c. Tambak
Dalam kegiatan pembesaran ikan, tambak digunakan untuk pembesaran ikan-ikan
penghuni air payau seperti, Bandeng (Chanos chanos), Nila (Oreochromis niloticus),
Mujair (Oreochromis mozambicus), Kakap (Lates calcarifer), Belanak (Mugil sp), kerapu
lumpur (Epinephelus tauvina) dan sebagainya. Tambak yang diambil dari bahasa jawa
“nambak” yang artinya membendung air dengan pematang, sehingga terkumpul pada
suatu tempat, dinyatakan untuk menyatakan sebuah empang dekat pantai,
tidak disebut kolam karena istilah “kolam” khusus digunakan bagi petakan yang
berpematang yang berisi air tawar.
Seperti halnya kolam, tambak merupakan suatu wadah yang paling mendekati dengan
habitat atau lingkungan asli ikan. Oleh karena itu tambak merupakan wadah yang paling
cocok untuk membudidayakan ikan. Para ahli budidaya sebenarnya tidak membedakan
antara kolam dan tambak dalam hal konstruksi, namun yang membedakannya hanya
sumber air dan komoditas ikan yang dibudidayakan.
d. Jaring Apung
Jaring apung (cage culture) adalah sistem budidaya dalam wadah berupa jaring yang
mengapung (floating net cage) dengan bantuan pelampung dan di tempatkan di perairan
seperti sungai yang berair tenang seperti di muara-muara sungai, danau, waduk, rawa,
selat, dan teluk. Sistem tersebut dewasa ini lebih dikenal dengan nama Karamba Jaring
Apung ( KJA), walaupun sebenarnya istilah karamba sejak dulu adalah bentuk wadah
berupa kurungan dari kayu atau bambu yang dimasukkan ke dalam air.
Sistem ini terdiri dari beberapa komponen seperti rangka, kantong jaring, pelampung,
jalan untuk pengontrolan, dan jangkar. Rangka terbuat dari kayu, bambu, atau besi siku,
dan berfungsi sebagai tempat bergantungnya kantong jaring dan sebagai landasan jalan
untuk pengontrolan serta rumah jaga. Kantong jaring terbuat dari bahan Polyethelene
(PE) atau Poly prophelene (PP) dengan berbagai mata jaring dan berbagai ukuran
gulungan benang, berfungsi sebagai wadah untuk memelihara ikan dan sebagai wadah
memberok ikan. Pelampung bisa menggunakan drum minyak, drum palstik, atau
menggunakan styrofoam, atau gabus yang dibungkus dengan plastik terpal yang
berfungsi untuk mempertahankan kantong jaring agar tetap mengapung di permukaan air.
Jalan pengontrolan atau nama istilahnya di petani disebut “geladak”, terbuat dari papan,
bambu, atau kayu berfungsi untuk memudahkan pengontrolan dan pengelolaan jaring
apung (memberi pakan, panen).
Rumah jaga berfungsi sebagai tempat tinggal teknisi budidaya sistem ini, juga
berfungsi sebagai kantor atau gudang sarana dan prasarana produksi. Bahan yang
sebaiknya digunakan adalah bahan yang reltif ringan bobotnya seperti triplek, bilik bambu
(bambu yang dianyam), asbes atau seng. Hal ini dimaksudkan agar pelampung tidak
tenggelam. Jangkar berfungsi untuk menambatkan jaring apung agar tidak hanyut atau
terombang ambing kesana kemari, terbuat dari beton atau dari batu yang diikat
menggunakan tambang serta dilabuhkan ke dasar perairan.
e. Karamba dan Kombongan
Karamba dan kombongan adalah wadah budidya berupa kandang yang terbuat dari
kayu, papan, atau bambu yang diletakkan di dalam perairan, baik di permukaan maupun
di dasar permukaan perairan. Yang membedakan penamaan karamba dan kombongan
hanyalah penempatannya di perairan. Apabila penempatannya sebagian badan wadah
berada di permukaan perairan maka dinamai karamba, sedangkan apabila seluruh badan
wadah berada di dalam perairan maka dinamai kombongan..
Ukuran karamba dan kombongan sebenarnya tidak ada ketentuan baku, jadi sangat
tergantung dari kondisi perairan yang digunakan (lebar dan dalamnya perairan),
ketersediaan bahan yang tersedia, dan tergantung kapasitas ikan yang akan dibesarkan
atau target produksi ikan yang dibesarkan. Namun dari beberapa daerah yang
menggunakan karamba sebagai sistem akuakulturnya ukuran karamba dan kombongan
bervariasi dengan panjang 2 – 10 m, lebar 1 – 5 m dan tinggi 1 – 2 m. Dinding karamba
atau kombongan didesain sedemikin rupa sehingga sirkulasi air masih memungkinkan
untuk keluar masuk, sehingga kualitas air pada wadah selalu terjaga dengan baik. Begitu
juga sisa-sisa pakan dan kotoran akan terbuang keluar dari dalam karamba atau
kombongan.
Supaya posisi karamba di perairan tidak berubah maka karamba
ditambatkan menggunakan tambang pada patok kayu yang itancapkan di pinggir atau di
dasar perairan. Apabila karambanya dipasang pada rakit, maka rakitnya yang
ditambatkan ke pinggir perairan. Seringkali karamba ini ditempatkan di pinggiran badan
sungai yang dekat atau melintasi kawasan perkotaan sehingga kandungan bahan organik
di perairan tersebut relatif subur. Hal ini menyebabkan kelimpahan benthos, seperti cacing
sutra yang banyak dapat dimanfaatkan oleh ikan yang dibudidayakan.
2. DESAIN DAN TATA LETAK WADAH PEMBESARAN IKAN
Dalam membuat area pembesaran ikan harus dipahami tentang berbagai macam
bangunan apa saja yang harus disediakan pada area tersebut. Bangunan yang harus ada antara lain
adalah:
a. Bangunan budidaya
Bangunan budidaya yang terdiri atas petakan-petakan kolam yang ukuran dan
fungsinya dapat berbeda-beda. Petakan-petakan kolam dihubungkan oleh
jaringan irigasi, yang meliputi saluran air masuk dan keluar, pintu air masuk dan
pintu pembuangan air.
b. Bangunan pendukung
Bangunan pendukung meliputi gudang untuk pakan, pupuk dan alat-alat, rumah
penjaga, tempat generator set (genset), ruang pakan, jembatan, pagar dan
lain-lain. Tata letak setiap bangunan diatur agar dapat efisien sesuai dengan
topografi lahan, kebutuhan teknik pengelolaan serta seni tata ruang. Dengan
demikian lahan usaha budidaya ikan disamping sebagai tempat produksi yang
tidak terlalu eksklusif, juga dapat dinikmati keindahannya.
1. Identifikasi sarana
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau
tujuan. Dalam budidaya sarana yang utama adalah wadah. Wadah merupakan salah satu
komponen budidaya yang sangat penting karena di wadah ini akan berkembang satu
ekosistem pada lingkungan yang terbatas. Beragam wadah dapat digunakan untuk budidaya
antara lain kolam, bak, akuarium. Jenis-jenis wadah yang umum digunakan antara lain kolam,
bak, jaring, dan karamba. Wadah budidaya tersebut umumnya memiliki bentuk: Persegi
panjang, Bujur sangkar, Bulat, Segitiga dan Tidak beraturan.
b. Dinding wadah
Dinding wadah menentukan kedalaman dari wadah. Dinding wadah juga harus
memiliki kekuatan untuk menahan massa air. Massa air akan bertambah dengan adanya
gaya kinetik akibat tiupan angin, gerakan ikan atau aktivitas lainnya. Bentuk dinding
wadah dapat tegak lurus, cembung, dan miring tergantung dari kekuatan bahannya.
Dinding wadah yang terbuat dari tanah umumnya berbentuk miring mengingat
keterbatasan kekuatan tanah. Sedangkan dinding dari tembok, susunan karung, dan kaca
biasanya berbentuk tegak lurus. Berbagai bahan juga dapat digunakan untuk dinding
wadah, misalnya pada wadah terpal dinding wadah terbuat dari kayu, bambu, susunan
bata, tanah, susunan karung, atau lainnya.
Dinding wadah pada kolam disebut pematang (dyke/dike) yang terbuat dari tanah,
tembok, susunan karung, dan lain-lain. Untuk membuat pematang dari tanah sebaiknya
mengetahui sifat tanah dan kriteria pembuatan pematang sehingga dapat menentukan
jenis dan ukuran pematang dengan tepat. Pematang dengan ketinggian >1 m atau
berbatasan dengan saluran air biasanya diberi tanggul penguat yang disebut anak
pematang atau berem.
c. Saluran pemasukan air (inlet).
Saluran pemasukan air berfungsi untuk mengisi air ke wadah. Sistem yang terbaik
menggunakan gravitasi untuk menyalurkan air. Saluran air dapat berupa saluran terbuka
atau tertutup. Saluran tertutup dapat menggunakan sistem siphon, pipa fleksibel, dan lain-
lain. Sedangkan saluran terbuka berupa limpasan (spillway) yang dapat menggunakan
sistem monik (monk), pintu air (sluice gate), dan lain sebagainya untuk mengatur
pemasukan air.
Letak saluran pemasukan air berpengaruh terhadap pergantian air dalam wadah dan
distribusi kandungan oksigen terlarut. Untuk wadah berbentuk persegi panjang, letak
terbaik saluran pemasukan air adalah di tengah sisi pendek (lebar) wadah. Untuk
menambah kandungan oksigen terlarut, terkadang di saluran air masuk dibuat agar air
terpercik.
d. Saluran pengeluaran (outlet)
Letak terbaik saluran pengeluaran air tergantung dari bentuk wadahnya. Untuk wadah
persegi panjang, saluran pengeluaran air sebaiknya dibuat berlawanan arah dengan
saluran pemasukan. Namun pada wadah berbentuk bulat, saluran air terbaik berada di
tengah. Saluran pengeluaran terdiri dari saluran pembuangan air yang berlebih dan
saluran pengeringan. Terkadang keduanya dijadikan satu untuk memudahkan pembuatan
dan menekan biaya pembuatan.
Sama dengan saluan pemasukan air, pada saluran pembuangan yang menggunakan
gravitasi dapat dibuat dengan sistem terbuka dan tertutup. Pada sistem terbuka pematang
dibelah sehingga air dapat melimpas. Limpasan tersebut kadang diberi pintu air (sluice
gate) untuk mengatur pengeluaran air. Pada sistem tertutup, digunakan pipa atau selang
yang menembus pematang. Untuk mengatur air yang keluar digunakan sistem monik,
sifon, dan lain-lain. Agar ikan yang dipelihara tidak kabur, saluran pengeluaran sering
dipasang filter dengan jenis dan model yang bermacam-macam.
3. Desain dan tata letak sarana dan prasarana
Tata letak sarana dan prasarana dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari unsur-unsur fisik
yang diatur mengikuti aturan atau logika tertentu. Unsur-unsur fisik yang dimaksud dapat
berupa bangunan, meja, mesin, peralatan dan sebagainya. Sedangkan aturan atau logika
pengaturan dapat berupa ketetapan fungsi tujuan atau alur produksi, misalnya total jarak
perpindahan bahan produksi. Dalam budidaya dapat diartikan jarak yang minimum dapat
mempersingkat waktu kerja dan waktu perpindahan ikan (larva, benih, telur) sehingga ikan
berada di luar air atau dalam wadah pengangkutan dari kolam yang satu ke kolam yang lain
dalam waktu sesingkat mungkin. Kriteria tersebut sesuai dengan tipe tata letak yang
berorientasi pada produk. Sedangkan tujuan dalam mendesain tata letak yaitu:
Memaksimalkan pemanfaatkan peralatan
Meminimalkan kebutuhan tenaga kerja
Meminimalkan usaha dalam aliran bahan/produk dan informasi
Mengoptimalkan hubungan antar aktivitas
Meminimalkan hambatan
Memberikan jaminan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan pekerja
4. Detail Desain
Terdapat beberapa tipe tata letak, budidaya lebih tepat menggunakan tipe tata letak
berdasarkan alur produksi.
B. Keterampilan yang Dibutuhkan Dalam Membuat Desain Tata Letak
Dalam menentukan desain sistem tata letak sarana dan prasarana diperlukan keterampilan
untuk mengukur bagian-bagian wadah.
3. Wadah segitiga
Pada wadah berbentuk segitiga yang diukur adalah ketiga sisi, dan tinggi wadah.
4. Wadah bulat
Pada wadah bulat, bagian-bagian yang diukur adalah tinggi dan diameter wadah. Pada
wadah bulat yang mempunyai 2 diameter (kerucut terpotong) diukur tinggi, diameter mulut
dan alas wadah.