Anda di halaman 1dari 33

PEMBERIAN KULIT BUAH DURIAN AMONIASI DENGAN

KULIT BUAH DURIAN FERMENTASI TERHADAP KONDISI


STATUS FAAL KAMBING KACANG BETINA

PROPOSAL

ASWAT PRASETIAWAN

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
PEMBERIAN KULIT BUAH DURIAN AMONIASI DENGAN
KULIT BUAH DURIAN FERMENTASI TERHADAP KONDISI
STATUS FAAL KAMBING KACANG BETINA

PROPOSAL

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan Pada
Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako

Oleh

Aswat prasetiawan
O12120022

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2023

i
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Pemberian Kulit Buah Durian Amoniasi Dengan Kulit Buah Durian
Fermentasi Terhadap Kondisi Status Faal Kambing Kacang Betina

Nama : Aswat Prasetiawan


Stambuk : O12120022
Prodi : Peternakan
Fakultas : Peternakan dan Perikanan
Universitas : Tadulako

Palu, Agustus 2023


Menyetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Padang Hamid, S.Pt., M.P Dr. Ir. Sri Wulan, S.Pt, MP.IPP
NIP. 19680526 200003 1 002 NIP:19761124 200003 2 001

Disahkan Oleh,
Koordinator Program Studi
Peternakan Universitas Tadulako

Dr. Ummiani Hatta, S.Pt, M.P.,IPM.


NIP. 197112091999032001

ii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Manfaat Penelitian 4
1.5 Hipotesis 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Deskripsi Kambing Kacang 6
2.2 Deskripsi Pakan Ternak 7
2.2.1 Hijauan Pakan 8
2.2.2 Konsentrat 9
2.3 Deskripsi Durian 9
2.4 Amoniasi (KBDA) dan Fermentasi (KBDF) 9
2.4.1 Potensi Kulit Buah Durian Sebagai Pakan Ternak 11
2.5 Bahan-bahan yang digunakan dalam Amoniasi dan Fermentasi 13
2.5.1 Pupuk Urea 13
2.5.2 Yakult 13
2.5.3 Gula Merah 14
2.6 Status Faal 14
2.6.1 Suhu Tubuh 15
2.6.2 Frekuensi Respirasi 15
2.6.3 Frekuensi Pulsus 16
BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN 18
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 18
3.2 Materi Penelitian 18
3.2.1 Ternak Percobaan 18

iii
3.2.2 Kandang 19
3.2.3 Pakan Ternak 19
3.2.4 Pembuatan Kulit Buah Durian Amoniasi (KBDA) 20
3.2.5 Pembuatan Kulit Buah Durian Fermentasi (KBDF) 21
3.2.7 Peralatan Penelitian 21
3.3 Metode Penelitian 22
3.3.1 Perlakuan 22
3.4. Peubah dan cara Pengukurannya 22
3.4. Analisis Data 23
DAFTAR PUSTAKA 25

iv
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kambing merupakan hewan yang banyak diternakkan oleh masyarakat, dan

dikenal hidup di daerah tropis dan mempunyai kelebihan penghasil daging juga susu,

dan kotorannya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik dan kulitnya memiliki

nilai ekonomis yang tinggi. Satu faktor penting yang menentukan keberlanjutan

peternakan ternak ruminansia adalah suplai secara konsisten sumber pakan yang

murah tetapi mempunyai nilai nutrisi tinggi. Namun demikian, di negara tropis seperti

Indonesia ketersediaan pakan secara kontinu baik kualitas dan kuantitas masih

terkendala terutama pada saat musim kemarau. Rendahnya perkembangan populasi

disebabkan oleh sistem pemeliharaan ternak kambing secara tradisional. Ternak

kambing hanya digembalakan di padang penggembalaan dengan mengkonsumsi

rumput alam yang ketersediaannya terbatas dan nilai nutrisinya yang rendah, apalagi

saat musim kemarau sangat terbatas ketersediaan hijauan pakan yang berkualitas.

Hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia (sapi kerbau

kambing dan domba). Salah satu bahan pakan alternatif yang bisa digunakan sebagai

substrat untuk fermentasi adalah limbah buah durian. Yaitu komposisi limbah buah

durian terdiri dari bagian kulit 60%, biji 20% dan daging buah 20%, sehingga 80%

buah durian yang dimanfaatkan secara maksimal sebagai pakan ternak (Wahyono,

2009). Menurut Djaeni dan Prasetyaningrum (2010) dari sebuah durian diperoleh

daging durian sebanyak 20- 25%, bagian kulitnya 60-75% dan buji durian 5-15%
sehingga limbah buah durian yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak adalah

65-80%.

Menurut badan pusat stastistik Indonesia (2022), tanaman buah durian di

Provinsi Sulawesi Tengah merupakan salah satu komoditas yang unggul selain

tanaman jeruk dan rambutan. Data produksi buah durian tahun 2022 sekitar 63.387

ton. Terdapat tiga daerah yang memproduksi buah durian terbanyak di Sulawesi

tengah bahkan mampu memproduksi durian sebanyak 30 ribu ton pertahunya. Ada

Kabupaten Parigi Mautong produksi sebanyak 30.541 ton, naik 7.678 ton, dari 2021.

Kabupaten Tolitoli juga memproduksi buah durian sebanyak 15.382 ton, naik 7.678

ton, dari tahun 2021. Dan Tolitoli menjadi daerah memproduksi buah durian terbesar

di Sulawesi tengah. Kabupaten poso menghasilkan buah durian 10.861 ton

pertahunya.

Kulit buah durian adalah limbah pertanian hasil ikutan dari buah durian limbah

buah kulit durian merupakan bahan yang cukup potensial untuk dijadikan sumber

pakan alternatif. Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia (2017), tanaman durian di

provinsi Sulawesi Tengah merupakan salah satu komoditas yang unggul selain

tanaman jeruk dan rambutan. Kulit buah durian cukup potensial untuk digunakan

sebagai bahan pakan ternak ruminansia jika dilihat, presentase bagian dagingnya

termaksud rendah yaitu hanya 20-30%, sedangkan kulit (60-75%) dan biji (5-15%)

belum termanfaatkan secara maksimal (Djaeni dan Prasetyaningrum, 2010).

2
Pemanfaatan kulit buah durian tidak dapat di lakukan karena adanya, kandungan

lignin yang tinggi sehingga perlu diolah terlebih dahulu, salah satu sistim pengolahan

sumber pakan berserat. Salah satunya proses kimiawi yaitu, Amoniasi merupakan

perlakuan terhadap bahan pakan limbah pertanian, dengan menambahkan bahan

kimia berupa NaOH, KOH, atau Urea. dan fermentasi merupakan merupakan proses

perubahan kimiawi, dari senyawa komplek menjadi lebih sederhana dengan bantuan

enzim yang dihasilkan oleh mikroba. Jadi pemanfaatan amoniasi dan fermentasi

Merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas bahan pakan ternak.

Dengan menggunakan teknik yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan

kualitas bahan pakan kulit buah durian.

Kondisi status faal ternak merupakan indikasi dari kesehatan dan adaptasi ternak

terhadap lingkungannya. Ternak yang berada pada lingkungan dengan suhu dan

kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan stress karena sistem pengaturan panas

tubuh dengan lingkungannya menjadi tidak seimbang. Oleh karena itu perlu adanya

usaha pemenuhan pakan yang baik dan sesuai dengan kebutuhan ternak karena dapat

berakibat pada aktivitas didalam tubuh, frekuensi respirasi dan frekuensi pulpus pada

ternak. Berdasarkan hal tersebut telah dilakukan penelitiarn tentang pengaruh dosis

pemberian kulit buah durian amoniasi dengan kulit buah durian fermentasi terhadap

kondisi status faal kambing Kacang betina.


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat diidentifikasi suatu masalah yaitu

apakah pemberian tepung kulit buah durian yang diolah secara amoniasi fermentasi

berpengaruh terhadap kondisi status faal kambing Kacang betina.

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh pemberian

kulit buah durian amoniasi dan kulit buah durian fermentasi terhadap status faal

kambing Kacang betina.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peternak dalam upaya

meningkatkan bobot dan persentase non karkas internal kambing Kacang betina yang

diberikan tepung kulit buah durian dengan campuran ransum.

1.5 Hipotesis
Pemberian tepung kulit buah durian 0,5% tidak berpengaruh nyata terhadap

status faal, namun masih dapat mempertahankan kondisi fisiologi (status faal)

kambing kacang betina

4
6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Kambing Kacang

Menurut Pamungkas dkk, (2009) kambing Kacang merupakan kambing asli

Indonesia yang juga ditemukan di Negara Malaysia dan Philipina. Kambing kacang

sangat cepat berkembang biak, pada umur 15-16 bulan sudah bisa menghasilkan

keturunan. Kambing ini cocok untuk penghasil daging dan kulit, bersifat prolific,

tahan terhadap kondisi dan mampu beradaptasi dengan baik diberbagai lingkungan

yang berbeda termasuk dalam kondisi pemeliharaan yang sangat sederhana.

Ciri-ciri kambing Kacang yaitu memiliki badan kecil pendek, telinga pendek

tegak, berleher pendek, jantan dan betina bertanduk, tinggi badan jantan dewasa rata-

rata 60-65 cm, betina dewasa 65 cm, bobot badan dewasa jantan 25 kg, sedangkan

betina dewasa 20 kg.

Kambing Kacang merupakan salah satu jenis kambing lokal Indonesia yang

populasinya luas tersebar dibeberapa daerah Indonesia. Kambing Kacang memiliki

ukuran tubuh yang relativ kecil dan berdiri tegak. Kambing ini telah beradaptasi

dengan lingkungan setempat dan memiliki keunggulan pada tingkat kelahiran ternak

kambing yaitu 1.57 ekor (Setiadi, 2003).

Ciri-ciri kambing Kacang adalah antara lain bulu pendek dan berwarna tunggal

(putih, hitam dan coklat). Adapun yang warna bulunya berasal dari campuran ketiga

warna tersebut. Kambing jantan maupun betina memiliki tanduk yang berbentuk
7

pedang, melengkung keatas sampai kebelakang. Telinga pendek dan menggantung.

Ternak kambing jantan memiliki janggut sementara pada betina jarang ditemukan

janggut. Leher pendek dan punggung melengkung. Kambing jantan berbulu surai

panjang dan kasar sepasang garis leher, pundak, punggung sampai ekor (Pamungkas

dkk. 2009).

2.2 Deskripsi Pakan Ternak


Pakan merupakan kebutuhan utama ternak kambing disamping kebutuhan

lingkungan hidup seperti oksigen dan air, dengan adanya pakan ternak mampu

bertahan hidup dan terhindar dari berbagai penyakit (Sudarmono dan Sugeng, 2008).

Menurut Setiawan dan Arsa (2005) bahan pakan merupakan bahan makanan ternak

yang terdiri dari bahan kering dan air yang harus diberikan kepada ternak untuk

memenuhi kebutuhan pokok dan produksinya. Pakan merupakan salah satu faktor

yang sangat penting untuk peningkatan produktivitas ternak. Pakan dengan kualitas

dan kuantitas yang cukup sangat dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan

produksi. Pakan dibutuhkan oleh ternak untuk tumbuh dan berkembangbiak hanya

pakan yang sempurna yang mampu mengembangkan pekerjaan sel tubuh, pakan yang

sempurna mengandung kelengkapan protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin dan

mineral dalam bentuk hijauan dan konsentrat (Sarwono 2002).

Kambing tergolong dalam kelompok herbivore, atau hewan pemakan tumbuhan.

Secara ilmiah, karena kehidupan awalnya di daerah-daerah pegunungan, kambing


8

lebih menyukai tanaman merambat dan daun-daunan daripada rumput (Sodiq, 2002).

Pakan sumber protein yang baik berasal dari tumbuhan seperti bungkil dan bekatul

dan tepung-tepung hewan seperti tepung ikan.

2.2.1 Hijauan Pakan


Hijauan merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia dan berfungsi tidak

hanya sebagai pengenyang tetapi juga berfungsi sebagai sumber nutrisi, yaitu protein,

energi, vitamin dan mineral. Hijauan yang bernilai gizi cukup memegang peranan

penting karena dapat menyumbang zat pakan yang lebih ekonomis dan berhasil guna

bagi ternak (Herlinae, 2003).

Pakan hijauan adalah makanan yang berserat tinggi yang dapat dikonsumsi oleh

ternak biasanya berupa tanaman-tanaman (Firman, 2010), menurut (Sudarmono dan

Sugeng, 2008). kelompok pakan hijauan ialah bangsa rumput (Graminae), legum dan

tumbuhan lainnya, semua bisa diberikan dalam dua macam bentuk, yakni hijauan

segar atau kering, yang termasuk hijauan segar adalah hijauan yang diberikan dalam

keadaan segar sedangkan hijauan kering bias berupa hay.

Salah satu contoh jenis rumput yaitu Panicum sarmentosum Roxburg (Roxb).

Panicum sarmentosum Roxburg (Roxb) adalah salah satu jenis rumput yang

ditemukan tumbuh dan menyebar alami pada lahan kering di Tondo-Lembah Palu.

Rumput ini diidentifikasi di Herbarium Bogoriense, Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI) di Bogor tahun 2000.


9

2.2.2 Konsentrat
Menurut (Sudarmono dan Sugeng, 2008), pakan konsentrat adalah pakan yang

berkonsentrasi tinggi dengan kandungan serat kasar yang relative rendah dan mudah

dicerna, pakan konsetrat ini meliputi bahan makanan yang berasal dari biji-bijian

seperti jagung giling, dedak, bungkil dan berbagai umbi-umbian. Pakan yang

berkualitas adalah pakan yang kandungan protein, lemak, karbohidrat mineral dan

vitaminnya seimbang (Kusumastuti dkk. 2010). Adapun fungsi konsetrat antara lain

sebagai sumber energi dan sumber protein bagi ternak untuk meningkatkan

kandungan gizi dalam pakan, menambah bobot badan ternak, pemberian pakan

menjadi lebih efesien, memenuhi kebutuhan ternak tidak hanya berasal dari tumbuh-

tumbuhan, tetapi juga berasal dari hewan.

2.4 Amoniasi
Amoniasi adalah pemberian senyawa-senyawa nitrogen pada hijauan yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitasnya. Sejumlah senyawa nitrogen yang dapat

digunakan untuk meningkatkan kualitas pakan seperti gas amoniak, larutan amoniak,

urea, ammonium, bikarbonat dan urine.

Amoniasi dapat meningkatkan pencernaan dengan cara melonggarkan ikatan

lignin dengan selulosa (Pprastyawan dkk., 2012).

2.5 Fermentasi
10

Secara biokimia fermentasi merupakan pembentukan energy melalui senyawa

organic, sedangkan aplikasi kedalam bidang industry diartikan sebagai proses

mengubah bahan dasar menjadi produk oleh massa sel mikroba (Hastuti dkk., 2011)

Mekanisme kerja amoniasi merusak ikatan ester anatar lignin dengan karbohidrat

bersifat fisik membuat pakan lebih lunak dan membengkak yang ditunjang oleh

meningkatnya aborsi air.

Fermentasi adalah suatu proses perubahan substrat baik secara fisik maupun

kimiawi pada kondisi aerob maupun anaerob, oleh aktivitas enzim yang dihasilkan

oleh mikroba dengan tujuan meningkatkan strapereuksin faktor antinutrisi (Wizna.,

2000)

Fermentasi dilakukan terhadap suatu bahan makanan untuk mendapatkan produk

makanan baru yang dapat memperpanjang daya simpan (Farnworth, 2008). Aktivitas

mikroba pada fermentasi akan menyebabkan perubahan kadar PH dan terbentuk

senyawa penghambat seperti alcohol dan bakteriosin yang dapat menghambat

pertumbuhan mikroba pembusuk (Waites dkk., 2001). Fermentasi dapat menguraikan

bahan organic yang kompleks menjadi lebih sederhana dengan adanya aktivitas dari

mikroorganisme (Riswandi dkk., 2017).


11

2.4.1 Potensi Kulit Buah Durian Sebagai Pakan Ternak


Kulit buah durian cukup potensial untuk digunakan sebagai bahan pakan

ternak ruminansia. Jika dilihat, persentase bagian dagingnya termasuk rendah

yaitu hanya (20-30%), sedangkan kulit (60-75%) belum termanfaatkan secara

maksimal Kulit buah durian merupakan salah satu limbah pertanian yang

dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternatif. Kulit buah durian

mengandung protein kasar (PK) 4,73%, 0,90% lemak kasar (LK), 41,24%

serat kasar (SK), 8,31% abu, 91%,11 bahan kering (BK), 44,82% BETN

(Djaeni dan Prasetyaningrum, 2010). Selain dimanfaatkan sebagai sumber

pakan, hal ini juga untuk menanggulangi pembuangan limbah kulit buah

durian yang berdampak negatif pada lingkungan, salah satunya disekitar

tempat pedagang durian. Kulit durian ini memiliki kandungan karbohidrat

yang cukup tinggi serta serat kulit durian sekitar 60-70%. Menurut Rukmana

(1996), klasifikasi tanaman durian : Kingdom Plantae (tumbuh-tumbuhan),

Devisi Spermatophyta (tumbuhan berbiji), Sub-devisi Angiospermae (berbiji

tertutup), Kelas Dicotyledonae (biji berkeping dua), Ordo Bombacales, Famili

Bombacaceae, Genus Durio, Spesies Durio zibethinus Murr. Menurut

Rukmana (2002), tanaman durian dalam sistematika mempunyai klasifikasi

sebagai berikut

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub-divisi : Angiospermae
12

Ordo : Bombacales

Family : Bombacaceae

Kelas : Dicotyledoneae

Genus : Durio

Spesies : Durio zibethinus Murr

Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi Kulit Buah Durian

Kandungan Nutrisi Kadar (%)

Protein Kasar 4,73


Lemak Kasar 0,90
Serat Kasar 41,24
Bahan Kering 91,11
Abu 8,31
BETN 44,82

Hasil penelitian Hatta (2007) menunjukkan bahawa kulit buah durian

mengandung unsur selulosa yang tinggi (50-60%) dan kandungan lignin (5%) serta

kandungan pati yang rendah (5%) sehingga dapat diindikasikan sebagai campuran

bahan baku pangan olahan serta produk lainnya yang dimanfaatkan.

Tanaman durian di habitat alami tumbuh tahunan hingga mencapai

ratusan tahun (200 tahun). Pohonnya berkayu dapat mencapai ketinggian 50

meter atau lebih, bercabang banyak dan membentuk tajuk (kanopi) mirip

kerucut atau segi tiga, setiap percabangan tanaman durian tumbuh mendatar

atau tegak membentuk sudut 30-40˚ tergantung pada jenis atau varietasnya.
13

2.5 Bahan-bahan yang digunakan dalam Amoniasi dan Fermentasi


2.5.1 Pupuk Urea
Urea merupakan sumber non protein nitrogen (NPN) paling sering

digunakan sebagai bahan pengganti pakan protein sejati karena dapat

menekan biaya pakan ternak. Urea mengandung nitrogen (N) berkadar tinggi,

Penggunaan pupuk urea dalam bahan pakan mampu meningkatkan protein

kasar ransum Penambahan urea sebanyak 0,99% dalam ransum mampu

meningkatkan kadar protein kasar ransum dari 15,99% menjadi 17,85%

Amoniasi dengan mengunakan urea mampu meningkatkan protein kasar

ransum karena urea mengandung sekitar 45% Nitrogen atau equivalen dengan

284% protein kasar (Puastuti, 2010). Namun penambahan urea dalam pakan

jika tidak dilakukan dengan hati-hati dapat menimbulkan efek negatif seperti

turunnya palatabilitas pakan dan terganggunya fermentasi dalam rumen serta

keracunan pada ternak.

2.5.2 Yakult
Yakult adalah suplemen makanan berbentuk minuman probiotik. Yakult

terbuat dari susu yang difermentasikan oleh bakteri lactobacillus casei. yakult

mengandung bakteri yang baik Lactobacillus casei shirota strain (Belinda,

2019) Fuller (1989) menyatakan bahwa, probiotik merupakan pakan aditif

berupa mikroba hidup yang dapat meningkatkan keseimbangan dan fungsi

pencernaan hewan inang, manipulasi microflora saluran pencernaan untuk


14

tujuan peningkatan kondisi kesehatan serta meningkatkan produksi.

Penambahan probiotik dapat mengurangi kemampuan mikrooganisme

patogen yang menghambat dan merusak fungsi saluran pencernaan. Probiotik

juga dapat merangsang produksi enzim untuk pencernaan serta menghasilkan

vitamin dan subtansi antimikroba. Mekanisme kerja mikrooganisme yang

masuk kedalam tubuh ternak akan mempengaruhi pencernaan serta

penyerapan nutrisi pakan (Wina, 2005)

2.5.3 Gula Merah


Gula merah mempunyai komposisi air sebanyak 80-85%, sukrosa ±

15%, gula invert 0,13%, non gula (organik) 0,13%, non gula (anorganik)

0,02%. Gula merah memiliki banyak manfaat dari segi kimia karena

mengandung sukrosa kurang lebih 84% dibandingkan dengan gula tebu dan

gula bit yang masing-masing hanya mengandung 20% sukrosa, sehingga gula

merah mampu menyediakan energi lebih tinggi dari gula tebu dan gula bit.

Oleh karena itu gula merah dapat dimanfaatkan sebagai molase (Lempang,

2012).

2.6 Status Faal


Data fisiologis atau sering juga disebut dengan status faal meliputi beberapa

aspek antara lain suhu tubuh, denyut nadi (frekuensi pulsus) dan frekuensi pernapasan

(respirasi) (Soeharsono dkk., 2010). Frekuensi nafas kambing Kacang permenit

berkisar pada 26-54 kali/menit (Frandson, 1996). Denyut nadi pada kambing Kacang
15

berkisar 60-120 kali/menit (Fitra dan Hendri, 2006), sedangkan suhu rektal kambing

Kacang dalam keadaan normal berkisar pada 38,5℃ -39,6℃ .

Konsumsi pakan yang berbeda akan menyebabkan adanya aktivitas metabolik

dalam tubuh yang berbeda pula, ternak akan selalu beradaptasi dengan lingkungan

tempat hidupnya, apabila lingkungan dengan suhu dan kelembaban yang tinggi dapat

menyebabkan stres (cekaman) karena sistim pengaruh panas tubuh dengan

lingkungan menjadi tidak seimbang (Ananda, 2009).

2.6.1 Suhu Tubuh


Temperatur rektal adalah sebuah indeks temperatur tubuh yang paling mudah

diperoleh pada hewan dengan memasukan termometer pada rectum selama satu menit

normalnya suhu pada ternak 37°-40°. Walaupun suhu rektal tidak selalu menunjukan

rata-rata suhu tubuh, tapi hal ini dianggap lebih baik untuk mengukur suhu tubuh

lainnya yang senantiasa berubah sesuai kondisi lingkungannya (Alderson, 2007).

Kambing termasuk hewan berdarah panas (Homoeterm), yang berarti ternak tersebut

senantiasa berusaha mempertahankan suhu tubuhnya pada kisaran yang paling cocok

untuk terjadi aktivitas biologi yang optimum. Suhu tubuh hewan homoeterm

merupakan hasil keseimbangan dari panas yang diterima dan yang di keluarkan oleh

tubuh (Edey, 1983).

Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan bervariasinya temperatur

tubuh ternak diantara umur, jenis kelamin musim, waktu atau jam dalam

sehari, suhu lingkungan sekitar, konsumsi makanan, mencerna makanan dan


16

konsumsi air minum. Status suhu tubuh yang relatif konstan tercapai hanya

berpengaruh bersih dari produksi panas diseimbangkan oleh pengaruh bersih

dari produksi panas (Putra, 2012).

2.6.2 Frekuensi Respirasi


Respirasi adalah suatu proses dimana pertukaran zat metabolisme dan gas

asam arang atau oksigen yang diambil dari udara oleh paru sampai paru dan

mengalami proses kimia dalam jaringan tubuh yang dilepaskan dalam bentuk

karbon dioksida (CO 2), respirasi memiliki dua proses, yaitu respirasi eksternal

dan respirasi internal, terjadinya pergerakan karbon dioksida ke dalam

alveolar ini disebut respirasi eksternal respirasi internal dapat terjadi apabila

oksigen berdifusi ke dalam darah (Campbell dkk., 2002). Pada frekuensi pada

respirasi juga normalnya berada pada 60-120 kali permenitnya pada

pernapasan.

Paru-paru yang normal akan menghasilkan bunyi yang disebut murmur

vesikuler, paru-paru yang tidak normal dapat menimbulkan suara keras yang

disebut rales atau tidak menimbulkan suara sama sekali bergantung pada

kondisinya. Respirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu respon fisiologis

akibat perubahan temperatur lingkungan, suhu tubuh, ukuran tubuh dan

keadaan bunting (Smith, 1988).

2.6.3 Frekuensi Pulsus


Frekuensi pulsus sering disebut denyut nadi atau denyut jantung

normalnya 26-54 kali menurut (Adriani, 2010), jantung merupakan komponen


17

organ utama dalam sirkuasi darah yang memiliki fungsi untuk memompakan

darah dari vertikel menuju jaringan kemudian kembali lagi. Kecepatan denyut

jantung dapat dipengaruhi oleh suhu lingkungan, aktivitas tubuh, suhu tubuh,

letak geografis, penyakit dan stress (Duke`s, 1995).

Sistem sirkulasi darah seekor hewan terdiri atas suatu pompa empat ruang

yaitu jantung, dan sistim pembuluh darah, pembulu yang mengalirkan darah

dari jantung ke bagian bagian lain disebut arteri, sedangkan yang membawa

darah menuju jantung disebut vena. Jantung terbagi menjadi bagian kanan dan

kiri Masing-masing bagian terdiri atas atrium, yang menerima curahan darah

dari vena-vena besar. Ventrikel merupakan bagian yang memompakan darah

dari jantung melalui sebuah arteri besar (Frandson, 1996).

Pulsus atau denyut nadi dapat berubah sesuai dengan kondisi fisiologi

ternak. Peningkatan frekuensi pulsus merupakan salah satu upaya pengaturan

suhu tubuh dari seekor ternak, disamping peningkatan frekuensi respirasi.

Pulsus meningkat jika suhu lingkungan tinggi diikuti dengan peningkatan

respirasi yang banyak mensuplai oksigen dan nutrien melalui peningkatan

aliran darah dengan cara peningkatan denyut nadi (Frandson, 1996).


18

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di Kandang Percobaan milik CV. Prima

BREED Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu Provinsi Sulawesi

Tengah yang berlangsung dari bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2023.

Pelaksanaan penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan tahap

perlakuan.

Tujuan tahap pendahuluan menurut Ranjhan (1981) adalah masa adaptasi

ternak percobaan:

1. Membiasakan ternak dengan lingkungan yang baru.

2. Membiasakan ternak dengan pakan baru (pakan yang diberikan pada waktu

penelitian).

3. Menghilangkan pengaruh pakan yang ada sebelumnya.

Sebelum pelaksanaan tahap perlakuan, terlebih dahulu dilakukan uji coba atau

latihan (trial and error) mengenai cara pengukuran variabel yang diamati. Tahap

perlakuan atau pengumpulan data dilaksanakan selama 8 minggu.

3.2 Materi Penelitian


3.2.1 Ternak Percobaan
Ternak yang akan digunakan dalam penelitian ini berjumlah 14 ekor kambing

Kacang betina umur 6 sampai 10 bulan dengan kisaran bobot badan antara 10 sampai

dengan 12 kg. Ternak tersebut milik CV. Prima BREED Kelurahan Tondo

Kecamatan Mantikulore Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah.


19

3.2.2 Kandang
Kandang yang digunakan yaitu kandang panggung dengan atap rumbia, lantai

papan, dinding dari papan yang berukuran 5 x 10 m. Kandang dibuat petak menjadi

14 petak dengan masing-masing ukuran 1,0 x 1,0 meter yang ditempati seekor

kambing percobaan. Setiap petak dilengkapi dengan bak pakan terbuat dari papan

dan sebuah baskom untuk tempat minum. Tiga hari sebelum kandang digunakan

terlebih dahulu dibersihkan dan disucihamakan dengan menggunakan Rodalon

dengan tingkat pengenceran 15 cc per 10 liter, agar kandang terbebas dari kuman

3.2.3 Pakan Ternak


Pakan yang diberikan selama penelitian terdiri dari konsentrat dan Panicum

sarmentosum Roxburg (Roxb). Konsentrat yang digunakan terdiri dari campuran

beberapa bahan berupa kacang kedele 18%, dedak padi 48%, dan jagung giling 34%

dengan kandungan protein 14,01% dan TDN 67,56%. Tepung kulit buah durian hasil

olahan (Amoniasi dan Fermentasi) sebagai perlakuan. Konsentrat dan bahan

perlakuan diberikan pada jam 07.30 pagi sebanyak 1,0% konsentrat dan 0,5% bahan

perlakuan dari bahan kering berdasarkan bobot badan, sedangkan Panicum

sarmentosum Roxburg (Roxb) diberikan setelah konsentrat habis terkonsumsi secara

ad-libitum.

Adapun kandungan gizi bahan penyusun konsentrat tertera pada Tabel 3-1.

Tabel 3-1. Kandungan Nutrisi dan Komposisi Bahan Pakan yang Digunakan.
Bahan Protein Serat Lemak
Bahan Pakan TDN**
Kering* Kasar* Kasar* Kasar*
20

Kedelai Giling 92,13 31,35 9,73 11,65 61,00


Jagung Giling 86,89 9,54 4,92 8,30 69,82
Dedak Padi 89,92 10,67 18,39 4,64 68,41
Kulit Durian Amoniasi ------ ------ ------ ------ ------
Kulit Durian Fermentasi ------ ------ ------ ------ ------
Panicum sarmentosum 26,29 11,51 30,20 1,90 59,54
Keterangan : * Hasil analisis Laboratorium Bagian Nutrisi Pakan Fakultas

Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako Tahun 2020.

** Dihitung berdasarkan petunjuk Hartadi dkk. (1993) dengan

menggunakan Rumus 2, 4, dan 5.

3.2.4 Pembuatan Kulit Buah Durian Amoniasi (KBDA)


Prosedur pembuatan kulit buah durian amoniasi yang digunakan dalam penelitian ini

sebagai berikut :

1) Kulit buah durian kering giling sebanyak 10 kg + 2,5% urea + 40% air steril dari

bahan kering kulit buah durian.

2) Disimpan dalam gentong plastik tertutup dengan suhu kamar selama 21 hari.

3) Setelah masa amoniasi berakhir, sampel bahan perlakuan dibuka, kemudian kulit

buah durian dikerig anginkan selama kurang lebih 4-5 hari untuk penghentikan

proses amoniasi.

4) Selanjutnya setelah proses pengeringan berakhir dilakukan penggilingan terhadap

kulit buah durian kemudian dilakukan analisis proksimat.

5) Selanjutnya bahan pakan perlakuan siap diberikan kepada ternak percobaan.


21

3.2.5 Pembuatan Kulit Buah Durian Fermentasi (KBDF)


Kulit buah durian kering giling ditambahkan dengan 2,5% urea + 2% gula

merah + 20% yakult, kemudian ditambahkan 40% air steril dari bahan kering tepung

kulit buah durian. Substrat yang sudah tercampur dengan semua bahan dimasukkan

ke dalam tong sambil ditekan-tekan untuk mengurangi rongga udara dan volumenous

dalam tong. Kemudian mulut tong ditutup dan diikat dengan karet gelang, disimpan

dalam ruang pada suhu kamar selama 21 hari. Setelah proses pemeraman berakhir,

tong dibuka, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari selama 5-6 hari

kemudian digiling menjadi tepung, selanjutnya dilakukan analisis proksimat. Tepung

kulit buah durian fermentasi siap dijadikan sebagai bahan pakan.

3.2.7 Peralatan Penelitian


Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Timbangan digital kapasitas 40 kg dengan akurasi 1 g untuk menimbang ternak,

untuk menimbang hijauan, digunakan timbangan digital Merk Chiyo kapasitas

3000 g, akurasi 1 g buatan Jepang, sedangkan untuk menimbang konsentrat

digunakan timbangan Camry kapasitas 610 g, akurasi 0,1 g.

2. Termometer ruang, untuk mengukur suhu dan kelembaban udara.

3. Termometer klinis, untuk mengukur suhu rektal.

4. Stopwatch, untuk mengukur frekuensi pernapasan dan frekuensi pulsus.

5. Parang untuk memotong Panicum sarmentosum dengan ukuran panjang ± 2 cm


22

3.3 Metode Penelitian


3.3.1 Perlakuan
Dalam penelitian ini dilakukan uji perbandingan antara dua perlakuan yang

masing-masing diulang sebanyak 7 kali. Adapun perlakuan yang dicobakan adalah :

KBDA = Pemberian kulit buah durian amoniasi


KBDF = Pemberian kulit buah durian fermentasi

3.4. Peubah dan cara Pengukurannya


Beberapa variabel dependen (terikat) yang diamati pada penelitian ini adalah :

1. Suhu tubuh

2. Frekuensi respirasi

3. Frekuensi pulsus

Prosedur kerja pengukuran status faali yang meliputi suhu tubuh, frekuensi

respirasi dan frekuensi pulsus mengikuti petunjuk Edey (1983).

1. Suhu Tubuh

Diukur dengan menggunakan termometer klinis. Terlebih dahulu suhu

termometer klinis diturunkan dengan cara dikibas-kibaskan, lalu ujung

termometer dimasukkan ke dalam rektum sampai mukosa melalui anus yang

dilakukan selama 1 menit. Suhu tubuh diukur setiap 3 hari sekali pada temperatur

rendah, yaitu pada pagi hari antara Pukul 03.00 sampai 04.00, temperatur

tertinggi, yaitu pada siang hari antara Pukul 12.00 sampai 13.00.
23

2. Frekuensi Respirasi

Pengukuran frekuensi respirasi diperoleh dengan cara meletakkan punggung

telapak tangan di muka hidung kambing melalui perhitungan hembusan nafas

atau nafas pendek selama 1 menit. Waktu pengukuran frekuensi respirasi juga

dilakukan seperti waktu pengukuran temperatur tubuh.

3. Frekuensi Pulsus

Pengukuran frekuensi pulsus diperoleh dengan cara melakukan perabaan arteri

femoralis sebelah medial paha kiri selama 1 menit. Perabaan arteri tersebut dapat

dilakukan dengan keempat ujung jari tangan. Waktu pelaksanaan pengukuran

frekuensi pulsus bersamaan dengan pengukuran temperatur tubuh dan frekuensi

respirasi.

3.4. Analisis Data


Data yang diperoleh dianalisis secara statistik sesuai dengan rancangan yang

digunakan Analisis dari Uji-t dengan rumus sebagai berikut :

x 1−x 2
t=


2 2
( n1 −1 ) S 1+ ( n2−1 ) S2 1 1
n1 +n2−2 (n n )
+
1 2

Keterangan :

t = Respon pengamatan dari hasil penelitian

X 1 = Nilai tengah pemberian kulit buah durian amoniasi


24

X 2 = Nilai tengah pemberian kulit buah durian fermentasi

n1 = Jumlah ulangan perlakuan pemberian kulit buah durian amoniasi

n2 = Jumlah ulangan perlakuan pemberian kulit buah durian fermentasi

2
S1 = Ragam perlakuan pemberian kulit buah durian amoniasi

2
S2 = Ragam perlakuan pemberian kulit buah durian fermentasi.
25

DAFTAR PUSTAKA

Alderson G.L., 2007. The Development of a System of Linear Measurements to


Provide and Assesment Type an Funcition of Beef Cattle. Animal Genetic
Resources Information. Vol 25:45.
Ananda, R. R. 2009 Kondisi Fisiologi Domba Garut Jantan Yang Mendapat Ransum
Dengan Kadar Kromium dan Neraca Kation Anion Berbeda Pada Suhu
Lingkungan Panas. Fakultas Peternakan IPB ( Skripsi )
Aziz, N.A.A., Jalil, A.M.M., 2019. Bioctive Compound, Nutritional Value, and
Potential Health Benefits of Indigenous Durian (Durio Zibethinus Murr): A
Review. Foods 8.
Batubara, A., M. Doloksaribu dan B. Tiesnamurti. 2006. Potensi Keragaman Sumber
Daya Genetik Kambing Lokal Indonesia. Loka-Karya Nasional Pengelolaan
dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di Indonesia. Hal 206-214.

Belinda, G. 2019. Yakult. https://www.honestdocs.id/yakult. (6 September 2022).


Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. (2002). Biologi. Jilid 1. Edisi Kelima.
Alih Bahasa: Wasmen. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Djaeni, Moh, and A. P. Aji Prasetyaningrum. "Kelayakan biji durian sebagai bahan
pangan alternatif: Aspek nutrisi dan tekno ekonomi." Riptek 4.11 (2010): 37-
45.
Duke’s, N. H. 1995. The Physiology of Domestic Animal. Comstock Publishing.
New York.
Edey. T. N., 1983. The Genetic pool of sheep and goats. Dalam: Goat and Sheep and
Goat Production. Melbourne: the Dominion Press-Hedges & Bell Pty. Ltd.
Farnworth, E. R. 2008. Handbok of Fermented Funtional Food. 2nd ed. CRC Press,
Boca Raton.
Fenk, J., Wang, Y., Yi, X., Yang, W., & He, X. 2016. Phenolics From Durian Exert
Pronounced NO Inhibitory and Antioxidant Activies. Journal of Africultural
and Food Chemistry, 64 (21), 4273-4279.
Firman, A. 2010. Agribisnis Sapi Perah. Widya Padjajaran, Bandung
Fitra,A.P dan Y. Hendri. 2006. Respon Tiga Jenis Kambing di Musim Kemarau di
Dataran Rendah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatra Barat, Padang.
26

Frandson, R. D., 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Fuller, R. 1989. Probiotics in Man and Animal. Journal Application Bacteriol. Vol
66(1) : 365-378.

Hastuti. D, Shofia, N.A., Dan Baginda, I.M. 2011. Pengaruh Perlakuan Teknologi
Amofer (Amoniasi Fermentasi) Pada Limbah Tongkol Jagung Sebagai
Alternatif Pakan Berkualitas Ternak Ruminansia. Mediagro, Vol. 7 No. 1, hal:
55-65
Herlinae. 2003. Evaluasi Nilai Nutrisi dan Potensi Hijauan Asli Lahan Gambut
Pedalaman di Kalimantan Tengah Sebagai Pakan Ternak [Tesis]. Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kusumastuti, T.A., B.Susilo, Y.Y. Suranindyah, B Suwignyo, 2010. Pengembangan
Tanaman Hijauan Pakan untuk Peningkatan Nilai Ekonomi Total Ternak
Ruminansia Menggunakan Model Sistem Informasi Geografis dan Sosial
Ekonomi. Laporan Penelitian Hibah Strategis Nasional. Fakultas Peternakan,
Jakarta.

Lempang, Mody. 2012. Pohon Aren dan Manfaat Produksinya. Jurnal Ilmiah
Farmasi. Vol 9(1) : 1-15.

Puastuti, W. 2010. Urea dalam Pakan dan Implikasinya dalam Fermentasi Rumen
Kerbau. Seminar dan Lokakarya Nasional Kerbau.
Pamungkas, Batubara, A., Doloksaribu, M., & Sihite, E. 2009. Petunjuk Teknis:
Potensi Plasma Nutfah Kambing Lokal Indonesia. Sumatera Utara: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
Pprastyawan, R.M., B.I.M Tampoebolon dan Surono. 2012. Peningkatan Kualitas
Jenggel Jangung Melalui Teknologi Amoniasi Fermentasi (AMOFER)
Terhadapa Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Serta Protein Total
Secaraln Vitro. Animal Agriculture Journal, Vol. 1. Np. 1, 2012, hal: 611-621.
Putra, D. K. H., 2012. Fisiologi Hewan: Thermoregulasi. Udayana University. Bali.
Riswandi, S. Sandi, and I.P. Sari. 2017. Amoniasi Fermentasi (Amofer) Serat Sawit
Dengan Penambahan Urea dan Effectie Microorganism-4 (EM-4) Terhadap
Kualitas Fisik, Derajat Keasaman (Ph), Bahan Kering dan Bahan Organik.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptiman 2017, Palembang 19-20
Oktober 2017
27

Rukmana, R. 2002. Durian Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. 155


hal.
Sarwono, B. 2002. Beternak Kambing Unggul. Cetakan Ke Xv. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Setiadi, B. 2003. ALternatif Konsep Pembibitan dan Pengembangan Usaha Ternak
Kambing. Makalah Sarasehan “Potensi Ternak Kambing dan Propek Agribisnis
Peternakan”, 9 September 2003 di Bengkulu.
Setiawan, T. dan Arsa, T. 2005. Beternak Kambing Perah Peranakan Etawa. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Sihotang, B. 2010. Kandungan Senyawa Kimia Pada Pupuk Kandang Berdasarkan
Jenis Binatangnya. Kumpulan Artikel Budidaya Tanaman.
Sodiq, A dan Abidin, Z. 2002. Pengembangan kambing tergolong herbivora.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Soeharsono, L, Adrian., E Hernawan., K. A. Kamil., dan A. Mushawwir. 2010.
Fisiologi Ternak. Widya Padjajaran. Bandung.118-120.
Smith. J.B. 1988. Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan Di
Daerah Tropis.Universitas Indonesia. Jakarta.
Uji, T. 2005. Keanekaragaman Jenis dan Sumber Plasma Nutfah Durio (Durio spp).
Di Indonesia. Jurnal Buletin Plasma Nutfah, 11: 28-33
Waites, M.J., N.L. Morgan, J.S. Rockey, and G. Higton. 2001. Industrial
Microbiology: An Introduction. Blackwell Science, London.
Wahyono, W. (2009). Karakteristik Edible Film Berbahan Dasar Kulit Dan Pati Biji
Durian (Durio Sp) Untuk Pengemasan Buah Strawberry (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Widiastuti dan Firmansyah, 2005. Widiastuti, R., dan R. Firmansyah. 2005. Cemaran
Zearalenon dan Deoksinivalenol pada Pakan Sapi dan Babi. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai Penelitian Veteriner.

Wina, E. 2005. Teknologi Pemanfaatan Mikroorganisme dalam Pakan untuk


Meningkatkan Produktivitas Ternak Ruminasia di Indonesia. Vol 15(4):74-186.
Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Wizna, Mirnawati, J. Novirman, Yenti dan Zuryani. 2000. Pemanfaatan Produk
Fermentasi Biji Karet (Hevea brasiliensis) Dengan Rhizopus oliogosporus
28

Dalam Ransum Ayam Broiler. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 18-
19 September 2000, Bogor. Pusat Penelitian Peternakan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Hal 296-299
29

Anda mungkin juga menyukai