Draft 3
ACARA V
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8D
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
recording ternak.
TUJUAN PRAKTIKUM
dapat membaca kode yang tertera pada straw semen beku, dapat
MANFAAT PRAKTIKUM
membaca kode yang tertera pada straw semen beku, dapat membaca dan
Alat yang digunakan dalam deteksi birahi ini antara lain yaitu plastik glove
yang berfungsi melindungi tangan dan alat tulis yang berfungsi untuk
meliputi Alat dan bahan. Alat yang digunakan dalam pengenceran semen
yaitu Pipet volume yang berfungsi mengambil stock solution, dan beker
glass yang berfungsi sebagai wadah semen encer. Bahan yang digunakan
dalam pengenceran semen yaitu stock solution dan semen yangg telah
kontainer yang didalamnya ada straw dan nitrogen, pinset yang berfungsi
tissue, cutter straw yang berfungsi memotong straw, IB gun, plastik stid,
plastik glove yang berfungsi melindungi tangan, Spekulum, dan kartu
bahan. Alat yang digunakan yaitu tabung ukur yang berfungsi untuk
vulva, Mengecek lendir, erekesi pada uterus dengan cara meraba bagian
rektum dan mencari bagian serviks dan mengamati tingkat ereksi pada
dengan persiapan alat dan bahan. Langkah langkah persiapan alat dan
semen encer kedalam Pipet Volume. Kemudian sterilkan dan beri pelicin
pada spekulum. Setelah itu bersihkan vulva vagina dan masukan
spekulum. Setelah terlihat serviks masukan pipe volume yang berisi semen
handling pada sapi, setelah itu persiapkan peralatan dari plastik sid,
rektal, lalu masukkan IB gun pada vulva sapi. Setelah selesai cabut IB gun
3.2 Pengenceran
diproses lebih lanjut menjadi semen cair dan semen beku. Setelah
sama dengan suhu semen pada waktu dicampur, yaitu pada suhu 30°C
atau pada suhu 22°-27°C atau pada 3°C (dalam lemari es atau kamar
menembus cincin serviks pada ternak kambing dan domba maka lebih
150 juta atau 200 juta dengan volume 0,05-0,2 atau 0,2- 0,5. Jarak waktu
antara penampungan semen sampai pengenceran tidak lebih dari 15
menit seperti yang dianjurkan oleh Balai Inseminasi Buatan (BIB) dan
40% dan daya hidup dibawah 45%, Data yang diperoleh dianalisis dengan
volume semen yang diencerkan harus sesuai dengan jumlah dari kadar
pengenceran yaitu dengan cara menghitung konsentrasi dan motil
berisi semen melalui dinding tabung dengan cara memutar tabung reaksi.
Ketika tingkat berahi pada ternak sudah diketahui maka peternak mampu
banyak cara untuk mengetahui tingkat berahi salah satunya dengan cara
ternak lain ataupun menaiki panggung. Selain dari tingkah laku deteksi
birahi juga dapat diketahui dengan cara mengamati bagian vulva pada
ternak. Kondisi vulva dapat dinilai dari warna vulva, bengkak atau
nilai dalam mengamati warna vulva dan lendir yang dikelurakan oleh vulva
yaitu plus 1, plus 2, dan plus 3. Pada plus 1 vulva berwara putih agak
pink, plus 2 vulva bewarna merah muda dan plus 3 vulva berwarna
merah. Deteksi berahi juga dapat dilihat dari lendir yang berada pada
vulva. Apabila lendir masih berada di sekitar vulva maka skornya plus 1,
lendir yang keluar dari vulva dan menetes sampai paha skornya plus 2,
masuk, langkah selanjutnya yaitu mencari dan meraba letak servik sapi
tegang, ereksi 2 ketika kondisi servik agak tegang, ereksi 3 ketika kondisi
Tingkah laku kambing selanjutnya yaitu licking atau mencium dan menjilat
jantan dan kloaka betina. Satu pejantan ayam mampu mengawini 12 ekor
betina
dewasa tubuh sudah akan bunting sehingga anak yang dilahirkan pun
betina adalah agar ternak dapat menghasilkan telur fertil yang selanjutnya
dan waktu pelaksanaan inseminasi buatan tidak tepat maka tidak akan
terjadi kebutingan.
inseminasi ini tentunya memerlukan alat dan bahan. Alat dan bahan yang
tabung plastik kecil untuk mengemas semen beku sedangkan nitrogen cair
Praktikum ini juga membutuhkan wadah dan media towing, tisu yang
digunakan untuk membersihkan straw dan membersihakan vulva yang
kedalam saluran reproduksi betina tidak melukai ternak, plastik glove yang
berfungsi untuk melindungi tangan pada saat palpasi lewat rectal, serta
tabung penutup dari kontainer lalu straw yang berisi semen beku diambil
hangat dengan suhu 37oC. Setelah itu straw dilap menggunakan tisu
straw atau segel pabrik dari straw harus dipotong menggunakan cutter
yang akan diinseminasi menggunakan tali yang diikatkan pada leher sapi.
kiri yang memakai platik glove dimasukan kedalam rektum. Awalnya glove
diberi pelicin dari air ataupun sabun sebagai pelicin. Ketika memasukkan
tangan kedalam rectum, ujung kelima jari harus di tutup rapat seperti
supaya ujung insemination gun tidak terhalang oleh verticulum sub uretra.
anak unggas seperti ayam (DOC) dalam jumlah banyak, umur seragam,
dan waktu yang singkat. Tahapan inseminasi buatan pada unggas dimulai
dari pemilihan induk dan pejantan yang baik dan ideal. Sebelum dilakukan
stress dan perlu disuntik vitamin anti stress setelah melakukan inseminasi
dilakukan inseminasi buatan pada ayam betina. Ada dua teknik yang
reproduksi pada bagian kiri dan saluran pencernaan pada bagian kanan.
telur.
pertama yaitu kualitas semen, semen yang baik harus memenuhi standar
minimal 40% serta mengandung minimal 25 juta sel. Kualitas dari semen
jantan dapat diketahui melalui uji kualitas semen baik secara makroskopis
fertilitasnya. Hal ini dapat dilihat melalui genetik ternak, kondisi tubuh
penyakit tertentu yang harus diperhatikan karena ternak harus sehat dan
dengan menggunakan urine ternak betina sebagai bahan uji. Zat yang
menggunakan DEEA Gestdect yaitu urine sapi betina yang diduga bunting
dengan 5 tetes larutan penegas yang akan mengikat ion fenol hingga
terbentuk endapan apabila ternak betina bunting, sedangkan jika ternak
dapat menghemat waktu, tenaga dan uang. Tingkat keakuratan dari DEEA
betina sebagai bahan uji. Serta biaya yang murah dan pegujian yang
dari metode deteksi kebuntingan dari DEEA Gestdect yaitu tidak langsung
endapan pada urine untuk dapat mengetahui ternak betina yang diuji
larutan penegas.
dilakukan dengan memencet papila ambing dengan ibu jari dan telunjuk
presetasenya sekitar 60-70% dan hanya dapat dilakukan pada saat ternak
menjelang partus trimester akhir . Hal ini membuat metode palpasi puting
atau adanya membran fetus maupun fetus. Palpasi rektal didasarkan atas
kondisi uterus, ovarium dan pembuluh darah uterus. Palpasi rektal dimulai
tangan lebih dalam dan rasakan keberadaan embrio pada uterus. Tanda-
adalah pada bulan 3 kornua sebesar bola voli, letaknya sudah sedikit
tertarik ke rongga perut, arteri uterina media jelas teraba dan terasa
fetus teraba, pada bulan 5 fetus sudah masuk ke rongga abdomen dan
sulit teraba, servik teraba seperti selang pipih, karena uterus tertarik ke
yang sebesar sedotan, pada bulan 6 posisi fetus sudah kembali sejajar
dengan pelvis, osifikasi fetus sudah teraba jelas, teraba adanya fremitus
arteria uterina media, servik terletak di depan tepi cranial pubis dan
hampir tegak lurus ke bawah, pada bulan 9 Ujung kaki depan dan
moncong fetus sangat dekat dengan rongga pelvis, pada akhir masa
fetus semakin membesar dan fremitus arteria uterina media semakin jelas.
akurat untuk ternak besar, seperti sapi, kerbau dan kuda. Namun, metode
mengetahui posisi fetus dan kelainan posisi yang terjadi, tetapi metode
pelaksana.
3.4.4 USG
pantulan echo yang bolak balik dari jaringan maupun organ secara real
pergerakan fetus didalam rahim atau uterus hanya dapat terlihat secara
real time. Bahan yang digunakan dalam deteksi kebuntingan dengan USG
ini yaitu sabun,lakban bening ukuran besar dan plastic glove. Alat yang
Pada kondisi sapi yang tidak bunting organ uterus mengalami pengecilan,
yang didasarkan pada adanya cairan didalam rongga uterus bahwa cairan
baru dapat dinyatakan bunting jika pada kornua uteri telah ditemukan
sendiri merupakan asumsi apabila sapi yang sudah di IB dan tidak berahi
lagi, maka sapi tersebut dianggap bunting. Terdapat bebrapa faktor yang
deteksi berahi, pakan dan kualitas semen. Keakuratan dari metode NRR
yaitu 80-93% hal ini dapat disebabkan karena terdapat sekitar 5% sapi
deteksi kebuntingan.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
USG.
DAFTAR PUSTAKA
Adhianto, K., Siswanto, S., Sulastri, S., & Dewi, A. D. T. 2019. Status
Hafizuddin, H., Siregar, T. N., Akmal, M., Melia, J., & Armansyah, T.
Bunting. Wartazoa, 27(1), 23-34.
– 235.
Rizal, M., & Riyadhi, M. (2016). Fertilitas semen kerbau rawa (Bubalus
7(2) : 126-133.
Production, 12(2), 15-24.
Brawijaya Press.
Susilawati, T., Isnaini, N., Yekti, A. P. A., Nurjannah, I., & Errico, E.
393-397
Tarmizi, N.B., 2018. Keberhasilan Inseminasi Buatan (Ib) Pada Sapi Aceh
15(1) : 80-88
Yusuf, T.I., R.I. Arifiantini dan N. Rahmiwati. 2005. Daya tahan semen cair
Trop.Anim.Agric. 30(4).