No bp: 1910611099
1. Seleksi pejantan (sapi pedaging dgn uji perfornans menggunakan rumus Nilai Pemuliaan Pejantan
atau Net Breeding Value atau NBV, dan pada sapi perah dengan uji zuriat (Progeny Test)
menggunakan rumus MPPA).
Jawab:
2. Pemeliharaan pejantan (nutrisi yg cukup kualitas dan kuantitas, penampungan semen 2 kali
seminggu dimulai setelah sapi pejantan berumur 2 tahun, sapi pejantan diberikan gerak
badan/exercise spy libido kuat, lantai kandang dialas karpet karet spy tdk terpeleset)
Jawab :
2. Pemeliharaan Pejantan
Pemeliharaan pejantan dimaksudkan agar pejantan yang dipelihara mencapai kondisi prima untuk
menghasilkan semen beku. Selain itu dapat
memberikan nilai tambah baik dari segi jumlah straw maupun mutu semen beku yang dihasilkan.
1)Pemeriksaan fisik
•Kondisi tubuh : berat badan, lingkar dada, tinggi gumba, panjang badan,bulu, turgor kulit, kaki belakang
dan muka
3)Analisa semen
4)Prosesing semen
5)Sertifikasi
b.Pemberian pakan
Pemberian pakan meliputi pemberian hijauan pakan ternak berupa rumput segar sebanyak 10% dari
berat badan/ekor/hari dengan kadar protein 8-11%, yang diberikan pagi dan sore hari. Apabila diberikan
hay, perbandingan dengan rumput segar adalah 1 : 4-5, apabila diberikan silage perbandingannya adalah
1 : 1 . Pemberian silage sebanyak 5-10kg/ekor/hari. Selain rumput juga diberikan konsentrat dan mineral
yang diberikan sesuai dengan kebutuhan gizi pejantan dengan kandungan protein kasar berkisar 15-18%
dan lemak kasar 4-8%. Pemberian pakan konsentrat sebanyak 1% dari berat badan/ekor/hari dan
mineral diberikan sebanyak 100g pada pagi dan sore hari
c. Perawatan kesehatan ternrak
Pencegahan penyakit, meliputi : kebersihan ternak; pemotongan kuku; pencukuran rambut;
perawatan kulit; pemberian vitamin; vaksinasi SE dan anthrax 6 bulan sekali; pemeriksaan
kesehatan secara laboratorium dan penimbangan berat badan
Pengendalian penyakit, yaitu dengan melakukan pemeriksaan specimen kotoran, urine dan
cairan preputium ke BPPV
Pengobatan penyakit, dilakukan apabila pejantan menunjukkan gejala sakit
d.Identifikasi Pejantan
Tujuan identifikasi adalah memudahkan pencatatan, penanganan dan pengamatan pada pejantan.
Identifikasi dilakukan dengan : pemasangan ear tag; pemasangan bull ring/cincin hidung dan daftar
pejantan
Jawab:
3.Penampungan Semen
Ada beberapa macam metode penampungan semen, diantarnya :
b.Metode Elektroejakulator
Metode ini dilakukan dengan cara mengalirkan arus listrik ke dalam rectum sebagai rangsangan yang
teratur sampai terjadi ejakulasi. Pada umumnya cara ini dilakukan apabila pejantan tidak bisa naik atau
sakit pada kaki belakangnya. Hasil penampungan dengan cara ini pada umumnya encer dan kurang baik
kualitas semennya.
1)Persiapan penampungan
Hal yang harus diperhatikan adalah : suhu, kelicinan dan kelembaban vagina buatan saat melakukan
penampungan, rangsangan seksual saat penampungan (teasing) dan hewan pemancing (teaser)
2)lPelaksanaan Penampungan
•Untuk mempermudah penampungan semen, dipakai kandang khusus yang disebut breeding rack atau
service crate atau kandang jepit. Lantai kandang diberi serbuk gergaji supaya tidak licin
•Sebelum ditampung semennya, pejantan harus disiapkan dengan optimal baik kondisi maupun
kesehatannya
•Selain ditampung semennya, pejantan harus disiapkan dengan optimal baik kondisi maupun
kesehatannya
•Teaser yang digunakan secara bergantian harus disiapkan
•Sebelum proses penampungan, dilakukan teasing (perangsangan) terlebih dahulu sampai libido
pejantan tersebut optimal
•Pejantan yang sudah ditampung dikembalikan ke kandang untuk nantinya akan dibawa ke linebull
untuk exercise (olah raga)
4. Pengenceran semen (dimulai dari evaluasi semen scr makroskopis : volume, warna, pH, bau, dan
kosistensi, dan scr mikroskopis : konsentrasi per ml, motilitas, gerakan massa, persentase sel
spermatozoa yg hidup banding yg mati (berwarna merah dengan membuat preparat ulas).
Jawab :
a.Volume
Volume semen per ejakulasi berbeda-beda menurut bangsa, umur, ukuran badan, tingkatan makanan,
frekuensi penampungan dan lainnya. Pada umumnya hewan muda yang berukuran kecil dalam satu
spesies menghasilkan volume semen yang rendah. Ejakulat yang sering dan dalam waktu singkat
menyebabkan penurunan volume. Volume rendah tidak merugikan tetapi apabila disertai dengan
konsentrasi yang rendah akan membatasi jumlah spermatozoa yang tersedia.Volume semen sapi antara
5- 8ml, domba 0,8-1,2 ml, babi 150-200 ml dan kuda 60-100 ml.
b.Warna
Semen sapi yang normal berwarna seperti susu atau krem keputihputihan dan keruh.
c.Konsistensi
Konsistensi atau derajat kekentalan semen sapi dan domba adalah kental berwarna krem, sedangkan
kuda dan babi cukup encer berwarna terang sampai kelabu. Pada sapi semen dengan konsistensi kental
dan berwarna krem mempunyai konsentrasi 1000 juta sampai 2000 juta atau lebih sel spermatozoa per
ml.
1)Gerakan massa
•Sangat baik (+++), terlihat gelombang-gelombang besar, banyak, gelap, tebal dan aktif bagaikan
gumpalan awan hitam saat akan turun hujan yang bergerak cepat berpindah-pindah
•Baik (++), bila terlihat gelombang-gelombang kecil, tipis, jarang, kurang jelas dan bergerak lamban
•Lumayan (+), jika tidak terlihat gelombang melainkan hanya gerakan-gerakan individual aktif progresif
2)Gerakan individual
Pada umumnya dan yang terbaik adalah pergerakan progresif atau gerakan aktif maju ke depan.
Gerakan melingkar dan gerakan mundur sering merupakan tanda-tanda cold shock atau media yang
tidak isotonic dengan semen. Pada semen yang tua terlihat gerakan berayun-ayun atau berputar di
tempat. Apabila berhenti bergerak maka kebanyakan spermatozoa telah mati. Kebanyakan pejantan
yang fertile mempunyai 50-80% spermatozoa yang motil aktif progresif.
3)Konsentrasi spermatozoa
Konsentrasi digabung dengan volume dan persentase spermatozoa motil memberikan jumlah
spermatozoa motil per ejakulat, yaitu kuantitas yang menentukan berapa betina yang dapat
diinseminasikan dengan ejakulat.
4)Pewarnaan diferensial
Perbedaan afinitas zat warna antara sel-sel spermatozoa yang mati dan yang hidup untuk menghitung
jumlah spermatozoa yang hidup secara objektif. Zat warna yang digunakan adalah eosin atau eosin-
negrosin.
5. Pembekuan semen (satu tahap atau 2 tahap, menggunakan zat2 anti shock spermatozoa spt kuning
telur, dll).
Jawab :
f. Mengandung zat yang mencegah terbentuknya krital-kristal es (untuk dijadikan semen beku)
2. Proses Pengenceran
Cara :
- Mencampur semen yang telah diperiksa dengan bahan pengencer part A ( di dalam water jacket
bersuhu 370C), didiamkan selama 35 menit di dalam cool top
- 15 menit kemudian dicampur dengan ¼ part B dan hasil tersebut dilakukan sebanyak 4 kali
- Kurang dari 2,5 jam berikutnya, dilakukan proses filling dan sealing
3. Printing straw
Adalah mencetak keterangan pada straw kosong, meliputi : jenis pejantan, nama pejantan, nomor
pejantan, batc number dan BIB
Tujuan : untuk mempertahankan daya fertilisasi optimal dengan menghambat semua aktivitas minima
yang penting dalam sel. Semen yang telah beku disimpan di N2 cair pada container (storage container).
6. Thawing atau pelumeran semen beku (pada suhu 30 - 36 derajat C, selama 12-30 detik).
Jawab :
kualitas spermatozoa yang paling optimal diperoleh pada suhu 37oC dengan lama thawing 30 detik,
karena pada suhu dan lama thawing tersebut memiliki rata-rata kualitas yang paling tinggi diantara
perlakuan yang lain dan telah memenuhi syarat IB, yakni >40% motilitas spermatozoa, >50% viabilitas
spermatozoa, <20% abnormalitas spermatozoa dan memiliki nilai integritas membran >50%.
a. air bersuhu 34 derajat celsius selama 15 detik ( semen beku bentuk straw )
b. Air bersuhu 40 derajat celsius selama 35-45 detik (bentuk ampul),keluarkan dari air,keringkan dan
hangatkan didalam genggaman tangan selama 35-40 detik(suhu ampul mencapai 5 derajat celsius).
e. Disimpan dalam kantong baju selama menyiapkan induk birahi,setelah sapi betina tersebut
siap,ampul diambil dan digosok-gosokan antara kedua telapak tangan selama 30 detik baru kemudian
untuk IB
7. Teknik IB (5 menit hrs sdh selesai, intra serviks, pada posisi IV atau intra uterine).
Jawab :
Teknik-teknik inseminasi buatan yang tersedia meliputi inseminasi intraservikal (ICI) dan inseminasi
intrauterin (IUI). Produktiftas ternak tergantung langsung maupun tidak langsung pada kemampuan
reproduksinya
Inseminasi buatan pada sapi umumnya menggunakan teknik rektovaginal dimana semen didepositkan di
dua bagian yaitu uterus dan cervix. Teknik ini menggunakan alat inseminasi gun yang dimasukkan ke
dalam alat reproduksi betina. Pada teknik rektovaginal, tangan yang diselubungi dengan sarung tangan
dimasukkan ke dalam rectum untuk melokalisir cervix dan kemudian masukkan gun ke cervix hingga
uterus.
8. Evaluasi hasil IB (pemeriksaan kebuntingan, ada 8 metode deteksi kebuntingan pada sapi yg sdh di-
IB, dll)
Jawab:
Selama kebuntingan, konseptus menekan regresi corpus luteum (CL) dan mencegah hewan kembali
estrus. Oleh sebab itu, apabila hewan tidak kembali estrus setelah perkawinan maka diasumsikan
bunting.Pada sapi dan kerbau, ketidakhadiran estrus setelah perkawinan digunakan secara luas oleh
peternak dan sentra-sentra IB sebagai indikator terjadinya kebuntingan, tetapi ketepatan metoda ini
tergantung dari ketepatan deteksi estrusnya. Pada kerbau, penggunaan metoda NR ini tidak dapat
dipercaya karena sulitnya mendeteksi estrus.
2. Eksplorasi rektal
Eksplorasi rektal adalah metoda diagnosa kebuntingan yang dapat dilakukan pada ternak besar seperti
kuda, kerbau dan sapi. Prosedurnya adalah palpasi uterus melalui dinding rektum untuk meraba
pembesaran yang terjadi selama kebuntingan, fetus atau membran fetus. Teknik yang dapat digunakan
pada tahap awal kebuntingan ini adalah akurat, dan hasilnya dapat langsung diketahui. Sempitnya
rongga pelvic pada kambing, domba dan babi maka eksplorasi rektal untuk mengetahui isi uterus tidak
dapat dilakukan (Arthur, et al., 1996).Palpasi transrectal pada uterus telah sejak lama dilakukan. Teknik
yang dikenal cukup akurat dan cepat ini juga relative murah. Namun demikian dibutuhkan pengalaman
dan training bagi petugas yang melakukannya, sehingga dapat tepat dalam mendiagnosa. Teknik ini baru
dapat dilakukan pada usia kebuntingan di atas 30 hari (Broaddus dan de Vries, 2005).
3. Ultrasonografi
Ultrasonography merupakan alat yang cukup modern, dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
kebuntingan pada ternak secara dini. Alat ini menggunakan probeuntuk mendeteksi adanya perubahan
di dalam rongga abdomen. Alat ini dapat mendeteksi adanya perubahan bentuk dan ukuran dari cornua
uteri. Harga alat ini masih sangat mahal, diperlukan operator yang terlatih untuk dapat
menginterpretasikan gambar yang muncul pada monitor. Ada resiko kehilangan embrio pada saat
pemeriksaan akibat traumatik pada saat memasukkan pobe. Pemeriksaan kebuntingan menggunakan
alat ultrasonografi ini dapat dilakukan pada usia kebuntingan antara 20 – 22 hari, namun lebih jelas pada
usia kebuntingan diatas 30 hari ( Youngquist, 2003).Gelombang ultrasonografi tidak terdengar oleh
telinga manusia dan dioperasikan pada frekuensi 1 – 10 megahertz (MHz). Ada dua tipe ultrasonografi
yang digunakan pada manusia dan kedokteran hewan yaitu : fenomena Doppler dan prinsip pulse-echo.
4. Diagnosa imunologis
Teknik Imunologik untuk diagnosa kebuntingan berdasarkan pada pengukuran level cairan yang berasal
dari konseptus, uterus atau ovarium yang memasuki aliran darah induk, urin pdan air susu. Test
imonologik sebagaimana pada , mengukur dua macam cairan yaitu:
1. Pregnancy Specific yg hadir dalam peredaran darah maternal : eCG dan EPF
5. Punyakoti
Metode punyakoti adalah sebuah metode deteksi kebuntingan ternak sapi dengan menggunankan urin.
Metode ini hampir sama dengan uji kebuntingan modern pada manusia menggunakan HCG dari urin
sebagai senyawa yang menentukan kebuntingan.
6. Konsentrasi hormon
Pengukuran hormon-hormon kebuntingan dalam cairan tubuh dapat dilakukan dengan metoda RIA dan
ELISA. Metoda-metoda yang menggunakan plasma dan air susu ini, dapat mendiagnosa kebuntingan
pada ternak lebih dini dibandingkan dengan metoda rektal (Jainudeen dan Hafez, 2000).
Progesteron
Progesteron dapat digunakan sebagai test kebuntingan karena CL hadir selama awal
kebuntingan pada semua spesies ternak. Level progesteron dapat diukur dalam cairan biologis
seperti darah dan susu , kadarnya menurun pada hewan yang tidak bunting. Progesteron rendah
pada saat tidak bunting dan tinggi pada hewan yang bunting
7. Palpalasi rektal
Melakukan pemeriksaan dengan tangan kanan atau kiri sesuai kebiasaan. Waspada terhadap sepakan
(tendangan) kaki sapi yang biasanya terjadi menjelang atau waktu tangan dimasukkan ke dalam rectum.
Sarung tanngan plastik harus dilicinkan dengan sabun
cara ini dilakukan dengan pengukuran plasma progesteron antara hari ke 18-24 setelah dikawinkan atau
inseminasi prinsip cara ini adalah sapi sapi yang tidak bunting pada hari ke 18 corpus lutiumnya akan
mengalami kemunduran sehingga kadar progestrotinya rendah tetapi sebaliknya pada sapi bunting
corpus lutiumnya tidak mengalami kemunduran sehingga kadar progesteron dalam darah tetap tinggi.
9. Evaluasi kegiatan/program IB di suatu wilayah ( menghitung nilai Non-Retun Rate atau N-R dan
Conception rate atau angka kebuntingan, Service per Conception atau S/C yg berkisar antara 0,1 sd 1,0
, Calving rate atau angka kelahiran, dsb)
Jawab :
1. Non return rate (NR = persentase hewan yang tidak kembali minta
kawin/diinseminasi
4. Calving Rate
Adalah persentase jumlah anak yang lahir dari hasil satu kali inseminasi (apakah dari hasil inseminasi
pertama atau kedua dan seterusnya). Dalam suatu populasi yang besar dari sapi-sapi betina fertile dan
diinseminasi dengan semen yang fertile pula maka calving rate dapat mencapai 62% untuk satu kali
inseminasi.