Selintas sidat mirip dengan belut. Tubuhnya bulat dan panjang, warnanya juga sama
yaitu kuning, abu-abu, cokelat, dan terkadang hitam. Namun bila diperhatikan, ikan ini
berbeda dengan belut, yaitu adanya sirip dada (pectoral fin) di belakang kepalanya
(meski ada beberapa jenis tidak memiliki sirip ini); sirip punggung (dorsal fin ) dan sirip
duburnya (anal fin) langsung menyatu hingga sisrip ekor (caudal fin) membentuk suatu
pita lembut.
Sidat memiliki bentuk tubuh bulat memanjang. Memiliki kepala, perut, dan ekor.
Tubuhnya memanjang dengan perbandingan antara panjang dan tinggi 20 : 1. Kepala
sidat berbentuk segitiga, memiliki mata, hidung, mulut, dan tutup insang. Mata sidat
tidak tahan terhadap sinar matahari karena sidat termasuk binatang malam (nocturnal).
Oleh sebab itu, tempat pemeliharaan sidat, terutama pada tahap pendederan, harus
diberi peneduh berwarna hitam. Mulut sidat berfungsi untuk mengambil makanan. Mulut
sidat membelah hampir di sepanjang bagian kepala. Hidung sidat sangat kecil,
berfungsi untuk alat penciuman. Tutup insang berada di bagian bawah kepala atau di
depan sirip dada.
Sebagian besar spesies ikan ini nokturnal (aktif di malam hari), hingga kita jarang
melihatnya di alam; hanya kadang kita melihatnaya di lubang-lubang atau ditempat
khusus yang kadang dikeramatkan orang. Sebagian species hidup diperairan lebih
dalan di paparan benua dan diderah dengan kedalaman hingga 4.000m. Hanya yang
termasuk dalam famili Aguilidae yang secara teratur mendiami perairan tawar namun
juga kembali ke laut untuk memijah.
Berbeda lagi dengan yang disebut sidat listrik (Electrophorus electricus), merupakan
penghuni sungai Amazon dan sungai Orinoko yang memiliki kekuatan listrik mencapai
650 volt yang digunakannya untuk berburu mangsa dan membela diri. Kejutan listrik
yang dihasilkan oleh ikan ini cukup untuk membunuh seekor kuda dari jarak 2 meter.
pantai, glass eel memasuki muara sungai dan terus naik dan hidup di hulu-hulu sungai,
danau, dan rawa, atau tinggal di perairan rawa pasut atau perairan payau.
Makanan
Sidat bersifat omnivora sewaktu kecil dan karnivora saat dewasa. Sebagai
karnivora,sidat memakan ikan dan binatang air yang berukuran lebih kecil dari
bukaanmulutnya. Sidat juga bisa memakan sesamanya (kanibal).
Saat masih kecil, sidat bersifat omnivora, memakan organisme-organisme invertebrata.
Sidat bisa memakan hewan-hewan kecil seperti anak kepiting, anak-anak ikan, cacing
kecil, anak kerang atau siput dan tanaman air yang masih lembut. Teknologi budidaya
yang cukup berperan penting dalam menunjang berkembangnya budidaya ikan ini
antara lain adalah bahwa ikan ini sudah mau memakan pelet, dari yang sebelumnya
sebagai pakan buatannya adalah dalam bentuk pasta. Pakan pasta cukup merepotkan
dalam budidaya sidat; selain penyiapannya memakan energi, juga air media budidaya
menjadi cepat kotor.