Anda di halaman 1dari 5

TUGAS FARMAKOTERAPI II

NAMA : FRILIA ATIKAH


NIM : O1A118055
KELAS : B

“KASUS TUKAK PEPTIC”

Seorang pria 65 tahun dengan riwayat osteoarthritis dan COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease)
mengeluh sakit seperti terbakar pada perut. Rasa nyeri terus memburuk selama 2 minggu terakhir,
terutama pada malam hari dan setelah makan.
Riwayat kesehatan pasien:
Osteoartritis selama 5 tahun, mulai menggunakan diklofenak sejak 2 bulan yang lalu.
Menderita COPD selama 15 tahun.
Riwayat sosial: Merokok 1 bungkus per hari selama 40 tahun; minum bir 2 gelas / hari.
Obat-obat yang digunakan:
1. Ipratropium metered dose inhaler (MDI) 2 puff setiap 6 jam
2. Albuterol MDI 2 puff setiap 4 jam sesuai kebutuhan
3. Prednison tablet 10 mg per hari
4. Diklofenak tablet 75 mg dua kali sehari
5. Aspirin tablet 81 mg per hari
Pengujian Fisik:
Tanda-tanda vital : tekanan darah 125/85 mmHg, nadi 72 denyut per menit, laju pernafasan 12/minutes,
suhu tubuh 37,5 ° C
Laboratorium:
Sel darah putih 9,9 x 103/mm3, Hemoglobin 12,1g/dL (7,5 mmol / L), Hematokrit 38,3%, Trombosit 108 x
103/mm3
EGD (Esophagogastroduodenoscopy) : Satu ulkus ditemukan di antrum lambung berukuran diameter 3
cm, tidak ada perdarahan atau obstruksi.
Pertanyaan:
1. Apa saja faktor risiko ini pasien untuk Penyakit Tukak Peptik?
2. Tentukan tujuan terapi dan terapi nonfarmakologi & farmakologi untuk untuk pasien ini?
(gunakan algoritma terapi yang sesuai)

Penyelesaian kasus :
1. berdasarkan diagnosis dokter, data subyektif dan obyektif pasien, data laboratorium, hasil
pemeriksaan fisik serta riwayat terapi, penyakit serta riwayat sosial pasien, maka faktor resiko
yang menyebabkan penyakit tukak peptic yaitu:
o faktor obat: seperti aspirin dan diklofenak yang merupakan obat non selektif dimana
dapat menghambat cox 1 sehingga berisiko mengalami user dan mengalami tukak peptic.
aspririn dan diklofenak golongan NSAIDs bersifat lipofilik dan asam, sehingga dapat
menyebabkan kerusakan secara topikal, sedangkan efek sistemik NSAIDs disebabkan
karena kerusakan mukosa yang terjadi akibat penurunan produksi prostaglandin. Produksi
prostaglandin menurun juga dapat menyebabkan kerusakan lambung dan usus dua belas
jari.
o Rokok dan minuman, Alkohol merupakan suatu senyawa organik yang dapat
mengganggu struktur serta fungsi dari organ pencernaan manusia yaitu lambung.
Lambung merupakan organ berongga pada saluran pencernaan. Namun alkohol yang
dikonsumsi akan meningkatkan resiko masalah kesehatan seperti ulkus peptikum,
gastritis akut maupun kronis. Didalam kandungan alkohol terdapat kandungan senyawa
etanol dan metanol yang dapat merusak lapisan mukosa lambung dan membentuk
senyawa radika bebas berupa Reactive Oxygen Species hingga menyebabkan terjadinya
ulkus pada lambung. Ulkus merupakan keadaan putusnya kontinuitas dari mukosa yang
meluas sampai bagian bawah epitel. Alkohol dapat menyebabkan keruksan sawar mukosa
lambung sehingga memungkinkan terjadinya difusi balik HCL yang mengakibatkan
kerusakan jaringan pada lambung, kerusakan pada jaringan akan merangsang mediator
inflamator salah satunya adalah histamin yang akan merangsang sekresi HCL lebih
banyak lagi dan meningkatkan permeabilitas terhadap protein. Mukosa menjadi edem dan
protein akan berkurang. Mukosa kapiler rusak, sebabkan hemoragi interstitial dan
pendarahan. Mengkonsumsi alkohol tidak memiliki manfaat apapun pada tubuh, oleh
karena itu konsumsi alkohol harus dikurangi atau dihentikan.

2. Tujuan terapi :
- Mengobati ulkus
- Mengobati Osteoartritis
- Mengurangi user

Terapi non farmakologi


Pasien tukak peptik harus menghindari stress, merokok dan penggunaan NSAID yang
berkepanjangan (termasuk aspirin). Jika bisa penggunaan acetaminofen atau non asam asetil
salisilat hanya digunakan sebagai penghilang rasa nyeri saja. Meskipun tidak perlu melakukan
diet khusus tetapi pasien harus menghindari makanan dan minuman yang menyebabkan dispepsia
atau bisa memperburuk gejala tukak (misalnya makanan pedas, mengandung kafein, dan alkohol).
Operasi elektif (tindakan bedah yang dilakukan pada pasien dengan kondisi baik, bukan gawat
darurat) ini jarang dilakukan tetapi operasi darurat dapat dilakukan jika terjadi pendarahan,
perforasi atau obstruksi (Dipiro et al., 2017).
Terapi farmakologi
- mengganti obat menjadi obat asetaminofen 4 mg per hari,karena obat acetaminophen
memghambat ptostaglandin sehingga dapat mengurangi nyari ringan atau memiliki efek
analgesik yang bersifat sentral dan aktivitas penghambatan produksi prostaglandin melalui
penghambatan aktivitas COX-2 yang setara dengan NSAID. (Basic pharmacology and drug
notes,2019)
- Obat golongan Proton Pump Inhibitor (PPI) yang sering digunakan yaitu Esomeprazol,
Lansoprazol, Omeprazol, Pantoprazol, dan Rabeprazol menghambat pompa proton atau
proton pump inhibitors (PPIs) adalah kelompok obat untuk mencegah dan mengobati
penyakit asam lambung, tukak lambung, ulkus duodenum, esofagitis erosif, sindrom
Zollinger-Ellison, atau infeksi bakteri Helicobacter pylori.(Lassalle et al., 2020)
“KASUS GERD”

Seorang pria umur 45 tahun BB 105, TB 180 cm datang ke klinik mengeluh rasa terbakar di dada,
regurgitasi dan susah menelan makanan. Saat ini mengkonsumsi omeprazole 20 mg setiap pagi dalam
satu bulan terakhir tanpa perbaikan. Riwayat alergi ramipril dengan manifestasi susah bernapas dan bibir
bengkak.
Riwayat penyakit dyslipidemia, DM tipe 2 dan hipertensi sudah 20 tahun yang seluruhnya terkontrol
oleh pengobatan. Bekerja sebagai satpam di sekolah dasar dan hidup dengan istri dan seorang putrinya
yang masih remaja. Dia juga perokok sebanyak 2 setengah bungkus per hari.
Riwayat pengobatan metformin 500 mg dua kali/hari, HCT 12,5 mg/hari, amlodipine 10 mg/hari,
atorvastatin 20 mg/hari saat mau tidur.
Hasil pemeriksaan fisik, VS; TD 125/72 mmHg, Nadi 82/menit, Pernapasan 16kali/menit, Suhu
370C.
Pertanyaan :
1. Apa simtom yang menunjukkan GERD dan termasuk dalam klasifikasi apa GERD pasien?
2. Apa faktor risiko yang dapat memperburuk/berkontribusi terhadap kondisi GERD pasien?
3. Bagaiman terapi non farmakologi dan farmakologi pada pasien? Apakah omeprazole tetap akan
digunakan atau tidak?

Penyelesaian kasus:
1. Simtom yang menunjukkan gerd pada pasien yaitu Keluhan rasa terbakar di dada, regurgitasi
dan susah menelan makanan. gerd yang diderita pasien termasuk dalam klasifikasi sindrom
esofageal (sindrom somatik).
2. Faktor risiko yang dapat memperburuk/berkontribusi terhadap kondisi gerd Pasien adalah:
a. Merokok
Efek rokok bisa mengurangi tekanan pada sfingter esofagus
Sfingter esofagus merupakan bagian dari penutup atau pelindung pada lambung yang
fungsinya mencegah makanan atau isi perut kembali naik ke kerongkongan. Kebiasaan
merokok dapat melemahkan otot-otot pada sfingter esofagus tersebut yang akhirnya
membuat tekanannya berkurang.
Sementara asam lambung merupakan salah satu zat yang sangat mudah untuk naik ke
atas, sehingga kebiasaan merokok dikatakan dapat memperburuk gejala asam lambung
seperti heartburn dan Gerd
b. Obesitas
Obesitas tidak dapat diabaikan dalam diskusi yang berfokus pada patomekanisme GERD.
Pergerakan cairan lambung dari lambung ke esofagus ditentukan oleh tekanan gradien
antara perut dan toraks. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tekanan intragastrik
lebih tinggi pada pasien obesitas, dan tekanan tersebut berbanding lurus dengan indeks
massa tubuh dan lingkar pinggang.
Peningkatan tekanan intra-abdomen dapat menganggu penghalang anti-refluks dan
dikaitkan dengan meningkatnya risiko hernia hiatus. Faktor-faktor ini yang menyertai
terjadinya GERD yang parah. Menariknya, penurunan berat badan dalam jumlah kecil
(sekitar 10–15 pon) sudah dapat mengurangi gejala GERD.
3. Terapi non farmakologi dan farmakologi pada pasien yaitu:
a. Terapi non farmakologi ( modifikasi gaya hidup)
1) meninggikan posisi kepala pada saat tidur serta menghindari makan sebelum tidur
dengan tujuan untuk meningkatkan kebersihan asam selama tidur serta mencegah
refluks asam dari lambung ke esofagus
2) berhenti merokok karena dapat menurunkan tonus LES sehingga secara langsung
mempengaruhi sel-sel epitel
3) menurunkan berat badan serta menghindari pakaian ketat
4) Menghindari makanan dan minuman seperti coklat, teh, peppermint, kopi, dan
bersoda.
b. Terapi farmakologi
Terapi inisial dengan PPI Omeprazole dihentikan dan dilakukan investigasi lanjutan
(Endoskopi, biopsi) dan tes H. pylori. Setelah itu, diberikan terapi yang sesuai
berdasarkan hasil tes lanjutannya. Namun, apabila hasil tesnya memakan waktu lama
(misalnya untuk tes H.pylori membutuhkan waktu 1-2 hari) Maka terapi inisial dengan
PPI omeprazole tetap dilanjutkan (dikonsumsi 2x sehari). Hal tersebut dilakukan untuk
menghilangkan gejala dan memulihkan kerusakan mukosa. Untuk obat-obatan DM tipe 2
dan hipertensi tetap dikonsumsi.

c. KIE (komunikasi, informasi dan Edukasi)


Untuk obat DM tipe 2 dan hipertensi diminum seperti biasa yaitu: metformin 500 mg dua
kali/hari, HCT 12,5 mg/hari, amlodipine 10 mg/hari, atorvastatin 20 mg/hari saat mau
tidur.
Omeprazole 20 mg diminum setiap 12 jam sehari (2x sehari) untuk mengatasi keluhan
rasa terbakar di dada, regurgitasi dan susah menelan makanan. Apabila mengalami seperti
mual, konstipasi, kembung, nyeri perut, nyeri otot dan sendi, pandangan kabur, dan mulut
kering, maka itu adalah efek samping dari obat ini.

c. Monitoring
1). Memonitoring kesehatan sesuai dengan riwayat penyakit seperti memantau tanda-
tanda vital.
2). Dipantau gejala rasa terbakar didada, regurtasi dan susah menelan makanan selama 8
minggu. Bila tidak ada perubahan, maka dilanjutkan dengan terapi on-demand atau
langsung diberikan terapi on-demand saja.

Anda mungkin juga menyukai