Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

MINI RISET

PEMANFAATAN KULIT KERANG HIJAU (Pernaviridis)


SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN KERUPUK

Oleh :
1. Aisha putri hanani
2. Chelse dzakiyah Atikah
3. Fakhrina amaliyah
4. Eka syafaatul Aidah
5. Ghosyam akhmed Al Karim

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN GRESIK


UPT SMP NEGERI 13 GRESIK
2021
MENDAYAGUNAKAN SAMPAH KERTAS SEBAGAI MEDIA
TANAM PERTUMBUHAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM
PUTIH (Pleurotus ostreatus)

Laporan Mini Riset yang disusun oleh:


Nama : KELOMPOK 5 VII B
NIP : 19950907 201903 2 010
Sekolah : UPT SMP Negeri 13 Gresik

Telah disetujui dan disahkan sebagai bentuk tugas akhir semester ganjil.

Gresik, 2 Januari 2022


Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Pendamping

Ahmad Saifullah, S.Pd.Fis., M.M. Septiana Nurjanatin Aulia, S.Pd.


NIP. 19670715 199103 1 010 NIP. 19950907 201903 2 010

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan mini riset ini dengan
judul “Mendayagunakan Sampah Kertas sebagai Media Tanam Pertumbuhan dan
Produktifitas Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)”. Keberhasilan laporan ini
tidak lepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ahmad Saifullah, S.Pd.Fis., M.M. selaku Kepala UPT SMP Negeri 13
Gresik.
2. Septiana Nurjanatin Aulia, S.Pd. selaku guru pendamping yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan ilmu kepada
penulis.
Semoga amal baik orang-orang tersebut mendapatkan balasan yang lebih
besar dari Allah SWT. Jazakallah Khairan Katsiir.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran, kritik, dan perbaikan dari para pembaca demi kesempurnaan
laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi orang lain,
serta bagi kemajuan pendidikan Indonesia.

Gresik, Januar 2022

Penulis

iii
ABSTRAK

Belakangan ini kerang hijau menjadi makan favorit semua orang, maka dari
kalangan anak anak hingga dewasa kerang hijau sangat digandrungi
sebagai makanan yang lezat dan bergizi.Namun sangat disayangkan
bahwa kerang hijau menjadi limbah yang dapat membuat kotor lingkungan
yaitu berasal dari kulitnya atau biasa disebut cangkang. Masyarakat yang
biasanya mengkonsumsi terkadang membuang kulitnya atau cangkangnya
sembarangan dan itu dapat memberikan efek buruk pada lingkungan.
Sehinga terpilihlah penelitian dengan judul “Pemanfaatan Kulit Kerang
Hijau (Perna viridis) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Kerupuk”. Mengapa
kerupuk? Karena kerupuk adalah makanan yang sangat digemari
masyarakat dan mempunyai harga yang terbilang ekonomis. Jadi dari hasil
penelitian yang telah dilakukan pada percobaan pertama dan kedua dengan
uji organoleptik kepada seluruh responden dapat disimpulkan bahwa kulit
kerang dapat dijadikan bahan baku pembuatan kerupuk.

DAFTAR ISI

iv
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iv
KATA PENGANTAR........................................................................................... vi
ABSTRAK............................................................................................................ viii
I. PENDAHULUAN............................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 7
C. Tujuan......................................................................................................... 8
D. Manfaat....................................................................................................... 8
II. KAJIAN PUSTAKA........................................................................................ 11
A. Kerang Hijau............................................................................................... 11
B. Kulit Kerang Hijau..................................................................................... 13
C. Manfaat kulit kerang hijau.......................................................................... 16
D. Kerupuk...................................................................................................... 19
III. METODE PENELITIAN............................................................................... 37
A. Rancangan penelitian................................................................................. 37
B. Subjek dan Lokasi Penelitian..................................................................... 38
C. Prosedur Penelitian.................................................................................... 38
D. Teknik Pengumpulan Data........................................................................ 38
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 68
A. Hasil Penelitian.......................................................................................... 70
B. Pembahasan............................................................................................... 89
BAB V. PENUTUP............................................................................................... 108
A. Simpulan.................................................................................................... 108
B. Saran.......................................................................................................... 109
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

BAB I

v
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kerang hijau (Perna viridis) atau dikenal green mussels
adalah binatang yang biasa hidup di laut, bercangkang dan berwana
hijau. Selain itu kerang hijau banyak mengandung gizi yang baik
untuk kesehatan di antaranya terdiri dari 40,8 % air, 21,9 % protein,
14,5 % lemak, 18,5 % karbohidrat sehingga menjadikan kerang hijau
setara dengan daging sapi dan daging ayam.
Untuk di Indonesia sendiri kerang hijau merupakan salah
satu olahan favorit untuk di jadikan masakan, namun terkadang kulit
kerang hijau memberikan limbah yang dapat mengotori lingkungan.
Padahal sebenarnya kulit dari kerang hijau mengandung banyak gizi
diantaranya protein dan kalsium karbonat itu sangat bermanfaat
untuk mencegah penyakit osteoporosis.
Dengan adanya kreativitas sebenarnya kulit kerang dapat
dijadikan olahan makanan yang enak dan dapat digemari oleh orang
orang. Padahal jika kita pandai dalam mengolahnya kita juga dapat
membantu untuk mengurangi polusi untuk lingkungan dan tentunya
dapat membuat suatu usaha yang menghasilkan keuntungan yang
lumayan.Oleh karena itu, kali ini penulis akan menelititi kulit kerang
hijau dan hasil dari penetilian akan dibuat karya ilmiah yang berjudul “
Pemanfaatan Kulit Kerang Hijau (Perna Viridis) Sebagai Bahan Baku
Pembuatan Kerupuk “.

Rumusan Masalah

vi
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang hendak diteliti
antara lain:
1. Bagaimana pengaruh sampah kertas sebagai media tanam terhadap
produktivitas dan pertumbuhan jamur tiram putih ?
2. Bagaimana proses pembuatan sampah kertas untuk dijadikan media tanam
jamur tiram putih ?

 Tujuan
Adapun tujuan khusus dari penelitian yang kami lakukan yaitu :
1. Mengetahui pengaruh sampah kertas sebagai media tanam terhadap
produktivitas dan pertumbuhan jamur tiram putih.
2. Mengetahui proses pembuatan sampah kertas untuk dijadikan media tanam
jamur tiram putih.

 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan ini adalah :
1. Meningkatkan jiwa kepenilitian dan inovatif dalam menemukan hasil
penelitian baru yang dapat menambah pengetahuan.
2. Untuk meningkatkan kreatifitas dan penalaran pada pengembangan ilmu
teknologi pengetahuan.
3. Memanfaatkan sampah kertas sebagai media tanam yang efektif,
ekonomis, dan terjangkau bagi petani jamur.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Jamur Tiram
Jamur tiram tidak memerlukan cahaya matahari yang banyak, di tempat
terlindung miselium jamur akan tumbuh lebih cepat daripada di tempat yang

vii
terang dengan cahaya matahari berlimpah. Pertumbuhan misellium akan
tumbuh dengan cepat dalam keadaan gelap/tanpa sinar. Pada masa
pertumbuhan misellium, jamur tiram sebaiknya ditempatkan dalam ruangan
yang gelap, tetapi pada masa pertumbuhan badan buah memerlukan adanya
rangsangan sinar. Pada tempat yang sama sekali tidak ada cahaya badan
buah tidak dapat tumbuh, oleh karena itu pada masa terbentuknya badan
buah pada permukaan media harus mulai mendapat sinar dengan intensitas
penyinaran 60 - 70 %.
Pada budidaya jamur tiram suhu udara memegang peranan yang penting
untuk mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal. Pada umumnya
suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram, dibedakan dalam dua
fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar antara 22 - 28
OC dengan kelembaban 60 - 70 % dan fase pembentukan tubuh buah
memerlukan suhu udara antara 16 – 22oC.
Tingkat keasaman media juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
jamur tiram. Apabila pH terlalu rendah atau terlalu tinggi maka
pertumbuhan jamur akan terhambat. Bahkan mungkin akan tumbuh jamur
lain yang akan mergganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri.Keasaman
pH media perlu diatur antara pH 6 - 7 dengan menggunakan kapur (Calsium
carbonat).

B. Media Tanam Jamur Tiram


Media tanam Pleurotus ostreatus yang digunakan adalah jerami yang
dicampur dengan air, dedak 10% dan kapur 1%. Fungsi dari jerami adalah
sebagai bahan dasar dari pertumbuhan jamur. Jerami mengandung lignin,
selulosa, karbohidrat, dan serat yang dapat didegradasi oleh jamur menjadi
karbohidrat yang kemudian dapat digunakan untuk sintesis protein.Air pada
jerami berfungsi sebagai pembentuk kelembapan dan sumber air bagi
pertunbuhan jamur. Dedak dan kapur merupakan bahan tambahan pada
media tanam Pleurotus ostreatus. Dedak ditambahkan pada media untuk
meningkatkan nutrisi media tanam, terutama sebagai sumber karbohidrat,
karbon, dan nitrogen. Kapur merupakan sumber kalsium bagi pertumbuhan

viii
jamur. Selain itu juga kapur berfungsi untuk mengatur pH media
pertumbuhan jamur.

C. Metode Budidaya Jamur Tiram


Budi daya jamur tiram menggunakan substrat jerami dengan tahapan
sebagai berikut: pembuatan media tanam dilakukan dengan memotong
jerami menjadi berukuran 1-2 cm. merendam jeraminya selama semalaman.
Setelah itu, ditiriskan airnya sebelum ditambahkan dedak 10% dan kapur
1% sebagai zat hara pertumbuhan jamur. Semua bahan diaduk rata dan
campuran bahan tadi dimasukkan ke dalam plastik yang tahan panas hingga
terisi 2/3 bagian. Baru kemudian dipadatkan (dipukul-pukul dengan botol
kaca). Setelah cukup padat, leher plastik bagian atas dimasukkan pipa
paralon dan dibagian tengah media subtrat diberi lubang dan ditancapkan
tips. Selanjutnya ditutupi dengan kapas lalu media substrat dilapisi dengan
kertas dan diikat dengan karet.
Media tersebut disterilisasi pada 121˚C selama 20 menit di dalam
autoklaf untuk memastikan bahwa tidak ada kontaminan yang tumbuh yang
mungkin akan mengganggu pertumbuhan jamur. Setelah steril, media
substrat dibuka secara aseptis, lalu tips di tengah-tengah media dan kapas
diambil dengan pinset steril. Lubang yang terbentuk diisi dengan bibit jamur
tiram yang ditumbuhkan pada biji sorgum pada botol (aseptis). Lalu media
ditutup kapas lagi dan dibungkus dengan kertas. Media substrat diinkubasi
pada suhu ruang selama beberapa minggu hingga tumbuh miselium. Setelah
tumbuh miselium, kapas pada media dibuang dan media dibiarkan
terbuka.Semprotkan air setiap hari pada tempat pertumbuhan jamur agar
kondisi sekitar lembab dan mendukung pertumbuhannya. Tubuh buah jamur
akan tumbuh secara perlahan-lahan ketika media lembab dalam waktu
sekitar 1 bulan lebih. Tubuh buah yang sudah cukup besar diambil dan
ditimbang untuk diamati pertumbuhannya setiap minggu.

D. Sampah Kertas

ix
Sampah Kertas sebagai sumber selulosa perlu dimodifikasi lebih dulu
agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan jamur. Kertas
mengandung lignoselulosa yang terdiri atas komponen selulosa,
hemiselulosa, dan lignin (Bobleter 1994, Hendricks dan Zeeman 2009).
Selulosa dan hemiselulosa merupakan komponen utama dan sisanya lignin.
Selulosa merupakan komponen yang paling dikehendaki dalam pembuatan
kertas karena bersifat panjang dan kuat. Menurut Stanley (2001) dalam kayu
mengandung sekitar 50 % komponen selulosa. Hemiselulosa lebih mudah
larut dalam air dan biasanya dihilangkan dalam proses pulping. Lignin
berfungsi merekatkan serat – serat selulosa sehingga menjadi kaku. Pada
proses pulping secara kimia dan proses pemutihan akan menghilangkan
komponen lignin tanpa mengurangi serat selulosa. Menurut Stanley (2001)
komponen lignin dalam kayu adalah sekitar 30 %.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

x
Rancangan penelitian ini meliputi lima tahap dengan indikator capaian
sebagai berikut :
a. Pembuatan ampas kertas
Membuat ampas kertas dengan tekstur yang kalis dan dikepal tidak pecah
b. Pembuatan media tanam jamur
Sampah mengalami tahap pengomposan untuk menghidupkan organisme
kecil seperti fungi dan bakteri. Media yang telah dikomposkan akan
mengalami tahap sterilisasi untuk menghilangkan bakteri dan mikroba
sehingga jamur dapat memakan selulosa dan hemiselulosa.
c. Penanaman bibit jamur
Penanaman bibit jamur sebagai starter untuk menguraikan selulosa dan
hemiselulosa.
d. Pemeliharaan dan Inkubasi
Jamur dipelihara dengan lingkungan yang mendukung pertumbuhanya
yaitu pada suhu 24 – 28oC (suhu ruang) dan kelembaban udara 80 – 90 %.
e. Pemanenan jamur
Mengambil kebermanfaatan dari budidaya jamur setelah tiga hari dari
masa inkubasi. Jamur tumbuhan besar dalam jumlah kuantitas banyak.

B. Subjek dan Lokasi Penelitian


Subjek dalam penelitian ini adalah media sampah kertas yang
dimanfaatkan sebagai media tanam jamur. Lokasi penelitian ini dilaksanakan
di UPT SMP Negeri 13 Gresik.

C. Prosedur Penelitian
1. Alat dan Bahan
a. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bak besar,
plastik besar, plasti tahan panas, oven, karet, potongan kertas koran,
potongan pipa paralon.
b. Bahan

xi
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ampas kertas,
bekatul, kapur (CaCO3), Gips (CaSO4), Pupuk TSP, Bibit jamur, Air.

2. Langkah Kerja
a. Pembuatan ampas kertas
Sampah kertas yang dipilih untuk pembuatan ampas kertas adalah
kertas yang kering. Kemudian kertas dipotong kecil-kecil,
ditambahkan dengan air bersih, diaduk dan diremas-remas hingga
kertas hancur menjadi bubur. Bubur kertas direndam selama satu
malam. Selajutnya bubur kertas ditiriskan, airnya dibuang hingga
tersisa ampasnya yang kalis (dikepasl tidak pecah).
b. Pembuatan media tanam jamur
Dalam pembuatan media tanam jamur dibagi menjadi tiga proses
yaitu :
1) Proses pengomposan
Ampas kertas yang telah dibuat ditambah dengan (CaCO3) dan
bekatul. Diaduk hingga rata dan dibiarkan dalam tumpukan selama
lima hari. Selanjutnya tumpukan diaduk kembali dengan
ditambahkan pupuk TSP dan dibiarkan selama lima hari. Kemudian
bahan diaduk kembali dan tambahkan gips. Bahan tersebut
dibiarkan dalam tumpukan selama lima hari. Proses pengomposan
siang dalam 15 hari.
2) Proses pembungkusan
Bahan-bahan media tanam yang telah dikomposkan dimasukkan
ke dalam kantong plastik. Kantong plastik pada kedua ujung
pangkalnya ditekuk kedalam, sehingga setelah diisi dan dipadatkan
kantong plastik dapat berdiri seperti botol.Kantong plastik diisi
kurang lebih ¾ bagian, kemudian yang ¼ bagiannya ditekuk ke
dalam.Untuk meletakkan kantong plastik yang telah diisi (polybag)
pada posisi terbalik yaitu bagian yang ditekuk/ dilipat kedalam
ditempatkan dibawah.
3) Proses sterilisasi

xii
Kantong plastik yang telah terisi bahan dimasukkan ke dalam
oven yang telah dilapisi dengan plastik tahan panas. Media
dipanaskan pada suhu 121oC selama 15 menit.
c. Penanaman Bibit (Inokulasi)
Setelah proses sterilisasi selesai, polybag dari oven diambil keluar
dan dibiarkan dingin. Bila telah dingin, proses inokulasi dapat
dilakukan yaitu dengan cara memasukkan bibit jamur dibagian atas
permukaan media dalam polybag yang merata. Untuk mengikatkan
plastik agar kuat, ujung  polybag dimasukan potongan paralon
(cincin), kemudian ditutup dengan potongan kertas koran dan diikat
dengan karet gelang. Saat inokulasi tidak melebihi dari 24 jam setelah
proses sterlisasi.

d. Pemeliharaan dan Inkubasi


Polybag yang telah di inokulasi ditempatkan pada rak-rak yang
telah disediakan. Rak-rak ini sebaiknya ditempatkan dalam suatu
ruangan agar suhu dan kelembabannya tidak terpengaruh oleh udara
luar. Suhu dan kelembabannya diusahakan stabil sesuai dengan
kondisi yang diinginkan bagi pertumbuhan jamur yaitu 24 – 28 oC
(suhu ruang) dan kelembaban udara 80 – 90 %. Polybag tersebut
dibiarkan selama 6 – 8 minggu sampai miselium tumbuh memenuhi
kantong palstik sehingga warnanya putih padat.Setelah polibek
berwarna putik kompak (umur 6 – 8 minggu), maka polibek dapat
dibuka dengan melepas karet dan cincin pralon. Kemudian plastik
yang terbuka disibakkan keluar agar permukaan media tumbuh jamur
mendapatkan udara sebanyak-banyaknya. Air disemprotkan setiap
hari pada tempat pertumbuhan jamur agar kondisi sekitar lembab dan
mendukung pertumbuhannya.
e. Pemanenan jamur
Setelah satu minggu dari pembukaan, jamur biasanya akan
terbentuk tubuh / rumpun jamur dan sudah ada yang siap dipanen.
Umur jamur dari ”singit”/ bakal jamur sampai panen sekitar 3 hari.

xiii
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data meliputi kegiatan eksperimen, pengamatan, dan
dokumentasi.
1. Metode Eksperimen
Metode ini dilakukan untuk menguji sampah kertas sebagai media tanam
jamur tiram putih.
2. Metode Pengamatan
Metode pengamatan dilakukan untuk mengamati pertumbuhan misellium
hingga menjadi jamur pada tahap pemliharaan dan inkubasi.
3. Metode Dokumentasi
Dokumentasi diperlukan untuk memproleh data mengenai proses
pemanfaatan sampah kertas sebagai media tanam jamur.

xiv

Anda mungkin juga menyukai