Anda di halaman 1dari 16

1

I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reproduksi merupakan proses perkembangbiakan suatu makhluk hidup,
dimulai sejak bersatunya sel telur betina dengan sel mani dari individu jantan
menjadi makhluk hidup baru yang disebut zigot, kemudian dilanjutkan dengan
kebuntingan dan diakhiri dengan kelahiran anak. Pada ternak, proses reproduksi
dimulai setelah hewan betina dan hewan jantan mencapai dewasa kelamin atau
pubertas. Setiap individu normal akan mengalami siklus reproduksi, yaitu proses
reproduksi dalam tubuh makhluk jantan dan betina, sejak makhluk tersebut lahir
sampai dapat melahirkan lagi.
Kebuntingan adalah keadaan dimana fetus sedang berkembang didalam
uterus seekor hewan betina. Sebelum terjadi kebuntingan pada ternak didahului
dengan adanya proses feertilisasi. Fertilisasi terjadi jika ada proses perkawinan
antara ternak jantan dengan ternak betina yang sudah pubertas. Setelah berakhirnya
proses kebuntingan pada peiode akan diakhiri dengan proses kelahiran.
Kelahiran pada pada ternak menjadi hal yang penting dipelajari dan
dipahami oleh semua peternak. Kelahiran merupakan hasil dari tingginya
produktivitas dari hewan ternak. Semakin tinggi kelahiran ternak, maka semakin
banyak produksi ternak tersebut dan semakin memberikan keuntungan bagi
peternak dan sebaliknya, peternak akan rugi bila tingkat kelahiran ternak mereka
rendah.
Pentingnya pemahaman akan kelahiran tersebut, mendorong kami untuk
menyusun makalah kebuntingan ternak ini. Makalah ini berisikan tentang
pengertian, kelahiran, fase persiapan kelahiran, fase pengeluaran fetus, dan fase
pengeluaran plasenta serta tanda-tanda kelahiran pada ternak.

1.2 Rumusan Masalah


Apa saja faktor yang memengaruhi kebuntingan?
2

Apa yang di maksud kelahiran pada ternak?


Bagaimana periode kelahiran dan tanda-tanda umumnya?
Apa saja gejala khusus dalam kelahiran?
Bagaimana fase persiapan dalam kelahiran?
Bagaimana fase pengeluaran fetus dalam ternak.?
Bagaimana fase pengeluaran plasenta pada ternak?

1.3 Maksud dan Tujuan


Mengetahui pengertian, priode dan tanda-tanda kebuntingan
Mengetahui pengertian, dan tanda-tanda kelahiran
Mengetahui fase persiapan dalam kelahiran
Mengetahui fase pengeluaran fetus dan plasenta dalam ternak
3

II
PEMBAHASAN

2.1 Kebuntingan
2.1.1 Definisi
Periode kebuntingan dimulai dengan pembuahan dan berakhir dengan
kelahiran anak yang hidup. Peleburan spermatozoa dengan ovum mengawali reaksi
kimia dan fisika yang majemuk (Salisbury, 1985). Satu periode kebuntingan adalah
periode dari mulai terjadinya fertilisasi sampai terjadinya kelahiran normal.
Frandson (1992) menyatakan bahwa kebuntingan berarti keadaan anak sedang
berkembang di dalam uterus seekor hewan.
Pertumbuhan makhluk baru terbentuk sebagai hasil pembuahan ovum oleh
spermatozoa dapat dibagi menjadi 3 periode, yaitu: periode ovum, periode embrio
dan periode fetus. Periode ovum dimulai dari terjadinya fertilisasi sampai terjadinya
implantasi, sedang periode embrio dimulai dari implantasi sampai saat dimulainya
pembentukan alat alat tubuh bagian dalam. Periode ini disambung oleh periode
fetus. Lamanya periode kebuntingan untuk tiap spesies berbeda-beda perbedaan
tersebut disebabkan faktor genetik
Menurut Frandson (1992) menyatakan bahwa Periode kebuntingan pada
pada kuda 336 hari atau sekitar sebelas bulan; sapi 282 hari atau sembilan bulan
lebih sedikit; domba 150 hari atau 5 bulan; babi 114 hari atau 3 bulan 3 minggu dan
3 hari, kelinci 28-35 hari dan anjing 63 hari atau sekitar 2 bulan. Menurut Salisbury
(1985) menyatakan periode kebuntingan pada semua bangsa sapi perah berlangsung
278-284 hari kecuali brown swiss rata-rata 190 hari.
Selama masa kebuntingan, alat kelamin betina mengalami beberapa perubahan.
Menurut Partodiharjo (1982) hewan yang mengalami masa kebuntingan akan
menunjukan perubahan bagian-bagian tertentu sebagai berikut:
4

1. Vulva dan vagina


Setelah kebuntingan berumur 6 sampai 7 bualan pada sapi dara akan terlihat adanya
edema pada vulvanya. Semakin tua buntingnya semakin jelas edema vulva ini. Pada
sapi yang telah beranak, edema vulva baru akan terlihat setelah kebuntingan
mencapai 8,5 sampai 9 bulan.
2. Serviks
Setelah terjadi fertilisasi perubahan terjadi pada kelenjar-kelenjar serviks. Kelenjar
ini akan menghasilkan lendir yang kental semakin tua umur kebuntingan maka
semakin kental lendir tersebut.
3. Uterus
Perubahan pada uterus yang pertama terjadinya vaskularisasi pada endomertium,
terbentuk lebih banyak kelenjar endometrium, sedangkan kelenjar yang telah ada
tumbuh lebih panjang dan berkelok-kelok seperti spiral.
4. Cairan Amnion dan Allantois
Volume cairan amnion dan allantois selama kebuntingan juga mengalami
perubahan. Perubahan yang pertama adalah volumenya, dari sedikit menjadi
banyak, perubahan kedua adalah dari perbandingannya. Hampir semua spesies,
cairan amnion menjadi lebih banyak dari pada volume cairan allantois, tetapi pada
akhir kebuntinan cairan allantois menjadi lebih banyak.
5. Perubahan pada ovarium
Setelah ovulasi, terjadilah kawah bekas folikel. Kawah ini segera dipenuhi oleh
darah yang dengan cepat membeku yang disebut corpus hemorrhagicum. Pada hari
ke 5 sampai ke-6 korpus luteum telah terbentuk.

2.1.2 Hormon yang Berperan saat Kebuntingan


1. GnRH (Gonadotrophin Realesing Hormon)
GnRH merupakan suatu dekadeptida (10 asam amino) dengan berat
molekul 1183 dalton. Hormon ini menstimulasi sekresi Follicle Stimulating
Hormon (FSH) dan Lutinizing Hormone (LH) dari hipofisis anterior.
5

Pemberian GnRH meningkatkan FSH dan LH dalam sirkulasi darah selama


2 sampai 4 jam (Salisbury, 1985).
FSH dan LH merangsang folikel ovarium untuk mensekresikan
estrogen. Menjelang waktu ovulasi konsentrasi hormon estrogen mencapai
suatu tingkatan yang cukup tinggi untuk menekan produksi FSH dan dengan
pelepasan LH menyebabkan terjadinya ovulasi dengan menggertak
pemecahan dinding folikel dan pelepasan ovum. Setelah ovulasi maka akan
terbentuk korpus luteum dan ketika tidak bunting maka PGF2 dari uterus
akan melisiskan korpus luteum. Tetapi jika terjadi kebuntingan maka korpus
luteum akan terus dipertahankan supaya konsentrasi progesteron tetap
tinggi untuk menjaga kebuntingan (Imron, 2008).
2. Estrogen
Pada awal kebuntingan hormon ini kadarnya sedikit kemudian mulai
naik pada saat umur kebuntingan mulai tua. Pada usia kebuntingan 4 bulan
akhir sapi akan mengekskresikan 10 kali lipat hormon esterogen didalam air
seninya dibanding sesudah melahirkan.
3. Progesteron
Hormon ini mempunyai peranan paling penting dan dominan dalam
mempertahankan kebuntingan. Kadar hormon yang meningkat
menyebabkan berhentinya kerja hormon lain serta menyebabkan
berhentinya siklus estrus dengan mencegahnya hormon gonadotrophin-
gonadotrophin. Progesteron dihasilkan di corpus luteum dan plasenta.
Apabila sekresi hormon ini berhenti pada setia kebuntingan akan berakhir
selama beberapa hari.
Progesteron penting selama kebuntingan terutama pada tahap-tahap
awal. Apabila dalam uterus tidak terdapat embrio pada hari ke 11 sampai 13
pada babi serta pada hari ke 15 17 pada domba, maka PGF2 akan
dikeluarkan dari endometrium dan disalurkan melalui pola sirkulasi ke
ovarium yang dapat menyebabkan regresinya corpus luteum. Apabila
6

PGF2 diinjeksikan pada awal kebuntingan , maka kebuntingan tersebut


akan berakhir (Luqman, 1999).

2.2 Kelahiran
2.2.1Definisi
Kelahiran (parturition, partus, delivery, mise bas) merupakan akhir dari
periode kebuntingan (Soeparna; Solihati, nurcholidah: 2014). Kelahiran
merupakan proses melahirkan yang dibagi dalam tiga tahap, yang diawali dengan
dilatasi/pelebaran serviks bersamaan dengan kontraksi uterus dan diakhiri dengan
pengeluaran fetus serta membran plasenta. (Yusuf, Muhammad : 2012).
Menurut Madjid (2007), menyatakan bahwa melahiran merupakan proses
membuka dan menipisnya serviks, dan di mana janin dan ketuban turun ke dalam
jalan lahir dan didorong keluar melalui jalan lahir. Secara umum kelahiran adalah
serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran anak yang cukup bulan,
lahir spontan, tanpa komplikasi baik pada induk maupun janin, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh induk.

2.2.2Tanda-tanda Umum Periode Kelahiran


Tanda-tanda utama menjelang kelahiran berhubungan dengan perubahan
ligamentum pelvis, pembesaran dan adanya oedema vulva dan aktifitas kelenjar
mammae. Tanda-tanda ini sangat berguna sebagai petunjuk, walaupun sangat
bervariasi untuk memperediksi secara tepat tanggal kelahiran (Lestari, 2013).
Periode kelahiran dapat diketahui dari tanda-tanda umum sebagai berikut.
1. Melalui lama kebuntingan dapat diketahui kapan hewan beranak/ partus
dengan mengetahui kapan terjadinya perkawinan berhasil.
2. Pertumbuhan kelenjar ambing, pembesaran ambing yang berisi kolostrum,
ambing menjadi Odemateus, bila ditekan melegok.
3. Vulva basah dan berdilatasi serta meleleh lendir/cairan dari allantois ke vagina.
7

4. Hewan gelisah, mengisolasi diri, reaksi sakit di perut (kontraksi uterus),


respons melihat perut dan matanya Rolling eyes sebagai manifestasi
menahan rasa nyeri.
5. Daerah perut relaksasi dan daerah flank (legok lapar) melegok. Terjadi
relaksasi ligamentum sacro-stiacita atau sacro-iliaca, pangkal ekor dan daerah
pelvis melegok (pengaruh enzim).
6. Tempeatur rectal (sapi) menurun 0,5C selama 2 hari menjelang partus
(Soeparna; Solihati, nurcholidah: 2014).
7. Tanda-tanda utama menjelang kelahiran berhubungan dengan perubahan
ligamentum pelvis, pembesaran dan adanya oedema vulva dan aktifitas
kelenjar mammae. Tanda-tanda ini sangat berguna sebagai petunjuk, walaupun
sangat bervariasi untuk memperediksi secara tepat tanggal kelahiran (Lestari,
2013).

2.2.3 Gejala Khusus Kelahiran


Gejala-gejala Khusus Kelahiran dapat dibagi menjadi tiga fase, terdiri atas:
A. Fase Persiapan
Relakssi simfisis pubis
Kontraksi uterus
Dilatasi serviks uteri (Soeparna; Solihati, nurcholidah: 2014).
Lama fase persiapan pada beberapa ternak berbeda-beda. Pada sapi dan
domba kurang dari 6 jam, pada kuda kurang dari 4 jam, sedangkan pada babi
kurang dari 12 jam. Apabila fase persiapan melebihi waktu tersebut, berarti
terjadi abnormal dari kedudukan fetusnya bisa karena perubahan presentasi
(situs), posisi atau sikap (postur) nya (Soeparna; Solihati, nurcholidah:
2014).
- Relaksasi Simfisis Pubis
Simfisi pubis merupakan pertautan 2 (dua) pasang tulang pelvis kiri-
kanan. Pertautan ini menjelang partus merenggang atau relaksasi. Relaksasi
8

simfisis pubis merupakan pengaruh hormone dan enzim. Enzim diproduksi


dalam korpus luteum, palasenta, uterus. Relaksasi simfisis pubis akan
merenggang pelvis kiri-kanan, sehingga memperbesar gerbang pelvis dan
memungkinkan proses pengeluaran fetus (Soeparna; Solihati, nurcholidah:
2014).

- Kontraksi Uterus
Kontraksi uterus pada periode kelahiran merupakan kontraksi dari
miometrium (otot uterus). Miometrium terdiri atas miometrium sirkular dan
longitudinal. Pada akhir masa kebuntingan, hipofise posterior mengeluarkan
hormone oksitosin yan berperan untuk merangsang miometrium sehingga sel-sel
otot tersebut mensintesis protein kontraktil (aktomiosin) yang dapat
menyebabkan kontraksi uterus (Soeparna; Solihati, nurcholidah: 2014).
Kontaksi usus terjadi secara periodic setiap lima belas menit selama 20
detik, merupakan hasil kontraksi ritmik miometrium sirkular dan longitudinal
uterus yang menyebabkan getaran peristaltic dan menimbulkan gerakan ekspulsi
(pengeluaran) fetus ke arah serviks (Soeparna; Solihati, nurcholidah: 2014).

- Dilatasi Serviks Uteri


Dilatasi serviks merupakan tahap akhir fase persiapan. Serviks merupakan
saluran/kanal antara vagina dan korpus uteri. Dilatasi serviks uteri merupakan
hasil rangsangan hormone relaksin (hormone plasenta). Untuk petunjuk praktik
di lapangan dapat digunakan patokan sebagai berikut.
Apabila dilatasi serviks dapat dimasuki oleh suatu jari (telunjuk), kelahiran
akan terjadi sekitar tiga hari kemudian.
Apabila dilatasi serviks dapat dimasuki oleh dua jari (telunjuk dan jari
tengah), kelahiran akan terjadi dua hari kemudian.
Apabila dilatasi serviks dapat dimasuki oleh tiga jari (telunjuk, jari tengah
dan jari manis), kelahiran akan terjadi sekitar satu hari kenudian.
9

Dilatasi uteri akan menyebabkan fetus terdesak, khorioalantois menuju ke


arah pelvis, selanjutnya selaput khorioalantois pecah dan cairan alantois keluar
mengalir dari vagina ke vulva. Ketiga proses pada fase persiapan yaitu relaksasi
simfisis pubis, kontraksi uterus dan dilatasi serviks uterus terjadi serentak.
Lama fase persiapan pada beberapa ternak berbeda-beda. Pada sapid dan domba
kurang dari 6 jam, pada kuda kurang dari 4 jam, sedangkan pada babi kurang dari
12 jam. Apabila fase persiapan melebihi waktu tersebut, berarti terjadi abnormal
dari kedudukan fetusnya bisa karena perubahan presentasi (situs), posisi atau sikap
(postur) nya (Soeparna; Solihati, nurcholidah: 2014).

B. Fase Pengeluaran Fetus


Tahapan kedua adalah pengeluaran fetus. Tahap kedua ini membutuhkan lebih
sedikit waktu disbanding dengan pada tahap pertama pada semua spesies, dimana
biasanya berlangsung tidak lebih dari 2 jam pada sapi dan domba. Waktu yang sama
dibutuhkan pada babi, namun variasi waktu bisa tejadi dengan perbedaan litter size
(banyaknya jumlah anak) Pada kuda, tahap ini lebih cepat dan berlangsung sekitar
15 sampai 20 menit. Tahap ketiga adalah pengeluaran plasenta. Tahap ini dapat
terjadi sekitar 30 menit setelah pengeluaran fetus, namun lebih cenderung terjadi
antara 3 sampai 5 jam kemudian. Proses kelahiran ini diatur oleh sistim endokrin.

C. Fase Pengeluaran Plasenta


Tahap ketiga adalah pengeluaran plasenta. Tahap ini dapat terjadi sekitar 30
menit setelah pengeluaran fetus, namun lebih cenderung terjadi antara 3 sampai 5
jam kemudian. Proses kelahiran ini diatur oleh sistim endokrin. Tabel di bawah ini
menunjukkan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuktiga tahapan kelahiran pada
spesies berbeda.
Pertumbuhan pada kelenjar susu dapat dilihat pada akhir kebuntingan yang
disebabkan oleh kerja sinergis antara estrogen dan progesteron yang
menstimulasi perkembangan saluran dan jaringan sekresi pada kelenjar susu.
Mendekati kelahiran, kelenjar susu membesar yang berisi susu, dimana sintesis
10

susu ini merupakan fungsi prolaktin dalam senergitasnya dengan hormon-hormon


lain. Perubahan lain adalah ketika mendekati kelahiran, relaksin bersinergi dengan
estrogen yang menyebabkan pelebaran pelvis, memperbesar saluran kelahiran
untuk memfasilitasi jalannya fetus keluar. Vulva akan kelihatan lembut dan
membengkak dan rangkaian mucus/lendir dapat dilihat dari vulva sebagai pengaruh
estrogen yang menyebabkan sel-sel epitel serviks mengeluarkan lender. Sekitar dua
hari sebelum kelahiran, perubahan cepat pada level hormon terjadi pada fetus dan
induk.

2.2.4 Mekanisme-Mekanisme Pada Kelahiran


a. Inisiasi Partus
Kelahiran dipicu oleh fetus dan interaksi yang kompleks dari endokrin,
sistem syaraf dan faktor-faktor mekanik, tetapi perannya yang tepat dan hubungan
satu sama lain, belum sepenuhnya dimengerti. Sistem endokrin fetus mendominasi
pada ruminansia (domba, kambing, sapi) sementara pada spesies lain seperti kuda
dan manusia, perannya sangat kecil.

Teori Kemungkinan Mekanismenya


Konsentrasi Blok konsentrasi myometrium selama kebuntingan,
progesteron turun menjelang kelahiran, bloking oleh progesteron menurun
Konsentrasi Mengatasi blok progesteron pada konsentrasi
estrogen meningkat myometrium dan atau meningkatkan kontraksi
myometrial secara spontan
Sekresi oxitosin Mengatasi efek blok progesteron pada kontraksi
myometrium
Sekresi Menyebabkan kontraksi myometrium; menyebabkan
prostagalnding luteolisis yang mengakibatkan turunnya konsentrasi
(PGF2) pogesteron
11

Aktivitas Corticosteroid fetus menyebabkan turunnya


hipotalamus-pituitari- progesteron, meningkatnya estrogen, dan rilis (PGF2)
axis adrenal fetus mengakibatkan myometrium kontrasi

Tabel Mekanisme Partus pada beberapa Ternak


Spesies Mekanisme
Babi (PGF2) adalah agen luteolisis yang menyebabkan Cl regresi.
Peningkatan estrogen secara refleks meningkatkan pula pituitari-
axis adrenal; estrogen meningkat, oxytosin dan PG dirilis.
Domba dan Cortisol fetus berperan pada plasenta menyebabkan enzim 17 -
kambing hydorilase untuk menurunkan plasma p4, dan meningkatkan
konsentrasi estrogen. Peningkatan ratio E:P akan meningkatkan
aktivitas (PGF2), (PGF2+), dan oxytosin.
Sapi Kelahiran dipicu oleh (PGF2), yang menyebabkan luteolisis.
Cortisol fetus menstimulasi dirilisnya (PGF2) dari uterus.
Perubahan endokrin yang lain hampir sama dengan yang terjadi
pada kambing dan domba
Kuda Oxytosin meningkat secara progresif menjelang akhir
kebuntingan kemudian menstimulasi sintesis (PGF2).
Kombinasi kedua hormon ini menyebabkan keluarnya fetus
Sumber: (Lestari, 2013)
b. Mekanisme Fetus
Fetus memiliki sejumlah mekanisme untuk memastikan bahwa
myometrium tetap diam sehingga perkembangan yang terjadi di dalamnya tidak
terganggu. Adanya progesteron yang diperoduksi palsenta memungkinkan
terjadinya blok pada myometrium. Turunnya konsentrasi progesteron maternal,
menyebabkan terjadninya dilatsi cervis dan aktivitas myometrium yang kuat
bersamaan dengan kelahorannya. Turunyya konsentrasi progesteron dipicu oleh
12

meningkatnya cortisol fetus selama masa akhir kebuntingan domba, kambing, sapi,
dan babi tetapi tidak pada kuda(Lestari, 2013).
c. Mekanisme Maternal
Kontra induksi mataternal walaupun tidak sedramatik apa yang terjadi pada
fetus, namun perannya jelas terbukti pada saat akan melahirkan. Sebagai contoh
pada kuda, yang kegemarannya melahirkan saat geap serta kemampuan induk kuda
menunda kelahiran dengan jelas. Rasa gelisah, stres, dan ketakutan dapat
memperpanjang waktu kelahiran, pada beberapa spesies, dengan menurunnya
kontaksi myometrium yang dipicu oleh dirilisnya epinephrin (Lestari, 2013)
d. Mekanisme `Partus
Keberhasilan partus tergantung pada dua proses mekanisme yaitu
kemampuan uterus berkontaksi dan kapasitas serviks berdilatasi sehingga mampu
untuk dilewati fatus (Lestari, 2013).
e. Kontraksi Myometrium
Aktivitas otot uterus terjadi dibawah pengaruh progesteron, yang
merupakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan fetus. Kontraksi
myometrium dengan amplitudo dan frekuensi yang rendah terjadi selama
kebuntingan berlangsung (Lestari, 2013).
Pada saat menjelang kelahiran, uterus beganti status dari dominasi
progesteron menjadi dominasi estrogen. Hasilnya terjadi dua mekanisme secara
molikuler/biokimia yang pararel yang dimobilisasi di dalam jaringan uterus yaitu:
1. Transformasi uterus dari kondisi rilex selama kebuntingan berlangsung menjadi
tahap aktif.
2. Hasil dari meningkatnya ratio E:P maka meningkatkan dan dirilisnya uterotonin
(misalnya PGF, oxytosin)(Lestari, 2013).
f. Proses Kelahiran
Proses kelahiran diawali dengan kontraksi peristalti uterus yang reguler,
dibarengi dengan dilatasi serviks yang progresif (Lestari, 2013).
Kelahiran dapat dibagi dalam tiga tahapan; dimana tahapan pertama
kelahiran adalah berakhirnya pelebaran serviks dan fetus masuk ke dalam serviks.
13

Tahap ini biasanya berlangsung dari 2 sampai 6 jam pada sapi dan domba.
Dibutuhkan waktu yang lebih pada babi dan lebih sedikit pada kuda. Tahapan kedua
adalah pengeluaran fetus. Tahap kedua ini membutuhkan lebih sedikit waktu di
banding dengan pada tahap pertama pada semua spesies, dimana biasanya
berlangsung tidak lebih dari 2 jam pada sapi dan domba. Waktu yang sama
dibutuhkan pada babi, namun variasi waktu bisa tejadi dengan perbedaan litter size
(banyaknya jumlah anak). Pada kuda, tahap ini lebih cepat dan berlangsung sekitar
15sampai 20 menit. Tahap ketiga adalah pengeluaran plasenta. Tahap ini dapat
terjadi sekitar 30 menit setelah pengeluaran fetus, namun lebih cenderung terjadi
antara 3 sampai 5 jam kemudian. Proses kelahiran ini diatur oleh sistimendokrin.
Tabel di bawah ini menunjukkan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk tiga
tahapan kelahiran pada spesies yang berbeda (Yusuf, 2012).
Tabel 3. Tahapan pada proses kelahiran dan mekanisme yang mengiringinya
Tahap Kekuatan Periode Kejadian yang mengiringi
Mekanik
Dilatasi Kontraksi Mulai dari kontaksi
Cerviks uterus uterus sampai serviks
yang berdilatasi penuh
reguler hingga vagina
Pengeluran Kontaksi Sejak dilatasi penuh Induk berbaring dan merejan
Fetus uterus dan cerviks sampai akhir selaput allantokhorion robek
abdominal pengeluaran fetus dan keluar cairan dari vulva.
yang kuat Amnion robek dan fetus
keluar
Pengeluaran Kontraksi Setelah pengeluaran Ketegangan induk menurun.
membran uteus fetus diikuti dengan Lepasnya vili horion dari
fetus mulai pengeluaran kripta induk. Merejan dan
menurun membran mendorong membran fetus
keluar
14

Sumber: (Lestari, 2013)


15

III
KESIMPULAN

- Kelahiran (parturition, partus, delivery, mise bas) merupakan akhir dari


periode kebuntingan
- Tanda-tanda utama menjelang kelahiran berhubungan dengan perubahan
ligamentum pelvis, pembesaran dan adanya oedema vulva dan aktifitas
kelenjar mammae.
- Fase persiapan terdiri dari relaksasi simfisis publis, kontraksi uterus, dilatasi
serviks uterus.
- Fase pengeluaran fetus merupakan reflex dari kontraksi miometrium uterus,
otot diafragma dan otot perut.
16

Daftar Pustaka

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Universitas Gadjah Mada
Press. Yogyakarta
Hariyanto, B. 2011. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Ikapi. 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Ternak Beternak Sapi Ternak. Kanisus.
Yogyakarta.
Imron, A. 2008. Biologi Reproduksi. Universitas Brawijaya. Malang.
Jackson, P, G. 2007. Handbook Obstetrik Veteriner. Diterjemahkan oleh Aris
Junaidi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Luqman, M. 1999. Fisiologi Reproduksi. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga. Surabaya.
Madjid O.A, Soekir S, Wiknjosastro G.H. 2007. Asuhan Persalinan Normal.
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik. Jakarta.
Partodiharjo, Soebadi. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya.
Jakarta.
Riyanto, J. 2006. Diktat Reproduksi Ternak. Program Studi Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Salisbury, G.W. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa. Bandung
Sunarko. 2009. Petunjuk Pemeliharaan Bibit Sapi Perah. BBPTU Sapi Perah
Baturaden. Baturaden.
Lestari, Tita Damayanti., Ismudiono. 2013. Ilmu Reproduksi Ternak. Surabaya:
Airlangga University Press.
Soeparna., Solihati, Nurcholidah. 2014. Ilmu reproduksi Ternak. IPB Press: Bogor.
Yusuf, Muhammad. 2012. Ilmu Reproduksi Ternak.Uniiversitas hasanudin:
Makassar.

Anda mungkin juga menyukai