Anda di halaman 1dari 32

USULAN PENELITIAN

PEMANFAATAN KITOSAN LIMBAH CANGKANG


KERANG HIJAU SEBAGAI KOAGULAN PENJERNIH AIR

OLEH:

IWAN FEBRIANTO HALOHO


210370001

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA
JAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Iwan Febrianto Haloho
NIM : 21037001
Program Studi : Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan
Judul : Pemanfaatan Kitosan Limbah Cangkang Kerang Hijau Sebagai
Koagulan Penjernih Air

Disetujui
Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Ir. Dwi Ernaningsih, M.Si Dr.Ir. Urip Rahmani, M.Si

Diketahui
Program Studi Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan
Ketua

Mario Limbong, S.Pi., M.Si


NIK : 05.U03.09001999

Fakultas Perikanan dan Ilmu


Kelautan Dekan

Ir. Riena F. Telussa, M.Si


NIP.196109081989032001

Tanggal Disetujui :

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa karena Perlindungan-
Nya diberi kelancaran dalam menyelesaikan usulan penelitian dengan judul
“Pemanfaatan Kitosan Limbah Cangkang Kerang Hijau Sebagai Koagulan
Penjernih Air”. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang telah membantu. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
:

1. Ibu Ir. Riena F. Telussa, M.Si. selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Satya Negara Indonesia.
2. Bapak Mario Limbong, S.Pi,. M.Si. selaku Ketua Jurusan Program Studi
Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan.
3. Dr.Ir. Dwi Ernaningsih, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan semangat dan dukungan kepada penulis , sehingga dapat
menyelesaikan usulan penelitian ini.
4. Dr.Ir. Urip Rahmani, M.Si selaku dosen pembimbing II yang juga telah
memberikan semangat dan dukungan kepada penulis untuk
menyelesaikan proposal penelitian ini.
5. Kedua orang tua penulis yang telah membantu penulis baik dalam bentuk
moral dan materi sehingga proposal skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Seluruh teman-teman Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Satya Negara Indonesia yang telah memberikan dukungan kepada
penulis.
Penulis berharap semoga usulan penelitian ini dapat menjadi panduan bagi
penulis dan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta, April 2022

iii
Iwan Febrianto Haloho

iv
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................5
DAFTAR TABEL....................................................................................................6
I. PENDAHULUAN...........................................................................................7
1.1 Latar Belakang..........................................................................................7
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................9
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................9
II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................10
2.1 Kerang Hijau...........................................................................................10
2.2 Kitosan.....................................................................................................11
2.3 Kekeruhan Air.........................................................................................12
2.4 Koagulan.................................................................................................13
III. METODOLOGI PENELITIAN..................................................................14
3.1 Waktu dan Tempat...................................................................................14
3.2 Alat dan Bahan........................................................................................14
3.3 Metode Pengumpulan Data.....................................................................18
3.4 Analisis Data dan Langkah Kerja............................................................18
IV. JADWAL RENCANA PELAKSANAAN PENELITIAN........................26

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28

4
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman


1. Kerang Hijau.................................................................................................9
2. Struktur Kitosan...........................................................................................11
3. Lokasi Penelitian.........................................................................................14
4. Diagram Alir Persiapan Cangkang Limbah Kerang Hotate........................18
5. Diagram Alir Deproteinsasi.........................................................................19
6. Diagram Alir Demineralisasi.......................................................................20
7. Diagram Alir Tahap Deasetilasi..................................................................21
8. Diagram Alir Pembuatan Koagulan Kitosan...............................................22
9. Diagram Alir Penentuan Dosis dan Waktu Pengendapan Optium..............23
10. Diagram Alir Penentuan pH Optimum........................................................24
11. Diagram Alir Analisis Kekeruhan...............................................................25
12. Diagram Alir Jadwal Rencana Penelitian....................................................27

5
DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman


1. Tabel Alat dan Kegunaan.............................................................................15
2. Tabel Bahan dan Kegunaan..........................................................................17

6
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Produksi air minum dari sumber air baku memerlukan beberapa tahap
pengolahan, diantaranya adalah proses koagulasi/flokulasi untuk menghilangkan
kekeruhan dalam bentuk materi tersuspensi dan koloid. Berbagai penelitian
mengenai proses penjernihan air melalui proses koagulasi sering dilakukan dan
beberapa jenis koagulan yang telah diuji efektifitas dan efisiensinya dalam proses
tersebut, baik koagulan sintetik maupun koagulan alami. Diantara kedua jenis
koagulan tersebut, koagulan sintetik merupakan bahan yang lebih banyak
diaplikasikan dalam proses penjernihan air, karena selain lebih mudah didapat,
dan dari segi ekonomi juga cukup menguntungkan. Walaupun demikian
pemakaian koagulan sintetik yang berlebih justru akan menimbulkan efek yang
tidak baik bagi lingkungan maupun kesehatan karena koagulan jenis ini tidak
mudah terbiodegradasi .

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdahulu memperlihatkan


bahwa kitosan dapat digunakan sebagai koagulan yang lebih efektif dan efisien
dibandingkan dengan tawas, hal ini terlihat dari berkurangnya kekeruhan air
meskipun dengan konsentrasi kitosan yang rendah.

Proses koagulasi flokulasi menggunakan kitosan dapat menurunkan partikel


organik dan anorganik tersuspensi serta organik terlarut. Keunggulan kitosan
sebagai koagulan adalah sifatnya yang tidak beracun, mudah mengalami
biodegradasi, bersifat polielektronik, dan mudah berinteraksi dengan zat-zat
organik lainnya seperti protein. Dengan demikian diharapkan bahwa koagulan
yang diperoleh dari kitosan bahan alam adalah bahan yang ramah lingkungan dan
mempunyai nilai tambah yang tinggi.

Kitosan adalah turunan dari kitin yang diperoleh dengan deasetilasi yang
merupakan polisakarida terbanyak kedua di bumi setelah selulosa dan dapat
ditemukan pada eksoskeleton invertebrate dan beberapa fungsi pada dinding

7
selnya. Kitosan berasal dari bahan organik dan bersifat polielektrolit kation
sehingga dalam proses pengolahan air sangat potensial digunakan sebagai
koagulan alami.

Terdapat banyak kulit atau cangkang biota laut yang mengandung kitin.
Kandungan kitin terbanyak terdapat pada cangkang kepiting yaitu mencapai 50%-
60%, cangkang udang mencapai 42%-57% dan cangkang kerang mencapai 14%-
35% (Margonof, 2003).

Limbah cangkang kerang hijau sangat melimpah keberadaannya di


Indonesia Selama ini kerang hijau hanya dimanfaatkan daging atau otot
aduktornya saja sebagai bahan konsumsi, sementara cangkangnya dibuang dan
menjadi limbah yang dapat merusak lingkungan sekitar.

Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan penelitian pemanfaatan limbah


cangkang kerang hijau menjadi kitosan sebagai koagulan untuk penjernihan air.
Dalam penelitian ini akan digunakan air sampel dengan kekeruhan buatan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka dirumuskan suatu rumusan
masalah sebagai berikut :
1) Berapa dosis optimum pada koagulan dari limbah cangkang kerang hijau

(kitosan) dan tawas terhadap penyisihan kekeruhan.?

2) Berapa pH optimum pada koagulan dari limbah cangkang kerang hijau


(Kitosan) dan tawas terhadap penyisihan kekeruhan?
3) Bagaimanakah pengaruh penurunan kekeruhan dengan menggunakan kitosan
dari limbah cangkang kerang hijau sebagai koagulan?

4) Bagaimanakah perbandingan kemampuan koagulan dari limbah cangkang

kerang hijau dengan koagulan yang biasa digunakan oleh Perusahaan Daerah
Air Minum (Tawas)?.

8
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Mendapatkan dosis optimum pada koagulan dari limbah cangkang kerang

hijau (Kitosan) dan tawas terhadap penyisihan kekeruhan.

2) Mendapatkan pH optimum pada koagulan dari limbah cangkang kerang

hijau (Kitosan) dan tawas terhadap penyisihan kekeruhan.

3) Mengetahui pengaruh penurunan kekeruhan dengan menggunakan kitosan


dari limbah cangkang kerang hijau sebagai koagulan.

4) Mengkaji perbandingan kemampuan koagulan dari limbah cangkang

kerang hijau dengan koagulan yang biasa digunakan oleh Perusahaan Daerah
Air Minum (Tawas).

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat pada penelitian ini adalah:


1) Memberikan informasi tentang pemanfaatan kitosan dari limbah cangkang

kerang hijau sebagai koagulan penjernih air.

2) Memberikan alternatif baru dalam memanfaatkan limbah cangkang kerang


hijau sebagai koagulan penjernih air.

9
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerang Hijau


Ada empat jenis kerrang Hotate yang bisa dimakan di Jepang: kerang
Hotate, Itaya gai/bay scallop, Azumanishiki (Farrer's scallop), dan Hiogigai
(Chlamys nobilis). Namun, selain kerrang Hotate, hanya sedikit yang bisa
ditangkap. Kerang Hotate adalah kerang dua cangkang yang hidup di laut
yang dingin, yang pertumbuhan dan pembesarannya paling cepat. Menghuni
hampir semua bagian Hokkaido, baik itu yang dibudidayakan maupun yang
tumbuh alami. Di Laut Okhotsk di dasar lautnya dibuat ladang kerang Hotate
lalu disebari benih kerang dalam jumlah besar. Proses ini disebut Jimaki
houryu (penyebaran di dasar laut. Tiga tahun setelah pelepasan (kerang
berumur 4 tahun) kerang Hotate yang sudah tumbuh besar ditangkap dengan
jaring penggaruk (Hassyaku) yang ditarik .
Selain itu, budidaya kerang Hotate sering dilakukan di perairan utara
Laut Jepang di Hokkaido, Teluk Funka (Telluk Elupsi), Danau Saroma,
Teluk Mutsu di Prefektur Aomori, dan Perairan Pesisir Sanriku dari Prefektur
Iwate hingga Prefektur Miyagi.
Sekitar setengah dari jumlah produksi budidaya kerang di Jepang pada
tahun 2017 adalah budidaya kerang Hotate.
Klasifikasi dari kerang hotate adalah sebagai berikut :

Filum : Mollusca

Kelas : Pelecypoda

Sub kelas : Pteriomorphia


Ordo : Ostreoida
Famili : Placunidae

Genus : Placuna
Gambar 1. Kerang Hotate
Spesies : Placuna Placenta

Nama lokal : Kampak (Indonesia), Hotate (Jepang)


10
2.2 Kitosan
Kitosan merupakan senyawa polimer alam turunan kitin yang diisolasi
dari limbah perikanan, seperti cangkang kepiting atau kulit udang , cangkang
kerang, dll dengan kandungan kitin antara 65-70 %, sedangkan kandungan
kitin pada cangkang kerang mencapai 14%-35% (Margonof, 2003). Kitosan
merupakan bahan kimia multiguna berbentuk serat dan merupakan kopolimer
berbentuk lembaran tipis, berwarna putih atau kuning, tidak berbau. Kitosan
merupakan produk deasetilasi kitin melalui proses kimia menggunakan basa
natrium bidroksida atau proses enzim atis menggunakan enzim chitin
deacetylase. Serat ini bersifat tidak dicerna dan tidak diserap tubuh. Sifat
menonjol kitosan adalah kemampuan mengabsorpsi lemak hingga 4-5 kali
beratnya (Rismana, 2006).

Kitosan adalah senyawa kimia yang berasal dari bahan hayati kitin,
suatu senyawa organik yang melimpah di alam ini setelah selulosa. Kitin ini
umumnya diperoleh dari kerangka hewan invertebrate dari kelompok
Arthopoda sp. Molusca sp, Coelenterata sp, hewan invertebrate, juga banyak
ditemukan pada bagian insang ikan, trakea, dinding usus dan pada kulit cumi-
cumi. Sebagian sumber utamanya ialah cangkang Crustaceae sp, yaitu udang
lobster, kepiting, dan hewan yang bercangkang lainnya, terutama asal laut.
Sumber ini diutamakan karena bertujuan untuk memberdayakan limbah
cangkang kerang simping

Kitosan adalah produk terdeasetilasi dari kitin yang merupakan


biopolymer alami kedua terbanyak di alam setelah selulosa, yang banyak
terdapat pada serangga, krustasea, dan fungsi

Kitosan merupakan senyawa turunan kitin, senyawa penyusun rangka


luar hewan berkaki banyak seperti kepiting, ketam, udang dan serangga.
Kitosan dan kitin termasuk senyawa kelompok polisakarida. Senyawa-
senyawa lain yang termasuk kelompok polisakarida yang sudah tidak asing
bagi kita adalah pati dan selulosa. Polisakarida ini berbeda dalam jenis
monosakarida penyusunnya dan cara monosakarida berikatan membentuk
polisakarida (Rismana, 2006).

11
Gambar 2. Struktur Kitosan
Sumber : Thatte, 2004
2.3 Kekeruhan Air
Air dikatakan keruh, apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel
bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna / rupa yang berlumpur dan
kotor (Sutrisno, 2004). Pengeruhan terjadi disebabkan pada dasarnya oleh adanya
zat – zat kolloid yaitu zat yang terapung serta terurai secara halus sekali. Hal ini
disebabkan pula oleh kehadiran zat organik yang terurai secara halus, jasad –
jasad renik, lumpur, tanah liat, dan zat kolloid yang serupa atau benda terapung
yang tidak mengendap dengan segera. Pengeruhan atau tingkat kelainan adalah
sifat fisik yang lain dan unik dari pada limbah dan meskipun penentuannya
bukanlah merupakan ukuran mengenai jumlah benda– benda yang terapung,
sebagai aturan umum dapat dipakai bahwa semakin luar biasa kekeruhan semakin
kuat limbah itu. Sampah industri dapat menambah sejumlah besar zat–zat organik
dan anorganik yang menghasilkan kekeruhan. Air cucian di jalanan juga
menambah/menghasilkan kekelaman. Kekeruhan diukur dalam bagian–bagian
per sejuta dalam ukuran berat atau dengan miligram per liter, namun ukuran–
ukuran demikian itu umumnya terbatas pada air dan hanya kadang–kadang dibuat
untuk limbah dan selokan. Namun, pada beberapa limbah dan proses–proses
pembenahan air, suatu penentuan kekeruhan secara cepat, mengingat penentuan–
penentuan yang lambat dan makan waktu dari benda – benda terapung yang
dilaksanakan untuk menilai kegunaan metode yang dipergunakan dalam
pembuangan benda–benda terapung tersebut, dapat dibuat untuk memperoleh
keterangan yang penting (Mahida, 1993).
Pengukuran langsung padatan tersuspensi total sering makan waktu.
Ilmuwan sering mengukur kekeruhan (turbiditas) yang dapat memperkirakan
padatan tersuspensi total dalam suatu contoh air. Turbiditas diukur dengan alat
turbidiuster yang mengukur kemampuan cahaya untuk melewati contoh air itu.
Partikel yang tersuspensi itu akan menghamburkan cahaya yang datang sehingga
12
menurunkan intensitas cahaya yang ditransmitasikan (Sastrawijaya, 2000).
Kekeruhan menunjukan sifat optis air yang menyebabkan pembiasaan
cahaya ke dalam air, kekeruhan membatasi percahayaan ke dalam air. Sekalipun
ada pengaruh padatan terlarut atau partikel yang melayang dalam air namun
penyerapan cahaya ini dipengaruhi juga bentuk dan ukurannya (Agusnar, 2008).
Nilai kekeruhan air dikonversikan ke dalam ukuran SiO2 dalam satuan
mg/1. Semakin keruh air semakin tinggi daya hantar listrik dan semakin banyak
pula padatannya (Agusnar, 2008).
Air minum harus bebas dari kekeruhan. Turbiditas dapat diukur dengan alat
yang disebut turbidimeter. Salah satu turbidimeter standar adalah Jackson Candle
Turbidimeter. 1 unit Jackson Candle Turbidimeter dinyatakan dengan satuan JTU.
Pengukuran kekeruhan dengan JCT (Jackson Candle Turbidimeter) bersifat
visual, yang dibandingkan air sampel dengan standar. Selain dengan
menggunakan JCT, kekeruhan sering diukur dengan metode Nephelometric. Pada
metode ini, sumber cahaya dilewatkan pada sampel dan intensitas cahaya yang
dipantulkan oleh bahan-bahan penyebab kekeruhan diukur menggunakan suspensi
polimer formazin sebagai larutan standar. Satuan kekeruhan yang diukur dengan
menggunakan Nephelometric adalah NTU (Nephelometric Turbidity Unit).
Sementara itu batasan turbiditas yang diperbolehkan adalah kurang dari 5 NTU
(Chandra, 2007).

2.4 Koagulan
Senyawa koagulan adalah senyawa yang mempunyai kemampuan
mendestabilisasi koloid dengan cara menetralkan muatan listrik pada permukaan
koloid sehingga koloid dapat bergabung satu sama lain membentuk flok dengan
ukuran yang lebih besar sehingga mudah mengendap.
Penambahan dosis koagulan yang lebih tinggi tidak selalu menghasilkan
kekeruhan yang lebih rendah. Dosis koagulan yang dibutuhkan untuk pengolahan
air tidak dapat diperkirakan berdasarkan kekeruhan, tetapi harus ditentukan
melalui percobaan pengolahan. Tidak setiap kekeruhan yang tinggi membutuhkan
dosis koagulan yang tinggi. Jika kekeruhan dalam air lebih dominan disebabkan
oleh lumpur halus atau lumpur kasar maka kebutuhan akan koagulan hanya
sedikit, sedangkan kekeruhan air yang dominan disebabkan oleh koloid akan
membutuhkan koagulan yang banyak.
13
Koagulan dapat berupa garam-garam logam (anorganik) atau polimer
(organik). Polimer adalah senyawa-senyawa organik sintetis yang disusun dari
rantai panjang molekul-molekul yang lebih kecil. Koagulan polimer ada yang
kationik (bermuatan positif), anionik (bermuatan negatif), atau nonionik
(bermuatan netral). Sedangkan koagulan anorganik mencakup bahan-bahan kimia
umum berbasis aluminium atau besi. Ketika ditambahkan ke dalam contoh air,
koagulan anorganik akan mengurangi alkalinitasnya sehingga pH air akan turun.
Koagulan organik pada umumnya tidak mempengaruhi alkalinitas dan pH air.

14
III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian akan dilaksanakan selama tiga bulan dari tanggal 1 September 2022
hingga 1 Desember 2022. Pelaksanaan penelitian akan dilakukan di Kota Rumoi,
Prefektur Hokkaido, Jepang untuk pengambilan sampel limbah kulit kerang

Gambar 3. Lokasi Penelitian

Pengolahan sampel akan dilaksanakan di lab biologi Universitas Satya Negara


Indonesia.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat yang digunakan

Nama Alat Kegunaan


Jar Test Untuk mengetahui tipe coagulant/bahan
penjernih yang cocok, dan mendapatkan
dosis yang tepat dan efisien.
Beaker Glass Untuk tempat menaruh koalugan yang
akan diteliti
15
Gelas Ukur Untuk mengukur volume koagulan yang
akan digunakan
Turbidimeter Untuk mengukur tingkat kekeruhan air
Pipet Volume Untuk memindahkan koalugan ke air
wadah air keruh
Karet Hisap Kegunaan karet penghisap adalah sebagai
alat yang digunakan untuk menghisap dan
mengeluarkan sampel air/ koalugan yang
akan digunakan
Erlenmeyer Untuk menampung sampel air yang akan
diteliti
Corong Alat bantu untuk memasukkan koalugan
ke beaker glass
Ayakan (100 Untuk memisahkan bagian yang tidak
Mesh) diinginkan berdasarkan ukurannya dalam
hal ini cangkang kerang hotate yang telah
digerus
pH Meter untuk menentukan keasaman atau
kebasaan dari suatu larutan
Timbangan Untuk mengukur berat sampel cangkang
digital kerang yang akan digunakan (digerus)
Kertas Saring Memisahkan larutan dengan padatan atau
Watchman 42 endapan
Hotplate Untuk proses deproteinsasi dalam
Langkah membuat kitosan dari cangkang
kerang yang telah dihaluskan
menggunakan NaOH 3%
Kaca Arloji Untuk menutup Glass breaker

16
3.2.2 Bahan yang digunakan

Nama Bahan Kegunaan

Limbah cangkang kerang Sebagai material utama dalam


hotate 50 gram penelitian ini

Sampel air keruh buatan Sebagai subjek yang akain


diteliti dalam penelitian ini

NaOH 3% 600 ml Untuk proses deproteinsasi


cangkang limbah kerang

HCl 1,25N 250 ml Untuk proses demineralisasi


setelah tahap deproteinsasi

NaOH 45% 600 ml Untuk tahap deasetilasi,


Pemilihan konsentrasi NaOH
45% disebabkan oleh pada
kondisi tersebut reaksi
hidrolisis amida dan pemutusan
ikatan antara gugus asetil
dengan atom nitrogen untuk
membentuk gugus amina.
Gugus amina ini yang nantinya
akan sangat berperan penting
dalam proses pengikatan ion
logam pada tahap koagulasi

Aquades Untuk membersihkan senyawa


yang tersisa pada serbuk kerang

Asam Asetat Bahan bantu untuk pembuatan


koalugan nantinya

17
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode penelitian ini terdiri dari dua yaitu metode pengumpulan data dan
pengolahan data. Metode pengumpulan data didapat dari pengujian laboratorium
yaitu dengan pengujian variasi dosis kitosan dan variasi pH pada air sampel
yang berbeda. Sedangkan untuk metode pengolahan data didapat dengan
melakukan analisis sebelum didapatkan kesimpulan
3.4 Analisis Data dan Langkah Kerja
Tahap-tahap dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut
3.4.1 Persiapan Limbah Cangkang Kerang Hotate
Limbah cangkang kerang hotate yang akan digunakan untuk percobaan,
berasal dari limbah cangkang kerang yang sudah tidak terpakai dan akan
dibuang kembali kelaut di Perusahaan Perikanan Murakami yang ada di Kota
Rumoi, Hokkaido, Jepang . Adapun cara membuat limbah kerang hotate menjadi
serbuk seperti terlihat pada diagram alir berikut

Mengumpulkan limbah cangkang


Kerang Hotate

Mencuci cangkang tersebut sampai


bersih

Mengeringkan limbah yang sudah


bersih sampai kering

Menghaluskan limbah sampai halus

Bahan siap digunakan

Gambar 4. Diagram Alir Persiapan Limbah Cangkang Kerang Hotate


18
3.4.2 Pembuatan Kitosan

Isolasi kitin dari limbah cangkang kerang simping (Amusium


Pleuronectes) yang sudah dihaluskan dilakukan dengan menggunakan
metode yang dikembangkan oleh No dan Meyers, 1997.

1. Tahap Deproteinasi
Tahap deproteinasi adalah sebuah proses penghilangan protein pada
serbuk cangkang kerang hotate. Tujuan dari penghilangan protein disini
agar bahan yang digunakan tidak mengalami pembusukan dan jumlah
serbuk yang akan diproteinasi sebanyak 50 gram. Tahap deproteinasi
dapat dilihat Gambar berikut:

50 gr serbuk limbah cangkang kerang hotate dideproteinasi


menggunakan NaOH 3% (1:6)

Campuran tersebut dipanaskan menggunakan hotplate pada


suhu 85 o C selama 30 menit

Campuran didinginkan, kemudian disaring

Residu yang tersaring dicuci dengan aquades sampai pHnya


netral

Setelah pHnya netral, residu dikeringkan di dalam oven 80 o C


selama 5 jam

Gambar 5. Diagram Alir Tahap Deproteinasi

19
2. Tahap Demineralisasi
Proses demineralisasi ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan
mineral dalam cangkang kerang hotate, adapun jumlah serbuk cangkang
kerang hotate yang akan dimeneralisasi adalah 25 gram. Cara
menghilangkan kandungan mineralnya dapat dilihat pada Gambar 6 :

Residu hasil dari deproteinasi (25 gram),


didemineralisasi menggunakan HCl 1,25 N (1:10)

Campuran tersebut dipanaskan pada suhu 75o


C
selama 1 jam

Setelah itu campuran didinginkan dan


disaring

Residu yang tersaring dicuci dengan aquades


sampai pHnya netral

Setelah pHnya netral, residu dikeringkan


didalam oven dengan suhu 80 o C selama 5 jam

Gambar 6. Diagram Alir Tahap Demineralisasi

20
3. Tahap Deasetilasi
Tahap deasetilasi ini merupakan tahap terakhir dalam pembuatan
kitosan. Tujuannya yaitu menghilangkan gugus asetil pada kitin
dengan larutan NaOH. Cara deasetilasi dapat dilihat pada Gambar

Hasil oven dari tahap demineralisasi (5 gram),


dilarutkan dengan larutan NaOH 45% (1:20)

Campuran tersebut dipanaskan pada suhu


1400C selama 1 jam

Campuran kemudian didinginkan dan disaring

Residu yang tersaring dicuci dengan aquades


sampai pHnya netral

Kitosan dikeringkan dalam oven dengan suhu 80oC


selama 5 jam

Kitosan (3,77 gram) siap digunakan

7:

Gambar 7. Diagram Alir Tahap Deasetilasi

21
3.4.3 Pembuatan Koagulan Dari Kitosan

Serbuk cangkang kerang hotate yang sudah dijadikan kitosan akan


dimanfaatkan lagi menjadi koagulan penjernih air. Adapun cara
pembuatan koagulan dari kitosan dapat dilihat pada Gambar.8 :

Melarutkan 1 gram kitosan ke dalam


100 ml asam asetat 2 %

Campuran tersebut diaduk


menggunakan magnetic stirrer selama
6 jam

Memastikan kitosan tersebut


terlarut sempurna

Koagulan siap diuji pada air sampel


limbah buatan

Gambar 8. Diagram Alir Pembuatan Koagulan


Kitosan

22
3.4.4 Analisis Dosis Optimum Pada Koagulan
Pengaruh dosis dan variasi waktu pengendapan pada koagulan
kitosan dan koagulan tawas terhadap kekeruhan air sampel dengan
kekeruhan buatan pada proses koagulasi dan flokulasi dapat dilihat
pada Gambar 9 sebagai berikut :

Air sampel dengan Wadah Kekeruhan


kekeruhan buatan awal

Beaker glass 500 ml


dan jartest Dosis koagulan kitosan dan tawas

100, 150, 200, 250, dan 300


(mg/l air sampel)
Pengadukan 100
rpm
selama 1 menit

Slow mixing 60 rpm


selama 10 menit

Membiarkan flok mengendap selama 5, 10, 15,


20,
25, dan 30 menit

Cek kekeruhan
akhir

Grafik Dosis optimum dan


Dosis vs kekeruhan waktu
pengendapan
Waktu vs kekeruhan optimum

23
Gambar 9 Diagram Alir Penentuan Dosis Optimum dan Waktu
Pengendapan Optim

24
3.4.5 Analisis pH Optimum Pada Koagulan

Pengaruh variasi pH sesuai dosis optimum pada


koagulan kitosan dan koagulan tawas terhadap kekeruhan air
sampel dengan kekeruhan buatan pada proses koagulasi dan
flokulasi dapat dilihat pada Gambar 3.8 sebagai berikut :

Air sampel dengan Wadah Kekeruhan dan


kekeruhan buatan pH awal

Beaker glass 500 ml Dosis optimum koagulan kitosan dan


dan jartest tawas 150 mg/l
Variasi pH 5, 6, 7, 8, dan 9

Pengadukan 100
rpm
selama 1 menit

Slow mixing 60 rpm


selama 10 menit

Membiarkan flok mengendap selama 30


menit

Cek kekeruhan
akhir

Grafik
pH optimum
pH vs kekeruhan

Gambar 10. Diagram Alir Penentuan pH Optimum

25
3.4.6 Analisa Kekeruhan

Untuk mengetahui nilai kekeruhan diperlukan analisa di


laboratorium. Analisa parameter kekeruhan menggunakan
turbidimeter. Berikut langkah-langkah pengujian turbidimeter
dalam pengujian kekeruhan.
Analisis kekeruhan untuk Langkah-langkahnya dapat dilihat
dari diagram alir sebagai berikut :

Bilas botol cuvet Keringkan botol


dengan aquadest cuvet dengan
bagian dalam dan menggunakan
luar botol. tissue.

Air dimasukan ke
dalam botol cuvet Ambil air sampel

sampai batas yang dengan pipet 10 ml

sudah ditentukan

Botol cuvet Nyalakan tombol

dimasukkan ke on/off pada alat

dalam turbidimeter. turbidimeter dan


tekan tombol READ
pada turbidimeer

Tunggu beberpa
detik dan nilai
kekeruhan akan
muncul pada LCD
turbidimeter
Gambar 11. Diagram Analisis Kekeruhan

26
3.4.7 Analisa Data dan Pembahasan

Analisis data dan pembahasan dilakukan dengan


mengambil data yang diperoleh data hasil pengujian
kekeruhan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
removal atau persentase penurunan setelah air sampel
diberikan koagulan.
Besarnya removal atau persentase penurunan dapat diketahui
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Persentase penurunan = 𝐴−𝐵 𝑥 100%


A
Dimana :
A = Nilai parameter awal sebelum pengolahan
B = Nilai parameter akhir setelah pengolahan
Nilai removal atau persentase penurunan yang sudah didapat,
kemudian dibuat grafik dan tabel sehingga diketahui setiap dosis
dan pH dapat menurunkan masing- masing parameter seberapa
besar.

27
IV. JADWAL RENCANA PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada 1 September 2022- 1 Desember


2022 untuk pengambilan sampel cangkang kerang hotatenya, setelah itu untuk
pelaksanaan penelitian tentang pemanfaatan koagulan cangkang kerang hotate akan
dilaksanakan pada bulan Januari-Febuari 2023. Adapun alur penelitian dan waktu
rencana pelaksanaanya dapat dilihat dalam diagram alir sebagai berikut :

Gambar 12 . Diagram Alir Jadwal Rencana Penelitian

Preparasi limbah cangkang kerang


Studi Literatur Kerang Hotate
hotate, bila memungkinkan sampai
(1 September 2022- 1 Desember
tahap Crushing (1 September 2022-
2022, Jepang)
9 Desember 2022, Jepang-
Indonesia)

Pembuatan Kitosan ( 12
Pembuatan Air Sampel Buatan
Desember 2022 – 16 Desember
(19 Desember 2022 – 21
2022, Indonesia)
Desember 2022, Indonesia)

Pengujian Dosis Optimum


Pengujian Aplikasi Kitosan (22 koagulan dan pengujian pH
Desember 2022 – 29 Desember optimum koagulan,analisis
2022, Indonesia) kekeruhan
(9 Januari 2023- 20 Januari
28 2023,Indonesia )
DAFTAR PUSTAKA

Agusnar, H., 2008. Analisa Pencemaran dan Pengendalian Pencemaran, Medan:


USU Press. Hal: 17 - 18.
Chandra, B., 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran. Hal. 124, dan 144-147.
Dutta, P.K, J. Dutta, and V.S Tripathi., 2004. “Chitin and Chitosan : Chemistry,
Properties and Application”, Journal of Scientifis and Industrial Reseach,63,
20-31.
Gebbie, P., 2005. “A Dummy’s Guide to Coagulants”,68th Annual Water Industry
Engineers and Operators, Conference Schweppes Centre, Bendigo.
Hawab, H.M., 2005. Pengantar Biokimia Edisi Revisi.
Japan Fisheries Assocation. Buku Teks Untuk Tes Ketrampilan budidaya Perikanan

Mahida, U.N., 1993. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Malhotra, S., 1994. “Poly Aluminium Chloride as an Alternative Coagulant”,20 th
WEDC Conference on Affordable Water Supply and Sanitation, Colombo,
Sri Lanka
Margonof, 2003. “Potensi Limbah Udang Sebagai Penyerap Logam Berat(Timbal,
Kadmium dan Tembaga) di Perairan” , http://rudict.topcities.com/pps702-
71034/margonof.htm, diakses 10 Maret 2012 Pukul 12.40 WITA.
Mekawati, E.F., dan D. Sumardjo., 2000. “Aplikasi Chitosan Hasil tranformasi
Chitin Limbah Udang (Penaeus merguiensis) untuk Adsorpsi Ion Logam
Timbal”. Jurnal Sains and Matematika, FMIPA Undip, Semarang, Vol. 8 (2),
hal. 51- 54.
Mu’minah, 2008. “Aplikasi Kitosan Sebagai Koagulan Untuk Penjernihan Air
Keruh”, Tesis Program Studi Kimia, FMIPA ITB.
No, H.K, and S.P. Meyers., 1997. “Preparation of Chitin and Chitosan”, Dalam
R.A.A. Muzzarelli dan M.G. Peter (ed), Chitin Handbook, European
Chitin Soc., Grottamare.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air.

29
Renault F., B. Sancey, P.M Badot, and G.Crini., 2008. “Chitosan for
Coagulations/flocculation Processes–An Eco-Friendly Approach”, Université
de Franche-Comté, Laboratoire Chrono-environnement, Besançon
cedex,France.
Rismana, 2006. Serat Kitosan Mengikat Lemak. http://www.kompas.com. (10
Agustus 2012).

Sinardi, P. Soewondo, dan S. Notodarmojo., 2013. Pembuatan, Karakteristik dan


Aplikasi Kitosan dari Cangkang Kerang Hijau (Mytulus Virdis Linneaus)
Sebagai Koagulan Penjernih Air. Universitas Sebelas Maret (UNS),
Surakarta.
Suryadiputra,I.N.N., 1995. Pengantar Mata Kuliah Pengolahan Limbah:Pengolahan
Air Limbah Dengan Metode Kimia (Koagulasi dan Flokulasi). Fakultas
Perikanan, Institut Pertanian Bogor.
Sutrisno, T.C., 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta, Jakarta.
Terry, E., 2014. Coagulation, Flocculation and Clarification of Drinking Water.
Application Development Manager, Drinking Water. HACH.

30
31

Anda mungkin juga menyukai