PRAKTIKUM I
PEMELIHARAAN BROILER PADA MASA BROODING
OLEH :
NAMA : SAHRIL
NIM : I011 17 1049
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN : HAJARATUL ASWAR
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Broiler adalah jenis ternak unggas yang memiliki laju pertumbuhan yang sangat
yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zatzat makanan yang
dan produksi maksimal, jumlah dan kandungan zat-zat makanan yang diperlukan
Penyusunan ransum adalah salah satu cara pemenuhan gizi pakan yang
berkualitas dan dicari harga yang ekonomis, dengan cara menggabungkan bahan
pakan yang umum digunakan dalam penyusunan ransum unggas adalah jagung,
dedak, tepung ikan, bungkil kedelai, minyak sayur, bungkil kelapa, tepung kapur,
batuan fosfat, asam amino sintetis (terutama metionin dan lisin) dan campuran
pedaging ( broiler) pada kandang open house beralaskan letter yaitu untuk
penyususnan ransum, FCR, dan kebutuhan protein pada ayam ras pedaging
(broiler).
ras pedaging (broiler) padakandan gopen house beralaskan letter yaitu agar
satu periode pemeliharaan mulai setiap hari rabu dari tanggal 28 Agustus –
Alat yang digunakan pada praktikum ternak unggas yaitu sapu lidi, lap,
ember, gerobak pakan, gasolek, nipple drinker, dan baby chick feeder .
Bahan yang digunakan pada praktikum manajemen ternak unggas yaitu air,
Prosedur Kerja
membersihkan tempat minum (nipple) dan mengisi pakan ke dalam baby chick
feeder. Apabila suhu lingkungan dingin atau malam hari gasolek dinyalakan.
Sebaliknya, apabila suhu lingkungan panas tirai akan dibuka agar sirkulasi udara
Kebutuhan protein
Protein merupakan unsur pokok alat tubuh dan jaringan lunak tubuh
aktifatorsemua enzim, Kebutuhan protein pada pakan ayam broiler periode starter
adalah 21%. Konsumsi protein yang tinggi akan menghasilkan pertumbuhan yang
cepat, Pemberian pakan pada periode starter pada minggu pertama dilakukan
sedikit. Pada fase starter, kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari
protein 22-24%.ME: 2800-3500 kkal/kg makanan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Silonde, dkk., (2018) yang menyatakan bahwa ayam broiler harus memperhatikan
unsur energi dan protein. Ayam broiler umur 0-3 minggu dalam ransumnya
Kebutuhan protein yang tinggi pada pakan atau ransum yang diberikan
sangat mempengaruhi kebutuhan nutrisi pada faseini. Hal ini sesuai pendapat
19%. Hal tersebut bertujuan untuk efisiensi pakan, karena pada periode finisher
laju pertumbuhan sudah mulai menurun. Ransum untuk fase starter dan fase
finisher sangat berbeda kandungan nutrisinya, terutama dalam hal protein dan
yang rusak, untuk kebutuhan berproduksi dan kelebiannya akan diubah menjadi
energi. Sumber energi protein adalah tepung ikan, jagung, bungkil kedelai dan
lain- lain. Karbohidrat berguna vitamin A,D,E,K. Lemak pada pakan ayam
misalnya terdapat pada bekatul, bungkil kacang kedelai. Diantara zat-zat makanan
yang terdapat dalam bahan makanan, karbohidrat dan lemak sangat dibutuhkan
dalam tubuh hewan sebagai sumber energi ,Sedemikian pentingnya peranan
energi sehingga kekurangan energi akan menekan pertumbuhan dan malah bisa
menjadi penurunan berat badan. Energi yang terdapat dalam bahan makanan
tidak seluruhnya dapat dipergunakan oleh tubuh. Untuk ayam ras pedaging fase
sedangkan untuk fase finisher dibutuhkan energi 2860-3410 kcal/kg ransum pada
Penurunan protein
badan 1,5 kg pada umur 30 hari. Pada umur 0-3 minggu ayam broiler
memerlukan pakan dengan kandungan protein sebesar 23% dan energi metabolis
tulang. Pemberian pakan S10 yang mengandung protein sebesar 23% yang
berguna untuk menunjang aktivitas ayam dan sebagai tujuan produksi (Silondae,
2018).
pertumbuhan sel-sel yang ada dalam tubuh ayam (Mashuri dkk, 2019).
Pada saat ayam broiler berumur 6 minggu hingga masa panen (fase
dalam jumlah yang besar akan tetapi pada fase ini energi masih dibutuhkan untuk
Penyusunan Ransum
Menyatakan bahwa terdapat 3 bahan pakan yang digunakan yaitu jagung dengan
19,98%.
protein. Ayam broiler umur 0-3 minggu dalam ransumnya mengandung protein
sebesar 23% dan energi metabolis 3.200 kkal/kg . Kandungan protein berfungsi
imbangan protein dan energi terus dilakukan oleh para pakar nutrisi dan produksi
yang telah ditetapkan, dan ransum tersebut banyak tersedia di pasaran. Akan
tetapi harga ransum komersial tersebut relatif mahal sehingga dapat mengurangi
keuntungan yang dapat diperoleh peternak, bahkan pada keadaan tertentu dapat
menyebabkan kerugian karena biaya produksi jauh lebih besar dari penerimaan
diberikan dalam bentuk feed additive. Antibiotika banyak digunakan sebagai AGP
dalam pakan ternak di seluruh dunia untuk memacu pertumbuhan ternak agar
dapat tumbuh lebih besar dan dalam waktu yang lebih cepat serta untuk mencegah
terjadinya infeksi. Beberapa feed additive seperti hormon dan antibiotik (antibiotic
termasuk Indonesia, karena terkait dengan isu global peternakan unggas saat ini,
yaitu keamanan pangan hewani dari adanya cemaran dan residu yang berbahaya
2009).
Kelebihan Antibiotic Growth Promoter ( AGP ) Penggunaan AGP pada
hewan ternak akan berdampak seleksi terhadap bakteria yang berakibat timbulnya
resistensi pada banyak antibiotika, maka akan semakin sedikit pilihan antibiotika
(Silbergeld, 2008).
a. Diketahui.
Kematian = 10 %
b. Ditanyakan.
a) Populasi?
b) Berat Populasi?
c) Berat Pakan?
d) FCR?
c. Penyelesaian.
a) Populasi.
= 300 ekor
= 2700 ekor.
= 4860 kg
= 4000 kg
Berat populasi
d) FCR =
berat Pakan
4860
=
4000
= 1, 215
FCR yang di dapatkan dari hasil perhitungan di atas adalah 1,215 yang
menandakan bahwa pakan yang di keluarka sesuai dengan daging yang di peroleh.
Hal ini sesuai dengan pendapat Suwarta (2014) yang menyatakan bahwa semakin
kecilnilai FCR menunjukkan kondisi usaha yang lebih baik (faktor yang lain
halnya pada penambahan pakan, untuk penambahan input yang lain, penambahan
ayam broiler dapat mentransfer sejumlah pakan terhadap penambahan bobot ayam
Indeks produksi
90 (%) x 1,8
= x 100%
31 x 1,215
162
= x 100
37,66
=430,16
ayam broiler yaitu 430,16 dengan populasi awal 3000 ekor dengan persentase
kematian sekitar 10%. Indeks Produksi ini menunjukkan bahwa usaha ayam
broiler sedang dalam fase yang stabil. Salah satu cara yang digunakan untuk
indeks produksi. Hali ini sesuai denga pendapat Daud (2005) tingkat keberhasilan
usaha ternak tidak hanya dipengaruhi oleh rendahnya nilai konversi ransum akan
tetapi perlu juga dilihat indeks produksinya. Indeks produksi dipengaruhi oleh
bobot badan akhir, persentase ayam yang hidup, lama pemeliharaan dan konversi
ransum.
PENUTUP
Kesimpulan
merupakan unsur pokok alat tubuh dan jaringan lunak tubuh pada ayam broiler.
Kebutuhan protein pada pakan ayam broiler periode starter adalah 21%..
yang cepat untuk mendapatkan bobot badan yang ideal. Untuk ayam ras pedaging
fase finisher dibutuhkan energi 3000 kcl/kg ransum pada tingkat protein 23 %,
sedangkan untuk fase finisher dibutuhkan energi 2860-3410 kcal/kg ransum pada
zat yang dapat diberikan dalam bentuk feed additive sedangkan FCR merupakan
perbandingan antara jumlah pakan yang digunakan dengan jumlah bobot ayam
Saran
Pada saat praktikum sebaiknya asisten lebih memperhatikan lagi cara kerja
para praktikan agar lebih memahami bagaimana cara pemeliaraan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Budiansyah A., 2010. Performan Ayam Broiler yang Diberi Ransum yang
Mengandung Bungkil Kelapa yang Difermentasi Ragi Tape Sebagai
Pengganti Sebagian Ransum Komersial Med. Pet. 33: 12-17. Bogor
Daud, M., 2005. Performa Ayam Pedanging Yang Diberi Probiotik dan Prebiotik
Dalam Ransum. Jurnal Ilmu Ternak Volume 5 Nomor 2, Desember
2005. NAD
Sinurat. A.T , 2011. Penggunaan bahan pakan lokal dalam pembuatan ransum
ayam buras. Balai Penelitian Ternak P.O. Box 221, Bogor 16002,
Indonesia
Silbergeld, E.K., Graham, J. and Price, L.B., 2008. Industrial food animal
production, antimicrobial resistance, and human health.Annu.Rev.
Public Health, 29, pp.151-169.
Suwarta. 2014. Feed conversion ratio (fcr) usaha ternak ayam brolier di kabupaten
sleman. Animal Agricultural Journal. Vol 2 (2) : 49-56.
Umam, 2011. The performance of broiler rearing in system stage floor and
double floor. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (3): 79 - 87 ISSN:
0852-3581 ©Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id.