Anda di halaman 1dari 31

1

KONSERVASI
SUMBERDAYA
PESISIR DAN LAUT
overview
• Sumberdaya alam hayati
• Kerusakan sumberdaya alam hayati
• Kebijakan konservasi nasional
• Pengaruh internasional pada kebijakan
konservasi
• [rehabilitasi?]
SUMBERDAYA
ALAM HAYATI
INDONESIA
Sumberdaya Alam Hayati
• Indonesia merupakan negara dengan
tingkat keanekaragaman hayati serta
tingkat endemisme (keunikan) yang
sangat tinggi sehingga dimasukkan
dalam salah satu negara mega-
biodiversity
• Dataran rendah dan pesisir merupakan
daerah dengan keanekaragaman hayati
paling tinggi
Sumberdaya Alam Hayati
• 3 Level Keanekaragaman hayati:
– Level genetik  tmsk microorganism
– Level spesies (jenis)
– Level ekosistem

• Dalam pengelolaan SDAH harus selalu


memperhatikan ketiga level tersebut
SUMBERDAYA PESISIR
• Ekosistem unik karena dipengaruhi oleh
dua ekosistem utama yaitu daratan dan
lautan;
• Merupakan EKOTON (ECOTONE) yaitu
ekosistem transisi atau interface, tepi
atau batas antara ekosistem daratan
dan lautan;
• Kaya akan spesies
KERUSAKAN
SUMBERDAYA ALAM
HAYATI INDONESIA
Kerusakan Sumberdaya Alam Hayati Indonesia

• Disamping julukan sebagai salah satu


negara mega-biodiversity Indonesia
juga merupakan negara dengan tingkat
keterancaman terhadap kerusakan
keanekaragaman hayati, termasuk
kepunahan species yang tinggi,
sehingga Indonesia merupakan salah
satu HOT SPOT bagi prioritas
konservasi keanekaragaman hayati
Penyebab kerusakan keanekaragaman hayati
(termasuk di daerah pesisir)
• Perusakan Ekosistem (habitat):
– Konversi ekosistem alam menjadi daerah pemanfaatan/
pembangunan intensif, e.g. konversi mangrove menjadi
tambak dan pemukiman, konversi hutan rawa pantai
menjadi pertanian pasang surut, dll.
– Penggunaan teknik dan bahan yang merusak: blast fishing,
bycatch,
– Land-based activities: polusi, sedimentasi, erosi
– Illegal logging
• Pemanfaatan spesies (termasuk perdagangan) yang
tidak terkendali: IUU pada perikanan, perburuan dan
perdagangan illegal satwa liar
Sumberdaya Alam Hayati di pesisir
• Sekitar 20 juta orang bergantung pada
keanekaragaman hayati (Bappenas 1993)
• Proporsi terbesar penduduk yang bergantung
pada SDAH berada di pesisir
• Pembangunan umumnya dekat dengan
daerah pesisir
• Daerah pesisir, pantai dan laut dangkal
merupakan daerah paling terancam
Kerusakan daerah pesisir
• Kerusakan pesisir dan laut dekat pantai
 paling besar karena:
– Peradaban manusia selalu dimulai dari
daerah pesisir;
– Pertumbuhan penduduk menjadi paling
besar;
– Keanekaragaman hayati tertinggi dengan
akses paling mudah
– Perlindungan terhadap daerah pesisir
lemah
KEBIJAKAN
KONSERVASI
NASIONAL
KEBIJAKAN KONSERVASI
• KONSERVASI  menurut Undang-undang
No. 5 tahun 1990 (ttg Konservasi SDAH dan
Ekosistemnya)  IUCN World Conservation
Staregy, 1982:
– PERLINDUNGAN sistem penyangga kehidupan
– PENGAWETAN keanekaragaman spesies dan
ekosistem
– PEMANFAATAN berkelanjutan seluruh komponen
keanekaragaman hayati (ekosistem spesies dan
genetik)
1. PERLINDUNGAN
sistem penyangga
kehidupan
1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan

• IUCN: Maintenance of essential


ecological processes and life-support
systems
• Perlindungan terhadap sistem-sistem
ekologis penting yang menyangga
kehidupan manusia dari segi:
– Kecukupan Pangan
– Kesehatan
1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan

• Essential ecological processes and life-


support systems:
– Hutan  tata air, pencegah erosi, penjaga
kesuburan, penyedia oksigen, air minum
– Lahan basah, termasuk sungai, danau,
muara, rawa-rawa, mangrove, gambut 
persediaan air bersih, irigasi, penympan
karbon
– Man-made ecosystems: sawah subur
beririgasi teknis, dam, dll.
1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan
• Sangat penting dalam konteks Indonesia saat ini, namun
sangat lintas sektor dan lintas disiplin
• Undang-undang yang mengatur “DIANGGAP” undang-
undang sektor (i.e. Kehutanan) yang harus ditindaklanjuti
oleh sektor
• Sampai saat ini belum ada tindak lanjut yang jelas mengenai
sistem penyangga kehidupan oleh sektor yang harusnya
terlibat: Pertanian, Kehutanan, PU, Pertambangan,
Perikanan, Pemerintah Daerah, dll., walaupun untuk
beberapa hal undang-undang sektor telah mengatur, namun
belum terintegrasi..
• Padahal permasalahan penyangga kehidupan sudah
sangat kritis dan mendesak untuk ditangani:
kekurangan stok pangan, banjir, berkurangnya areal
pertanian kekeringan, kesehatan masyarakat…..
2. PENGAWETAN
keanekaragaman
spesies dan ekosistem
2. Pengawetan species dan ekosistem

• Mengapa species perlu dilindungi


• Mengapa keterwakilan ekosistem perlu
disisihkan
PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN
SPESIES
MENGAPA PERLU MELINDUNGI
SPESIES ?
• Alasan Ekologis: Menghindari kepunahan
– Kepunahan harus dihindarkan karena seluruh
species di dalam ekosistemnya secara sendiri-
sendiri atau bersama-sama mempunyai peran
yang sangat sentral. Kepunahan suatu jenis akan
memutuskan rantai hubungan timbal balik antar
komponen di dalam ekosistem. Dalam beberapa
hal dampaknya terasakan oleh manusia dalam
jangka pendek, namun banyak diantaranya yang
tidak diketahui atau belum sempat diketahui
• Alasan Etika: Bumi ini titipan anak cucu kita
• Alasan Moral: Secara moral kita malu apabila
kita menyaksikan kepunahan di tangan kita
Kriteria keterancaman
• Kriteria IUCN (The World Conservation
Union):
– Critically endangered, Endangered, Rare,
Vulnerable, Common
• Kriteria CITES (kriteria perdagangan):
– Resolusi Conf. 9.24 (Rev.) untuk dimasukkan ke
dalam: Appendix I atau appendix II
• Kriteria CMS (kriteria keterancaman
berdasarkan sifat migrasi):
– Appendix I atau appendix II
Perlindungan Spesies
• Perlindungan di tingkat nasional:
– Status perlindungan di tingkat nasional:
• Dilindungi: Terancam karena kerusakan
habitat dan atau pemanfaatan  dilarang
untuk dimanfaatkan secara komersial
• Tidak dilindungi: diatur dan dikontrol

– Pengelolaan jenis-jenis dilindungi dan tidak


dilindungi
24

Pengelolaan spesies dilindungi (terancam


punah) di tingkat nasional
• Pengawetan
– Penetapan jenis langka sebagai jenis dilindungi apabila
populasinya memenuhi kriteria perlindungan

– Pengelolaan Populasi in situ  Perlindungan di dalam


KK, Rehabilitasi habitat, Pengendalian populasi;

– Pengelolaan Populasi ex situ melalui pengembangbiakan


untuk kepentingan population recovery;

– Pengelolaan Populasi ex situ untuk kepentingan


mengurangi tekanan pada populasi di alam melalui
pengembangbiakan untuk perdagangan  Kima, Lola;
25

Pengelolaan spesies dilindungi (terancam punah)

•Pemanfaatan berkelanjutan

•Eco-tourism: whale/ dolphin watch

•Captive breeding untuk perdagangan jenis

•Kuota perburuan dalam rangka pengelolaan


populasi
PERLINDUNGAN
KETERWAKILAN
EKOSISTEM
Perlunya perlindungan keterwakilan ekosistem

• Cadangan plasma nutfah untuk


budidaya;
• Fungsi jasa lingkungan: udara, air,
keindahan, keanekaragaman hayati,
riset-riset dasar maupun terapan;
• Fungsi perlindungan sistem penyangga
kehidupan
Menetapkan keterwakilan ekosistem dalam satu
jaringan kawasan konservasi dg kategorin (IUCN):
Ia: Cagar Alam (Strict Nature Reserve), RISET
ILMIAH, PENGAWETAN KEANEKARAGAMAN JENIS DAN
GENETIK
Ib: Suaka margasatwa, PENGAWETAN
KEANEKARAGAMAN JENIS DAN GENETIK, PEMELIHARAAN
JASA LINGKUNGAN, Perburuan terkendali
II: Taman Nasional, PERLINDUNGAN KEASLIAN,
MEMELIHARA JASA LINGKUNGAN, TURISME DAN REKREASI
III: Taman Wisata Alam, PERLINDUNGAN FITUR-
FITUR ALAM DAN BUDAYA KHAS, TURISME DAN REKREASI
DAN PEMELIHARAAN ATRIBUT-ATRIBUT BUDAYA DAN
TRADISIONAL
IV: Taman Hutan Raya, PENGAWETAN
KEANEKARAGAMAN JENIS DAN GENETIK, PEMELIHARAAN
JASA LINGKUNGAN

V: Kawasan Pengelolaan Terpadu Sumber


Daya Alam Hayati, PENGAWETAN
KEANEKARAGAMAN JENIS DAN GENETIK, PEMELIHARAAN
JASA LINGKUNGAN DAN PEMANFAATAN SECARA LESTARI
SUMBERDAYA DARI EKOSISTEM ALAM di dalam kawasan
budidaya
VI: Taman Buru, PENGELOLAAN SPECIES UNTUK
KEPERLUAN WISATA BURU
Permasalahan Penetapan keterwakilan
ekosistem di daerah pesisir
• Dari sejarah pembentukannya, kawasan konservasi
lebih banyak ditetapkan di dataran tinggi  sangat
miskin keterwakilan kawasan konservasi di dataran
rendah, termasuk pesisir dan laut.
• Sudah tidak banyak lagi ekosistem pesisir yang
masih asli  mayoritas telah diubah menjadi
kawasan budidaya;
• Status kepemilikan private, tidak banyak yang
merupakan kepemilikan publik (seperti hutan negara)
 sulit untuk ditetapkan menjadi kawasan konservasi
• Karena statusnya maka kewenangan pengaturan
oleh Daerah  perlu local political will yang kuat
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai