Oleh:
MUHAMAD FIRMANSYAH
NIM. C1071141027
MUHAMAD FIRMANSYAH
NIM. C1071141027
Menyetujui
Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua
Disahkan,
Ketua Jurusan Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian
Puji dan syukur penulis panjatkan Ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan rencana penelitian yang berjudul
“Kualitas Silase Limbah Kulit Jagung Dengan Pemambahan Dedak Padi Dan Kitosan”.
Penulisan rencana penelitian ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan
tugas akhir Program Studi Peternakan.
Penulisan rencana penelitian ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Denah Suswati, M.P. selaku Dekan Fakultas PertanianUniversitas
Tanjungpura Pontianak.
2. Dr. Fadjar Rianto, M.S. selaku Ketua Jurusan Budidaya PertanianUniversitas Tanjungpura
Pontianak.
3. Ir. Retno Budi Lestari, M.Sc. selaku Ketua Program Studi Peternakan Universitas
Tanjungpura Pontianak Fakultas Pertanian, sekaligus sebagai pembimbing pertama.
4. Ir. MarjokoPurnomosidi, M.Scselaku dosen pembimbing kedua.
5. Semua civitasakademika Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak.
Akhir kata penulis berharap semoga rencana penelitian ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua, Aamiin.
Muhamad Firmansyah
C1071141027
i
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBARv
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
D. Manfaat 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 5
A. Landasan Teori 5
1. Jagung 5
a. Kulit jagung 6
2. Silase 7
a. Proses FermentasiSilase 8
b. Kualitas Silase 11
c. Kualitas Kimia Silase 12
3. DedakPadi 13
4. Kitosan 14
B. Kerangka Konsep 17
C. Hipotesis 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 18
A. Tempat dan Waktu Penelitian 18
B. Alat dan Bahan Penelitian 18
1. BahanPenelitian 18
2. Alat Penelitian 18
C. Rancangan Penelitian 19
D. Pelaksanaan Penelitian 20
1. PersiapanBahan 20
2. PosesPembuatanSilase 20
E. Variabel Pengamatan 21
ii
1. Uji KualitasFisikSilase 21
2. Uji KimiawiSilase 21
F. Analisis Data 21
DAFTAR PUSTAKA 23
iii
DAFTAR TABEL
halaman
1. Hasil Analisa Proksimat Kulit Jaggung...............................................................7
2. Spesifikasi Persyaratan mutu dedak padi 12
3. Sumber-sumberkitin dan kitosan 15
4. Kriteriakualitasfisiksilase 15
5. Perhitungan kebutuhan bahan pembuatan silase 20
6. Cara penilaian organoleptic silase 21
iv
DAFTAR GAMBAR
halaman
1. Jagung..................................................................................................................5
2. Bagian-bagian dari tanaman jagung.....................................................................6
3. Kulit jagung..........................................................................................................7
4. Dedak padi.........................................................................................................13
5. Kitosan...............................................................................................................15
v
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Kulit jagung merupakan kulit pembungkus buah dari tanaman jagung dan
kulit jagung sebagai limbah tanaman jagung. Menurut Anonim (2004) kulit
jagung sebagai limbah tanaman jagung dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Hasil analisa proksimat laboratorium pakan Lolit Sapi Potong, Grati, Pasuruan
bahwa kandungan nutrisi kulit jagung adalah : bahan kering 42,56%, protein kasar
3,4%, lemak kasar 2,55%, serat kasar 23,318% dan TDN 66,41 %. Kulit jagung
merupakan bahan pakan yang dapat dibuat silase sehingga kulitjagung dapat
disimpan dalam waktu 3 yang lama. Hal ini disebabkan pH yang rendah dalam
proses silase. Dengan demikian tidak ada bakteri clostridia yang aktif untuk
merusak silase tersebut. Keberadaannya melimpah diberbagai musim, biasanya
hanya ditumpuk dipinggiran sawah dan membusuk atau dibakar. Limbah kulit
jagung bersifat bulky (voluminous s) dan cepat rusak setelah dipanen. Kendala
utama yang dihadapi dalam penggunaan kulit jagung segar sebagai pakan ternak
yaitu protein, kecernaan, dan palatabilitas yang rendah. Kulit jagung memiliki
serat kasar yang tinggi tetapi protein rendah sedangkan kangkung memiliki serat
kasar yang rendah tetapi memiliki protein yang lebih tinggi diharapkan campuran
kedua bahan ini dapat mencukupi kebutuhan pada masa pertumbuhan. Kelebihan
lainnya adalah penggunaan kulit jagung sebagai pakan ternak tidak akan bersaing
dengan kebutuhan manusia dan ketersediannya yang melimpah di berbagai
musim. Tanaman jagung merupakan komoditas pertanian yang cukup penting
baik sebagai sumber pangan maupun pakan. Bagian tanaman jagung yang banyak
dimanfaatkan adalah bijinya yang digunakan sebagai bahan pangan atau pakan.
Manurut Anggraeny et al (2006) hasil samping jagung berupa batang berkisar
antara 55,4 – 62,3 %, daun 22,6 – 27,4% dan klobot 11,9- 16,4%. Menurut BPS
Kalimantan Barat (2019) produksi jagung 103.742 ton menurut McCutcheon dan
Samples (2002), proporsi hasil samping tanaman jagung dalam persen bahan
kering terdiri dari 50% batang, 20% daun, 20% tongkol dan 10% kulit jagung.
Dari data produksi jagung Kalimantan Barat 103.742 ton jagung hasil sampingan
10% kulit jagung adalah 10.374,2 ton .
3
Pakan merupakan salah satu komponen utama yang penting dalam suatu
usaha peternakan, karena pakan merupakan faktor penentu bagi produktivitas
ternak. Pakan yang diberikan pada ternak khususnya ternak ruminansia adalah
pakan yang mengandung serat, protein serta zat nutrisi lain yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup ternak, oleh sebab itu pakan harus cukup tersedia.
Akan tetapi pada kenyataannyaketersediaan hijauan sebagai sumber bahan pakan
sampai saat ini masih menjadi pembatas dalam pengembangan usaha peternakan
di Indonesia. Hal tersebut terjadi karena lahan hijauan makin terbatas, dan biaya
pakan dapat mencapai 60-70% dari total biaya produksi peternakan, sehingga
membuat peternak mengalami kesulitan dalam mengembangkan usaha
peternakan. hal tersebut diatasi dengan melakukan eksplorasi sumber bahan non
konvensional yang lebih murah, dapat menekan biaya produksi, memiliki
kandungan nutrisi yang lengkap, tersedia dalam jumlah banyak, serta tidak
bersaing dengan kebutuhan manusia. Salah satu alternatif sumber pakan ternak
yang dapat dimanfaatkan adalah limbah tanaman jagung.
Teknologi pengawetan yang dapat dilakukan antara lain dengan
pembuatan hay, silase, dan amoniasi. Silase berasal dari hijauan makanan ternak
atau limbah pertanian yang diawetkan dalam keadaan segar (dengan kandungan
air 60-70%) melalui proses fermentasi dalam silo (tempat pembuatan silase),
sedangkan ensilase adalah proses pembuatan silase. Pada kondisi anaerob tersebut
akan mempercepat pertumbuhan bakteri anaerob untuk membentuk asam laktat
(Mugiawati, 2013). Tujuan utama pembuatan silase adalah untuk
memaksimumkan pengawetan kandungan nutrisi yang terdapat pada hijauan atau
bahan pakan ternak lainnya, agar bisa disimpan dalam kurun waktu yang lama,
untuk kemudian diberikan sebagai pakan bagi ternak. Prinsip dasar pembuatan
silase adalah fermentasi hijauan oleh mikrobia yang banyak menghasilkan asam
laktat. Menurut Ridwan (2005) bahwa asam laktat yang dihasilkan selama proses
fermentasi akan menurunkan pH dan berperan sebagai zat pengawet sehingga
dapat terhindar dari bakteri pembusuk Pengawetan hijauan dengan pembuatan
silase bertujuan agar pemberian hijauan sebagai pakan ternak dapat berlangsung
secara merata sepanjang tahun, untuk mengatasi kekurangan pakan di musim
(Kartasujana, 2001).
4
Dalam proses pembuatan silase, bahan tambahan sering digunakan dengan tujuan
untuk meningkatkan atau mempertahankan kualitas dari silase. Dedak padi dan
tepung jagung merupakan bahan tambahan yang dapat digunakan dalam
pembuatan silase sebagai sumber karbohidrat terlarut. Keuntungan dari dedak
padi dan tepung jagung sebagai bahan tambahan yaitu harga yang relatif murah
serta mudah didapat. Komposisi kimia tepung jagung yang berwarna kuning,
kadar air 14%, kadar protein 6,6%, kadar abu 0,5%, kadar lemak 2,8%, kadar
karbohidrat 76,1%, kadar serat larut 0,2%, kadar serat tidak larut 1,5% (FAO,
2005).
Upaya untuk meningkatkan perkembangan bakteri terutama di fase awal proses
pembuatan silase, yaitu dengan penambahan bahan aditif. Menurut Hapsari et al
(2014) bahwa penambahan bahan aditif bertujuan untuk mempercepat penurunan
pH sehingga mencegah terjadinya proses fermentasi yang tidak dikehendaki,
mempercepat pembentukan asam laktat dengan menyediakan sumber energi bagi
bakteri asam laktat serta sebagai suplemen zat gizi dalam hijauan sehingga
kualitas silase yang dihasilkan menjadi lebih baik dibandingkan dengan tanpa
aditif. Salah satu bahan aditif inhibitor yang mempuyai peran penting selama
proses fermentasi adalah kitosan.
Kitosan adalah biopolimer dari D-glukosamin yang dihasilkan dari proses
deasetilasi kitin dengan menggunakan alkali kuat. Aktivitas antimikrobia kitosan
diketahui dapat menghambat bakteri dan fungi (Senel and McClure, 2004).Oleh
karena itu penambahan kitosan diharapkan dapat mempercepat stabilitas fase
aerobik pada proses pembuatan silase, sehingga akan meningkatkan kualitas silase
kulit jagung.
Berdasakan latar belakang diatas perlu dilakukan penelitian kualitas silase kulit
jagung dengan penambahan dedak padi dan kitosan. Penggunaan dedak padi dan
kitosan diharapkan dapat menjadi solusi untuk menghasilakan pakan alternatif
berupa silase.
B. Rumusan Masalah
Limbah kulit jagung yang cepat rusak, keberadaannya melimpah, dengan
kandungan protein, kecernaan, dan palatabilitasyang rendah, menyebabkan
perlunya teknologi alternatif yaitu silase kulit jagung. Berdasarkan prinsip dasar
5
C. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan dedak padi dan kitosan terhadap
kualitas kulit jagung.
2. Untuk mengetahui konsentrasi dedak padi dan kitosan berapa persen
dihasilkan kualitas silase kulit jagung yang terbaik.
D. Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
bahan informasi bagi masyarakat maupun peternak tentang penggunaan dedak
padi dan kitosan terhadap karakteristik dan kualitas silase kulit jagung, sehingga
dapat menjadi salah satu alternatif dalam pemenuhan kebutuhan gizi ternak.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Jagung
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan penghasil Karbohidrat yang
penting di dunia selain gandum dan padi. Bagi penduduk Amerika Tengah dan
Selatan, bulir jagung adalah pangan pokok, sebagaimana bagi sebagian penduduk
Afrika dan beberapa daerah di Indonesia. Di masa kini, jagung juga sudah
menjadi komponen penting pakan ternak. Penggunaan lainnya adalah sebagai
sumber minyak pangan dan bahan dasar tepung Maizena. Berbagai produk
turunan hasil jagung menjadi bahan baku berbagai produk industri. Beberapa di
antaranya adalah Bioenergi, Industri Kimia, Kosmetika, Farmasi, dll. (Rahmiwati
dkk, 2017).
Gambar 1. Jagung
a. Kulit jagung
Kulit jagung atau kulit jagung merupakan kulit terluar yang menutupi bulir
jagung. Kulit jagung ini juga merupakan lembaran modifikasi daun yang
membungkus tongkol jagung. Secara morfologi, kulit atau kulit jagung ini
mempunyai permukaan yang kasar dan berwarna hijau muda sampai hijau tua.
Jumlah rata-rata kulit jagung dalam satu tongkol adalah 12-15 lembar. Gambar 3.
Menunjukkan limbah kulit jagung yang belum dimanfaatkan. Hasil analisa
proksimat kulit jagung dapat dilihat pada Tabel 1.(Anggraeny et al, 2005).
7
Secara esensial atau inti dari tujuan membuat silase adalah sebagai alternatif
pakan ternak pada saat musim kemarau datang akibat susahnya memperoleh
hijauan pakan ternak pada saat musim kemarau,dengan adanya silase kesulitan
dalam memperoleh pakan ternak dalam musim kemarau dapat teratasi. Selain itu
tujuan dibuatnya silase adalah untuk memaksimalkan pengawetan kandungan
nutrisi yang terdapat pada hijauan atau bahan pakan ternak lainya, agar dapat
disimpan dalam waktu yang lama (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan, 2011).
Menurut Elferinget et.al. (2010), proses fermentasi pada silase terdiri dari
empat tahapyaitu:
1. Fase aerobik
Fase ini berlangsung sekitar beberapa jam yaitu ketika oksigen yang berasal
dari atmosfir dan berada diantara partikel tanaman berkurang. Oksigen yang
berada diantara partikel tanaman digunakan untuk proses respirasi tanaman,
mikroorganisme aerob dan fakultatif aerob seperti yeast dan enterobacteria.
Kondisi ini merupakan sesuatu yang tidak diinginkan pada proses ensilase karena
mikroorganisme aerob tersebut juga akan mengkonsumsi karbohidrat yang
diperlukan bagi bakteri asam laktat. Kondisi ini akan menghasilkan air dan
peningkatan suhu sehingga akan mengurangi daya cerna kandungan nutrisi.
Dalam fase ini harus semaksimal mungkin dilakukan pencegahan masuknya
oksigen yaitu dengan memperhatikan kerapatan silo dan kecepatan memasukan
bahan dalam silo. Selain itu juga harus diperhatikan kematangan bahan,
kelembaban bahan dan panjangnya pemotongan hijauan.
2. Fase fermentasi
Fase ini merupakan fase awal dari reaksi anaerob, fase ini berlangsung
beberapa hari hingga beberapa minggu tergantung dari komposisi bahan dan
kondisi silase. Jika proses ensilase (fermentasi) berjalan sempurna maka bakteri
asam laktat sukses berkembang. Bakteri asam laktat pada fase ini menjadi bakteri
predominan (utama)dan menurunkan pH silase sekitar 5-3,8. Bakteri asam laktat
akan menyerap karbohidrat dan menghasilkan asam laktat sebagai hasil akhirnya.
Penurunan pH di bawah 5,0 perkembangan bakteri asam laktat akan menurun dan
10
akhirnya berhenti, itu merupakan tanda berakhirnya fase dua dalam fermentasi
hijauan, fase ini berlangsung sekitar 24-72 jam.
3. Fase stabilisasi
Fase ini merupakan kelanjutan dari fase ke dua. Fase stabilisasi
menyebabkan aktivitas fermentasi menjadi berkurang secara perlahan sehingga
tidak terjadi peningkatan atau penurunan nyata pH, bakteri asam laktat dan total
asam.
bau, tekstur dan warna. Menurut Hermanto (2011), warna silase yang baik adalah
coklat terang (kekuningan) dengan bau asam. Menurut Prabowo dkk (2013),
kegagalan dalam pembuatan silase dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain proses pembuatan yang salah, terjadi kebocoran silo sehingga tidak tercapai
suasana anaerob di dalam silo, karbohidrat terlarut tidak tersedia dengan baik,
berat kering awal rendahsehingga silase menjadi terlalu basah dan memicu
pertumbuhan organismepembusuk yang tidak diharapkan.
Warna silase dapat mengindikasikan permasalahan yang mungkin terjadi
selama fermentasi. Silase yang terlalu banyak kandungan asam asetat
akanmenghasilkan warna kekuning-kuningan, sementara kalau kelebihan asam
butirat akan berlendir dan berwarna hijau-kebiruan. Penentuan kualitas
fermentasijuga dapat ditentukan melalui bau. Fermentasi asam laktat hampir
tidakmengeluarkan bau, sementara fermentasi asam propionat menimbulkan
aromawangi yang menyengat, sedangkan fermentasi clostridia akan menghasilkan
baubusuk (Saun and Heinrichs, 2008).
Kung (2001), menyatakan pH adalah salah satu faktor penentu keberhasilan
fermentasi. Kualitas silase dapat digolongkan menjadi empat kriteria berdasarkan
pH yaitu baik sekali dengan pH 3,2 - 4,2, baik dengan pH 4,2 - 4,5, sedang dengan
pH 4,5 - 4,8 dan buruk dengan pH >4,8. Kriteria kualitas fisik silase dapat dilihat
pada Tabel 2.
3. Dedak padi
Dedak padi adalah hasil ikutan penggilingan padi yang berasal dari
lapisanluar beras pecah kulit dalam proses penyosohan beras. Dedak padi
merupakan salah satu dari limbah hasil pertanian yang ketersediaannya cukup
banyak dan mudah untuk didapatkan. Harga dedakpadi yang relatif murah,
menjadi salah satu pertimbangan penggunaan dedaksebagai pakan ternak.
Menurut National Research Council (1994), dedak padi mengandung energy
14
metabolis sebesar 2980 kkal/kg, protein kasar 12,9%, lemak 13%, serat kasar
11,4%, Ca0,07%, P tersedia 0,22%, Mg 0,95% serta kadar air 9%.
Dedak padi yang berkualitas baik mempunyai ciri fisik seperti baunya khas,
tidak tengik, teksturnya halus, lebih padat dan mudah digenggam karena
mengandung kadar sekam yang rendah, dedak yang seperti ini mempunyai nilai
nutrisi yang tinggi (Rasyaf, 2002). Dedak padi dapat digunakan sebagai pakan
konsentrat yangmengandung energi dan disukai ternak. Pemberian dedak padi
sebagai pakan penguat ternak ruminansia dapat memberikan pertumbuhan yang
baik, ternak cepat besar dangemuk (Garsetiasih dkk, 2003). Menurut Utami
(2011), dedak padi mengandung bahan kering 88,93%, protein kasar 12,39%,
serat kasar 12,59%, kalsium 0,09%dan posfor 1,07%. Menurut Ako (2013),
penggunaan dedak padi dalam ransum sapi maksimum 40% dari total ransum.
Dedak padi dapat dilihat pada Gambar 4.
4. Kitosan
Kitosan adalah senyawa organik turunan kitin, berasal dari biomaterial kitin
yang banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain membersihkan
dan menjernihkan air, immobilasasi enzim sel bakteri, dan pengawet bahan
makanan. Kitosan adalah biopolimer yang diperoleh dengan deasetilasi sebagian
kitin, biopolimer paling melimpah kedua di alam, dan komponen utama dari
eksoskeleton krustasea dan serangga ( Senel dan McClure, 2004 ) . Aktivitas
antimikroba dikenal baik melawan bakteri dan jamur, dan telah digunakan sebagai
modulator rumen. Kitosan mampu sepenuhnya menghambat pertumbuhan jamur
dimorfik ( Olicón Hernández et al, 2015 ). Menurut Araújo dkk, 2015. Bahwa
kitosan secara kuadrat mempengaruhi konsentrasi nitrogen amonia rumen dan
proporsi molar propionat di sapi steer. Selain itu, penulis yang sama menemukan
bahwa kitosan meningkatkan kecernaan dan protein kasar. Kitosan berbentuk
serpihan putih kekuningan, tidak berbau dan tidak berasa. Kitosan tidak larut
dalam air, dalam larutan basa kuat, dalam asam sulfat, dalam pelarut- pelarut
organik seperti dalam alkohol, dalam aseton, dalam dimetil formamida, dan dalam
dimetilsulfoksida. Sedikit larut dalam asam klorida dan dalam asam nitrat, larut
dalam asam asetat 1%-2%, dan mudah larut dalam asam format 0,2%-1,0%
(Teguh, 2003).
16
Gambar 5. Kitosan
Kitosan diisolasi
dari kerangka hewan
invertebrate kelompok Arthopoda sp, Molusca sp, Coelenterata sp, Annelida sp,
Nematoda sp, dan beberapa kelompok jamur. Selain dari kerangka hewan
invertebrate, juga banyak ditemukan pada bagian insang ikan, trachea, dinding
usus dan pada kulit cumi-cumi. Sebagai sumber utamanya ialah cangkang
Crustaceae sp, yaitu udang, lobster, kepiting, dan hewan bercangkang lainnya,
terutama asal hewan laut (Hawab, 2004).
Tabel 4. Sumber-sumber kitin dan kitosan (Sembiring, 2011)
Jenis Kadar Kitosan
Jamur / Cendawan 5-20%
Cumi-cumi 3-20%
Kalajengking 30%
Laba-laba 38%
Kumbang 35%
Ulat Sutra 44%
Kepiting 69%
Udang 70%
Cangkang udang mengandung 20-30% senyawa kitin, 21% protein dan 40-
50% mineral. Dalam cangkang Crustaceae sp,kitin terdapat sebagai
mukopolisakarida yang berikatan dengan garam-garam anorganik, terutama
17
yang dihasilkan tertinggi pada perlakuan pemberian dedak padi 0 % yaitu 4,26
berbeda dengan yang lain memiliki pH 3,98, 3,92 dan 3,88.
Hasil penelitian Jamarun dkk (2014), tentang penggunaan berbagai bahan
sumber karbohidrat terhadap kualitas silase pucuk tebu, pH yang dihasilkan pada
penambahan dedak 10 % sebesar 4,38, tepung jagung 10 % sebesar 4,68, tepung
sagu 10 % sebesar 4,30, tepung tapioka 10 % sebesar 4,20. Dari semua perlakuan
tekstur yang dihasilkan lembut dan tidak rusak. Uji kimiawi silase pada penelitian
Riswandi (2014), tentang kualitas silase eceng gondok dengan penambahan dedak
dan ubi kayu didapat serat kasar silase eceng gondok paling tinggi tanpa
perlakuan pemberian dedak dan ubi kayu yaitu sebesar 21,92 % dan terendah pada
pemberian ubi kayu yaitu sebesar 17,45%, sedangkan pada penambahan dedak 5
% sebesar 21,63 %.
Penambahan bahan aditif mempuyai peran penting selama proses fermentasi
silase sebagai pertumbuhan populasi bakteri asam laktat, sehingga silase yang
dihasilkan menjadi berhasil, salah satu bahan aditif dalam penelitian ini akan
ditambahkan dengan kitosan. Didukung oleh pendapat Gandra et.al (2016)
menyatakan bahwa pada perlakuan kitosan, penambahan 1% kitosan
Penggabungan kitosan meningkatkan kandungan Protein kasar (P = 0,013-18,7 g /
kg ) dan meningkatkan (P = 0,02 - 45,6 g / kg ). Penggabungan kitosan ke silase
tebu menunjukkan hasil Baik inokulan kitosan dan mikroba memperbaiki
komposisi kimianya silase tebu . Kitosan bisa menjadi alternatif untuk inokulan
mikroba yang digunakan dalam penyimpanan tebu.
Valle et.al (2018) Rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan (n =
40) dilakukan. Dulu disusun dalam skema faktorial 2 x 2 dengan kitosan 0% dan 6
% / kg bahan kering tebu. Dari hasil diatas disimpukan bahwa Penambahan
inokulan mikroba meningkatkan konsentrasi asam laktat pada silo yang diberi
kitosan. Selanjutnya kitosan meningkatkan pH dan cenderung meningkatkan asam
asetat silase. Di Sebaliknya, inokulan menurunkan pH dan asam asetat, selain
meningkatkan etanol konsentrasi. Di dukung juga oleh pendapat Antonius dkk
(2016) Mikroba berperan dalam perombakan bahan organik. Kompos limbah
tanaman jagung dapat terdekomposisi dengan baik akibat pemberian inokulan.
19
Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang sudah ada seperti diatas, maka
dilakukan penelitian karakteristik dan kualitas silase kulit jagung yang dibuat
dengan penambahan dedak padi dan kitosan dengan tingkdat berbeda. Oleh karena
itu kulit jagung hasil fermentasi pembuatan silase dengan mengunakan bahan
dedak padi dengan penambahan kitosan dapat digunakan sebagai bahan
pendukung selama proses pembuatan silase kulit jagung, sehingga diharapkan
akan dapat menghasilkan pakan yang berkualitas pada masa pertumbuhan ternak
rumiansia.
6. Hipotesis
H1: Diduga terdapat pengaruh penambahan dedak padi dan kitosan terhadap
kualitas kulit jagung
H2: Diduga pada konsentrasi dedak padi 5% dan kitosan 1,5% dihasilkan kualitas
silase kulit jagung yang terbaik.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan bahan
Persiapan bahan yang dilakukan adalah mengambil kulit jagung menyiapkan
dedak padi dan kitosan. Bahan-bahan yang sudah disiapkan ditimbang sesuai
dengan silase yang akan dibuat.
2. Proses pembuatan silase
a. Pengumpulan kulit menggunakan karung50kg.
b. Mencacah kulitjagung dengan panjang 10 cm menggunakan pisau chopper.
c. Mencoper kulit jagung dengan mesin coper menjadi kecil.
d. Kemudian kulit jagung ditimbang sesuai perlakuan.
e. Menyiapkan bahan tambahan dan alat untuk pembuatan silase.
f. Menghitung dan menimbang bahan yang digunakan seperti dedak padi dan
kitosan untuk masing-masing perlakuan.
23
E. Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati dalam penelitian adalah
1. Uji kualitas fisik silase
Warna dan bau/aroma dilakukan dengan uji organoleptic yaitu dengan melihat
dan mencium aroma silase. Uji organoleptic menggunakan 25 penalis yang
berasal dari mahasiswa peternakan dan sebagai acuan berdasarkan
(McEllhlary, 1994).
Tabel 6. Cara Penilaian Organoleptik Silase
Daftar Pustaka
Moran. J. 2005. Tropical Dairy Farming: Feeding Management for Small Holder
Dairy Farmers in The Humid Tropics. Australia: Landlink Press.
Mugiawati. R.E. 2013. Kadar Air dan pH SilaseRumput Gajah pada Hari ke-
21denganPenambahanJenis Additive dan BakteriAsamLaktat.
JurnalTernakIlmiah. 1 (1): 201-207.
Mutmainah. S, A. Muktiani dan B.W.H.E. Prasetiyono. 2015. Kajian
KualitasNutrienSilase Total Mixed Ration Berbahan Dasar EcengGondok
(Eichhorniacrassipes) yang DiensilasedenganLactobacillus
plantarum.BuletinNutrisi dan MakananTernak. Vol 11 (1): 19-24.
National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. Washington
DC: Ed Rev ke-9. Academy Pr.
Ohmomo. S, S. Nitisinprasart and S. Hiranpradit. 2002. Silage Making and Recent
Trend of Dairy Farming in Thailand. Jurnal Japan Agricultural Research
Quarterly. 36(4):227-234.
Olicón-Hernández, D. R. Hernández-Lauzardo, A. N. Pardo, J. P . Pen ̃a A
Velázquez-del Valle, M. G. Guerra-Sánchezm, G , 2015. Influence of
chitosan and its derivatives on cell development and physiology of
Ustilago maydis. Int. J. Biol. Macromol. 79, 654–660.
Prabowo. A, A.E. Susanti dan J. Karman. 2013.
PengaruhPenambahanBakteriAsamLaktatterhadap pH dan
PenampilanFisikSilase Jerami Kacang Tanah. Palembang:
BalaiPengkajianTeknologiPertanian (BPTP) Sumatera Selatan.
Rahmawati Hilma, A. W. (2017).
PotensiSilaseKulitJagungSebagaiPakanFermentasi. 137-146.
Raldi. M. K, Rustandi, Y.R.L Tulung dan S.S Malalantang. 2015.
PengaruhPenambahanDedakPadi dan
TepungJagungterhadapKualitasFisikSilaseRumput Gajah
(Pennisetumpurpureumcv.Hawaii). JurnalZootek. Vol. 35 No. 1: 21-29.
Rasyaf. M. 2002. PakanAyam Broiler. Cetakan I. Yogyakarta: PenerbitKanisius.
Ratnakomala. S. 2009. MenabungHijauanPakanTernak dan BentukSilase.
Biotrends. Bogor: Pusat PenelitianBioteknologi LIPI. 4 (1).
29