Anda di halaman 1dari 51

Macrophytes

Alga
blue-green algae
(cyanobacteria)

green algae
(chlorophyta)

Biodidac

Diatoms
Zooplankton
BENTOS
Neuston

Ephemeroptera Odonata

Plecoptera
Tricoptera
MAKROFITA (Tumbuhan air)
 Biasanya tanaman berakar akan membentuk zona melingkar
dan membentuk tiga kelompok, yaitu:
 Kelompok vegetasi tersembul, merupakan tanaman
berakar yang alat fotosintesisnya muncul di atas
permukaan air, sehingga karbon dioksida diambil dari
udara dan nutrien yang lain diambil dari sedimen di
bawah air.
Vegetasi tsb berfungsi sebagai “pompa nutrien” bagi
ekosistem perairan lentik.
Vegetasi tsb bersama-sama dgn vegetasi pd zona pinggir
perairan (yg lembab) merupakan mata rantai penghubung
antara lingkungan perairan dan daratan.
Bermanfaat bagi hewan amfibi dan serangga air sbg
tempat perlindungan dan mencari makan. Contoh:
- Typha spp - Sparganium spp
- Scirpus spp - Eleocharis spp
- Sagittaria spp - Pontederia spp
 Kelompok vegetasi dengan daun yang mengapung, secara
ekologis dapat dikatakan serupa dengan kelompok
sebelumnya, tetapi kelompok ini lebih efektif mengurangi
penetrasi cahaya matahari ke dalam air.
Di bawah daun vegetasi ini merupakan tempat istirahat dan
meletakan telur bagi beberapa biota air. Contoh:
- Eceng gondok - Brasenia
- Nymphaea (teratai)
 Kelompok vegetasi terendam, merupakan kelompok tanaman
yang seluruhnya atau sebagian besar terendam air.
Kelompok ini mempunyai ciri daun cenderung tipis dan
terbelah-belah halus, sehingga dapat beradaptasi untuk
pertukaran nutrisi dengan air. Contoh:
- Pomatogeton spp - Elode - Chara
- Anacharis - Ceratophyllum - Najas
- Myriophyllum - Vallisneria
PLANKTON
 Pencetus istilah plankton adalah Victor Hensen (1887)

 Dalam perkembangannya, plankton didefinisikan sebagai organisme


nabati dan hewani yang hidup melayang dalam kolom air dengan
pergerakan yang terbatas dan dipengaruhi oleh arus. Individu dari suatu
jenis plankton disebut sebagai plankter.

 Plankton dapat dikategorikan berdasarkan sumber nutrisi, ukuran,


habitat, posisi dalam air, daur hidup, serta keberadaannya.

 Berdasarkan sumber nutrisi :


 Phytoplankton (tumbuhan) mampu melakukan fotosintesis dan
merupakan pensuplai utama oksigen terlarut di perairan
 Zooplankton (binatang) pemanfaat langsung fitoplankton, memiliki
kemampuan bergerak (sedikit) secara horizontal dan vertikal
Berdasarkan ukurannya dibagi menjadi :
 > 2 mm (megaplankton) :
 0,2 – 2 mm (makroplankton) :
 20 – 200 micrometer (mikroplankton): diatoma
 2.0 – 20 micrometer (nanoplankton) : flagellata
 0.2 – 2.0 micrometer (picoplankton):phytoplankton kecil

Berdasarkan daur hidupnya dibagi menjadi :


 Meroplankton, sebagian daur hidupnya menjadi plankton
 Holoplankton, seluruh daur hidupnya menjadi plankton
 Menurut habitatnya:
 Limnoplankton
 Rheoplankton
 Haliplankton
 Hypalmiroplankton

 Berdasarkan posisinya dalam air:


 Epiplankton, plankton yang hidup di lapisan permukaan
sampai kedalaman sekitar 100 m
 Mesoplankton, plankton yang hidup di lapisan tengah, pada
kedalaman sekitar 100-400 m. Lapisan ini dan lebih dalam
didominasi oleh zooplankton
 Hypoplankton, plankton yang hidupnya pada kedalaman
lebih dari 400 m
 Bathyplankton, plankton yang hidup pada kedalaman >600m
FITOPLANKTON
 Dalam ekosistem perairan, fitoplankton berperan sebagai
ototrof dan merupakan awal dari rantai makanan
 Fitoplankton adalah sekelompok dari biota tumbuh-
tumbuhan autotrof, mempunyai klorofil dan pigmen
lainnya di dalam selnya dan mampu untuk menyerap
energi radiasi dan CO2 untuk melakukan fotosintesis
 Biota tersebut mampu mensintesis bahan-bahan anorganik
untuk dirubah menjadi bahan organik (yang terpenting
yaitu karbohidrat) (Zhong, 1989).
 Seluruh plankton dari golongan fitoplankton memiliki
warna, dimana sebagian berwarna hijau karena
mengandung berbagai jenis pigmen klorofil, yaitu klorofil
–a sampai klorofil –d.
FITOPLANKTON
 Sachlan (1982) membagi fitoplankton menjadi beberapa
divisi yaitu : Cyanophyta (alga hijau biru), Chlorophyta
(alga hijau), Chrysophyta (alga kuning), Pyrrophyta
(dinoflagellata), Euglenophyta, Phaeophyta (alga coklat),
Rhodhophyta (alga merah).
 Keberadaan fitoplankton dalam ekosistem perairan
dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia, dan biologi perairan.
 Faktor fisik utama adalah suhu, viskositas, dan cahaya.
Faktor kimia yang utama adalah salinitas, pH, dan nutrien.
Faktor biologi utama adalah predator dan kompetitor.
Daur hidup FITOPLANKTON
ZOOPLANKTON
 Zooplankton menjadi perantara antara produser
dengan konsumer tingkat berikutnya
 Dalam ekosistem perairan, zooplankton melakukan
migrasi vertikal. Secara umum migrasi dapat
dibedakan dalam dua tipe, yaitu migrasi yang terjadi
secara musiman dan migrasi harian. Migrasi musiman
berkaitan dengan pemijahan (misalnya cacing sylida),
dan perubahan suhu. Migrasi harian terutama
berkaitan dengan keberadaan cahaya. Zooplankton
akan mencari lokasi yang terlindung dari cahaya.
Pergerakan harian zooplankton
ZOOPLANKTON
 Kelimpahan zooplankton pada suatu perairan
dipengaruhi oleh faktor-faktor abiotik yaitu :
suhu, kecerahan, kecepatan arus, salinitas,pH, DO
(Kennish, 1990; Sumich, 1992; Romimohtarto dan
Juwana, 1999).
 Sedangkan faktor biotik yang dapat mempengaruhi
distribusi zooplankton adalah bahan nutrien dan
ketersedian makanan (Kennish, 1990; Sumich, 1992
Manfaat Plankton
 Dalam ekosistem perairan, plankton bermanfaat sebagai
penghasil oksigen, pembentuk bahan organik, dan sebagai
pemanfaat bahan organik. Selanjutnya bagi manusia,
plankton dimanfaatkan sebagai bahan pakan, makanan,
bahan baku industri, bahan untuk bioremidiasi, dan
berpotensi sebagai pembentuk energi alternatif.
 Jika dikaitkan dengan isu lingkungan, maka plankton
dapat dimanfaatkan sebagai indikator biologi. Komposisi
plankton akan mengalami perubahan, melalui mekanisme
suksesi, dengan berubahnya kondisi atau kualitas perairan.
Dengan demikian plankton dapat digunakan sebagai
petunjuk tingkat kesuburan perairan serta sebagai
petunjuk terjadinya pencemaran dalam ekosistem perairan.
Jenis plankton dan warna air tambak
Kecerahan
Warna Air Jenis Plankton (cm) Keterangan
Diatomae
Coklat muda Navicula 35 baik, pertahankan
Nitzschia
Coscinodiscus
Chaetoceros
Coklat tua 25 baik, encerkan
Melosira
Skletonema
zooplankton:
Coklat tua < 25 tak baik, ganti air
Brachionus
Fitoflagellata,
Kemerahan 25 bahaya, ganti air
Peridinium
Diatomae kurang baik, perlu
Kehijauan 25
Fitoflagellata diencerkan
asam organik (tambak
Kehitaman jernih - 60-80
baru), tak baik, reklamasi
Chlorophyta
Hijau daun muda Chlorococcum 35 baik, pertahankan
Planktosphaeira
Hijau tua Crucigenia, dll < 25 kurang baik
Fitoflagellata
Hijau kekuningan 25 tak baik, encerkan
Chlamydomonas
Hijau tua kebiruan Cyanophyta < 20 tak baik, ganti air
Karakteristik berbagai tipe perairan menurut
Wetzel (1975) in Jörgensen 1981
Tipe perairan Ciri perairan Algae dominan
Oligotrofik Agak asam Desmid; Staurodesmus,
Staurastrum
Netral-basa, hara Diatom; Cyclotella, Tabellaria
rendah
Oligotrofik Netral-basa, hara Chrysophyceae; Dinobryon
sedang
Meso-eutrofik Netral-basa Dinoflagellata; Peridinium,
Ceratium
Eutrofik Basa, hara sedang Diatom;
Asterionella,Fragilaria,
Synedra,
Melosira, Stefanodiscus
Eutrofik Basa, kaya nutrien Algae biru;
Anacystis,Aphanizomenon,
Anabaena
 Blooming: suatu fenomena terjadinya perkembangan
populasi suatu spesies yang sangat cepat hingga
mencapai jumlah/kelimpahan yang melampaui rata-
rata produksi bulanannya dalam keadaan normal, dan
terjadi dalam waktu yang singkat

 Fenomena Red Tide adalah fenomena peningkatan


kelimpahan dinoflagellata (atau jenis lain) yang sangat
tinggi dan seringkali diikuti oleh kematian ikan atau
organisme laut lain dalam jumlah besar akibat
peracunan yang dihasilkan. Fenomena ini
memunculkan warna air yang mencolok (misalnya
merah, kuning, hijau, atau hitam, tergantung jenis
yang dominan/blooming)
 Istilah perifiton pertama kali diperkenalkan oleh ilmuwan Rusia
yang mengartikannya sebagai kumpulan mikroorganisme yang
tumbuh pada permukaan obyek yang diletakkan di air.
 Cooke (1928) memberikan pengertian yang lebih luas dengan
mengaitkannya dengan pertumbuhan dari semua organisme
akuatik pada berbagai tipe substrat tenggelam. Odum (1971)
mengartikan perifiton sebagai tumbuhan atau pun hewan yang
tumbuh menempel pada obyek yang tenggelam.
 secara umum perifiton adalah organisme baik nabati atau pun
hewani yang hidup menempel pada substrat di suatu badan air.
 Seringkali sebagian dari mikroflora bentik tersebut berada
sebagai plankton, sehingga tergolong sebagai tychoplankton
atau pseudoplankton
 Istilah aufwuchs oleh Ruttner didefinisikan sebagai semua organisme
yang menempel pada substrat, tetapi tidak menembusnya, terdiri dari
semua organisme menempel, kecuali makrofita, termasuk bryozoa dan
hewan spon, juga berbagai bentuk organisme yang hidup bebas dalam
kumpulan organisme sessil.

 Perifiton terdiri dari bakteri (zooglea dan filamen), protozoa


menempel, rotifera, algae, serta mikroorganisme yang hidup bebas
dengan berenang, merayap, atau lodged di antara jenis-jenis yang
menempel.
 Perifiton nabati yang umum dijumpai di perairan mengalir adalah
diatom (Bacillariophyceae), alga biru (Cyanophyceae), alga hijau
berfilamen (Chlorophyceae), dan Xantophyceae.
 Berdasarkan tipe substrat dan penempelannya, perifiton
dapat dibedakan atas:

 Epipelik (epipelic), mikroorganisme yang menempel


pada permukaan sedimen atau lumpur
 Epilitik (epilithic), yang menempel pada permukaan
batuan
 Epifitik (epiphytic), yang menempel pada permukaan
tumbuhan
 Epizoik (epizooic), yang menempel pada permukaan
hewan
 Episamik (epipsamic), yang hidup dan bergerak di
antara butiran-butiran pasir
 Epidendrik (epidendric), yang tumbuh di kayu
 Diatom (Bacyllariophyta) merupakan salah satu divisi
utama dari mikroalga perifiton. Divisi utama selain
diatom (Bacyllariophyta) adalah Chlorophyta dan
Cyanophyta (Arifin, 1996 dalam Mahanal, 1998). Dari
tiga divisi utama tersebut, diatom merupakan
komponen komunitas perifiton yang terbanyak pada
ekosistem sungai (Mahanal, 1998).
Faktor-faktor pertumbuhan dan perkembangan
mikrokomunitas penempel
 Perkembangan mikrokomunitas perifiton merupakan fungsi dari
berbagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dari
komponen individu penyusunnya.
 Faktor-faktor yang secara umum menjadi pembatas, atau yang
esensial, atau sangat penting bagi pertumbuhan perifiton adalah
 tipe perairan ( danau, sungai, atau laut);
 ketersediaan cahaya (lama penyinaran, kecerahan, kekeruhan);
 tipe substrat (kondisi, lokasi, kedalaman, dan ketersediaan);
 pergerakan air (arus dan kecepatan);
 pH,
 alkalinitas,
 kesadahan; unsur hara (N, P, C);
 bahan-bahan terlarut (Ca, S, Si);
 logam dan logam kelumit (Fe, Cu, Cr, V, Se);
 suhu, salinitas, oksigen, dan CO2.
Peran ekologis dan ekonomis
 Perifiton dapat tumbuh pada berbagai tipe substrat tenggelam
dalam perairan. Dengan organisme penyusun yang beraneka
ragam, maka perifiton dapat menjadi sumber nutrisi yang sangat
baik bagi berbagai biota air.
 Perifiton merupakan kumpulan organisme yang dapat
menunjukkan adanya hubungan antara keberadaan
komunitasnya dengan tingkat kebersihan atau pun pencemaran
suatu perairan, sehingga dapat dijadikan sebagai indikator
biologi dari suatu pencemaran organik. Suatu sistem yang
didasarkan pada perbedaan zona akibat peningkatan bahan
organik disebut sebagai sistem saprobik, yang masing-masing
zona dicirikan oleh adanya tumbuhan atau hewan tertentu.
Saprobia adalah istilah yang menggambarkan ketergantungan
organisme pada proses dekomposisi bahan organisk sebagai
satu-satunya sumber nutrisi atau makanan.
 Dalam perairan sungai, diatom perifiton mendominasi peran produsen jika
dibandingkan dengan fitoplankton. Hal ini dikarenakan diatom perifiton tidak
terbasuh dan relatif tetap pada suatu tempat, jika fitoplankton di sungai selalu
terbawa arus (Mahanal, 1998).
 Fungsi diatom perifiton sebagai produsen dalam rantai makanan yakni penghasil
bahan organik dan oksigen (Yoshitake dan Fukushima, 1985 dalam Mahanal, 1998)
 Diatom perifiton merupakan indikator biologi yang baik untuk mengetahui tingkat
pencemaran yang terjadi pada suatu badan air (Odum, 1971). Pertumbuhan dan
perkembangbiakan diatom perifiton sangat tergantung pada kualitas dan kuantitas
senyawa kimia yang terlarut dalam air (Munteanu dan Maly, 1981; Daksini dan Soni,
1982; Watanabe dkk., 1986 dan Sabater dkk., 1987).
 Beberapa alasan penting digunakannya diatom perifiton sebagai bioindikator
adalah karena diatom memiliki cangkang dari silika yang sukar dihancurkan,
sehingga memudahkan pengawetan, penyimpanan dan pengamatan. Penyebaran
diatom perifiton sangat luas serta dapat dicuplik dengan alat yang sederhana dan
murah. Diatom dapat diidentifikasi dan jumlahnya dapat dihitung dengan tepat
setelah cuplikan dicuci dengan asam sulfat. Diatom hampir selalu dapat
dikumpulkan dalam jumlah yang cukup banyak untuk kepentingan analisis
statistika.
Odonata

Plecoptera
 Neuston adalah komunitas dari organisme-organisme
yang terikat (berasosiasi) dengan lapisan permukaan
air, baik secara teratur maupun berkala (datang dan
pergi); lapisan permukaan air didatangi terutama
untuk makan atau menganti cadangan udara dalam
plastron atau trachea pada serangga air.
 Neuston yang hidup di atas lapisan permukaan air
disebut epineuston, sedangkan yang berada di bawah
lapisan permukaan air disebut hyponeuston.
Sebagian besar neuston hidup sebagai epineuston,
misalnya dari kelompok algae dan protozoa.
 Neuston berkembang dengan baik pada perairan yang
terlindung dan relatif tenang; untuk di sungai, bisa
dijumpai di sisi batu yang berarus tenang
(backwaters). Spesies algae pada komunitas neuston
biasanya sangat berbeda dari yang hidup dalam kolom
air. Jika populasi menjadi besar, akan muncul
pantulan cahaya berwarna-warni dari kromatofor.
Sebagian cladocera dan larva serangga memanfaatkan
neuston (dari bawah lapisan permukaan air) sebagai
makanannya.
 organisme yang melekat atau beristirahat pada dasar atau hidup di
dasar endapan. Binatang bentos dibagi berdasarkan cara
makannya, yaitu: Pemakan penyaring (cth: kerang) dan pemakan
deposit (cth: siput).
 Sebagian atau seluruh siklus hidup benthos berada di dasar
perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang.
Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam perairan
seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik
yang memasuki perairan serta menduduki beberapa tingkatan
trofik dalam rantai makanan.
 Benthos membantu mempercepat proses dekomposisi materi
organik. Hewan bentos, terutama yang bersifat herbivor dan
detritivor, dapat menghancurkan makrofit akuatik yang hidup
maupun yang mati dan serasah yang masuk ke dalam perairan
menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, sehingga
mempermudah mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrien
bagi produsen perairan.
 Berdasarkan cara mendapatkan makanannya:
 Membuat lubang di dalam sedimen (infauna).
 Mengambil dari permukaan sedimen (epifauna),
diantaranya tubificidae, lintah, larva chironomidae dan
bivalvia

 Dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu:


Macrobentos, berukuran 1 mm. Diantaranya: larva
chironomidae, oligochaeta dan bivalvia
Microbentos, berukuran 0,05 mm. Diantaranya:
bakteria, fungi dan protozoa
Meiobentos, berukuran 0,05-1mm. Diantaranya:
nematoda dan crustacea kecil
Berdasarkan jenis makanannya zoobentos (termasuk
makrobentos) dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:
filter feeder dan deposit feeder.

 Filter feeder atau suspension feeder adalah bentos pemakan


material yang tersuspensi di dalam air, baik berupa zat organik
maupun plankton dengan cara menyaring; yang termasuk ke
dalam filter feeder adalah bivalvia, sponge, ascidians, dan cacing
kipas.
 Hewan-hewan ini menggunakan cilia untuk menciptakan arus
air sehingga memudahkan makanan untuk masuk ke dalam alat
penyaring yang mereka miliki. Kebanyakan filter feeder
mengubur diri di dalam sedimen dan menonjolkan organ
pencari makan di permukaan sedimen (Mann, 2000).
 deposit feeder adalah bentos pemakan material organik yang
terjebak di dalam sedimen baik berupa detritus maupun
material organik yang lebih halus. Bentos pemakan deposit
langsung memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
 Deposit feeder biasanya merayap dan masuk ke dalam sedimen
sambil mengaduk sedimen untuk mendapatkan makanan
(Odum, 1971 dan Boaden et al., 1985). Hewan-hewan yang
termasuk ke dalam deposit feeder adalah seluruh cacing
polychaeta, gastropoda, teripang, crustacea (Mann, 2000).
 Ada empat istilah berkaitan dengan organisme bentik,
yaitu
 haptobentos yang mengacu pada organisme bentik
yang tumbuh pada substrat yang keras, sedangkan
 herpobentos untuk yang tinggal pada substrat yang
lunak.
 Endobentos adalah mikroflora yang mengebor ke
dalam atau tumbuh di dalam substrat. Sedangkan
 rhizobentos terdiri dari tumbuhan berakar atau
makrofita bentik.
Pengaruh Faktor Lingkungan terhadap
Kehidupan Benthos
 Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan, sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik
biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang
berpengaruh diantaranya adalah produsen, yang
merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan
bentos. Adapun faktor abiotik adalah fisika-kimia air
yang diantaranya: suhu, arus, oksigen terlarut (DO),
kebutuhan oksigen biologi (BOD) dan kimia (COD),
serta kandungan nitrogen (N), kedalaman air, dan
substrat dasar.
Peran ekologis dan ekonomis
 Organisme yang termasuk benthos makroskopis diantaranya adalah:
Crustacea, Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda dan
Annelida. Taksa-taksa tersebut mempunyai fungsi yang sangat penting
di dalam komunitas perairan karena sebagian dari padanya menempati
tingkatan trofik kedua ataupun ketiga. Sedangkan sebagian yang lain
mempunyai peranan yang penting di dalam proses mineralisasi dan
pendaurulangan bahan-bahan organik, baik yang berasal dari perairan
maupun dari daratan
 Benthos membantu mempercepat proses dekomposisi materi
organik. Hewan bentos, terutama yang bersifat herbivor dan detritivor,
dapat menghancurkan makrofit akuatik yang hidup maupun yang mati
dan serasah yang masuk ke dalam perairan menjadi potongan-
potongan yang lebih kecil, sehingga mempermudah mikroba untuk
menguraikannya menjadi nutrien bagi produsen perairan.
 Gaufin dalam Wilhm (1975) mengelompokkan spesies makrozoobentos
berdasarkan kepekaannya terhadap pencemaran karena bahan organik,
yaitu kelompok intoleran, fakultatif dan toleran.
 Organisme intoleran yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang
dalam kisaran kondisi lingkungan yang sempit dan jarang dijumpai di
perairan yang kaya organik. Organisme ini tidak dapat beradaptasi bila
kondisi perairan mengalami penurunan kualitas.
 Organisme fakultatif yaitu organisme yang dapat bertahan hidup pada
kisaran kondisi ling-kungan yang lebih besar bila dibandingkan dengan
organisme intoleran. Walaupun organisme ini dapat bertahan hidup di
perairan yang banyak bahan organik, namun tidak dapat mentolerir
tekanan lingkungan.
 Organisme toleran yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang
dalam kisaran kondisi lingkungan yang luas, yaitu organisme yang sering
dijumpai di perairan yang berkualitas jelek. Pada umumnya organisme
tersebut tidak peka terhadap berbagai tekanan lingkungan dan
kelimpahannya dapat bertambah di perairan yang tercemar oleh bahan
organik. Jumlah organisme intoleran, fakultatif dan toleran dapat
menunjukkan derajat pencemaran.
Organisme perairan yg memiliki kemampuan
gerak secara aktif dan tidak bergantung pada arus.
Contoh: ikan, amfibi, serangga air yg besar.
Memiliki masa hidup lebih panjang daripada
plankton (invertebrata : 1 tahun, ikan : 5 – 10
tahun).
Migrasi biasanya berkaitan dengan siklus
reproduksi, ikan tuna migrasi dari feeding ground
ke breeding ground (ribuan kilometer)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai