Anda di halaman 1dari 16

DRUG INDUCED RENAL DISEASE (DIRD)

MAKALAH

Diajukan guna melengkapi tugas dalam mata kuliah

Farmasi Klinik

Dosen : HUSNAWATI, M.Si., Apt


Disusun oleh:
FELLY CAHYANA
NIM : 1501072
S1 IV B

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2017

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Drug Induced Renal

Disease ini tepat pada batas waktu yang telah ditentukan.

Penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mengikuti perkuliahan dalam

mata kuliah Farmasi Klinis di Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau (STIFAR) Pekanbaru.

Berbekal sedikit ilmu pengetahuan, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidaklah mudah

untuk menyusun sebuah karya tulis yang lengkap dan ilmiah. Untuk itu pembaca yang baik kiranya

memaklumi kekurangan-kekurangan serta kelemahan-kelemahan yang mungkin dapat ditemui

dalam penulisan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, penulis juga menyadari bahwa tanpa izin Allah SWT dan

bantuan dari berbagai pihak baik berupa bimbingan, petunjuk, saran, dan keterangan-keterangan

serta data-data yang diberikan secara tertulis maupun lisan, mungkin makalah ini belum dapat

penulis selesaikan. Oleh karena itu hanya rasa syukur kepada Allah SWT penulis persembahkan

dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Husnawati, M.Si, Apt selaku Dosen Pengajar mata kuliah Farmasi Klinis.

2. Kedua orang tua yang telah memberikan doa, semangat, dan dorongan baik moril

maupun materil.

3. Teman-teman seperjuangan mahasiswa STIFAR khususnya kelas S1-B angkatan 2015

dan semua pihak yang telah memberikan sumbangsi, saran, dan masukannya sepanjang

penulisan makalah ini.

2
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas kebaikan yang telah

diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,

disebabkan karena keterbatasan kemampuan. Oleh karena itu penulis berharap masukan yang

bersifat konstruktif dari berbagai pihak, demi tercapainya sebuah referensi yang lebih baik bagi

generasi selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan

di masa yang akan datang

Pekanbaru, 9 Mei 2017

Felly Cahyana

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.. ............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah. .........................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Drug Induced Renal Disease ...........................................................3

2.2 Epidemiologi ..................................................................................................3

2.3 Contoh kerusakan Ginjal obat dan mekanisme obat yang menginduksinya ..4

2.4 Table Obat-obat yang menyebabkan DIRD ...................................................7

2.5 Penatalaksanaan DIRD ..................................................................................9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan. ...................................................................................................10

3.2 Saran ..............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Ginjal berperan penting sebagai organ pengatur keseimbangan tubuh dan organ
pembuangan zat-zat yang tidak berguna serta bersifat toksis bagi tubuh. Fungsi ginjal
dapat menurun seiring dengan makin tuanya umur seseorang, adanya penyakit, ataupun
akibat penggunaan obat-obatan tertentu dalam jangka
waktu yang lama.
Kebanyakan obat ditemukan menyebabkan nefrotoksisitas memberi efek beracun oleh
satu atau lebih umum patogen mekanisme. ini termasuk diubah intraglomerular
hemodinamik, sel tubular toksisitas, infammation, nefropati kristal, rhabdomyolysis, dan
trombotik microan giopathy. Pengetahuan tentang obat menyinggung dan khusus
mereka patogen mekanisme cedera ginjal sangat penting untuk mengenali dan
mencegah obat-induced gangguan ginjal. Berikut dalam makalah ini akan dibahas
mengenai Drug Induced Renal Disease secara keseluruhan.

1.2 Rumusan masalah


Masalah yang dibahas dalam makalah ini yaitu mengenai :
1. Apa itu Drug Induced Renal Disease ?
2. Epidemiologi, Klasifikasi penyakit ginjal yang diinduksi oleh obat dan
mekanismenya ,serta penatalaksanaan

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi

Drug Induced Renal Disease adalah penyakit ginjal yang diduga timbul akibat adanya
induksi dari obat-obatan tertentu.

Penyakit ginjal terinduksi obat atau nefrotoksisitas obat merupakan suatu komplikasi
yang umum terjadi pada pasien yang menerima pengobatan dengan beberapa obat sekaligus.
Manivestasi klinis dari kondisi tersebut diantaranya adalah :

1. Kelainana asam-basa
2. Ketidakseimbangan elektrolit
3. Kelainan pada sedimentasi urin
4. Proteinuria
5. Pyuria, dan atau
6. Hematuria

Namun manivestasi paling umum dari nefrotoksisitas ini adalah adanya penurunan laju
filtrasi glomerulus (GFR = glomerular filtration rate) yang menyebabkan terjadinya peningkatan
kadar kreatinin serum (Scr) dan nitrogen urea darah (BUN = blood urea nitrogen). Sehingga wajar
jika BUN dan Scr dijadikan sebagai sarana deteksi awal bagi penyakit ginjal akibat induksi obat
ini. BUN dan Scr akan memberikan gambaran temporal antara tingkat toksisitas ginjal dengan
jangka waktu penggunaan obat-obat yang berpotensi menyebabkan nefrotoksik.

2.2 Epidemiologi

Nefrotoksisitas akibat induksi obat terjadi disemua bagian pengaturan dimana obat tersebut
diberikan. Nefrotoksisitas obat terjadi pada sekitar 7% dari semua kasus toksisitas obat dan sekitar
18-27% kasus gagal ginjal akut yang menjalani perawatan di rumah sakit dan berkontribusi pada
sekitar 35% pada kasus nekrosis tubular akut (NTA) dan pada sebagian besar kasus nefritis
interstisial alergik (NIA), serta nefropati yang terjadi karena adanya perubahan hemodinamik

6
ginjal dan obstruksi postrenal. Antibiotik aminoglikosida, media radiokontras, antinflamasi
nonsteroid, amfoterisin B dan ACE inhibitor merupakan contoh-contoh obat yang dapat bersifat
nefrotoksik.

Penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) dan obat-obat bebas meningkatkan resiko
nefrotoksik pada pasien yang pernah mengalami gagal ginjal akut.

2.3 Contoh kerusakan Ginjal obat dan mekanisme obat yang menginduksinya

2.3.1 Nekrosis tubulus piroksimal

Obat menginduksi : Aminoglikosida : Gentamisin,Tobramisin

Mekanisme aksi : Akumulasi aminoglikosida pada tubulus proximal ginjal.

Aminoglikosida dimetabolisme secara utuh di hati dan dieliminasi melalui glomerulus. 5% hasil
eliminasi diabsorbsi kembali oleh tubulus proximal sehingga konsentrasi dalam tubulus meningkat
dan menimbulkan nekrosis tubulus. Penggunaan aminoglikosida selama lebih dari 7 hari dapat
menyebabkan peningkatan 30% serum kreatinin.

Mekanisme aksi : Pengikatan sel membran tubulus proximal kemudian penetrasi kedalam sel dan
terakumulasi di tubulus proximal.

Dosis 1580 mg (800-2880mg) dari gentamisin sudah menimbulkan nefrotoksik dengan lama
pemberian 10 hari (7-14 hari). Amikasin dengan dosis 7,5 g (5,5-11g) dengan lama pemberian 10
hari (6-14 hari). Nefrotoksik timbul setelah 7 hari pemberian gentamisin dan amikasin

2.3.2 Gagal ginjal akut (ARF)

Obat penginduksi : Amfoterisin B

Mekanisme aksi : Vasokonstriksi dan interaksi langsung dengan sel epitel membran tubulus.

Amfoterisin-B dapat menurunkan laju filtrasi glomerulus dan menimbulkan disfungsi tubulus.

Amfoterisin-B dapat mengakibatkan nefrotoksik pada dosis tinggi (dosis < 0,5mg/kg/hari atau
akumulasi dosis < 600mg sedikit yang menimbulkan ketoksikan).

7
Obat penginduksi : Etilen Glikol

Mekanisme aksi : Hasil metabolisme etilen glikol adalah oksalat dengan kadar tinggi yang dapat
mengkristal di tubulus ginjal.

ARF terjadi setelah 48-72 jam pemberian etilen glikol.

Obat penginduksi : Iodine Radio Kontras

Mekanisme aksi : Media radio kontras intravena menyebabkan redistribusi fungsional aliran darah
sehingga terjadi iskemik medular dan kerusakan tubulus ginjal.

Pemberian lebih dari 30 ml menyebabkan ketoksikan

2.3.3 Kristal nefropati

Obat penginduksi : Asiklovir

Mekanisme aksi : Pengendapan di lumen tubulus yang membentuk obstruksi intrarenal ginjal dan
pengkristalan endapan. Hasil ekskresi asiklovir dapat membentuk endapan di lumen tubulus dan
membentuk obstruksi intrarenal nefron, dimana beberapa endapan intraparenkimal dari kristal
dapat merusak kerja vena ginjal yang menuju pada kerusakan aliran darah ginjal.Nefrotoksik
timbul pada penggunaan dosis tinggi > 500 mg/m2.

Obat penginduksi : Sulfadiazin

Mekanisme aksi : Pengendapan di lumen tubulus yang membentuk obstruksi intrarenal ginjal dan
pengkristalan endapan.

Sulfadiazin diekskresi di urin menjadi asetilsulfadiazin yang merupakan asam lemah mengendap
pada lumen tubulus saat pH urin di bawah 5,5. Kristal hasil pengendapan ini menyebabkan
obstruksi pada lumen tubulus di nefron distal. Dosis 4-6 gram per hari secara signifikan
menimbulkan kristal di nefron distal. Dengan lama pemberian 1 minggu

2.3.4 Perubahan hemodinamik ginjal

Obat penginduksi : ACE Inhibitor: Kaptopril, Enalapril, Lisinopril

8
Mekanisme aksi : Penghambatan angiotensinogen-I yang menyebabkan vasodilatasi dari arteriole
efferent glomerular. Menurunkan laju filtrasi glomerulus dan aliran darah ginjal.

Obat penginduksi : Angiotensin II Reseptor

Antagonist: Valsartan, Ibesartan, Candesartan, Losartan

Mekanisme aksi : Penghambatan angiotensinogen-II yang menyebabkan vasodilatasi dari arteriole


efferen glomerular. Efek vasodilator dari antagonis angiotensinogen-II menimbulkan perubahan
laju filtrasi glomerulus

Obat penginduksi : NSAID: Aspirin, indometasin, diklofenak, ibuprofen

Mekanisme aksi : Penghambatan vasodilatasi prostaglandin pada arteriola afferen ginjal.


Penghambatan menyebabkan konstriksi dari arteriola afferen dan terjadi penurunan tekanan dan
laju filtrasi glomerular. Pemberian NSAID > 3 gram / 24 jam interstisial nefritis akut. Hal ini
terjadi jika penggunaan NSAID dilakukan selama 18 bulan.

Penghambat selektif COX-2

Obat penginduksi : celecoxib,naproksen, rafecoxib

Mekanisme aksi : Perubahan hemodinamik ginjal. Penurunan laju filtrasi glomerulus dan aliran
darah ginjal oleh celecoxib dan naproksen terjadi pada hari ke-7. Penurunan signifikan dari aliran
darah ginjal sehari setelah pemberian ditunjukkan oleh celecoxib 400 mg. Rafecoxib 12,5 mg dan
25 mg menunjukkan penurunan signifikan dari laju filtrasi glomerulus (10,2 dan 9,6 mL/menit)

2.3.5 Nekrosis tubular akut

Obat penginduksi : Cisplatin

Mekanisme aksi : Menurunkan laju filtrasi glomerulus (GFR). Mengalami penurunan GFR setelah
pemberian dosis pertama cisplatin.

2.3.6 Tubulointerstisial nefropati kronis

Obat penginduksi : Lithium

9
Mekanisme aksi : Penurunan fungsional tubulus distal dalam mengatur air dan elektrolit.

Pasien dengan terapi lithium dianjurkan untuk mengecek kadar serum kreatinin setiap 6-12 bulan
dan monitoring kadar lithium tiap 3-4 bulan

2.3.7 Kerusakan tubulus proximal

Obat penginduksi : Manitol

Mekanisme kerja : Peningkatan efek osmotik pada tubulus proximal

2.4 Table Obat-obat yang menyebabkan DIRD

Medication Drug category Renal toxicity

Acetaminophen Non-narcotic analgesic Chronic interstitial nephritis, acute tubular


necrosis

Acetazolamide Carbonic-anhydrase inhibitor Proximal renal tubular acidosis

Acyclovir Antiviral Acute interstitial nephritis, crystal


nephropathy

Allopurinol Hypouricemic agent Acute interstitial nephritis

Aspirin Non-narcotic analgesic Chronic interstitial nephritis

Amitriptyline Antidepressant Rhabdomyolysis

Aminoglycosides Antimicrobial Acute tubular necrosis

Amphotericin B Antifungal Acute tubular necrosis, distal renal tubular


acidosis

Angiotensin-converting enzyme inhibitors Antihypertensive Acute kidney injury


(ACEI)

Angiotensin receptor blockers (ARB) Antihypertensive Acute kidney injury

Benzodiazepines Sedative-Hypotonic Rhabdomyolysis

Beta lactams Antimicrobial Acute interstitial nephritis

Carbenicillin Antimicrobial Metabolic alkalosis

10
Cephalosporin Antimicrobial Acute tubular necrosis

Cholpropamide Sulfonylureas Hyponatremia, syndrome inappropriate ADH


secretion

Cimetidine Gastrointestinal Acute interstitial nephritis

Cisplatin Antineoplastic Chronic interstitial nephritis

Clopidogrel Antiplatelet Thrombotic miroangiopathy

Cocaine Narcotic analgesic Rhabdomyolysis

Contrast agents Contrast medium Acute tubular necrosis

Cortisone Corticosteroid Metabolic alkalosis, hypertension

Cyclophosphamide Antineoplastic Hemorrhagic cystitis

Cyclosporine Immunosuppressive Acute tubular necrosis, chronic interstitial


nephritis, thrombotic microangiopathy

D-penicillamine Antirheumatic Nephrotic syndrome

Diphenhydramine Antihistamine Rhabdomyolysis

Furosemide Loop diuretic Acute interstitial nephritis

Ganciclovir Antiviral Crystal nephropathy

Gold Na thiomalate Aniarthritic Glomerulonephritis, nephrotic syndrome

Haloperidol Antipsychotic Rhabdomyolysis

Indinavir Antiviral Acute interstitial nephritis, crystal


nephropathy

Interferon-alfa Antineoplastic Glomerulonephritis

Lansoprazole Proton pump inhibitor Acute interstitial nephritis

Lithium Antipsychotic Chronic interstitial nephritis,


glomerulonephritis, rhabdomyolysis

Methadone Narcotic analgesic Rhabdomyolysis

Methamphetamine Psychostimulant Rhabdomyolysis

Methotrexate Antineoplastic Crystal nephropathy

11
Mitomycin-C Antineoplastic Thrombotic microangiopathy

Naproxen Nonsteroidal anti-inflammatory Acute and chronic interstitial nephritis, acute


tubular necrosis, glomerulonephritis

Omeprazole Proton pump inhibitor Acute interstitial nephritis

Pamidronate acid Bisphosphonate, osteoporosis prevention Glomerulonephritis

Pantoprazole Proton pump inhibitor Acute interstitial nephritis

Penicillin G penicillin Glomerulonephritis

Pentamidine Antimicrobial Acute tubular necrosis

Phenformin Hypoglycemic Lactic acidosis

Phenacetin Non-narcotic analgesic Chronic interstitial nephritis

Phenytoin Anticonvulsant Acute interstitial nephritis, diabetes insipidus

Probenecid Uricosuric Crystal nephropathy, nephrotic syndrome

Puromycin Antimicrobial Nephrotic syndrome

Quinine Muscle relaxant Thrombotic microangiopathic

Quinolones Antimicrobial Acute interstitial nephritis, crystal


nephropathy

Rifampin Antimicrobial Acute interstitial nephritis

Ranitidine Gastrointestinal Acute interstitial nephritis

Statins Lipid- lowering Rhabdomyolysis

Sulfonamides Antimicrobial Acute interstitial nephritis, crystal


nephropathy

Tacrolimus Immunosuppressive Acute tubular necrosis

Tetracycline Antimicrobial Acute tubular necrosis

Thiazides Diuretic Acute interstitial nephritis

Tolbutamide Hypoglycemic Nephrotic syndrome

Vancomycine Antimicrobial Acute interstitial nephritis

12
2.5 Penatalaksanaan

Prinsip utama pencegahan nefrotoksisitas terinduksi obat adalah dengan menghindari


penggunaan obat-obat yang potensial menyebabkan terjadinya nefrotoksisitas. Namun bila
penggunaan obat-obat tersebut tidak mungkin dihindari maka penggunaannya harus disertai
dengan pengenalan faktor-faktor resiko dan penerapan teknik-teknik khusus untuk meminimalisir
kemungkinan terjadinya nefrotoksisitas. Tidak ada faktor resiko yang umum yang berlaku
terhadap semua jenis obat, dan toksisitas biasanya berkembang melalui berbagai mekanisme, baik
melalui reaksi hipersensitivitas idiosinkratik maupun melalui toksisitas seluler langsung. Dengan
pengecualian pada gagal ginjal akut yang disebabkan oleh AINS dan ACE inhibitor, toksisitasnya
sering kali dapat dicegah setelah diketahui adanya insufisiensi ginjal, penurunan aliran darah
efektif ke ginjal akibat adanya deplesi volume, gagal jantung atau penyakit liver. Pada pasien
dengan hipertensi atau gagal jantung sangat sensitif terhadap kombinasi ACE inhibitor dan AINS,
terlebih bila penggunaannya juga bersamaan dengan diuretik.

Pencegahan dan pengobatan pada golongan sulfonamide dapat dilakukan dengan:

1. Mempertahankan jumlah urin tetap 1500 cc/hari


2. Alkalinasasi urin dengan sodium bikarbonat 6-12 gram/hari sampai ph urin > 7,5
3. Pemeriksaan mikroskopis urin 2-3 kali seminggu untuk mendeteksi hematuria
4. USG pada semua hematuria
5. Mengurangi dosis sulfa
6. Pemasangan ureteral sent atau dialysis bila perlu

Untuk mencegah terjadinya nefrotoksis pada golongan Amphotericin B


1. Mencampur dengan intralipid, hal ini akan membuat efek seperti French mayonnaise yang
dapat menurunkan efek nefrotoksiknya
2. Dopamine agonist
3. Suplementasi garam, infus cairan garam fisiologis
4. Mengatur kecepatan infus

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Drug Induced Renal Disease adalah penyakit ginjal yang diduga timbul akibat adanya induksi
dari obat-obatan tertentu.

Epidemiologi : Nefrotoksisitas obat terjadi pada sekitar 7% dari semua kasus toksisitas obat dan
sekitar 18-27% kasus gagal ginjal akut yang menjalani perawatan di rumah sakit

Obat yang menyebabkan gangguan ginjal

1. Kerusakan atau perubahan fungsi ginjal secara langsung

Aminoglikosida, amfoterisin B, cisplatin, logam berat, penisilamin, metotreksat

2. Kerusakan secara tidak langsung


Diabetes Insipidus : Litium, demeklosiklinm
vasculitis : Amfoterisin B, allupurinol, golongan penisilin, fenitoin, sulfonamid, tiazid
obstruksi ginjal : Nitrofurantoin, 6-merkaptopurin, metotreksat

Pedoman pemilihan obat pada penderita dengan gangguan ginjal

Gunakan obat hanya jika secara jelas diindikasikan bagi penderita

Hindari obat yang berpotensi nefrotoksik atau pilih obat dengan efek nefrotoksik minimal

Waspada terhadap peningkatan kepekaan terhadap efek obat tertentu

Pantau kadar obat dalam plasma

Cek kesesuaian pengaturan dosis

Hindari penggunaan jangka panjang obat yang memiliki potensi toksik

Pantau kemanfaatan klinis dan keberadaan toksisitas

14
Banyak masalah dapat dihindari dengan cara menurunkan dosis atau menggunakan obat
lain sebagai gantinya

3.2 Saran

Sebaiknya mahasiswa dapat mengetahui DIRD ini dengan menambah referensi dengan berbagai
sumber

15
DAFTAR PUSTAKA

Roesli RMA. Epidemiologi gangguan ginjal akut. Dalam Roesli RMA, Gondodiputro RS,
Bandiara R, editor. Diagnosis dan pengelolaan gangguan ginjal akut. Bandung: Pusat Penerbitan
Ilmiah Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD/RS dr. HasanSadikin; 2008.p.27-40

Sjabani M. Penggunaan manitol: dampaknya pada ginjal. Dalam Dharmeizar, Marbun MBH,
editor. Makalah lengkap the 8th Jakarta nephrology & hypertension course and symposium on
hypertension. Jakarta: PERNEFRI; 2008.p.21-22.

Kumar VS. Renal dose dopamine in acute renal failure. Indian J Urol. 2000;16:175.

16

Anda mungkin juga menyukai