I
PENDAHULUAN
II
PEMBAHASAN
2.1 Kebuntingan
2.1.1 Definisi
Periode kebuntingan dimulai dengan pembuahan dan berakhir dengan
kelahiran anak yang hidup. Peleburan spermatozoa dengan ovum mengawali reaksi
kimia dan fisika yang majemuk (Salisbury, 1985). Satu periode kebuntingan adalah
periode dari mulai terjadinya fertilisasi sampai terjadinya kelahiran normal.
Frandson (1992) menyatakan bahwa kebuntingan berarti keadaan anak sedang
berkembang di dalam uterus seekor hewan.
Pertumbuhan makhluk baru terbentuk sebagai hasil pembuahan ovum oleh
spermatozoa dapat dibagi menjadi 3 periode, yaitu: periode ovum, periode embrio
dan periode fetus. Periode ovum dimulai dari terjadinya fertilisasi sampai terjadinya
implantasi, sedang periode embrio dimulai dari implantasi sampai saat dimulainya
pembentukan alat alat tubuh bagian dalam. Periode ini disambung oleh periode
fetus. Lamanya periode kebuntingan untuk tiap spesies berbeda-beda perbedaan
tersebut disebabkan faktor genetik
Menurut Frandson (1992) menyatakan bahwa Periode kebuntingan pada
pada kuda 336 hari atau sekitar sebelas bulan; sapi 282 hari atau sembilan bulan
lebih sedikit; domba 150 hari atau 5 bulan; babi 114 hari atau 3 bulan 3 minggu dan
3 hari, kelinci 28-35 hari dan anjing 63 hari atau sekitar 2 bulan. Menurut Salisbury
(1985) menyatakan periode kebuntingan pada semua bangsa sapi perah berlangsung
278-284 hari kecuali brown swiss rata-rata 190 hari.
Selama masa kebuntingan, alat kelamin betina mengalami beberapa perubahan.
Menurut Partodiharjo (1982) hewan yang mengalami masa kebuntingan akan
menunjukan perubahan bagian-bagian tertentu sebagai berikut:
4
2.2 Kelahiran
2.2.1Definisi
Kelahiran (parturition, partus, delivery, mise bas) merupakan akhir dari
periode kebuntingan (Soeparna; Solihati, nurcholidah: 2014). Kelahiran
merupakan proses melahirkan yang dibagi dalam tiga tahap, yang diawali dengan
dilatasi/pelebaran serviks bersamaan dengan kontraksi uterus dan diakhiri dengan
pengeluaran fetus serta membran plasenta. (Yusuf, Muhammad : 2012).
Menurut Madjid (2007), menyatakan bahwa melahiran merupakan proses
membuka dan menipisnya serviks, dan di mana janin dan ketuban turun ke dalam
jalan lahir dan didorong keluar melalui jalan lahir. Secara umum kelahiran adalah
serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran anak yang cukup bulan,
lahir spontan, tanpa komplikasi baik pada induk maupun janin, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh induk.
- Kontraksi Uterus
Kontraksi uterus pada periode kelahiran merupakan kontraksi dari
miometrium (otot uterus). Miometrium terdiri atas miometrium sirkular dan
longitudinal. Pada akhir masa kebuntingan, hipofise posterior mengeluarkan
hormone oksitosin yan berperan untuk merangsang miometrium sehingga sel-sel
otot tersebut mensintesis protein kontraktil (aktomiosin) yang dapat
menyebabkan kontraksi uterus (Soeparna; Solihati, nurcholidah: 2014).
Kontaksi usus terjadi secara periodic setiap lima belas menit selama 20
detik, merupakan hasil kontraksi ritmik miometrium sirkular dan longitudinal
uterus yang menyebabkan getaran peristaltic dan menimbulkan gerakan ekspulsi
(pengeluaran) fetus ke arah serviks (Soeparna; Solihati, nurcholidah: 2014).
meningkatnya cortisol fetus selama masa akhir kebuntingan domba, kambing, sapi,
dan babi tetapi tidak pada kuda(Lestari, 2013).
c. Mekanisme Maternal
Kontra induksi mataternal walaupun tidak sedramatik apa yang terjadi pada
fetus, namun perannya jelas terbukti pada saat akan melahirkan. Sebagai contoh
pada kuda, yang kegemarannya melahirkan saat geap serta kemampuan induk kuda
menunda kelahiran dengan jelas. Rasa gelisah, stres, dan ketakutan dapat
memperpanjang waktu kelahiran, pada beberapa spesies, dengan menurunnya
kontaksi myometrium yang dipicu oleh dirilisnya epinephrin (Lestari, 2013)
d. Mekanisme `Partus
Keberhasilan partus tergantung pada dua proses mekanisme yaitu
kemampuan uterus berkontaksi dan kapasitas serviks berdilatasi sehingga mampu
untuk dilewati fatus (Lestari, 2013).
e. Kontraksi Myometrium
Aktivitas otot uterus terjadi dibawah pengaruh progesteron, yang
merupakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan fetus. Kontraksi
myometrium dengan amplitudo dan frekuensi yang rendah terjadi selama
kebuntingan berlangsung (Lestari, 2013).
Pada saat menjelang kelahiran, uterus beganti status dari dominasi
progesteron menjadi dominasi estrogen. Hasilnya terjadi dua mekanisme secara
molikuler/biokimia yang pararel yang dimobilisasi di dalam jaringan uterus yaitu:
1. Transformasi uterus dari kondisi rilex selama kebuntingan berlangsung menjadi
tahap aktif.
2. Hasil dari meningkatnya ratio E:P maka meningkatkan dan dirilisnya uterotonin
(misalnya PGF, oxytosin)(Lestari, 2013).
f. Proses Kelahiran
Proses kelahiran diawali dengan kontraksi peristalti uterus yang reguler,
dibarengi dengan dilatasi serviks yang progresif (Lestari, 2013).
Kelahiran dapat dibagi dalam tiga tahapan; dimana tahapan pertama
kelahiran adalah berakhirnya pelebaran serviks dan fetus masuk ke dalam serviks.
13
Tahap ini biasanya berlangsung dari 2 sampai 6 jam pada sapi dan domba.
Dibutuhkan waktu yang lebih pada babi dan lebih sedikit pada kuda. Tahapan kedua
adalah pengeluaran fetus. Tahap kedua ini membutuhkan lebih sedikit waktu di
banding dengan pada tahap pertama pada semua spesies, dimana biasanya
berlangsung tidak lebih dari 2 jam pada sapi dan domba. Waktu yang sama
dibutuhkan pada babi, namun variasi waktu bisa tejadi dengan perbedaan litter size
(banyaknya jumlah anak). Pada kuda, tahap ini lebih cepat dan berlangsung sekitar
15sampai 20 menit. Tahap ketiga adalah pengeluaran plasenta. Tahap ini dapat
terjadi sekitar 30 menit setelah pengeluaran fetus, namun lebih cenderung terjadi
antara 3 sampai 5 jam kemudian. Proses kelahiran ini diatur oleh sistimendokrin.
Tabel di bawah ini menunjukkan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk tiga
tahapan kelahiran pada spesies yang berbeda (Yusuf, 2012).
Tabel 3. Tahapan pada proses kelahiran dan mekanisme yang mengiringinya
Tahap Kekuatan Periode Kejadian yang mengiringi
Mekanik
Dilatasi Kontraksi Mulai dari kontaksi
Cerviks uterus uterus sampai serviks
yang berdilatasi penuh
reguler hingga vagina
Pengeluran Kontaksi Sejak dilatasi penuh Induk berbaring dan merejan
Fetus uterus dan cerviks sampai akhir selaput allantokhorion robek
abdominal pengeluaran fetus dan keluar cairan dari vulva.
yang kuat Amnion robek dan fetus
keluar
Pengeluaran Kontraksi Setelah pengeluaran Ketegangan induk menurun.
membran uteus fetus diikuti dengan Lepasnya vili horion dari
fetus mulai pengeluaran kripta induk. Merejan dan
menurun membran mendorong membran fetus
keluar
14
III
KESIMPULAN
Daftar Pustaka
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Universitas Gadjah Mada
Press. Yogyakarta
Hariyanto, B. 2011. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Ikapi. 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Ternak Beternak Sapi Ternak. Kanisus.
Yogyakarta.
Imron, A. 2008. Biologi Reproduksi. Universitas Brawijaya. Malang.
Jackson, P, G. 2007. Handbook Obstetrik Veteriner. Diterjemahkan oleh Aris
Junaidi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Luqman, M. 1999. Fisiologi Reproduksi. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga. Surabaya.
Madjid O.A, Soekir S, Wiknjosastro G.H. 2007. Asuhan Persalinan Normal.
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik. Jakarta.
Partodiharjo, Soebadi. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya.
Jakarta.
Riyanto, J. 2006. Diktat Reproduksi Ternak. Program Studi Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Salisbury, G.W. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa. Bandung
Sunarko. 2009. Petunjuk Pemeliharaan Bibit Sapi Perah. BBPTU Sapi Perah
Baturaden. Baturaden.
Lestari, Tita Damayanti., Ismudiono. 2013. Ilmu Reproduksi Ternak. Surabaya:
Airlangga University Press.
Soeparna., Solihati, Nurcholidah. 2014. Ilmu reproduksi Ternak. IPB Press: Bogor.
Yusuf, Muhammad. 2012. Ilmu Reproduksi Ternak.Uniiversitas hasanudin:
Makassar.