Pengarah :
Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan
Brahmantya Satyamurti Poerwadi, Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut
Slamet Soebjakto, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya
Penanggung Jawab :
Suharyanto, Direktur Perencanaan Ruang Laut
Ketua Tim :
Syofyan Hasan, Kasubdit Kawasan Strategis, Dit. Perencanaan Ruang Laut, Ditjen PRL
Anggota Penyusun :
Umi Windriani, Direktur Produksi dan Usaha Budidaya, DJPB
M. Rifqi, Kasubdit Pengembangan Usaha, DJPB
Suraji, Kepala Seksi Kawasan Strategis Nasional, Ditjen PRL
Arief Sudianto, Kepala Seksi Kawasan Strategis Nasional Tertentu, Ditjen PRL
Rifka Nur Anisah, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Naufal Sanca Lovandika, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Dewi Setianingrum, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Ambar Retno Wulan, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Nurul Khoiriya, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Deenisa, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Endiena Bulan Mutiara Sani, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Sukma Gunawan Lumban Gaol, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Andika Bayu Candra, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Giri Wilisandy, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Laila Badariah, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Mochammad Riyanto, Tenaga Ahli Perikanan (IPB)
Sonni Adji Pramono Widjaksono, Tenaga Ahli Mechanical Engineering
Djuharman, Tenaga Ahli Perencanaan/Planner (IAP-ITB)
Prinka Victoria, Tenaga Ahli Arsitek (IAP-ITB)
JAKARTA, 2017
SAMBUTAN ...........................................................................................................1
KATA PENGANTAR ............................................................................................4
DAFTAR ISI ...........................................................................................................6
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................10
DAFTAR TABEL ................................................................................................14
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................19
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 19
1.2. Kebijakan dan Strategi .............................................................................. 21
1.3. Tujuan Penyusunan Masterplan SKPT ..................................................... 22
1.4. Dasar Hukum ............................................................................................ 22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................24
2.1. Kebijakan Non Spasial .............................................................................. 24
LAMPIRAN ........................................................................................................254
Tabel 2.1. Keterkaitan Visi RPJPN, RPJMN, RPJPD Provinsi NTT, RPJMD
Provinsi NTT, RPJPD Kabupaten Sumba Timur, dan RPJMD
Kabupaten Sumba Timur ................................................................. 35
Tabel 2.2. Rencana Zona Dan Subzona Pada Kawasan Pemanfaatan Umum D
Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Sumba Timur . 48
Tabel 2.3. Rencana Zona Dan Subzona Pada Kawasan Konservasi Di Wilayah
Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Sumba Timur ............... 49
Tabel 2.4. Tabel Rencana Zona Dan Subzona Pada Alur Laut Di Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Sumba Timur ........................... 50
Tabel 2.5. Tabel Rencana Zona Dan Subzona Pada Alur Laut Di Wilayah
Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Sumba Timur ............ 51
Tabel 3.1. Jumlah dan luas Kecamatan di Kabupaten Sumba Timur ............... 53
Tabel 3.2. Kecamatan Pesisir Kabupaten Sumba Timur .................................. 54
Tabel 3.3. Kecamatan Non Pesisir Kabupaten Sumba Timur .......................... 54
Tabel 3.4. Jumlah Penduduk Menurut Kecamata (Jiwa) .................................. 55
Tabel 3.5. Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan............................ 56
Tabel 3.6. Lapangan Pekerjaan Penduduk Kabupaten Sumba Timur, 2015 . 58
Tabel 3.7. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku,
Kabupaten Sumba Timur (juta rupiah) Tahun 2013-2015 ........ 58
Tabel 3.8. Tingkat Kepemilikan Listrik Masyarakat Pesisir di Kabupaten
Sumba Timur, 2014 ........................................................................ 60
Tabel 3.9. Sumber Air Minum Masyarakat Pesisir di Kabupaten Sumba Timur
......................................................................................................... 60
Tabel 3.10. Statistik Pemerintahan Kecamatan Kota Waingapu ..................... 71
Tabel 3.11. Luas Wilayah Kecamatan Kota Waingapu ..................................... 71
Tabel 3.12. Luas Wilayah Perkotaan Kota Waingapu Tahun 2014 ................. 72
Tabel 3.13. Penduduk Kota Waingapu Menurut Jenis Kelamin Rasio dan
Kepadatan Tahun 2015 ................................................................. 72
Tabel 3.14. Luas Perkotaan Kota Waingapu Berdasarkan Jenis Ketinggian
Tahun 2014 ..................................................................................... 77
Tabel 3.15. Ketinggian Wilayah di Atas Permukaan Laut Kota Waingapu ..... 77
Tabel 3.16. Luas Tingkat Kelerengan Perkotaan Kota Waingapu Tahun 2014
......................................................................................................... 78
Tabel 3.17. Penggunaan Lahan Perkotaan Kota Waingapu Tahun 2014........ 78
Tabel 3.18. Potensi Mata Air dan Sungai di Perkotaan Kota Waingpu ........... 79
Tabel 3.19. Luasan Jenis Tanah Perkotaan Kota Waingapu Tahun 2014 ....... 80
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 14
Tabel 3.20. Pengalaman Pekejaan Pokok Masyarakat Pesisir di Kabupaten
Sumba Timur, 2014 ........................................................................ 85
Tabel 3.21. Pekerjaan Pokok Masyarakat Pesisir di Kabupaten Sumba Timur,
2014................................................................................................. 85
Tabel 3.22. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama.......................................... 86
Tabel 3.23. Penggunaan Tenaga Listrik di Kecamatan Pahunga Lodu ........... 87
Tabel 3.24. Jenis Potensi Air Bersih Di Wilayah Perencanaan......................... 87
Tabel 3.25. Jarak Tempuh Ke Ibu Kota Kecamatan & Kabupaten ................... 89
Tabel 3.26. Penggunaan Lahan Eksisting Wilayah Perencanaan .................... 90
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pulau-pulau kecil, kawasan perbatasan negara, dan pulau-pulau kecil
terluar sangat penting untuk dikembangkan, mengingat kondisi geografis dan
sarana prasarana yang sangat minim, padahal memiliki potensi yang sangat
banyak. Pembangunan yang dilaksanakan saat ini dinilai belum mencapai
hasil yang optimal, sehingga berakibat pada lambatnya proses
pendayagunaan pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan. Adapun
beberapa faktor penyebabnya, antara lain: (1) lokasi pulau-pulau kecil dan
kawasan perbatasan yang terisolir; (2) ketidakmampuan kegiatan/usaha di
pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan untuk mencapai skala ekonomi;
(3) pemanfaatan sumber daya pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan
yang belum optimal; (4) keterbatasan sarana dan prasarana di pulau-pulau
kecil dan kawasan perbatasan; dan (5) pemanfaatan sumber daya kelautan
dan perikanan di pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan masih sangat
rendah; serta (6) terjadinya kerusakan lingkungan.
Sebagian besar wilayah perbatasan di Indonesia masih merupakan
daerah tertinggal dengan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi yang
masih sangat terbatas. Pandangan di masa lalu bahwa daerah perbatasan
merupakan wilayah yang perlu diawasi secara ketat karena merupakan
daerah yang rawan keamanan telah menjadikan paradigma pembangunan
perbatasan lebih mengutamakan pada pendekatan keamanan daripada
kesejahteraan. Hal ini menyebabkan wilayah perbatasan di beberapa daerah
menjadi tidak tersentuh oleh dinamika pembangunan. Oleh karena itu,
diperlukan pendekatan yang komprehensif dalam mengembangkan sentra-
sentra industri perikanan, termasuk sentra perikanan di kawasan
perbatasan. Pembangunan Strategis Kawasan Perikanan Terpadu (SKPT)
merupakan salah satu solusi bagi pembangunan kawasan perbatasan dan
pengembangan sentra industri perikanan.
Pembangunan SKPT berbasis pulau-pulau kecil dan kawasan
perbatasan merupakan penggerak utama dalam pembangunan sektor
kelautan dan perikanan, karena mengintegrasikan kegiatan di hulu dan hilir
serta kelembagaan dalam suatu proses pembangunan kelautan dan
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 19
perikanan. Potensi pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan di Indonesia
yang begitu besar sesungguhnya dapat didayagunakan menjadi salah satu
penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Program SKPT diharapkan akan
meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas dalam pemanfaatan sumber
daya kelautan dan perikanan dengan pasar. SKPT merupakan konsep
pembangunan kelautan dan perikanan berbasis wilayah dengan pendekatan
dan sistem manajemen kawasan dengan prinsip: integrasi, efisiensi, kualitas
dan akselerasi tinggi. Salah satu kabupaten yang berada di kawasan
perbatasan adalah Kabupaten Sumba Timur. Kabupaten Sumba Timur
memiliki wilayah seluas 7.000,5 Km², sedangkan wilayah laut seluas
8.373,53 Km² dengan panjang garis pantai 433,6 Km. Secara administratif
terdiri dari 22 buah Kecamatan dan 156 buah Desa/Kelurahan. Jumlah
kecamatan pesisir yang ada di Kabupaten Sumba Timur adalah 15
kecamatan, sebagian penduduknya tinggal di wilayah pesisir.
Kabupaten Sumba Timur berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur
yang berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste dan Australia.
Kawasan Perbatasan Negara dengan Negara Timor Leste di NTT merupakan
wilayah Perbatasan Negara yang terbaru mengingat Timor Leste merupakan
negara yang baru terbentuk dan sebelumnya adalah merupakan salah satu
dari propinsi di Indonesia. Panjang garis perbatasan darat Provinsi Nusa
Tenggara Timur dengan Timor Leste adalah 268,8 kilometer. Khusus
perbatasan pada wilayah Enclave Oekusi dimana sesuai dengan perjanjian
antara pemerintah Kolonial Belanda dan Portugis tanggal 1 Oktober 1904
perbatasan antara Oekusi – Ambeno wilayah Timor-Timur dengan Timor
Barat dimulai dari Noel Besi sampai muara sungai (Thalueg) dengan panjang
119,7 kilometer. Perbatasan dengan Australia terletak di dua kabupaten
yaitu Kupang dan Rote Ndao yang umumnya adalah wilayah perairan laut
Timor dan khususnya di Pulau Sabu.
Kondisi wilayah perbatasan di Nusa Tenggara Timur, secara umum
masih belum berkembang dengan sarana dan prasarananya yang masih
bersifat darurat dan sementara. Meskipun demikian relatif lebih baik
dibandingkan dengan di wilayah Timor Leste. Di wilayah perbatasan ini
sudah berlangsung kegiatan perdagangan barang dan jasa yang dibutuhkan
oleh masyarakat Timor Leste dengan nilai jual yang relatif lebih tinggi.
Dalam mendukung pembangunan perikanan dan kelautan di kawasan
perbatasan NTT, maka Kabupaten Sumba Timur ditetapkan sebagai lokasi
sentra kelautan dan perikanan, karena sangat sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan, yaitu merupakan kawasan perbatasan dan memiliki pulau-
pulau kecil terluar dan mempunyai komoditas unggulan sektor kelautan dan
perikanan, serta adanya dukungan dan komitmen pemerintah daerah.
TINJAUAN
KEBIJAKAN
TINGKAT VISI
JANGKA PANJANG JANGKA MENENGAH
DOKUMEN
NASIONAL RPJPN 2005 - 2025 RPJMN 2010 - 2014
Indonesia yang mandiri, Terwujudnya Indonesia
maju, adil dan makmur yang sejahtera, demokrasi
dan berkeadilan
PROVINSI NUSA RPJPD 2005 - 2025 RPJMD 2009 -
TENGGARA Nusa Tenggara Timur 2013
TIMUR yang maju, mandiri, adil,Terwujudnya masyarakat
dan makmur dalam Nusa Tenggara Timur yang
bingkai Negara Kesatuan berkualitas, sejahtera, Adil
Republik Indonesia dan Demokratis, dalam
Bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia
KABUPATEN RPJPD 2005 - 2025 RPJMD 2011 - 2015
SUMBA TIMUR Masyarakat Sumba Timur Terwujudnya Masyarakat
yang Mandiri, Maju, Sumba Timur yang
Demokratis dan Berdaya Sejahtera, Mandiri, Adil,
saing berbasis Religius, dan Terdepan
kebersamaan yang kreatif (SMART)
dan konstruktif
Sumber : RPJMD Kabupaten Sumba Timur Tahun 2011-2015
Gambar 2.3. Peta Pola Ruang Kabupaten Sumba Timur (RTRW Kabupaten
Sumba Timur Tahun 2008-2028)
GAMBARAN UMUM
Berikut ini adalah tabel jumlah kecamatan dan luas wilayah (Km2)
serta prosentasenya di Kabupaten Sumba Timur.
Tabel 3.1. Jumlah dan luas Kecamatan di Kabupaten Sumba Timur
Tabel 3.7. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku,
Kabupaten Sumba Timur (juta rupiah) Tahun 2013-2015
No. Lapangan Usaha 2013 2014 2015
1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 964.321 1.100.155 1.214.488
2. Pertambangan dan Penggalian 53.042 59.250 64.516
3. Industri Pengolahan 51.436 58.027 27.102
4. Listrik Gas dan Air Minum 922 1.096 1.347
5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
904 933 969
Limbah dan Daur Ulang
6. Konstruksi 400.302 436.149 474.926
7. Perdagangan 493.702 539.374 589.435
3.1.4. Infrastruktur
Kondisi Infrastruktur sangat berkaitan dengan aspek sosial yang
berhubungan dengan pembangunan wilayah terdiri dari kepemilikan listrik,
tempat buang sampah, dan sumber air bersih.
3.1.4.1. Listrik
Wilayah Kabupaten Sumba Timur secara umum sudah dilayani oleh
jaringan listrik yang dilayani dari PTLD, PLTA, PLTS tetapi pelayanannya
masih belum optimal dan belum menjangkau seluruh kawasan pedesaan
yang ada. Hampir 90 % wilayah pesisir belum terjangkau oleh tenaga listrik,
dengan tersedianya prasarana pelistrikan yang memadai akan mendorong
masyarakat melakukan usaha – usaha ekonomi produktif dimalam hari atau
disaat musim paceklik dalam usaha perikanan.
Tabel 3.9. Sumber Air Minum Masyarakat Pesisir di Kabupaten Sumba Timur
Jumlah
No. Sumber Air Minum Persentase (%)
(orang)
1. Sungai 13 26
2. Sumur 20 40
3. Air Sumber 15 30
4. PDAM 0 0
5. Beli Galon 2 4
Total 50 100
Sumber: RZWP-3-K Kabupaten Sumba Timur, 2014
3.1.4.3. Telekomunikasi
Terdapat 1 kantor pos di Kabupaten Sumba Timur yang terletak di
Kecamatan Waingapu, dengan tambahan pelayanan melalui kantor pos
tambahan yaitu 2 kantor pos pembantu yang terletak di Kecamatan Lewa dan
Umalulu. Rendahnya ketersediaan pelayanan pos sampai ke desa - desa
mengakibatkan tingginya biaya informasi sehingga berkontribusi pada
kurang lancarnya arus dari dan ke desa. Di hampir semua wilayah kecamatan
sudah dijangkau dengan telepon seluler (Indosat dan Telkomsel). Hal ini
mempermudah masyarakat dalam mengakses informasi dan melakukan
komunikasi termasuk juga masyarakat dalam mengakses investasi di wilayah
ini.
3.1.4.4. Aksesibilitas
1). Darat
Dalam RTRW Kabupaten Sumba Timur Tahun 2008-2028, rencana
pengembangan jalan nasional yaitu pada ruas jalan yang
menghubungkan Kota Waingapu ke Waibakul (Kabupaten Sumba Tengah)
– Waikabubak (Kabupaten Sumba Barat) – Weetabula (Kabupaten Sumba
Barat Daya) dan ruas jalan Waingapu – Napu – Tanambanas – Mamboro –
Tanariwu – Weetabula.
Rencana pengembangan jalan Provinsi yaitu pada ruas yang
menghubungkan Kabupaten Sumba Timur ke Kabupaten Sumba Barat,
rencana jaringan jalan lingkar Pantai Utara (Trans Pulau Sumba) dan
rencana pengembangan jaringan jalan lingkar Sumba dengan prioritas
sedang yang menghubungkan kota-kota Waitabula- Waikabubak-
Waibakul-Waingapu.
Jalan Provinsi direncanakan mampu dilewati oleh kendaraan-
kendaraan berat, dan kelas jalan direncanakan kelas I dengan muatan sumbu
terberat lebih dari 10 ton. Rencana jaringan jalan kabupaten adalah sebagai
berikut :
a. rencana pengembangan jaringan jalan kabupaten dilakukan
dengan melakukan peningkatan jalan eksisting yaitu melebarkan
jalan dan meningkatkan kualitas perkerasan jalan.
b. penentuan prioritas pengembangan jaringan jalan didasarkan
kepada rencana prioritas pengembangan wilayah.
Status jalan yang terdapat di Kabupaten Sumba Timur, diketahui
bahwa jalan dengan status Jalan Negara adalah sepanjang 67,9 Km, jalan
3.1.4.6. Persampahan
Sampah di Sumba Timur dihasilkan oleh sampah diantaranya adalah
sampah yang berasal dari kawasan permukiman biasanya yang dominan
adalah sampah basah dari dapur, sampah yang berasal dari pasar yang
dihasilkan adalah sampah organik, dan sampah untuk pertokoan, tempat
wisata, sekolah, terminal, serta sampah jalan yang dihasilkan adalah sampah
kering sedangkan sampah dari puskesmas / balai pengobatan adalah sampah
yang dihasilkan adalah sampah medis seperti sampah suntikan, botol-botol
obat dan sampah non medis adalah sampah padat.
3.2.3. Geologi
3.2.6. Bathimetri
Kedalaman perairan Kabupaten Sumba Timur berkisar antara 1-375
m (dalam batas 4 mil kearah laut). Perairan Kabupaten Sumba Timur
memiliki tekstur sedimen berupa batu, lumpur, lumpur berpasir, pasir, dan
pasir berlumpur. Morfologi pantai Kabupaten Sumba Timur meliputi estuari,
mangrove, pantai berbatu, pantai berpasir, pantai cadas, dan pantai tebing.
Pada morfologi pantai Sumba Timbur pada bagian selatan, di beberapa lokasi
terdapat pantai berbatu dan pantai tebing yaitu di kecamatan Lewa Tidahu,
Pinu Pahar, Karera. Dominasi mangrove di kecamatan Pahunga Lodu, Rindi,
Umalulu, Pandawai serta Kambera. dominasi pantai berpasir di Kec. Pahunga
Lodu, Rindi, Umalulu, Pandawai, hingga kecamatan Haharu.
3.2.8. Angin
Kondisi Angin untuk Kabupaten Sumba Timur, khususnya daeran PPI
Nangamesi menggunankan pencatatan angin dari ECMWF. Data angin yang
diperoleh berupa data kecepatan dan arah angin selama 5 tahun terakhir
(2011 - 2016). Dari data tersebut diolah dalam bentuk diagram mawar angin
(Wind Rose). Dari windrose tersebut diketahui arah angin dominan selama
tahun 2011 - 2016 di PPI Nangamesi adalah dari tenggara dengan kecepatan
dominan 7 - 9 m/s (Hasil Analisis, 2017).
Lokasi Pengembangan
P.Tangkap (PPI Nangamesi)
3.3.1.1. Administrasi
Kecamatan Kota Waingapu terletak di Pulau Sumba bagian utara
Kabupaten Sumba Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur. Luas Kecamatan
Kota Waingapu 73,8 Km2 atau 7.380 hektar dengan jumlah desa/kelurahan
sebanyak 7 desa/kelurahan. Luas wilayah kecamatan Kota Waingapu sebesar
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 70
1,05% dari total luas wilayah kabupaten Sumba Timur. Dengan letak yang
umumnya disepanjang pantai utara, berbukit dan curah hujan yang sangat
rendah dan tidak merata tiap tahun. Dimana musim penghujan relatif pendek
bila dibanding musim kemarau.
Tabel 3.13. Penduduk Kota Waingapu Menurut Jenis Kelamin Rasio dan
Kepadatan Tahun 2015
b. Air Bersih
Air merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, khususnya air
minum. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.
Untuk sumber utama air minum penduduk pada tahun 2015
bersumber dari ledeng PDAM, dimana terdapat 85,32 persen rumah tangga
yang mengkonsumsi air minum ini. Sumber lainnya adalah mata air yang
digunakan oleh 10,56 persen, sumur 2,98 persen, air sungai/danau 0,90
persen dan lainnya (air hujan) 0,23 persen dari total rumah tangga di Kota
Waingapu. Kebutuhan air bersih untuk mendukung kegiatan perikanan masih
disuplay bersamaan dengan air untuk mensuplay kebutuhan penduduk, yaitu
bersumber dari PDAM. Lokasi sumber air bersih dari instalasi jaringan air bersih
PDAM berjarak ± 350 m dari rencana posisi lokasi bak air PPI.
c. Telekomunikasi
Saat ini di lokasi PPI Nangamesi belum ada jaringan telekomunikasi
resmi, namun di hampir semua wilayah kecamatan sudah dijangkau dengan
telepon seluler (Indosat dan Telkomsel). Hal ini mempermudah masyarakat
dalam mengakses informasi dan melakukan komunikasi termasuk juga
masyarakat dalam mengakses investasi di wilayah ini.
d. Jalan
Kondisi jalan menuju PPI Nangamesi masih berupa jalan tanah, dan
akses jalan masih dilalui dari berbagai arah jalan yang mudah dijangkau,
karena belum terdapat jalan utama sebagai pintu masuk ke dalam kawasan
PPI Nagamesi. Jalan Utama merupakan jalan Kecamatan Kota Waingapu, yang
sudah beraspal, dan didukung akses jalan kampung/desa di sekitar PPI
Nangamesi. Di lokasi pelabuhan rakyat, sebagai tempat bersandarnya kapal-
kapal pencari ikan dan pusat pemasaran hasil perikanan (pasar), serta
terdapat pabrik es pendukung perikanan tangkap, jalan masih berupa tanah.
Di lokasi Kampung Bugis, di antara PPI Nangamesi dan Pelabuhan Rakyat,
dimana terdapat lokasi SPDN dengan kapasitas 8000 L untuk 1 minggu, jalan
sudah berupa jalan aspal.
e. Sarana Transportasi
Sarana transportasi penunjang kegiatan perikanan di Kabupaten Sumba
Timur belum maksimal. Berdasarkan kondisinya, sejauh ini hasil tangkapan yang
didaratkan langsung dibeli oleh pengumpul (Pakalele). Jika hasil tangkapan banyak,
maka hasil tangkapan dibawa dengan menggunakan mobil bak terbuka. Tetapi jika
tangkapan sedikit, ikan dibawa dengan menggunakan sepeda motor atau dibawa
langsung. Kadang kala, hasil tangkapan dibeli oleh konsumen langsung untuk
dikonsumsi sendiri, tanpa dijual kembali.
Untuk hasil tangkapan di luar PPI Nangamesi, yaitu di tempat lain / di
kecamatan lain, selain Kecamatan Kota Waingapu, juga masih belum maksimal. Hasil
tangkapan langsung dijual di pinggir-pinggir jalan, tanpa melalui Tempat Pelelangan
Ikan (TPI) dan Pasar Ikan. Ikan hasil tangkapan dari laut dalam jumlah sedikit
langsung dijual ke konsumen, sedangkan hasil tangkapan yang agak banyak dijual ke
pasar tradisional terdekat dengan menggunakan motor atau becak, dan jika hasil
tangkapan banyak (terutama yang dihasilkan oleh perahu di atas 3 GT), dijual ke
pasar dan atau dijual langsung ke Papalele, dengan menggunakan motor, becak atau
mobil bak terbuka).
Kelerengan
Kondisi kelerengan di Kawasan Perkotaan Kota Waingapu terdiri atas
beberapa klasifikasi antara lain 0-8 %, 8-15 %, 15-25 % dan 25-40 %.
Mayoritas kelerengan di Kawasan Perkotaan Kota Waingapu rata-rata 0-8 %
dengan luasan 6.874 hektar atau 69 % dari luas wilayah perkotaan.
Tabel 3.16. Luas Tingkat Kelerengan Perkotaan Kota Waingapu Tahun 2014
No Klasifikasi Kelerengan Luas (Ha)
(%)
1 0–8 6874
2 8 – 15 2812
3 15 – 25 274
4 25 - 40 20
Total 9980
Sumber: RDTR Kawasan Perkotaan Kota Waingapu 2015-2035
b. Penggunaan Lahan
Pola penggunaan lahan Perkotaan Kota Waingapu secara umum
terbagi dalam dua jenis kawasan yaitu Kawasan Lindung dan Kawasan
Budidaya. Pada Kawasan Budidaya pada umumnya didominasi oleh kawasan
terbangun terdiri dari fasilitas perumahan, fasilitas umum dan fasilitas
perdagangan dan jasa serta perkantoran yang terdapat di Kelurahan
Kamalaputi, Kelurahan Matawai, Kelurahan Kambajawa dan Kelurahan
Prailiu. Dari beberapa fasilitas yang ada, perumahan memiliki luasan yang
relative mendominasi dari pada fasilitas-fasilitas yang lainnya.
c. Klimatologi
Curah hujan di Perkotaan Kota Waingapu berkarakter sama dengan
curah hujan lain di Wilayah Kabupaten Sumba Timur. Berdasarkan
karakteristik curah hujan tahunan, Kabupaten Sumba Timur dapat
dikelompokan ke dalam tiga zona, yaitu Zona Utara dengan curah hujan
tahunan rata-rata berkisar antara 500 – 1000 mm, Zona Tengah dengan
curah hujan tahunan rata-rata berkisar 1000 – 1500 mm dan Zona Selatan
merupakan daerah yang paling banyak mendapatkan curah hujan dalam
setahun yaitu rata-rata 1500 – 2000 mm. Bulan April - November
merupakan periode bulan kering. Bulan Agustus merupakan bulan terkering,
dengan curah hujan rata-rata dalam satu bulan berkisar antara 2 – 25 mm.
Temperatur udara rata-rata bulanan di Perkotaan Kota Waingapu tercatat
maksimum 32,40 C dan minimum 200 C.
d. Hidrologi
Terdapat beberapa aliran sungai baik kecil maupun besar dan
beberapa mata air yang tersebar di Kawasan Perkotaan Kota Waingapu.
Namun tidak semua sungai teraliri air pada saat musim kemarau sehingga
banyak sungai yang kering. Pada lokasi perencanaan terdapat pula sebuah
bendungan dengan aliran air yang tidak pernah kering baik pada musim
kemarau maupun hujan yang terletak di Kelurahan Maulumbi. Untuk sebaran
potensi mata air dan sungai di Kawasan Perkotaan Kota Waingapu. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.18. Potensi Mata Air dan Sungai di Perkotaan Kota Waingpu
No Nama Kelurahan Mata Air Sungai
1 Kamalaputi - Payeti
2 Matawai Swembak Payeti
3 Hambala - -
4 Kambajawa Waikiwining Praiwora
5 Maulumbi Matawai Dangu Maulumbi
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 79
6 Lambanapu Wailiku Lambanapu
Hibuwundu Tanau
7 Mauliru - Mauliru
8 Mauhau - Mauhau
- Kambaniru
- Kawangu
9 Kambaniru - Kambaniru
10 Prailiu - Payeti
11 Wangga Panda Wangga
12 Temu Lai Wohili Kanatang
- Taimanu
Sumber: RDTR Kawasan Perkotaan Kota Waingapu 2015-2035
e. Geologi
Tabel 3.19. Luasan Jenis Tanah Perkotaan Kota Waingapu Tahun 2014
No Klasifikasi Jenis Tanah Luas (Ha)
1 Alluvial/Gramusol 2629
2 Kambisol 7352
TOTAL 9980
Sumber: RDTR Kawasan Perkotaan Kota Waingapu 2015-2035
f. Bathimetri
g. Pasang Surut
Pasang surut adalah salah satu faktor dasar dalam pengkajian arus di
laut. Kenaikan massa air laut samudera atau laut luas secara vertikal adalah
gaya tarik benda-benda angkasa terutama bulan dan matahari. Massa air
yang naik akan merambat dari samudera atau laut lepas secara horizontal ke
perairan dalam seperti perairan Indonesia. Faktor yang mempengaruhinya
antara lain adalah posisi bulan dan matahari terhadap bumi serta situasi
morfologi setempat seperti berkurangnya kedalaman, keadaan ini terjadi
pada tempat-tempat yang sempit seperti teluk dan selat, sehingga
menimbulkan dominasi arus pasang surut.
Pasang surut di perairan Sumba Timur khususnya di dekat PPI
Nangamesi bertipe campuran condong ke harian ganda atau mixed tide
prevailing semidiurnal (Wyrtki,1961). Dalam satu hari terjadi dua kali air
pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda. Pada
pasang-surut campuran condong ke harian ganda. Hasil pengamatan pasang
surut oleh BIG di sekitar perairan pantai PPI Nanganmesi pada tanggal 20 –
28 April 2017 memperlihatkan bahwa tinggi rata-rata air pasang tertinggi
+2,99 m, air surut terendah -0,1 m, dengan tunggang maksimum sekitar 3 m.
Pabrik ini didirikan pada Tanggal 25 April 2011. Tujuan utama dari
pembangunan pabrik ini adalah untuk menjadi pasar dari rumput laut yang
dihasilkan oleh petani dan dapat menyediakan lapangan kerja bagi
masyarakat Sumba Timur, serta pada gilirannya diharapkan dapat
menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Walaupun pembangunan pabrik
serta kelengkapannya telah dimulai sejak Tahun 2007, namun baru Tahun
2010 dilakukan uji coba dan mulai beroperasi.
3.3.2.1. Administrasi
Luas Kecamatan Pahunga Lodu 34,98 km2 atau 34.980 hektar.
Kecamatan ini pada umumnya merupakan daratan rendah di sepanjang
pantai timur, sedangkan sebelah barat dari timur ke selatan merupakan
dataran tinggi yang cukup subur. Di mana musim penghujan relatif pendek
bila dibanding musim kemarau dengan batasan administrasi sebagai berikut :
Sebelah Timur : Laut Sawu
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Kabaru, Desa
Helikatabu, dan Desa Lai Lanjang
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Kuruwaki, dan Desa
Tamma
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Paranda, Desa Wulla
Waijelu, dan Samudra Hindia.
Kecamatan ini pada umumnya merupakan dataran rendah di
sepanjang pantai timur, sedangkan sebelah barat dari timur ke selatan
merupakan dataran tinggi yang cukup subur, dimana terdiri dari 8 desa yaitu
: Desa Kaliuda, Desa Tanamanang, Desa Lambakara, Desa Mburukulu, Desa
Palanggai, Desa Tamma, Desa Kuruwaki, dan Desa Pamburu.
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 84
Gambar 3.17. PT ASTIL di Kecamatan Pahunga Lodu
3.3.2.3. Infrastruktur
a. Listrik
Penggunaan tenaga listrik di wilayah perencanaan berdasarkan data
sekunder yang juga merujuk dari PLN Sub Ranting Ngalu pada tahun 2009
tenaga listrik yang dijual ke penduduk setempat sebesar 399.742 Kwh.
Jumlah pelanggan listrik paling besar berada di Desa Mburukulu dan Desa
Tanamanang.
b. Air Bersih
c. Telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi di lokasi pabrik PT ASTIL sudah cukup
mendukung kegiatan operasional pabrik. Adanya telepon dan telepon seluler
(Indosat dan Telkomsel), sudah sangat mempermudah karyawan pabrik
dalam mengakses informasi dan melakukan komunikasi, baik internal pabrik
maupun komunikasi dengan pihak luar.
d. Geologi
Geologi Kecamatan Pahunga Lodu terbagi menjadi 3 yaitu : Formasi
Kaliangga, batuan Granit, formasi Kananggar. Jenis Tanah Kecamatan
Pahunga Lodu terdiri dari : Grumosol, Rendzine, dan Kambisol. (Masterplan
Kawasan Minapolitan Kabupaten Sumba Timur, 2011).
MASTERPLAN
SKPT
Keterangan:
: Pengolahan Ikan Asin & Ikan Asap
: Garam
: Artemia
: Budidaya Rumput Laut
: Budidaya Air Tawar
: Budidaya Mutiara
: Perikanan Tangkap
: Lokasi Pabrik Rumput Laut (PT.ASTIL)
: Lokasi BBI Lewa dan Pandawai
: Kampung Adat
: Wisata Pantai
Gambar 4.4. Jenis ikan hasil tangkapan nelayan di wilayah Sumba Timur
Gambar 4.5. Ikan pelagis kecil dan ikan karang konsumsi yang dijual di pasar
Di PPI Nangamesi
1 Laboratorium Kese 1 unit Luas sekitar 3x4 Tidk terawa, tdk ber Bantuan KKP
hatan m2 fungsi
2 Pos Pengawasan 1 unit 19 – Tidk terawat, Bantuan KKP
25 kilo liter/bln tdk berfungsi
3 Gudang kemasan 1 unit Kondisi bagus Bantuan KKP
Di Sekitar Pelabuhan Rakyat
ada permintaan
2 Coldstorage 2 unit 10 Ton dan 5 tonTidk terawat, Tidak digunakan
tdk berfungsi
3 Pasar Ikan 1 unit Luas pasar ikan Tidak berfungsi Tidak lelang
sekitar 12 x 16
m2
Di Kampung Bugis
1 SPDN 1 unit Produksi 8000 L Kondisi Bagus Milik Swasta
untuk 1 minggu
Sumber: Hasil Survei, 2017
B. Sarana Prasarana Perikanan Budidaya
Sarana penunjang perikanan budidaya yang telah dibangun di
Kabupaten Sumba Timur adalah : Pos Penampungan Nener 3 Unit, dan
bangunan Pabrik Rumput laut 1 unit, Balai Benih ikan (BBI) sebanyak 2 unit
yakni BBI Lewa di Kecamatan Lewa dan BBI Maubokul di Kecamatan
Pandawai. Unit Pengembangan Pelayanan Kelompok Pembudidaya Ikan (UPP
POKDAKAN) 1 unit dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kelautan dengan
bidang studi Budi Daya Rumput Laut dan Nautika Perikanan. Lokasi BBI
Lewa dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Jumlah Pembudidaya RL
No Kecamatan Komoditas
2012 2013 2014 2015 2016
1 Pahunga Lodu Rumput Laut 1033 1148 1275 1512 1682
2 Wulla Waijelu Rumput Laut 337 375 416 467 571
3 Karera Rumput Laut 121 135 149 149 149
4 Rindi Rumput Laut 179 208 231 450 519
5 Umalulu Rumput Laut 0 0 0 20 60
6 Pandawai Rumput Laut 112 124 137 116 149
7 Kambera Rumput Laut 27 27 27 27 27
8 Kanatang Rumput Laut 58 65 72 25 118
9 Haharu Rumput Laut 76 84 93 64 135
Total 1.943 2.166 2.400 2.830 3.410
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumba Timur 2017
Sedangkan jumlah tenaga kerja di sektor perikanan budidaya rumput
laut, juga mengalami peningkatan setiap tahun. Tahun 2012 jumlah tenaga
kerja sebanyak 3.886 bertambah menjadi 4.332 di Tahun 2013, dan Tahun
2014 sebanyak 4.800, Tahun 2015 sebanyak 5.570, pada Tahun 2016
meningkat sebanyak 6.820. Jumlah tenaga kerja terbanyak ada di Kecamatan
Pahunga Lodu dan Kecamatan Wulla Waijelu. Kecamatan tersebut
merupakan daerah konsentrasi pembudidaya rumput laut. Jumlah tenaga
kerja pengolah rumput laut disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.11. Jumlah RTP Pembudidaya Air Tawar di Kabupaten Sumba Timur
T A H U N ( R T P)
No Kecamatan
2012 2013 2014 2015 2016
1 Lewa 82 120 130 145 161
2 Lewa Tidahu 12 12 18 21 23
3 Kambera 56 92 138 153 170
4 Katala Hamu Lingu 24 29 29 32 35
5 Matawai La pawu 46 70 103 115 128
6 Kahaungu Eti 56 85 190 212 235
7 Nggaha Ori Angu 12 20 20 23 25
8 Tabundung 24 42 54 60 96
9 Karera 15 36 69 77 84
10 Pinu Pahar 6 12 20 22 24
11 Pahunga Lodu 8 8 15 17 19
12 Rindi 4 5 5 5 6
13 Mahu 0 0 8 8 9
Tabel 4.13. Produksi, JTB, dan Tingkat Pemanfaatan di WPP NRI 573
Ikan Ikan
Wilayah Pengelolaan Ikan Ikan Udang Cumi-
Pelagis Pelagis Lobster Kepiting Rajungan Jumlah
Perikanan Demersal Karang Penaeid cumi
Kecil Besar
Potensi 294.092 505.942 103.501 8.778 6.854 844 465 695 8.195 929.330
SAMUDERA
HINDIA
JTB 235.274 404.754 82.801 7.022 5.483 675 372 527 6.556
WPP
573 Tingkat
pemanf 0,91 0,73 0,96 1,36 1,36 0,54 1,05 0,64 1,40
aatan
Sumber: 47/Kepmen-KP/2016
Keterangan: E = Tingkat pemanfaatan(Effort)
Tabel 4.15. Potensi di WPP 573, MSY dan JTB Kabupaten Sumba Timur, Serta
Produksi dan Tingkat Pemanfaatan
Tabel 4.17. Musim Penangkapan Ikan Di TNP Laut Sawu Regional Sumba
Musim Penangkapan
No Jenis Ikan
Paceklik Sedang Puncak
1 Tembang Januari- April-September, Oktober-November
Maret Desember
2 Kembung Januari- April-Juli, November- Agustus-Oktober
Maret Desember
3 Tongkol Januari-April Juni-September Mei, Oktober-
November
4 Kakap merah Januari- Maret-Juli, Agustus-Oktober
Februari November-Desember
5 Cakalang Januari- April-Mei, Agustus- Juni-Juli, Oktober-
Maret September, November
Desember
6 Kerapu Januari- Maret-Juli, Agustus-Oktober
Februari November-Desember
Sumber: Hasil Survei 2017
Daerah penangkapan adalah lokasi tempat dimana terjadi operasi
penangkapan dilakukan. Daerah penangkapan ikan di wilayah perairan utara
dan timur Pulau Sumba berada di sepanjang pesisir pantai. Ikan pelagis kecil
seperti tembang, kembung, teri dapat dijumpai pada jarak kurang dari 4 mil
di perairan pesisir Pulau Sumba. Ikan pelagis besar seperti tongkol dan
cakalang banyak dijumpai pada perairan dengan jarak 4-12 mil dari pesisir
Pulau Sumba. Area perairan dari Tanjung Karoso mengarah ke timur sampai
Tanjung Sasar merupakan daerah potensial untuk menangkap jenis ikan
tembang, kembung, tongkol, cakalang, cendro, dan berbagai jenis ikan
Gambar 4.20. Dareah Penangkapan Ikan di TNP Laut Sawu Regional Sumba
8980000
PETA ADMINISTRASI KECAMATAN
KABUPATEN SUMBA TIMUR
1 2
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (NTT)
4
8960000
8960000
8 10
Skala 1:500000
0 10 Km
3 HAHARU
5 Laut Sawu
K er ja s a m a :
P e m er in ta h K a b up a ten Su m ba Ti m u r
9
P ro v i ns i N us a T eng g a r a T im u r (N TT )
de ng a n
6
Ba da n K o o rdi n as i S ur v ei d a n P e m et aa n N a s i o na l
(B A K O SU R T A N A L)
Kabupaten
11
Sumba Barat
8940000
8940000
120° 122° 124° 126° 128°
KANATANG
7
8°
8°
Nusa Tenggara Timur Tim or Ti m ur
15
Laut S awu
10°
Sum ba Ti mu r
KOTA WAINGAPU
KAMBERA
12 120° 122° 124° 126° 128°
8920000
8920000
14 19
13
PANDAWAI
LEW A TIDAHU
Keterangan:
KATALA HAMU LINGU KAMBATA MA PAMBUHANG
KAHAUNGU ETI
16 18
Jalan Nasional
Jalan Provinsi
UMALULU Jalan Kabupaten
21
Jalan Desa
8900000
8900000
Garis Pantai
TABUNDUNG 17 Sungai
Administrasi
MATAWAI LA PAW U RINDI
20
HAHARU
Lokasi Pabrik
KAHAUNGU ETI
PABERIW AI KAMBATA MAPAMBUHANG
KAMBERA
KANATANG
22
23
PINUPAHAR MAHU KARERA
8880000
8880000
31 28
KARERA LEWA TIDAHU
NGADU NGALA
24
MAHU
MATAWAI LA PAWU
Samudera Hindia NGADU NGALA
33
WULA W AIJELU NGGAHA ORI ANGU
25
PABERIWAI
36 PAHUNGA LODU
PANDAWAI
35 PINUPAHAR
8860000
8860000
RINDI
26
TABUNDUNG
37 34
UMALULU
WULA WAIJELU
32 30 27 Sumber data:
Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) 1:25.000
29
Data Daerah Bappeda Kabupaten Sumba Timur tahun 2009
140000 160000 180000 200000 220000 240000 260000
Tabel 4.21. Jumlah Target Produksi Perikanan Budidaya Tahun 2017 - 2021
( Lima Tahun )
No Kecamatan Komoditas Target Produksi Rumput Laut Kering (Ton)
2017 2018 2019 2020 2021
1 Pahunga Lodu Rumput Laut 2081,4 2185,4 2294,7 2409,5 2530,0
2 Wulla Waijelu Rumput Laut 1038,8 1090,7 1145,3 1202,6 1262,7
3 Karera Rumput Laut 11,0 11,6 12,2 12,8 13,5
4 Rindi Rumput Laut 308,7 324,2 340,4 357,4 375,3
5 Umalulu Rumput Laut 15,0 15,8 16,6 17,5 18,4
6 Pandawai Rumput Laut 11,9 12,5 13,1 13,8 14,5
7 Kambera Rumput Laut 5,9 6,2 6,5 6,8 7,2
8 Kanatang Rumput Laut 6,1 6,4 6,7 7,1 7,5
9 Haharu Rumput Laut 10,9 11,5 12,0 12,6 13,3
Total 3489,7 3664,3 3847,5 4040,1 4242,4
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumba Timur, Tahun 2017
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Sumba Timur, diolah 2016
Tabel 4.24. Produksi Ikan Air Tawar 5 Tahun Terakhir Kabupaten Sumba
Timur Tahun 2012 – 2016
T A H U N ( KG)
No Kecamatan
2012 2013 2014 2015 2016
1 Lewa 1444 1603 1782 1990 2200
2 Lewa Tidahu 1174 1304 1449 1620 1800
3 Kambera 1046 1163 1296 1540 1600
4 Katala Hamu 1903 2114 2349 2610 2900
Lingu
5 Matawai La 1254 1393 1548 1720 1800
pawu
6 Kahaungu Eti 1820 2022 2247 2530 2700
untuk biota laut, sehingga masih bagus dalam mendukung kehidupan biota lau.
Salinitas adalah konsentrasi total ion yang terdapat di perairan. Salinitas
menggambarkan padatan total dalam air, setelah semua karbonat dikonversi,
menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan oleh klorida, dan semua
Gambar 4.22. Peta Salinitas pada Perairan Kabupaten Sumba Timur (Sumber:
RZWP-3-K Kabupaten Sumba Timur, 2014)
Tabel 4.26. Sebaran Wilayah Potensial Tambak Garam dan Garam Rebus
No. Kecamatan Desa/Kelurahan LahanPotensial LahanProduksi
(Ha) (Ha)
Tambak Rebus
1 Kota Waingapu Kamalaputih 8 - 1
2 Pandawai Kawangu 16 7 1
3 Watumbaka 92 6 8
4 Palakahembi 35 0 2
5 Kadumbul 114 0 12
6 Umalulu Wanga 54 0 8
7 Patawang 28 0 6
8 Rindi Kayuri 25 6 16
9 Rindi 100 0 0
10 Tanaraing 112 0 1
11 Kanatang Temu 10 0 10
12 Haharu Kadahang 93 0 2
13 Rambangaru 10 0 3
14 Napu 20 0 0
15 WulaWaijelu Wula 50 0 0
16 Lainjanji 65 0 0
17 Hadakamali 30 0 0
18 PahungaLodu Palanggai 25 0 0
19 Kaliuda 5 0 0
20 Kabaru 50 0 0
21 Lambakara 20 0 0
22 Mburukulu 20 0 0
23 NgaduNgala Kakaha 30 0
24 Karera Praimadita 100 0
25 Tabundung Pinduhorani 15 0
Total 1111 19 70
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumba Timur, 2017
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 138
Luas lahan produksi 70 Ha yang tersebar di 11 (sebelas) kecamatan di
Kabupaten Sumba Timur, meliputi Kecamatan Kota Waingapu, Pandawai,
Umalulu, Rindi, kanatang, Haharu, Wulla Waijelu, Pahunga Lodu, Ngadu
Ngala, Karera, dan Tabundung, terdiri atas:
Kelompok BLM PUGAR Tambak 19 Ha
Kelompok BLM PUGAR Perebusan 26 Ha
Kelompok Non BLM PUGAR Perebusan 25 Ha
Lebih jauh lagi Kabupaten Sumba Timur, dengan kekayaan potensi
garam, maka pelung pengembangan akan diarahkan pada pengembangan
Artemia, namun untuk saat ini belum dilakukan. Potensi terbesar ada di
Kecamatan Pahunga Lodu dan Kecamatan Pandawai. Sudah puluhan tahun
petani garam di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur di produksi. Garam yang
dihasilkannya pun masih dalam bentuk butiran kristal, tetapi sudah
mengandung yodium. Proses pembuatan garam di kampung ini masih sangat
sederhana, dengan diperkerjakan oleh sanak saudara yang masih satu
keturunan. Letaknya tidak jauh dari jalan utama yang mengbungkan
Waingapu dan Pantai Bangi di sebelah Selatan. Jika musim kemarau
sepanjang jalan akan dihiasi dengan pemandangan batu karang dan gurun
pasir yang membentang.
Rumput Laut dari Petani Rumput Laut dari Gudang Raw Material Pembersihan Raw
(Dried Seaweed from Pengumpul/ Zona 2 Pabrik (Raw Materials Material (Raw Materials
Farmers) (Dried Seaweed Warehouse) Cleaning and Sorting)
Collectors)
4.2.5. Pariwisata
Kabupaten Sumba Timur memiliki kekayaan Budaya, Alam dan Bahari
yang sangat potensial, hal ini terlihat dari banyaknya turis mancanegara
yang telah mengenal dan memanfaatkan obyek-obyek wisata tersebut tanpa
memberikan kontribusi terhadap penerimaan daerah ini. Selain itu, untuk
wisata bahari, Kabupaten Sumba Timur telah melakukan event berskala
nasional berupa lomba pancing. Kegiatan ini diharapkan akan menarik minat
wisatawan untuk berkunjung ke Sumba Timur (RPJMD Kabupaten Sumba
Timur Tahun 2011-2015).
Obyek-obyek wisata yang berada di Kabupaten Sumba Timur adalah
sebagai berikut (RPJMD Kabupaten Sumba Timur Tahun 2011-2015) :
Perkampungan sentra tenun ikat Sumba di Prailiu dan Lambanapu.
Kolam Renang Matawai di Kota Waingapu.
Wisata pantai di Kalala, Walakari, Londalima, Watu Parunu,
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 143
Katundu, Waihungu, Puru Kambera, dan Tarimbang.
Perkampungan adat dan sentra tenun ikat di Praiyawang – Rindi dan
Pa’U Umalulu.
Perkampungan sentra tenun ikat di Kaliuda yang terkenal dengan
Kain Kaliuda, Kampung Pa’U dan Watu Puda dengan Kain
Pahikungnya.
Sentra Tenun Ikat di Kanatang dan Hambapraing.
Wisata Pantai dan Selancar di Tarimbang dan Pindu Hurani –
Tabundung dan Pantai Praibakul – Katala Hamu Lingu.
Wisata air terjun terdapat di Kecamatan Tabundung yaitu La Puti di
Desa Praingkareha, Waikanabu Desa Waikanabu, Lakulu Desa Pindu
Hurani, Kecamatan Kanatang yaitu air terjun Gunung Meja di Desa
Kuta, Kecamatan Kahangu Eti air terjun Kamanggih di Desa
Kamanggih, Kecamatan Paberiwai air terjun Hiru Manu Desa
Kananggar, Kambata Mapambuhang yaitu air terjun Waibara Desa
Mahu Bokul, La Kolat Desa Maidang.
Kawasan Taman Nasional Wanggameti-Laiwanggi yang meliputi
Kecamatan Tabundung, Pinu pahar dan Matawai La pawu serta
Kawasan Taman Nasional Tanadaru - Manupeu yang meliputi wilayah
Kabupaten Sumba Timur dan Kabupaten Sumba Tengah.
Perkampungan adat terdapat pada Kecamatan Haharu yaitu
perkampungan adat Wunga dan Rambangaru, Kecamatan Kanatang
yaitu perkampungan adat Prainatang, Kecamatan Kambera yaitu
perkampungan adat Prailiu, Kecamatan Pandawai yaitu
perkampungan adat Kawangu dan Watumbaka, Kecamatan Umalulu
yaitu perkampungan adat Tambahak dan Uma Bara, Kecamatan Rindi
yaitu Perkampungan adat Praiyawang, Kecamatan Tabundung yaitu
perkampungan adat Praibakul, Kecamatan Lewa yaitu perkampungan
adat Praikalitu dan Wundut, Kecamatan Pahunga Lodu
perkampungan adat Kaliuda.
Wisata pantai di Pulau Salura dan pulau Manggudu.
Wisata Goa alam di Paumbapa dan Goa alam Laiwanggi Desa
Praikareha Kecamatan Tabundung dan Goa Sarang Burung Walet di
Uma Manu Desa Uma Manu Kecamatan Lewa Tidas.
Situs Budaya yang dilindungi yaitu Situs Lambanapu dan Rumah adat
Kahawa, Rumah adat dan tenun ikat Palamarung di Kelurahan
Lambanapu Kecamatan Kambera, Rumah Adat Prainatang di Desa
Mondu Kecamatan Kanatang, Situs Oka Watu di Desa Lambakara
Kecamatan Pahunga Lodu, Rumah Adat Praing Wunga di Desa
Wunga Kecamatan Haharu, situs Hamuparengu di Desa Hambapraing
Kecamatan Kanatang, Rumah adat dan Kuburan Megalitik di
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 144
Praiyawang Desa Rindi Kecamatan Rindi, Kuburan Tempayan di
Kelurahan Lumbukore Kecamatan Umalulu, Rumah adat dan tenun
ikat Kaliuda di Desa Kaliuda Kecamatan Pahunga Lodu.
Dan masih banyak obyek wisata lainnya seperti Upacara Pemakaman,
Perkawinan, dan sanggar-sanggar seni yang belum dikemas sebagai salah
satu daya tarik wisata dan sumber penghasilan baik bagi masyarakat
maupun pemerintah daerah. Potensi Wisata Bahari di Kabupaten Sumba
Timur lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.27. Potensi Wisata Bahari di Kabupaten Sumba Timur
Jarak dari
No. Nama Objek Lokasi Desa Kecamatan
Kabupaten
1. Pantai Londalima Kuta Haharu 12 km
2. Pantai Puru Kambera Mondu Haharu 26 km
3. Pantai Kalala Hadakamali Wula waijilu 124 km
4. Pantai Watu Parunu Laijanji Wula waijilu 162 km
5. Pantai Waihungu Praimadita Karera 162 km
6. Pantai Katundu Praimadita Karera 166 km
7. Pantai Tarimbang Tarimbang Tabundung 115 km
8. Pantai Walakiri Watumbaka Pandawai 24 km
9. Pantai Tawui Tawui Pinu pahar 180 km
10. Pantai Salura Salura Karera 190 km
11. Pantai Mengkudu Mengkudu Karera 195 km
12. Pantai Pindu Hurani Pindu hurani Tabundung 140 km
13. Pantai Lailunggi Lailunggi Pinipahar 190 km
14. Pantai Kiriwei Umamanu Lewa tidas 65 km
15. Pantai Lakakadung Praibakul K.hamulingu 65 km
16. Pantai Mambang Praibakul K.hamulingu 65 km
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sumba Timur, 2014
Kunjungan wistawan di Kabupaten Sumba Timur dari tahun 2005
hingga 2013 menunjukkan adanya peningkatan tiap tahunnya. Data
kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara tahun 2010 sampai
dengan 2013 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Bukit Wairinding
Rumah Adat Rende
Konsumen
Pengolah Ikan
Lokal
Pemodal
Pasar Tradisional, Kec sekitar
Gambar 3.47. Eksisting Distribusi/Pemasaran Hasil Pengolahan Ikan (Ikan
Asin dan Ikan Asap) di Kabupaten Sumba Timur
Konsumen
Nelayan
Lokal
Pakalele/Pemodal
Kupang, Bali, Surabaya,
Jakarta
Gambar 4.28. Eksisting Distribusi/Pemasaran Hasil Perikanan (Ikan Segar) di
Kabupaten Sumba Timur
Koperasi Lokal
PT ASTIL
Kupang, Bali, Surabaya, Jakarta
Petani RL UD/CV
Dijual langsung
Eksport
Rumput laut kering Chips/ Raw Material Chips ATCC/ Raw Material
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumba Timur dan Hasil
Analisis, 2017
URAIAN TAHUN
2016 2017 2018 2019 2020
Pemanfaatan faktual 11.967 12.170 12.461 13.300 16.234
Penambahan Produksi (Ton) 291 839 1.500 2.934
% Penambahan 2,5 7 12,5 24
% Pengembangan 32.97 35.23 39.27 47.16
Total Produksi pengembangan (Ton) 12.256 13.097 14.598 17.526
Produksi per hari (Ton) 60 61 65 72 87
Penambahan jumlah Kapal (Unit) 45 58 67 70
Total jumlah kapal (Unit) 3.058 3.103 3.161 3.228 3.298
Penambahan Jumlah Nelayan 202 326 483 599
(Orang)
Jumlah Nelayan (orang) 3.092 3.294 3.620 4.103 4.702
Kebutuhan SDM Bersetifikat (orang) 43 109 161 200
Kebutuhan BBM (Penambahan) (KL) 1,4 2,4 3,4 4,6
Kebutuhan BBM (Total) (KL) 6 7,4 9,8 13 18
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Analisis kebutuhan menggunakan 3 scenario, yaitu scenario jangka
pendek (3 tahun), scenario hingga Tahun 2020, dan scenario jangka panjang
(Ultimate goal). Tahapan scenario pengembangan adalah sebagai berikut.
Produksi (Ton) Peningkatan 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Ikan Pelagis Besar NI 2400 2449 2368 2373 2.366 2.376 2.386 2.396 2.406
Gambar 4.36. Grafik Penambahan Nilai Produksi TTC dengan Non Intervensi
dan Intervensi SKPT (Juta Rupiah)
Kebutuhan BBM
Ukuran Jml Daya Waktu
Konst
Alat Penangkap Ikan Armada Kapal Mesin Melaut Per Per
anta Per hari Per tahun
(GT) (Unit) (PK) (Jam) bulan kapal/ha
(Liter) (Liter)
(Liter) ri (Liter)
Mini purse seine 20 7 120 6 0.12 605 2,096 6,768 86.4
Drift gillnet, payang 10 15 90 5 0.12 810 16,200 129,600 54.0
Gillnet 5 26 25 4 0.12 312 6,240 49,920 12.0
Longline 30 12 150 6 0.12 1296 25,920 207,360 108.0
Huhate 20 10 120 6 0.12 864 17,280 138,240 86.4
Pancing tonda dan 10 35 90 5 0.12 1890 37,800 302,400 54.0
pancing ulur
Pancing ulur 5 30 25 4 0.12 360 7,200 57,600 12.0
Rawai dasar ikan 10 23 90 4 0.12 994 19,872 158,976 43.2
demersal
Rawai dasar ikan karang 10 90 4 0.12
Trammelnet 5 6 25 4 0.12 72 1,440 11,520 12.0
Gillnet 5 2 25 4 0.12 24 480 3,840 12.0
Bubu 5 2 25 4 0.12 24 480 3,840 12.0
Bubu 5 2 25 4 0.12 24 480 3,840 12.0
Jaring cumi 10 90 6 0.12
170 990 66 2 7,274 145.488 1.163.904 504
(3) Kebutuhan Es
Penambahan jumlah kapal/armada juga akan menambah kebutuhan
penyediaan Es. Dengan mengetahui kebutuhan es harian, maka di peroleh
kebutuhan es per tahun, dengan asumsi kebutuhan es adalah 2x lipat dari
produksi harian. Untuk seluruh komoditas kebutuhan es rata-rata adalah 67
ton, penyediaan es sebanyak 80 ton. Untuk komoditas unggulan TTC, dengan
produksi rata-rata harian sebesar 32 ton, maka diperlukan penyediaan es
sebanyak 50 ton. Hal ini disesuaikan dengan kapasitas pabrik Es.
Tabel 4.37. Kebutuhan Es dengan Pengembangan SKPT
Produksi harian Tahun Rata-rata Kebutuhan Penyediaan
(Ton) 2017 2018 2019 produksi ideal es Es (Ton)
harian (Ton)
Seluruh komoditas 61 65 73 67 120 80
(Ton)
TTC (Ton) 30 32 35 32 60 50
Sumber: Hasil Analaisis, 2017
(4) Konsep Pengembangan Pelabuhan Perikanan
Untuk mencapai peningkatan produksi, diperlukan pengembangan
sarana-prasarana, yaitu pelabuhan perikanan. Kementerian Kelautan dan
Perikanan telah menetapkan klasifikasi pelabuhan perikanan menjadi 4
(empat) kelas: yaitu Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) atau tipe A atau
kelas I, Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) atau tipe B atau kelas II,
Pelabuhan Perikanan Pantai atau tipe C atau Kelas III, dan Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) atau tipe D atau kelas IV. Menurut Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan No. 08 Tahun 2012 Tentang kepelabuhan Perikanan,
dinyatakan bahwa untuk kualifikasi untuk Pelabuhan Perikanan Samudera
(PPS) adalah:
KEBUTUHAN
RTP (Org) 1943 2166 2400 2830 3410 4092 4910 5892 7071
Air (kubik/hari)
138.666 166.399 199.679 239.614
Gambar 4.43. Unit konstruksi budidaya rumput laut metode long line ukuran
3000 m2
Selain untuk budidaya rumput laut, sistem longline dan rakit ini bisa
digunakan untuk budidaya kerang mutiara atau kerang konsumsi lainnya.
Tambang dan rakit berfungsi sebagai tempat untuk menggantungkan
keranjang (basket) yang berisi biota akuakultur tersebut. Keranjang
digantungkan ke dalam air laut sedalam 2-5 m, dan biota budidaya di dalam
keranjang secara pasif menyaring plankton yang terdapat dalam badan
perairan tersebut.
Untuk peningkatan pasca panen rumput laut dalam bentuk Chip,
produksi perhari adalah sebesar 10 ton. Target produksi SKPT akan ditingkatan
sebesar 20 ton atau 100% dari produksi yang ada dengan meningkatkan
P.Tangkap
P.Budidaya (RL)
Perikanan Tangkap
Pemasaran Ikan Segar
Regional : Kupang, Bali, Surabaya, Jakarta
Eksport : Filipina, Australia, Jepang, Uni Eropa
Supplay : Kupang, Alor, Flores Timur, Sikka
Ikan tuna, ikan cakalang dan ikan tongkol memiliki nilai jual yang
tinggi. Perdagangan global ikan-ikan tersebut cenderung meningkat secara
kontinyu dari sekitar 0,6 juta ton pada tahun 1950 hingga mencapai lebih
dari 6 juta ton dalam beberapa tahun terakhir. Terdapat beberapa jenis ikan
tuna yang aktif diperdagangkan di pasar global. Jenis-jenis ikan tersebut
ditangkap di berbagai lokasi di dunia, diperdagangkan dan dikonsumsi.
Sebagian besar ikan tuna ditangkap di Samudera Pasifik (70,5%), Samudera
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 187
Hindia (19,5%) dan Samudera Atlantik serta Laut Tengah (10%). Perkiraan
kontribusi masing-masing spesies tersebut terhadap terhadap total hasil
tangkap secara global adalah: ikan tuna albakora 5,9%, ikan tuna sirip biru <
1%, ikan tuna mata besar 8,2%, ikan tuna sirip biru Selatan < 1%, ikan
cakalang 58,1%, dan ikan madidihang 26,8%.
Negara-negara yang paling banyak mengkonsumsi ikan tuna, ikan
cakalang dan ikan tongkol, baik dalam bentuk segar, beku dan kalengan dan
sekaligus merupakan negara-negara pengimpor adalah Jepang, Amerika
Serikat, Cina, Korea Selatan, Perancis, Inggris, Italia, Hongkong, Singapura
dan Malaysia. Sebaliknya, negara-negara produsen utama ikan-ikan tersebut
adalah Indonesia, Thailand, Filipina, Vietnam, Spanyol, Maldives, Srilanka,
Vanuatu, Fiji, Mexico dan Ecuador.
Rumput Laut
Ekspor rumput laut Indonesia saat ini terfokus pada dua jenis, yakni
Gracilaria sp. dan Euchema Cottonii. Produk olahan (bahan baku) Gracilaria
berupa agar-agar, sedangkan Euchema Cottonii berupa karagenan
(carrageenan). Indonesia menurut rilis yang dikeluarkan FAO (2015)
menempati urutan pertama dunia sebagai produsen E. cottonii, disusul
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 188
Philpina, dan untuk rumput laut jenis Gracilaria sp., Indonesia menempati
urutan kedua setelah China.
Indonesia diharapkan bisa memiliki daya saing dan menguasai pasar
internasional rumput laut, terutama di negara utama importir ditambah
beberapa negara importir lainnya seperti Perancis, Korea Selatan dan
Taiwan. Seiring dengan itu, eksport rumput laut Indonesia mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Data yang dirilis KKP dan UN Comtrade (2014)
menyebutkan sampai Tahun 2013 jumlah ekspor Indonesia ke sejumlah
negara importir tercatat sebanyak 183.075 ribu ton, mengalami peningkatan
rata-rata 18 persen lebih per tahunnya. China menjadi negara dengan tujuan
ekspor terbesar dengan pasokan mencapai 68,25 persen. Sementara
pemenuhan kebutuhan negara-negara importir rumput laut terbesar lainnya,
seperti USA, Prancis dan Korea Selatan relatif masih rendah.
Tabel 4.40. Perkembangan Ekspor dan Negara Tujuan Ekspor Rumput Laut
Indonesia
Volume Ekspor Per Tahun (Ton) Persentase
Negara
No Tahun
Tujuan Ekpor 2009 2010 2011 2012 2013 2013
1 China 51.086 72.213 86.385 90.376 124.954 68,25%
2 Philipina 6.701 12.512 12.267 12.306 10.867 5,94%
3 Chili 1.425 2.946 5.359 5.782 7.611 4,16%
4 Korea Selatan 5.019 3.056 9.325 5.587 3.958 2,16%
5 Hongkong 2.323 5.252 2.801 2.177 2.874 1,57%
6 Prancis 3.058 2.211 3.276 1.022 2.299 1,26%
7 USA 1.764 1.584 4.564 2.512 1.564 0,85%
8 Vietnam 13.991 15.232 12.263 5.023 1.235 0,67%
9 Negara lainnya 8.836 8.069 22.835 49.226 27.740 15,15%
Volume Ekspor 4.003 123.075 159.075 174.001 183.075 100%
Sumber: KKP, 2014; UN Comtrade, 2014 (Diolah)
Kebutuhan global rumput laut olah jenis E. Cottonii (karagenan)
sebesar 236.000 ton kering per tahun yang baru dipenuhi 145.000 ton. Untuk
jenis Gracilaria sp. kebutuhannya sebesar 96.000 ton dan baru bisa
diproduksi 48.500 ton kering pertahun (KKP, 2015). Hal ini mengindikasikan
sekitar 50 persen kebutuhan global untuk kedua jenis rumput laut dipasok
oleh Indonesia. Meski demikian, rumput laut yang diekspor Indonesia masih
dalam bentuk bahan mentah (kering) dan belum menjadi produk olahan,
dalam bentuk karagenan maupun agar-agar dengan harga dan nilai ekonomis
yang lebih tinggi.
Pengembangan sentra kelautan dan perikanan di pulau-pulau kecil,
tidak dapat hanya mengandalkan pasar lokal, namun perlu pengembangan
Tabel 4.41. Proyeksi Suplai dan Permintaan Ikan Dunia Tahun 2030 (Dalam
Satuan 1.000 ton)
Total Produksi Ikan Konsumsi per Kapita
Uraian Proyeksi Proyeksi
Data 2008 Data 2006
2030 2030
Perikanan 89,443 93,229 64,533 58,159
Tangkap
Perikanan 52,843 93,612 47,164 93,612
Budidaya
Total 142,285 186,842 111,697 151,771
Sumber: FAO, 2013.
Sebagai gambaran penduduk dunia mengalami pertumbuhan
populasi, jumlah penduduk dunia saat ini berkisar 7,3 miliar jiwa. Menurut
laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa yang diterbitkan 29 juli 2015,
penduduk dunia diproyeksikan akan mencapai 8,5 miliar jiwa pada tahun
2030; 9,7 miliar jiwa pada tahun 2050 dan 11,2 miliar jiwa pada tahun 2100.
Pertumbuhan penduduk dari tahun 2015-2030 diperkiran mencapai 0,7%.
Namun, produksi perikanan tangkap dunia justru mengalami pelambatan
pertumbuhan produksi, yaitu sebesar 0,18%, sedangkan produksi budidaya
perikanan justru mengalami pertumbuhan yang lebih agresif, yaitu sebesar
2%. Oleh karena itu, diprediksikan bahwa suplai perikanan tangkap akan
tergantikan oleh suplai perikanan budidaya dalam memenuhi kebutuhan
akan ikan, baik untuk pangan ataupun non pangan di dunia.
Tabel 4.43. Nilai Ekspor Hasil Perikanan Indonesia Menurut Negara Tujuan
Nilai/value (US$1000)
Negara tujuan
2008 2009 2010 2011 2012
Jepang 616.732 617.775 691.749 806.060 842.118
China 100.403 97.036 150.371 220.998 284.664
Hongkong 86.017 89.476 118.775 92.680 98.181
Malaysia 62.760 58.432 60.860 77.444 93.524
Korea selatan 62.010 51.851 50.299 70.478 68.206
Filipina 30.626 10.231 21.490 15.745 18.180
Sumber : Kelautan dan Perikanan dalam Angka, 2013.
Komoditas ekspor hasil perikanan Indonesia terbesar adalah udang.
kenaikan volume ekspor komoditas udang rata-rata pada tahun 2008-2012
adalah sebesar -0,98%. Hal ini menandakan bahwa volume ekspor udang
mengalami penurunan. Negara tujuan ekspor udang terbesar adalah Amerika
Serikat (tahun 2013), yaitu sebesar 49%. Kenaikan rata-rata volume ekspor
komoditas TTC dari tahun 2008-2013 adalah 12,98%. TTC merupakan
komposisi utama yang diekspor ke negara UE sebesar 16%. Volume ekspor
hasil perikanan indonesia pada negara UE tahun 2013 mengalami penurunan
sebesar 10,57%, sedangkan nilai ekspor terjadi peningkatan sebesar 12,49%.
Tabel 4.44. Volume dan Nilai Ekspor Hasil Perikanan Menurut Komoditas
Utama
Tahun Kenaikan Rata-rata (%)
Rincian
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2008-2012 2011-2012
Volume (Ton) 911.674 881.413 1.103.576 1.159.349 1.229.114 621.223 8,24 6,02
Udang 170.583 150.989 145.092 158.062 162.068 81.906 -0,98 2,53
Tuna, Cklang, Tngkol 130.056 131.550 122.450 141.774 201.160 205.206 12,98 41,89
Ikan lainnya 424.401 430.513 622.932 621.632 538.723 269.567 8,15 -13,34
Kepiting 20.713 18.673 21.537 23.089 28.212 19.786 8,72 22,19
Lainnya 165.923 149.688 191.564 214.793 298.952 144.858 17,37 39,18
Nilai(US$1.000) 2.699.683 2.466.202 2.863.831 3.521.091 3.853.658 1.973.432 9,97 9,44
Udang 1.165.293 1.007.481 1.056.399 1.309.674 1.304.149 723.604 3,72 -0,42
Tuna, Cklang, Tngkol 347.189 352.300 383.230 498.591 749.992 398.353 22,69 50,42
Ikan lainnya 734.392 723.523 898.039 1.100.576 965.062 418.625 8,22 -12,31
Kepiting 214.319 159.993 208.424 262.321 329.724 198.060 14,39 25,69
Lainnya 238.490 225.904 317.738 349.930 504.730 234.791 22,44 44,24
Sedangkan untuk rumput laut, demand dan supplay bisa diperoleh dari
Kabupaten Alor, Kabupaten Kupang, Kabupaten Flores Timur, Kabupaten
Sikka, Kabupaten Rote Ndao, dan Sabu. Peningkatan target produksi 20 ton,
diperoleh dari Sumba Timur sendiri dan kekuranganya disupplay dari
Kab/Kota lain. Kabupaten Kupang adalah penyumbang terbesar produksi
rumput laut di NTT, sebesar 63%.
1. Tuna Rp.30.000 – Rp. 50.000 Rp.25.000 – Rp. 40.000 Rp.25.000 – Rp. 50.000
2. Tongkol Rp.20.000 – Rp. 30.000 Rp.15.000 – Rp. 25.000 Rp.20.000 – Rp. 30.000
3. Cakalang Rp.25.000 – Rp. 30.000 Rp.25.000 – Rp. 30.000 Rp.20.000 – Rp. 35.000
4.2.11. Kelembagaan
Tabel 4.49. Kebutuhan Listrik, Air Bersih dan BBM Untuk Pengambangan
SKPT
Kebutu Kebutu Lokasi
Kegiatan Kebutuhan han
No han Desa/ Kecamatan Titik Koordinat
Pembangunan Air Bersih BBM
Listrik Kelurahan
1 PPI Nangamesi 300 125 8 Kamalaputi Kota X: 9o38’40.12S
KVA m3/hari KL/hari Waingapu Y: 120o15’45.24T
(Debit 1,45
l/dt)
2 Gudang Pabrik 200 30 m3/hari Lembakara Pahunga X: 9o42’46.47S
Rumput Laut KVA (debit 0,34 Lodu Y: 119o51’57.74T
l/dt)
3 BBI Lewa 3,3 KVA Lewa Paku Lewa X: 9o40’25.23S
Y: 120o13’44.69T
4 Pabrik Es KM7 131 Kambajawa Kota X: 10o06’22.76S
KVA Waingapu Y: 120o46’11.35T
Sumber: Hasil Analisis Diolah, 2017
3 Panjang dermaga dan >300 m dan >3 m 150-300 m dan 100-150 m dan 50-100 m dan >2
Kedalaman kolam >3 m >2 m m
2. Pengusahaan, meliputi
- pelayanan tambat dan labuh kapal perikanan
- pelayanan bongkar muat ikan
- pelayanan pengolahan hasil perikanan
- pemasaran dan distribusi ikan
- pemanfaatan fasilitas dan lahan di pelabuhan perikanan
- pelayanan perbaikan dan pemeliharaan kapal perikanan
- pelayanan logistik dan perbekalan kapal perikanan
- wisata bahari
- penyediaan dan/atau pelayanan jasa lainnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
1) Fasilitas pokok
- penahan gelombang (breakwater), turap (revetment), dan groin
- dermaga
- jetty
- kolam pelabuhan
- alur pelayaran
- jalan komplek dan drainase
- lahan
2) Fasilitas fungsional
- Tempat Pemasaran Ikan (TPI)
- navigasi pelayaran dan komunikasi seperti telepon, internet,
radio komunikasi, rambu-rambu, lampu suar, dan menara
pengawas
- air bersih, instalasi Bahan Bakar Minyak (BBM), es, dan instalasi
listrik
- tempat pemeliharaan kapal dan alat penangkapan ikan seperti
dock/slipway, bengkel dan tempat perbaikan jarring
- tempat penanganan dan pengolahan hasil perikanan seperti
transit sheed dan laboratorium pembinaan mutu
- perkantoran seperti kantor administrasi pelabuhan, pos
pelayanan terpadu, dan perbankan
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 206
- transportasi seperti alat-alat angkut ikanh. kebersihan dan
pengolahan limbah seperti Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL), Tempat Pembuangan Sementara (TPS)
- pengamanan kawasan seperti pagar kawasan
3) Fasilitas penunjang
- balai pertemuan nelayan
- mess operator
- wisma nelayan
- fasilitas sosial dan umum seperti tempat peribadatan dan Mandi
Cuci Kakus (MCK)
- pertokoan
- pos jaga.
Kampung Bugis
Kampung Bugis adalah perkampungan nelayan eksisting di Waingapu,
dengan jarak kurang lebih 400 meter dari rencana gerbang SKPT.
Kampung ini disebut Kampung Bugis karena sebagian besar nelayan
yang tinggal pada kawasan ini adalah warga keturunan suku Bugis. Pada
bagian utara Kampung Bugis, terdapat jaringan jalan untuk mengakses
pelabuhan yang berbatasan langsung dengan hutan bakau dan laut
(Gambar A dan C). Orientasi bangunan pada Kampung Bugis ini
menghadap ke laut, merespon mata pencaharian warganya yang melaut
untuk mencari ikan.
Metoda penangkapan ikan yang dilakukan oleh warga pada kampung ini
beragam, mulai dari berjalan kaki ke tengah laut dangkal, menggunakan
perahu kayuh, perahu dengan motor tempel, kapal < 5 GT, hingga kapal
besar dengan kapasitas 5-10 GT maupun > 10 GT. Bagi nelayan yang
berjalan maupun dengan perahu-perahu kecil, proses melaut lebih
singkat, dengan perahu yang didaratkan di sekitar perkampungan
(Gambar D) dan tanpa perbekalan yang berarti, frekuensi keberangkatan
melaut dapat dilakukan hingga 2-3 kali sehari. Sedangkan bagi kapal-
kapal besar, proses melaut diawali dengan membawa bahan bakar yang
berada pada bagian ujung perkampungan ini, yaitu pada SPDN (Solar
Packed Dealer Nelayan) dengan kapasitas 8000 liter per minggu
Pelabuhan PELINDO
Pelabuhan PELINDO adalah pelabuhan yang dikelola oleh PELINDO dan
merupakan salah satu dari tiga pelabuhan yang digunakan oleh
masyarakat Sumba Timur, baik sebagai pelabuhan pengiriman barang,
pelabuhan rakyat, serta pelabuhan perikanan dengan kapal > 10 GT.
Meskipun begitu, banyak kapal-kapal di bawah 10 GT yang parkir di
sekitar pelabuhan (Gambar E) dikarenakan telah terintegrasinya
beberapa kegiatan pada kawasan pelabuhan ini. Selain mengakomodir
kegiatan transportasi, kegiatan yang diakomodir secara tidak langsung
oleh pelabuhan ini adalah kegiatan perdagangan, kegiatan sosial
masyarakat, dan kegiatan pendukung perikanan.
2
1 2
3 4
5 6
7 3 4
7
8
5
9
10
6
Gambar 4.65. Konsep Pengaturan Bentuk Dan Ruang Yang Efisien dan
Walkable
30 – Rumah susun
Tabel 4.53. Komponen Pembangunan Sarana Dan Prasaran Pada Tahun 2017
No Komponen
Pembangunan Sarana Dimensi Vol Satuan Kapasitas
Prasarana
1 Dermaga 25 m x 5 m 125 m2 10 kapal
2 Causeway 143 m x 1,5 m 214.5 m2 -
3 Deck 20 m x 12 m 240 m2 -
4 Penyediaan Kapal 3 GT - 30 buah ABK 2 orang
5 Penyediaan Kapal 5 GT - 10 buah ABK 3-4 orang
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
No Komponen
Pembangunan Sarana Dimensi Vol Satuan Kapasitas
Prasarana
1 Reklamasi jalan 1022 m x 18
penghubung m 150 m2 2 x 8 kL
2 Perluasan area kuliner 35 m x 7 m 245 m2 90 pengunjung, 14
kios makanan
3 Perluasan pasar 40 m x 6 m 240 m2 28 kios ukuran 2x2
4 Area komersial 102 m x 17 m 1734 m2 40 kios ukuran 4x6
5 Perluasan parkir 92 m x 22 m 2024 m2 50 mobil, 17 motor
6 Unit Pengolahan Ikan 36 m x 20 m 4 unit -
7 Jaringan jalan sekunder 300 m x 12 m 3600 m2 -
8 Bengkel dan docking
42 m x 60 m
kapal 2520 m2 10 kapal
9 Mess nelayan tambahan 15 m x 7 m 3 unit 30 orang
10 Cold storage tambahan 6 m x 12 m 72 m2 50 ton
11 Rumah susun 20 m x 30 m 600 m2 56 KK
12 Pelebaran akses masuk 2 115 m x 18 m 2070 m2 -
PT. Algae Sumba Timur Lestari (ASTIL) selaku BUMD penolah rumput
laut terbesar di Sumba Timur menjadi salah satu pemangku kepentingan
yang dipertimbangkan dalam perancangan kawasan budidaya rumput laut di
Pahunga Lodu. Adapun flow of activity PT. ASTIL selaku produsen hasil
pengolahan rumput laut berupa chip adalah sebagai berikut:
Keterangan:
1 – Lantai jemur 8 – Bengkel peralatan 15 – Koperasi pegawai
F. Konsep Sirkulasi
masyarakat.
Tahap Operasi
Pengolahan iakn Bantuan saran prasarana 1 paket 2.000 Kondisi yang KKP,
masih bersifat pengolahan diharapkan: Kperdgg,
tradisonal (skala Pelatihan teknologi 1 paket 200 - Meningkatkan nilai Pemda,
rumah tangga) pegolahan hasil jual produk hasil Swasta
perikanan pengolahan ikan,
Jumlah pengolah Pelatihan HACCP 1 paket 200 serta memicu
masih sangat Pengadaan Sarana 1paket 3.000 pertumbuhan unit
sedikit Operasional Percontohan usaha baru
Pengolahan Ikan -
Teknologi Pembentukan koperasi 1 paket 1.000 Outcome:
pengolahan pengolah - Meningkatkan
masih sangat Pemberian batuan modal 1 paket 2.000 pendapatan
rendah pengolah ikan
- Meningkatnya
Pengolahan hasil kualitas,
perikanan baru standarisasi
ikan asin dan produk perikanan,
ikan asap inovasi dan
jaminan mutu serta
Hasil pengolahan daya saing pasar
baru dijual lokal
belum eksport
TOTAL 3 5400 3000
KLASTER PEMASARAN
Pemasaran baik Pengembangan pasar 1 paket 500 Kondisi yang KKP, Pemda,
lokal maupun ikan diharapkan: Swasta
eksport masih Promosi hasil perikanan 1 paket 100 - Kemudahan KKP,
sedikit Kabupaten Sumba Timur pendistribusian Kperdgg,
Bantuan Mobil Coolbox 1 paket 100 Pemda,
Pemasaran hasil Outcome: Swasta
perikanan belum - Meningkatnya
KLASTER PARIWISATA
Merupakan Pengadaan Speedboat 6 paket 2 paket 500 2 paket 500 2 paket 500 Kondisi yang KKP, Pemda,
wilayah Patroli (Di PPI diharapkan: Swasta,
perbatasan dan Nangamesi) Meningkatkan
terdapat PPKT Pengadaan Mobil Dianggarkan kondisi keamanan
Karantina Ikan pada Tahap dan keselamatan di
Hanya terdapat 2 Ultimate goal lokasi SKPT
unit Pos Pembangunan Balai Dianggarkan
Pengawasan dan Karantina Ikan pada Tahap Outcome:
Pemantau, yakni Ultimate goal Menjaga kualitas dan
di Pulau Revitalisasi Pos Dianggarkan kuantitas
Mangudu dan Pengawasan pada Tahap sumberdaya
Napu Ultimate goal perikanan, serta
meminimalisir
Masih banyak terjadinya
terjadi IUndang- perdagangan hasil
Undang dan perikanan secara
destructive ilegal
fishing di
perairan Sumba
Timur
Kurangnya Pelatihan Sertifikasi 1 paket 100 1 paket 100 1 paket 100 Kondisi yang KKP, Pemda,
kualitas SDM Nelayan diharapkan: Swasta,
masyarakat Pelatihan CBIB 1 paket 150 1 paket 150 1 paket 150 - Meningkatkan
perikanan di Penyuluhan dan 1 paket 100 kemampuan dan
bidang perikanan Pembentukan kualitas nelayan,
tangkap, Kelembagaan Nelayan pembudidaya,
budidaya, Tangkap Penerima pengolah
pengolahan, Bantuan perikanan, dalam
serta Penyuluhan dan 1 paket 50 1 paket 50 menghasilkan KKP,
pengawasan Pembentukan roduk perikanan Kperdgg,
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari rencana Pengembangan Sentra Kelautan dan
Perikanan Terpadu di Kabupaten Sumba Timur, antara lain:
1. Kabupaten Sumba Timur layak untuk dikembangkan menjadi SKPT, dengan
komoditas utama adalah perikanan tangkap (Tuna Tongkol Cakalang/TTC),
dan perikanan budidaya (Rumput Laut dari jenis Eucheuma Cottonii),
dengan fokus lokasi pengembangan SKPT, yaitu di PPI Nangamesi,
Kecamatan Kota Waingapu dan lokasi budidaya rumput laut di Kecamatan
Pahunga Lodu sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, didukung
dengan lahan bersertifikat seluas 5,2 Ha dan 4 Ha. Lokasi pelabuhan berada
di lahan/tanah milik Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Timur
(Sertifikat terlampir), dimana lokasi tersebut telah sesuai peruntukkannya
baik dengan dokumen RTRW Provinsi NTT Tahun 2006-2026, RTRW
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2008-2028 dan RDTR Kabupaten Sumba
Timur Tahun 2015-2035 (Review), Masterplan PPI Nangamesi Tahun 2015
dan Masterplan Minapolitan Rumput Laut tahun 2011, Surat Kepala
Bappeda Kabupaten Sumba Timur No.Bap.021.10/3370/XII/2016 tentang
Penegasan Lokasi sesuai RTRW dan Surat Bupati Sumba Timur
No.DKP.523/794/V/2017 tentang Lokasi SKPT.
2. Perairan Sumba Timur berada di WPP NRI 573, dengan MSY Kabupaten
Sumba Timur sebesar 46.466,5 ton, JTB sebesar 37.173,2 ton, pemanfaatan
sebesar 11.712,3 ton (32 %). Scenario pengembangan perikanan tangkap
pada Tahun 2017 sebesar 12.256 ton (33%), Tahun 2018 sebesar 13.092
ton (35%), dan Tahun 2019 15.592 ton (40%), hingga Tahun 2020 sebesar
17.526 (47%). Selama 3 tahun, kebutuhan kapal 170 unit dan 1.011 nelayan.
Tahun 2017, dibutuhkan kapal sebanyak 45 unit dan 202 nelayan, dengan
kebutuhan BBM 8KL, es seluruh komoditas 80 ton dan TTC 50 ton. Target
produksi harian untuk seluruh komoditas adalah 67 ton dan TTC 32 ton.
Peningkatan ikan pelagis besar (TTC) masih moderate, hal berarti upaya
penangkapan masih bisa ditambah dengan intervensi kapal 5GT, 10GT, 20
GT, dan 30GT, dengan alat tangkap pancing tonda dan ulur, longline, serta
huhate.
3. Scenario pengembangan perikanan budidaya (rumput laut) selama 3 tahun
(Tahun 2017-2019) adalah 20%/th, produksinya rata-rata 4.807 ton,
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 252
kebutuhan lahan 228 Ha. Pada Tahun 2017, kebutuhan lahan 79 Ha, jumlah
kelompok 546, jumlah pertahun 1.091, rumah ikat 546, para-para 5.460 dan
air 138.666 kubik. Pengembangan produksi budidaya rumput laut dari
sistem permukaan menjadi sistem lepas dasar, dengan peningkatan
pengadaan bibit, dan sarana pendukung yaitu perahu, rumah ikat, tali dan para-
para. Target pengembangan produksi pasca panen SKPT akan ditingkatan
menjadi 20 ton atau 100% dari produksi yang ada dengan meningkatkan
teknologi budidaya, penanganan rumput laut yang baik, peningkatan sarana
prasarana pendukung seperti gudang rumput laut dan lantai jemur, serta
peningkatan jenis dan kualitas pasca produksi yaitu jenis ATC Cottonii yang
berbentuk kepingan (Chips), dan RC dan SRC dalam bentuk tepung beserta
olahan lanjutan.
6.2. Rekomendasi
Berdasarkan hasil kajian, berikut beberapa rekomendasi yang dapat
diaplikasikan dalam SKPT di Kabupaten Sumba Timur.
1. Dalam upaya peningkapat produksi perikanan tangkap, perlu segera
dibangun tambat labuh kapal penangkapan ikan dan pembangunan PPI
Nangamesi, termasuk fasilitas dasar listrik, air bersih, dan BBM serta
fasilitas pendukung lainnya agar potensi SDI dapat dimanfaatkan secara
optimal.
2. Peningkatan SDM yang berkualitas di bidang perikanan tangkap dan
budidaya, terutama dengan cara merubah budaya melaut, yaitu melalui
pelatihan-pelatihan dan perlu dibangunnya unit SKPT di daerah.
3. Perluasan perluasan jaringan melalui TOL Laut, yaitu konektivitas suplay
dan demand termasuk pemasaran hasil perikanan baik lokal, regional,
maupun internasional. Konektivitas lokal dengan adanya sentra-sentra
nelayan di 15 kecamatan pesisir, 3 sentra pengumpul di Kec.Karera,
Kec.Pahunga Lodu, dan Kec.Kota Waingapu, serta sentra utama di PPI
Nangamesi, Kec.Kota Waingapu. Konektivitas regional ke Kupang, Rote,
Pulau Sabu, Bali, Surabaya, Jakarta, Lombok. Dan konektivitas internasional
ke Filipina, Australia, Amerika, Cina, Jepang, dan Uni Eropa.
4. Perlu adanya patroli terpadu dari pihak terkait seperti TNI AL, POLAIRUD,
Kementerian Kelautan dan Perikanan sehingga mencegah terjadinya IUU
dan Destructive Fishing di daerah perbatasan, khususnya di wilayah
Kabupaten Sumba Timur.
5. Perlunya pembangunan secara terintegrasi lintas sektor, baik pusat maupun
daerah dan swasta/investor.
6. Perlu disusun Bisnisplan SKPT untuk mengetahui kelayakan investasi dan
valuasi ekonomi SKPT.
7. Perlu disusun DED dan FS untuk PPI Nangamesi, terutama DED untuk
tambat labuh kapal dan lokasi gudang rumput laut.
LAMPIRAN
FOTO PERTEMUAN
Cek Lokasi Pembangunan Gudang Pabrik Berfoto bersama jajaran DKP Kabupaten
Rumput Laut Sumba Timur