Disusun Oleh:
Kelompok IX
Muhammad Nur Kholis
Briyan Ahmad Suparja
Ersthanti Meifrila
Topan Pridani
Irene Vitalis
(PT/06262)
(PT/06285)
(PT/06326)
(PT/06343)
(PT/06355)
BAB I
PENDAHULUAN
Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang
harus diperhatikan dalam upaya memperhatikan dan meningkatkan
produktivitas ternak. Pakan memegang peranan dalam biaya produksi
paling tinggi yaitu sekitar 60 sampai 70% dan pakan tersebut di Indonesia
tidak dapat tersedia sepanjang tahun dengan jumlah yang sama, karena
selama musim penghujan produksi hijauan berlimpah sedangkan musim
kemarau produksi menurun. Cara untuk mengatasi ke tidak stabilan
produksi hijauan tersebut maka harus dilakukan beberapa perlakuan
untuk memperpanjang masa simpan sehingga ketika musim kemarau
ketika kekurangan pakan masih memiliki cadangan pakan. Salah satu
cara yaitu membuat silase. Kendala lain untuk penyediaan pakan untuk
kebutuhan ternak yaitu tidak tersedianya lahan yang mencukupi untuk
penanaman hijauan pakan sehingga pemberian pakan untuk ternak
biasanya menggunakan sisa atau limbah pertanian. Limbah pertanian
yang diberikan ke ternak biasanya tanaman yang tidak lagi produktif atau
telah tua sehingga untuk meningkatkan kecernaan pakan tersebut
dilakukan beberapa perlakuan seperti perlakuan amoniasi dan fermentasi.
Tujuan
Tujuan
dari
praktikum
yaitu
meningkatkan
kecernaan
dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hijauan Makan Ternak
Hijauan makanan ternak adalah rerumputan, legum herba, dan
legum pohon/semak yang dapat digunakan untuk memberi makan ternak
(Rahmat, 1999). Berdasarkan kecepatan fotosintesis hijauan rumput
dibagi menjadi dua jalur fotosintesis yaitu C4 (rumput tropik) dan C3
(rumput subtropik). Akibat dari efisiensi fotosintesis pada C4, maka
tanaman akan tumbuh dan akan menjadi cepat tua. Akibat dari tingkat
keefisienan tanaman C4 tersebut maka tanaman harus dipanen atau
dipotong sebelum berbunga karena setelah berbunga kandungan
nutriennya semakin berkurang (Utomo, 2003).
Hijauan segar. Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang
diberikan kepada ternak dalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih
dahulu (oleh manusia) maupun yang tidak (disenggut langsung oleh
ternak). Hijauan segar umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal
dari rumput-rumputan, tanaman biji-bijian atau jenis kacang-kacangan
(Ngadiyono, 2007).
Rumput-rumputan merupakan hijauan segar yang sangat disukai
ternak, mudah diperoleh karena memiliki kemampuan tumbuh tinggi,
terutama di daerah tropis meskipun sering dipotong atau disenggut
langsung oleh ternak sehingga menguntungkan para peternak atau
pengelola ternak. Jenis rumput-rumputan antara lain rumput gajah
(Pennisetum purpureum), rumput benggala (Panicum maximum), rumput
setaria (Setaria sphacelata), rumput brachiaria (Brachiaria decumbens),
rumput mexico (Euchlena mexicana), dan rumput lapangan yang tumbuh
secara liar. Jenis kacang-kacangan antara lain Leucaena leucocephala,
Stylosantes
guyanensis,
Centrocema
pubescens,
Pueraria
lain. Jenis daun-daunan antara lain daun nangka daun pisang, daun
turi,dan petai cina (Ngadiyono, 2007).
Hijauan Sisa Tanaman Pangan. Limbah pertanian yang dapat
dimanfaatkan bagi kelangsungan hidup ternak yaitu jerami padi, jerami
jagung,jerami kacang-kacangan, dan pucuk tebu. Jerami padi sangat
potensial sebagai sumber pakan ternak karena mudah didapat, terutama
pada musim panen. Namun, kandungan gizi, vitamin dan mineral serta
daya cerna jerami padi relatif rendah (Kartasudjana, 2001).
Jerami padi masih termasuk hijauan, tapi kualitasnya rendah.
Kandungan gizi jerami padi diantaranya protein hanya 3% sampai 5%,
padahal hijauan rumput, misalnya rumput gajah mencapai 12% sampai
14%. Demikian pula kadar vitamin dan mineralnya rendah pula, sehingga
jerami padi dikategorikan pakan yang miskin. Disamping itu seratnya
sangat liat, atau dengan kata lain kecernaannya rendah 25% sampai 45%,
tergantung varietasnya (Kartasudjana, 2001).
Amoniasi
Pengertian Amoniasi. Pengolahan amoniasi adalah suatu proses
pemotongan ikatan rantai dan membebaskan sellulosa dan hemisellulosa
agar dapat dimanfaatkan oleh tubuh ternak. Amonia (NH 3) yang berasal
dari urea akan bereaksi dengan jerami padi, sehingga ikatan bisa terlepas
dan berganti ikatan dengan dengan NH 3, dan pada saat yang sama
sellulosa serta hemisellulosa akan terlepas pada ikatan (Masum, 2011).
Jerami padi yang akan diberikan ke ternak sebaiknya melalui
proses pengolahan terlebih dahulu. Salah satunya adalah dengan
amoniasi menggunakan urea yang merupakan perlakuan alkali. Perlakuan
alkali dapat merenggangkan ikatan lignoselulosa dan lignohemiselulosa,
sehingga ikatan lebih longgar, dengan demikian akan memudahkan
mikroorganisme memfermentasi selulosa dan hemiselulosa jerami padi
(Zulkarnaini, 2009)
padi
yang
diamoniasi
dalam
ransum
ruminansia
dapat
daun ubi kayu mampu mendukung laju pertumbuhan ternak yang tinggi
(Zain, 2008).
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
amoniasi.
Faktor-faktor
yang
cukup
besar
jumlahnya
dan
belum
sepenuhnya
Fermentasi.
Proses
fermentasi
dilakukan
dengan
Bahan yang digunakan sebagai starter antara lain starbio, bioplas atau
coenzym (Masum, 2011).
Fermentasi mencakup semua proses baik aerobik maupun
anaerobik untuk menghasilkan berbagai produk yang melibatkan aktivitas
mikrobia. Penguraian berbagai senyawa organik sebagai hasil aktivitas
mikrobia tidak harus berlangsung dalam suasana aerob, tetapi juga dalam
suasana anaerob tergantung jenis mikrobianya (Darwis, 1990). Prinsip
dasar dari proses fermentasi adalah proses enzimatik. Enzim yang
diproduksi oleh mikrobia dapat menghidrolisis komponen dinding sel
tanaman dalam bentuk selulosa dan hemiselulosa menjadi molekul yang
lebih kecil yaitu disakarida dan monosakarida yang selanjutnya digunakan
sebagai sumber energi untuk pertumbuhan maupun kebutuhan hidup
pokok mikrobia tersebut. Salah satu tujuan perlakuan fermentasi adalah
untuk memecah ikatan kompleks lignin selulosa dan meningkatkan
kandungan selulosa untuk dipecah oleh enzim selulase yang dihasilkan
oleh mikrobia (Basuki dan Wiryasasmita, 1992).
Fermentasi mencakup semua proses baik aerobik maupun
anaerobik untuk menghasilkan berbagai produk yang melibatkan aktivitas
mikrobia. Penguraian berbagai senyawa organik sebagai hasil aktivitas
mikrobia tidak harus berlangsung dalam suasana aerob, tetapi juga dalam
suasana anaerob tergantung jenis mikrobianya (Darwis dan sukura,
1990).
Tujuan Fermentasi. Beberapa keuntungan penggunaan jerami
fermentasi sebagai pakan di antaranya adalah meningkatkan produksi
ternak karena kualitas nutrisi meningkat, mengurangi biaya pakan,
penggunaan pakan dan tenaga kerja lebih efektif, lingkungan kandang
lebih sehat dan nyaman dikarenakan ternak yang dihasilkan lebih sedikit
kering dan tidak berbau (Masum, 2011).
Pemanfaatan jerami yang telah difermentasi untuk menjadi pakan
ternak lebih menguntungkan, terutama bagi petani yang juga memiliki
ternak, karena mudah didapat dan kandungan nutrisinya sama dengan
di
samping
mahal,
juga
hasilnya
kurang
memuaskan.
terurai
sehingga
lebih
mudah
dicerna,
jerami
fermentasi
fermented
completed
feed.
Complete
feed
Proses
fermentasi
merupakan
proses
anaerob
sehingga
yang
mempengaruhi
fermented
completed
feed.
Fermented
Completed
Feed.
Pembuatan
completed
feed
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jerami Amoniasi
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, diperoleh hasil kualitas
jerami amoniasi yang dihasilkan tercantum pada tabel 1 sebagai berikut:
Hari
Penga
matan
Awal
14
21
Kasar
Kasar
Kasar
Kasar
Kasar
Kasar
Kasar
Kasar
Kasar
Kasar
Ada
Ada
Kasar
Kasar
Kasar
Rapuh
Kasar
Empuk
Kasar
Empuk
Empuk
Empuk
minggu pertama keadaan jerami yang dibuat yaitu memiliki pH 7,6, warna
cokelat, bau menyengat, dan bertekstur kasar. Minggu kedua pH jerami
amoniasi menjadi 7,8, warna cokelat, bau menyengat dan bertekstur
kasar. Minggu ketiga pH 7,6, warna cokelat, bau amonia, dan tekstur
kasar. Minggu keempat pH 8,6, warna cokelat, bau menyengat, dan
hasil
amoniasi
lebih
lembut
dibandingkan
jerami
asalnya.
Jerami Fermentasi
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, diperoleh hasil kualitas
jerami fermentasi yang dihasilkan tercantum pada tabel 2 sebagai berikut:
Hari
Pengam
atan
Awal
14
21
1
7
Cokelat
Jerami
Kasar
2
8
Cokelat
Anyir
Kasar
3
6,8 Cokelat
Jerami
Kasar
4
8
Cokelat
Tidak ada
Kasar
Rata- 7,4 Cokelat
jerami
Kasar
rata
1
7,5 Cokelat
Menyengat Kasar
2
7
Cokelat
Anyir
Kasar
3
7,5 Cokelat
Asam
Kasar
4
7
Cokelat
Anyir
Kasar
Rata- 7,2 Cokelat
Anyir
Kasar
rata
1
7,8 Cokelat
Wangi
Kasar
2
7,8 Cokelat
Anyir
Kasar
3
6,5 Cokelat
Asam
Kasar
4
8
Cokelat
Asam
Kasar
Rata- 7,5 Cokelat
Asam
Kasar
rata
1
6
Cokelat
Menyengat Empuk
2
5,6 Cokelat
Wangi
Empuk
3
6
Cokelat
Menyengat Empuk
4
5
Cokelat
Menyengat Kasar
Rata- 5,6 Cokelat
Menyengat Empuk
rata
Berdasarkan pembuatan jerami fermentasi yang dilakukan pada
minggu pertama keadaan jerami yang dibuat yaitu memiliki pH 7,4, warna
cokelat, bau jerami, dan bertekstur kasar. Minggu kedua pH jerami
amoniasi menjadi 7,2, warna cokelat, bau anyir dan bertekstur kasar.
Minggu ketiga pH 7,5, warna cokelat, bau asam, dan tekstur kasar.
Minggu keempat pH 5,6, warna cokelat, bau menyengat, dan tekstur
empuk. Berdasarkan pembuatan jerami fermentasi yang dilakukan pH
jerami amoniasi mengalami penurunan dari yang minggu pertama 7,2
menjadi 5,6. Perubahan lain yang terjadi yaitu tekstur, pada minggu
pertama bertekstur kasar menjadi bertekstur halus.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan tidak terdapat kontaminan
pada hasil pembuatan pembuatan jerami fermentasi. Sumanti (2011),
bahwa faktor yang mempengaruhi hasil akhir proses fermentasi yaitu
suhu, konsentrasi garam pada bahan, dan oksigen. Suhu berpengaruh
pada pada pertumbuhan bakteri terutama bakteri penghasil asam laktat,
suhu yang cocok untuk pertumbuhan tersebut sekitar 30C. Faktor
oksigen dalam proses fermentasi juga sangat penting karena selama
masih terdapat oksigen maka proses fermentasi akan terhambat.
Berdasarkan
praktikum
yang
dilakukan
bahwa
hasil
akhir
pembuatan jerami padi yaitu pH 5,6, warna cokelat, bau menyengat, dan
tekstur empuk. Yusiati et all, (2008), pH maksimal untuk mikrobia asidofil
yaitu 3,5 sampai 5. Iksan (2004), bahwa bau yang ditimbulkan dari hasil
proses fermentasi yaitu berbau asam segar. Berdasarkan hasil bahwa bau
dan pH akhir dari pembuatan jerami fermentasi masih berada di kisaran
normal.
Prinsip dari pengawetan adalah membuat lingkungan pada , bahan
pakan yang tidak sesuai dengan pertumbuhan bakteri patogen, agar
tercapai suasana yang tidak dapat tumbuh bakteri patogen adalah dengan
menurunkan pH melalui proses fermentasi. Sel-sel tanaman selama awal
proses fermentasi masih melakukan respirasi karena masih terdapat O 2
dan respirasi akan terhenti hingga O 2 di dalam silo habis. Habisnya O 2 di
dalam silo maka akan terjadi suasana anaerob sehingga jamur tidak akan
tumbuh. Kondisi anaerob yang terbentuk mendukung pertumbuhan bakteri
pembentuk asam yang akan mendegradasi karbohidrat mudah terlarut
menjadi asal laktat hingga pH sekitar 3,5. Bahan yang ditambahkan pada
proses silase agar tercapainya fermentasi dengan pH asam yaitu bakteri
starter. Fungsi dari bakteri starter adalah untuk mendegradasi karbohidrat
mudah terlarut menjadi asal laktat sehingga pH asam. Proses pembuatan
silase sering ditambah bekatul dan urea. Fungsi dari bekatul adalah
yaitu memiliki pH 7,1, warna cokelat kehijauan, bau wangi, dan bertekstur
kasar. Minggu kedua pH jerami amoniasi menjadi 6,3, warna cokelat, bau
anyir dan bertekstur kasar. Minggu ketiga pH 5,4, warna cokelat, bau
asam, dan tekstur kasar. Minggu keempat pH 4,7, warna cokelat, bau
agak wangi, dan tekstur empuk. Berdasarkan pembuatan fermented
completed feed yang dilakukan pH jerami amoniasi mengalami penurunan
dari yang minggu pertama 7,1 menjadi 4,7. Perubahan lain yang terjadi
yaitu tekstur, pada minggu pertama bertekstur kasar menjadi bertekstur
halus.
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, diperoleh hasil pembuatan
fermented completed feed tidak terdapat kontaminan. Masum (2011),
bahwa pada proses pembuatan fermented completed feed dapat
dipengaruhi oleh jumlah mikrobia starter yang digunakan beserta
substratnya. Fungsi dari mikrobia adalah mendegradasi serat pakan
seperti hemisellusosa sehingga meningkatkan kecernaan pakan.
Berdasarkan
praktikum
yang
dilakukan
bahwa
hasil
akhir
menjadi asal laktat hingga pH sekitar 3,5. Bahan yang ditambahkan pada
proses silase agar tercapainya fermentasi dengan pH asam yaitu bakteri
starter. Fungsi dari bakteri starter adalah untuk mendegradasi karbohidrat
mudah terlarut menjadi asal laktat sehingga pH asam (Diana, 2004).
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum terdapat tiga perlakuan pakan yaitu jerami
amoniasi, jerami fermentasi, dan fermented completed feed. Perlakuan
jerami amoniasi dilakukan untuk meningkatkan kecernaan dengan
bantuan NH3 untuk memecah ikatan hemiselulosa, serta meningkatkan
protein kasar jerami. Perlakuan jerami yang dilakukan selain amoniasi
adalah di fermentasi. Fungsi dari fermentasi pada jerami adalah
memperpanjang masa simpan jerami karena memiliki pH yang rendah
yang tidak cocok untuk pertumbuhan bakteri patogen. Perlakuan pakan
yang dilakukan selanjutnya adalah pembuatan fermented completed feed.
Tujuan pembuatan dari fermented completed feed adalah membuat pakan
ternak yang memiliki masa simpan yang lama serta dalam satu pakan
tersebut sudah memenuhi semua kebutuhan nutrien ternak.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A. Kamaludin. 2012. Performa domba yang diberi complete feed kulit
buah kakao terfermentasi. Buletin Peternakan Vol. 36 (3): 162-168,
Oktober 2012.
Amini, R. 1999. Pengaruh Jerami Padi Yang Difermentasi Dengan
Pleurotus ostreatus Untuk Meningkatkan kecernaan Jerami (In
vitro). Peternakan dan Lingkungan. Edisi Februari. Vol. 5.
Basuki, T., dan R Wiryasasmita. 1992. Improvement of The Nutritive Value
Straw by Biological Treat. In : M. Soejono., A. Musofie., R. Utomo.,
N. K. Wardani dan J. B. Schiere. Limbah Pertanian Sebagai Pakan
dan Manfaat Lainnya. Proceeding Bioconversion Project. Second
workshop Crop residues For Feed and other purpose. Grati 16-17
November. Hal : 86-10
Darwis, A.A dan E. Sukara. 1990. Teknologi mikrobial. PAU Biotek. IPB.
Bogor.
Diana, N. 2004. Perlakuan silase dan amoniasi daun kelapa sawit sebagai
bahan baku pakan domba. USU digital library.
Evitayani. 2010. Pembinaan peternak sapi potong pada ransum
penggemukan melalui teknologi amoniasi jerami padi. Fak.
Peternakan Universitas Andalas.
Hermiyati. 2004. Pengaruh imbangan jerami padi fermentasi dengan
konsentrat terhadap kecernaan bahan organik dan bahan kering
dalam ransum domba lokal. fakultas pertanian universitas sebelas
maret.
Iksan, M. 2004. Artikel: Teknik Fermentasi Hijauan Makanan Ternak.
Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran.
Iksan, M. 2004. Artikel: Teknik Fermentasi Hijauan Makanan Ternak.
Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran.
Kartasudjana,
R.
2001.
Mengawetkan
Hijauan
Makanan
Ternak.
Enzimologi
dan
Industri
Fermentasi.
Fakultas