari lingkaran alas kerucut
= tinggi kerucut granul
besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh sifat-sifat granul seperti ukuran

partikel, distribusi ukuran partikel, bentuk partikel, kekasaran atau tekstur


25

permukaan, penurunan energi permukaan dan luas permukaan (Lachman, 1994).

Hubungan sudut diam dengan sifat alir granul dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3. Hubungan Sudut Diam dengan Sifat Alir Granul (Lachman, 1994)
Sudut Diam Sifat Alir Granul
<25° Sangat baik

25°-30° Baik

30°-40° Cukup

>40° Sangat Tidak Baik

c. Kompresibilitas

Kerapatan granul dapat mempengaruhi kompresibilitas, porositas tablet,

kelarutan, dan sifat-sifat lainnya. Serbuk dan kompresibilitasnya jelek akan

membutuhkan tekanan tinggi untuk dapat dikempa menjadi tablet. Kerapatan bulk

adalah ukuran yang digunakan untuk menyatakan segumpal masa cetak atau

partikel.kerapatan bulk kemudian dapat diperoleh persen kompresibilitas pada

rumus di bawah ini :

m = massa

Vb = volume total

Sejumlah berat tertentu ditambahkan hati-hati ke dalam silinder dengan

bantuan corong.volume awal dicatat, kemudian diketuk-ketuk sampai terjadi lagi

pengurangan volume. Volume kemudian dimasukkan ke persamaan untuk


26

mendapatkan kerapatan bulk. dari kerapatan bulk kemudian didapatkan persen

kompresibilitas (Lachman, 1994).

C= x 100%

Keterangan :

= Bobot jenis setelah penghentakkan.

= Bobot jenis sebelum penghentakkan.

Tabel 4. Hubungan Persentase Kompresibilitas dengan sifat alir massa cetak


(Aulton,2002)
(%) Kompresibilitas Sifat Alir Massa Cetak
5 – 15 Istimewa
12 – 16 Sangat Baik
18 – 21 Baik
23 – 35 Cukup Baik
35 – 38 Sangat Buruk
> 40 Sangat-sangat Buruk

3. Evaluasi Sediaan Tablet

a. Evaluasi Keseragaman Bobot

Evaluasi keseragaman bobot dilakukan dengan menimbang 20 tablet satu–

persatu dan dihitung bobot rata–ratanya. Hasilnya tidak lebih dari dua tablet yang

masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari

harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya

menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B.
27

Tabel 5. Persyaratan penyimpangan bobot tablet (Depkes, 1979)


Penyimpangan bobot rata - rata (%)
Bobot rata – rata
A B

25 mg atau kurang 15% 30%

26 mg – 150 mg 10% 20%

151 mg – 300 mg 7,5% 15%

Lebih dari 300 5% 10%

b. Evaluasi Keseragaman Ukuran

Evaluasi keseragaman ukuran dilakukan untuk menjamin keseragaman fisik

yang akan mempengaruhi obat yang terkandung didalamnya.Kesamaan ukuran

diukur menggunakan jangka sorong. Pengukuran keseragaman tablet dapat

dilakukan dengan mengambil acak 10 tablet kemudian diukur ketebalan satu

persatu dengan menggunakan alat jangka sorong. Rataan diameter dan tebal tablet

dihitung nilainya dari hasil pengukuran tersebut. Kriteria yang baik jika diameter

tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang 1 1 /3kali tebal tablet (Depkes, 1979).

c. Evaluasi Kekerasan

Pada umumnya semakin besar tekanan semakin keras tablet yang

dihasilkan, walaupun sifat dari granul juga menentukan kekerasan tablet.

Penentuan kekerasan tablet dapat ditentukan, dengan pengaturan pada

peralatannya. Prinsip pengukurannya adalah memberikan tekanan pada tablet

sampai tablet retak atau pecah, kekuatan untuk tablet adalah sebesar 4-8 kg

(Ansel, 2008).
28

d. Evaluasi Kerapuhan

Kerapuhan adalah kemampuan tablet untuk mempertahankan massa dari

goncangan dan pengikis yang diakibatkan alat ukur. Kerapuhan atau juga disebut

keregasan ukuran dengan alat Roche Friabilator Tester (Depkes RI, 1979). Tablet

yang diuji ditimbang terlebih dahulu kemudian diletakkan dalam friabilator

selama 100 putaran dengan kecepatan 25rpm. Tablet dibersihkan dan ditimbang

ulang, jika kehilangan berat kurang dari 1% masih dapat dibenarkan (Lachman,

1994)

e. Evaluasi Waktu Hancur

Menurut Depkes RI (1979), masukkan 6 tablet kedalam keranjang, turun

naikkan keranjang secara teratur tiga puluh kali tiap menit. Tablet dinyatakan

hancur jika ada bagian tablet yang tertinggal diatas kaca, kecuali fragmen yang

berasal dari alat penyalut. Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima

tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60

menit untuk tablet bersalut gula dan selaput.


29

Beberapa contoh penelitian yang menggunakan PVP sebagai pengikat

1. Penelitian Suryaningsih (2011) dengan judul “Formulasi Tablet Ekstrak


Daun Teh (Camellia Sinensis L.) Dengan Metode Granulasi Basah”.

2. Penelitian Susilowati (2010) dengan judul “Uji Mutu Fisik Tablet Ekstrak

Daun Jambu Monyet (Anacardium Occidentale L.) Dengan Bahan Pengikat

PVP Secara Granulasi Basah”.

R/ Ekstrak kering 303 mg

Lactosa 288,5 mg

Explotab 5%

PVP 3%

Magnesium Stearat 1%

Aquadest q.s
30

G. Preformulasi Tablet

1. Ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.)

Tablet ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) diformulasikan

dengan kadar 1551 mg/hari, didapatkan dari konversi dosis ekstrak daun nangka

sebesar 200mg/KgBB pada mencit jantan galur BALB/C ke dosis manusia (Anas

dkk,2016). Pada penelitian ini akan dibuat tablet dengan kadar 172 mg/tablet

dengan pemakaian 3 kali sehari 3 tablet. Lalu ditambah aerosil dengan

perbandingan ekstrak dan aerosil sebesar (2:1) sehingga didapatkan zat aktifnya

sebesar 258 mg. Zat aktif sebesar 258 mg/tablet lalu ditambahkan zat tambahan

yang cocok secukupnya untuk mencapai bobot tablet sebesar 600 mg/tablet.

2. Aerosil

Aerosil merupakan bahan pengabsorben atau pengering yang dapat

mengurangi lengketnya partikel satu sama lain, dengan pengaturan aliran sehingga

gesekan partikel satu dengan yang lain sangat kurang. Aerosil memiliki ukuran

partikel kecil dan luas permukaan spesifik memberikan karakteristik aliran yang

diinginkan dimanfaatkan untuk meningkatkan sifat alir serbuk kering dalam

sejumlah proses seperti pengisian kapsul (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009).

Selain digunakan sebagai absorben, aerosil juga digunakan sebagai pelincir dalam

konsentrasi 0,25-3% (Lachman, 1994).

3. Laktosa Anhidrat

Laktosa merupakan pengisi yang paling luas digunakan dalam formulasi sediaan

tablet. Laktosa anhidrat memberi keuntungan yang lebih, yaitu tanpa reaktivitas

dari reaksi Maillard, yang menimbulkan warna coklat (Siregar, 2010). Laktosa
31

anhidrat adalah laktosa kristalin yang mengalir bebas tanpa air hidrasi dan dapat

dikempa langsung. Laktosa anhidrat harus disimpan dalam wadah tertutup baik

pada tempat sejuk dan kering dan inkompatibilitis terhadap agen pengoksidasi

kuat yaitu asam amino, amfetamins dan lisinopril (Rowe, Sheskey, dan Quinn,

2009). laktosa anhidrat memiliki sifat disolusi yang baik karena pengaruh kuat

dari β-laktosa (Siregar, 2010).

4. PVP (Polivinilpirolidon)

PVP merupakan pengikat polimer serbaguna yang baik untuk tablet dan

sebagai pengikat yang lebih unggul dibandingkan dengan pati (Siregar, 2010).

Keunggulan PVP dibandingkan dengan pengikat lain yaitu dapat berfungsi

sebagai pengikat yang baik tidak hanya untuk metode granulasi basah, tetapi juga

untuk granulasi kering dan kempa langsung (Folttmann, et.al., 2008). Penggunaan

PVP dapat meningkatkan kekerasan tablet dan membuat tablet menjadi kompak

(Siregar, 2010). PVP adalah inert, sedikit higroskopis tidak mengeras selama

penyimpanan. Pemerian serbuk putih atau krim puth, berbau atau hampir tidak

berbau bersifat higroskopis inert. Larut dalam air, dalam methanol dalam asam,

dalam kloroform dan dalam keton, praktis tidak larut dalam hidrokarbon, dan

dalam mineral. Stabil pada suhu 110-130 derajat C, mudah terurai dengan adanya

udara dari luar, dapat bercampur dengan air, stabil bila disimpan ditempat kering.

Zat ini biasanya ditambahkan pada serbuk kering yang akan digranulasi kemudian

dibasahi dengan cairan penggranulasi, atau dalam suatu larutan dengan air,

alkohol, atau cairan penggranulasi hidroalkohol (Siregar, 2010). Kegunaannya

sebagai zat pengikat, pengisi tablet atau coating agent dengan konsentrasi 0,5-5%
32

(Rowe, sheskey, dan Quinn, 2009). Penggunaan PVP dalam larutan berair,

alkohol atau hidroalkohol dengan konsentrasi sebesar 5-20% (Siregar, 2010).

5. Explotab

Explotab merupakan pati yang dimodifikasi. Pemerian serbuk putih sampai coklat

, tidak berbau atau hampir tidak berbau, higroskopik. Mudah larut dalam air dan

dalam etanol (Depkes RI, 1995). Keuntungan menggunakan explotab adalah

waktu desintegrasi tidak tergantung pada gaya kempa. Penggunaan explotab ini

biasanya menghasilkan granul yang mengabsorbsi air dengan cepat. (Siregar,

2010). Explotab digunakan sebagai desintegran kapsul dan tablet dengan

konsentrasi 2%-8% (Rowe, sheskey,dan Quinn, 2009).

6. Magnesium Stearat

Magnesium stearat serbuknya berwarna putih, halus, bau khas lemah,

mudah melekat di kulit, bebas dari butiran. Kelarutan tidak larut dalam air, dalam

etanol dan dalam eter (Depkes RI, 1995). Dalam pembuatan tablet magnesium

stearat berfungsi sebagai pelincir yang paling efisien dan lazim digunakan. Tidak

kompatibel dengan asam kuat, alkali, dan garam besi. Inkompatibilitas dengan

bahan pengolksidasi kuat. Magnesium stearat tidak dapat digunakan dalam produk

yang mengandung aspirin, beberapa vitamin, dan kebanyakan alkaloid garam.

Persen penggunaan yang lazim digunakan yaitu 1% atau kurang dari 1% (Siregar,

2010). Magnesium stearat memiliki sifat lubrikan dan antiadheren yang baik tetapi

sifat glidan yang buruk (Siregar, 2010).


33

H. Rangkuman preformulasi

Formula ini mengacu pada penelitian Susilowati dkk (2010),PVP yang

digunakan pada penelitian tersebut sebesar 3% dan tablet yang dihasilkan

memenuhi syarat evaluasi fisik. Karena secara struktur dan kandungan senyawa

daun jambu monyet sama dengan daun nangka maka peneliti akan membuat tablet

dari acuan tersebut dengan memvariasikan pvp dengan konsentrasi 2%, 3%, dan

4 %.

PVP (Polivinilpirolidon) merupakan pengikat polimer serbaguna yang baik

untuk tablet dan sebagai pengikat yang lebih unggul dibandingkan dengan pati.

Penggunaan PVP dapat meningkatkan kekerasan tablet dan membuat tablet

menjadi kompak (Siregar, 2010). Memvariasikan konsentrasi PVP dengan tujuan

untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan dari evaluasi fisik tablet dari masing-

masing formula. Laktosa anhidrat digunakan sebagai pengisi karena bisa

menghindari reaksi Maillard, yang menimbulkan warna coklat pada tablet . selain

itu juga laktosa anhidrat memiliki sifat disolusi yang baik (Siregar, 2010).

Explotab digunakan sebagai penghancur dengan konsentrasi 2%-8%, Penggunaan

explotab ini biasanya menghasilkan granul yang mengabsorbsi air dengan cepat.

(Siregar, 2010).

Sebagai pelincir digunakan magnesium stearat, penggunaan magnesium

stearat dengan tujuan mengurangi gesekan saat pengempaan dan mencegah

melekatnya massa pada punch dan die. Persen penggunaan yang lazim digunakan

yaitu 1% atau kurang dari 1% (Siregar, 2010).


34

Penyebab diare :
malabsorbsi, alergi,
H. Kerangka Teori keracunan,
imunodefisiensi, dan
Daun Nangka
Infeksi (Dinkes, 2014)
(Artocapus
heterophyllus L.)
Menghambat
motilitas usus
Tanin (Adnyana dkk, Gerakan peristaltik usus
Ekstrak kental
2014) dan meningkat (Tjay dan
daun nangka Flavonoid
mengurangi sekresi Rahardja, 2007)
air (Carlo,et.al.,
1993)
Ekstrak kering Hipersekresi dan cairan
daun nangka menumpuk di usus (Tjay
dan Rahardja, 2007)

Diare

Formulasi tablet
Menurunkan aktivitas diare

Pengisi Pengikat Penghancur Pelincir

Laktosa Anhidrat PVP Explotab Mg. Stearat

Pengisi yang Meningkatkan Menghasilkan Mengurangi gesekan


memiliki sifat kekerasan tablet, granul yang saat pengempaan,
disolusi yang baik membuat tablet mengabsorbsi air mencegah lekatnya
karena pengaruh menjadi dengan cepat. tablet pada mesin
kuat dari β-laktosa kompak(Rowedk (siregar, 2010) pencetak (Siregar,
dan menghindari k, 2009) 2010)
reaksi maillard
(Siregar, 2010)

Memenuhi persyaratan tablet


35

I. Hipotesis

HI : Ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) dapat

diformulasikan menjadi sediaan tablet dengan variasi pengikat PVP 2%,

3%, dan 4% yang memenuhi persyaratan ditinjau dari keseragaman bobot,

keseragaman ukuran, kerapuhan, kekerasan, dan waktu hancur.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimental yang dilakukan dengan beberapa

formula tablet yang mengandung ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus

L.) dengan variasi PVP (Polivinilpirolidon) pada konsentrasi 2%, 3%, dan 4%

sebagai pengikat pada tablet secara granulasi basah. Pembuatan tablet yang

mengandung ekstrak daun nangka akan dievaluasi granul yang meliputi waktu

alir, sudut diam, dan kompresibilitas. Serta evaluasisifat fisik tablet yang meliputi

keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan, kerapuhan dan waktu

hancur.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Pembuatan tablet yang mengandung ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.) dan evaluasi sifat fisiknya dilakukan di laboratorium

farmakognosi dan laboratorium farmasetika Poltekkes Kemenkes Palembang

Jurusan Farmasi pada bulan april-juni 2017.

C. Objek Penelitian

Objek penelitian yaitu ekstrak dari daun nangka (Artocarpus heterophyllus

L.) yang segar berwarna hijau tua mengkilap, daun berbentuk lonjong dengan

pangkal daun berbentuk segitiga yang diambil langsung di rumah bapak X di

Prabumulih.

36
37

D. Prosedur kerja

1. Ekstraksi Serbuk Daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.)

Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan etanol 96%

sebagai cairan penyari. Adapun prosedur kerja yang akan dilakukan sebagai

berikut :

a. Daun nangka dibersihkan dari pengotornya lalu dicuci bersih dengan air

mengalir.

b. Daun nangka dirajang dengan menggunakan pisau kemudian

dikeringanginkan dalam suhu kamar sampai kering.

c. Setelah kering dihaluskan dengan blender.

d. Kemudian serbuk halus ditimbang sebanyak 600 g dan dimasukkan

kedalam botol maserasi berwarna gelap.

e. Tambahkan etanol 96% ke dalam botol maserasi hingga semua simplisia

terendam seluruh

f. Tutup botol dan diamkan selama lima hari ditempat yang terlindung dari

cahaya langsung dan dilakukan pengadukan tiga kali sehari selama 10

menit.

g. Setelah lima hari maserat disaring dan dibiarkan beberapa jam, kemudian

dienaptuangkan ke wadah lain.

h. Maserat lalu dipekatkan dengan destilasi vakum untuk mendapatkan

ekstrak kental.
38

2. Pembuatan Ekstrak Kering

Pembuatan ekstrak kering daun nangka adalah sebagai berikut :

a. Ekstrak kental daun nangka hasil ekstraksi yang telah dipekatkan dengan

destilasi vakum digerus didalam mortir yang telah disterilkan.

b. Lalu ditambahkan aerosil dengan perbandingan ekstrak dan aerosil sebesar

(2:1) atau setengah dari ekstrak kental. Setelah itu dikeringkan pada suhu

40o selama 24 jam untuk memaksimalkan penguapan pelarut.

c. Setelah dikeringkan lalu digerus kembali hingga homogen dan diayak

dengan ayakan No.120 agar ekstrak kering dapat terdistribusi merata

sewaktu pencampuran dengan bahan lain.

d. Kemudian dilakukan pencampuran dengan zat tambahan sesuai formula.

3. Formula Tablet

Formula ini mengacu pada penelitian Susilowati dan Christanto (2010),

PVP yang digunakan pada penelitian tersebut sebesar 3% dan tablet yang

dihasilkan memenuhi syarat evaluasi fisik. Karena struktur dan kandungan

senyawa kimia daun jambu monyet sama dengan daun nangka maka peneliti akan

membuat tablet dari acuan tersebut dengan memvariasikan PVP dengan

konsentrasi 2%, 3%, dan 4 %. Rencana pembuatan tablet pada penelitian ini yaitu

sebanyak 120 tablet dengan bobot ± 600 mg/tabletnya bobot disetiap formulanya.
39

Tabel 6. Formula Tablet Ekstrak Daun Nangka (Artocapus heterophyllus L.).


Jumlah yang digunakan untuk
satu tablet dengan bobot 600
mg/tablet
No Bahan Keterangan
Formula Formula Formula
I II III

Ekstrak Daun Zat aktif


1 258 mg 258 mg 258 mg
Nangka + Aerosil
3 Laktosa Anhidrat 294 mg 288 mg 282mg Pengisi

4 Explotab 5% 5% 5% Penghancur

5 PVP 2% 3% 4% Pengikat

6 Mg Stearat 1% 1% 1% Pelincir

Cairan
7 Aquadest q.s q.s q.s Penggranulasi

(Berdasarkan Formula Tablet dari penelitian penelitian Susilowati, 2010)

4. Pembuatan Granul dengan Metode Granulasi Basah

a. Sebelum diproses, semua bahan diayak terlebih dahulu.

b. Lalu gerus ekstrak kering dengan laktosa anhidrat dan explotab sampai

homogen.

c. Setelah itu ditambahkan larutan PVP (Polivinilpirolidon) sedikit demi

sedikit sambil digerus sampai terbentuk massa granul yang baik.

d. Selanjutnya massa granul dilewatkan pada ayakan mesh 14 dan dikeringkan

pada suhu 50°C selama 24 jam

e. Kemudian ditimbang granul yang sudah kering, lalu diayak lagi dengan

ayakan no.16
40

f. Selanjutnya lakukan evaluasi sifat fisik granul ekstrak daun nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) meliputi waktu alir, sudut diam dan

kompresibilitas.

5. Evaluasi Sifat Fisik Granul

a. Kecepatan Alir

1) Ditimbang 10 gram granul

2) Kemudian dimasukkan kedalam corong yang ujung tangkainya ditutup

3) Lalu penutup corong dibuka dan granul dibiarkan mengalir sampai habis

4) Selanjutnya dihitung kecepatan alir granul

b. Sudut Diam

1) Ditimbang 10 gram granul

2) Kemudian dimasukkan kedalam corong yang ujung tangkainya ditutup

3) Lalu penutup corong dibuka dan granul dibiarkan mengalir sampai habis

4) Kemudian diukur tinggi kerucut yang terbentuk dan diameternya

5) Selanjutnya dihitung sudut diam granul

Tan α =

Keterangan : Tan α = sudut diam

h = tinggi kerucut granul

r = jari-jari lingkaran alas kerucut

c. Kompresibilitas

1) granul ditimbang sebanyak 10 gram (m)

2) lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur , dilihat volume awalnya (Vu)


41

3) granul dimampatkan lalu dilihat volume setelah pemampatan pada gelas

ukur (Vb)

4) lalu granul ditimbang kembali (m)

5) dihitung massa jenis sebelum dan sesudah penghentakkan lalu dimasukkan

ke rumus kompresibilitas

6) kemudian lihat hasilnya pada tabel

C= x 100%

Keterangan :

m : Massa granul

Vb : Volume massa cetak granul sesudah penghentakkan

Vu : Volume massa cetak granul sebelum penghentakkan

: Bobot jenis massa cetak sebelum penghentakkan

: Bobot jenis setelah penghentakkan

(%) Kompresibilitas Sifat Alir Massa Cetak


5 – 15 Istimewa
12 – 16 Sangat Baik
18 – 21 Baik
23 – 35 Cukup Baik
35 – 38 Sangat Buruk
> 40 Sangat-sangat Buruk
42

6. Pembuatan Tablet

a. Granul yang sudah diayak, dilakukan evaluasi sifat fisik granul kemudian

ditambahkan magnesium stearat di botol kosong bermulut lebar lalu lalu

dikocok homogen.

b. Setelah itu, cetak granul menjadi tablet dengan mesin pencetak tablet,

dengan bobot tiap tablet sebesar 600 mg.

c. Lalu dilakukan evaluasi sifat fisik tablet ekstrak daun nangka

(Artocarpusheterophyllus L.)meliputi keseragaman bobot, keseragaman

ukuran, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur.

7. Evaluasi Sifat Fisik Tablet

a. Keseragaman Bobot Tablet

1) Ditimbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tablet.

2) Lalu ditimbang satu per satu bobot tablet, hitung penyimpangan tiap tablet

terhadap bobot tablet rata-rata

3) Tidak boleh lebih dari 2 tablet bobotnya menyimpang dari bobot rata-

ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A dan tidak satu

tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari

harga yang ditetapkan kolom B (Depkes, 1979).

Penyimpang bobot rata-rata (%)


Bobot rata-rata
A B
25mg atau kurang 15% 30%
25mg - 150mg 10% 20%
151mg - 300mg 7,5% 15%
≥300mg 5% 10%
43

b. Keseragaman Ukuran

1) Diambil 20 tablet secara acak

2) Lalu ukur diameter dan tebalnya satu per satu menggunakan jangka sorong,

3) Kemudian dihitung rata-rata diameter dan tebal seluruh tablet.

4) Kecuali dinyatakan lain garis tengah tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak

kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet (Depkes, 1995).

c. Kekerasan Tablet

1) Diambil 20 tablet secara acak

2) Pemeriksaan kekerasan tablet menggunakan hardness tester,

3) Sebuah tablet diletakkan pada alat dengan posisi horizontal, lalu alat

dikalibrasi dengan posisi 0,00.

4) Kemudian Putar alatnya hingga tablet patah.

5) Selanjutnya dilakukan pembaca skala yang tertera pada alat (Voigt, 1994).

d. Kerapuhan Tablet

1) Disiapkan 20 tablet yang dibebasdebukan dari tiap sampel.

2) Lalu ditimbang dalam neraca analitik yang dinyatakan sebagai W1.

3) Kemudian dimasukkan kedalam friabilator. Lalu alat dijalankan selama 4

menitdengan kecepatan 25 rpm (100 kali putaran).

4) Setelah itu tablet dikeluarkan dari alat, dibebasdebukan lagi dan ditimbang

dan kemudian dinyatakan W2.

5) Selanjutnya dihitung besarnya kerapuhan tablet.

6) Kerapuhan sebaiknya tidak melebihi 0,8%-1,0% (Voigt, 1994).


44

-
Kerapuhan tablet = x 100%

Keterangan : W1 : berat tablet mula-mula

W2 : berat tablet setelah perlakuan

e. Waktu Hancur

1) Diambil 6 tablet untuk setiap formula

2) Lalu siapkan alat disintegrating tester, kemudian suhu diatur dalam bath

(370 C) selama 15 menit

3) Setelah itu tablet tablet dimasukkan ke keranjang, lalu tekan tombol start

4) Kemudian perhatikan dan amati waktu hancur tablet untuk masing-masing

formula, dicatat waktu hancurnya. Tablet yang baik mempunyai waktu

hancur kurang dari 15 menit (Depkes RI, 1979).

E. Alat dan Bahan

1. Alat-alat

a. Alat-alat untuk proses pembuatan ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.) yaitu pisau, botol besar berwarna gelap tertutup untuk

maserasi dan seperangkat alat destilasi vakum

b. Alat-alat untuk proses pembuatan tablet, yaitu timbangan biasa, neraca

analitik, mortir dan stamper, ayakan no 14 dan 16, lemari pengering, mesin

pencetak tablet single punch dan alat pendukung lainnya.

c. Alat-alat untuk evaluasi tablet : alat untuk evaluasi keseragaman bobot yaitu

neraca analitik, alat keseragaman ukuran yaitu jangka sorong, alat uji
45

kekerasan yaitu hardness tester machine, alat uji kerapuhan yaitu friabilator,

alat uji waktu hancur yaitu disintegration tester.

2. Bahan

a. Bahan untuk membuat ekstrak daun nangka, yaitu daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.). dan etanol 96%.

b. Bahan untuk formula tablet, yaitu ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.), aerosil, laktosa anhidrat, explotab, PVP

(Polivinilpirolidon), dan magnesium stearat.

F. Variabel Penelitian

a. Variabel Independen : Konsentrasi PVP yang divariasikan dalam formula

tablet

b. Variabel Dependen : Evaluasi sifat fisik tablet yang mengandung zat

aktif ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) ditinjau dari

keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan tablet, kerapuhan tablet

dan waktu hancur.

G. Definisi Operasional

1. Keseragaman Bobot Tablet

Definisi : Banyaknya penyimpangan bobot tiap tablet ekstrak daun

nangka(Artocarpus heterophyllus L.). terhadap bobot rata-rata

dari sejumlah tablet dari ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.). yang masih diperbolehkan menurut syarat

yang ditentukan

Alat ukur : Timbangan analitik


46

Cara ukur : Membandingkan hasil pengukuran dengan standar Farmakope

Indonesia Edisi III (1979)

Hasil : Memenuhi syarat jika penyimpangan bobot 2 tablet ekstrak

daun nangka(Artocarpus heterophyllus L.). tidak lebih dari 5%

dan tidak satu tablet lebih dari 10% (Depkes, 1979).

2. Keseragaman Ukuran

Definisi : Keseragaman ukuran jika diameter tablet ekstrak daun

nangka(Artocarpus heterophyllus L.). lebih dari tiga kali dan

tidak kurang dari satu sepertiga kali tebal tablet.

Alat ukur : Jangka sorong

Cara ukur : Membandingkan hasil pengukuran dengan standar Farmakope

Indonesia Edisi III (1979).

Hasil : Memenuhi syarat jika diameter tidak lebih dari tiga kali dan

tidak kurang dari satu sepertiga kali tebal tablet (Depkes, 1979)

3. Kekerasan Tablet

Definisi : Kekerasan Adalah ketahanan tablet ekstrak daun

nangka(Artocarpus heterophyllus L.). dalam melawan tekanan

mekanik dari alat ukur.

Alat ukur : Hardness tester

Cara ukur : Membandingkan hasil pengukuran dengan standar kekerasan

tablet yang baik.


47

Hasil : Membandingkan hasil pengukuran dengan standar kekerasan

tablet yang baik. Kekuatan minimum untuk tablet adalah 4 kg

(Ansel, 2008).

4. Kerapuhan tablet

Definisi : Kerapuhan adalah ketahanan tablet ekstrak daun

nangka(Artocarpus heterophyllus L.). Dalam melawan

pengikisan dan goncangan dari alat ukur.

Alat ukur : Roche Friabilator

Cara ukur : Membandingkan hasil pengukuran dengan standar kerapuhan

tablet

Hasil : Memenuhi syarat jika kerapuhan tablet tidak lebih 1,0%

(Lachman, 1994).

5. Waktu hancur

Definisi : Waktu hancur adalah untuk menetapkan kesesuaian batas

waktu hancur yang ditetapkan pada masing- masing tablet.

Alat ukur : Disintegrasion tester

Cara ukur : Membandingkan hasil pengukuran dengan standar waktu

hancur tablet.

Hasil : Memenuhi syarat jika waktu hancur tablet 15 menit. Tidak

memenuhi syarat jika waktu hancur lebih dari 15 menit (Depkes,

1979).
48

6. Evaluasi Sifat Fisik Tablet

Definisi :Evaluasi sifat fisik tablet dengan ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.). telah dilakukan evaluasi keseragaman bobot,

keseragaman ukuran, kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur yang

memenuhi persyaratan.

Alat ukur : Rekapitulasi hasil persyaratan evaluasi sifatfisik tablet.

Cara ukur : Merekapitulasi hasil evaluasisifat fisik tablet

Hasil : Tablet memenuhi syarat secara fisik jika suatu formula memenuhi

syarat evaluasi keseragaman bobot, keseragaman ukuran,

kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur. Tidak memenuhi syarat

jika suatu formula tidak memenuhi salah satu persyaratan evaluasi

fisik tersebut
49

H. Kerangka Operasional
dicuci

Daun Nangka (Artocarpus dirajang


heterophyllus L.)
dikeringkan

dihaluskan
Maserasi etanol 96%

Destilasi vakum

Ekstrak kental

Ekstrak kering
Zat pengisi Waktu alir
Granul Evaluasi granul
Zat pengikat Sudut diam

Zat penghancur Kompresibilitas

Zat Pelincir

Pencetakan
tablet

Evaluasi tablet

Keseragaman Keseragaman Kerapuhan Kekerasan Waktu hancur


bobot ukuran

Memenuhi Tidak memenuhi


syarat syarat

syarat
50

I. Cara Pengolahan Dan Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan

pengukuran terhadap sifat fisik granul dan sifat fisik tablet yang meliputi : waktu

alir, sudut istirahat dan kompresibilitas granul, keseragaman bobot, keseragaman

ukuran, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur tablet ekstrak daun

nangka(Artocarpus heterophyllus L.). Kemudian data yang diperoleh dari hasil

penelitian ditampilkan dalam bentuk tabel dan dianalisis dengan standar teori

farmasetika farmakope edisi III, Lachman (1994) dan Ansel (2008).


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Hasil Pembuatan Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.)

Pada penelitian ini menggunakan daun nangka yang telah dikeringkan dan

diserbukhaluskan. Serbuk daun nangka ditimbang sebanyak 600g lalu dimaserasi

dengan pelarut etanol 96% selama 5 hari. Maserat kemudian didestilasi vakum,

didapatkan 89,63 gram ekstrak kental. Rendemen yang diperoleh dari ekstrak

daun nangka sebesar 14,93%.

2. Hasil EvaluasiSifat Fisik Granul Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus

heterophyllus L.)

Ekstrak kental dikeringkan terlebih dahulu dengan penambahan aerosil ½

dari ekstrak kental sehingga didapatkan ekstrak kering daun nangka. Lalu ekstrak

kering dicampur dengan bahan-bahan lain untuk dibuat menjadi granul dan

dilakukan evaluasi granul yang meliputi kecepatan alir, sudut diam dan

kompresibilitas. Dari evaluasi sifat fisik granul ekstrak daun nangka didapatkan

hasil sebagai berikut:

51
52

Tabel 7. Hasil Evaluasi Kecepatan Alir Granul Ekstrak Daun Nangka


(Artocarpus heterophyllus L.)
Evaluasi sifat fisik Granul
granul Formula I Formula II Formula III

Massa (g) 10 10 10

Waktu (s) 2,13 2,20 3.02

Kecepatan alir
4,69 4,54 3,31
(g/detik)

Keterangan: Memenuhi syarat, granul masuk dalam kategori sifat alir cukup baik
dengan waktu alir 4-10g/ detik, memiliki kategori sifat alir baik
dengan waktu alir 1,6-4 g/detik.

Tabel 8. Hasil Evaluasi Sudut Diam Granul Ekstrak Daun Nangka


(Artocarpus heterophyllus L.)
Evaluasi sifat Granul
fisik granul Formula I Formula II Formula III

Tinggi (cm) 1,5 1,6 1,8

Jari-jari (cm) 3,5 4 5

Tan α 0,43 0,40 0,36

Sudut diam (0 ) 23,27 21,80 19,80

Keterangan: Memenuhi syarat, granul masuk dalam kategori sangat baik dengan
sudut diam <250

Tabel 9. Hasil Evaluasi Kompresibilitas Granul Ekstrak Daun Nangka


(Artocarpus heterophyllus L.)
Evaluasi sifat fisik Granul
granul Formula I Formula II Formula III

BJ sebelum
0,41 0,40 0,41
penghentakan

BJ setelah
0,44 0,43 0,45
penghentakan

Kompresibilitas (%) 6.81 6,97 8,88

Keterangan: Memenuhi syarat granul masuk dalam kategori istimewa dengan


kompresibilitas 5-15%
53

3. Hasil Evaluasi Sifat Fisik Tablet Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus

heterophyllus L.)

Evaluasi sifat fisik tablet ekstrak daun nangka meliputi keseragaman

bobot, keseragaman ukuran, kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur tablet.

Tabel 10. Hasil Evaluasi Keseragaman Bobot Tablet Ekstrak Daun Nangka
(Artocarpus heterophyllus L.)
Formula I Formula II Formula III
No. Bobot Penyimpangan Bobot Penyimpangan Bobot Penyimpangan
(gr) (%) (gr) (%) (gr) (%)
1 0,6218 1,62 0,6063 0,17 0,6028 0,08
2 0,5848 4,43 0,5901 2,51 0,5902 2,00
3 0,6338 3,58 0,6085 0,53 0,5884 2,30
4 0,6406 4,69 0,6035 0,30 0,6088 1,08
5 0,6404 4,65 0,6127 1,22 0,5972 0,85
6 0,5972 2,40 0,5877 2,91 0,5908 1,91
7 0,6193 1,21 0,5946 1,77 0,5968 0,91
8 0,6314 3,19 0,6081 0,46 0,6024 0,01
9 0,6270 2,47 0,5936 1,93 0,6153 2,16
10 0,5845 4,48 0,5902 2,49 0,6119 1,59
11 0,5995 2,03 0,5942 1,83 0,5923 1,66
12 0,6369 4,08 0,5983 1,15 0,5955 1,13
13 0,5940 2,92 0,6243 3,14 0,6043 0,33
14 0,5980 2,27 0,6037 0,26 0,6142 1,97
15 0,6288 2,76 0,5862 3,15 0,5957 1,09
16 0,5914 3,35 0,5976 1,27 0,6039 0,26
17 0,6131 0,20 0,5894 2,63 0,5909 1,89
18 0,6359 3,93 0,6097 0,73 0,5964 0,98
19 0,5887 3,79 0,5802 4,15 0,5956 1,11
20 0,6187 1,11 0,5825 3,77 0,6039 0,27
∑ 12,2397 12,1079 12,0470
X 0,6119 0,6053 0,6023
SD 0,02095 0,0112 0,0081
.Keterangan: Memenuhi syarat, penyimpangan bobot 2 tablet ekstrak daun nangka
tidak lebih dari 5% dan tidak satupun tablet lebih dari 10% terhadap
bobot rata-rata
54

Tabel 11. Hasil Evaluasi Keseragaman Ukuran Tablet Ekstrak Daun Nangka
(Artocarpus heterophyllus L.)
Formula I d/t Formula II d/t Formula III
No. d/t (cm)
d t (cm) d t (cm) d t
1 1,22 0,43 2,83 1,22 0,42 2,90 1,22 0.42 2,90
2 1,22 0,42 2,90 1,22 0,41 2,97 1,22 0,43 2,83
3 1,22 0,41 2,97 1,22 0,41 2,97 1,22 0,42 2,90
4 1,22 0,42 2,90 1,22 0,42 2,90 1,22 0,41 2,97
5 1,22 0,41 2,97 1,22 0,41 2,97 1,22 0,41 2,97
6 1,22 0,41 2,97 1,22 0,42 2,90 1,22 0,44 2,77
7 1,22 0,41 2,97 1,22 0,41 2,97 1,22 0,41 2,97
8 1,22 0,42 2,90 1,22 0,44 2,77 1,22 0,42 2,90
9 1,22 0,42 2,90 1,22 0,42 2,90 1,22 0,41 2,97
10 1,22 0,42 2,90 1,22 0,41 2,97 1,22 0,44 2,77
11 1,22 0,44 2,77 1,22 0,42 2,90 1,22 0,41 2,97
12 1,22 0,41 2,97 1,22 0,41 2,97 1,22 0,42 2,90
13 1,22 0,43 2,83 1,22 0,41 2,97 1,22 0,43 2,83
14 1,22 0,41 2,97 1,22 0,41 2,97 1,22 0,42 2,90
15 1,22 0,42 2,90 1,22 0,41 2,97 1,22 0,41 2,97
16 1,22 0,41 2,97 1,22 0,42 2,90 1,22 0,41 2,97
17 1,22 0,42 2,90 1,22 0,41 2,97 1,22 0,43 2,83
18 1,22 0,42 2,90 1,22 0,41 2,97 1,22 0,42 2,90
19 1,22 0,41 2,97 1,22 0,43 2,83 1,22 0,41 2,97
20 1,22 0,42 2,90 1,22 0,42 2,90 1,22 0,44 2,77
∑ 58,29 58,57 57,96
X 2,91 2,92 2,89
SD 0,0567 0,0559 0,07417
Keterangan: Memenuhi syarat, diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak
kurang dari satu sepertiga kali tebal tablet.
55

Tabel 12. Hasil Evaluasi Kekerasan Tablet Ekstrak Daun Nangka


(Artocarpus heterophyllus L.)
Kekerasan Tablet (Kg)
No.
Formula I Formula II Formula III
1 8 8 7
2 7 6 9
3 6 8 7
4 8 8 8
5 6 7 7
6 5 6 10
7 6 6 6
8 5 6 7
9 7 7 9
10 5 7 9
11 5 8 7
12 8 8 6
13 7 8 8
14 6 6 7
15 6 6 8
16 7 7 8
17 7 6 7
18 8 6 9
19 6 7 8
20 8 8 10
∑ 131 139 157
X 6,55 6,95 7,85
SD 1,0990 0,8870 1,182
Keterangan : Memenuhi syarat, kekerasan tablet yang baik dengan kekuatan 4-8

Kg
56

Tabel 13. Hasil Evaluasi Kerapuhan Tablet Ekstrak Daun Nangka


(Artocarpus heterophyllus L.)
Kerapuhan Tablet
Formula I Formula II Formula III
W1 12,23 12,11 12,04
W2 12,20 12,08 12.03
% Kerapuhan 0,25 0,17 0,08
Keterangan: Memenuhi syarat, Kerapuhan tablet tidak lebih dari 1,0%

Tabel 14. Hasil Evaluasi Waktu Hancur Tablet Ekstrak Daun Nangka
(Artocarpus heterophyllus L.)
Waktu Hancur Tablet
No.
Formula I Formula II Formula III
1 10,35 menit 11,50 menit 19,20 menit
2 10,48 menit 12,15 menit 19,33 menit
3 11,00 menit 12,15 menit 21,00 menit
4 11,00 menit 12,38 menit 21,45 menit
5 11,15 menit 12,46 menit 23,00menit
6 11, 30 menit 13,00 menit 24,35menit
∑ 65,28 menit 73,64menit 128,33 menit
x 10,88 menit 12,27menit 21,38 menit
SD 0,3792 0,4905 2,0273
Keterangan: memenuhi syarat waktu hancur <15 menit, tidak memenuhi syarat
waktu hancur >15 menit.

Tabel 15. Rekapitulasi Evaluasi Sifat Fisik Granul Ekstrak Daun Nangka
(Artocarpus heterophyllus L.)
Formula
Evaluasi
I II III
Kecepatan alir (g/s) 4,69 MS 4,54 MS 3,31 MS
0
Sudut diam ( ) 23,27 MS 21,80 MS 19,80 MS
Kompresibilitas (%) 6,81 MS 6,97 MS 8,88 MS
MS 3 MS 3 MS 3
Jumlah
TMS 0 TMS 0 TMS 0
Keterangan : MS = Memenuhi Syarat
TMS = Tidak Memenuhi Syarat
57

Tabel 16. Rekapitulasi Evaluasi Sifat Fisik Tablet Ekstrak Daun Nangka
(Artocarpus heterophyllus L.)
Formula
Evaluasi
I II III
Rata-rata keseragaman
0,61 MS 0,60 MS 0,60 MS
bobot (%)
Rata-rata keseragaman
2,91 MS 2,92 MS 2,89 MS
ukuran
Rata-rata kekerasan
6,55 MS 6,95 MS 7,85 MS
(Kg)
Kerapuhan (%) 0,25 MS 0,17 MS 0,08 MS
Rata-rata waktu hancur
10,88 MS 12,27 MS 21,38 TMS
(menit)
MS 5 MS 5 MS 4
Jumlah
TMS 0 TMS 0 TMS 1

B. Pembahasan

1. Hasil Evaluasi Sifat Fisik Granul Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus

heterophyllus L.)

a. Kecepatan Alir

Berdasarkan hasil evaluasi pada tabel 7. bisa dilihatkecepatan alir granul

formula I, II, dan III yaitu 4,69 gram/detik, 4,54 gram/detik dan 3,31 gram/detik.

Menurut Aulton (2002), sifat alir granul terbagi menjadi 4 kategori yaitu sangat

baik, baik, cukup, dan sangat sukar. Berdasarkan standar Aulton tersebut formula

I dan II masuk dalam kategori sifat alir cukup baik dengan kecepatan alir 4-10

g/detik, sedangkan formula III memiliki kategori sifat alir baik dengan kecepatan

alir 1,6-4 g/detik.Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan alir granul ketiga formula

sudah memenuhi syarat.

Dari evaluasi kecepatan alir ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan

konsentrasi pengikat dapat mempengaruhi kecepatan alir granul. Semakin


58

bertambahnya konsentrasi PVP maka kecepatan alirnya akan semakin baik. Dari

ketiga formula, formula III memiliki kecepatan alir yang lebih cepat dibanding 2

formula lainnya karena pengikat PVP yang digunakan lebih banyak yaitu

4%.Menurut Parikh (2005) PVP bisa meningkatkan ukuran partikel sehingga bisa

menghasilkan sifat alir yang baik. Semakin kecil ukuran granul akan

meningkatkan daya kohesinyayang membuat granul menggumpal dan dapat

menghambat waktu alir (Lachman dkk, 1994).Pengujan sifat alir granul ini

berkaitan dengan keseragaman bobot yang akan dibuat. Granul dengan sifat

sangat sukar mengalir akan menghambat proses pengisian ruang cetak sehingga

akan membuat bobot tablet menjadi bervariasi (Siregar, 2010).

b. Sudut Diam

Sudut diam adalah sudut maksimum yang dibentuk permukaan serbuk

granul dengan bidang horizontal. Seperti halnya evaluasi kecepatan alir, evaluasi

sudut diam juga berkaitan dengan sifat alir granul yang akan dihasilkan. Menurut

Lachman (1994), bila sudut diam lebih kecil atau sama dengan 30° biasanya

menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas, bila sudutnya lebih besar atau

sama dengan 40° biasanya sifat alirnya kurang baik. Datasudut diam yang didapat

dari formula I, formula II dan formula III masing-masing 23,260 , 21,800 , dan

19,800 . Berdasarkan tabel hubungan sudut diam dan sifat alir granul Aulton

(2002) semua granul pada ketiga formula ekstrak daun nangka memenuhi syarat,

menghasilkan sudut diam <25°sehingga sifat alir yang dihasilkan sangat baik.

Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh penelitian Susilowati dan Christanto
59

(2010) granul dengan menggunakan pengikat PVP yang dievaluasi menghasilkan

sudut diam 24,110.

Perbedaan besar kecilnya sudut diam dapat dipengaruhi oleh penambahan

PVP sebagai pengikat dengan konsentrasi berbeda, karena semakin besar

konsentrasinya akan membuat sudut diam semakin kecil. Hal ini dikarenakan PVP

dapat meningkatkan ukuran partikel yang menyebabkan ukuran dan bentuk granul

menjadi lebih besar sertafines yang terbentuk akan lebih sedikit, sehingga partikel

akan mengalir melalui lubang corong dengan gaya kohesi yang kecil dan

menghasilkan sifat alir granul yang baik (Parikh, 2005).

Selain konsentrasi pengikat dan ukuran partikel, sudut diam juga dapat

dipengaruhi oleh diameter corong yang digunakan dan jarak antara corong ke

permukaan.Dalam mengevaluasi sudut diam ketiga formula, jarak antara corong

ke permukaan tidak sama, hal ini yang membuat tinggi dan diameter timbunan

granul antar formula berbeda. Semakin kecil sudut diam dapat menggambarkan

granul yang baik karena mempunyai kohesifitas kecil, sehingga kemampuan alir

granul menjadi baik. Suatu granul dengan sifat alir yang baik akan lebih mudah

dicetak dan menghasilkan kompresibilitas tablet yang baik.

c. Kompresibilitas

Dari hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 9. kompresibilitas granul

formula I, II dan III berturut-turut 6,81%, 6,97% dan 8,88%. Berdasarkan standar

menurut Aulton (2002) ketiga formula telah memenuhi persyaratan

kompresibilitas kategori istimewa pada range 5-15%, begitu juga

denganpenelitian Suryaningsih (2011) kompresibilitas granul yang dihasilkan


60

sebesar 8,1%.Perbedaan persen kompresibilitas dari ketiga formula dipengaruhi

oleh konsentrasi PVP yang digunakan sebagai pengikat. PVP dapat meningkatkan

ukuran partikel sehingga mengurangi fines yang terbentuk, hal ini menyebabkan

kecilnya rongga yang terbentuk saat pencetakan dan membuat kekompakan tablet

semakin besar. Evaluasi kompresibilitas granul ini berhubungan pada saat

pencetakan tablet, granul yang memiliki kompresibilitas buruk akan

membutuhkan tekanan yang tinggi pada saat mencetaknya menjadi tablet.

2. Hasil Evaluasi Sifat Fisik Tablet Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus

heterophyllus L.)

a. Keseragaman Bobot

Hasil perhitungan rata-rata keseragaman bobot tablet pada formula I,

formula II dan formula III yaitu 0,6119 g , 0,6053 g, dan 0,6023 g. Sedangkan

range% penyimpangan masing-masing formula yaitu formula I (0,20-4,69),

formula II (0,17-4,15), dan formula III (0,01-2,30). Dari ketiga data ini dapat

dilihat bahwa ketiga formula telah memenuhi persyaratan menurut standar

farmakope (1979), yaitu tablet dikatakan memiliki kerseragaman bobot yang baik

apabila penyimpangan bobot dua tablet tidak lebih dari kolom A (5%) dan tidak

satupun tablet penyimpangannya lebih dari kolom B (10%) terhadap bobot rata-

rata.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseragaman bobot adalah ketelitian

penimbangan granul dan keseragaman pengisian ke die tablet yang berkaitan

dengan jumlah bahan yang dimasukkan ke dalam cetakan (Ansel, 2008). Proses

pengisian ini membutuhkan granul dengan sifat alir yang baik untuk memastikan
61

pencampuran yang efisien dan keseragaman bobot yang dapat diterima. Hal ini

telah terbuktidari hasil evaluasi keseragaman bobot formula III yang keseragaman

bobotnya tidak terlalu bervariasi dengan nilai standar deviasinya paling kecil yaitu

0,0081 yang artinya bobot formula III semakin mendekati bobot rata-ratakarena

kecepatan alir granul dan sudut diamnya paling baik diantara kedua formula

lainnya sehingga menghasilkan sifat alir yang baik pula.

Walaupunketiga formula tablet memiliki bobot tablet yang bervariasi,

tetapi masih sesuai standar keseragaman bobot yang ditetapkan. Perbedaan

keseragaman bobot ini dikarenakan kurangnya ketelitian saat penimbangan dan

saat memasukkan sejumlah granul ke die tablet tidak menggunakan corong

sehingga granul ada yang jatuh di atas die tablet yang sudah pasti mengurangi

jumlah bobot granul yang dimasukkan.

b. Keseragaman Ukuran

Dari data yang diperoleh pada tabel 11. menunjukkan bahwa rata-rata

keseragaman ukuran tablet dari ketiga formula telah memenuhi persyaratan.

Berdasarkan standar Depkes RI (1979) kriteria tablet yang baik apabila diameter

tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 11/3 kali tebal tablet. Dari

evaluasi keseragaman ukuran, didapatkan perbandingan rata-rata antara diameter

dan ketebalan tablet pada formula I, II dan III masing-masing 2,91, 2,92 dan 2,89.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa seluruh formula telah memenuhi syarat dalam

hal keseragaman ukuran, dimana ukuran tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak

kurang dari 11 /3 kali tebal tablet. Pada penelitian yang dilakukan Suryaningsih

(2011) juga menghasilkan tablet yang memenuhi syarat keseragaman ukuran


62

dengan menggunkan pengikat PVP. Namun dari evaluasi keseragaman ukuran

tablet, didapatkan ketebalan tablet yang berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh

jumlah bahan yang diisikan ke dalam cetakan, tekanan yang tidak konstan,dan

jumlah penekanan pada saat pencetakan (Ansel, 2008). Sedangkan untuk

pengukuran diameter tablet didapatkan hasil yang sama dikarenakan tablet dicetak

dengan alat pencetak tablet yang sama.

c. Kekerasan

Hasil yang diperoleh pada tabel 12 menunjukkan bahwa kekerasan rata-

rata tablet pada formula I, II dan III berturut turut 6,45,6,95 dan 7,85. Sedangkan

pada penelitian Susilowati dan Christanto (2010) didapat kekerasan tablet dengan

pengikat PVP 3% sebesar 7,82 kg. Menurut Ansel (2008) kekerasan tablet yang

diperbolehkan 4-8Kg, dari data tersebut dapat dikatakan bahwa kekerasan tablet

dari setiap formula telah memenuhi standar yang ditetapkan. Faktor yang dapat

mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan pada saat pencetakan tablet dan

konsentrasi pengikat (Ansel, 2008). Semakin kuat tekanan saat pencetakan tablet,

maka akan dihasilkan tablet yang semakin keras. Bahan pengikat yang digunakan

pada formulasi adalah PVP 2%, 3% dan 4%. Secara teori, kekerasan tablet akan

semakin besar apabila konsentrasi dari bahan pengikat ditingkatkan. Hal tersebut

bisa dilihat dari hasil evaluasi kekerasan pada formula III yang menggunakan

konsentrasi pengikat paling besar menghasilkan rata-rata kekerasan tablet paling

besar diantara dua formula lainnya, bahkan beberapa tablet kekerasannya lebih

dari 8 kg. Dalam hal ini formula III memiliki nilai kecepatan alir dan sudut diam

yang paling baik sehingga kompresibilitasnya pun baik yang membuat granul
63

tidak perlu dicetak dengan kekuatan yang ekstra. Akan tetapikarena pada saat

mencetak tablet terlalu kuat menekan punch, jadi tablet yang dihasilkan juga

keras. Kekerasan tablet berhubungan langsung dengan kerapuhan dan waktu

hancur, apabila kekerasannya besar maka tablet memiliki nilai kerapuhan yang

kecil dengan waktu hancur yang lama (Susilowati, 2010).

d. Kerapuhan

Evaluasi kerapuhan tablet menunjukkan ketahanan permukaan tablet

terhadap gesekan saat pengemasan dan pengiriman. Hasil evaluasi kerapuhan

tablet pada tabel 13 menunjukkan bahwa formulaI, II dan III masing-masing

0,25%, 0,17% dan 0,08%. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan Susilowati

dan Christanto (2010) didapatkan kerapuhan tablet 0,12%. Persentase ini telah

memenuhi syarat berdasarkan ketetapan Lachman, Lieberman dan Kanig (1994)

yaitu kehilangan berat kurang dari 1% masih dapat dibenarkan. Dari data yang

diperoleh menunjukkan bahwa kerapuhan tablet dipengaruhi oleh konsentrasi

pengikat, terlihat tablet dengan konsentrasi pengikat yang besar memiliki tingkat

kerapuhan yang kecilbegitupun sebaliknya tablet dengan konsentrasi pengikat

yang rendah akan memiliki kerapuhan yang lebih besar. Pada formula I yang

menggunakan PVP 2% menghasilkan nilai kerapuhan yang paling besar, hal ini

dikarenakan tablet formula I memiliki kekerasan yang paling kecil dibandingkan

dengan kedua formula. Hal ini sesuai dengan teori bahwa kerapuhandipengaruhi

juga oleh kekerasan tablet dan ikatan antar partikel tablet, dimana tablet dengan

kekerasan yang tinggi memiliki ikatan kuat antar partikelnya sehingga akan

dihasilkan kerapuhan yang kecil dan begitu pula sebaliknya.


64

e. Waktu hancur

Data yang didapat darievaluasi waktu hancur pada tabel 14 menunjukkan

bahwa formula I, II dan III memiliki waktu hancur 10,88, 12,27 dan

21,38menit.Pada penelitian Suryaningsih (2011), tablet dengan pengikat PVP 2%

waktu hancurnya 10,44 menit sedangkan tablet yang menggunakan pengikat PVP

6% dan 8% waktu hancurnya tidak memenuhi syarat. Pada penelitian ini, evaluasi

dilakukan dengan menggunakan enam tablet setiap formulanya. Berdasarkan

standar Depkes RI (1979), syarat waktu hancur yang baik adalah kurang dari 15

menit. Setelah dilakukan evaluasi, hanya formula I dan II yang memenuhi standar,

sedangkan formula III tidak memenuhi syarat walaupun memiliki sifat alir yang

baik dilihat dari hasil evaluasi sudut diam dan kecepatan alir. Hal ini dikarenakan

pada saat pencetakan tablet terlalu kuat menekan punch sehingga tablet yang

dihasilkan keras dan memiliki waktu hancur yang lama pula.

Perbedaan waktu hancur dari setiap formula terlihat jelas, semakin tinggi

konsentrasi bahan pengikat PVP menghasilkan tablet dengan waktu hancur yang

lebih lama dibandingkan dengan konsentrasi PVP yang rendah. Hal ini

diakibatkan karena terjadi ikatan granul yang lebih kuat untuk mempertahankan

tablet agar tidak mudah hancur dalam air. Apabila dikaitkan dengan mekanisme

pengikatan dari PVP adalah ketika bercampur dengan air akan mengakibatkan

PVP menjadi berbentuk gel. Gel tersebut menghambat masuknya air kedalam

tablet dan juga dengan menghasilkan tablet dengan bentuk yang lebih kompak dan

porositas yang kecil sehingga menghambat penetrasi air kedalam tablet dan

akhirnya memperlama waktu hancur tablet (Herawati dkk, 2014).


65

Pada penelitian ini menggunakan formulasi yang sama dengan penelitian

terdahulu sehingga peneliti tidak melakukan uji formula kontrol. Berdasarkan

hasil evaluasi sifat fisik tablet didapatkan hasil bahwa ekstrak daun nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) dapat diformulasikan menjadi sediaan tablet yang

memenuhi syarat secara fisikyang paling baik yaitu pada formula II dengan

konsentrasi pengikat PVP 3%.Tablet pada formula ini memiliki keseragaman

bobot, keseragaman ukuran, kekerasan dan kerapuhan yang sesuai standar, dan

waktu hancur yang paling singkat dibandingkan kedua formula lainnya.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan evaluasi fisik formulasi

tablet ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) didapatkan kesimpulan:

1. Ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) dengan penambahan

PVP 2% dapat diformulasikan menjadi tablet yang memenuhi syarat sifat

fisik tablet yang paling baik.

2. Keseragaman bobot tablet ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus

L.) memenuhi syarat fisik paling baik dengan penambahan PVP 4%.

3. Keseragaman ukuran tablet ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.) memenuhi syarat fisik paling baik dengan penambahan

PVP 4%.

4. Kekerasan tablet ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.)

memenuhi syarat fisik paling baik dengan penambahan PVP 2%.

5. Kerapuhan tablet ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus

Lmemenuhi syarat fisik paling baik dengan penambahan PVP 4%.

6. Waktu hancur tablet ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.)

memenuhi syarat fisik paling baik dengan penambahan PVP 2%.

66
67

B. Saran

Berdasarkan hasil evaluasifisik tablet ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.) dapat disarankan untuk:

1. Dilakukan uji efek antidiare terhadap tablet ekstrak daun nangka(Artocarpus

heterophyllus L.)dengan konsentrasi pengikat PVP 2% dan 3%

2. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai tablet ekstrak daun nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) menggunakan pengikat lain.


DAFTAR PUSTAKA

Adnyana., Yulinah., Sigit., Fisheri and Insanu, 2004. Efek Ekstrak Daun Jambu
Biji Daging Buah Putih dan Merah Sebagai Antidiare. Departemen
Farmasi. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Anas Y., Devi., Aristya., dan Ksatria, 2016. Aktivitas Antidiare Ekstrak Etanol
Daun Nangka (Artocarpus Heterophyllus Lam.) Dan Daun Angsana
(Pterocarpus Indicus Wild.) Pada Mencit Jantan Galur Balb/C. Fakultas
Farmasi Universitas Wahid Hasyim, Semarang.

Ansel, H.C, 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV. Terjemahan oleh :
F.Ibrahim. University Indonesia Press, Jakarta, Indonesia, halaman 244-
272, 605-609.

Aulton, M.E, 2002. Pharmaceutical the Science of Dosage Form Design Second
Edition, London : Churchili Livingstone, halaman 200-210.

Baha M.K, 2015.Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Nangka (Artocarpus


Heterophyllus) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar
Yang Diinduksi Aloksan. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Binumol M., Sajitha, 2013. Phytochemical and antibacterial activity of


Artocarpus heterophyllus Lamk. and Artocarpus communis Forst. on
Bacillus subtilis and Pseudomonas fluorescen. International Journal of
Scientific & Engineering Research, Volume 4.

Dalimartha S., 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5. Puspa Swara,
Jakarta, Indonesia, halaman 118-121.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1987. Farmakope Indonesia Edisi III.


Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, Indonesia, halaman 6-
8,9.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.


Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, Indonesia, halaman 4-6.

Departemen Kesehatan, 2013. Riset Kesehatan Dasar2013, Jakarta, halaman 72-


77.

Carlo G., Autore, G., Izzo, A.A., Maiolino, P., Mascolo, N., Viola, P., Diurno
M.V. and Capasso, 1993. Inhibition of Intestinal Motility and Secretion by
Flavonoids in Mice and Rats. Structure Activity Relationships, J Pharm
Pharmacol, volume 12 halaman 1054-1059.

68
69

Dinas Kesehatan Kota Palembang, 2012. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera


Selatan Tahun 2012. Palembang, halaman 12.

Dinas Kesehatan Kota Palembang, 2013. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera


Selatan Tahun 2013. Palembang, halaman 49.

Dinas Kesehatan Kota Palembang, 2014. Laporan Bulanan Febuari 2014.


Palembang, halaman 15.

Folttmann H., Anisul, 2008. Polyvinylpyrrolidone (PVP) – One Of The Most


Widely Used Excipients In Pharmaceuticals. Drug Delivery Technology.
Vol 8 (6) halaman 24.

Galvez, J., Zarzuelo, A., Crespo, M.E., Utrilla, M.P., Jiménez, J., Spiessens, C.
and Witte, P.D., 1991. Antidiarrhoeic Activity of Sclerocarya birrea Bark
Extract and Its Active Tannin Constituent in Rats. Volume5 halaman 276-
278.

Herawati, M, Syukri, Y, dan Chabib, L., 2014. Formulasi Tablet Ekstrak Daun
Pepaya (Carica papaja L.) dengan Bahan Pengikat Polivinilpirolidon
(PVP). Program Studi FMIPA, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta,
Indonesia.

Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L., 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri Edisi III. UI Press, Jakarta, Indonesia, halaman 645 – 705.

Parikh, D.M., 2005. Handbook of Pharmaceutica Granulation Technology. Taylor


and Francis Group, United States of America, hal. 119.

Prakash, O., Jyoti, Kumar, A. dan Kumar, P, 2013. Screening of Analgesic and
Immunomodulator activity of Artocarpus heterophyllus Lamk. Leaves
(Jackfruit) in Mice.Journal of Pharmacognosy andPhytochemistry, Volume
1(6) halaman 33-36.

Rowe, R.C., P.J. Sheskey dan M.E. Quinn, 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipient 6th Edition. American Pharmaceutical Association London.
Chicago, halaman 185, 359, 404, 581, 663.

Rukmana,1997 dalam Aryani,N.R.2014.Substitusi Tepung Biji Nangka (Jackfruit


Seed) Dan Tepung Teri Nasi (Stoplephorus Spp) Dengan Penggunaan Jenis
Lemak Yang Berbeda Terhadap Mutu Organoleptik Dan Mutu Fisikokimia
Biskuit T.Bin. Tesis. Universitas Airlangga, Surabaya.

Sari, D.P, 2011. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Nangka
(ArtocarpusHeterophyllus L.) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonasaeruginosa.Skripsi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
70

Siregar, C.J.P., 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar Dasar Praktis.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, Indonesia, halaman 1-3, 5, 149,
161, 163, 169, 193, 223, 235.

Suryaningsih, B.A, 2011. Formulasi Tablet Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia
Sinensis Lamk.) dengan Metode Granulasi Basah. Skripsi. Program Studi
Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Islam Bandung, Indonesia.

Susilowati dyah.,Yogi, 2010. Uji Mutu Fisik Tablet Ekstrak Daun Jambu Monyet
(Anacardiumoccidentale L.) Dengan Bahan Pengikat Pvp
(Polivinilpirolidon) Secara Granulasi Basah.Fakultas Farmasi Universitas
Setia Budi, Surakarta.

Tjay, T.H. dan K. Rahardja, 2007. Obat-Obat Penting. Gramedia, Jakarta


Indonesia, halaman 288-297.

Usman, 2011. Dalam : Anas Y., Devi., Aristya., dan Ksatria.2016. Aktivitas
Antidiare Ekstrak Etanol Daun Nangka (Artocarpus Heterophyllus Lam.)
Dan Daun Angsana (Pterocarpus Indicus Wild.) Pada Mencit Jantan Galur
Balb/C. Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim, Semarang.

Voigt, R., 1994. Buku Teknologi Sediaan Farmasi Edisi V. Terjemahan Oleh:
Noerono, S. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, Indonesia,
halaman 163-224, 556-573.

WHO. 2013. Fact Sheet On Diarrhoeal disease age527 000.


http://www.who.int/immunization_monitoring/burden/rotavirus_estimates/e
n/index.html diakses pada 10 januari 2017
LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Zat Aktif

Menurut penelitian Anas dkk (2016) ekstrak etanol daun nangka pada dosis

200mg/kgBB dapat menurunkan aktivitas diare pada mencit jantan galur

BALB/C. Dosis tersebut akan dikonversikan ke dosis manusia dengan

perhitungan sebagai berikut :

1. 200 mg/kgBB = 20/1000 x 200mg/KgBB

= 4 mg/20gBB mencit

2. Konversi dari mencit 20 gram ke manusia 70 kg = 387,9

3. Dosis untuk manusia 70 kg = 387,9 X 4 mg = 1551,6 mg/70 kgBB

4. Direncanakan pemakaian 3 kali sehari 3 tablet, maka dosis untuk sekali

makan adalah : 1551,6 / 9 = 172,4 mg

5. Untuk mengeringkan ekstrak, ditambahkan aerosil dengan perbandingan

ekstrak dan aerosil (2:1) atau setengah dari ekstrak kental.

Jumlah aerosil = 172,4 mg/ 2 = 86,2 mg

Total ekstrak kental + Aerosil untuk 1 tabletnya adalah

172,4 mg + 86,2 mg = 258,6 mg

71
72

Lampiran 2. Perhitungan Rendemen Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus


heterophyllus L.)

Rendemen ekstrak daun nangka yang didapat:

= 89,63 g/ 600 g X 100%

= 14,93 %

Lampiran 3. Perhitungan bahan

Sediaan tablet dibuat tiga formula, dengan 120 tablet setiap formulanya. Bobot

tablet sebesar 600mg/tablet.

1 formula = 120 tablet

Jumlah tablet untuk ketiga formula = 3 x 120 = 360 tablet

1. Ekstrak Daun Nangka = 172,4 x 360 = 62 gram

2. Aerosil = 86,2 x 360 = 31 gram


3. Explotab = 5% x 600 x 360 = 10,8 gram

4. Mg stearat = 1% x 600 x 360 = 2,16 gram

5. Laktosa

Formula I = 294 mg x 120 = 35,28 gram

Formula II = 288 mg x 120 = 34,56 gram

Formula III = 282 mg x 120 = 33,84 gram

6. Larutan PVP 10%

Formula I

PVP = 2% x 600 x 120 = 1,44 gram

Larutan PVP = 100/10 x 1,44 g = 14,4 ml

Aquadest = 14,4 – 1,44 = 12,96 ml


73

Formula II

PVP = 3% x 600 x 120 = 2,16 gram

Larutan PVP = 100/10 x 2,16 g = 21,6 ml

Aquadest = 21,6 – 2,16 = 19,44 ml

Formula III

PVP = 4% x 600 x 120 = 2,88 gram

Larutan PVP = 100/10 x 2,88 g = 28,8 ml

Aquadest = 28,8 – 2,88 = 25,92 ml

Lampiran 4. Perhitungan Evaluasi Granul

Formula I

1. Sudut diam

Tan α =

Tan α =

Tan α = 23,27° (Sangat baik)

2. Kompresibilitas

 = = 0,41

 = = 0,44

 C= x 100%

C= x 100% = 6,81%
74

Formula II
1. Sudut diam
Tan α =

Tan α =

Tan α = 21,80° (Sangat baik)

2. Kompresibilitas

 = = 0,40

 = = 0,43

 C= x 100%

C= x 100% = 6,97%

Formula III

1. Sudut diam
Tan α =

Tan α =

Tan α = 19,80° (Sangat baik)

2. Kompresibilitas

 = = 0,41

 = = 0,45

C= x 100%

C= x 100% = 8,88%
75

Lampiran 5. Gambar Alat dan Bahan

Gambar 2. Simplisia Segar Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.)

Gambar 3. Simplisia Kering Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.)

Gambar 4. Serbuk Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.)


76

Gambar 5. Botol Maserasi Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.)

Gambar 6. Ekstrak kental Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.)

Gambar 7. Ekstrak Kering Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.)


77

Gambar 8. Granul Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.)

Gambar 9. Uji kecepatan Alir Granul Gambar 10. Uji Kompresibilitas Granul

Gambar 11. Uji Sudut Diam Granul


78

Gambar 12. Tablet Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.)

Gambar 13. Alat Pencetak Tablet

Gambar 14. Timbangan Analitik


79

Gambar 15. Jangka Sorong

Gambar 16. Hardness Tester

Gambar 17. Friabilator


80

Gambar 18. Desintegration Tester

Anda mungkin juga menyukai