Anda di halaman 1dari 42

PUSAT PELATIHAN DAN PENYULUHAN

KELAUTAN DAN PERIKANAN


MATERI 1. MENYIAPKAN KOLAM PEMBESARAN

1.1. Pendahuluan
Budidaya lele pada lahan kering merupakan kegiatan budidaya ikan  yang potensial
untuk dikembangkan, karena  teknologi budidaya ini dapat dilakukan dengan  memanfaatkan 
air terbatas dan menggunakan kolam sederhana yang terbuat dari terpal. Kelebihan dari
pembuatan kolam dari terpal antara lain tidak membutuhkan biaya yang mahal dan bahan-
bahan pembuatannya mudah diperoleh. Dengan telah dikenalnya teknologi budidaya lele
pada lahan kering (menggunakan kolam terpal), masyarakat dapat memulai usaha budidaya
ikan lele dengan modal yang tidak begitu besar, teknologi budidayanya sederhana dan waktu
pemeliharaannya relatif singkat.

1.2. Menentukan Lokasi Budidaya


Teknologi kolam terpal berkembang dari budidaya lele. Kolam terpal pertama kali
ditemukan dan diujicobakan pada tahun 1999 oleh Bapak Mujarob, seorang petani di Bekasi,
Jawa Barat. Tujuannya adalah apabila banjir ikan tidak hilang hanyut terbawa banjir. Kini,
budidaya terpal telah berkembang di beberapa daerah dan penggunaanya tidak lagi
terbatas pada komoditas ikan lele, tetapi juga gurame (Osphronemus gouramy), patin
(Pangasius nilotica), belut (Monopterus albus), lobster air tawar (Cherax sp), dan berbagai
ikan hias.
Kolam terpal merupakan salah satu alternatif teknologi budidaya yang diterapkan
pada lahan sempit, lahan minim air, atau lahan yang tanahnya porous, terutama tanah
berpasir. Artinya kolam terpal merupakan salah satu solusi untuk pengembangan budidaya
ikan di lahan kritis dan sempit. Manfaat lahan sempit atau kritis untuk pembangunan
kolam terpal perlu beberapa pertimbangan, antara lain :
A. Pertimbangan teknis
Kolam terpal dapat dibangun di beberapa tempat, termasuk di halaman rumah,
bekas garasi mobil, atau bekas gedung. Beberapa faktor yang perlu di pertimbangkan dalam
membangun kolam terpal adalah sebagai berikut :
1. Ada sumber air untuk mengisi kolam terpal. Sumber air tersebut dapat berasal dari
air sumur, air PAM, air hujan yang ditampung, dan lain-lain yang layak digunakan.
Lebih ideal lagi jika kolam terpal mendapat pasokan dari sungai, saluran irigasi, waduk,
atau danau.
2. Ketinggian lokasi perlu diperhatikan karena terkait dengan suhu air. Untuk budidaya
ikan lele, ketinggian yang cocok adalah 0-700 m dpl (diatas permukaan.
3. Ukuran ikan lele yang hendak dipelihara perlu diperhatikan karena terkait dengan
kedalaman air di dalam kolam, misalnya benih lele cocok dipelihara pada kedalaman air
30-40 cm. Untuk menampung air sedalam 40 cm, cukup dibuat kolam dengan
ketinggian atau kedalaman sekitar 60 cm.
4. Dasar tanah untuk peletakan kolam terpal harus rata, begitu pula kerangka yang
digunakan tidak berbahaya tajam yang dapat membuat terpal sobek. Bila tanah tidak rata,
sebaiknya diberi lapisan dari pelepah batang pisang atau sekam padi. Selain
berfungsi meratakan tanah, kedua bahan dapat menstabilkan suhu.
5. Untuk kolam yang dibangun di daerah pemukiman penduduk, perlu dipikirkan
penanganan limbah air kolam. Perlu diupayakan penampungan untuk buangan air limbah
sehingga air limbah dari pemeliharran ikan dapat di olah lebih dahulu sebelum dibuang ke
saluran umum. Selain itu, dapat pula membangun bak atau sumur resapan untuk
menampung limbah yang di buang, atau membangun saluran permanen, yang terhubung
langsung dengan sungai atau kanal besar.
B. Pertimbangan sosial-ekonomi
1
Budidaya ikan lele di kolam terpal juga perlu pertimbangan faktor sosial- ekonomi,
antara lain :
1. Lokasi yang dipilih untuk memelihara lele dengan kolam terpal bukanlah lokasi
sengketa. Sekalipun kolam terpal mudah dibongkar dan dipindahkan, namun
sebaiknya lokasi yang dipersengketakan tidak dipilih karena dapat merugikan.
2. Dekat dengan daerah pengembangan budidaya ikan lele sehingga memudahkan
memperoleh induk atau benih.
3. Tersedia sarana dan prasaran trasportasi yang memadai untuk memudahkan pengadaan
alat, bahan, trasportasi benih, hasil panen dan lain-lain.
4. Adanya alat dan bahan disekitar lokasi atau pengadaanya mudah.
5. Pasar cukup terbuka untuk menampung produksi, baik baik pasar lokal maupun pasar
ekspor, serta harga yang cukup memadai.
6. Lokasi cukup aman dari berbagai gangguan, baik hewan-hewan liar maupun
gangguan manusia (pencurian). Atau ada cara efektif untuk mengatasi gangguan tersebut.
7. Adanya sumber energi listrik untuk penerangan dan kebutuhan lainya.
8. Adanya dukungan dari pihak-pihak terkait, misalnya permodalan dan lain-lain. Untuk
petani ikan kecil, dukungan juga dapat berupa penyuluhan teknis dan pemasaran hasil.

1.3. Membuat Sarana Kolam Pembesaran


Sesuai dengan namanya, kolam terpal adalah kolam yang keseluruhan bentuknya
dari bagian dasar hingga sisa-sisa dindingnya menggunakan bahan utama berupa terpal.
Selain berbentuk kolam tanah atau kolam tembok, kolam terpal juga dapat berbentuk bak,
tetapi disokong dengan kerangka dari bambu, kayu, atau besi.
Jika dibandingkan dengan kolam lain (misalnya, kolam tembok), kolam terpal lebih
praktis, harganya terjangkau, dan dapat dipindahkan karena tidak permanen. Sewaktu-waktu,
pemilik kolam atau pemilik tanah juga dapat mengalihfungsikan lokasi tersebut. Biaya
pembongkaran kolam terpal juga tidak mahal dan mudah membongkarnya.

A. Jenis kolam terpal


Berdasarkan peletakannya, kolam terpal terdiri dari :
1. Kolam terpal di atas permukaan tanah
Kolam terpal di atas permukaan tanah adalah kolam yang di bangun/dibuat
diatas permukaan tanah tanpa menggali atau melubangi permukaan tanahnya. Kolam terpal
jenis ini lebih cocok dibangun di lahan yang miskin air, di tanah relatif datar, dan di tanah
berpasir, tetapi luasnya mencukupi. Konstruksi kolam yang dibangun di atas
permukaan tanah dapat menggunakan kerangka dari bambu, kayu, pipa besi, atau
batako/batu bata.

2. Kolam terpal di bawah permukaan tanah.


Kolam terpal di bawah permukaan tanah adalah kolam yang dibangun/dibuat di
bawah permukaan tanah, yang dalam pembuatanya harus melubangi atau menggali tanah
untuk memendam sebagian atau seluruh kolam terpal. Bila kolam terpal yang dimasukkan ke
dalam hanya sebagian saja maka keliling kolamnya harus diberi kerangka dari kayu,
bambu, besi, atau batu bata untuk menyangga sisi atau tepi kolam. Jika kolam ditanam
seluruhnya dalam tanah maka terpal harus diikat dengan pasak di sepanjang tepian lubang
atau pada ujung terpal dilipat dan ditindih dengan batu bata, kayu, atau pot tanaman.
Kolam terpal di bawah permukaan tanah, selain berfungsi menghemat air agar tidak
merembes, juga mencegah berbagai organisme tanah yang melubangi kolam. Suhu air pada
kolam terpal yang dibangun di bawah permukaan tanah juga lebih stabil. Berdasarkan
2
bahan dan cara membuatnya, terutama dinding atau kerangka kolam, ada beberapa jenis
kolam terpal, antara lain :
 Kolam terpal dengan kerangka bambu, kayu, atau besi
 Kolam terpal dengan dinding batako atau batu bata.
 Kolam terpal dengan dinding tanah
 Kolam beton atau kolam tanah berlapis terpal.
Kolam 1 dan 2 merupakan kolam di atas permukaan tanah, kolam 3 adalah kolam di
bawah permukaan tanah, sedangkan kolam 4 dapat berubah kolam di bawah permukaan
tanah atau di atas permukaan tanah.
B. Bahan dan Alat
Bahan-bahan untuk membangun/membuat kolam terpal mudah didapatkan di
toko bahan bangunan. Demikian pula alat-alat tersebut merupakan alat-alat yang
umum digunakan dalam rumah tangga. Berikut beberapa bahan dan alat yang dibutuhkan
untuk membuat kolam terpal.
1. Plastik terpal
Bahan utama dalam membangun/membuat kolam terpal adalah plastik terpal. Jenis
terpal yang digunakan untuk membangun kolam terpal adalah terpal untuk atap tenda,
terpal untuk menutup barang di atas mobil, atau plastik yang sering digunakan petani untuk
menjemur padi dan jagung. Prinsipnya, terpal atau plastik yang dipilih haruslah memiliki
ketebalan yang memadai dan mampu menahan tekanan air. Ketebalan terpal yang biasa
digunakan adalah berukuran A5 dan A6 dengan masa pemakaian mencapai 5 tahun.
2. Kayu, bambu, atau pipa
Untuk membuat kerangka kolam,terutama kolam terpal yang dibangun di atas
permukaan tanah, dibutuhkan kayu, bambu, atau pipa. Bambu sudah umum digunakan
sebagai kerangka kolam terpal. Untuk tiang, sebaiknya digunakan bambu bulat, sedangkan
untuk penyangga horisontal dapat berupa bambu yang dibelah.
3. Papan, seng, atau asbes
Pembuatan kolam terpal memanfaatkan berbagai bahan yang tersedia sehingga
melahirkan berbagai bentuk/model kolam sesuai dengan bahan tersebut. Ada kolam yang
seluruh kerangkanya, baik tiang tegak maupun horisontal berupa bambu atau kayu. Ada juga
kolam yang tiang kerangka dari kayu, kemudian dengan menggunakan papan membuat
dinding kolam. Dinding kolam juga dapat menggunakan bambu, seng bekas, atau asbes.

4. Pipa paralon
Untuk mengatur ketinggian air dan memudahkan pengeringan kolam, diperlukan
pipa atau selang sebagai saluran pembuangan. Pipa paralon atau pipa PVC umum
digunakan sebagai saluran. Untuk kolam terpal berukuran 4 x 6 m, dapat menggunakan pipa
paralpon berdiameter 4 inci. Bila kolam yang dibangun lebih kecil, cukup menggunakan pipa
paralon 2 atau 3 inci. Paralon sebaiknya dilengkapi dengan bengkokan pipa (knee).
5. Paku, kawat, dan tali
Paku, kawat, dan tali berfungsi sebagai bahan untuk menyambung atau
memperkuat kerangka kolam pada saat di bangun.
6. Alat kerja
Untuk membuat kolam terpal, dibutuhkan berbagai peralatan sesuai kebutuhan,
seperti gergaji, parang, pahat, palu dan gunting. Untuk menggali tanah saat membangun
kolam terpal di bawah permukaan tanah, di butuhkan cangkul, sekop, dan linggis.
C. Kontruksi Kolam

3
Membuat kolam terpal sangat praktis dan biasanya pun murah karena kolam terpal
yang dibangun tersebut hanya membutuhkan waktu beberapa jam dan tenaga yang sedikit.
Bahan untuk kolam terpal dapat diperoleh seluruhnya di toko bangunan. Artinya, untuk
membuat kolam terpal, cukup mendatangi salah satu toko bangunan.
1. Kolam terpal dengan kerangka bambu atau kayu
Kolam terpal dengan kerangka bambu atau kayu dibuat diatas permukaan tanah.
Pembuatan kolam terpal seperti ini sangat sederhana karena hanya
membutuhkan dinding penahan berupa bambu atau kayu. Pembuatan kolam terpal
dengan kerangka bambu atau kayu sangat mudah karena hanya membuat kerangka kolam
dengan menggunakan bambu atau kayu. Berikut urutan pembuatannya.
 Lahan dipersiapkan dan ditanam diratakan sebagaimana pembuatan kolam terpal
 Selanjutnya, bambu atau kayu potong sesaui kebutuhan bahan yang digunakan
dalam pembutan kolam terpal dengan menggnakan kerangka bambu atau kayu
dibuat rangka membentuk kolam yang kita inginkan
 Kolam kerangka bambu ukuran 2 x 4 meter akan dibuat dari terpal berukuran 4 x 6 meter
 Jumlah bambu yang diperlukan kurang lebih 10 biji dengan panjang rata-rata sekitar 7
meter.

 Sebelum dilakukan proses pemasangan paku, hendaknya bambu diraut dengan halus.
Bagian tajam atau bekas ranting ruas yang tidak dihaluskan dapat menyebabkan kebocoran
jika tidak dihaluskan. Jika persediaan bambu terbatas, maka prioritas kerapatan pagar
bambu ada di bagian bawah, semakin ke atas bisa dibuat agak renggang sesuai dengan
besar tekanan air kolam.

4
 Buat 2 buah pagar berukuran 1 x 4 dan 1 x 2 masing-masing dua buah. Bagian pagar yang
halus diletakkan di sebelah dalam, dan bagian pagar yang lebih rapat pada posisi bawah.
Setelah selesai dilanjutkan dengan menanam patok-patok yang dibuat dari bambu utuh
yang dibelah menjadi dua bagian.

 Pagar dinding kolam bisa dipasang dengan patok-patok bambu dengan cara diikat atau
dipaku.  Semakin banyak patok yang digunakan, dinding kolam semakin kuat. Sebelum
pemasangan terpal dibuat terlebih dahulu saluran pipa untuk pembuangan air kolam.
 Jika kolam sudah terbentuk selanjutnya, dipasangi plastik terpal.
 Pipa pembuangan diperlukan saat menguras kolam untuk pergantian air, pembersihan atau
saat pemanenan ikan. Dengan lubang pembuangan yang cukup besar, proses pengurangan
volume air kolam dapat berlangsung lebih cepat. Selain sebagai pembuangan air, pipa
pembuangan sekaligus dapat difungsikan sebagai pengatur ketinggian level air kolam
2. Kolam terpal dengan kerangka pipa atau besi
Kolam terpal dengan dinding batako atau batu bata juga merupakan kolam
terpal diatas permukaan tanah. Pembuatan kolam terpal seperti ini sangat
5
sederhana karena hanya membutuhkan dinding penahan berupa batako atau batu bata.
Pembuatan kolam terpal dengan batako atau batu bata sangat mudah karena hanya
menyusun batako. Berikut urutan pembuatannya.
 Potong 2 bagian Wire-mesh sehingga menjadi 2 buah dengan ukuran panjang 5,4 dan
lebar 1.05 meter. las Wire-mesh sehingga membentuk wiremesh sehingga menjadi satu
buah Wire-mesh namun lebih panjang.

 Potong Wire-mesh sesuai ukuran keliling kolam bulat yang akan dibuat (hitung dengan
rumus keliling lingkaran 3.14 x jari-jari x jari-jari)
 Las ujung-ujung  Wire-mesh. secara langsung Wire-mesh akan membentuk lingkaran.
sesuaikan dan rapikan sehingga mementuk bulatan/lingkaran sempurna

Langkah-langkah pembuatan Kolam Bulat/Bundar dengan Wire-mesh :


 Buat tempat meletakan rangka, kalau ada bisa menggunakan tembok agar lebih kuat
 Usahakan bagian bawah dibuat melengkung seperti ketel/penggorengan

 Buat lubang pembuangan pada bagian tengah mengunakan knee, usahakan di tembok agar
kokoh

6
 Membuat saluran pembuangan seperti gambar dibawah :

 Tempatkan rangka yang sudah dibuat tadi.


 Pasang terpal atap sebagai pelapis, supaya terpal tidak mudah bocor
 Jangan Lupa Beri bantalan pada bagian atas supaya terpal tidak bocor tergores potongan
wire-mesh

 Pasang tepal atau terpoly pada rangka.


 Buat saluran pembuangan pada terpal. Dijelaskan secara rinci pada postingan: Cara
Membuat Saluran Pembuangan Pada Terpal atau Terpoly (Segera
 Kolam bulat siap diisi dan digunakan sebagai wadah budidaya

7
3. Kolam terpal dengan dinding batako
Kolam terpal dengan dinding batako atau batu bata juga merupakan kolam
terpal diatas permukaan tanah. Pembuatan kolam terpal seperti ini sangat
sederhana karena hanya membutuhkan dinding penahan berupa batako atau batu bata.
Pembuatan kolam terpal dengan batako atau batu bata sangat mudah karena hanya
menyusun batako. Berikut urutan pembuatannya.
 Lahan dipersiapkan dan ditanam diratakan sebagaimana pembuatan kolam terpal pada no
1 dan 2
 Selanjutnya, batako atau batu bata disusun membentuk fundasi atau pematang
kolam
 dengan ketinggian yang diinginkan. Lebar susunan batako yang baik minimal 40 cm
 Jika kolam sudah terbentuk selanjutnya, dipasangi plastik terpal. Ujung terpal
menutupi bagian atas fundasi atau pematang kolam (susunan batako), kemudian ditindih
lagi dengan batko atau pot tanaman selain berfunsi untuk menahan terpal
 Selanjutnya, dipasangi pipa paralon atau PVC dan siap diisi air
4. Kolam terpal dengan dinding tanah
Kolam terpal dengan dinding tanah adalah kolam terpal dibawah permukaan
tanah. Biasanya kolam terpal ini di bangun pada tanah yang porous. Kelebihan kolam ini
adalah suhu air lebih stabil dibandingkan kolam terpal yang dibangun diatas permukaan
tanah. Urutan-urutan pembuat kolam terpal dengan dinding tanah adalah sebagai berikut :
 Siapkan lahan untuk kolam terpal dan bersihkan dari benda-benda yang
mengganggu misalnya rumput, pepohonan yang rimbun.
 Jika ingin membuat kolam terpal 6x4 m maka perlu dilakukan penggalian tanah sedalam
50-60 cm. Rapihkan galian dan bentuk pematang
 Jika kolam sudah terbentuk maka plastik terpal ukuran 8x6 m siap dipasang. Pasang
terpal
 hingga merapat ke tepi bagian atas terpal dapat dijepit atau ditimbun dengan tanah
agar tidak terkulai.
 Selanjutnya, pasang pipa paralon atau PVC dan siap diisi air
 Untuk mencegah kolam dari banjir ketika terjadi hujan deras dibuat tanggul penahan
yang tinggi.
5. Kolam beton atau kolam tanah berlapis terpal
Kolam beton atau berlapis tanah atau terpal dapat berupa kolam yang dibangun di
atas permukaan tanah atau di bawa permukaan tanah. Kolam beton yang berlapisi plastik
biasanya mengalami retak atau bocor, sedangka tanah yang dilapisi plastik biasanya
tanahnya porous atau kolam yang bocor. Berikut cara membuat kolam beton atau kolam
tanah yang berlapis terpal.
 Tentukan kolam yang dilapisi terpal dan lapisi dari benda-benda yang dianggap
menganggu.
 Pastikan didalam kolam tidak terdapat air saat hendak memasang terpal sehingga
saat dipasang terpal tidak menggelembung
8
 Ukuran kolam biasanya sangat luas sehingga terpal yang tersedia tidak sesuai.
Untuk mengatasinya, terpal dapat disambung dengan menggunakan lem atau pres.
 Pasang terpal hingga merapat ke tepi, lalu lipat dibagian sudutnya sehingga tampak
rapi.
 Bagian atas terpal dijepit dengan kayu atau ditindih dengan batako.
 Pasang pipa paralon PVC yang telah ditentukan dan kolam siap diisi air.

1.4. Mengoperasikan Mesin Listrik (Blower/Aerator)


A. Pengertian Blower / Aerator
Aerator adalah sebuah mesin penghasil gelembung udara yang gunanya adalah
menggerakkan air didalam wadah pemelihaan agar airnya kaya akan oksigen terlarut yang
mana sangat dibutuhkan oleh semua ikan air tawar dan air laut, kecuali beberapa jenis ikan,
seperti cupang, gurami dll tidak memerlukannya. Ada bermacam ukuran aerator, untuk
aquarium 20 L – 100 L cukup menggunakan aerator 1 lubang, kalau lebih besar dari itu
sebaiknya menggunakan yang 2 lubang.
Aerator adalah alat untuk membantu melarutkan oksigen yang ada di udara ke dalam
air kolam atau akuarium. Prinsip kerja alat ini adalah membuat permukaan air sebanyak
mungkin bersentuhan dengan udara. Tujuannya agar oksigen dalam air itu cukup dan gas
serta zat yang biasanya menimbulkan bau busuk dapat terusir dari air.

B. Fungsi Blower / Aerator


Adapun fungsi dari aerator adalah sebagai berikut :
1. Penambahan jumlah oksigen
2. Penurunan jumlah karbon dioxide (CO2), dan
3. Menghilangkan hydrogen sulfide (H2S),methan (CH4) dan berbagai senyawa senyawa
organi yang bersifat volatile (menguap) yang berkaitan untuk rasa dan bau.
C. Proses Blower / Aerator
Oksigen yang berada di udara, melalui proses aerasi ini akan selanjutnya
akan bereaksi dengan senyawa ferus dan  manganous terlarut merubah menjadi ferric  (Fe)
dan maganic oxide hydrates yang tidak bisa larut. Setelah itu dilanjutkan dengan
pengendapan (sendimentasi) atau penyaringan (filtrasi). Perlu dicatat bahwa oksidasi
terhadap senyawa besi dan mangan di dalam air yang kecil (waterfall) aerators/aerator air
terjun). Atau dengan mencampur air dengan gelembung-gelembung udara (bubble aerator).
Dengan kedua cara tersebut jumblah oxigen pada air bisa dinaikan 60 – 80% (dari jumlah
oksigen yang tertinggi, yaitu air yang mengandung oksigen  sampai jenuh) pada aerator air
terjen ( waterfall aerator ) cukup besar bisa menghilangan gas-gas yang terdapat dalam air.
Penurunan carbon dioxide (CO2) oleh waterfall aerators cukup berarti, tetapi tidak
memadai apabila dari yang sangat corrosive. Pengelolahan selanjutnya seperti pembubuhan
kapur atau dengan sarigan marmar atau dolomite yang dibakar masih dibutuhkan.

9
D. Pemasangan Blower / Aerator
1. Teknik instalasi aerator
Aerator berfungsi selain sebagai penyuplai oksigen di media (air) aerator ini juga
berfungsi sebagai alat pegadukan yang sangat dibutuhkan dalam sistem budidaya Biofloc 2
ini, didalam sistem ini pegadukan dan penambahan oksigen ke media sangat berpegaruh pada
pembetukan floc.
Pada dasarnya instalasi aerator sangatlah mudah, pertama kita siapkan aerator
kemudian dipasang saluran outlet kemudian kita pasang selang sesuai kebutuhan pada kolam
kita, selajutnya lubang output aerator yang tidak terpakai kita tutup menggunakan selang
yang kita potong dan kita satukan dengan lubang yang tidak terpakai sebelahnya atau dengan
cara kita bakar salah satu ujung selang sehingga akan tertutup salah satu lubangnya.

2. Teknik Instalasi Airstone


Airstone ini berfungsi sebagai pemecah oksigen agar dapat terurai menjadi kecil/
lembut keluarannya, sehingga oksigen yang akan terlarut semakin sempurna, pemasangan
airstone kita hanya tinggal memasangkan airstone dengan selang yang sudah terhubung
dengan aerator.

3. Penempatan Batu Aerstone


Penempatan airstone hendaknya diletakan pada area tengah kolam bundar, sehingga
pengadukan dapat lebih sempurna dan menyebar ke segala penjuru.

10
MATERI 2. MENGELOLA AIR MEDIA
2.1. Pendahuluan
Dalam budidaya ikan secara intensif, semakin tinggi padat tebar, semakin banyak
pula kebutuhan pakan, semakin banyak kebutuhan air dan semakin banyak limbah yang
dibuang. Untuk menekan kebutuhan air dan pakan seta meminimalkan buangan limbah
diperlulan teknologi budidaya yang sesuai. Teknologi pengolahan limbah untuk
meeminimalkan limbah serta sekalugus daur ulang limbah menjadi pakan harus menjadi
prioritas dalam budidaya ikan saat ini. Penerapan teknologi bioflok dalam budidaya ikan lele
adalah jawabannya.
Teknologi ini masih belum banyak dikenal oleh pembudidaya. Teknologi ini boleh
dibilang baru mulai berkembang dalam budiaya ikan lele. Teknologi biofloc akan
berkembang tersu seiring dengan perkembangan teknologi budidaya yang membutuhkan
teknologi yang ramah lingkungan, berkelanjutan, efisien dalam oenggunaan air maupun
pakan serta membuang limbah lebih sedikit. Disamping itu, dapat diterapkan dengan padat
tebar tinggi. Sehingga dengan lahan terbatas bisa menghasilkan produksi yang lebih tinggi.
Kelebihan lain adalah dengan menerapkan teknoogi biofloc tidak menghasilkan bau yang
tidak sedap. Dengan demikian teknologi ini dapat diterapkan dimana saja.
2.2. Membuat Probiotik
A. Fungsi dan Manfaat Probiotik
Probiotik merupakan mikroba (jasad renik) yang bersifat menguntungkan. Bisa
berupa fungi (jamur), actinomycetes, bakteri maupun mikroalga. Diantara beberapa
kelompok mikroorganisme tersebut, bakteri merupakan kelompok yang paling banyak
dikandung dalam probiotik yang dijual di pasaran.
1. Fungsi Probiotik
Probiotik dalam akuakultur memeiliki beberapa fungsi, diantaranya ada 8 fungsi
utama yang dapat menjadi pertimbangan dalam penerapan probiotik untuk budidaya ikan lele,
yaitu :
a. Untuk mengurai kandungan bahan organik dalam air yang berasal dari pakan, kotoran dan
jasad yang mati. Bahan organik diubah menjadinbahan anorganik yang sangat bermanfaat
bagi kestabilan plankton dan penyediaan makanan alami bagi ikan.
b. Menghilangkan senyawa beracun seperti smonis, nitrit, H2S. Beberapa jenis bakteri
mampu menetralkan senyawa bersifat racu tersebut menjadi senyawa yang tidak beracun
bahkan bermanfaat baik bagi ikan mauoun lingkungan.
c. Menekan bakteri merugikan dalam air/dasar.
d. Interaksi dengan plankton. Bakteri probiotik dapat hidup secara bersamaan dan saling
menguntungkan
e. Menghasilkan enzim dan nutrisi. Bakteri mengandung protein lebih dari 60% sehingga
dapat berfungsi sebagai makanan alami baik untuk zooplankton maupun ikan pemakan
11
detritus seperti lele. Bahkan bakteri probiotik tertentu dapat hidup di susu ikan dan
membantu dalam pencernaan.
f. Menekan bakteri merugikan dalam pencernaan/usus. Bakteri yang hidup dalam usus akan
menekan bakteri yang merugikan melalui persaingan tempat penempelan serta
menghasilkan metabolit yang bersifat bakterisida.
g. Meningkatkan kekebalan ikan. Probiotik ternyata dapat meningkatkan kekebalan ikan
sehingga ikan menjadi lebih tahan terhadap penyakit. Budidaya ikan dengan probiotik
mempunyai organ dalam yang lebih baik dengan ikan yang tidak dipelihara dengan
probiotik.
h. Viral effect yaitu buidaya ikan yang menggunakan probiotik ternyata lebih tahan terhadap
serangan virus bila dibandingkan dengan yang tanpa probiotik.
2. Manfaat Probiotik
Dengan menggunakan probiotik dalam budidaya, maka beberap manfaat yang dapat
kita peroleh diantaranya:
a. Memperbaiki lingkungan. Penggunaan probiotik dalam akualkultur sangat penting karena
dapat digunakan untuk memperbaiki kondisi lingkungan. Probiotik dapat mengurai limbah
dan menetralkan racun.
b. Mencegah terjadinya penyakit. Probiotik dalam media budidaya dapat menekan
perkembangan bakteri pathogen.
c. Memperbaiki sistem pencernaan ikan. Probiotik yang diberikan melalui pakan dan hidup
dalam usus menghasilkan enzim yang sangat bermanfaat dalam proses pencernaan
makanan bagi ikan.
d. Membantu meningkatkan jumlah makanan alami. Probiotik dapat menstabilkan
pertumbuhan fitoplankton. Fitoplankton dan probiotik merupkaan makanan bagi
zooplankton dan zooplankton merupakan makanan alami ikan.
e. Meningkatkan produktivitas. Peran probiotik yang dapat memperbaiki dan menjaga
kestabilan lingkungan serta meningkatkan jumlah makanan alami akan membuat ikan
tidak mudah stress, angka kehidupan menjadi lebih tinggi, pertumbuhan lebih cepat
sehingga hasilnya akan menjadi lebih baik.
B. Probiotik, Prebiotik dan Synbiont
Probiotik adalah mikroba yang sengaja diberikan melalui oral atau media
(lingkungan). Jenis probiotik yang diberikan melalui oral antara lain Lactobacillus, Bacillus,
Enterococcus, dan lain-lain.
Prebiotik adalah substrat yang tidak bisa tercerna dalam saluran pencernaan tetapi
dapat merangsang pertumbuhan probiotik dalam usus. Misalnya Fruktosa (sejenis serat)tidak
dapat dicerna dan diserap oleh usus tetapi sangat diperlukan oleh mikroba probiotik tertentu
dan dapat mempercepat perkembangannya.
Sementara Synbiont adalah perpaduan atau gabungan antara probiotik dan prebiotik.
Probiotik yang tersedia di pasaran ada berbagai merek dagang umumnya
berbebentuk cair dan bubuk.

12
C. Aplikasi dalam Akuakultur
Aplikasi probiotik dalam akuakultur sudah lama diterakan. Mulai dari persiapan
kolam, masa pemeliharaan baik melalui pakan maupun media budidaya (lingkungan).
Aplikasi pada persiapan bertujuan untuk mempercepat perombakan bahan organik di dasar
kolam dan menghilangkan senyawa beracun sebelum masa budidaya diberikan melalui pakan
dan lingkungan (air dan dasar).
Pemberian probiotik melalui pakan adalah dengan cara mencampur probiotik (cair
atau padat yang dicampur air) dengan pakan secara merata sehingga probiotik terserap ke
dalam pakan, kemudian ditunggu sebentar sebelum diberikan ada ikan. Sedangkan probiotik
yang diberikan melalui media (air), biasanya probiotik (cari atau tepung) diencerkan dengan
air secukupnya kemudian ditebar secara merata di permukaan kolam sehingga akan teraduk
dengan sendirinya oleh ikan atau sengaja diaduk agar lebih cepat merata. Adapun pemberian
probiotik ke dasar kolam dengan tujuan untuk mengurai lumpur yang mengendap dan
senyawa racun di dasar kolam, dilakukan dengan mencampur probiotik dengan zeolite
berfungsi sebagai pembawa atau substrat penempelan.
D. Perbanyakan Probiotik
Probiotik dapat digunakan secara langsung dari yang dibeli, namun karena harganya
yang relative mahal maka sering dilakukan perbanyakannya untuk mengurangi biaya
oprasional budidaya ikan. Bahan-bahan yang dipakai dalam kultur bakteri probiotik antara
lain:
Molase, dikenal sebagai tetes tebu merupakan hasil akhir dalam proses pembuatan
gula, melalui proses pengolahan sehingga terpisah gulanya dan memiliki sukrosa 30%
disamping gula reduksi sekitar 25% berupa glukosa dan fruktosa. Molase merupakan sumber
utama karbon (c) dalam proses kultur bakteri probiotik
Tepung Ikan, diperoleh dari proses penggilingan atau penghancuran ikan,
mempunyai kandungan protein yang tinggi > 30% merupakan sumber protein utama atau
Nitrogen (N) pada proses kultur bakteri probiotik
Dedak Halus, berasal dari sosohan penggilingan beras, Kandungan protein 11%
merupakan sumber karbonat utama dalam memgkultur bakteri probiotik.
Ragi Roti, Biasanya terbentuk dari berbagai jamur dan bakteri dan fungsi utama
sebagai fermentasi.
Beberapa contoh formulasi yang ada:
Formula Dalam Kultur Bakteri Probiotik
Formula 1.
Bahan-bahan :
1. Tepung Ikan : 500 gram
2. Dedak Halus : 800 gram
3. Molase : 400 ml
4. Ragi Roti : 40 gram
5. Bakteri Probiotik : 150 gram
6. Air Tawar masak : 20 Liter
Formula 2.
Bahan-bahan :
1. Tepung Ikan : 400 gram
2. Dedak Halus : 1000 gram
3. Molase : 500 ml
4. Ragi Roti : 40 gram
13
5. Bakteri Probioatik 1 : 200 gram
6. Bakteri Probioatik 2 : 200 gram
7. Air Tawar masak : 20 Liter
Cara Kultur :
1. Timbang Masing-masing Bahan
2. Ayak tepung ikan dan dedak halus
3. Rebus air tawar sampai mendidih, lalu masukan tepung ikan dan dedak, aduk sampai
melarut. Perebusan bertjuan untuk membunuh bakteri yang terdapat dalam air.
4. Didinginkan air sambil diaduk-aduk sampai tepung ikan dan dedaknya merata
5. Setelah suhu air menjadi turun menjadi 30º C,lalu masukan ragi roti dan molase, serta
dengan bakteri probiotiknya, dan aduk sampai merata
6. Pindahkan larutan yang sudah jadi kedalam jerigen atau ember
7. Gunakan aerasi dalam larutan tersebut
8. Sekitar 2-4 hari biasanya populasi bakteri akan tumbuh dengan pesat dan bakteri
probiotiknya dapat diaplikasikan ke wadah pemeliharaan.

14
2.3. Membuat Air Media Pembesaran Sistem Bioflok
Biofloc berasal dari kata “Bios” artinya kehidupan “Gloc” artinya gumpalan. Jadi
pengertian biofloc adalah kumpulan dari berbagai organisme (bakteri, jamur, algae, protozoa,
cacing, dll) yang tergabung dalam gumpalan (floc). Teknologi biofloc pada awalnya
merupakan adopsi dari teknologi pengolahan limbah (lumpur aktif).
Bahan organik yang merupakan limbah diaduk dan diaerasi. Bahan organik yang
tersuspensi akan diuraikan oleh bakteri heterotroph secara aerobic menjadi senyawa
anaerobic. Bila bahan organik mengendap maka akan terjadi kondisi yang anaerobic
sehingga bakteri sehingga merangsang bakteri anaerobic untuk mengurai bahan organik
menjadi bahan organk yang lebih sederhana serta senyawa yang bersifat racun seperti
ammonia, nitrir, H2S, metana. Kotoran yang mengendap harus segera dibuang agar tidak
sampai menimbulkan masalah.
A. Teknologi Biofloc
1. Konsep dan keunggulan
Permasalahan yang sering muncul dalam usaha budidaya adalah kebutuhan pakan
yang tinggi dan harganya yang mahal. Lebih dari 60% biaya produksi adalah untuk pakan.
Komponen pakan yang paling mahal harganya adalah tepung ikan yang digunakan sebagai
sumber protein hewani dalam formulasi pakan buatan. Sementara itu N yang terkandung
dalam protein pakan hanya sekitar 25 – 30% saja yang diubah menjadi daging untuk
pertumbuhan Sisanya terbuang dalam bentuk feces, urine dan ammonia yang pada tingkatan
tertentu dapat meracuni ikan.
Dalam penerapan budidaya sedikit air/tanpa ganti air, ammonia merupakan sumber
masalah serius. Dalam konsep teknologi biofloc, senyawa nitrogen anorganik (terutama yang
bersifat racun pada ikan) didaur ulang menjadi protein sel mikroba sehingga bisa dimakan
hewan pemakan detritus seperti nila, udang Vaname dan ikan lele. Budidaya ikan lele dengan
sistem bioflok pada prinsipnya adalah mengembangkan komunitas bakteri yang
menguntungkan di dalam kolam.
Menurut Chamberlain et al (2000) budidaya dengan sistem biofloc adalah
menumbuhkan dan menjaga dominasi bakteri yang menguntungkan dalam kolam. Sistem ini
terbukti lebih stabil daripada sistem yang didominasi algae (plankton) karena tidak
tergantung sinar matahari. Kualitas air lebih stabil sehingga penggunaan air lebih sedikit
(hanya menambah) karena adanya penguapan dan pembuangan lumpur. Mikroba penyebab
penyakit tertekan. Bakteri terkumpul dalam suatu gumpalan yang disebut floc. Semakin
banyak floc yang terbentuk akan semakin besar pula perannya dalam merombak limbah
nitrogen, yaitu 10 – 100 kali lebih efisien daripada algae. Dapat bekerja siang dan malam .
Sedikit dipengaruhi cuaca. Merobah limbah nitrogen menjadi makanan berprotein tinggi bagi
ikan. Sistem biofloc dapat dilakukan dimana saja baik di daerah sub tropis, tropis maupun
green house. Dengan menerapkan sistem ini maka budidaya ikan lele dapat dilakukan
ditempat yang terbuka maupun terlindung seperti didalam ruangan.
2. Bioflok dan fungsinya dalam media budidaya
Bioflok yang terbentuk dari berbagai macam mikroorganisme yang ada didalam
kolam diharapkan memiliki fungsi :
a. Mengurai bahan organik dan menghilangkan senyawa beracun.
Bakteri pembentuk floc akan mengurai bahan organik (protein, karbohidrat, lemak,
dll) yang berasal dari sisa pakan, kototran ian dan bangkai dari jasad yang mati di dalam
kolam.

b. Menstabilkan dan memperbaiki mutu air


15
Sebagai ciri dari floc yang sudah terbentuk didalam kolam adalah kondisi pH yang
cenderung lebih rendah dan sangat stabil dan goncangan pH yang sangat rendah.
c. Mengubah amoniak menjadi protein sel
Diantara jenis bakteri yang ada, sebagian bakteri heterotroph aerobic yang dpat
memanfaatkan secara langsung N amorganik (ammonia) menjadi protein. Salah satu contoh
bakteri tersebut adalah Bacillus megaterium . Jenis bakteri tersebut harus diupayakan ada
dalam sistem floc. Upaya untuk medapatkan jenis-jenis bakteri yang diharapkan, muncul
secara alami atau sengaja diberikan inokulan dari probiotik yang dijual di pasaran.
d. Menekan organisme pathogen
Biofloc yang merupakan kumpulan dari berbagai microorganism (bakteri)
diharapkan dapat menekan bakteri pathogen atau bakteri yang merugikan. Beberapa bakteri
diketahui dapat menekan populasi bakteri merugikan di dalam air kolam. Bakteri tersebut
mengelaurkan antibiotic atau senyawa asam organik. Biofloc dalam usus jika termakan oleh
ikan akan akan sangay berguna bagi kesehatan ikan itu sendiri.
e. Berfungsi sebagai makanan tambahan bagi ikan
Kandungan nutrisi yang terdapat dalam bioflok diharapkan cukup baik dan cocok
untuk nutrisi ikan lele dan sebagai makanan tambahan sehingga dapat mengurangi kebutuhan
pakan dan menghasilkan konversi pakan yang lebih baik.

B. Mikroba penyusun biofloc


Mikroba penyusun biofloc terdiri dari bakteri, fungi (jamur), microalgae dan
zooplankton (protozoa, rotifer, cacing, crustacea). Selain itu bahan organik (detritus) sebagai
penyusun utama selain mineral (seperti Ca, Mg, Si) yang turut membantu pembentukan floc.
Berdasarkan organisme yang menyusun biofloc, maka ada floc yang bersifat baik
sebagaimana yang diharapkan dan ada floc yang bersifat jelek serta merusak.
Floc yang baik jenis microalgae yang menyusunnya terdiri dari green algae atau
diatom, serta bakteri yang mendominasi adalah bakteri non pathogen. Sebaliknya floc yang
kurang baik (jelek) adlag yang tersusun oleh microalgae yang merugikan seperti blue green
algae dan floc yang jahat (merusak) adalah floc yang tersusun oleh microalgae dari jenis
dinoflagellata yang menghasilkan racun serta bakteri yang bersifat patogen atau
menghasilkan racun (Aeromonas, Edwarsiella, dll), parasit protozoa dan cacing.
Komposisi pembentuk floc sangat dipengaruhi leh masukan bahan organik, bakteri
serta algae yang menyusunnya. Dengan demikian maka akan selalu berubah ubah dari waktu
ke waktu. Disampin itu, keberadaannya sangat dioengaruhi oleh perubahan lingkungan.
Proses pembentukan floc dimulai dari akumulasi bahan organik dalam kolam
dengan menerapkan tidak melakukan pergantian air dan bahan organik diaduk terus menerus
(dalam kondisi aerob). Penambahan karbohidrat (C organik) sebagai sumber energi akan
mempercepat perkembangan mikroba (bakteri) dan membentuk flokulasi.
Ukuran biofloc sangat tergantung pada usia budidaya dan lama (umur) biofloc sejak
terbentuk. Pada awalnya ukuran biofloc cukup halus dengan warna yang rransparan dan
semakin besar dan warnanya berubah menjadi kuning kecoklatan. Berikut ini adalah ukuran
biofloc dengan diameter yang berbeda, 15 mikton dan 300 mikron. Menurut McIntoksh
(2000) ukuran floc pada awalnya kecil tetapi menjelang panen ukuran floc bisa mencapai 2
mm. Dengan demikian menambah luas permukaan pada kolam sehingga meningkatkan
kemampuan untuk mengurai bahan organik dan menghasilkan mineral anorganik. Namun
yang harus disadari bahwa semakin besar ukuran floc semakin mudah mengendap, sehingga
aerasi dan pengadukan harus cukup kuat dan merata untuk mencegah terjadinya
pengendapan. Lebih diutamakan floc yang lebih halus, sehingga tidak cepat mengendap
(selalu melayang dalam kolom air). Ukuran floc sangat dipengaruhi oleh besarnya

16
pengadukan. Pengadukan air yang lebih kencang akan menyebabkan formasi floc yang
terbentuk menjadi lebih kecil dibanding dengan pengadukan air yang lebih pelan.
Adanya penyusun biofloc yang berbeda ternyata juga memberikan indikasi warna
floc yang berbeda pula. Kepekatan biofloc untuk kolam ikan lele yang menerapkan sistem
biofloc maksimal adalah 15% dari volume air. Bila melebihih maka ikan lele akan kelihatan
tidak licah/lemah dan nafsu makan akan menurun.
Kepekatan bioflok dapat diatur dengan tidak memberikan pakan ikan dalam jangka
waktu tertentu (memuasakan ikan) atau mengurangi pakan hingga 30% dari porsi biasanya.
Hal ini bertujuan agar ikan memakan bioflok yang ada dalam air kolam. Cara lain yaitu
dengan membuang air bagian dasar dan menggantikannya dengan air yang baru sehingga
terjadi pengenceran floc.
Warna floc juga berpengaru terhadap kehidupan ikan lele. Floc berwarna kecoklatan
(coklat merah) akan memberikan pengaruh yang baik terhadap nafsu makan dan
pertumbuhan. Floc warna hijau masih diperbolehkan namun pengaruhnya ke ikan lebih baik
yang kecoklatan.
Floc berwarna kehitaman kurang bagus untuk ikan lele karena biasanya diikuti
dengan nafsu makan turun, stress dan mudah terserang penyakit serta adanya kematian ikan.
Warna floc sangat penting karena dapat menunjukkan umur floc. Floc yang bening
menunjukkan bahwa floc masih muda (awal), floc yang berwarna coklat kekuningan
menunjukkan floc yang cukup usia (matang) sedangkan floc yang berwarna kehitaman,
menunjukkan bahwa kondisinya kurang oksigen atau anaerobic sehingga harus dibuang.

C. Kepekatan biofloc
Kepekatan biofloc dalam kolam ikan, dapat dilakukan dengan pengukuran kecerahan
air maupun pengukuran volume floc dengan alat berbentuk kerucut bagian bawahnya yang
dilengkapi skala volume dan terbuat dari kaca atau plastic transparan yang disebut “Imhoff
con”. Caranya ambil air kolam satu liter yang bersal dari dua tempat yang berbeda pada
kedalaman 15 cm pada waktu jam 10.00 – 12.00. Endapkan dalam Imhoff con selama 15 –
20 meit. Volume dapat dibaca pada skala Imhoff con. Kepekatan biofloc untuk kolam ikan
lele yang menerapkan sistem bioflok maksimal adalah 150 cc atau 15% dari volume air. Bila
melebihi maka ikan lele akan kelihatan tidak lincah (lemah) dan nafsu makan menurun.
Kepekatan bioflok dapat diatur dengan tidak memberikan pakan hingga 30% dari porsi
biasanya. Hal ini bertujuan agar ikan memakan biofloc yang ada dalam air kolam. Cara lain
yairu dengan membuang air bagian dasar dan menggantikannya dengan air yang baru
sehingga terjadi pengenceran floc.

17
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa bioflok tersusun oleh mikroba dan detritus
organik, maka komposisinya juga selalu berubah dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut
dipengaruhi oleh masukan bahan organik seperti pakan, molase maupun plankton atau
organisme yang mati. Disamping itu, dinamika plankton dan bakteri juga selalu berubah
setiap saat.
Adanya perubahan komposisi penyusun bioflok, secara otomatis juga mempengaruhi
perubahan nilai gizi maupun pertumbuhan ikan. Adanya komponen penyusun bioflok yang
kurang mengintungkan seperti algae yang merugikan, bakteri yang merugikan , zooplankton
yang memakan bakteri penyusun floc, akan mempengaruhi pertumbuhan ikan.

Alat Pengukur Kepadatan Floc


2.4. Biofloc sebagai makanan bagi ikan
Biofloc dapat dimanfaatkan sebagai makanan tambahan untuk ikan lele. Protein dan
kadar mineral yang terkandung dalam floc cukup tinggi dan terikat dalam partikel organik.
Dapat dipahami karena biofloc tersusun atas mikroorganisme terutama bakteri yang memiliki
kandungan protein cukup tinggi. Sementara pemanfaatan N dari pakan oleh ikan hanya
sekitar 30% makan N yang didaur ulang menjadi protein cukup tinggi. Berdasarkan hsil uji
coba beberapa sumber bahwa dengan menerapkan teknologi biofloc FCR bisa ditekan dari
1,0 – 1,1 menjadi 0,68 – 0,76. Terjadi penurunan FCR (penghematan pakan) hingga 30%
dibandingkan dengan teknologi konvensional. Penghematan pakan dilakukan dengan cara :
- Pengurangan jumlah pakan yang diberikan hingga menjadi 70 – 80% ketika kondisi air
sudah didominasi oleh biofloc dengan volume endapan biofloc hasil pengukuran sekitar
10 – 15% dari volume air.
- Memusakan ikan (tidak diberi pakan) pada waktu tertentu selama 1 – 3 hari tergantung
ketebalan floc dalam kolam.
- Mencampurkan pakan berprotein lebih rendah (14 – 20%) yang harganya lebih murah
dengan pakan standar (protein minimal 30%) sehingga dapat mengurangi biaya pakan.

2.5. Persiapan Air Media Pembesaran


Setelah kolam selesai dibuat, tahap selanjutnya adalah persiapan air pembesaran.
Berikut ini tahap-tahap persiapan air pembesaran :
a. Pada hari pertama, isi kolam dengan air bersih dengan tinggi 80-100 cm. Diaerasi 2-3 hari
jika menggunakan air PAM yang mengandung Kaporit.
b. Pada hari kedua, masukkan probiotik dengan dosis 5 ml/m3. Probiotik dapat dibeli di toko
pertanian atau toko pakan ikan terdekat. Contoh merek probiotiknya seperti Biolacto,
Probio atau merek lainnya.
c. Pada hari ke ketiga, masukkan prebiotik (pakan bakteri) berupa molase (tetes tebu) dengan
dosis 250ml/m3. Jika tidak ada bisa menggunakan air gula merah.
d. Pada malam harinya masukkan air rendaman dolomit dengan dosis 150-200gram/m3.

18
e. Selanjutnya diamkan air selama 7-10 hari agar mikroorganisme dapat tumbuh dengan
baik.
Setelah benih ditebar, pada keesokkan harinya berikan probiotik ke dalam kolam
dengan dosis 5 ml/m³. Selanjutnya kita tinggal melakukan perawatan. Pada tahap perawatan,
setiap 10 hari sekali berikanlah :
- Probiotik 5 ml/m³.
- Ragi tempe 1 sendok makan/m³.
- Ragi tape 2 butir/m³.
- Pada malam harinya berikan air rendaman kapur dolomite sebanyak 200 - 300 gr/m3.
Setelah benih ikan lele mencapai ukuran 12 cm atau lebih, setiap 10 hari sekali
masukan kembali :
» Probiotik 5 ml/m³.
» Ragi tempe 2 - 3 sendok makan/m³.
» Ragi tape 6 - 8 butir/m³.
» Pada malam harinya berikan air rendaman kapur dolomite sebanyak 200 - 300 gr/m3.
Catatan : Pemberian ragi tempe dan ragi tape harus dilarutkan ke dalam air terlebih dahulu
atau dapat ditiadakan jika tidak tersedia.

2.6. Mengelola Kualitas Air Media Pemeliharaan


Sebelum benih ditebar ke dalam wadah pemeliharaan, hal yang perlu diperhatikan
tentunya kesiapan atau kelayakan dari wadah budidaya maupun media (air) yang akan
digunakan.
Hal – hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah :
1. Kondisi wadah budidaya dan kelengkapannya, apakah terdapat kebocoran, robekan dan
sebagainya;
2. Apakah kualitas air yang digunakan sudah sesuai dengan standard baku mutu untuk
pertumbuhan ikan lele seperti suhu, pH dan kecerahan;
3. Ketinggian air kolam sudah mencukupi atau belum, untuk pembesaran ikan lele diperlukan
ketinggian air kolam sekitar 80-100 cm.
Parameter kulitas air yang mempengaruhi pertumbuhan benih ikan antara lain adalah
:
19
1. Suhu
Ikan dapat menyesuaikan diri terhadap suhu yang tinggi, tetapi pada suatu derajat
tertentu kenaikkan suhu akan menyebabkan kematian ikan, terutama kenaikkan suhu yang
terlalu cepat. Suhu yang optimal untuk pembesaran lele antara 26 – 30 ⁰C. Suhu air
umumnya diukur dengan menggunakan thermometer air raksa / alkohol.
2. pH
Nilai pH mempengaruhi pertumbuhan ikan, karena napsu makan ikan berkurang
pada pH rendah. Hal ini disebabkan karena aktifitas dan produksi enzim pencernaan menjadi
rendah. Keasaman atau pH yang baik bagi lele dumbo adalah 6,5 – 9, pH yang kurang dari 5
sangat buruk bagi lele karena bisa menyebabkan penggumpalan lender pada insang,
sedangkan pH 9 ke atas akan menyebabkan berkurangnya napsu makan lele. Alat ukur pH
adalah pH meter.
3. Kecerahan
Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air dan diukur dengan
Piring seichi. Kecerahan air dipengaruhi ; a). benda –benda halus yang disuspensikan seperti
lumpur dan sebagainya, b). adanya jasad – jasad renik (plankton), c). warna air. Kecerahan
yang baik adalah 30 cm. Kecerahan juga berkaitan dengan kepadatan floc di media
pemeliharaan.
D. Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan, tetapi tidak
bereaksi dengan air. Kadar oksigen yang terlarut diperairan alami bervariasi, tergantung pada
suhu dan ketinggian. Kadar oksigen juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman,
tergantung pada pencampuran dan pergerakkan massa air, aktifitas fotosintesis, respirasi dan
liimbah yang masuk ke badan air. Pada umumya lele hidup normal di lingkungan yang
memiliki kandungan oksigen terlarut 4 mg/l. Sering kandungan oksigen berubah secara
mendadak misalnya akibat penguraian bahan organik. Alat Ukurnya adalah DO meter.

MATERI 3. MENANGANI BENIH IKAN LELE

3.1. Pendahuluan
Lele adalah komoditas budidaya perikanan global. Lele diekspor ke seluruh dunia
dalam bentuk daging sayat (fillet), utuh (whole around) tanpa kepala (head less) tanpa
insang dan isi perut (whole gill gutted/GG) dan daging halus (surimi). Permintaan pasar
ekspor adalah lele berukuran sekitar 500 g/ekor (2 ekor/kg).
Tabel 1. Negara Tujuan Ekspor Berdasarkan Jenis Produk
No. Negara Jenis produk Ukuran (g/ekor)
1 Taiwan Surimi Semua ukuran
2 Singapura Fillet 300 – 700
20
3 Hongkong Fillet dan whole gill and gutted (GG) 300 – 700
4 Jepang Fillet dan surimi 300 – 800
5 Belanda Fillet 300 – 700
6 Perancis Fillet 300 – 700
7 Italia Fillet 300 – 700
8 Spanyol Fillet 300 – 700
9 USA Fillet 300 – 700
10 Turki Fillet 300 – 700
11 Emirat Arab GG 200 – 800
12 Afrika Selatan GG 200 – 800
Sumber : Mahyudin (2008)
Di dalam negeri warung tenda pecel lele telah merambah ke seluruh pelosok tanah
air dari Aceh hingga Papua, restoran franchise (waralaba) lele tersebar di berbagai kota
besar, umumnya disajikan dengan digoreng utuh ukuran 150 g – 200 g (5 – 8 ekor/kg). Pecel
lele menjadi menu harian rakyat, dari pilot odong-odong sampai pilot pesawat terbang dari
mantri hingga menteri, semua suka. Restoran lele bersaing bukan dari rasa lelenya saja tapi
juga dari lalapan dan sambalnya yang sedap tanpa micin. Makan lele sangat disukai karena
praktis bisa pakai tangan, tidak banyak duri dan pasti masih sangat segar. Oleh karena itu,
pangsa pasar lele selalu meningkat.
Momentum ini harus benar-benar dimanfaatkan oleh pembudidaya karena budidaya
lele sangat mudah sebab kemampuan lele untuk bertahan hidup sangat tinggi oleh
adanya alat bantu pernapasan labirin (aboresen) yaitu dapat mengambil oksigen langsung
dari udara dan pakan yang tidak pilih-pilih. Oleh karena itu pembesaran ikan lele harus
didahulukan pada penanganan terhadap benihnya. Jika penanganan benihnya sudah tepat
hasilnya juga akan lebih memuaskan.
3.2. Mengenal Ikan Lele
Menurut Gunawan (2010), lele termasuk hewan malam atau nokturnal, yaitu ikan
yang aktif bergerak pada malam hari. Biasanya lele mulai aktif mencari makan sejak senja
hingga malam hari. Lele menyukai tempat sunyi dan agak gelap. Pada siang hari lele lebih
senang bersembunyi dalam lubang-lubang persembunyian, seperti dibawah pematang sawah,
pinggiran sungai, akar pohon di dalam lubang kayu atau bambu yang tenggelam. Habitat atau
lingkungan hidup ikan lele ialah semua perairan air tawar dan airnya tidak terlalu deras, atau
di perairan yang tenang dan suhunya antara 22-34oC, pH 6-9, dan oksigen terlarut >1.
Jenis lele yang ada di pasaran saat ini ada beberapa macam yaitu :
1. Lele lokal (Clarias batrachus): biasanya tangkapan dari alam, hasil dari budidaya
jumlahnyasangat sedikit.
2. Lele dumbo : hasil kawin silang antara lele Afrika Clarias gariepenus dengan lele
TaiwanClarias fuscus.
3. Lele phyton : hasil kawin silang lele dumbo F2 betina dari Thailand (F2d89CPP)
dengan lele dumbo F6 jantan asal indonesia.
4. Lele sangkuriang 1 : hasil kawin silang lele dumbo F2 betina indonesia dengan F6
jantan Indonesia menghasilkan F2 F6 jantan, selanjutnya F2 F6 jantan dikawinkan
dengan F2 betina lain, anaknya disebut lele sangkuriang. Tetapi lele sangkuriang
jantan dikawinkan dengan sangkuriang betina hasilnya sudah bukan lele sangkuriang
lagi.
5. Lele sangkuriang 2 : dirilis tahun 2012 sama dengan lele sangkuriang 1 tetapi induk
pokoknya asli Clarias gariepenus yang dikirim langsung dari Kenya tanpa dikawin
silangkan dengan lele Taiwan (Clarias fuscus), tetapi dengan induk sesama Clarias
gariepenus. Sangkuriang 2 ini pertumbuhannya lebih cepat daripada lele sangkuriang 1.
21
3.3. Memilih Benih Ikan Lele
Agar tidak salah dalam memilih benih, sebaiknya perhatikan cara memilih benih
ikan lele yang baik dan benar yang meliputi :
1. Benih Berasal Dari Budidaya Ikan Lele
Benih harus berasal dari hasil budidaya benih ikan lele. Pasalnya, benih tersebut
biasanya jauh lebih terjaga kualitasnya karena mengalami proses pemeliharaan intensif
selama budidaya.
Selain itu, benih dari budidaya benih ikan lele cenderung berasal dari indukan
terbaik. Artinya, Anda tidak meragukan kualitas keturunannya. Pembudidayanya pun sudah
mengetahui dengan baik bagaimana cara membesarkan benih agar tetap terjamin kualitasnya
hingga menjadi ikan lele siap jual.

2. Gerakannya Lincah
Benih ikan lele yang gerakannya lamban dan hanya di satu tempat saja seperti itulah
benih ikan lele yang jelek. Benih ikan lele yang jelek akan sangat mudah ditangkap.
Sebaliknya, jika sulit menangkap benih ikan lele dengan tangan karena gerakannya gesit,
berarti benih tersebut sangat bagus. Perhatikan gerakan benih ikan lele lainnya, caranya
masukan benih ikan lele dalam sebuah wadah. Kemudian miringkan wadah berisi benih ikan
lele. Lihatlah pergerakannya. Jika sebagian besar benih ikan lele bergerak melawan arus,
22
maka benih tersebut memang bagus. Namun, apabila benih ikan lele terbawa arus, artinya
benih tersebut kurang baik. Cara ini ampuh sekali untuk mengetes seberapa gesit benih ikan
lele yang akan dibeli. Semakin lincah gerakannya maka semakin baik benihnya.

3. Fisik Harus Sempurna


Asal benih dari budidaya ikan lele dan gerakan benih yang lincah tidak selamanya
menjamin kesempurnaan benih ikan lele. Kalau benih ikan lele yang terlihat terdapat lecet di
tubuhnya, sebaiknya tidak dipilih.
Upayakan memilih benih ikan lele yang badannya mulus dan sewarna. Warna benih
ikan lele yang baik yakni berwarna cokelat tua atau hitam kemerahan. Morfologi tubuhnya
seimbang, dari kepala dan badan. Kulitnya pun cerah dan mengkilap.
Benih ikan lele yang bagus tidak pucat dan tidak menggerombol di pojok kolam.
Justru ia bergerak lincah ke sana kemari. Jika Anda menemukan salah satu benih ikan lele
yang tubuhnya tidak sempurna, sebaiknya pisahkan.
Kesempurnaan fisik benih ikan lele akan menentukan bentuk fisiknya setelah
menjadi ikan lele siap jual. Konsumen pun akan jeli memilih mana ikan lele yang bagus dan
mana yang tidak. Hal tersebut harus Anda perhatikan karena turut menentukan untung rugi
dalam budidaya.

23
4. Ukuran Benih Harus Seragam
Layaknya ikan lainnya, dalam memilih benih ikan lele harus memilih yang seragam.
Artinya, seragam ukuran benihnya. Mengapa demikian? Karena jika Anda memilih benih
ikan lele yang tidak seragam, risiko terjadi kanibal sangat tinggi.
Ikan lele yang lebih besar biasanya suka memangsa ikan lele yang lebih kecil. Kalau
itu sampai terjadi, jumlah ikan lele yang dibudidayakan akan semakin berkurang. Akibatnya,
Anda pun mengalami kerugian.
Selain itu, ukuran benih ikan lele juga akan mempengaruhi pertumbuhannya.
Apabila awalnya benih ikan lele tidak seragam, maka ketika besar pun ukurannya tidak akan
sama. Bahkan Anda akan mengalami gagal panen karena ikan lele sudah habis duluan akibat
sifat kanibalnya.
Misalnya begini, Anda akan membeli 500 benih ikan lele. Ketika memilih di lokasi
budidaya, ingin memilih benih ikan lele berukuran tubuh 5 cm. Nah, berarti Anda harus
memilih semua ukurannya 5 cm atau toleransinya ukuran 4 sampai 6 cm.
Tapi, dengan catatan, benih ikan lele yang ukurannya 4-6 cm tidak lebih dari 10%
populasi benih. Sejumlah 90% benih ikan lele harus berukuran 5 cm. Memang sulit karena
tidak banyak benih ikan lele yang berukuran sama persis.
Solusinya, Anda harus mengelompokkan 500 benih ikan lele tersebut berdasarkan
ukuran. Contohnya, dari 500 benih ikan lele, 400 benih berukuran sama 5 cm. Sementara 100
benih ukurannya 8 cm. Sebaiknya, Anda pisahkan benih ikan lele berdasarkan ukurannya.
Lebih baik menambah jumlah kolam daripada Anda menderita kerugian yang berlipat ganda.

5. Benih Dalam Kondisi Sehat


Sebelum membeli benih ikan lele, sebaiknya ditanyakan terlebih dahulu tentang
riwayat kesehatan benih. Tanyakan, apakah benih ikan lele pernah sakit. Tujuannya, supaya
jika benih ikan lele ini mengalami sakit yang sama, akan mudah menanganinya. Benih ikan
lele yang sehat memiliki ciri-ciri, gerakannya gesit, tubuh proporsional, warna kulit
mengkilap, tidak menggantung, bebas cacat atau luka dan sungut berwarna cerah. Namun,
ketika benih ikan lele pernah sakit, tanyakan bagaimana kronologisnya.
Kalau memang harus menggunakan antibiotik atau obat-obatan lain, upayakan
dosisnya tidak terlalu tinggi. Dosis yang berlebihan dapat mengakibatkan bakteri dan
penyakti bertambah kebal sehingga akan berkembang cepat di tubuh ikan lele.
24
6. Perhatikan Riwayat Induknya
Indukan selalu menjadi faktor yang berpengaruh dalam pemilihan benih hewan jenis
apapun. Kalau benih ikan lele berasal dari indukan yang unggul, maka sudah pasti anakannya
pun mewarisi sifat genetik induknya.
Pilihlah benih ikan lele yang asalnya bukan dari perkawinan inbreeding atau tingkat
kekerabatan yang tinggi. Semakin jauh tingkat kekerabatannya, maka akan semakin bagus
kualitas benihnya.
Kemudian, perhatikan jenis ikan lele indukannya. Misalnya, ikan lele jenis
Sangkuriang sudah pasti lebih bagus dari ikan lele lokal karena dilihat dari riwayat
pemijahannya. Dan hasil panennya pun pasti jauh lebih sempurna dibandingkan ikan lele
lokal.

7. Punya Sertifikat CPIB


Kriteria terakhir yakni, harus punya kriteria CPIB. Apa itu CPIB ? CPIB adalah Cara
Pembenihan Ikan yang Baik. Jika memang kualitas benih yang dibeli tersebut baik,
pembudidaya pasti mengantongi sertifikat CPIB.
Dari sertifikat tersebut akan diketahui, darimana asal indukannya dan jenis apa yang
digunakan. Namun, tidak semua pembudidaya punya sertifikat CPIB. Jadi, tidak bisa
dijadikan patokan. Kriteria sebelumnya sebenarnya sudah cukup untuk bisa menjamin
kualitas benih yang Anda beli.

25
Demikian penjelasan dan cara memilih benih ikan lele yang baik dan benar, dengan
tujuan untuk meminimalkan resiko kerugian dan meningkatkan hasil panen.

3.4. Menebar Benih Ikan Lele


Faktor penting yang harus diperhatikan dalam menebar benih adalah kesesuaian
lingkungan, pengamatan benih, penghitungan benih dan penjadwalan. Penyesuaian
lingkungan atau aklimatisasi pada menebar benih merupakan hal yang sangat penting untuk
meningkatkan hasil produksi yang baik dalam pembesaran ikan lele, mengingat bahwa benih
sangat sensitive dan sangat mudah mengalami kematian. Apabila aklimatisasi tidak
dilakukan dengan baik dan hati-hati saat menebar benih, akan menyebabkan kematian
sehingga padat tebar akan berkurang yang tentunya akan mengurangi pula produksi ikan yang
dihasilkan pada saat panen.
Aklimatisasi adalah proses penyesuaian suhu benih lele dari tempat asal (panti
pembenihan) ke tempat yang baru (kolam pembesaran). Sebelum melaksanakan aklimatisasi,
hendaknya merencanakan waktu penebaran terlebih dahulu. Hal ini berkaitan dengan rencana
pembelian dan pengiriman benih lele. Penebaran benih lele dilakukan pada saat cuaca yang
teduh. Umumnya penebaran benih lele dilakukan pada pagi atau sore hari karena pada waktu
tersebut cuaca dalam keadaan teduh. Ketahanan tubuh benih ikan lele masih rawan dengan
perubahan lingkungan yang sifatnya mendadak berupa perubahan suhu, kandungan oksigen,
pH atau sifat air lainnya akan sangat mudah menyebabkan stress.
Alat yang digunakan pada proses aklimatisasi adalah Thermometer untuk mengukur
suhu. Adapun tahapan-tahapan dalam proses menebar benih adalah sebagai berikut :
1. Siapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan pada saat aklimatisasi dan penebaran
benih lele. Dalam hal ini yang harus disiapkan adalah Thermometer dan benih lele.
2. Buka box sterofoam yang berisi benih lele dengan hati-hati.
3. Apungkan plastik packing benih lele ke dalam kolam pembesaran yang telah disiapkan.
Pada saat mengapungkan plastik packing ini terjadilah proses aklimatisasi suhu dimana
suhu didalam kantong akan menyesuaikan dengan suhu didalam kolam. Pada saat suhu
didalam kantong dan didalam tambak sudah sama, biasanya ditandai dengan berembunnya
kantong plastik benih. Proses aklimatisasi suhu dilakukan selama 10-15 menit.

26
4. Bukalah kantong plastik benih saat kantong plastik sudah berembun. Untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik, ukur suhu didalam kantong plastik dengan didalam kolam
pembesaran. Kemudian ikatan plastik dibuka dan masukkan air kolam sedikit demi sedikit
ke dalam plastic wadah benih. Benih yang sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya
keluar dari kantong plastik benih menuju lingkungan yang baru yaitu kolam pembesaran.
Setelah menebar pantau gerakan dan aktivitas benih ikan lele yang baru ditebar.

5. Hidupkan blower untuk mencukupi kebutuhan oksigen terlarut benih lele didalam kolam
pembesaran
Aklimatisasi sangat penting dilakukan karena bertujuan untuk mencegah benih lele
tidak stress akibat dari proses transportasi benih yang terlalu lama sehingga tingkat
kelangsungan hidup benih lele menjadi tinggi. Aklimatisasi yang dilakukan dengan benar
juga merupakan salah satu faktor pendukung untuk mendapatkan hasil panen yang
menguntungkan.
Benih yang ditebar adalah benih sehat dan tidak luka atau cacat serta memiliki ciri
yang khusus yaitu kulitnya nampak mengkilap, gerakan yang gesit dan akan terkejut apabila
wadahnya diketuk.

3.5. Menghitung Padat Penebaran


Penentuan padat tebar dalam menebar benih sangat berpengaruh dalam mengingat
sifat benih yang masih lemah sangat rentan terhadap lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu
dalam melakukan menebar benih harus ditentukan waktu yang tepat. Adapun waktu yang
paling tepat dalam melakukan kegiatan menebar benih yaitu pada pagi atau sore hari.
Pemilihan waktu tersebut tentunya mempunyai tujuan, dimana pada waktu tersebut suhu air
dan lingkungan tidak tinggi atau cenderung stabil sehingga ikan tidak mudah stress yang
diakibatkan karena suhu tinggi yang dapat mengakibatkan kematian.
Untuk penentuan padat tebar hal yang harus diperhatikan yaitu luas kolam budidaya
dan ukuran benih, dimana jika luas kolam budidaya yang digunakan sempit dan ukuran benih
cukup besar maka padat menebar ikan juga sedikit, sebaliknya jika luas kolam yang
digunakan cukup besar dengan ukuran benih yang standar maka padat menebar ikan bisa
27
tinggi. Misalnya jumlah benih yang ditebar 35 – 50 ekor/m2 yang berukuran 5 – 8 cm, Cara
menentukan jumlah padat tebar benih adalah dengan mengalikan jumlah benih yang ditebar
per satuan meter persegi dengan luas wadah pemeliharaan.
Padat tebar (ekor/m2) = Jumlah benih (ekor)
Luas kolam (m2)
Dalam teknik bioflok, kepadatan ikan yang ideal adalah 1000-2000 ekor per meter
persegi, tetapi tetap tergantung pada besar kecilnya blower yang dipasang di dalam kolam
ikan, dan juga seberapa berfungsikan blower tersebut dalam melakukan aerasi.
Tetapi jika masih menggunakan kolam konvensional, cara berikut bisa menjadi
rujukan untuk Anda. Kolam terpal ikan lele padat tebar yang tepat adalah 100-200 ekor per
meter persegi. Untuk kolam beton, sebenarnya sama dengan kolam ikan karena menggunakan
proses dan tujuan yang sama yakni 100-200 ekor per meter persegi. Sementara untuk kolam
tanah sendiri jumlah padat tebar yang pas adalah 250-300 ekor per meter persegi untuk kolam
tanah tanpa sirkulasi, dan 300-500 ekor per meter persegi untuk kolam tanah bersirkulasi.

MATERI 4. MEMELIHARA IKAN LELE

4.1. Pendahuluan
Dalam usaha budidaya ikan lele, teknik peneliharaan harus diuasai engan baik. Hal
ini bertujuan untuk mencegah atau mengurangi resiko kerugian sekecil mungkin. Keseriusan

28
dari pembudidaya tentu adalah salah satu kunci keberhasilan usaha. Pembudidayapun
sebaiknya memiliki rasa cinta terhadap ikan yang dipeliharanya.
Mengelola pakan dengan baik adalah hal yang sangat penting untuk mencegah
kerugian karena pemberian pakan yang berlebihan ataupun pertumbuhan ikan yang terhambat
akibat pemberian pakan yang kurang dari kebutuhan optimal ikan.
Pengamatan selama proses pemeliharaan tentu mutlak dilakukan untuk melihat
pertumbuhan ataupun kesehatan dari ikan yang dipelihara. Ikan yang sehat akan berakibat
pada pertumbuhan yang baik sesuai yang diharapkan untuk mencapai keuntungan dari hasil
usaha yang dijalankan.

4.2. Memberikan Pakan


Dalam usaha budidaya ikan factor pakan memegang peranan yang sangat penting.
Pakan yang baik tergantung dari nutrisi yang dikandungnya. Nutrisi tersebut terdiri dari
protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Dari keseluruhan biaya suatu usaha
budidaya ikan, pakan adalah yang paling tinggi yaitu bisa mencapai hingga 75% dari total
biaya yang dibutuhkan dalam satu siklus. Untuk itu pengelolaan pakan, dalam hal ini
pemberian pakan harus benar-benar dilakukan dengan perhitungan yang matang.
Dilihat dari jenis makanannya, ikan digolongkan menjadi tiga, yaitu :
a. Ikan Karnivora. Ikan yang tergolong ikan rakus, pemakan daging hewani lainnya.
Membutuhkan protein yang relative tinggi dalam pakannya
b. Ikan Herbivora. Ikan pemakan tumbuh-tumbuhan. Membutuhkan protein yang relative
lebih rendah dalam pakannya
c. Ikan Omnivora. Ikan pemakan pemakan segala/ campuran. Membutuhkan protein yang
tidak terlalu tinggi.
Sejatinya ikan lele termasuk dalam ikan karnivora, yaitu ikan rakus pemakan
daging/hewan lainnya. Karena ikan lele termasuk ikan rakus maka dia akan menyantap
makanan dengan sangat lahap. Namun demikian makanan yang diberikan harus mengandung
protein yang relative tinggi.
Protein berperan sebagai penyusun tubuh, memperbaiki sel yang rusak, membuat sel
baru dan sebagai cadangan energi bila penggunaan energi berlebih. Protein terdiri atas asam
amino yang mengandung unsur C, H, O, N dan unsur lainnya. Pakan lele harus mengandung
protein yang cukup tinggi, dapat dari hewan maupun tumbuhan. Protein dari tumbuhan
cenderung memiliki kandungan asam amino yang kurang lengkap dan sulit dicerna. Fungsi
protein adalah untuk pertumbuhan sel, pertumbuhan jaringan, pertumbuhan kelenjar
reproduksi, perkembangan dan pembangunan jaringan baru atau perbaikan jaringan yang
rusak. Kandungan protein pada lele sekitar 25 – 50%. Kebutuhan akan menurun seiring
bertambahnya umur lele. Pada tahap pembesaran dosis lele adalah berkisar 25 – 35%. Pakan
dengan kandungan protein yang tinggi maka pertumbuhan lele akan berlangsung cepat.

29
Dalam pemberian pakan tambahan bentuk pellet, harus disesuaikan dengan bukaan
mulut ikan, juga harus memperhatikan pakan alami yang ada di dalam media pemeliharaan.
Pemberian pakan bentuk pellet dapat diberikan pada ikan dengan dosis sebesar tiga persen
(3%) dengan frekuensi pemberian sebanyak tiga kali sehari (pagi hari, siang hari dan sore
hari). Pemberian pakan tambahan tidak harus sesuai dosis, bisa ditambahkan atau dikurangi,
sesuai dengan perkembangan napsu makan ikan waktu itu. Ada saat tertentu ikan tidak
bernafsu untuk makan yang mungkin disebabkan oleh kualitas air yang kurang baik. Maka
bila ikan kurang bernapsu atau bahkan berhenti makan, jangan diteruskan, tapi dilanjutkan
pada pemberian berikutnya ataupun keesokan harinya. Saat memberi makan adalah saat yang
terbaik untuk mengamati perkembangan ikan yang dibudidaya. Ikan yag sehat adalah ikan
yang bergerak dengan aktif dan lincah.

Pemberian pakan bentuk pellet pada ikan disesuaikan dengan bukaan mulut ikan.
Semakin kecil ikan maka semakin kecil pula ukuran pellet yang diberikan dan semakin besar
ikan maka semakin besar pula ukuran pellet yang diberikan.
Pemberian pakan yang dikelola dengan baik dapat mencapai produksi yang
maksimal. Setiap minggu sebaiknya sekali ikan dipuasakan, yaitu tidak diberikan pakan agar
bisa memanfaatkan flok yang ada dengan lebih optimal. Sebelum diberikan sebaiknya pakan
difermentasi dengan probiotik terlebih dahulu. Setelah terbentuk flok pemberian pakan dapat
dikurangi 30%.
Keberhasilan usaha budidaya ikan sangat dipengaruhi oleh tiga faktor yang sama
pentingnya, yaitu breeding (pemuliaan biakan, bibit), feeding (pakan) dan manajemen (tata
laksana). Namun jika dilihat dari total biaya produksi dalam usaha budidaya ikan, maka
kontribusi pakan adalah yang paling tinggi yaitu sekitar 75%, sehingg dalam kegiatan
budidaya manajemen [akan harus benar-benar diperhatikan.
Banyak cara yang telah dilakukan untuk mengurangi biaya pakan misanya dengan
membuat pakan sendiri dengan bahan local dan harga murah serta bisa dengan melakukan
fermentasi pakan sebelum pakan diberiakan pada ikan Berdasarkan beberapa referensi maka
dengan melakukan fermentasi pakan adalah cara yang paling mudah serta dapat
menghasilkan FCR yang cukup baik yaitu sekitar 0,8 – 0,6.
A. Penggunaan probiotik pada Pakan
Probiotik adalah mikroorganisme hidup non pathogen yang diberikan pada hewan
untuk perbaikan laju pertumbuhan, efisiensi konsumsi ransum, dan kesehatan. Probiotik
bentuk pakan tambahan berupa sel mikroba hidup yang menguntungkan bagi hewan inangnya
30
melalui cara menyeimbangkan kondisi mikrobiologis hewan. Probiotik sering dipakai pada
bidang perikanan dalam pakan dan campuran media air. Dalam pakan digunakan dengan
cara pencampuran bahan pakan dengan probiotik.
Pemberian pakan buatan berupa pellet produksi pabrik dengan kandungan protein
yang tinggi untuk budidaya ikan lele sebaiknya dibasahi terlebih dahulu sebelum diberikan
pada ikan, hal ini disebabkan ikan lele adalah tergolong ikan yang rakus dan makan
sekenyang kenyangnya maka selanjutnya pakan dalam perut ikan mengembang sehingga
perut ikan menjadi bengkak yang tidak jarang diikuti dengan robeknya bagian usus halus
sehingga membuat ikan sakit dan menggantung di oermukaan air serta dapat menyebabkan
kematian dengan perut membesar.
Dalam pencampuran pellet dengan air sebaiknya ditambah probiotik dengan melalui
proses fermentasi terlebih dahulu. Beberapa pembudidaya ikan yang biasa memberika pakan
komersial untuk budidaya ikan mendapat hasil yang megejutkan setelah mengaplikasikan
probiotik. Dengan menggunakan probiotik pembudidaya ikan mengaku bisa menekan FCR
dalam penggunaan pakan komersil hingga 0,7 kg untuk menghasilkan 1 kg ikan. Selain itu
poenggunaan probiotik juga bisa mempercepat waktu pemeliharaan.
Berdasarkan pengalaman di lapangan dengan menggunakan probiotik pertumbuhan
ikan menjadi lebih cepat jika dibandingkan tanpa probiotik. Selain itu tingkat kematian ikan
juga kecli serta daging ikan yang dipanen menjadi lebih padat. Dengan probiotik bisa
mendapatkan hasil panen lele dengan kualitas baik. Hal ini diindikasikan dengan
pertumbuhan ikan lebih cepat sehingga dapat segera dipanen, ukuran ikan seragam dan tidak
bau lumpur atau tanah. Probiotik ini tentu saja yang kami rekomendasikan adalah Maxigrow.
Dengan campuran probiotik dan pellet ini membuat metabolisme dan pencernaan ikan
sempurna. Sebagian besar yaitu 90% pakan yang masuk ke tubuh ikan akan menjadi daging.
Namun aplikasi probiotik pada ikan ini memang menuntut ketelatenan, karena
pembudiday setiap hari harus melakukan pencampuran probiotik dengan pakan ikan.
Fermentasi adalah proses pemecahan karbohidrat dan asam amino dalam keadaan
anaerob (tidak membutuhkan oksigen). Dalam proses fermentasi terjadi perubahan kimia
dalam bahan pangan yang disebabkan oleh aktivitas enzim.
Tujuan Fermentasi Pakan : Memotong rantai peptide protein dari rantai Panjang
protein, bakteri akan memanfaatkan protein, sehingga bakteri akan berkembang di pakan
(substrat). Pemanfaatan serat oleh bakteri selulotik (ada dalam Maxigrow) dan diubah
menjadi protein.
B. Cara Fermentasi Pakan
- Siapkan wadah yang meniliki penutup (alternative bisa menggunakan plastik)
- Siapkan air 200 ml campur dengan molase sebanyak 4 -5 sendok makan
- Tambahkan probiotik 2 – 3 cc
- Campurkan dengan 1 kg pakan
- Peram selama 2 hari. Setelah 2 hari pakan akan berwarna keputihan.
- Dibiarkan selama maksimal 2 – 3 hari dalam tempat oksigen terbatas (anaerob)
- Pada hari ketiga – keempat fermentasi, ternyata pakan sudah ditumbuhi mikroba sehingga
berwarna keputihan.
- Sebaiknya proses fermentasi pakan dibuat untuk kebutuhan tiga hari.
C. Keuntungan Pakan Fermentasi dengan Probiotik :
- Penggunaan pakan lebih hemat
- Memotong rantai peptida protein menjadi protein rantai pendek
- langsung bisa dicerna
- Tekstur pellet lebih lembut
- Menambah nutrisi pakan.
31
- Merangsang nafsu makan ikan
- Tingkat kematian ikan rendah
- Daging ikan yang dipanen lebih padat
- Baik untuk pemeliharaan air

4.3. Monitoring Pertumbuhan


Dalam menjalankan usaha budidaya ikan, monitoring adalah tahap yang tidak boleh
dilewatkan. Pemantauan kondisi ikan adalah sangat penting untuk melihat pertumbuhannya,
apakah sangat lambat, cepat atau bahkan sangat cepat.
1. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah proses bertambahnya panjang dan berat berdasarkan waktu.
Pertumbuhan merupakan parameter yang mempunyai nilai ekonomis penting dalam
budidaya. Parameter ini selalu dapat diketahui dari ukuran panjang dan berat, dapat juga
diketahui dari lingkaran pertumbuhan sisik. Pertumbuhan sangat erat hubungannya dengan
efisiensi / konversi pakan, oleh karena itu pertumbuhan sangat perlu diketahui.
2. Cara mengukur berat populasi ikan
Untuk mengukur pertumbuhan ikan biasanya dilakukan dengan metode sampling
( pengambilan contoh ) dari suatu populasi ikan yang akan ditentukan pertumbuhannya.
Pengambilan contoh dilakukan dengan alat yang sama baik bentuk maupun ukurannya.
Tujuan pemeliharaan tentu saja menginginkan agar ikan yang dipelihara cepat
tumbuh besar dengan pemberian pakan yang sederhana dan murah, karena semua usaha pasti
berorientasi pada keuntungan. Berdasarkan hal diatas, maka kita harus mengukur
pertumbuhan dari ikan yang kita pelihara secara periodik. Pertumbuhan sangat erat
hubungannya dengan efisiensi / konversi pangan, juga pertumbuhan sangat tergantung
kepada lingkungan, karena terjadi interaksi antara faktor genetis dan lingkungannya. Untuk
mendapatkan pertumbuhan ikan yang baik, harus diberikan makanan yang cukup dan
berkualitas serta padat penebaran yang sesuai.
Lokasi pengambilan contoh ditentukan secara acak, tidak pilih-pilih dan benar-benar
mewakili. Untuk mengetahui berat ikan dilakukan dengan cara sebagai berikut ;
- Misalnya ikan yang ditebar berjumlah 1.000 ekor
- Ambil ikan dengan sibu-sibu secara acak kira-kira 20 ekor
- Timbang ikan tersebut tanpa air. Misalnya berat ikan-ikan tersebut 1.000 gram ( 1 kg).
- Cari berat rata-rata setiap ekor. 1.000 gram dibagi 20 ekor = 50 gram berat per ekor.
- Jadi berat keseluruhan populasi adalah 1.000 ekor x 50 gram = 50.000 gram = 5 kg
3. Frekuensi Pengukuran
Untuk melakukan pengukuran pertumbuhan diperlukan waktu yang tepat, sehingga
pekerjaan kita tidak sia-sia. Biasanya jika pengukuran dilakukan terlalu sering, maka data
yang didapatkan akan relatif tetap, selain itu jika terlaku sering ditangkap, kondisi ikan akan
semakin lemah, jadi harus diperhitungkan sampai ikan tersebut beradaptasi terhadap
lingkungan lebih dahulu. sebaliknya apabila terlalu jarang, maka tidak diketahui saat mana
pertumbuhan itu akan cepat dan tetap.
Untuk pengukuran pertumbuhan pada pembesaran untuk ukuran konsumsi sebaiknya
dilakukan dua minggu sekali. Untuk memgetahui pertumbuhan pada setiap periode
pemeliharaan, perlu dilakukan perhitungan pertumbuhan nisbi pada masing-masing periode
pemeliharaan, sehingga dapat membedakan prosentase pertumbuhan pada masing-masing
periode pemeliharaan.
4. Prosentase Pertumbuhan Harian (Pph)
Untuk menghitung laju pertumbuhan harian ikan menggunakan rumus :
Wt - Wo

32
PPH =
ΣH X 100 %
Wo
Dimana :
Wt = Berat Pada Waktu t
Wo = Berat Awal
ΣH = Lamanya Pemeliharaan ( hari )

4.4. Menangani Hama Dan Penyakit


Salah satu kendala yang sering dihadapi petani dalam budidaya lele adalah serangan
hama dan penyakit. Kerugian yang ditimbulkan oleh serangan hama biasanya tidak sebesar
serangan penyakit.
Pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif dibandingkan dengan
pengobatan. Para petani yang baru bergerak dibidang budidaya lele, tentu akan mengalami
kesulitan dalam menanggulangi serangan hama dan penyakit. Karena itu perlu tindakan
pencegahan serangan hama dan penyakit.

1. Penanggulangan Hama
Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa, membunuh, dan
mempengaruhi produktivitas, baik secara langsung maupun secara bertahap. Hama ini
biasanya memangsa telur hingga lele dewasa. Hama masuk ke dalam kolam lewat tiga cara,
yakni lewat air (ikan liar, belut, katak), lewat darat (ular, katak), dan lewat udara (burung).
Pengawasan yang baik dalam system budidaya kolam bulat ini akan mencegah masuknya
hama kedalam kolam budidaya.
2. Penanggulangan Penyakit
Penyakit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan berkembang di dalam
tubuh lele sehingga organ tubuh lele terganggu. Jika salah satu atau sebagian organ tubuh
terganggu, akan terganggu pula seluruh jaringan tubuh lele. Kemudian penyakit akan
timbul jika terjadi ketidak- seimbangan antara kondisi lele, lingkungan, dan patogen. Lele
yang kondisi tubuhnya buruk, sangat besar kemungkinan terserang penyakit. Kondisi tubuh
yang buruk dapat disebabkan berbagai hal, seperti terjadinya perubahan lingkungan secara
mendadak yang membuat lele mengalami stress atau terjadi luka dan pendarahan pada
tubuhnya.
Luka dan pendarahan dapat terjadi akibat penanganan yang kurang baik, terutama
saat panen dan sistem pengangkutan yang kurang tepat. Demikian halnya dengan
kondisi lingkungan. Jika lingkungan kurang baik, seperti kandungan oksigen di kolam
33
rendah, ada gas beracun, atau terjadi pencemaran baik oleh limbah industri maupun rumah
tangga.
Seperti pada budidaya ikan tawar lainnya, penyakit ikan lele juga terdiri daripenyakit
infeksi karena jamur, protozoa, bakteri dan virus. Berikut ini beberapa penyakit ikan lele
yang dikarenakan oleh infeksi:
a. Penyakit bintik putih (white spot)
Penyakit bintik putih disebabkan oleh protozoa dari tipe Ichthyphyhirius multifillis.
Penyakit ini menyerang hampir semua tipe ikan air tawar. Pada ikan lele penyakit ini paling
banyak menyerang benih. Bintik-bintik putih tumbuh pada permukaan kulit serta insang. Bila
terkena ikan, ikan tersebut akan mengosok-gosokkan badannya ke dinding atau dasar kolam.
Peyakit ikan lele ini dipicu oleh kualitas air yang kurang baik, suhu air terlalu dingin serta
kepadatan tebar ikan yang tinggi. Untuk mencegah agar ikan tak terkena penyakit white spot
adalah dengan mepertahankan suhu air pada kisaran 28 C serta gunakan air yang baik
kualitasnya.
Cara mengatasi jika ikan lele terkena penyakit ini antara lain dengan cara merendam
ikan dalam larutan formalin 25 cc per meter kubik air ditambah dengan malacit green 0,15
gram per meter kubik air selagi 24 jam. Pada ikan lele yang telah besar, penyakit ini juga
dapat dihilangkan dengan memindahkan ikan ke kolam dengan suhu 28C.
b. Penyakit gatal (Trichodiniasis)
Penyebabnya adalah protozoa tipe Trichodina sp. Gejala penyakit ikan lele
Trichodiniasis adalah ikan terkesan lemas, warna tubuh kusam dan sering menggosok-
gosokan badannya ke dinding dan dasar kolam. Penyakit ikan lele ini menular karena kontak
langsung dan bisa juga lewat perantara air. Kepadatan ikan yang terlalu tinggi serta ketidak
lebihan oksigen disinyalir memicu perkembangannya.
Untuk mencegah ikan lele terserang penyakit gatal adalah dengan mengatur
kepadatan tebar dan menjaga kualitas air. Penyakit ini dapat dihilangkan dengan merendam
ikan dalam larutan formalin 40 ppm selagi 12-24 jam.
c. Serangan bakteri Aeromonas hydrophila.
Penyakit ikan lele yang ditimbulkan bakteri ini menyebabkan perut ikan
menggembung berisi cairan getah bening, terjadi pembengkakan pada pangkal sirip serta
luka-luka disekujur tubuh ikan. Faktor pemicu penyakit ikan lele ini adalah penumpukan sisa
pakan yang membusuk di dasar kolam.
Untuk mencegahnya, upayakan pemberian pakan yang lebih cocok dan pertahankan
suhu air 28 C. Pengobatan yang paling umum pada ikan benih adalah pemberian antibiotic
yang direkomendasikan.. Jika penyakit ikan lele ini menyerang kolam pembesaran, gantilah
air kolam dua kali sehari. Pada sekarang pergantian air, tambahkan garam dapur dengan
takaran 100-200 gram per meter kubik.
Virus ini dapat dicegah dengan cara membenahi manajemen budidaya, menjaga
kebersihan kolam dan pemberian pakan yang berkualitas. Pengobatan ikan yang telah
terinfeksi tipe virus ini belum diketahui. Tetapi penyakit ikan lele ini dapat pulih dengan
menambah kebersihan kolam seperti mengganti air kolam sampai ikan terkesan pulih. Selain
penyakit ikan lele yang sudah kami jelaskan di atas, ada juga sejumlah penyakit pada ikan
lele yang bukan dikarenakan oleh infeksi melainkan dikarenakan oleh kondisi lingkungan,
seperti keracunan dan lain sebagainya.
Berikut beberapa penyakit non-infeksi yang perlu anda ketahui dalam memelihara
lele:
a. Penyakit kuning (Jaundice)
Penyakit ini adalah dampak dari kesalahan nutrisi pakan. Penyebabnya antara lain
kualitas pakan yang kurang baik, seperti telah kadaluarsa atau bisa juga karena pakan
disimpan di tempat lembab yang bisa membuat pakan jadi rusak. Menurut beberapa sumber,
34
Jaundice dapat disebabkan oleh pemberian jeroan alias ikan rucah secara terus menerus.
Keterangan lain mengatakan serangan jaundice dapat datang jika dalam air kolam banyak
terdapat alga merah.
b. Pecah usus atau Reptured Intestine Syndrom (RIS).
Pemberian pakan yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya usus pada ikan lele.
Untuk menghindarinya, perlakuan pengaturan pemberian pakan yang sesuai. Kebutuhan
pakan ikan lele per hari adalah 3-6% dari berat tubuhnya dan harus anda berikan dengan cara
bertahap, pagi, siang, sore alias malam hari
c. Penyakit keracunan
Keracunan pada ikan lele dapat terjadi karena faktor lingkungan seperti air yang
tercemar. Cara mengatasinya dengan melakukan pergantian air kolam minimal 20% setiap
dua kali sehari.

35
MATERI 5. MEMANEN

5.1. Pendahuluan
Saat ikan lele yang anda miliki sudah cukup besar maka saatnya untuk melakukan
panen. Waktu panen ikan lele, sebenarnya adalah waktu yang paling dinantikan oleh para
peternak, karena pada waktu itu segala jerih payah dan usaha yang telah dilakukan akan
mendapatkan imbalannya. Hanya saja terkadang kita melakukan beberapa kesalahan dalam
melakukan panen, sehingga hasil dari panen tersebut menjadi sangat tidak optimal, atau
terkadang malah dapat membuat bobot hasil panen kita menjadi berkurang.
Langkah pertama harus kita lakukan dalam memanen ikan lele adalah dengan
menguras air yang ada di dalam kolam ikan. Jika kolam anda memiliki lubang pembuangan
maka anda dapat langsung membukanya, sehingga air dapat langsung keluar dari kolam, dan
kita hanya tinggal menunggu sampai air di dalam kolam habis.
Tetapi jika kolam anda tidak memiliki lubang pembuangan, maka anda dapat
menguras air yang ada di dalam kolam dengan cara menggunakan selang air. Caranya adalah
dengan memanfaatkan tenaga gravitasi bumi untuk menggerakkan air yang bergerak dari
tempat yang tinggi ke tempat yang rendah.
Cara untuk menggunakan selang yaitu pertama anda isi selang air tersebut dengan
air sampai penuh lalu masukkan ujung yang satu ke dalam kolam, lalu letakkan ujung yang
lain ke lokasi pembuangan. Selama ujung selang yang berada di luar kolam posisinya lebih
rendah dari permukaan air, maka air yang ada di dalam kolam akan keluar dengan sendirinya
sampai posisi air yang ada di dalam kolam dengan muka air yang ada di luar kolam sama
tinggi.
Jika air yang ada di dalam kolam sudah selesai dikeluarkan, maka sekarang
waktunya untuk mengambil ikan yang ada di dalam kolam dengan menggunakan jaring. Lalu
kita dapat mulai memilah ikan mana yang ukurannya sudah cukup untuk kita ambil dan ikan
mana yang masih perlu dikembalikan lagi ke dalam kolam. Cara ini akan memakan waktu
yang cukup lama untuk melakukan penyortiran, ada cara yang lebih cepat yaitu dengan
menggunakan baskom yang sudah diberi lubang. Lubang dari baskom tersebut memiliki
ukuran tertentu, tergantung kita akan memanen ikan yang ukurannya berapa, ikan yang
ukurannya lebih kecil dari lubang akan keluar melalui lubang tersebut, tetapi yang ukurannya
lebih besar akan tertahan. Sehingga jika kita ingin memanen ikan ditambah dengan
menyortirnya berdasarkan ukuran, maka jika kita menggunakan baskom seperti ini akan lebih
cepat selesai.
Jika ikan lelenya sudah selesai kita panen, maka kolam yang sudah kita kuras
tersebut dapat kita isi kembali, dan ikan yang ukurannya belum bisa di panen tersebut, dapat
kita masukkan kembali ke dalam kolam.

36
Pada saat ikan lele yang kita budidayakan sudah mencapai ukuran konsumsi
(panjang berkisar antara 20-25 cm, dan berat sekitar 100 gram), maka pada saat itu ikan lele
sudah dapat kita panen. Hanya saja, ikan lele dalam satu kolam, pasti tidak memiliki ukuran
yang sama persis, bahkan meskipun ada temannya yang sudah besar, tetapi masih ada
beberapa ekor yang ukurannya masih sangat kecil. Hal tersebut saya rasa masih wajar, dan
jika jumlah ikan yang siap konsumsi sudah lebih banyak, maka sebenarnya ikan lele dalam
kolam tersebut sudah dapat segera dipanen.

5.2. Memanen Ikan Lele


A. Menyiapan Alat Panen
Dalam kegiatan pemanenan dapat dilakukan sampling terlebih dahulu, agar dapat
diperkirakan hasil panen yang akan diperoleh baik dalam jumlah, mutu maupun ukurannya.
Untuk memperoleh hasil panen yang baik maka perlu disiapkan alat panen antara lain :
- Wadah tempat ikan hasil panen : dapat berupa bak plastik, fiber glas, jembung plastik,
keranjang, dll yaitu untuk menampung ikan yang sudah ditangkap
- Jala/skoop net/waring : untuk menangkap dan menampung ikan hasil tangkapan
- Oksigen/aerator : yaitu untuk ikan hasil panen yang akan dipasarkan secara hidup
- Es batu : yaitu : untuk ikan hasil panen yang akan dipasarkan secara mati
B. Melakukan Panen Ikan
Pemanenan sebaiknya dilakukan secara hari-hati, hal ini untuk menghindari ikan
menjadi stres dan akhirnya akan mati. Pemanenan dapat dilakukan untuk memenuhi
permintaan konsumen. Pemanenan sebaiknya dilakukan dalam waktu suhu rendah yakni pada
pagi atau sore hari. dimana cara pemanenan ada dua cara yaitu : secara selektif atau secara
total.

37
1) Pemanenan secara selektif
Dilakukan dengan cara tanpa melakukan pengeringan kolam terlebih dahulu yaitu
dengan cara memasang anco/alat lain kedalam kolam, dimana alat dapat diberi makanan
tambahan untuk menjebak ikan yang akan tertangkap.
Anco diangkat kemudian Ikan yang tidak dikehendaki dapat ditampung kedalam bak
penampungan sehingga setelah proses pemanenan selesai maka ikan dapat ditebar kembali
kedalam kolam pembesaran.
2) Pemanenan secara total
Pemanenan dapat dilakukan sekaligus dengan cara mengeringkan kolam, dimana air
kolam mulai dikeringkan pada waktu dini hari sedikit demisedit dengan cara membuka pintu
pengeluaran secara perlahan-lahan dan dipintu pengeluaran di beri saringan supaya ikan tidak
lolos/lepas. perlu diperhatikan pula dalam konstruksi pembuatan kolam yaitu konstruksi
kolam yang disiapkan dengan baik akan memudahkan pemanenan, dasar kolam dibuat
miring, dibuatkan kemalir lebar 40 cm kedalaman 10 – 20 cm yang arahnya dari saluran pintu
pemasukan sampai kepintu pembuangan air. Di depan pintu pengeluaran dibuatkan kubangan
dengan tujuan kalau kolam dikeringkan maka ikan akan berkumpul dikubangan sehingga
akan memudahkan penangkapan.

C. Hal – hal Yang Harus Di perkatikan Saat Melakukan Panen Ikan


Dalam melakukan panen ikan lele, pemilihan waktu juga sangat menentukan dalam
keberhasilan panen tersebut. Untuk melakukan panen ikan lele, sebaiknya dilakukan pada
waktu pagi atau sore hari, yaitu dimana matahari sudah tidak lagi bersinar dengan teriknya.
Permasalahan yang mungkin dihadapi oleh para peternak jika sampai ikan lele
terpapar sinar matahari dalam waktu yang lama, yaitu ikan lele akan mudah untuk menjadi
stress, yang akhirnya karena ikan mengalami stress, maka dapat membuat bobot ikan akan
menyusut. Jika sampai terjadi penyusutan bobot ikan lele, maka para peternak bisa sangat
dirugikan. Karena bobot dari ikan lele berbanding lurus dengan pendapatan yang akan kita
peroleh.
38
Karena penurunan bobot ikan lele, sebenarnya masih bisa dipulihkan kembali
dengan proses perawatan yang baik selama beberapa hari. Jadi, jika ikan mengalami stress
dan bobotnya menyusut, maka ikan yang dibeli oleh tengkulak tersebut bobotnya rendah,
tetapi setelah ikan lele tersebut dirawat selama beberapa hari, maka ikan lele tersebut bisa
pulih kembali bobotnya, maka pada saat dijual ikan  tersebut bisa mencapai bobot yang lebih
berat. Akibatnya kita sebagai peternak yang akan dirugikan, jika waktu pengambilan lelenya
tidak tepat.

5.3. Melakukan Transportasi Dan Distribusi Ikan


Permintaan konsumen perlu dipenuhi dimana ada konsumen yang meminta ikan
dalam keadaan hidup dan ada konsumen yang minta ikan dalam keadaan mati tetapi
kesegarannya masih tetap terjamin.
1) Pengangkutan ikan hidup :
perlu kita ketahui bahwa alat dan teknik panen sangat menentukan mutu ikan yang
akan didapat dimana alat panen untuk ikan hidup sebaiknya terbuat dari bahan katun dengan
serat yang jarang . Perlakuan pemanenanpun harus secara hati-hati supaya ikan tidak stres
dan tidak banyak yang mati.
Pengangkutan ikan hidup bisa secara tertutup maupun secara terbuka, apabila jarak
dekat maka sebaiknya secara terbuka bisa menggunakan bak plastik atau fiber glas, jarigen,
atau dengan menggunakan Bokor/keranjang/waluhan. Pengangkutan dalam keadaan hidup
mempunyai keuntungan : tidak ada kekuatiran ikan akan busuk, pengiriman suplai dapat
dipastikan akan diterima sepenuhnya oleh sipeminta, bila ada kematian diperjalanan maka
ikan masih dalam batas segar, keuntungan persatuan berat akan cukup tinggi.

Pengangkutan tertutup yaitu dengan menggunakan kantong plastik yang dibantu


dengan oksigin. Pengangkutan sebaiknya dilakukan pada pagi hari, sekitar jam 5.00 sampai
6.00, saat yang tepat untuk mengangkut ikan hidup hal ini dikarenakan dengan waktu yang
seperti itu udara masih sejuk sehingga ikan mampu bertahan sampai tempat tujuan.
2) Pengangkutan ikan mati
Dalam penerapan dilapangan, pengangkutan ikan dapat dilakukan dengan
menggunakan wadah seperti jembung, bak plastik atau ember dimana ikan yang telah
tertangkap dalam keadaan mati dimasukan dalam wadah kemudian dilapisi es supaya
kesegarannya tetap terjamin.
Dalam pengangkutan ikan, kesegaran harus diperhatikan baik dari penangkapan
ikan, sampai dengan penanganan setelah sampai di tempat tujuan. Penangkapan ikan dalam
keadaan mati dengan menggunakan alat yaitu dinamakan serok.

39
DAFTAR PUSTAKA
Kordi M. Gufran. 2010. Budidaya Ikan Lele Di Kolam Terpal. Lily Publisher. Yogyakarta.
Kordi M. Gufran. 2015. Akuakultur Intensif & Super Intensif. Produksi Tinggi Dalam
Waktu Singkat. Rineke Cipta. Jakarta.
Rukmana Rahmat.2003. Lele Dumbo. Penerbit CV. Aneka Ilmu. Anggota IKAPI. Jakarta
Soetomo. M. 2000. Teknik Budidaya Lele Dumbo. Sinar Baru Algensindo. Bandung.

Djajasewaka, H. 1982. Pakan Ikan. Penerbit CV Yasa Guna. Jakarta. 205 hal.
Kholish Mahyuddin, S.Pi, MM. 2002. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penerbit Penebar
Swadaya. Depok. 171 halaman.
Suprapto NS, Ir dan Legisan S. Samtafsir, A.Ag. 2013. Biofloc-165. Rahasia Sukses
Teknologi Budidaya. Penerbit AGRO-165. Depo Jawa Barat. 223 halaman.
AgroMedia. 2007. Berternak Lele Dumbo. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta. 52 hal.
Bachtiar, Y., 2006. Panduan Lengkap Budidaya Lele Dumbo. PT Agromedia Pustaka.
Jakarta. 102 hal. Hendriana, A. 2011. Pembesaran Lele di Kolam Terpal. Penebar
Swadaya. Jakarta. 75 hal
40
Hernowo dan S.R Suyanto 2010. Pembenihan dan Pembesaran Lele. Penebar Swadaya.
Jakarta. 92 hal.
Khairuman dan K. Amri, 2002. Budidaya Lele Lokal Secara Iintensif. PT AgroMedia
Pustaka. Depok. 65 hal.
, 2005. Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif. PT AgroMedia Pustaka.
Depok.
_, 2008. Budidaya Ikan Lele Dumbo Secara Intensif. PT AgroMedia
Pustaka. Jakarta. 79 hal.
Kordi, M. G.H.K. 2010. Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal. Lily Publisher. Yogyakarta.
114 hal. Mahyuddin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya.
Jakarta. 171 hal.
_, 2011. Pembesaran Lele di Berbagai Wadah Pemeliharaan. Penebar Swadaya.
Jakarta. 84 hal.
Mulyana, D.Y. 2011. Kaya Raya dari Budidaya Ikan dengan PROBIOTIK. Berlian Media.
Yogyakarta. 87 hal.
Prihartono, R., E., J. Rasidik dan U. Arie. 2010. Mengatasi Permasalahan Budidaya Lele
Dumbo. Penebar Swadaya. Jakarta. 92 hal.
Prasetya, B.W. 2011. Bisnis Benih Lele Untung 200%. Penebar Swadaya. Jakarta. 124 hal.
Saparinto, C. 2010. Usaha Ikan Konsumsi di Lahan 100 m2. Penebar Swadaya. Jakarta.
171 hal.
,2011. Budidaya Ikan di Kolam Terpal. Penebar Swadaya. Jakarta. 99 hal
SNI : 01-6484.1-2000. Induk Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus x C. Fuscus) Kelas Induk
Pokok (Parent Stock). BSN. Jakarta. 8 hal.
B.W. 2011. Bisnis Benih Lele Untung 200%. Penebar Swadaya. Jakarta. 124 hal. Saparinto,
C. 2010. Usaha Ikan Konsumsi di Lahan 100 m2. Penebar Swadaya. Jakarta. 171 hal.
,2011. Budidaya Ikan di Kolam Terpal. Penebar Swadaya. Jakarta. 99 hal
SNI : 01-6484.1-2000. Induk Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus x C. Fuscus) Kelas Induk
Pokok (Parent Stock). BSN. Jakarta. 8 hal.

41

Anda mungkin juga menyukai