Nama Penyusun
ABSTRAK
Perikanan tangkap di Surabaya sangat penting bagi kehidupan ekonomi masyarakat lokal yang mengandalkan hasil
tangkapan nelayan Surabaya dalam bidang pengolahan produk perikanan yang menjadi ciri khas masyarakat lokal.
Nelayan Surabaya masih menggunakan perahu berukuran kurang dari 5 GT, sesuai dengan daerah penangkapan
ikan sekarang. Alat tangkap yang dominan digunakan oleh nelayan Surabaya adalah jaring klitik, trammel net dan
pancing rawai dasar. Permasalahan perikanan tangkap di Surabaya yaitu konflik nelayan lokal dengan nelayan luar,
degradasi lingkungan, tidak akuratnya data perikanan, minimnya sumber daya manusia, mahalnya harga BBM dan
akses bantuan yang tidak merata. Keadaan internal perikanan tangkap di Surabaya dapat mengatasi berbagai
kelemahan yang ada, namun kurang mampu memanfaatkan peluang yang ada untuk merespons kondisi
perkembangan perikanan tangkap di Surabaya. Rumusan strategi berdasarkan urutan prioritas untuk mengelola
perikanan yang berbasis di Kenjeran adalah:, (1) meningkatkan kualitas sumber daya manusia, (2) mengembangkan
kelembagaan dan organisasi pengelolaan perikanan tangkap, (3) meningkatkan sarana dan prasarana yang
mendukung kegiatan perikanan tangkap, (4) membuat kebijakan untuk pengaturan pengelolaan perikanan
tangkap, (5) meningkatkan pengawasan kegiatan penangkapan ikan, (6) meningkatkan pengawasan daerah pesisir
dan (7) mengendalikan armada perikanan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya ikan.
Surabaya adalah sebuah kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia dengan penduduk sebanyak 4.389.140 jiwa (Dis-
penduk 2010). Kota ini berfungsi sebagai pusat pemerintahan Provinsi Jawa Timur, Pemerintahan Kota Surabaya, dan
pusat bisnis jasa yang sangat signifikan dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya di Jawa Timur. Kota ini memiliki ka-
wasan pesisir yang telah dimanfaatkan untuk berbagai fungsi, terutama dalam kegiatan bisnis perdagangan. Saat ini, Su-
rabaya memiliki sembilan kecamatan yang berbatasan langsung dengan pesisir dan terdapat perikanan tangkap. Kesem-
bilan kecamatan tersebut adalah Kecamatan Kenjeran, Kecamatan Gununganyar, Kecamatan Rungkut, Kecamatan
Mulyorejo, Kecamatan Bulak, Kecamatan Asemrowo, Kecamatan Benowo, Kecamatan Krembangan dan Kecamatan Suko-
lilo (Lampiran 1). Penelitian ini difokuskan pada perikanan di Kecamatan Bulak dan Kenjeran karena kedua kecamatan
tersebut dianggap dapat mewakili keadaan perikanan tangkap di Surabaya dengan hasil laut paling baik, sarana prasarana
yang memadai dan mewakili alat tangkap yang digunakan oleh nelayan-nelayan di Surabaya. Secara sepintas, dari aspek
sosial-ekonomi, kehidupan nelayan di pesisir Surabaya masuk dalam kategori menengah ke bawah (Pristyandana 2010).
Potensi perikanan yang dimanfaatkan oleh nelayan Surabaya tampaknya tidak terbatas pada perairan pesisir Surabaya.
Selat Madura dengan perairan pesisir utara Jawa Timur dan pesisir selatan Madura adalah perairan potensial yang telah
dimanfaatkan oleh nelayan Surabaya. Masyarakat nelayan Surabaya memproduksi hasil laut yang kemudian dijual dalam
bentuk ikan segar atau diolah menjadi bahan makanan, seperti kerupuk, terasi, ikan asin dan ikan asap. Anggota
masyarakat yang bukan nelayan namun memiliki keterampilan dapat memanfaatkan hasil laut dalam bentuk lain, seperti
memanfaatkan cangkang kerang, pecahan terumbu karang dan kulit kerang sebagai bahan baku untuk membuat kerajinan
suvenir atau cinderamata. Banyak masyarakat di pesisir Surabaya yang menggantungkan hidupnya dari hasil laut tersebut.
Keberadaan para nelayan di kawasan perkotaan sangat menarik untuk diteliti mengingat kondisi lingkungan, termasuk
lingkungan perairan, dari suatu kota industri biasanya tergolong tidak sehat karena sudah tercemar logam berat sehingga
habitat yang sehat untuk kehidupan ikan dan biota air lainnya mungkin sudah sangat terbatas atau bahkan tidak ada lagi.
Dalam kondisi lingkungan seperti itu, tentu nelayan tersebut memiliki cara yang berbeda dari nelayan di tempat lain yang
ikannya masih melimpah dan lingkungan perairannya masih sehat atau mendukung.
Penelitian ini menyangkut kebijakan perikanan tangkap Kota Surabaya terhadap masyarakat nelayan di pesisir Surabaya.
Penelitian ini dilandasi kenyataan bahwa nelayan dan kegiatan perikanan tetap ada meskipun kota Surabaya telah
berkembang menjadi pusat pemerintahan dan bisnis jasa. Sumber daya ikan di perairan yang menjadi kewenangan
pengelolaan Pemerintah Kota setempat sangat terbatas sehingga nelayan harus beroperasi juga di tempat lain. Meskipun
kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB Kota Surabaya rendah (kurang dari 5%), namun perikanan tangkap berperan
besar terhadap sumber kehidupan ekonomi masyarakat lokal. Masyarakat lokal bergantung penuh terhadap kegiatan
perikanan tangkap, terutama sebagai sumber bahan baku pembuatan produk ikan yang menjadi ciri khas masyarakat lokal.
Produk ikan lokal tersebut di antaranya adalah ikan asap dan keripik maupun kerupuk yang berbahan dasar dari hasil
tangkapan nelayan lokal. Memperhatikan potensi dampak pembangunan ke depan dan agar kegiatan perikanan yang
penting tersebut dapat terus berjalan dengan baik maka diperlukan suatu kebijakan yang efektif dalam rangka mengelola
sumberdaya ikan yang ada. Pengambilan dan pelaksanaan kebijakan yang tepat merupakan langkah awal untuk
mengembangkan perikanan tangkap guna meningkatkan perekonomian daerah, khususnya kesejahteraan masyarakat
pesisir yang mengandalkan penangkapan ikan sebagai sumber utama pendapatan keluarganya.
PERTANYAAN PENELITIAN
1. Nama :
2. Umur :
3. Asal :
4. Status Nelayan :
5. Lama Tinggal :
6. Pendapatan :
7. Pendidikan Terakhir :
1. Tingkat partisipasi nelayan
1) Bagaimana kondisi perikanan tangkap di daerah Anda?
2) Apa permasalahan yang sering dihadapi?
3) Langkah apa yang ditempuh masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut?
4) Apakah anda sering dilibatkan untuk membahas permasalahan tersebut oleh pemerintah daerah setempat ?
5) Apakah anda turut serta dalam menyusun keputusan untuk mengembangkan perikanan tangkap?
6) Apakah anda ikut dalam pelaksanaan keputusan yang diambil?
7) Usulan apakah yang Anda inginkan guna mengembangkan perikanan tangkap di daerah anda?
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Survei dilakukan untuk mengumpulkan data
inventarisasi kegiatan-kegiatan produktif perikanan tangkap, unit penangkapan ikan, kinerja usaha perikanan dan
produktivitas perikanan tangkap di pantai Kenjeran, Surabaya.
Analisis Data
Analisis secara deskriptif digunakan untuk mengkaji keragaan teknis unit penangkapan ikan di Surabaya dan
kegiatan operasi penangkapan ikan. Analisis ini meliputi kapal, alat tangkap, nelayan dan metode pengoperasian
penangkapan ikan. Analisis deskriptif juga digunakan untuk menjabarkan permasalahan perikanan tangkap di Sura-
baya. Informasi yang digunakan berasal dari wawancara mendalan (in-depth interview).
Penentuan kebijakan alternatif dianalisis menggunakan SWOT. Tahap pertama dalam analisis ini adalah pembuatan
tabel internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (ancaman dan peluang) yang mempengaruhi kebijakan
pengelolaan perikanan tangkap. Faktor-faktor yang akan diisi pada tabel internal dan eksternal didasarkan pada kon-
disi sebenarnya yang diupayakan sekuantitatif mungkin. Informasi yang dipakai dalam melakukan analisis SWOT
berasal dari kuisoner, in-depth interview, dan data sekunder. Tahap kedua yaitu pembuatan matriks Faktor Strategi
Internal (IFAS) dan eksternal (EFAS). Pada analisis SWOT, semakin tinggi nilai total (bobot x rating) yang di-
peroleh maka kebijakan yang ditetapkan semakin baik. Hal ini memberikan pengertian bahwa kebijakan tersebut
dapat mengatasi adanya kelemahan dan ancaman yang ada. Sebaliknya, bila semakin kecil nilai totalnya, maka ke-
bijakan yang dilaksanakan kemungkinan besar akan memberikan dampak yang tidak memuaskan bagi objek yang
menjadi sasaran pelaksanaan kebijakan.
Sistem pencatatan data hasil tangkapan yang kurang baik mengakibatkan tidak efektifnya pengelolaan perikanan
laut di Surabaya.
Ketiadaan Pangkalan pendaratan Ikan di Surabaya menyebabkan terhambatnya kelancaran pembangunan perikanan
di Surabaya, terutama dalam hal mempermudah usaha perikanan rakyat dalam mendaratkan ikan-ikan hasil tangka-
pan dan pembinaan mutu serta kelancaran pemasaran hasil tangkapan.
4. Tidak adanya Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
Selama ini nelayan Surabaya menjual ikan-ikan hasil tangkapannya kepada pengumpul, dimana harga telah
ditetapkan sebelumnya oleh pengumpul. Keberadaan tempat pelelangan ikan dapat meningkatkan pendapatan
nelayan dengan harga jual yang lebih baik.
Belum adanya pengaturan pengelolaan yang dibuat oleh pihak dinas terkait, menyebabkan lemahnya pengelolaan
perikanan tangkap di Surabaya.
7. Tingkat pendidikan nelayan rendah
Rata-rata nelayan pesisir Surabaya berpendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.
Faktor eksternal (Peluang) :
1. Potensi SDI belum dimanfaatkan secara optimal
Keterbatasan armada penangkapan ikan menyebabkan rendahnya eksploitasi terhadap Sumber Daya Perikanan.
Jumlah nilai produksi yang terus meningkat dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa perairan Selat Madura masih
produktif untuk operasi penangkapan ikan
Surabaya memiliki objek wisata Taman Hiburan Pantai Kenjeran dan berdekatan dengan Jembatan Suramadu. Setiap
sore, akhir pekan maupun musim liburan, kawasan pesisir Surabaya ini ramai dikunjungi wisatawan yang sekedar
menikmati suasana pantai dan kerlap-kerlip lampu Jembatan Suramadu maupun sekedar melakukan sport fishing.
Faktor eksternal (ancaman) :
1. Pemanfaatan SDI oleh nelayan luar daerah (konflik antar nelayan)
Potensi SDI yang amsih belum tereksploitasi dengan baik menyebabkan nelayan dari luar daerah melakukan aktivi-
tas penangkapan di perairan Selat Madura dengan armada yang lebih besar daripada nelayan pesisir Surabaya.
2. Reklamasi pantai secara besar-besaran
Reklamasi pantai secara besar-besaran dapat merusak ekosistem perairan serta memaksa nelayan untuk alih profesi
menjadi tenaga kuli bangunan.
3. Penyerapan SDM Subdinas Perikanan dan Kelautan berlatar belakang perikanan tangkap masih minim
Kurangnya sumber daya manusia yang berlatar belakang perikanan tangkap, membuat pengaturan pengelolaan
perikanan tangkap kurang optimal.
Daftar Pustaka
[1] J.S. Bridle, “Probabilistic Interpretation of Feedforward Classification Network Outputs, with Relationships to Statistical Pattern Recognition,” Neurocomputing—Algorithms,
Architectures and Applications, F. Fogelman-Soulie and J. Herault, eds., NATO ASI Series F68, Berlin: Springer-Verlag, pp. 227-236, 1989. (Book style with paper title and editor)
[2] W.-K. Chen, Linear Networks and Systems. Belmont, Calif.: Wadsworth, pp. 123-135, 1993. (Book style)
[3] H. Poor, “A Hypertext History of Multiuser Dimensions,” MUD History, http://www.ccs.neu.edu/home/pb/mud-history.html. 1986. (URL link *include year)
[5] R. Nicole, "The Last Word on Decision Theory," J. Computer Vision, submitted for publication. (Pending publication)
[6] C. J. Kaufman, Rocky Mountain Research Laboratories, Boulder, Colo., personal communication, 1992. (Personal communication)
[7] D.S. Coming and O.G. Staadt, "Velocity-Aligned Discrete Oriented Polytopes for Dynamic Collision Detection," IEEE Trans. Visualization and Computer Graphics,
vol. 14, no. 1, pp. 1-12, Jan/Feb 2008, doi:10.1109/TVCG.2007.70405. (IEEE Transactions )
[8] S.P. Bingulac, “On the Compatibility of Adaptive Controllers,” Proc. Fourth Ann. Allerton Conf. Circuits and Systems Theory, pp. 8-16, 1994. (Conference
proceedings)
[9] H. Goto, Y. Hasegawa, and M. Tanaka, “Efficient Scheduling Focusing on the Duality of MPL Representation,” Proc. IEEE Symp. Computational Intelligence in
Scheduling (SCIS ’07), pp. 57-64, Apr. 2007, doi:10.1109/SCIS.2007.367670. (Conference proceedings)
[10] J. Williams, “Narrow-Band Analyzer,” PhD dissertation, Dept. of Electrical Eng., Harvard Univ., Cambridge, Mass., 1993. (Thesis or dissertation)
[11] E.E. Reber, R.L. Michell, and C.J. Carter, “Oxygen Absorption in the Earth’s Atmosphere,” Technical Report TR-0200 (420-46)-3, Aerospace Corp., Los Angeles,
Calif., Nov. 1988. (Technical report with report number)
[12] L. Hubert and P. Arabie, “Comparing Partitions,” J. Classification, vol. 2, no. 4, pp. 193-218, Apr. 1985. (Journal or magazine citation)
[13] R.J. Vidmar, “On the Use of Atmospheric Plasmas as Electromagnetic Reflectors,” IEEE Trans. Plasma Science, vol. 21, no. 3, pp. 876-880, available at
http://www.halcyon.com/pub/journals/21ps03-vidmar, Aug. 1992. (URL for Transaction, journal, or magzine)
[14] J.M.P. Martinez, R.B. Llavori, M.J.A. Cabo, and T.B. Pedersen, "Integrating Data Warehouses with Web Data: A Survey," IEEE Trans. Knowledge and
Data Eng., preprint, 21 Dec. 2007, doi:10.1109/TKDE.2007.190746.(PrePrint)