Anda di halaman 1dari 4

UTS KIMIA MEDISINAL

Nama : Miftahul Nabila Khunah

Nim : 20482011131

Prodi : S1 Farmasi

Mata Kuliah : Kimia Medisinal

No Absen : 50

Tanggal/Hari : Selasa 5 Oktober 2021

Mekanisme kerja obat cetirizine

Farmakodinamik

Setirizin adalah mekanisme kerja dengan selektivitas tinggi terhadap reseptor histamin H1 di
sel-sel efektor pada traktus gastrointestinal, pembuluh darah dan traktus respiratorius.
Mekanisme kerja obat cetirizine pada konstriksi otot polos seperti pada kondisi spasme bronkus
akibat reaksi alergi, adalah dengan menginhibisi efek histamin pada otot polos tersebut.
Kerja obat terhadap terjadinya vasokonstriktor histamin adalah dengan memberikan efek
vasodilator dengan cara mengaktivasi reseptor H1 pada sel-sel endotelial. [6] Kompetisi obat
dengan histamin yang melepaskan sitokin dan eicosanoids yang bersifat inflamasi, pada
reseptor-reseptor H1 di sel-sel efektor akan menurunkan reaksi inflamasi tersebut. [6]
Cetirizine menunjukkan selektivitas tinggi terhadap reseptor H1, sehingga tidak memiliki efek
terhadap reseptor muskarinik serta hanya menunjukkan efek antiserotonergik dan
antikolinergik minimal yang dapat diabaikan. Hal ini berlawanan dengan kerja antihistamin
generasi pertama, yaitu selektivitas buruk terhadap reseptor dan sering berinteraksi dengan
reseptor-reseptor amines, menimbulkan efek antimuskarinik, anti ɑ-adrenergic, dan
antiserotonin. [1,6,11]

Farmakokinetik

Obat cetirizine memiliki farmakokinetik berupa absorpsi gastrointestinal yang baik, menjalani
siklus enterohepatik, dan diekskresikan sebagian besar ke urine.
Absorpsi

Cetirizine diabsorpsi cepat setelah konsumsi per oral. Bioavailabilitas obat >70%. Konsentrasi
puncak tercapai dalam waktu sekitar satu jam, dan masa kerja obat sekitar 12‒24 jam.
Konsumsi obat bersama makanan, dapat memperlambat waktu pencapaian konsentrasi puncak
obat dalam plasma darah. [1,3,13]

Distribusi

Sekitar 93% cetirizine dalam plasma darah terikat protein. Distribusi obat terbatas hingga pada
lokasi ekstraseluler dimana terdapat reseptor H1, dan pada sel-sel yang bersifat inflamasi
seperti mastosit, basofil, eosinofil, dan limfosit.
Sebagai antihistamin generasi kedua, hanya terdapat sedikit konsentrasi obat cetirizine yang
mampu melewati sawar otak. Hal ini menyebabkan efek sedasi yang minimal dibandingkan
antihistamin generasi pertama seperti diphenhydramine. Walau demikian, efek sedasi cetirizine
merupakan yang terkuat dibandingkan obat antihistamin generasi kedua lainnya. [1,6,14]

Eliminasi

Waktu paruh eliminasi obat adalah sekitar 8,3 jam. Ekskresi cetirizine, sebagian besar sekitar
70% dikeluarkan melalui urine, dimana sekitar separuhnya sebagai obat dalam bentuk tidak
berubah. Sebagian kecil obat, yaitu sekitar 10% dibuang ke feses. 

ANTIHISTAMIN H1 GENERASI KEDUA


Obat golongan antihistamin H1 (antagonis reseptor H1) generasi kedua merupakan inverse
agonist yang bekerja dengan cara berikatan secara reversibel dengan reseptor histamin
kemudian menstabilkan dan memper- tahankannya dalam bentuk yang tidak aktif. 6,7 Anti-
histamin H1 generasi kedua kurang lipofilik dibandingkan generasi pertama dan berikatan secara
selektif pada reseptor H1 perifer sehingga lebih sedikit menimbulkan efek sedasi terhadap sistem
saraf pusat. Obat tersebut terdisosiasi secara perlahan sehingga durasi kerja lebih panjang
dibandingkan dengan generasi pertama.
Antihistamin H1 mengurangi produksi sitokin proinflamasi, ekspresi molekul adhesi sel, dan
kemotaksis sel eosinofil dan sel lainnya. Antihistamin H1 juga dapat mengurangi pelepasan
mediator sel mast dan basofil melalui penghambatan saluran ion kalsium . Setirizin dan loratadin
adalah contoh anti- histamin H1 generasi kedua yang tergolong kategori B. 8 Setirizin
dikontraindikasikan pada ibu menyusui karena zat aktifnya disekresikan ke air susu ibu.
Pada studi mengenai penggunaan setirizin pada pasien anak (usia 6-11 tahun) didapatkan
bahwa sakit kepala, faringitis, nyeri abdomen, batuk, somnolen, dan epistaksis adalah efek
samping yang paling sering dilaporkan.11
Antihistamin H1 generasi kedua dapat direkomen- dasikan untuk pasien lanjut usia (>65
tahun) khususnya untuk pasien dengan gangguan fungsi kognitif karena efek sedatif yang lebih
sedikit dibandingkan dengan generasi pertama. Terapi harus diberikan dengan pengawasan
karena kemungkinan sudah terjadi gangguan fungsi hati dan ginjal pada pasien sehingga
menyebabkan gangguan eliminasi.8

Pemberian setirizin secara bersamaan dengan makanan tidak mengurangi absorpsi setirizin, tapi
dapat mengurangi kecepatan absorpsi selama 1 jam.10 Penggunaan secara bersamaan antara
setirizin dan ritonavir dapat meningkat- kan waktu paruh dan mengurangi clearance setirizin.
Pasien perlu dimonitor terhadap terjadinya efek samping seperti mengantuk, kelelahan, mulut
kering, atau batuk.10

Cetirizine diserap dengan cepat di saluran pencernaan dan mengalami my ex resi substansial
oleh ginjal Cetirizine mencapai konsentrasi plasma Puncak setelah kira-kira satu jam efeknya
biasanya dimulai setelah 20 hingga 60 menit dan bertahan setidaknya selama 24 jam khususnya
Cetirizine tidak mengalami metabolisme yang signifikan dan bukan merupakan metabolit dari
sistem CYP450 .
(ashkin DP , Brik A , Gong H. Cetirizine inhibiton of hustamine-induced bronchospasm. Ann
Allergy. 1987 , Townley RG, Okada C. Use of  cetirizine to investigate non-HI effects of second-
generation antihistamines. Ann Allergy. 1992 ).

Antihistamin fase 1
antihistamin generasi pertama seperti di Phenhydramine dan chlorpheniramine Merupakan
jenis obat yang sudah sejak dahulu digunakan untuk mengatasi kondisi alergi termasuk rhinitis
alergi namun Golongan ini berkaitan dengan efek samping seperti sedasi lemas dan gangguan
status mental efek samping timbul karena antihistamin generasi pertama bersifat lebih larut
lemak dan lebih mudah melewati sawar darah otak dibandingkan generasi kedua
penggunaannya dikaitkan dengan penurunan performa di sekolah , gangguan berkendara ,
peningkatan risiko kecelakaan lalu lintas dan cedera akibat pekerjaan. Pemilihan antihistamin
generasi pertama untuk terapi rhinitis alergi sudah ditinggalkan karena efek sedasi yang tinggi
efek antikolinergik atau mata dan mulut kering efek samping kardiovaskular dan waktu paruh
obat yang pendek
Antihistamin fase 2
antihistamin generasi kedua disukai karena memiliki karakteristik selektif reseptor histamin
yang lebih tinggi dan daya tembus sawar darah otak yang lebih rendah Hal ini menyebabkan
efek sedatif dan gangguan psikomotor menjadi minimal antihistamin generasi kedua memiliki
efektifitas terapi yang tinggi, omset yang cepat, dan durasi kerja yang panjang. beberapa
antihistamin generasi kedua juga menunjukkan efek antiinflamasi. beberapa beberapa contoh
antihistamin generasi kedua adalah fexofenadine, loratadine, dan Cetirizine. 
(Demoly P , Chiriac AM, Berge B, Rostin M, Reasons for prescribing second generation
antihistamines to treat allergic rhinitis in real-life conditions and patient response. Allergy
Asthma Clin Immunol. 2014)

Jalur metabolisme
peran penting dari farmakologi Cetirizine, atau yang  di dikenal sebagai Cetirizine adalah
mekanisme kerja dengan selektivitas tinggi terhadap reseptor histamin H1  di sel efektor pada
traktus gastrointestinal, pembuluh darah dan traktus respiratorius. 

Daftar Pustaka

https://www.perdoski.id/mdvi/download/1802

https://www.alomedika.com/obat/antialergi-dan-obat-untuk-
anafilaksis/antialergi/cetirizine/farmakologi

Anda mungkin juga menyukai