BAB I
Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan serta kesadaran
masyarakat akan pentingnya pemenuhan protein yang diiringi dengan laju
pertambahan penduduk yang terus meningkat, menyebabkan kebutuhan akan
daging sebagai salah satu sumber protein semakin hari semakin meningkat pula.
Ternak domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang memiliki
prospek yang cukup besar untuk dikembangkan, sehingga mampu memberikan
sumbangan terhadap pemenuhan kebutuhan daging.
Jawa barat merupakan provinsi dengan jumlah populasi ternak domba
terbesar di Indonesia yaitu sebanyak 2.684.782 ekor atau 70,99% dari total
populasi domba di Indonesia (BPS, 2013). Salah satu domba khas Indonesia yang
berada di Jawa Barat adalah domba Garut. Domba Garut adalah domba yang
memiliki kombinasi daun telinga rumpung atau ngadaun hiris dengan ekor
ngabuntut beurit atau ngabuntut bagong (Heriyadi, 2011).
Keunggulan domba Garut guna memenuhi kebutuhan protein hewani yaitu
domba garut memiliki sifat prolific dimana seekor domba betina dapat melahirkan
anak sekali lahir lebih dari 1, selain dari itu seekor domba garut dapat bunting 3
kali dalam 2 tahun. Untuk bisa tercapainya sifat-sifat tersebut maka perlu
ditunjang oleh 3 aspek penting yaitu breeding, feeding dan manajemen.
Program breeding adalah ujung tombak dalam kegiatan pembibitan domba
Garut. Oleh Karena itu program breeding pada domba garut harus sangat di
perhatikan sehingga potensi genetik yang dimiliki oleh domba Garut bisa
teroptimalkan secara maksimal.
1.2.Tujuan
a. Mengetahui seleksi domba yang akan dikawinkan di UPTD BPPTDK
Margawati.
b. Mengetahui teknik perkawinan yang dilakukan di UPTD BPPTDK
Margawati.
c. Mengetahui tingkat fertilitas dari 10 pejantan di UPTD BPPTDK
Margawati.
1.3.Metode Pengamatan
a. Mengikuti secara langsung kegiatan di peternakan sesuai dengan
jadwal dan program UPTD BPPTDK Margawati..
b. Wawancara (interview) dengan staf dan karyawan UPTD BPPTDK
Margawati.
c. Observasi secara langsung di lapangan.
d. Diskusi dengan kepala badan pengujian dan karyawan UPTD
BPPTDK Margawati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Domba Garut
Domba Garut termasuk salah satu hewan yang merupakan plasma nutfah
asal Indonesia. Domba Garut dapat menjadi salah satu penyumbang ketersediaan
daging secara nasional sekaligus menjadi identitas ciri khas lokal asal Indonesia
(Priatna 2011). Bobot badan domba Garut secara umum dapat mencapai 40
sampai 80 kg. Domba Garut selain memiliki keistimewaan yang khas juga
merupakan penghasil daging yang sangat baik dalam upaya meningkatkan
produksi ternak domba. Ciri khas domba Garut yaitu pangkal ekornya kelihatan
agak lebar dengan ujung meruncing dan pendek, dahi sedikit lebar, kepala pendek
dengan bentuk sedikit cembung, mata kecil, tanduk besar melingkar ke belakang
dan bervariasi. Keistimewaan lainnya adalah badan padat, agresivitasnya tinggi
sehingga memiliki temperamen yang indah dan unik. Domba betina tidak
bertanduk, daun telinga bervariasi dari yang pendek (rudimenter) sampai yang
panjang dan memiliki warna rambut yang beraneka ragam. Domba Garut banyak
dijumpai memiliki daun telinga pendek, sedangkan yang memiliki daun telinga
panjang dikenal dengan domba bongkor (Rizal dan Herdis 2008).
2.2.Seleksi
Domba yang akan digunakan sebagai bibit haruslah domba yang sehat dan
tidak terserang oleh penyakit, berasal dari bangsa domba yang memiliki kinerja
reproduksi yang baik diantaranya persentase kelahiran dan kesuburan tinggi, serta
kecepatan tumbuh dan persentase karkas yang baik. Bebas dari cacat fisik yaitu :
rahang atas dan bawah tidak simetris, punggung cekung atau cembung, cacat alat
Mata bersinar/bening
: 77 cm
: 66 cm (SNI, 7532:2009)
: 57 cm
b. Seleksi Pejantan
1. Pilih jantan yang berbadan besar dan panjang seimbang, serta bagianbagian anggota badannya simetris
2. Pilih Pejantan yang sehat dengan cirri-ciri sebagai berikut:
Mata bersinar/bening
3. Persyaratan kuantitatif
: 89 cm
: 74 cm (SNI, 7532:2009)
: 64 cm
2.3.Kawin Alam
Perkawinan alamiah merupakan perkawinan yang terjadi secara alami
tanpa bantuan atau rekayasa manusia. Hal yang harus diketahui dalam
pengelolaan reproduksi adalah pengaturan perkawinan yang terencana dan tepat
waktu.
a. Dewasa Kelamin, yaitu saat ternak domba memasuki masa birahi yang
pertama kali dan siap melaksanakan proses reproduksi. Fase ini dicapai
pada saat domba berumur 6-8 bulan, baik pada yang jantan maupun yang
betina.
b. Tanda-tanda birahi adalah:
Gelisah, mengembik-ngembik
Mendekati pejantan
Menaiki pejantan
2.4. Fertilisasi
Proses keseluruhan reproduksi seksual berpusat pada kegiatan fertilisasi.
Fertilisasi merupakan suatu proses esensial yang terdiri atas : Fusi dua sel gamet
(jantan dan betina) dan pembentukan sel tunggal yang disebut zigot. Fertilisasi
adalah suatu proses ganda yang melibatkan dua aspek, yaitu:
a. Aspek Embriologik
b. Aspek Genetik
Terjadi introduksi materi herediter dari sel jantan (sperma) terhadap sel
telur. Melalui cara tersebut memungkinkan terjadinya penurunan
sifat/karakter yang menguntungkan kepada generasi berikutnya.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.Hasil
3.1.1.
Seleksi
a. Data Jantan
Ukuran Tubuh
Nama Pejantan
Berat
Gigi
Baru
(Kg)
(Pasang)
1. Braja Musti
75.2
2.
Indra
3.
No
TP
PB
LBD
LD
(Cm)
(Cm)
(Cm)
(Cm)
75
65
98
31
68.8
77
66
102
31
Barata
69.2
76
64
91
29
4.
Guntur
63
73
67
91
33
5.
Jadol
67,9
81,9
64,45
103,35
51,1
No
1.
2.
3.
No. Reg.
Gigi
BB
Induk
(Psg)
(Kg)
Ukuran Tubuh
TP
PB
LD
LBD
(Cm)
(Cm)
(Cm)
(Cm)
15 037
34.0
70
57
15
78
15 149
35
67
57
16
73
11 3712
32,8
69,8
57
14
77
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
15 131
34,2
70
59
14
78
12 1019
35 1/9
68
60
14
76
11 3310
34,3
66
56
14
76
11 4173
30,4
69
60
14
73
15 137
34,3
69
59
15
75
11 3510
32,1
67.8
57
14
74
12 1075
8 3/4
31,9
67
55
14
76
12 4644
8 1/2
29,6
68
59
15
73
11 0648
31.5
70
58
15
78
12 0905
32
66
56
14
75
11 1371
29,3
70
60
15
73
11 1148
27,5
64
55
13
70
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
11 4948
30,7
64
55
15
73
11 1172
32,6
65
57
14
75
11 3840
33,1
67
56
15
77
12 0309
31,8
65
55
14
75
10 4987
8 1/4
33,4
72
60
15
76
15 056
34,5
68.8
63
16
80
15 122
34,1
69
60
16
78
12 1077
31,4
70
57
14
75
15 117
34,0
67
57
14
74
15 114
33,7
69
54
14
80
15 140
34,2
68
61
16
80
12 0149
8 1/2
30,5
65
56
14
75
15 086
35,3
67
59
15
80
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
15 130
33,1
67
58
14.4
75
15 125
32,6
67
57
14
73
12 0538
33.3
66
56
14
75
11 1293
8 3/4
30
68
59
14
73
11 3850
8 1/4
35,5
72
54
15
80
12 1082
8 1/4
34,6
67
60
14
77
11 0643
326
67
59
15
78
11 0647
33,7
66
53
14
73
11 4486
32,6
66
59
16
73
11 2537
28,3
70
55
13
74
12 1045
30,1
66
55
13
74
11 1380
8 1/2
29,5
68
59
13
74
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
12 1012
34,7
65.4
56
15,8
77
11 0604
31,5
65
55
15
74
11 4177
31,5
64
55
14
76
12 0292
32,4
67
56
15
75
11 3771
29,4
71
56
14
74
12 0995
30,2
65
55
15
73
12 1450
31,4
65
56
15
74
11 1372
29,8
68
57
14
76
12 1067
30,8
70.1
57
14
73
11 0959
31,1
67
55
14
74
3.1.2.
Fertilitas
Nama Pejantan
Brajamusti
No.
1.
15 037
2.
15 149
3.
11 3712
4.
15 131
5.
12 1019
6.
11 3310
7.
11 4173
8.
15 137
9.
11 3510
10.
12 1075
Fertilitas
90 %
Nama Pejantan
Barata
No.
Fertilitas
1.
12 4644
60 %
2.
11 0648
3.
12 0905
4.
11 1371
5.
11 1148
6.
11 4948
7.
11 1172
8.
11 3840
9.
12 0309
10.
10 4987
Nama Pejantan
No.
1.
15 056
2.
15 122
3.
12 1077
4.
15 117
5.
15 114
6.
15 140
7.
12 0149
8.
15 086
9.
15 130
10.
15 125
Jadol
Fertilitas
90 %
Nama Pejantan
No.
1.
12 0538
2.
11 1293
3.
11 3850
4.
12 1082
5.
11 0643
Indra
6.
11 0647
7.
11 4486
8.
11 2537
9.
12 1045
10.
11 1380
Fertilitas
70 %
Nama Pejantan
Guntur
No.
Fertilitas
1.
12 1012
70 %
2.
11 0604
3.
11 4177
4.
12 0292
5.
11 3771
6.
12 0995
7.
12 1450
8.
11 1372
9.
12 1067
10.
11 0959
Rata-rata dari bobot badan indukan yang dikawini sampel pada periode kawin
yang sama adalah 32.24 kg, nilai ini jauh dibawah standar nilai bobot badan SNI
7532:2009 yaitu 37 kg. Walaupun indukan tidak sesuai standar nilai bobot badan
SNI 7532:2009 tetapi indukan tetap dikawinkan karena indukan telah mencapai
masa flushing. Untuk nilai tinggi pundak dan panjang badan rata-rata indukan
yang dikawini oleh sampel pejantan melebihi standar nilai tinggi pundak dan
panjang badan SNI 7532:2009. Sementara untuk nilai lingkar dada rata-rata
indukan yang dikawini oleh sampel pejantan dibawah standar lingkar dada SNI
7532:2009 yaitu dibawah 77 cm.
3.2.2. Kawin Alam
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
2. Lampiran