Anda di halaman 1dari 8

Tambak Air Payau, Budidaya Udang dan Bandeng

Perikanan air payau merupakan usaha perikanan yang dolakukan di tepi pantai
dalam bentuk dalam bentuk tambak dengan jenis budidaya berupa udang dan ikan
bandeng. Perikanan air payau banyak dilakukan di utara pantai Jawa, Acwh, Riau, Sumatera
Utara, dam Sumatera Selatan.

Budidaya perikanan adalah pemanfaatan sumber daya yang ada di air untuk diambial
manfaatnya, sementara itu jenis sumberdaya yang ada di air kita sangat melimpah. Jenis
ikan yang bisa dibudidayakan bersumber dari air laut maupun air tawar, pada air tawar
memang sedikit lebih mudah dalam membudidayakannya, namun untuk komoditas ikan
laut cara budidayanya lebih sulit misalnya menggunakan keramba apung untuk jenis ikan
laut tertentu. Lahan budidaya air payau sebagian besar dimanfaatkan untuk budidaya
udang, bandeng, dan rumput laut di tambak.

Budidaya udang khususnya udang windu merupakan komoditas perikanan yang


bernilai ekonomis tinggi karena tergolong komoditas ekspor, juga karena memiliki
keunggulan kompratif, berukuran besar dan dapat dikembangkan secara organik dan
tradisional.

A. Teknis Budidaya Udang

 Lokasi yang cocok untuk tambah udang yaitu pada daerah pantai yang mempunyai
tanah bertekstur liat atau liat berpasir yang mudah dipadatkan sehingga mampu
menahan air dan tidak mudah pecah.
 Air yang baik yaitu air payau yang mempunyai salinitas 0-33 ppt dengan suhu
optimal 26-300c dan bebas dari pencemarah bahan kimia berbahaya.
 Mempunyai saluran air masuk / intlet dan saluran air keluar / outlet yang terpisah.
 Mudah mendapatkan sarana produksi yaitu benur, pakan, pupuk, obat-obatan, dan
lain-lain.
 Pada tambak yang intensif harus tersedia aliran listrik dari PLN atau mempunyai
generator sendiri.
B. Tipe Budidaya.

Berdasarkan letak, biaya dan operasi pelaksanaannya, tipe budidaya dibedakan menjadi
:

 Tambak Ekstensif atau tradisional.


 Petakan tambak biasanya di lahan pasang surut yang umumnya berupa rawa bakau.
Ukuran dan bentuk petakan tidak teratur, belum meggunakan pupuk dan obat-
obatan dan program pakan tidak teratur.
 Tambak Semi Intensif.
 Lokasi tambak sudah pada daerah terbuka, bentuk petakan teratur tetapi masih
berupa petakan yang luas (1-3 ha/petakan), padat penebaran masih rendah,
penggunaan pakan buatan masih sedikit.
 Tambak Intensif.
 Lokasi di daerah yang khusus untuk tambak dalam wilayah yang luas, ukuran petakan
dibuat kecil untuk efisiensi pengelolaan air dan pengawasan udang, padat tebar
tinggi, sudah menggunakan kincir, serta program pakan yang baik.

C. Benur

Benur yang baik mempunyai tingkat kehidupan (Survival Rate/SR) yang tinggi, daya adaptasi
terhadap perubahan lingkungan yang tinggi, berwarna tegas/tidak pucat baik hitam maupun
merah, aktif bergerak, sehat dan mempunyai alat tubuh yang lengkap. Uji kualitas benur
dapat dilakukan secara sederhana, yaitu letakkan sejumlah benur dalam wadah panci atau
baskom yang diberi air, aduk air dengan cukup kencang selama 1-3 menit. Benur yang baik
dan sehat akan tahan terhadap adukan tersebut dengan berenang melawan arus putaran
air, dan setelah arus berhenti, benur tetap aktif bergerak.

D. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan, meliputi :

 Pengangkatan lumpur. Setiap budidaya pasti meninggalkan sisa budidaya yang


berupa lumpur organik dari sisa pakan, kotoran udang dan dari udang yang mati.
Kotoran tersebut harus dikeluarkan karena bersifat racun yang membahayakan
udang. Pengeluaran lumpur dapat dilakukan dengan cara mekanis menggunakan
cangkul atau penyedotan dengan pompa air/alkon.
 Pembalikan Tanah. Tanah di dasar tambak perlu dibalik dengan cara dibajak atau
dicangkul untuk membebaskan gas-gas beracun (H2S dan Amoniak) yang terikat
pada pertikel tanah, untuk menggemburkan tanah dan membunuh bibit panyakit
karena terkena sinar matahari/ultra violet.
 Pengapuran. Bertujuan untuk menetralkan keasaman tanah dan membunuh bibit-
bibit penyakit. Dilakukan dengan kapur Zeolit dan Dolomit dengan dosis masing-
masing 1 ton/ha.
 Pengeringan. Setelah tanah dikapur, biarkan hingga tanah menjadi kering dan pecah-
pecah, untuk membunuh bibit penyakit.
 Perlakuan pupuk TON (Tambak Organik Nusantara). Untuk mengembalikan
kesuburan lahan serta mempercepat pertumbuhan pakan alami/plankton dan
menetralkan senyawa beracun, lahan perlu diberi perlakuan TON dengan dosis 5
botol/ha untuk tambak yang masih baik atau masih baru dan 10 botol TON untuk
areal tambak yang sudah rusak. Caranya masukkan sejumlah TON ke dalam air,
kemudian aduk hingga larut. Siramkan secara merata ke seluruh areal lahan tambak.

E. Pemasukan Air

Setelah dibiarkan 3 hari, air dimasukkan ke tambak. Pemasukan air yang pertama
setinggi 10-25 cm dan biarkan beberapa hari, untuk memberi kesempatan bibit-bibit
plankton tumbuh setelah dipupuk dengan TON. Setelah itu air dimasukkan hingga minimal
80 cm. Perlakuan Saponen bisa dilakukan untuk membunuh ikan yang masuk ke tambak.
Untuk menyuburkan plankton sebelum benur ditebar, air dikapur dengan Dolomit atau
Zeolit dengan dosis 600 kg/ha.

F. Penebaran Benur.

Tebar benur dilakukan setelah air jadi, yaitu setelah plankton tumbuh yang ditandai
dengan kecerahan air kurang lebih 30-40 cm. Penebaran benur dilakukan dengan hati-hati,
karena benur masih lemah dan mudah stress pada lingkungan yang baru. Tahap penebaran
benur adalah :
 Adaptasi suhu. Plastik wadah benur direndam selama 15 30 menit, agar terjadi
penyesuaian suhu antara air di kolam dan di dalam plastik.
 Adaptasi udara. Plastik dibuka dan dilipat pada bagian ujungnya. Biarkan terbuka dan
terapung selama 15 30 menit agar terjadi pertukaran udara dari udara bebas dengan
udara dalam air di plastik.
 Adaptasi kadar garam/salinitas. Dilakukan dengan cara memercikkan air tambak ke
dalam plastik selama 10 menit. Tujuannya agar terjadi percampuran air yang
berbeda salinitasnya, sehingga benur dapat menyesuaikan dengan salinitas air
tambak.
 Pengeluaran benur. Dilakukan dengan memasukkan sebagian ujung plastik ke air
tambak. Biarkan benur keluar sendiri ke air tambak. Sisa benur yang tidak keluar
sendiri, dapat dimasukkan ke tambak dengan hati-hati/perlahan.

G. Pemeliharaan.

Pada awal budidaya, sebaiknya di daerah penebaran benur disekat dengan waring atau
hapa, untuk memudahkan pemberian pakan. Sekat tersebut dapat diperluas sesuai dengan
perkembangan udang, setelah 1 minggu sekat dapat dibuka. Pada bulan pertama yang
diperhatikan kualitas air harus selalu stabil. Penambahan atau pergantian air dilakukan
dengan hati-hati karena udang masih rentan terhadap perubahan kondisi air yang drastis.
Untuk menjaga kestabilan air, setiap penambahan air baru diberi perlakuan TON dengan
dosis 1 – 2 botol TON/ha untuk menumbuhkan dan menyuburkan plankton serta
menetralkan bahan-bahan beracun dari luar tambak.

Mulai umur 30 hari dilakukan sampling untuk mengetahui pekembanghan udang melalui
pertambahan berat udang. Udang yang normal pada umur 30 hari sudah mencapai size
(jumlah udang/kg) 250-300. Untuk selanjutnya sampling dilakukan tiap 7-10 hari sekali.
Produksi bahan organik terlarut yang berasa dari kotoran dan sisa pakan sudah cukup tinggi,
oleh karena itu sebaiknya air diberi perlakuan kapur Zeolit setiap beberapa hari sekali
dengan dosis 400 kg/ha. Pada setiap pergantian atau penambahan air baru tetap diberi
perlakuan TON.

Mulai umur 60 hari ke atas, yang harus diperhatikan adalah manajemen kualitas air dan
kontrol terhadap kondisi udang. Setiap menunjukkkan kondisi air yang jelek (ditandai
dengan warna keruh, kecerahan rendah) secepatnya dilakukan pergantian air dan perlakuan
TON 1-2 botol/ha. Jika konsentrasi bahan organik dalam tambak yang semakin tinggi,
menyebabkan kualitas air/lingkungan hidup udang juga semakin menurun, akibatnya udang
mudah mengalami stres, yang ditandai dengan tidak mau makan, kotor dan diam di sudut-
sudut tambak, yang dapat menyebabkan terjadinya kanibalisme.

H. Panen.

Udang dipanen disebabkan karena tercapainya bobot panen (panen normal) dan karena
terserang penyakit (panen emergency). Panen normal biasanya dilakukan pada umur kurang
lebih 120 hari, dengan size normal rata-rata 40 – 50. Sedang panen emergency dilakukan
jika udang terserang penyakit yang ganas dalam skala luas (misalnya SEMBV/bintik putih).
Karena jika tidak segera dipanen, udang akan habis/mati.

Udang yang dipanen dengan syarat mutu yang baik adalah yang berukuran besar, kulit
keras, bersih, licin, bersinar, alat tubuh lengkap, masih hidup dan segar. Penangkapan udang
pada saat panen dapat dilakukan dengan jala tebar atau jala tarik dan diambil dengan
tangan. Saat panen yang baik yaitu malam atau dini hari, agar udang tidak terkena panas
sinar matahari sehingga udang yang sudah mati tidak cepat menjadi merah/rusak.

I. Pakan Udang.

Pakan udang ada dua macam, yaitu pakan alami yang terdiri dari plankton, siput-siput
kecil, cacing kecil, anak serangga dan detritus (sisa hewan dan tumbuhan yang membusuk).
Pakan yang lain adalah pakan buatan berupa pelet. Pada budidaya yang semi intensif apalagi
intensif, pakan buatan sangat diperlukan. Karena dengan padat penebaran yang tinggi,
pakan alami yang ada tidak akan cukup yang mengakibatkan pertumbuhan udang
terhambat dan akan timbul sifat kanibalisme udang. Pelet udang dibedakan dengan
penomoran yang berbeda sesuai dengan pertumbuhan udang yang normal.

Kebutuhan pakan awal untuk setiap 100.000 ekor adalah 1 kg, selanjutnya tiap 7 hari
sekali ditambah 1 kg hingga umur 30 hari. Mulai umur tersebut dilakukan cek ancho dengan
jumlah pakan di ancho 10% dari pakan yang diberikan. Waktu angkat ancho untuk size 1000-
166 adalah 3 jam, size 166-66 adalah 2,5 jam, size 66-40 adalah 2,5 jam dan kurang dari 40
adalah 1,5 jam dari pemberian.
Untuk meningkatkan pertumbuhan udang, perlu penambahan nutrisi lengkap dalam
pakan. Untuk itu, pakan harus dicampur dengan VITERNA Plus dan POC NASA yang
mengandung mineral-mineral penting, protein, lemak dan vitamin dengan dosis 5 cc/kg
pakan untuk umur dibwah 60 hari dan setelah itu 10 cc/kg pakan hingga panen.

J . Penyakit.

Beberapa penyakit yang sering menyerang udang adalah :

1. Bintik Putih. Penyakit inilah yang menjadi penyebab sebagian besar kegagalan
budidaya udang. Disebabkan oleh infeksi virus SEMBV (Systemic Ectodermal
Mesodermal Baculo Virus). Serangannya sangat cepat, dalam beberapa jam saja
seluruh populasi udang dalam satu kolam dapat mati. Gejalanya : jika udang masih
hidup, berenang tidak teratur di permukaan dan jika menabrak tanggul langsung
mati, adanya bintik putih di cangkang (Carapace), sangat peka terhadap perubahan
lingkungan. Virus dapat berkembang biak dan menyebar lewat inang, yaitu kepiting
dan udang liar, terutama udang putih. Belum ada obat untuk penyakit ini, cara
mengatasinya adalah dengan diusahakan agar tidak ada kepiting dan udang-udang
liar masuk ke kolam budidaya. Kestabilan ekosistem tambak juga harus dijaga agar
udang tidak stress dan daya tahan tinggi. Sehingga walaupun telah terinfeksi virus,
udang tetap mampu hidup sampai cukup besar untuk dipanen. Untuk menjaga
kestabilan ekosistem tambak tersebut tambak perlu dipupuk dengan TON.
2. Bintik Hitam/Black Spot. Disebabkan oleh virus Monodon Baculo Virus (MBV). Tanda
yang nampak yaitu terdapat bintik-bintik hitam di cangkang dan biasanya diikuti
dengan infeksi bakteri, sehingga gejala lain yang tampak yaitu adanya kerusakan alat
tubuh udang. Cara mencegah : dengan selalu menjaga kualitas air dan kebersihan
dasar tambak.
3. Kotoran Putih/mencret. Disebabkan oleh tingginya konsentrasi kotoran dan gas
amoniak dalam tambak. Gejala : mudah dilihat, yaitu adanya kotoran putih di daerah
pojok tambak (sesuai arah angin), juga diikuti dengan penurunan nafsu makan
sehingga dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian. Cara mencegah :
jaga kualitas air dan dilakukan pengeluaran kotoran dasar tambak/siphon secara
rutin.
4. Insang Merah. Ditandai dengan terbentuknya warna merah pada insang. Disebabkan
tingginya keasaman air tambak, sehingga cara mengatasinya dengan penebaran
kapur pada kolam budidaya. Pengolahan lahan juga harus ditingkatkan kualitasnya.
5. Nekrosis. Disebabkan oleh tingginya konsentrasi bakteri dalam air tambak. Gejala
yang nampak yaitu adanya kerusakan/luka yang berwarna hitam pada alat tubuh,
terutama pada ekor. Cara mengatasinya adalah dengan penggantian air sebanyak-
banyaknya ditambah perlakuan TON 1-2 botol/ha, sedangkan pada udang dirangsang
untuk segera melakukan ganti kulit (Molting) dengan pemberian saponen atau
dengan pengapuran.

Seperti halnya udang, ikan bandeng juga merupakan salah satu jenis ikan penghasil
hewani yang tinggi. Bandeng termasuk golongan ikan yang relative tahan terhadap
berbagai jenis penyakit yang biasanya menyerang hewan air. Ikan bandeng menjadi
komoditi yang mempunyai potensi yang cukup besar. Budidaya ikan bandeng di tambak
termasuk salah satu jenis usaha yang kian banyak dicari. Karena ikan bandeng
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan bisa dikonsumsi berdasarkan kebutuhan
domestik maupun kebutuhan ekspor hingga ke negara-negara luar. Sebenarnya teknik
budidaya ikan bandeng di tambak ini sudah dikembangkan dalam jangka waktu lama.
Tentunya dengan dukungan dari potensi SDA yang berkualitas, terlebih lagi dengan
ketersediaan dari benih bandeng yang mudah, namun produksinya yang cenderung
masih rendah. Sehingga membuat peluang budi daya ikan bandeng ini lebih
menggiurkan.

Adapun Tahapan Budidaya Ikan Bandeng di Tambak

• Persiapan Kolam

Untuk persiapan kolam ini, ada beberapa persyaratan yang wajib dipenuhi antara lain:
tanah memiliki ideal terhadap pasang surutnya air sekitar 1,5-2,5 meter, tersedianya air
segar agar bisa mengatur komposisi garam untuk perkembangbiakan bandeng, tanah
memiliki tekstur seperti tanah liat yang berpasir agar bisa menahan air dari sumur, dan
lokasi ideal untuk pertumbuhan ikan bandeng berupa hutan mangrove. Persyaratan ini
berlaku untuk kolam yang sudah digunakan secara berkali-kali. Setelah itu, kolam harus
dikeringkan terlebih dahulu agar bisa dilakukan pemupukan dan pengapuran pada dasar
tambak.

• Tahap Pemupukan

Pada Dasar Tambak Jika bagian dasar tambak sudah retak-retak, maka langkah
selanjutnya adalah dengan melakukan pemupukan di bagian dasar tambak. Adapun tahap
pemupukan pada budidaya ikan bandeng di tambak ini bisa menggunakan pupuk
kandang/kompos dengan dosis 1-3 ton per hektar dengan jumlah kapur sekitar 1-2 ton per
hektar berdasarkan pH tanah. Selain itu, bisa juga menyiram pupuk cair sebesar 4 liter per
hektar dengan pemupukan 2 minggu sekali hingga panen. Jika sudah dilakukan pemupukan
isi air dengan bertahap hingga 3 kali tingkat mulai dari 50 cm. Apabila telah dilakukan
pengisian air yang sudah sesuai maka Anda bisa melakukan penebaran bibit ikan. Dengan
ukuran dari 10 cm bisa diterbarkan bibit dengan pada tebar sebanyak 50 ekor per meternya
melalui pemasukan bibit dalam plastik yang berisi ikan hingga 1-2 jam sampai suhu pada air
di dalam kemasan dan dalam kolam sama agar ikan bisa beradaptasi.

• Tahap Pemberian

Pakan Bibit atau benih ikan yang sudah ditebar tentunya membutuhkan pakan yang
cukup, dengan memberikan makanan alami. Jika sudah 2 minggu maka taburkan lagi pupuk
cair organik agar bisa menumbuhkan pakannya secara alami pada ikan.

• Pemanenan Ikan Bandeng

Tahap panen ikan bandeng meliputi 2 cara, yaitu harvest selektif dan total panen.
Harvest selektif melalui pengeringan air terlebih dahulu hingga 70% untuk menjaring ikan
yang telah diurutkan berdasarkan ukuran yang sesuai untuk dikonsumsi dan dijual.
Sementara panen total dilakukan dengan memanen semua ikan secara bersamaan tidak
melihat ukurannya.

Anda mungkin juga menyukai