Disusun Oleh:
Fapet A
Sauma Ramadhani
200110130253
Rahdian Abdi
200110130258
Ridwan Firdaus
200110130279
Yessica Magdalena
200110130287
Febri Nugrahadi
200110130288
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014
DAFTAR ISI
Daftar Isi .............................................................................................................................
1...........................................................................................................................................
BAB 1
Pendahuluan
1.1
1.2
1.3
2
2
2
BAB 2
Pembahasan
2.1
Kebuntingan .....................................................................................................
2.2
2.3
3
5
7
BAB 3
Kesimpulan ......................................................................................................
10
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kebuntingan adalah keadaan dimana anak sedang berkembang didalam uterus
seekor hewan betina. Suatu interval waktu, yang disebut periode kebuntingan
(gestasi) terentang dari saat pembuahan (fertilisasi) ovum sampai lahirnya anak.
Hal ini mencakup fertilisasi atau persatuan antara ovum dan sperma.
Terjadinya fertilisasi adalah hal yang sangat penting. Sperma haruslah berada
didalam saluaran reproduksi betina, uterus untuk suatu jangka waktu tertentu
agar dapat membuahi ovum secara efektif. Hal ini disebut kapasitasi
spermatozoa. Kapasitasi mencakup pemecahan parsial akrosom bagian luar dan
membran plasma, sehoingga enzim akrosom dapat dilepaskan. Enzim-enzim
tersebut selanjutnya dapat menimbulkan zona pelusida. Kapasitasi juga
mengaktfkan metabolisme sel-sel sperma dengan menaikan laju glikolisis dalam
sel dan penaikan metabolisme oksidatif. Kapasitasi dimuali didalam uterus dan
1.2
1.3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kebuntingan
Satu periode kebuntingan adalah periode dari mulai terjadinya fertilisasi
sampai terjadinya kelahiran normal (Soebandi, 1981) sedangkan menurut
Frandson (1992) menyatakan kebuntingan berarti keadaan anak sedang
berkembang didalam uterus seekor hewan. Dalam penghidupan peternak,periode
kebuntingan pada umumnya dihitung mulai dari perkawinan yang terakhir sampai
terjadinya kelahiran anak secara normal.
Periode kebuntingan dimulai dengan pembuahan dan berakhir dengan
kelahiran anak yang hidup. Peleburan spermatozoa dengan ovum mengawali
reaksi kimia dan fisika yang majemuk, bermula dari sebuah sel tunggal yang
mengalami peristwa pembelahan diri yang berantai dan terus menerus selama
hidup individu tersebut. Tetapi berbeda dalam keadaan dan derajatnya sewaktu
hewan itu menjadi dewasa dan menjadi tua. Setelah pembuahan , yang
mengembalikan jumlah kromosom yang sempurna, pembelahan sel selanjutnya
bersifat mitotik sehingga anak-anak sel hasil pembelahannya mempunyai
kromosom yang sama dengan induk selnya. Peristiwa ini berlangsung sampai
hewan menghasilkan sel kelamin (Salisbury, 1985)
Pertumbuhan makhluk baru terbentuk sebagai hasil pembuahan ovum oleh
spermatozoa dapat dibagi menjadi 3 periode, yaitu: periode ovum,periode embrio
dan periode fetus. Periode ovum dimulai dari terjadinya fertilisasi sampai
terjadinya implantasi,sedang periode embrio dimulai dari implantasi sampai saat
dimulainya pembentukan alat alat tubuh bagian dalam. Periode ini disambung
oleh periode fetus. Lamanya periode kebuntingan untuk tiap spesies berbeda-beda
perbedaan tersebut disebabkan faktor genetic
Menurut Frandsion (1992) menyatakan bahwa Periode kebuntingan pada pada
kuda 336 hari atau sekitar sebelas bulan; sapi 282 hari atau sembilan bulan lebih
sedikit; domba 150 hari atau 5 bulan; babi 114 hari atau 3 bulan 3 minggu dan 3
hari dan anjing 63 hari atau sekitar 2 bulan.
Menurut Salisbury (1985) periode kebuntingan pada semua bangsa sapi perah
berlangsung 278-284 hari kecuali brown swiss rata-rata 190 hari. Perubahan alat
kelamin betina selama kebuntingan berlangsung
Menurut Partodiharjo (1982) hewan yang mengalami masa kebuntingan akan
menunjukan perubahan bagian-bagian tertentu sebagai berikut:
1. Vulva dan vagina
Setelah kebuntingan berumur 6 sampai 7 bualan pada sapi dara akan
terlihat adanya edema pada vulvanya. Semakin tua buntingnya semakin
jelas edema vulva ini. Pada sapi yang telah beranak, edema vulva baru
akan terlihat setelah kebuntingan mencapai 8,5 sampai 9 bulan.
2. Serviks
Segera setelah terjadi fertilisasi perubahan terjadi pada kelenjarkelenjar serviks. Kripta-kripta menghasilkan lendir yang kental semalin
tua umur kebuntingan maka semakin kental lendir tersebut.
3. Uterus
Perubahan pada uterus yang pertama terjadinya vaskularisasi pada
endomertium, terbentuk lebih banyak kelenjar endometrium, sedangkan
kelenjar yang telah ada tumbuh lebih panjang dan berkelok-kelok seperti
spiral.
4. Cairan Amnion dan Allantois
Volume cairan amnion dan allantois selama kebuntingan juga
mengalami perubahan. Perubahan yang pertama adalah volumenya, dari
sedikit menjadi banyak; kedua dari perbandingannya. Hampir semua
spesies, cairan amnion menjadi lebih banyak dari pada volume cairan
allantois, tetapi pada akhir kebuntinan cairan allantois menjadi lebih
banyak.
5. Perubahan pada ovarium
Setelah ovulasi, terjadilah kawah bekas folikel. Kawah ini segera
dipenuhi oleh darah yang dengan cepat membeku yang disebut corpus
hemorrhagicum. Pada hari ke 5 sampai ke-6 korpus luteum telah
terbentuk.
4
2.3.1
BAB III
KESIMPULAN
ovarium.
Metode Pemeriksaan kebuntingan pada ternak ada bermacam-macam dan
spesifik bagi ternaknya namun ada satu uji yang dapat digunakan oleh ternak
secara umum.
Hormon yang mempengaruhi pada saat kebuntingan adalah Gonadrotrophin
Realeasing Hormone (GnRH), Progresteron, dan Estrogen.
10
DAFTAR PUSTAKA
Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Surabaya: Airlangga
University Press.
Hunter, R.H.F, 1981, Fisiologi dan Teknologi Reproduksi Hewan Betina Domestik.
Bandung : ITB Bandung
Imron, A. 2008. Biologi Reproduksi. Malang : Universitas Brawijaya.
Luqman, M., 1999. Fisiologi Reproduksi. Surabaya: FKH Universitas Airlangga.
Purwo, H. 2009. Peran Fetus dan Induk dalam Inisiasi Kelahiran. Surabaya: Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.
Toelihere, M.R, 1981, Ilmu Kemajiran Pada Ternak Sapi. Bogor : Institut Pertanian
Bogor.
11