Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN INDIVIDU

MANAJEMEN TERNAK UNGGAS

PRAKTIKUM I
PEMELIHARAAN BROILER PADA MASA BROODING

OLEH :

NAMA : SAHRIL
NIM : I011 17 1049
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN : HAJARATUL ASWAR

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Latar belakang

Ayam pedaging (broiler) merupakan salah satu komoditi unggas yang

memberikan kontribusi besar dalam memenuhi kebutuhan protein asal hewani

bagi masyarakat Indonesia. Kebutuhan daging ayam setiap tahunnya mengalami

peningkatan, karena harganya yang terjangkau oleh semua kalangan masyarakat.

Broiler adalah jenis ternak unggas yang memiliki laju pertumbuhan yang sangat

cepat, karena dapat dipanen pada umur 5 minggu. (Umam, 2011)

Pakan adalah campuran berbagai macam bahan organik dan anorganik

yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zatzat makanan yang

diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan dan produksi. Agar pertumbuhan

dan produksi maksimal, jumlah dan kandungan zat-zat makanan yang diperlukan

ternak harus memadai. ( Muhammad.N, dkk., 2017).

Penyusunan ransum adalah salah satu cara pemenuhan gizi pakan yang

berkualitas dan dicari harga yang ekonomis, dengan cara menggabungkan bahan

pakan yang mempuyai keunggulan disatukan menjadi sebuah formula. Bahan

pakan yang umum digunakan dalam penyusunan ransum unggas adalah jagung,

dedak, tepung ikan, bungkil kedelai, minyak sayur, bungkil kelapa, tepung kapur,

batuan fosfat, asam amino sintetis (terutama metionin dan lisin) dan campuran

vitamin-mineral. (Sinurat.T, 2011).Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukan

praktikum manajemen ternak unggas.


Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilakukannya praktikum manajemen pemeliharaan ternak ayam ras

pedaging ( broiler) pada kandang open house beralaskan letter yaitu untuk

mengetahu model manajemen pemeliharan seperti metode pemberian pakan,

penyususnan ransum, FCR, dan kebutuhan protein pada ayam ras pedaging

(broiler).

Kegunaan dilakukannya praktikum manajemen pemeliharaan ternak ayam

ras pedaging (broiler) padakandan gopen house beralaskan letter yaitu agar

mahasiswa mampun….mengetahui metode manajemen pemeliharaan seperti

metode pemberianpakan, penyusunan ransum, FCR dan nkebutuhan protein pada

ayam ras pedaging (broiler).


BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum Pemeliharaan Manajemen Ternak Unggas dilaksanakan selama

satu periode pemeliharaan mulai setiap hari rabu dari tanggal 28 Agustus –

September 2019, pukul 06.00-07.30 WITA DAN 16.00-17.30 WITA di

Laboratorium Produksi Ternak Unggas, Unit Pemeliharaan Ayam Ras Pedaging

Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ternak unggas yaitu sapu lidi, lap,

ember, gerobak pakan, gasolek, nipple drinker, dan baby chick feeder .

Bahan yang digunakan pada praktikum manajemen ternak unggas yaitu air,

vitamin, dan pakan.

Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum Manajemen Ternak

Unggas memgenai Pemeliharaan Ayam Broiler pada masa brooding yaitu

membersihkan area luar kandang. Lalu, memperluas area brooding. Kemudian,

membersihkan tempat minum (nipple) dan mengisi pakan ke dalam baby chick

feeder. Apabila suhu lingkungan dingin atau malam hari gasolek dinyalakan.

Sebaliknya, apabila suhu lingkungan panas tirai akan dibuka agar sirkulasi udara

didalam kandang dapat teratur dengan sempurna.


PEMBAHASAN

Kebutuhan protein

Kebutuhan protein ayam broiler fase starter

Protein merupakan unsur pokok alat tubuh dan jaringan lunak tubuh

pada ayam broiler. Protein digunakan untuk pertumbuhan dan merupakan

aktifatorsemua enzim, Kebutuhan protein pada pakan ayam broiler periode starter

adalah 21%. Konsumsi protein yang tinggi akan menghasilkan pertumbuhan yang

cepat, Pemberian pakan pada periode starter pada minggu pertama dilakukan

secara adlibitum yaitu pemberian pakan secara terus-menerus. Pemberian

pakan ini dilakukan sesering mungkin dengan jumlah sedikit demi

sedikit. Pada fase starter, kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari

protein 22-24%.ME: 2800-3500 kkal/kg makanan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Silonde, dkk., (2018) yang menyatakan bahwa ayam broiler harus memperhatikan

unsur energi dan protein. Ayam broiler umur 0-3 minggu dalam ransumnya

mengandung protein sebesar 23% dan energi metabolis 3.200 kkal/kg.

Kebutuhan protein yang tinggi pada pakan atau ransum yang diberikan

sangat mempengaruhi kebutuhan nutrisi pada faseini. Hal ini sesuai pendapat

Rodiallah et al., (2018) yang menyatakan bahwa tingginya kandungan protein

ransum perlakuan akan memenuhi kebutuhan protein tubuhayam broiler, dimana

anak ayam membutuhkan kandungan gizi terutama protein yang tinggiuntuk


proses pertumbuhan tubuh, tulang, buludan organ pencernaan sehingga diperoleh

performans ayam broiler yang optimal.

Kebutuhan protein ayam broiler fase finisher

Pada fase finisher menggunakan pakan dengan kandungan protein minimal

19%. Hal tersebut bertujuan untuk efisiensi pakan, karena pada periode finisher

laju pertumbuhan sudah mulai menurun. Ransum untuk fase starter dan fase

finisher sangat berbeda kandungan nutrisinya, terutama dalam hal protein dan

energi metabolismenya. Ransum fase starter mengandung protein yang lebih

tinggi dibanding ransum fase finisher, karena dibutuhkan untuk melakukan

perbanyakan sel (hiperplasia) pada 14 hari pertama pemeliharaan.Sedangkan

mulai umur lebih dari 14 – 21 hari, proses hiperplasia berangsur-angsur menurun

dan mulaiterjadi proses pembesaran ukuran sel (hipertropi). Akhirnya setelah

ayam berumur lebihdari 21 hari, aktivitas hipertropi lebih dominan terjadi

sehingga ayam protein sebesar 14 haripertama, melainkan membutuhkan energi

tinggi untuk keperluan hidup pokok. fase starter dengankebutuhan protein

dalamransum 23-24%, danfase finisher 20- 22%.(Avisnu, 2016).

Protein berguna untuk membentuk jaringan tubuh,memperbaiki jaringan

yang rusak, untuk kebutuhan berproduksi dan kelebiannya akan diubah menjadi

energi. Sumber energi protein adalah tepung ikan, jagung, bungkil kedelai dan

lain- lain. Karbohidrat berguna vitamin A,D,E,K. Lemak pada pakan ayam

misalnya terdapat pada bekatul, bungkil kacang kedelai. Diantara zat-zat makanan

yang terdapat dalam bahan makanan, karbohidrat dan lemak sangat dibutuhkan
dalam tubuh hewan sebagai sumber energi ,Sedemikian pentingnya peranan

energi sehingga kekurangan energi akan menekan pertumbuhan dan malah bisa

menjadi penurunan berat badan. Energi yang terdapat dalam bahan makanan

tidak seluruhnya dapat dipergunakan oleh tubuh. Untuk ayam ras pedaging fase

finisher dibutuhkan energi 3000 kcl/kg ransum pada tingkat protein 23 %,

sedangkan untuk fase finisher dibutuhkan energi 2860-3410 kcal/kg ransum pada

tingkat protein 17,5 – 21 % ( Rasyaf, 2004).

Penurunan protein

Ayam broiler memiliki pertumbuhan yang sangat cepat dengan bobot

badan 1,5 kg pada umur 30 hari. Pada umur 0-3 minggu ayam broiler

memerlukan pakan dengan kandungan protein sebesar 23% dan energi metabolis

sebesar 3200 kkal/kg. protein berfungsi untuk pertumbuhan dan pembentukan

tulang. Pemberian pakan S10 yang mengandung protein sebesar 23% yang

berguna untuk menunjang aktivitas ayam dan sebagai tujuan produksi (Silondae,

2018).

Pada saat ayam broiler berumur 2-6 minggu kebutuhan proteinnya

menurun sementara kebutuhan energinya meningkat, sehingga pakan yang

diberikan S11 dengan kadar protein sebanyak 21-23% dapat merangsang

pertumbuhan sel-sel yang ada dalam tubuh ayam (Mashuri dkk, 2019).

Pada saat ayam broiler berumur 6 minggu hingga masa panen (fase

Finisher) kebutuhan protein semakin menurun sementara kebutuhan energinya

meningkat dengan kadar protein sebanyak 20 % .Penurunan kebutuhan protein


oleh ayam broiler dari fase starter ke fase finisher disebabkan oleh

pertumbuhannya sudah optimal sehingga protein yang dibutuhkan tidak lagi

dalam jumlah yang besar akan tetapi pada fase ini energi masih dibutuhkan untuk

aktivitas broiler. (Zulfanita dkk, 2011).

Penyusunan Ransum

Berdasarkan metode Trail and Error diperoleh hasil pada Tabel 1.


Dibawah ini:
Tabel 1. Penyusunan Ransum
No Nama Bahan Batas PK Kg PK
Penggunaan Bahan
1 jagung 9 9,7 6,3 6,111
2 Dedak 12 9,4 1 0,94
3 konsentrat 0 47,9 2,7 12,933
Total 10 19,984
Sumber:Laboratorium Manajemen Ternak Unggas, FakultasPeternakan,
Universita Hasanuddin, Makassar, 2019.

Penyusunan Ransum dengan Metode Trail and Error pada Tabel 1.

Menyatakan bahwa terdapat 3 bahan pakan yang digunakan yaitu jagung dengan

kandungan protein kasarnya sebesar 9,7%, dedak sebesar 9,4 %,

sertakonsentratsebesar 47,9% dengan keseluruhan berat ransum sebanyak 10 kg.

Masing-masing bahan penyusun ransum tersebut 6,3 kg jagung, 1 kg dedak, dan

2,7 kg konsentrat. Dan untuk ransum yang dihasilkan mengandung sekitar

19,98%.

Penyusunan ransum ayam broiler harus memperhatikan unsur energi dan

protein. Ayam broiler umur 0-3 minggu dalam ransumnya mengandung protein

sebesar 23% dan energi metabolis 3.200 kkal/kg . Kandungan protein berfungsi

untuk pertumbuhan dan pembentukan tulang. Sedangkan ketersediaan energi


untuk menunjang aktivitas ayam dan tujuan produksi. Penelitian mengenai

imbangan protein dan energi terus dilakukan oleh para pakar nutrisi dan produksi

unggas. (Silondae, 2018).

Umumnya peternak ayam broiler menggunakan ransum komersial untuk

memenuhi kebutuhan pakan ternak ayamnya, karena ransum komersial telah

disusun sedemikian rupa sehingga memenuhi standard kebutuhan zat makanan

yang telah ditetapkan, dan ransum tersebut banyak tersedia di pasaran. Akan

tetapi harga ransum komersial tersebut relatif mahal sehingga dapat mengurangi

keuntungan yang dapat diperoleh peternak, bahkan pada keadaan tertentu dapat

menyebabkan kerugian karena biaya produksi jauh lebih besar dari penerimaan

penjualan ayam. (Budiansyah 2010).

Pengertian AGP (Antibiotik Growth Promoter)

Antibiotic Growth Promoter (AGP) merupakan suatu zat yang dapat

diberikan dalam bentuk feed additive. Antibiotika banyak digunakan sebagai AGP

dalam pakan ternak di seluruh dunia untuk memacu pertumbuhan ternak agar

dapat tumbuh lebih besar dan dalam waktu yang lebih cepat serta untuk mencegah

terjadinya infeksi. Beberapa feed additive seperti hormon dan antibiotik (antibiotic

growth promotor atau AGP) telah dilarang penggunaannya di negara maju

termasuk Indonesia, karena terkait dengan isu global peternakan unggas saat ini,

yaitu keamanan pangan hewani dari adanya cemaran dan residu yang berbahaya

bagi konsumen, resistensi bakteri tertentu dan isu lingkungan. (Akhadiarto. S.

2009).
Kelebihan Antibiotic Growth Promoter ( AGP ) Penggunaan AGP pada

industri peternakan umumnya bertujuan untuk pengobatan ternak sehingga

mengurangi resiko kematian dan mengembalikan kondisi ternak menjadi

sehat.Pada industri peternakan, pemberian antibiotika juga digunakan sebagai

imbuhan pakan (feed additive), meningkatkan produksi, dan meningkatkan

efisiensi penggunaan pakan (Bahri et al. 2005).

Kekurangan Antibiotic Growth Promoter ( AGP ) Penggunaan AGP pada

hewan ternak akan berdampak seleksi terhadap bakteria yang berakibat timbulnya

kelompok bakteri aresisten antibiotika yang bisa menyebar kemanusia, dan

selanjutnya menimbulkan masalah resistensi di manusia. Dengan timbulnya

resistensi pada banyak antibiotika, maka akan semakin sedikit pilihan antibiotika

yang dapat dipakai untukmengatasiinfeksi yang berat dan mengancam nyawa.

(Silbergeld, 2008).

Feed Convertion Ratio (FCR)

FCR merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang digunakan

dengan jumlah bobot ayam broiler yang dihasilkan

a. Diketahui.

Populasi Awal = 3000 ekor

Kematian = 10 %

b. Ditanyakan.

a) Populasi?

b) Berat Populasi?
c) Berat Pakan?

d) FCR?

c. Penyelesaian.

a) Populasi.

 Jumlah Mati = 10% x 3000

= 300 ekor

 Populasi Akhir = 3000 ekor- 300 ekor

= 2700 ekor.

b) Berat Populasi = Populasi x 1,8

= 2700 ekor x 1,8

= 4860 kg

c) Berat Pakan = 80 Sak x 50 Kg

= 4000 kg

Berat populasi
d) FCR =
berat Pakan

4860
=
4000

= 1, 215

FCR yang di dapatkan dari hasil perhitungan di atas adalah 1,215 yang

menandakan bahwa pakan yang di keluarka sesuai dengan daging yang di peroleh.

Hal ini sesuai dengan pendapat Suwarta (2014) yang menyatakan bahwa semakin

kecilnilai FCR menunjukkan kondisi usaha yang lebih baik (faktor yang lain

sama). Hal tersebut menunjukkan bahwa penambahansejumlah pakan dapat


menghasilkan penambahan bobot ayam dengan proporsiyang lebih besar. Seperti

halnya pada penambahan pakan, untuk penambahan input yang lain, penambahan

input yangdimaksud dikatakan berpengaruh baik terhadap FCR apabila dengan

penambahan input tertentu tersebut dengan proporsi tertentu menyebabkan ternak

ayam broiler dapat mentransfer sejumlah pakan terhadap penambahan bobot ayam

dengan proporsi yang lebih besar.

Indeks produksi

ayam hidup (%) x Berat Rata−Rata


IP = x 100%
Umur x FCR

90 (%) x 1,8
= x 100%
31 x 1,215

162
= x 100
37,66

=430,16

Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh hasil bahwa indeks produksi

ayam broiler yaitu 430,16 dengan populasi awal 3000 ekor dengan persentase

kematian sekitar 10%. Indeks Produksi ini menunjukkan bahwa usaha ayam

broiler sedang dalam fase yang stabil. Salah satu cara yang digunakan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan dalam usaha ternak adalah dengan menghitung

indeks produksi. Hali ini sesuai denga pendapat Daud (2005) tingkat keberhasilan

usaha ternak tidak hanya dipengaruhi oleh rendahnya nilai konversi ransum akan

tetapi perlu juga dilihat indeks produksinya. Indeks produksi dipengaruhi oleh
bobot badan akhir, persentase ayam yang hidup, lama pemeliharaan dan konversi

ransum.
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Protein

merupakan unsur pokok alat tubuh dan jaringan lunak tubuh pada ayam broiler.

Protein digunakan untuk pertumbuhan dan merupakan aktifatorsemua enzim,

Kebutuhan protein pada pakan ayam broiler periode starter adalah 21%..

Penggunaan. Pada fase finisher menggunakan pakan dengan kandungan protein

minimal 19%. Konsumsi protein yang tinggi akan menghasilkan pertumbuhan

yang cepat untuk mendapatkan bobot badan yang ideal. Untuk ayam ras pedaging

fase finisher dibutuhkan energi 3000 kcl/kg ransum pada tingkat protein 23 %,

sedangkan untuk fase finisher dibutuhkan energi 2860-3410 kcal/kg ransum pada

tingkat protein 17,5 – 21 %. Antibiotic Growth Promoter (AGP) merupakan suatu

zat yang dapat diberikan dalam bentuk feed additive sedangkan FCR merupakan

perbandingan antara jumlah pakan yang digunakan dengan jumlah bobot ayam

broiler yang dihasilkan

Saran

Pada saat praktikum sebaiknya asisten lebih memperhatikan lagi cara kerja

para praktikan agar lebih memahami bagaimana cara pemeliaraan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Akhadiarto.S. 2009. Pengaruh pemberian probiotik temban, biovet dan biolacta


kedalam air minum terhadap performan ayam broiler. Pusat
Teknologi Produksi Pertanian, BPPT. Jakarta Pusat.

Avisnu.R.D. 2016. Pengaruh frekuensi pemberian pakan terhadap pertambahan


berat badan ayam broiler di peternakan bapak erwin bagus desa
bandarasri kecamatan ngoro kabupaten mojokerto. Program studi
diploma iii kesehatan ternak fakultas vokasi Universitas Airlangga
Surabaya

Bahri S, Masbulan E, Kusumaningsih A. 2005. Proses Praproduksi sebagai Faktor


Penting dalam Menghasilkan Produk Ternak yang Aman untuk
Manusia. Jurnal Litbang Pertanian 24 (1)

Budiansyah A., 2010. Performan Ayam Broiler yang Diberi Ransum yang
Mengandung Bungkil Kelapa yang Difermentasi Ragi Tape Sebagai
Pengganti Sebagian Ransum Komersial Med. Pet. 33: 12-17. Bogor

Daud, M., 2005. Performa Ayam Pedanging Yang Diberi Probiotik dan Prebiotik
Dalam Ransum. Jurnal Ilmu Ternak Volume 5 Nomor 2, Desember
2005. NAD

Mashuri. I., U. Kalsum Dan M. F. Wadjati. 2019.Pengaruh Tingkat Pergantian


Pakan Terhadap Ferformans Ayam Pedaging Finisher. Jurnal
Rekasatwa Peternakan. Vol. 1. No. 1.

Muhammad.N. 2014. Pemberian Ransum Komplit Berbasis Bahan Baku Lokal


Fermentasi terhadap Konsumsi, Pertambahan Bobot Badan, dan
Berat Telur Itik Lokal Sumatera Selatan. N. Muhammad1, E.
Sahara2, S. Sandi2, dan F. Yosi2

Rasyaf, M. 2004. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan Ke-XX. Penebar Swadaya.


Jakarta

Sinurat. A.T , 2011. Penggunaan bahan pakan lokal dalam pembuatan ransum
ayam buras. Balai Penelitian Ternak P.O. Box 221, Bogor 16002,
Indonesia
Silbergeld, E.K., Graham, J. and Price, L.B., 2008. Industrial food animal
production, antimicrobial resistance, and human health.Annu.Rev.
Public Health, 29, pp.151-169.

Silondae. H D. Polakitan 2018. Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Serta


Kepadatan Kandang Terhadap Penampilan Ayam Pedaging. Jurnal
Peternakan Indonesia, Manado. ISSN 1907-1760 E-ISSN 2460-
6626.

Suwarta. 2014. Feed conversion ratio (fcr) usaha ternak ayam brolier di kabupaten
sleman. Animal Agricultural Journal. Vol 2 (2) : 49-56.

Umam, 2011. The performance of broiler rearing in system stage floor and
double floor. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (3): 79 - 87 ISSN:
0852-3581 ©Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id.

Zulfanita, Roisu Eny,M dan D. P. Utami. 2011. Pembatasan ransum berpengaruh


terhadap pertambahan bobot badan ayam broiler pada periode
pertumbuhan. Mediagro. 7 (1) : 1-10.
DOKUMENTASI

Lampiran 1. Dokumentasi Pemeliharaan Pertama

Ket: Pengenalan Close House Ket: Pengenalan Alat Kandang


Ket: Pembersihan Lingkungan Kandang Ket: Pemasangan Tirai Open House

Anda mungkin juga menyukai