Anda di halaman 1dari 16

SIKLUS REPRODUKSI

Siklus reproduksi adalah suatu siklus perkembang-


biakan hewan betina yang telah mencapai masa remaja
dan akan berulang setiap satu jangka waktu tertentu.

Dalam satu siklus reproduksi dibagi menjadi 3 fase,


yakni :
1. Fase pregraviditas, meliputi birahi, ovulasi,
kopulasi dan fertlisasi
2. Fase graviditas, implantasi, placentasi dan
kebuntingan
3. Fase post graviditas, meliputi pengeluaran fetus,
pengeluaran secundinae dan laktasi.
Ada 3 unsur di dalam tubuh yang memegang
peranan penting dalam mengatur siklus
reproduksi :
1. Susunan Saraf Pusat
2. Kelenjar Hipofisis
3. Ovarium
SSP diwakili oleh hipotalamus yang dapat
mengontrol aktivitas kelenjar
Hipofisis dalam mengeluarkan hormon
gonadotropin atas pengaruh releasing hormone
Faktor-faktor yang ikut mempengaruhi efisiensi
reproduksi dari seekor hewan betina yakni :
1. Lamanya musim birahi
2. Frekuensi birahi
3. Banyaknya ovulasi yang terjadi dalam satu
masa birahi
4. Ada tidaknya kopulasi dengan pejantan pada
saat birahi yang tepat
5. Lamanya masa kebuntingan
6. Jumlah anak yang dikandung dalam satu masa
kebuntingan
7. Lamanya masa menyusui anaknya
8. Umur masa remaja
9. Lamanya masa reproduksi hewan betina
Efisiensi reproduksi seekor hewan betina dapat
menurun, karena :
- Musim yang tidak sesuai
- Faktor genetik
- Kuantitas dan kualitas yang rendah pakan
- Kelainan anatomis alat kelamin
- Ketidak seimbangan hormonal
- Pengaruh-pengaruh immunologis reproduksi
atau faktor-faktor patologis
Makin bertambah umur setelah puncak dicapai, efisiensi
reproduksi seekor betina akan menurun.

Species Lama Kehidupan Berproduksi


Sapi perah 8 – 10 tahun (16 – 25 tahun)

Sapi potong 10 – 12 thun

Kuda 18 – 22 tahun ( 25 – 33 tahun)

Domba 6 – 10 tahun ( 16 – 20 tahun)

Babi 6 – 8 tahun

Anjing / kucing 8 – 12 tahun ( 14 – 17 tahun )

Manusia 45 – 50 tahun
Masa Remaja
Siklus reproduksi seekor hewan betina dimulai setelah hewan
mencapi masa remaja
Waktu timbulnya masa remaja pada hewan betina

Spesies Umur pubertas (bln) Umur dianjurkan untuk


dikawinkan ( bln)
Kuda 10 – 24 (18) 24 – 36 (2 – 3 tahun)

Sapi Eropa 4 -24 ( 6 – 18 ) 14 – 22

Sapi tropis 24- 36 30 – 36

Kerbau 24 – 36 30 – 36

Domba / kambing 4 -12 ( 7 – 10 ) 12 – 18

Babi 5–8 8–9

Anjing 6 – 12 ( 7 – 10) 12 – 18

Kucing 6 – 15 13 - 18
Corpus Luteum
Fungsi corpus luteum dapat dibedakan dalam :
1. Hewan yang CL nya berumur panjang dan berfungsi
lama : kuda, sapi, babi, domba, kambing, kerbau,
guinea pig, anjing, kucing, musang
2. Hewan yang Clnya berumur pendek dan cepat tidak
berfungsi : tikus putih, mencit, hamster

Pada golongan pertama dapat dibagi menjadi :


3. Monoestrus, yakni hewan yang mengalami birahi sekali
dalam satu tahun, contoh : anjing, kucing, musang
4. Poliestrus, yakni hewan yang dalam satu tahun
mengalami birahi lebih dari satu kali, contoh : sapi,
domba, kambing, kerbau, kuda, dsb.
Bila ditinjau dari aktivitas ovarium, maka dalam satu siklus
birahi dapat dibagi menjadi fase, yakni :
1. Fase folikuler
2. Fase Luteal

Pada fase folikuler, akan terjadi pertumbhan folikel yang baru


dalam ovariumnya, sebagai akibat stimulasi hormon FSH.
Fase ini berjalan agak bervariasi, bergantung spesiesnya.
Pada domba dan kambing 2 – 3 hari, sapi dan babi 3 – 5 hari.

Fase luteal dimulai sejak pecahnya folikel (ovulasi). Pada hari


pertama dari fase luteal, CL akan tumbuh menjadi besar
secara cepat sampai besarnya mencapai maksimum pada
kira-kira pertengahan sampai dua pertiga waktu lamanya
siklus birahi
Ditinjau dari perubahan-perubahan yang terjadi
pada saluran alat kelamin dan gejala klinis yang
ditunjukkan, siklus birahi dapat dibagi menjadi :
1. Proestrus
2. Estrus
3. Metestrus
4. Diestrus
5. Anestrus ( khusus untuk hewan-hewan
monoestrus)
Proestrus : folikel de graaf yang sedang tumbuh akan
menghasilkan hormon estradiol yang makin bertambah 
yang mempengaruhi perkembangan alat kelamin

Estrus : periode siklus birahi yang ditunjjukkan dengan


keinginan kelamin (sexual desire) dan si betina mulai
menerima pejantan

Metestrus : periode dari siklus birhi yang menyusul estrus.


Dalam periode ini CL tumbuh dari sisa-sisa folikel yang
pecah setelah ovulasi. Sel-sel granulosa, sel theca intern
dan eksterna akan mengalami luteinisasi di bawah
pengaruh hormon LH dan LTH. CL menghasilkan hormone
progesteron
Diestrus : periode siklus birahi yang terpanjang. CL
menjadi masak dan pengaruh progesteron pada lat
kelamin mencapai puncaknya. Endometrium
menebal dan kelenjar-kelenjar uterus hipertrofi.
Serviks tertutup dan hanya sekali lendir yang liat
terdapat di vagina dan vulva

Anestrus : pada fase ini dikarakterisasi oleh ovarium


dan alat kelamin yang tidak aktif. Uterus dalam
kadaan kecil dan lemas, lendir vagian sangat sedikit
dan liat, mukosa nya pucat, serviks pucat dan
tertutup rapat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus birahi
1. Keadaan makanan dan keadaan sekeliling yang baik
2. Musim dan cahaya matahari
3. Suhu udara
4. Umur
5. Pekerjaan
6. Penyakit
7. Keadaan patologi
8. Gangguan endokrin
9. Genetik
10.Kelainan fungsi kelenjar tiroid
11.Tumor pada kelenjar hipofisis
12.kebuntingan
Lamanya siklus birahi, birahi dan ovulasi pada ternak
Spesies Lama siklus birahi Lama birahi Saat ovulasi
Domba 16 – 17 hari 24 – 36 jam 24 – 30 jam dari
mulainya birahi

Kambing 21 hari 32 – 40 jam 30 – 36 jam dari


mulainya birahi

Babi 19 – 20 hari 48 – 72 jam 35 – 35 jam dari


mulainya birahi

Sapi 21 – 22 hari 18 – 19 jam 10 – 11 jam setelah


akhir birahi

Kuda 19 – 25 hari 4 – 8 hari 1 – 2 hari sebelum


birahi berakhir

Kerbau 21 - 22 hari 46 – 48 jam Akhir masa birhi


Siklus reproduksi pada bangsa burung

Pada bangsa burung tidak dikenal adanya siklus


birahi dan tidak mengenal birahi maupun
graviditas, perkembangan folikel di ovarium
bersamaan waktunya dengan perkembangan
fungsi dari oviduk dan saluran alat kelamin lainnya

Setelah terjadi ovulasi dalam ovarium, tidak


disertai dengan pembentukan CL, karena itu
hormon progesteron tidak dihasilkan
Pada bangsa burung dapat dibedakan dalam 2
golongan, yakni ::
1. Golongan burung yang mempunyai jumlah
tertentu
2. Golongan burung yang mempunyai jumlah telur
tak menentu

Jumlah telur dapat diubah dengan batas-batas


tertentu, yakni :
a. Manipulasi visual
b. Dengan pemberian hormon
Siklus reproduksi pada unggas dapat diakhiri
karena :
1. Tidak terjadi ovulasi (walaupun ada folikel
yang masak), karena sesuatu sebab, misal
hormon LH yang kurang dikeluarkan
2. Tidak adanya folikel yang masak dalam
ovarium, karena sekresi FSH yang kurang
cukup.
3. Adanya folikel yang atretik, dan tak dapat
mengadakan ovulasi

Anda mungkin juga menyukai