Anda di halaman 1dari 266

JUDUL

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 1


SAMBUTAN

Indonesia adalah negara kepulauan, terbentang


dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga ke
Pulau Rote, yang terbentuk dari ribuan pulau besar dan
kecil, serta terhubung oleh berbagai selat dan
laut. Saat ini pulau yang terdaftar dan berkoordinat
berjumlah 13.466 pulau. (Kementerian Kelautan dan
Perikanan, 2016). Pulau-pulau kecil memiliki potensi
sebagai penyedia sumber daya alam yang produktif
untuk dapat dikembangkan misalnya terumbu karang,
padang lamun (sea grass), hutan mangrove, perikanan, budidaya, dan
kawasan konservasi serta menjadi faktor penting dalam menggerakkan
pariwisata bahari.
Kawasan perbatasan memiliki nilai strategis bagi suatu negara dalam
mendukung keberhasilan pembangunan, hal tersebut dikarenakan kawasan
perbatasan merupakan representatif nilai kedaulatan suatu negara, bermula
dari kawasan perbatasan akan mendorong perkembangan ekonomi, sosial
budaya dan kegiatan masyarakat lainnya yang akan saling mempengaruhi
antara negara, sehingga berdampak pada strategi keamanan dan pertahanan
negara.
Dalam rangka percepatan Industri Perikanan Nasional, Kementerian
Kelautan dan Perikanan melakukan akselerasi yang terfokus pada
perlindungan nelayan, pembudidayaan ikan, pengolahan dan pemasaran
hasil perikanan, serta penambak garam. Untuk mencapai target itu, yaitu
salah satunya dengan melakukan pembangunan Sentra Kelautan dan
Perikanan Terpadu (SKPT) di pulau-pulau terluar. Hal ini sesuai dengan misi
KKP, yaitu sovereignty (kedaulatan), sustainability resources (keberlanjutan
sumber daya), dan prosperity (kesejahteraan).
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menetapkan lokasi
pembangunan SKPT di pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan melalui
Keputusan Menteri (Kepmen) No. 51 Tahun 2016 tentang Penetapan Lokasi
Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-Pulau Kecil
dan Kawasan Perbatasan. Salah satu lokasi SKPT yang dilaksanakan
pembangunannya pada Tahun 2017, yaitu Kabupaten Sumba Timur dengan
penekanan pada pembangunan sarana dan prasarana penunjang serta sistem
pengelolaan sumber daya perikanan, yang tidak hanya bertumpu pada
penguatan sektor hilir (pengolahan), tetapi juga pada sektor hulu
(penyediaan bahan baku perikanan). Program SKPT diharapkan akan
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 2
meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas dalam pemanfaatan sumber
daya kelautan dan perikanan dengan pasar. Program SKPT ini mengarah
pada optimalisasi usaha penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, usaha
tambak garam, serta pengolahan dan pemasaran hasil perikanan, sehingga
pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan akan mendapatkan
keuntungan ekonomi (margin ekonomi) yang tinggi. Pada gilirannya akan
meningkatkan kesejahteraan pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan
perikanan khususnya di pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan.
Diharapkan dari program ini, adanya penataan ruang dan upaya
peningkatan nilai tambah ekonomi kegiatan pengembangan kawasan
kelautan dan perikanan terintegrasi dengan melakukan perencanaan,
pengembangan/peningkatan dan/atau perbaikan mulai dari proses produksi
(baik perikanan tangkap dan perikanan budidaya), pengolahan, hingga
pemasaran (darat, laut, udara), serta infrastruktur pendukungnya.
Kegiatan Penyusunan Masterplan SKPT Kabupaten Sumba Timur
sangat berperan penting sebagai acuan pembangunan kelautan dan
perikanan terintegrasi dalam rangka memajukan dan mensejahterakan
masyarakat pulau-pulau kecil terluar khususnya masyarakat di wilayah
Kabupaten Sumba Timur.

Jakarta, Juni 2017

Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 3


KATA PENGANTAR

Kabupaten Sumba Timur memiliki wilayah


seluas 7.000,5 Km², dengan wilayah laut seluas
8.373,53 Km² dan panjang garis pantai 433,6 Km.
Secara administratif terdiri dari 22 buah Kecamatan
dan 156 buah Desa/Kelurahan, dengan jumlah
kecamatan pesisir sebesar 15 kecamatan. Dengan
demikian sebagian besar penduduk Kabupaten Sumba
Timur tinggal di wilayah pesisir. Secara geografis,
Kabupaten Sumba Timur berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang
berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste dan Australia. Kondisi
tersebut sangat mendukung Kabupaten Sumba Timur untuk menjadi salah
satu lokasi Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT).
SKPT merupakan konsep pembangunan kelautan dan perikanan
berbasis wilayah dengan pendekatan dan sistem manajemen kawasan
dengan prinsip: integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi tinggi. Tujuan dari
SKPT adalah membangun dan mengintegrasikan proses bisnis kelautan dan
perikanan berbasis masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan
sumberdaya kelautan dan perikanan di pulau-pulau kecil dan/atau kawasan
perbatasan secara berkelanjutan. Dalam rangka mendukung program
tersebut diperlukan perencanaan yang mumpuni yang diterjemahkan dalam
Masterplan SKPT.
Kegiatan Penyusunan Masterplan SKPT Kabupaten Sumba Timur
sangat berperan penting sebagai acuan pembangunan kelautan dan
perikanan terintegrasi dalam rangka memajukan dan mensejahterakan
masyarakat pulau-pulau kecil terluar. Masterplan SKPT ini merupakan
gambaran mengenai potensi yang ada di Kabupaten Sumba Timur yang dapat
dikembangkan, serta memuat rencana pengembangan untuk jangka pendek 3
(tiga) tahun dan jangka panjang (Ultimate goal) untuk 20 (duapuluh) tahun.
Buku ini memberikan gambaran kepada para investor untuk melakukan
pengembangan di Kabupaten Sumba Timur. Semoga buku ini bisa
memberikan manfaat besar bagi kemajuan dan meningkatkan daya saing
bangsa dalam menghadapi berbagai tantangan, serta secara umum bagi
upaya nasional secara berkelanjutan menuju terwujudnya Indonesia yang
maju, adil-makmur, dan mandiri.
Jakarta, Juni 2017

Direktur Perencanaan Ruang Laut

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 4


MASTERPLAN
SENTRA KELAUTAN DAN PERIKANAN TERPADU (SKPT)
KABUPATEN SUMBA TIMUR

Pengarah :
Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan
Brahmantya Satyamurti Poerwadi, Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut
Slamet Soebjakto, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya

Penanggung Jawab :
Suharyanto, Direktur Perencanaan Ruang Laut

Ketua Tim :
Syofyan Hasan, Kasubdit Kawasan Strategis, Dit. Perencanaan Ruang Laut, Ditjen PRL

Anggota Penyusun :
Umi Windriani, Direktur Produksi dan Usaha Budidaya, DJPB
M. Rifqi, Kasubdit Pengembangan Usaha, DJPB
Suraji, Kepala Seksi Kawasan Strategis Nasional, Ditjen PRL
Arief Sudianto, Kepala Seksi Kawasan Strategis Nasional Tertentu, Ditjen PRL
Rifka Nur Anisah, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Naufal Sanca Lovandika, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Dewi Setianingrum, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Ambar Retno Wulan, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Nurul Khoiriya, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Deenisa, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Endiena Bulan Mutiara Sani, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Sukma Gunawan Lumban Gaol, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Andika Bayu Candra, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Giri Wilisandy, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Laila Badariah, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Mochammad Riyanto, Tenaga Ahli Perikanan (IPB)
Sonni Adji Pramono Widjaksono, Tenaga Ahli Mechanical Engineering
Djuharman, Tenaga Ahli Perencanaan/Planner (IAP-ITB)
Prinka Victoria, Tenaga Ahli Arsitek (IAP-ITB)

DIREKTORAT PERENCANAAN RUANG LAUT


DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT
KEMENTERIAN KELAUTA DAN PERIKANAN
JL. MEDAN MERDEKA TIMUR NO. 16, JAKARTA PUSAT
TELP. (021) 3522040

JAKARTA, 2017

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 5


DAFTAR ISI

SAMBUTAN ...........................................................................................................1
KATA PENGANTAR ............................................................................................4
DAFTAR ISI ...........................................................................................................6
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................10
DAFTAR TABEL ................................................................................................14
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................19
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 19
1.2. Kebijakan dan Strategi .............................................................................. 21
1.3. Tujuan Penyusunan Masterplan SKPT ..................................................... 22
1.4. Dasar Hukum ............................................................................................ 22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................24
2.1. Kebijakan Non Spasial .............................................................................. 24

2.1.1. Program SKPT Secara Nasional ..........................................................24


2.1.2. Instruksi Presiden No. 7 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan
Industri Perikanan Nasional .................................................................28
2.1.3. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Sumba
Timur Tahun 2005-2025 ......................................................................30
2.1.4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sumba
Timur Tahun 2011-2015 ......................................................................31
2.1.5. Keterkaitan Visi RPJPN, RPJMN, RPJPD Provinsi NTT, RPJMD
Provinsi NTT, RPJPD Kabupaten Sumba Timur, dan RPJMD
Kabupaten Sumba Timur .....................................................................35
2.1.6. Kebijakan Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk Kabupaten Sumba
Timur ....................................................................................................35
2.1.7. Kebijakan Rencana Strategis DKP Kabupaten Sumba Timur Untuk
Pengembangan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten
Sumba Timur........................................................................................36
2.2. Kebijakan Spasial ...................................................................................... 39
2.2.1. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
Tahun 2010-2030 .................................................................................39
2.2.2. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Timur Tahun 2008-
2028 ......................................................................................................40
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 6
2.2.3. Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman Nasional Perairan Laut Sawu
dan Sekitarnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014 – 203445
2.2.4. Rencana Pengembangan Perikanan Berdasarkan Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) .........................47
BAB III GAMBARAN UMUM...........................................................................52
3.1. Gambaran Umum Kabupaten Sumba Timur............................................. 52

3.1.1. Administratif ........................................................................................52


3.1.2. Kondisi Sosial Budaya .........................................................................55
3.1.3. Kondisi Ekonomi .................................................................................57
3.1.4. Infrastruktur..........................................................................................59
3.2. Kondisi Fisik ............................................................................................. 64
3.2.1. Topografi ..............................................................................................64
3.2.2. Penggunaan Lahan ...............................................................................64
3.2.3. Geologi .................................................................................................65
3.2.4. Jenis Tanah ...........................................................................................66
3.2.5. Klimatologi dan Hidrologi ...................................................................66
3.2.6. Bathimetri .............................................................................................66
3.2.7. Arus Laut ..............................................................................................67
3.2.8. Angin ....................................................................................................67
3.2.9. Pasang Surut .........................................................................................68
3.3. Gambaran Umum Lokasi SKPT di Kabupaten Sumba Timur .................. 69
3.3.1. Lokasi Pengembangan Perikanan Tangkap .........................................69
3.3.2. Lokasi Pengembangan Perikanan Budidaya ........................................82
BAB IV MASTERPLAN SKPT ..........................................................................92
4.1. Potensi dan Permasalahan ......................................................................... 93

4.1.1. Komoditas Unggulan ...........................................................................99


4.1.2. Ketersediaan Sarana dan Prasarana ....................................................104
4.1.3. Sumber Daya Manusia (SDM) di Bidang Perikanan dan Kelautan ...114
4.1.4. Isu dan permasalahan .........................................................................117
4.2. Konsep Makro Masterplan PSKPT Kabupaten Sumba Timur ............... 122
4.2.1. Perikanan Tangkap .............................................................................122
4.2.2. Perikanan Budidaya ...........................................................................129
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 7
4.2.3. Garam dan Artemia ............................................................................136
4.2.4. Pengolahan Hasil Perikanan ...............................................................139
4.2.5. Pariwisata ...........................................................................................143
4.2.6. Pengawasan ........................................................................................147
4.2.7. Pemasaran (Distribusi) .......................................................................147
4.2.8. Konsep Pengembangan Perikanan di Kabupaten Sumba Timur........149
4.2.9. Konektivitas SKPT Sumba Timur (Masterplan Induk) .....................181
4.2.10. Tujuan Pasar dan Alternatif Pasar ................................................187
4.2.11. Kelembagaan ................................................................................197
4.3. Desain Masterplan Lokasi SKPT Kabupaten Sumba Timur.................... 199
4.3.1. Pengembangan Sarana dan Prasarana Dasar ......................................199
4.3.2. Sarana dan Prasarana Pendukung SKPT Kabupaten Sumba Timur ..202
4.3.3. Konsep Masterplan .............................................................................203
4.3.3.1. PPI Nangamesi .............................................................................203
4.3.3.2 Budidaya Rumput Laut di Pahunga Lodu ....................................230
4.4. Analisis Kelayakan.............................................................................236
4.4.3.1. Analisis Kelayakan Lingkungan ..................................................237
4.4.3.2. Analisis Kelayakan Sosial-Budaya ..............................................239
4.3.4.4. Analisis Kelayakan Ekonomi .......................................................240
BAB V INDIKASI PROGRAM ........................................................................241
BAB VI KESIMPULAN &REKOMENDASI .................................................252
6.1. Kesimpulan ............................................................................................. 252

6.2. Rekomendasi ........................................................................................... 253

LAMPIRAN ........................................................................................................254

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 8


MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 9
D A F T A R G A M BA R

Gambar 2.1. SKPT Nasional ................................................................................. 27


Gambar 2.2. Peta Struktur Kabupaten Sumba Timur (RTRW Kabupaten
Sumba Timur Tahun 2008-2028)............................................... 44
Gambar 2.3. Peta Pola Ruang Kabupaten Sumba Timur (RTRW Kabupaten
Sumba Timur Tahun 2008-2028)............................................... 45
Gambar 2.4. Pola Ruang RZWP-3-K Provinsi NTT (skala 1:250.000 wilayah
Kabupaten Sumba Timur) ........................................................... 48
Gambar 2.5. Pola Ruang RZWP-3-K Kabupaten Sumba Timur (skala 1:250.000
wilayah Kabupaten Sumba Timur)............................................. 51
Gambar 3.1. Peta Administratif Kabupaten Sumba Timur ................................... 53
Gambar 3.2. Peta Topografi Kabupaten Sumba Timur .................................... 64
Gambar 3.3. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Sumba Timur ..................... 65
Gambar 3.4. Peta Geologi Kabupaten Sumba Timur ........................................ 65
Gambar 3.5. Peta Bathimetri pada Perairan Kabupaten Sumba Timur .......... 66
Gambar 3.6. Arus Laut di Sekitar Laut Sawu .................................................... 67
Gambar 3.7. Windrose di Lokasi SKPT Kabupaten Sumba Timur.................... 68
Gambar 3.8. Grafik Pasang Surut Kabupaten Sumba Timur ............................ 68
Gambar 3.9. Lokasi Fokus Pengembangan SKPT .............................................. 69
Gambar 3.10. Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kota Waingapu Tahun 2015 ... 73
Gambar 3.11. Jaringan listrik PLN di Sekitar PPI Nangamesi .......................... 74
Gambar 3.12. Jaringan air bersih PDAM di Sekitar PPI Nangamesi ................ 75
Gambar 3.13. Kondisi Jalan di PPI Nangamesi, Jalan Kecamatan, ................... 75
Gambar 3.14. Alat Transportasi Penunjang Kegiatan Perikanan .................... 76
Gambar 3.15. Bathimetri di Sekitar PPI Nangamesi (Sumber: Kerangaka
Acuan Pembangunan PPI Nangamesi, 2014) ............................ 81
Gambar 3.16. Elevasi Pasang Surut dari Stasiun Waingapu ............................ 82
Gambar 3.17. PT ASTIL di Kecamatan Pahunga Lodu ...................................... 85
Gambar 3.18. Jaringan Listrik di Kawasan Minapolitan (Sumber: Masterplan
Kawasan Minapolitan Kabupaten Sumba Timur, 2011) .......... 86
Gambar 3.19. Jaringan Air Bersih di Kawasan Minapolitan (Sumber:
Masterplan Kawasan Minapolitan Kabupaten Sumba Timur,
2011) ............................................................................................. 88
Gambar 3.20. Jaringan Jalan di Kawasan Minapolitan (Sumber: Masterplan
Kawasan Minapolitan Kabupaten Sumba Timur, 2011) .......... 89

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 10


Gambar 4.1. Sebaran Potensi Perikanan dan Kelautan di Kabupaten Sumba Timur
....................................................................................................... 98
Gambar 4.2. Volume Produksi Komoditas Perikanan Unggulan Sumba Timur
..................................................................................................... 102
Gambar 4.3. Nilai Produksi Komoditas Perikanan Unggulan Sumba Timur . 102
Gambar 4.4. Jenis ikan hasil tangkapan nelayan di wilayah Sumba Timur ... 103
Gambar 4.5. Ikan pelagis kecil dan ikan karang konsumsi yang dijual di pasar
..................................................................................................... 103
Gambar 4.6. Struktur armada penangkapan di Kabupaten Sumba Timur .... 105
Gambar 4.7. Armada perikanan di Kabupaten Sumba Timur ........................ 106
Gambar 4.8. Jenis alat tangkap di Sumba Timur ............................................. 107
Gambar 4.9. Calon PPI Nangamesi .................................................................... 108
Gambar 4.10. Kondisi Laboratorium Kesehatan, Pos Pengawasan, Dan Gudang
Pengemasan Di PPI Nangamesi ................................................ 109
Gambar 4.11. Kondisi Sarana Prasarana di Sekitar Pelabuhan Rakyat ......... 110
Gambar 4.12. Pelabuhan Rakyat ....................................................................... 110
Gambar 4.13. Kondisi SPDN di Kampung Bugis .............................................. 110
Gambar 4.14. Sarana Prasarana di Balai Benih Ikan (BBI) Lewa ................... 112
Gambar 4.15. Lokasi Pabrik Rumput Laut ....................................................... 113
Gambar 4.16. Sarana Prasarana Budidaya Rumput Laut di Kecamatan Rindi
..................................................................................................... 113
Gambar 4.17. WPP NRI 573 ............................................................................... 123
Gambar 4.18. Sebaran sumberdaya ikan di Sumba Timur ............................. 125
Gambar 4.19. Kalender Musim Tangkap Nelayan Cumi Di Pulau Salura....... 126
Gambar 4.20. Kalender Musim Tangkap Nelayan Penongkol ........................ 126
Gambar 4.21. Dareah Penangkapan Ikan di TNP Laut Sawu Regional Sumba
..................................................................................................... 128
Gambar 4.22. Hamparan/lokasi budiadaya rumput laut di Sumba Timur ... 131
Gambar 4.23. Peta Salinitas pada Perairan Kabupaten Sumba Timur (Sumber:
RZWP-3-K Kabupaten Sumba Timur, 2014) ............................. 137
Gambar 4.24. Pembuatan Garam di Sumba Timur ............................................. 139
Gambar 4.25. Pengolahan Ikan Asin dan Ikan Asap ......................................... 140
Gambar 4.26. Pabrik PT ASTL (Algae Sumba Timur Lestari) .......................... 141
Gambar 4.27. Skema Produksi Garam di Pabrik PT ASTL .............................. 141
Gambar 4.28. Objek-Objek Wisata di Kabupaten Sumba ................................ 146
Gambar 4.29. Eksisting Distribusi/Pemasaran Hasil Perikanan (Ikan Segar) di
Kabupaten Sumba Timur .......................................................... 148

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 11


Gambar 4.30. Eksisting Distribusi/Pemasaran Rumput Laut di Kabupaten
Sumba Timur .............................................................................. 148
Gambar 4.31. Scenario Pengembangan ........................................................... 155
Gambar 4.32. Peningkatan Produksi Setelah Adanya SKPT ........................... 157
Gambar 4.33. Peningkatan Nilai Produksi Setelah Adanya SKPT .................. 157
Gambar 4.34. Proyeksi Volume Produksi Komoditas Ungggulan ................. 159
Gambar 4.35. Proyeksi Nilai Produksi Komoditas Unggulan ......................... 159
Gambar 4.36. Grafik Penambahan Produksi TTC dengan Non Intervensi dan
Intervensi SKPT (Ton) ............................................................... 160
Gambar 4.37. Grafik Penambahan Nilai Produksi TTC dengan Non Intervensi
dan Intervensi SKPT (Juta Rupiah) .......................................... 160
Gambar 4.38. Pengembangan Teknologi Penangkapan Ikan ......................... 166
Gambar 4.39. Rencana pengembangan Daerah Penangkapan Ikan (DPI)
Kabupaten Sumba Timur .......................................................... 169
Gambar 4.40. Rencana pengembangan lahan budidaya rumput laut ............ 170
Gambar 4.41. Scenario Pengembangan Produksi Budidaya Rumput Laut .... 172
Gambar 4.42. Grafik Peningkatan Produksi Rumput Laut.............................. 174
Gambar 4.43. Grafik Peningkatan Nilai Produksi Rumput Laut ..................... 174
Gambar 4.44. Unit konstruksi budidaya rumput laut metode long line ukuran
3000 m2....................................................................................... 175
Gambar 4.45. Kerangka Wadah Metode Long Line ......................................... 176
Gambar 4.46. Budidaya rumput laut dengan sistem rakit .............................. 177
Gambar 4.47. Maseterplan induk SKPT ............................................................ 182
Gambar 4.48. Konektivitas Lokal SKPT ............................................................ 184
Gambar 4.49. Konektivitas Regional SKPT ...................................................... 186
Gambar 4.50. Suplai Ikan per Kapita untuk Konsumsi Manusia .................... 191
Gambar 4.51. Tren Perikanan Tangkap Dunia................................................. 191
Gambar 4.52. Produksi Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya................ 192
Gambar 4.53. Produksi Perikanan Indonesia Tahun 1990-2010......................... 192
Gambar 4.54. Konsumsi Ikan per Kapita Penduduk Indonesia .......................... 193
Gambar 4.55. Nilai Ekspor per Komoditas (Sumber : KKP, 2014) ................. 194
Gambar 4.56. Kontribusi Volume Ekspor Hasil Perikanan Menurut Tujuan
Ekspor (Sumber : Kelautan dan Perikanan dalam Angka, 2013).
..................................................................................................... 195
Gambar 4.57. Pola Ruang RDTR Kabupaten Sumba Timur Tahun 2015-2035
..................................................................................................... 204
Gambar 4.58. Karekteristik Pelabuhan Perikanan........................................... 208
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 12
Gambar 4.59. Contoh Siteplan Pelabuhan Perikanan ..................................... 208
Gambar 4.60. Analisis Kawasan Pendukung .................................................... 210
Gambar 4.61. Kondisi Kampung Bugis ............................................................. 212
Gambar 4.62. Kondisi Pelabuhan PELINDO ..................................................... 214
Gambar 4.63. Foto Udara PPI ............................................................................ 216
Gambar 4.64. Flow of Activity ............................................................................ 217
Gambar 4.65. Zoning PPI Nangamesi ................................................................ 218
Gambar 4.66. Konsep Pengaturan Bentuk Dan Ruang Yang Efisien dan
Walkable ..................................................................................... 219
Gambar 4.67. Siteplan PPI Nangamesi ............................................................. 221
Gambar 4.68. Pembangunan Tahun 2017 sekitar PPI Nangamesi ................ 224
Gambar 4.69. Pembangunan Tahun 2019 PPI Nangamesi ............................. 228
Gambar 4.70. Pembangunan Ultimate Goal PPI Nangamesi ........................... 230
Gambar 4.71. Flow of activity Rumput Laut ..................................................... 231
Gambar 4.72. Foto Udara Lokasi Rumput Laut ............................................... 232
Gambar 4.73. Kondisi Lokasi Rumput Laut...................................................... 232
Gambar 4.74. Blockplan Gudang Rumput Laut ................................................ 235
Gambar 4.75. Konsep Sirkulasi Gudang Rumput Laut .................................... 236

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 13


D A F T A R T A BE L

Tabel 2.1. Keterkaitan Visi RPJPN, RPJMN, RPJPD Provinsi NTT, RPJMD
Provinsi NTT, RPJPD Kabupaten Sumba Timur, dan RPJMD
Kabupaten Sumba Timur ................................................................. 35
Tabel 2.2. Rencana Zona Dan Subzona Pada Kawasan Pemanfaatan Umum D
Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Sumba Timur . 48
Tabel 2.3. Rencana Zona Dan Subzona Pada Kawasan Konservasi Di Wilayah
Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Sumba Timur ............... 49
Tabel 2.4. Tabel Rencana Zona Dan Subzona Pada Alur Laut Di Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Sumba Timur ........................... 50
Tabel 2.5. Tabel Rencana Zona Dan Subzona Pada Alur Laut Di Wilayah
Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Sumba Timur ............ 51
Tabel 3.1. Jumlah dan luas Kecamatan di Kabupaten Sumba Timur ............... 53
Tabel 3.2. Kecamatan Pesisir Kabupaten Sumba Timur .................................. 54
Tabel 3.3. Kecamatan Non Pesisir Kabupaten Sumba Timur .......................... 54
Tabel 3.4. Jumlah Penduduk Menurut Kecamata (Jiwa) .................................. 55
Tabel 3.5. Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan............................ 56
Tabel 3.6. Lapangan Pekerjaan Penduduk Kabupaten Sumba Timur, 2015 . 58
Tabel 3.7. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku,
Kabupaten Sumba Timur (juta rupiah) Tahun 2013-2015 ........ 58
Tabel 3.8. Tingkat Kepemilikan Listrik Masyarakat Pesisir di Kabupaten
Sumba Timur, 2014 ........................................................................ 60
Tabel 3.9. Sumber Air Minum Masyarakat Pesisir di Kabupaten Sumba Timur
......................................................................................................... 60
Tabel 3.10. Statistik Pemerintahan Kecamatan Kota Waingapu ..................... 71
Tabel 3.11. Luas Wilayah Kecamatan Kota Waingapu ..................................... 71
Tabel 3.12. Luas Wilayah Perkotaan Kota Waingapu Tahun 2014 ................. 72
Tabel 3.13. Penduduk Kota Waingapu Menurut Jenis Kelamin Rasio dan
Kepadatan Tahun 2015 ................................................................. 72
Tabel 3.14. Luas Perkotaan Kota Waingapu Berdasarkan Jenis Ketinggian
Tahun 2014 ..................................................................................... 77
Tabel 3.15. Ketinggian Wilayah di Atas Permukaan Laut Kota Waingapu ..... 77
Tabel 3.16. Luas Tingkat Kelerengan Perkotaan Kota Waingapu Tahun 2014
......................................................................................................... 78
Tabel 3.17. Penggunaan Lahan Perkotaan Kota Waingapu Tahun 2014........ 78
Tabel 3.18. Potensi Mata Air dan Sungai di Perkotaan Kota Waingpu ........... 79
Tabel 3.19. Luasan Jenis Tanah Perkotaan Kota Waingapu Tahun 2014 ....... 80
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 14
Tabel 3.20. Pengalaman Pekejaan Pokok Masyarakat Pesisir di Kabupaten
Sumba Timur, 2014 ........................................................................ 85
Tabel 3.21. Pekerjaan Pokok Masyarakat Pesisir di Kabupaten Sumba Timur,
2014................................................................................................. 85
Tabel 3.22. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama.......................................... 86
Tabel 3.23. Penggunaan Tenaga Listrik di Kecamatan Pahunga Lodu ........... 87
Tabel 3.24. Jenis Potensi Air Bersih Di Wilayah Perencanaan......................... 87
Tabel 3.25. Jarak Tempuh Ke Ibu Kota Kecamatan & Kabupaten ................... 89
Tabel 3.26. Penggunaan Lahan Eksisting Wilayah Perencanaan .................... 90

Tabel 4.1. Potensi dan Komoditas Perikanan dan Kelautan ................................. 95


Tabel 4.2. Hasil Penilaian Kekuatan-Kelemahan (S-W) dan Peluang-Ancaman (O-
T) Perikanan Tangkap di WPP-573 .................................................................. 99
Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil USG (Urgency,Seriousness, Growth) ............... 100
Tabel 4.4.Jenis Ikan Yang Didaratkan Dan Persentase Tangkap ................... 101
Tabel 4.5. Perkembangan dan jumlah armada penangkapan ikan di
Kabupaten Sumba Timur periode 2012-2014 ................................................ 105
Tabel 4.6. Perkembangan Alat Tangkap Yang Digunakan Dalam Kegiatan
Penangkapan Ikan Di Sumba Timur ................................................................ 107
Tabel 4.7. Kondisi Fasilitas Penunjang Kegiatan Perikanan .......................... 111
Tabel 4.8. Jumlah nelayan di Kabupaten Sumba Timur ................................. 114
Tabel 4.9. Jumlah pembudidaya rumput laut di Kabupaten Sumba Timur .. 115
Tabel 4.10. Jumlah Tenaga Kerja di Bidang Pengolahan Rumput Laut di
Kabupaten Sumba Timur .................................................................................. 116
Tabel 4.11. Jumlah RTP Pembudidaya Air Tawar di Kabupaten Sumba Timur
............................................................................................................................. 116
Tabel 4.12. Hasil Identifikasi Isu, Sebab, dan Akibat ........................................ 119
Tabel 4.13. Produksi, JTB, dan Tingkat Pemanfaatan di WPP NRI 573 ........ 123
Tabel 4.14. Potensi Sumberdaya Ikan di WPP 573 dan Perbandingan
Produksi Perikanan Sumba Timur dan Tingkat Pemanfaatannya ............... 124
Tabel 4.15. Potensi di WPP 573, MSY dan JTB Kabupaten Sumba Timur, Serta
Produksi dan Tingkat Pemanfaatan ................................................................. 124
Tabel 4.16. Sebaran sumberdaya ikan di Sumba Timur ................................ 125

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 15


Tabel 4.17. Musim Penangkapan Ikan Di TNP Laut Sawu Regional Sumba . 127
Tabel 4.18. Lokasi/Daerah Penangkapan Ikan Oleh Nelayan Tiap Kabupaten
............................................................................................................................. 128
Tabel 4.19. Lokasi haparan rumput laut di Kabupaten Sumba Timur ......... 130
Tabel 4.20. Realisasi Produksi Rumput Laut Kering Per Kecamatan Di Sumba
Timur Pada Tahun 2012-2016 ......................................................................... 133
Tabel 4.21. Jumlah Target Produksi Perikanan Budidaya Tahun 2017 - 2021 . 133
Tabel 4.22. Sarana Prasarana Pendukung Perikanan Budidaya di Kabupaten
Sumba Timur ..................................................................................................... 134
Tabel 4.23. Data Potensi, Luas, dan Produksi Ikan Air Tawar di kabupaten
Sumba Timur Tahun 2016 ................................................................................ 135
Tabel 4.24. Produksi Ikan Air Tawar 5 Tahun Terakhir Kabupaten Sumba
Timur Tahun 2012 – 2016 ............................................................................... 135
Tabel 4.25. Produksi Garam di Kabupaten Sumba Timur .............................. 137
Tabel 4.26. Sebaran Wilayah Potensial Tambak Garam dan Garam Rebus.. 138
Tabel 4.27. Potensi Wisata Bahari di Kabupaten Sumba Timur.................... 145
Tabel 4.28. Perkembangan Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Sumba
Timur Tahun 2005-2013 ..................................................................................... 145
Tabel 4.29. Estimasi Jumlah Kebutuhan Kapal Penangkap Ikan untuk
Pengembangan Perikanan Tangkap di Kabupaten Sumba Timur dan Alokasi
Wilayah Pengembangannya ............................................................................. 151
Tabel 4.30. Estimasi Jumlah Kebutuhan SDM Nelayan untuk Pengembangan
Perikanan Tangkap di Kabupaten Sumba Timur ............................................ 152
Tabel 4.31. Estimasi Produksi Ikan Harian di Laut Sawu dan Samudera Hindia
Menggunakan Nilai Peluang Pengembangan Perikanan Tangkap di
Kabupaten Sumba Timur .................................................................................. 153
Tabel 4.32. Scenario Pengembangan Produksi Perikanan Tangkap ............. 154
Tabel 4.33. Peningkatan TTC dengan Intervensi dan Non Intervensi SKPT 158
Tabel 4.34. Kebuthan SDM dan SDM Bersertifikat ......................................... 161
Tabel 4.35. Proyeksi Jumlah Penduduk .......................................................... 161
Tabel 4.36. Kebutuhan BBM dengan Pengembangan SKPT ........................... 162

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 16


Tabel 4.37. Kebutuhan Es dengan Pengembangan SKPT ............................... 163
Tabel 4.38. Peningkatan Produksi dan Kebutuhan Sarana Prasarana
Pengembangan Budidaya Rumput Laut .......................................................... 173
Tabel 4.39. Perkembangan Kebutuhan dan Negara Importir Rumput Laut
Dunia................................................................................................................... 188
Tabel 4.40. Perkembangan Ekspor dan Negara Tujuan Ekspor Rumput Laut
Indonesia ............................................................................................................ 189
Tabel 4.41. Proyeksi Suplai dan Permintaan Ikan Dunia Tahun 2030 (Dalam
Satuan 1.000 ton) .............................................................................................. 190
Tabel 4.42. Ekspor dan Impor Hasil Perikanan di Indonesia ....................... 193
Tabel 4.43. Nilai Ekspor Hasil Perikanan Indonesia Menurut Negara Tujuan
............................................................................................................................. 195
Tabel 4.44. Volume dan Nilai Ekspor Hasil Perikanan Menurut Komoditas
Utama.................................................................................................................. 196
Tabel 4.45. Perbandingan Harga Jual Ikan Komoditas Unggulan di Sumba
Timur, Kupang, dan Alor ................................................................................... 197
Tabel 4.46. Gambaran Nelayan dan Papalele ................................................. 197
Tabel 4.47. Kelembagaan Perikanan di Kabupaten Sumba Timur ............... 198
Tabel 4.48. Pengembangan Sarana Prasarana Dasar .......................................... 199
Tabel 4.49. Kebutuhan Listrik, Air Bersih dan BBM Untuk Pengambangan
SKPT.................................................................................................................... 202
Tabel 4.50. Kriteria Pelabuhanan Perikanan .................................................. 205
Tabel 4.51. Perencanaan Fungsi Layanan Pelabuhan Perikanan .................. 209
Tabel 4.52. Tujuan Pembangunan PPI Nangamesi (Sarpras) ........................ 222
Tabel 4.53. Komponen Pembangunan Sarana Dan Prasaran Pada Tahun 2017
............................................................................................................................. 223
Tabel 4.54. Komponen Pemanfaatan Sarana Penunjang Eksisting ............... 223
Tabel 4.55. Sarana Penunjang Tahun 2018 .................................................... 225
Tabel 4.56. Pemanfaatan Fasilitas Eksisting ................................................... 225
Tabel 4.57. Pembangunan Sarana Prasarana Tahun 2019 ........................... 227
Tabel 4.58. Pembangunan Sarana Prasarana Jangka Panjang ...................... 229

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 17


Tabel 4.59. Pembangunan Sarana Prasarana Budidaya Rumput Laut ......... 233
Tabel 4.60. Penanganan Dampak Lingkungan Pembangunan PPI Nangamesi
............................................................................................................................. 237
Tabel 4.61. Penanganan Dampak Lingkungan Pembangunan Gudang
Rumput Laut ...................................................................................................... 238
Tabel 5.1. Tabel Indikasi Program Pengembangan Sentra Kawasan Perikanan
Terintegrasi di Kabupaten Sumba Timur....................................... 242

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 18


I PENDAHULUAN
BAB I

PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pulau-pulau kecil, kawasan perbatasan negara, dan pulau-pulau kecil
terluar sangat penting untuk dikembangkan, mengingat kondisi geografis dan
sarana prasarana yang sangat minim, padahal memiliki potensi yang sangat
banyak. Pembangunan yang dilaksanakan saat ini dinilai belum mencapai
hasil yang optimal, sehingga berakibat pada lambatnya proses
pendayagunaan pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan. Adapun
beberapa faktor penyebabnya, antara lain: (1) lokasi pulau-pulau kecil dan
kawasan perbatasan yang terisolir; (2) ketidakmampuan kegiatan/usaha di
pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan untuk mencapai skala ekonomi;
(3) pemanfaatan sumber daya pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan
yang belum optimal; (4) keterbatasan sarana dan prasarana di pulau-pulau
kecil dan kawasan perbatasan; dan (5) pemanfaatan sumber daya kelautan
dan perikanan di pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan masih sangat
rendah; serta (6) terjadinya kerusakan lingkungan.
Sebagian besar wilayah perbatasan di Indonesia masih merupakan
daerah tertinggal dengan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi yang
masih sangat terbatas. Pandangan di masa lalu bahwa daerah perbatasan
merupakan wilayah yang perlu diawasi secara ketat karena merupakan
daerah yang rawan keamanan telah menjadikan paradigma pembangunan
perbatasan lebih mengutamakan pada pendekatan keamanan daripada
kesejahteraan. Hal ini menyebabkan wilayah perbatasan di beberapa daerah
menjadi tidak tersentuh oleh dinamika pembangunan. Oleh karena itu,
diperlukan pendekatan yang komprehensif dalam mengembangkan sentra-
sentra industri perikanan, termasuk sentra perikanan di kawasan
perbatasan. Pembangunan Strategis Kawasan Perikanan Terpadu (SKPT)
merupakan salah satu solusi bagi pembangunan kawasan perbatasan dan
pengembangan sentra industri perikanan.
Pembangunan SKPT berbasis pulau-pulau kecil dan kawasan
perbatasan merupakan penggerak utama dalam pembangunan sektor
kelautan dan perikanan, karena mengintegrasikan kegiatan di hulu dan hilir
serta kelembagaan dalam suatu proses pembangunan kelautan dan
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 19
perikanan. Potensi pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan di Indonesia
yang begitu besar sesungguhnya dapat didayagunakan menjadi salah satu
penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Program SKPT diharapkan akan
meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas dalam pemanfaatan sumber
daya kelautan dan perikanan dengan pasar. SKPT merupakan konsep
pembangunan kelautan dan perikanan berbasis wilayah dengan pendekatan
dan sistem manajemen kawasan dengan prinsip: integrasi, efisiensi, kualitas
dan akselerasi tinggi. Salah satu kabupaten yang berada di kawasan
perbatasan adalah Kabupaten Sumba Timur. Kabupaten Sumba Timur
memiliki wilayah seluas 7.000,5 Km², sedangkan wilayah laut seluas
8.373,53 Km² dengan panjang garis pantai 433,6 Km. Secara administratif
terdiri dari 22 buah Kecamatan dan 156 buah Desa/Kelurahan. Jumlah
kecamatan pesisir yang ada di Kabupaten Sumba Timur adalah 15
kecamatan, sebagian penduduknya tinggal di wilayah pesisir.
Kabupaten Sumba Timur berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur
yang berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste dan Australia.
Kawasan Perbatasan Negara dengan Negara Timor Leste di NTT merupakan
wilayah Perbatasan Negara yang terbaru mengingat Timor Leste merupakan
negara yang baru terbentuk dan sebelumnya adalah merupakan salah satu
dari propinsi di Indonesia. Panjang garis perbatasan darat Provinsi Nusa
Tenggara Timur dengan Timor Leste adalah 268,8 kilometer. Khusus
perbatasan pada wilayah Enclave Oekusi dimana sesuai dengan perjanjian
antara pemerintah Kolonial Belanda dan Portugis tanggal 1 Oktober 1904
perbatasan antara Oekusi – Ambeno wilayah Timor-Timur dengan Timor
Barat dimulai dari Noel Besi sampai muara sungai (Thalueg) dengan panjang
119,7 kilometer. Perbatasan dengan Australia terletak di dua kabupaten
yaitu Kupang dan Rote Ndao yang umumnya adalah wilayah perairan laut
Timor dan khususnya di Pulau Sabu.
Kondisi wilayah perbatasan di Nusa Tenggara Timur, secara umum
masih belum berkembang dengan sarana dan prasarananya yang masih
bersifat darurat dan sementara. Meskipun demikian relatif lebih baik
dibandingkan dengan di wilayah Timor Leste. Di wilayah perbatasan ini
sudah berlangsung kegiatan perdagangan barang dan jasa yang dibutuhkan
oleh masyarakat Timor Leste dengan nilai jual yang relatif lebih tinggi.
Dalam mendukung pembangunan perikanan dan kelautan di kawasan
perbatasan NTT, maka Kabupaten Sumba Timur ditetapkan sebagai lokasi
sentra kelautan dan perikanan, karena sangat sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan, yaitu merupakan kawasan perbatasan dan memiliki pulau-
pulau kecil terluar dan mempunyai komoditas unggulan sektor kelautan dan
perikanan, serta adanya dukungan dan komitmen pemerintah daerah.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 20


1.2. Kebijakan dan Strategi
Kebijakan pembangunan kawasan kelautan dan perikanan terintegrasi
di pulau-pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan diarahkan untuk:
1. Mewujudkan pembangunan kelautan dan perikaan yang berdaulat, guna
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya
kelautan dan perikanan, dan mencerminkan kepribadian Indonesia
sebagai negara kepulauan;
2. Meningkatkan pengawasan pengelolaan sumberdaya kelautan dan
perikanan;
3. Mengembangkan sistem pengendalian mutu, keamanan hasil tangkapan,
dan keamanan hayati ikan;
4. Mewujudkan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang
berkelanjutan di pulau-pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan;
5. Mengoptimalkan pengelolaan ruang laut, konservasi, dan
keanekaragaman hayati laut;
6. Meningkatkan keberlanjutan usaha perikanan tangkap dan budidaya;
7. Meningkatkan daya saing dan sistem logistik hasil kelautan dan
perikanan;
8. Mewujudkan masyarakat kelautan dan perikanan yang sejahtera, maju,
mandiri, serta berkepribadian dalam kebudayaan melalui pengembangan
kapasitas SDM dan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan dan
perikanan.
Strategi Pembangunan kawasan kelautan dan perikanan terintegrasi di
pulau-pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan dilaksanakan dengan
menerapkan strategi sebagai berikut:
1. Pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana kelautan dan
perikanan secara terintegrasi untuk menopang usaha ekonomi nelayan
dan pembudidaya yang bersifat tradisional dan konvensional dapat
berkembang menjadi bisnis kelautan dan perikanan yang berskala
ekonomi dan berorientasi pasar;
2. Penguatan SDM dan kelembagaan agar kapasitas dan kompetensi
nelayan lebih baik, sehingga produktivitas produk dan hasil pengolahan
perikanan meningkatkan. Selain itu, mendorong bisnis perikanan
menggunakan sistem dan model bisnis yang lebih modern melalui
kroporatisasi, sehingga manfaat diperoleh dalam jumlah yang lebih
besar
3. Pengembangan kemitraan untuk mendukung dan memperkuat
pelaksanaan rantai produksi dari bisnis kelautan dan perikanan nelayan
dan pembudidaya, mulai hulu hingga hilir melalui kemitraan dengan
pelaku usaha dan stakeholder terkait; dan

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 21


4. Pendampingan untuk memberikan pembinaan, asistensi dan supervisi
pelaksanaan bisnis kelautan dan perikanan rakyat di pulau-pulau kecil
dan/atau kawasan perbatasan. Pendampingan dilakukan dengan
menempatkan tenaga pendamping/fasilitator yang bertugas
memberikan pembinaan bagi nelayan dan pembudidaya serta
kelembagaannya, sehingga nelayan dan pembudidaya memiliki kapasitas
yang baik dalam hal manajemen dan teknis terkait bisnis kelautan dan
perikanan yang dikembangkan, serta kelembagaan usaha menjadi efektif.

1.3. Tujuan Penyusunan Masterplan SKPT


Tujuan penyusunan Masterplan SKPT, yaitu menyusun masterplan
kawasan prioritas pemanfaatan ruang di kawasan terpilih SKPT, yang
meliputi:
- Mengidentifikasi potensi dan permasalahan di lokasi SKPT terpilih
- Menyusun gambaran kondisi eksisting dan rencana pengembangan
sarana dan prasarana (dasar dan penunjang) kawasan SKPT
- Menyusun konsep mikro dan konsep makro Masterplan SKPT.
- Menyusun Masterplan dan Siteplan SKPT.
- Menyusun kajian kelayakan pengembangan kawasan pada lokasi SKPT
terpilih dari aspek ekonomi, teknis, aspek sosial-budaya, dan
lingkungan.
- Menyusun indikasi program pembangunan sarana dan prasarana
kawasan SKPT.

1.4. Dasar Hukum


Dasar hukum yang mendasari kegiatan Penyusunan Masterplan
Pengembangan Sentra Kawasan Perikanan Terpadu (SKPT) di Kabupaten
Sumba Timur ini adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya
Alam Hayati dan Ekosistemnya;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
4. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana diubah dengan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil;
5. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan;
6. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 22
7. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2014 tentang Kelautan;
8. PP Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan;
9. PP Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;
10. PP Nomor 62 Tahun 2010 tentang Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil
Terluar;
11. PP Nomor 64 Tahun 2010 tentang Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil;
12. PP Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang;
13. Inpres Nomor 7 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Industri
Perikanan Nasional;
14. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.17/MEN/2008
tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
15. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.8/MEN/2012
tentang Kepelabuhanan Perikanan;
16. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.18/MEN/2013
tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor PER.2/MEN/2011 tentang Jalur Penangkapan Ikan dan
Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan di
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia;
17. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 23/PermenKP/2015
tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
18. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 48/PERMEN-
KP/2015 tentang Pedoman Umum Pembangunan Sentra Kelautan dan
Perikanan Terpadu di Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan;
19. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 200 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Sumba Timur Tahun 2008-2028; dan
20. Peraturan Daerah tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan
Zonasi Kecamatan Kota Waingapu.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 23


BAB II
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN
KEBIJAKAN

2.1. Kebijakan Non Spasial


Program Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Kabupaten
Sumba Timur merupakan bagian dari Program Nasional, untuk mendukung
Program Perikanan Nasional sesuai dengan Nawa Cita ke-3, yaitu
membangun Indonesia dari pinggiran dan juga sesuai dengan visi dan misi
Kementerian Kelautan dan Perikanan, yaitu Sovereignty (kedaulatan),
sustainability (keberlanjutan sumber daya perikanan), dan prosperity
(kesejahteraan).
Program Nasional SKPT sejalan dengan kebijakan Pemerintah Daerah,
yang tertuang dalam RPJPD dan RPJMD Kabupaten Sumba Timur. Kabupaten
Sumba Timur ditunjuk sebagai salah satu lokasi prioritas pengembangan,
yang berpotensi sebagai pintu gerbang eksport produk perikanan, serta
berpotensi sebagai pusat pengembangan kelautan di Nusa Tenggara Timur
yang diharapkan menjadi tulang punggung Sistem Logistik Ikan Nasional,
yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2.1.1. Program SKPT Secara Nasional


Potensi sumber daya kelautan dan perikanan di pulau-pulau kecil
dan/atau kawasan perbatasan sangat berpeluang didayagunakan untuk
kepentingan keberlanjutan sumber daya kelautan dan perikanan serta usaha
untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam konsep SKPT di pulau –
pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan akan dikembangkan sebuah sistem
dan pola yang memanfaatkan sumber daya kelautan dan perikanan serta
sumber daya manusia sebagai basis pengembangan sentra kelautan dan
perikanan terpadu, yang akan menjadi episentrum pengelolaan sumber daya
laut khususnya pada bidang penangkapan, budidaya, dan technopark. Untuk
menunjang berkembangnya bidang – bidang usaha tersebut khususnya
dalam menjaga ketersediaan sumber daya ikan dan kelestarian lingkungan,
maka upaya konservasi menjadi bagian integral dari pengembangan sentra
kelautan dan perikanan rakyat di pulau – pulau kecil dan/atau kawasan
perbatasan.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 24


Salah satu program Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
dalam mewujudkan Visi dan Misi KKP yaitu Kedaulatan, Keberlanjutan, dan
Kesejahteraan adalah melakukan implementasi program pembangunan
Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) berbasis pulau-pulau kecil
dan/atau kawasan perbatasan secara terintegrasi dan menyeluruh. Dengan
penekanan pada pembangunan sarana dan prasarana penunjang serta sistem
pengelolaan sumber daya perikanan, yang tidak hanya bertumpu pada
penguatan sektor hilir (pengolahan), tetapi juga pada sektor hulu
(penyediaan bahan baku perikanan). Program SKPT ini mengarah pada
optimalisasi usaha penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, usaha tambak
garam, serta pengolahan dan pemasaran hasil perikanan, sehingga pelaku
utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan akan mendapatkan
keuntungan ekonomi (margin ekonomi) yang tinggi. Pada gilirannya akan
meningkatkan kesejahteraan pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan
perikanan khususnya di pulau-pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan
yang merupakan bagian dari SKPT yang dicanangkan oleh Menteri Kelautan
dan Perikanan.
Secara konseptual, SKPT terdiri dari 4 (empat) komponen pokok,
yaitu:
1) pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana;
2) pengembangan kelembagaan;
3) pengembangan bisnis kelautan dan perikanan; dan
4) pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan berkelanjutan.
Kebijakan pembangunan kawasan kelautan dan perikanan
terintegrasi di pulau – pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan diarahkan
untuk:
1. Mewujudkan pembangunan kelautan dan perikanan yang berdaulat,
guna menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber
daya kelautan dan perikanan, dan mencerminkan kepribadian
Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Meningkatkan pengawasan pengelolaan sumber daya kelautan dan
perikanan.
3. Mengembangkan sistem pengendalian mutu, keamanan hasil
perikanan, dan keamanan hayati ikan.
4. Mewujudkan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan yang
berkelanjutan di pulau-pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan.
5. Mengoptimalkan pengelolaan ruang laut, konservasi, dan
keanekaragaman hayati laut.
6. Meningkatkan keberlanjutan usaha perikanan tangkap dan budidaya.
7. Meningkatkan daya saing dan sistem logistik hasil kelautan dan
perikanan.
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 25
8. Mewujudkan masyarakat kelautan dan perikanan yang sejahtera,
maju, mandiri, serta berkepribadian dalam kebudayaan melalui
pengembangan kapasitas SDM dan inovasi ilmu pengetahuan dan
teknologi kelautan dan perikanan.
Sedangkan strategi pembangunan kawasan kelautan dan perikanan
terintegrasi di pulau-pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan dilaksanakan
dengan menerapkan strategi sebagai berikut:
1. Pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana kelautan dan
perikanan secara terintegrasi untuk menopang usaha ekonomi
nelayan dan pembudidaya yang bersifat tradisional dan konvensional
dapat berkembang menjadi bisnis kelautan dan perikanan yang
berskala ekonomi dan berorientasi pasar;
2. Penguatan SDM dan kelembagaan agar kapasitas dan kompetensi
nelayan lebih baik, sehingga produktivitas produk dan hasil
pengolahan perikanan meningkatkan. Selain itu, mendorong bisnis
perikanan menggunakan sistem dan model bisnis yang lebih modern
melalui kroporatisasi, sehingga manfaat diperoleh dalam jumlah yang
lebih besar;
3. Pengembangan kemitraan untuk mendukung dan memperkuat
pelaksanaan rantai produksi dari bisnis kelautan dan perikanan
nelayan dan pembudidaya, mulai hulu hingga hilir melalui kemitraan
dengan pelaku usaha dan stakeholder terkait; dan
4. Pendampingan untuk memberikan pembinaan, asistensi dan supervisi
pelaksanaan bisnis kelautan dan perikanan rakyat di pulau-pulau kecil
dan/atau kawasan perbatasan. Pendampingan dilakukan dengan
menempatkan tenaga pendamping/fasilitator yang bertugas
memberikan pembinaan bagi nelayan dan pembudidaya serta
kelembagaannya, sehingga nelayan dan pembudidaya memiliki
kapasitas yang baik dalam hal manajemen dan teknis terkait bisnis
kelautan dan perikanan yang dikembangkan, serta kelembagaan
usaha menjadi efektif.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menetapkan lokasi


pembangunan sentra kelautan dan perikanan terpadu di pulau-pulau kecil
dan kawasan perbatasan. Ini sesuai Keputusan Menteri (Kepmen) No.51
Tahun 2016 tentang Penetapan Lokasi Pembangunan Sentra Kelautan dan
Perikanan Terpadu di Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan yang telah
ditetapkan pada 27 September 2016. Lokasi fokus SKPT yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia berada di pulau-pulau kecil perbatasan yang
merupakan pintu terdepan negara. Sebaran lokasi SKPT dapat dilihat pada
gambar berikut.
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 26
Gambar 2.1. SKPT Nasional
Dalam Keputusan Menteri tersebut, telah ditetapkan 20 lokasi
pembangunan sentra kelautan dan perikanan terpadu di pulau-pulau kecil
dan kawasan perbatasan. Adapun 20 lokasi yang ditetapkan adalah :
1. Simeuleu, Kabupaten Simeuleu, Provinsi Aceh
2. Kota Sabang, Provinsi Aceh
3. Mentawai, Kabupaten Mentawai, Provinsi Sumatera Barat
4. Pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu
5. Natuna, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau
6. Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau
7. Sebatik, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara
8. Talaud, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara
9. Tahuna, Kabupaten Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara
10. Kabupaten Buton Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara
11. Rote, Kabupaten Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur
12. Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur
13. Tual, Kota Tual, Provinsi Maluku
14. Moa, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku
15. Morotai, Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Mauluku Utara
16. Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku
17. Biak, Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua
18. Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua
19. Timika, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, dan
20. Merauke, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 27


Salah satu lokasi SKPT yang dilaksanakan pembangunannya Tahun
2017, yaitu Kabupaten Sumba Timur. Sentra Kelautan dan Perikanan
Terintegrasi (SKPT), berupaya menjadikan wilayah Sumba Timur sebagai
pusat kelautan dan perikanan terpadu melalui optimalisasi pemanfaatan
sumber daya kelautan dan perikanan di pulau-pulau kecil dan/atau kawasan
perbatasan secara berkelanjutan. Dalam rangka mengintegrasikan rencana
aksi pengambangan SKPT, maka perlu disusun masterplan untuk menata
kawasan dan sebagai arahan alokasi ruang dari hulu ke hilir secara terpadu
dan memberikan gambaran aksesibilitas dan konektivitas dalam
pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan.
Penyusunan Masterplan SKPT sudah dimulai dari tahun 2015. Pada
Tahun 2015, telah tersusun Dokumen Masterplan SKPT di 5 (lima) lokasi
tersebar di Indonesia, yaitu Simeulue, Natuna, Tahuna, Saumlaki, Merauke.
Pada Tahun 2016 ditindaklanjuti di 10 (sepuluh) lokasi lain, yaitu Mentawai,
Nunukan, Talaud, Morotai, Biak Numfor, Tual, Timika, Sarmi, Moa, dan Rote
Ndao. Pada Tahun 2017, dilaksanakan penyusunan Masterplan SKPT di 2
(dua) lokasi, yaitu Sabang dan Sumba Timur.

2.1.2. Instruksi Presiden No. 7 Tahun 2016 tentang Percepatan


Pembangunan Industri Perikanan Nasional
Program pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu
(SKPT) dilaksanakan sesuai dengan Instruksi Presiden No. 7 Tahun 2016
tentang Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional. Presiden RI
menyampaikan bahwa dalam rangka percepatan pembangunan industri
perikanan nasional guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik
nelayan, pembudidaya, pengolah, maupun pemasar hasil perikanan,
meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan devisa negara,
mengambil langkah-langkah yang diperlukan secara terkoordinasi dan
terintegrasi sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing
Kementerian/Lembaga untuk melakukan percepatan pembangunan industri
perikanan nasional, melalui:
- Peningkatan produksi perikanan tangkap, budidaya, dan pengolahan
hasil perikanan;
- Perbaikan distribusi dan logistik hasil perikanan dan penguatan daya
saing;
- Percepatan penataan pengelolaan ruang laut dan pemetaan Wilayah
Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP NRI) sesuai
dengan daya dukung dan sumber daya ikan dan pengawasan
sumberdaya perikanan;
- Persediaan sarana dan prasarana dasar dan pendukung industri
perikanan nasional;
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 28
- Percepatan peningkatan jumlah dan kompetensi sumber daya
manusia, inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi ramah lingkungan
bidang perikanan;
- Percepatan pelayanan perizinan di bidang industri perikanan
nasional; dan
- Penyusunan rencana aksi percepatan pembangunan industri
perikanan nasional.
Dalam hal ini, Menteri Kelautan dan Perikanan RI, melakukan:
1. Evaluasi peraturan perundang-undangan yang menghambat
pengembangan perikanan tangkap, budidaya, pengolahan, pemasaran
dalam negeri dan ekspor hasil perikanan, dan tambak garam nasional.
2. Penyusunan roadmap industri perikanan nasional, penetapan lokasi
dan masterplan kawasan industri perikanan nasional sebagai proyek
strategis nasional.
3. Pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana perikanan di
kawasan industri perikanan nasional dan mengundang investor dalam
dan luar negeri.
4. Peningkatan produksi perikanan tangkap dan budidaya untuk
mendukung ketersediaan bahan baku industri dan konsumsi.
5. Perluasan pelaksanaan Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN).
6. Perluasan jejaring untuk perdagangan internasional.
7. Peningkatan konsumsi ikan nasional.
8. Peningkatan skala usaha nelayan, petambak garam, pembudidaya
ikan, pengolah dan pemasar hasil perikanan skala usaha kecil dan
menengah secara terkoordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait
9. Percepatan penerapan sistem jaminan mutu, keamanan hasil
perikanan, dan nilai tambah .
10. Penyederhanaan perizinan dan pendelegasian kewenangan perizinan/
non perizinan melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
11. Percepatan penerbitan izin penangkapan, pengolahan, pengangkutan,
pemasaran dan pemasukan ikan.
12. Penugasan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang
perikanan untuk melaksanakan kegiatan usaha industri perikanan
nasional yang bersifat perintisan dan strategis dalam penangkapan,
pembudidayaan, pengolahan, dan pemasaran ikan, operator logistik
(pengadaan, penyimpanan, pengangkutan, dan distribusi),
perbenihan, pakan, dan pengelolaan sentra kelautan dan perikanan
terpadu, dan
13. Pengusulan operasional kegiatan industri perikanan nasional yang
bersifat rintisan dalam bentuk Public Service Obligation (PSO).

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 29


Kementerian Kelautan dan Perikanan menetapkan target produksi
olahan 2017 sebanyak 6,2 juta ton, naik dari volume 2015 yang hanya 5,5
juta ton. Kegiatan yang dilakukan di masing-masing SKPT mencakup hulu
dan hilir, perikanan tangkap maupun budidaya, pengawasan dan karantina,
pengelolaan ruang laut, serta sumber daya manusia dan kelembagaan. Selain
untuk ekspor, keberadaan SKPT di pulau-pulau terluar diharapkan dapat
mengalirkan pasokan bahan baku ke unit-unit pengolahan ikan (UPI) di
dalam negeri yang saat ini produksinya jauh di bawah kapasitas terpasang.

2.1.3. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten


Sumba Timur Tahun 2005-2025
Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah provinsi kepulauan dengan luas
daratan 4.734.991 Ha (2.5% dari luas Indonesia) dan luas perairan
18.311.539 Ha. Secara fisik batas wilayah provinsi NTT, sebelah utara
berbatasan dengan Laut Flores, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera
Indonesia (Australia), sebelah timur berbatasan dengan Timor Leste dan
Laut Timor, sebelah barat berbatasan dengan Selat Sape (Provinsi NTB).
Sebagai propinsi perbatasan dengan Australia dan Timor Leste, posisi NTT
strategis dari aspek ekonomi dan geopolitik, namun bukannya tanpa risiko.
Berdasarkan data Pendapatan Domestik Regional Bruto, perekonomian Nusa
Tenggara Timur didominasi oleh subsektor pertanian (42,16%), kemudian
oleh subsektor jasa-jasa (18.97), dan kemudian oleh subsektor perdagangan
(15,22%). Pemerintah mencanangkan pergurangan sebagian dominasi
subsektor pertanian ke sektor industri, namun demikian dinamika
pembangunan belum memperlihatkan pergeseran arah perubahan mendasar
ke arah tersebut. Untuk itu, integrasi spiralis sektor primer, sektor sekunder
dan sektor tersier perlu menjadi strategi pembangunan ekonomi. Pada
subsektor perikanan, kondisi geografis Nusa Tenggara Timur sebagai
provinsi kepulauan belum terefleksi dalam porsi pendanaan maupun dalam
kontribusi subsektor perikanan dalam pembentukan PDRB.
Visi Kabupaten Sumba Timur dilihat dari Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Sumba Timur Tahun 2005-2025
adalah masyarakat Sumba Timur yang mandiri, maju, demokratis, dan
berdaya saing. Untuk merealisasikan visi tersebut, terdapat 8 (delapan)
misi pembangunan daerah yang perlu dilakukan. Kedelapan misi tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan ekonomi rakyat yang berbasis sumber daya lokal
dengan mengembangkan agribisnis yang mencakup subsistem
agribisnis hulu, subsistem usaha tani, subsistem agribisnis hilir dan
subsistem jasa penunjang agribisnis sebagai sektor utama
ekonomi rakyat serta menumbuhkembangkan usaha mikro, kecil, dan
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 30
menengah (UMKM) dan sekaligus mengembangkan lembaga
keuangan mikro (LKM) untuk mendukung pengembangan ekonomi
rakyat.
2. Meningkatkan pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.
3. Meningkatkan kualitas dan etos kerja sumber daya manusia.
4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur sosial dan
ekonomi.
5. Meningkatkan penegakan supremasi hukum dengan menyusun
berbagai peraturan daerah (PERDA) yang jelas dan tidak
bertentangan satu sama lain.
6. Menumbuhkembangkan tata kelola pemerintahan yang baik.
7. Menumbuhkembangkan kehidupan demokrasi partisipatif.
8. Menumbuhkembangkan kemampuan daya saing di kalangan
Masyarakat dan Pemerintah Daerah.

2.1.4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten


Sumba Timur Tahun 2011-2015
Berdasarkan RPJMD Kabupaten Sumba Timur Tahun 2011-2015, isu-
isu strategis Pembangunan Daerah Kabupaten Sumba Timur lima tahun ke
depan adalah sebagai berikut:
1. Menurunkan angka kemiskinan penduduk (28.594 RTS) melalui usaha
prioritas sektor pertanian dan sektor informal sesuai dengan potensi
yang dimiliki oleh masyarakat.
2. Meningkatkan peranan sektor pertanian dan sektor Koperasi,
UKM/IKRT dalam kehidupan ekonomi masyarakat.
3. Meningkatkan kualitas SDM (IPM 0,6141).
4. Meningkatkan Fasilitas umum dan fasilitas sosial.
5. Meningkatkan kualitas pelayanan umum kepada masyarakat karena
rendahnya kinerja aparatur, belum efektif dan efisiennya sistem
kelembagaan dan manajemen pemerintahan, rendahnya
kesejahteraan PNS.
6. Meningkatkan Partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah.
7. Meningkatkan kesadaran hukum dan HAM.
8. Optimalisasi pemanfaatan potensi pertanian, perikanan dan
peternakan.
9. Meningkatkan sarana transportasi laut dan udara.
10. Meningkatkan jumlah guru-guru bidang studi.
11. Meningkatkan jumlah Puskesmas Poned (hanya 5 Puskesmas Poned).
12. Mengembangkan lembaga pendidikan khusus kebidanan.
13. Menurunkan angka kematian ibu dan anak.
14. Meningkatkan jumlah tenaga kesehatan.
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 31
15. Masih adanya kasus rawan pangan.
16. Meningkatkan daya saing daerah dan kualitas produk petanian dan
industri kecil/rumah tangga serta produk Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah.
17. Optimalisasi pemanfaatan lahan irigasi.
18. Optimalisasi Pemanfaatan tata ruang.
19. Meningkatkan kualitas SDA sebagai akibat dari pengelolaan yang tidak
terkendali.
20. Tingkat sedimentasi yang tinggi pada Daerah Aliran Sungai dan
bendungan.
21. Meningkatkan Kemampuan penetrasi pasar bagi komoditi unggulan.
22. Meningkatkan promosi pariwisata dan infrastruktur ke obyek wisata.
23. Rendahnya cakupan pelayanan air bersih dan sanitasi dasar terutama
di daerah perdesaan.
24. Meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat adat serta
optimalisasi sumber daya di dalam penanganan rawan pangan dan
gizi.

Visi Kabupaten Sumba Timur dilihat dari Rencana Pembangunan


Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sumba Timur Tahun 2011-
2015 adalah terwujudnya masyarakat sumba timur yang sejahtera,
mandiri, adil, religius, dan terdepan (smart). Misi Pembangunan
Kabupaten Sumba Timur tahun 2011 – 2015 adalah sebagai berikut :
1. Mewujudkan kehidupan ekonomi, sosial sudaya masyarakat Sumba
Timur agar lebih sejahtera dengan mengedepankan nilai-nilai sosial
keagamaan, penegakan hukum dan HAM, kesetaraan gender,
perlindungan anak serta demokratis dalam pembangunan daerah.
2. Mewujudkan kemandirian masyarakat dalam arti masyarakat telah
mampu berpikir dan bertindak untuk memanfaatkan setiap potensi,
peluang dan tantangan. Dengan kata lain masyarakat telah memiliki
kemampuan untuk memanfaatkan semua sumberdaya yang ada
secara adil dan bertanggungjawab untuk meningkatkan taraf
hidupnya.
3. Mewujudkan rasa keadilan masyarakat dalam kehidupan ekonomi
sosial budaya, politik, Hukum dan HAM, Kesetaraan gender,
perlindungan anak sehingga masyarakat merasa terlindungi akan hak
dan kewajibannya dalam memanfaatkan pembangunan secara
bertanggungjawab.
4. Mewujudkan dan terpeliharanya nilai-nilai religius dalam
pembangunan daerah. Dengan kata lain setiap pelaku pembangunan

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 32


daerah dalam bertindak, mengedepankan nilai-nilai sosial agama yang
ada dan hidup dalam masyarakat Sumba Timur.
5. Mewujudkan Kabupaten Sumba Timur sebagai kabupaten yang
terdepan di pulau Sumba dalam melahirkan pemerintahan bersih
yang mengedepankan prinsip-prinsip tatakelola pemerintahan,
pembangunan ekonomi, sosial budaya, politik, hukum dan HAM,
keamanan dan ketertiban masyarakat, kesetaraan gender dan
perlindungan anak serta berdaya saing.

Sedangkan kebijakan umum pembangunan daerah tahun 2011 – 2015


adalah sebagai berikut :
1. Melanjutkan pembangunan daerah untuk mencapai masyarakat
Sumba Timur yang sejahtera dan mandiri yang tercermin dengan
menurunnya persentase rumah tangga sasaran (miskin) dalam bentuk
percepatan peningkatan pendapatan ekonomi rumah tangga yang
didukung oleh pembangunan sektor pertanian, sektor koperasi dan
usaha mikro dan kecil, sektor industri rumah tangga serta sektor
pendukung lainnya. Hal ini sebagai upaya pengurangan angka
kemiskinan dan pengangguran, yang diwujudkan pada program
peningkatan kualitas sumber daya manusia, perbaikan infrastruktur
dasar serta terjaga dan terpeliharanya lingkungan hidup secara
berkelanjutan dengan melibatkan semua komponen masyarakat
dalam pembangunan daerah.
2. Kebijakan umum untuk memperkuat dimensi keadilan dalam semua
bidang pembangunan yang mengarah pada tegaknya ketertiban
umum, penghapusan segala macam diskriminasi, pengakuan dan
penerapan hak asasi manusia, serta kebebasan yang
bertanggungjawab termasuk pengurangan kesenjangan pendapatan,
pengurangan kesenjangan pembangunan antar wilayah, kesenjangan
gender. Keadilan hanya dapat terwujud jika sistem hukum berfungsi
secara kredibel, bersih, adil dan tidak diskriminatif. Demikian pula
kebijakan pemberantasan KKN secara konsisten diperlukan agar
tercapai rasa keadilan dan pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

Adapun strategi pembangunan daerah dirumuskan sebagai berikut:


- Optimalisasi rencana tata ruang wilayah kabupaten
- Optimalisasi lembaga pendidikan dan kesehatan serta pelatihan
- Optimalisasi lahan, sarana dan prasarana produksi pertanian,
pertambangan, perikanan dalam rangka peningkatan ekonomi
masyarakat dan kesejahteraan sosial

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 33


- Optimalisasi angkatan kerja dan budaya gotong royong dan solidoritas
masyarakat
- Optimalisasi akses informasi dan komunikasi dalam rangka promosi
pembangunan khususnya prospek kepariwisataan melalui upaya
kemitraan dan dunia usaha.
- Optimalisasi lembaga pelatihan kerja dan pengembangan sekolah
kejuruan dalam peningkatan SDM dalam menjawab kebutuhan pasar
tenaga kerja
- Pemenuhan tenaga kesehatan melalui peningkatan lembaga
pendidikan kesehatan.
- Peningkatan kapasitas pembangunan desa melalui kerjasama
kemitraan.
- Konsistensi penerapan hukum dan HAM
- Peningkatan SDM melalui pendidikan dan pelatihan serta upaya
pelayanan kesehatan yang optimal dengan memanfaatkan
perkembangan IPTEK
- Meningkatkan kualitas pelayanan publik
- Peningkatan upaya penanggulangan kemiskinan melalui upaya
pemberdayaan masyarakat dan perluasan lapangan kerja
- Peningkatan sumberdaya keuangan melalui kerjasama kemitraan
- Peningkatan kapasitas layanan sosial ekonomi dengan memanfaatkan
IPTEK spesifik lokasi
- Peningkatan manajemen system informasi pembangunan dengan
memanfaatkan
- Pengetahuan dan teknologi yang ada serta kerjasama kemitraan
- Peningkatan pengolahan hasil pertanian untuk menjawab permintaan
pasar
- Meminimalisasi pengaruh globalisasi dan regulasi yang cepat berubah
melalui upaya peningkatan komunikasi dan informasi.
- Meminimalisasi gangguan hama penyakit terhadap komoditi unggulan
dengan memanfaatkan teknologi spesifik lokasi.
- Konsolidasi secara regional dan nasional dalam upaya penanganan
masalah daerah, bencana, masalah lintas batas kabupaten dan antar
pulau karena keterbukaan transportasi dan mobilisasi pendududuk
- Optimalisasi rapat-rapat koordinasi kelembagaan eksekutif dan
legislative serta lintas sektor.
- Peningkatan kewaspadaan dini masyarakat terhadap bencana
- Optimalisasi lembaga adat dan ruang adat dalam pengelolaan
lingkungan hidup
- Optimalisasi penyelenggaraan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun
- Peningkatan penyelenggaraan PAUD
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 34
2.1.5. Keterkaitan Visi RPJPN, RPJMN, RPJPD Provinsi NTT, RPJMD
Provinsi NTT, RPJPD Kabupaten Sumba Timur, dan RPJMD
Kabupaten Sumba Timur
Keterkaitan Visi RPJPN, RPJMN, RPJPD Provinsi NTT, RPJMD Provinsi
NTT, RPJPD Kabupaten Sumba Timur, dan RPJMD Kabupaten Sumba Timur
pada tabel dibawah ini terlihat bahwa adanya cita-cita yang sinergis antara
pusat, provinsi, dan kabupaten dalam mewujudkan masyarakat yang
sejahtera, adil, maju, dan terdepan melalui upaya yang sungguh-sungguh
dari dalam diri sendiri dengan sikap mental yang religius khususnya dari
aspek pemerintahan melalui semboyannnya Good Governance.
Tabel 2.1. Keterkaitan Visi RPJPN, RPJMN, RPJPD Provinsi NTT, RPJMD
Provinsi NTT, RPJPD Kabupaten Sumba Timur, dan RPJMD Kabupaten Sumba
Timur

TINGKAT VISI
JANGKA PANJANG JANGKA MENENGAH
DOKUMEN
NASIONAL RPJPN 2005 - 2025 RPJMN 2010 - 2014
Indonesia yang mandiri, Terwujudnya Indonesia
maju, adil dan makmur yang sejahtera, demokrasi
dan berkeadilan
PROVINSI NUSA RPJPD 2005 - 2025 RPJMD 2009 -
TENGGARA Nusa Tenggara Timur 2013
TIMUR yang maju, mandiri, adil,Terwujudnya masyarakat
dan makmur dalam Nusa Tenggara Timur yang
bingkai Negara Kesatuan berkualitas, sejahtera, Adil
Republik Indonesia dan Demokratis, dalam
Bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia
KABUPATEN RPJPD 2005 - 2025 RPJMD 2011 - 2015
SUMBA TIMUR Masyarakat Sumba Timur Terwujudnya Masyarakat
yang Mandiri, Maju, Sumba Timur yang
Demokratis dan Berdaya Sejahtera, Mandiri, Adil,
saing berbasis Religius, dan Terdepan
kebersamaan yang kreatif (SMART)
dan konstruktif
Sumber : RPJMD Kabupaten Sumba Timur Tahun 2011-2015

2.1.6. Kebijakan Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk Kabupaten


Sumba Timur
Arah kebijakan pembangunan daerah di Provinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT) adalah pembangunan dan peningkatan kapasitas, fungsi dan
pelayanan pelabuhan-pelabuhan di seluruh wilayah Nusa Tenggara Timur
agar menjadi pusat perniagaan. Untuk jaringan transportasi laut di

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 35


Kabupaten Sumba Timur akan diarahkan pada Tatanan kepelabuhanan
nasional ditetapkan berdasarkan hierarki, peran dan fungsi pelabuhan laut
yang meliputi pelabuhan internasional, pelabuhan nasional, pelabuhan
regional dan pelabuhan lokal. Berdasarkan RTRW Provinsi NTT Tahun 2006-
2026, tatanan kepelabuhanan nasional di Provinsi Nusa Tenggara Timur
adalah sebagai berikut :
a. Pelabuhan Laut Internasional : Pelabuhan Tenau;Pelabuhan Laut Nasional
: Ende, Kalabahi, Larantuka, Labuan Bajo, Reo, Ba’a, Maritaing, Maumere,
Waingapu, Atapupu, Waiwadan, Ippi, Seba, Naikliu dan Wini;
b. Pelabuhan Laut Regional : Baranusa, Komodo, Wuring, Papela Lewoleba,
Waiwerang, Marapokot, Aimere, Waikelo dan Paitoko; dan
c. Pelabuhan Laut Lokal : Biu, Batutua, Ndao, Kabir, Kolana, Balauring,
Nangalili, Robek, Maurole, Rua, Baing, Boking, Pulau Ende, Pulau Palue,
Namosain, Naikliu, Hansisi, Maumbawa, Mborong, Oelaba, Pulau Salura,
Bina Tuka, Waiwole, Bari, Tanariughu, Bakalang, Sulamu, Pulau Sukun,
Pulau Pemana, Paga, Raijua, Rindi, Mananga, Tabilota, Bitan, Bina Natun,
Benda dan Nule.

2.1.7. Kebijakan Rencana Strategis DKP Kabupaten Sumba Timur


Untuk Pengembangan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
di Kabupaten Sumba Timur
a. Visi dan Misi SKPD
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 150 ayat
(3) huruf b bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
untuk jangka waktu lima tahun merupakan penjabaran dari visi, misi, dan
program kepala daerah yang pengesahannya berpedoman kepada RPJP
Daerah dan dengan memperhatikan RPJM Nasional yaitu visi dari
Kementerian Kelautan dan Perikanan adalah Terwujudnya Pembangunan
Kelautan dan Perikanan Yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan Untuk
Kesejahteraan Masyarakat, selanjutnya Visi Kabupaten Sumba Timur lima
tahun kedepan yaitu “Terwujudnya Masyarakat Sumba Timur Yang
Sejahtera, Mandiri, Adil, Religius Dan Terdepan (SMART)”. Sedangkan visi
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumba Timur adalah Mewujudkan
Pembangunan Perikanan Yang Tangguh, Mandiri dan Berkelanjutan
Dalam Pengelolaan Sumberdaya Ikan Yang Berbasis di Pedesaan dengan
Berorientasi Agribisnis dan Berwawasan Agroindustri.
Visi merupakan gambaran dan arah pembangunan yang ingin dicapai
dalam lima tahun kedepan. Adapun maksud dari pernyataan visi Dinas
Kelautan dan Perikanan adalah: Tangguh: Tangguh disini dapat diartikan
bahwa setiap kebijakan yang diambil sangat konsisten dalam

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 36


pelaksanaannya; Mandiri: Mandiri disini dapat diartikan bahwa dalam
setiap pembangunan yang dilakukan Dinas Kelautan dan Perikanan, harus
bertumpuh pada kekuatan sendiri dengan mengoptimalkan potensi yang ada
tanpa bergantung pada pihak lain; Berkelanjutan: Dapat diartikan bahwa
didalam pengelolaan sumberdaya perikanan dilakukan dengan terus-
menerus; Berbasis di pedesaan: Dalam pembangunan kelautan dan
Perikanan basisnya adalah dipedesaan. Seperti pada penbangunan pabrik
rumput laut dan BBI dan Berorientasi Agribisnis dan Agroindustri: Ini
dapat diartikan bahwa dalam pengelolaan sumberdaya perikanan, tidak
hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat perikanan, tetapi
bagaimana sumberdaya yang dikelola tersebut menjadi sumberdaya yang
mempunyai nilai ekonomis dalam peningkatan taraf hidup masyarakat
perikanan melalui kegiatan agrobisnis dan agroindustri.
Untuk mewujudkan visi pembangunan kelautan dan perikanan
tersebut, maka misi pembangunan kelautan dan perikanan skala nasional
adalah Mensejahterakan Masyarakat Kelautan dan Perikanan.
Berdasarkan tugas dan fungsi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Sumba Timur sebagaimana ditetapkan dalam Perda Nomor 217 Tahun 2008
tentang Uraian Tugas Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Sumba Timur, misi
pembangunan kelautan dan perikanan sebagaimana telah dirumuskan di atas
serta sasaran pembangunan bidang kelautan dan perikanan yang
terumuskan pada RPJMD Kabupaten Sumba Timur Tahun 2011-2015 maka
Misi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumba Timur dirumuskan
sebagai berikut:
1. Mewujudkan nelayan, petani pembudidaya, pengolah dan pemasar hasil
perikanan yang mandiri dan professional
2. Mewujudkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya kelautan dan
perikanan yang optimal dan berkelanjutan
3. Menciptakan iklim usaha yang kondusif dalam rangka menarik investasi di
bidang usaha perikanan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.

b. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPD


Untuk menjawab pencapaian tujuan Kementerian Kelautan dan
Perikanan, maka tujuan pembangunan kelautan dan perikanan sebagai
berikut :
1. Memperkuat kelembagaan dan sumberdaya manusia secara terintegrasi.
2. Mengelola sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan.
3. Meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan.
4. Memperlus akses pasar domestik dan internasional.
Sedangkan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumba Timur
pada akhir tahun 2015 maka tujuan pembangunan Kelautan dan Perikanan
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 37
Kabupaten Sumba Timur dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Memanfaatkan sumberdaya kelautan dan perikanan secara optimal dan
berkelanjutan untuk meningkatkan PAD dan kesejahteraan pelaku utama
perikanan.
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia kelautan dan
perikanan.
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan.
4. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan kesempatan berusaha.
5. Menurunkan tingkat pelanggaran pemanfatan dan pengrusakan
sumberdaya kelautan dan perikanan.
6. Menyediakan teknologi, data dan informasi kelautan dan perikanan.
7. Meminimalisir konflik pemanfaatan ruang dan sumberdaya kelautan dan
perikanan.

Agar arah pembangunan bidang kelautan dan perikanan menuju


kepada tujuan yang ingin dicapai dan terukur dengan baik maka
pembangunan kelautan dan perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan
sebagaimana dirumuskan sebagai berikut :
1. Memperkuat kelembagaan dan sumberdaya manusia secara terintegrasi :
a. Peraturan perundang-undangan dibidang kelautan dan perikanan
sesuai kebutuhan nasional dan tantangan global serta
diimplementasikan secara sinergis lintas sektor, pusat dan daerah.
b. Seluruh perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pelaporan
terintegrasi, akuntabel dan tepat waktu berdasarkan data yang terkini
dan akurat.
c. SDM Kelautan dan Perikanan memilki kompetensi sesuai kebutuhan.
2. Mengelola sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan :
a. Sumberdaya kelautan dan perikanan dimanfaatkan secara optimal dan
berkelanjutan.
b. Konservasi kawasan dan jenis biota perairan yang dilindungi dikelola
secara berkelanjutan.
c. Pulau-pulau kecil dikembangkan menjadi pulau bernilai ekonomi tinggi.
d. Indonesia bebas Illegal, Unreported dan Unregulated (IUndang-Undang)
Fishing serta kegiatan yang merusak sumberdaya kelautan dan
perikanan.
3. Meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan :
a. Seluruh kawasan potensi perikanan menjadi kawasan Minapolitan
dengan usaha yang bankable.
b. Seluruh sentra produksi kelautan dan perikanan memiliki komoditas
unggulan yang menerapkan teknologi inovatif dengan kemasan dan
mutu terjamin.
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 38
c. Sarana dan prasarana kelautan dan perikanan mampu memenuhi
kebutuhan serta diproduksi dalam negeri dan dibangun secara
terintegrasi.
4. Memperlus akses pasar domestik dan internasional :
a. Seluruh desa memiliki pasar yang mampu memfasilitasi penjualan
hasil perikanan.
b. Indonesia menjadi market leader dunia dan tujuan utama investasi
bidang kelautan dan perikanan.
Sebagai acuan dari sasaran Kementrian Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia, maka yang menjadi target sasaran pembangunan
kelautan dan perikanan di Kabupaten Sumba Timur adalah :
1. Meningkatnya produksi perikanan.
2. Tersedianya sarana dan prasarana perikanan yang produktif.
3. Meningkatnya kualitas aparatur, nelayan, pembudidaya dan fungsi
kelembagaan.
4. Meningkatnya ekspor/antar pulau, penjualan komoditi perikanan.
5. Menurunnya tingkat pelanggaran pemanfaatan dan kerusakan
sumberdaya kelautan dan perikanan seminimal mungkin.

2.2. Kebijakan Spasial


Secara spasial, kebijakan Program Nasional SKPT berdasarkan
Instruksi Presiden No. 7 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan
Industri Perikanan Nasional dan kebijakan Kementerian Kelautan dan
Perikanan untuk mengembangankan potensi kelautan dan perikanan di
wilayah perbatasan Kabupaten Sumba Timur sudah sejalan dengan kebijakan
yang tertuang didalam RTRW Provinsi NTT Tahun 2010-2030, RTRW
Kabupaten Tahun 2008-2028, dan RDTR Kota Waingapu Tahun 2015-2035
serta rencana pengembangan yang tertuang dalam Draft RZWP-3-K Provinsi
Nusa Tenggara Timur Tahun 2017, RZWP-3-K Kabupaten Sumba Timur
Tahun 2015, dan Dokumen Masterplan Minapolitan Tahun 2011.

2.2.1. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur


(NTT) Tahun 2010-2030
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tengagra Timur
ditetapkan melalui Peraturan Daerah No. 1 tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2010 – 2030.
Dalam pengembangan sistem pusat kegiatan di wilayah Provinsi, telah
menetapkan Kota Waingapu di Kabupaten Sumba Timur sebagai PKNp
(Pusat Kegiatan Nasional promosi). Untuk Kawasan Budidaya, di bidang
perikanan, Kawasan peruntukan perikanan terdiri atas:
a. kawasan peruntukan perikanan tangkap;
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 39
b. kawasan peruntukan budidaya perikanan; dan
c. kawasan pengolahan ikan.
Kawasan peruntukan perikanan tangkap, budidaya dan pengolahan
ikan, tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi NTT. Program
pengembangan kawasan minapolitan untuk perikanan tangkap dan
perikanan budidaya di Kabupaten Sumba Timur, Sikka, Lembata, Rote Ndao,
Alor, Kota Kupang. Pengembangan Komoditas Garam rakyat di Kabupaten
Nagekeo, Ende, Timor Tengah Utara, Kupang, Lembata, dan Alor.

2.2.2. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Timur Tahun


2008-2028
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Timur ditetapkan
melalui Peraturan Daerah No. 12 tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Sumba Timur Tahun 2008–2028. Untuk mewujudkan
tujuan penataan ruang wilayah, ditetapkan kebijakan penataan ruang
wilayah Kabupaten Sumba Timur sebagai berikut :
1) Kebijakan Sistem Perdesaan meliputi:
a. kebijakan pengembangan kawasan perdesaan sesuai potensi di
masing-masing kawasan yang dihubungkan dengan pusat kegiatan
pada setiap kawasan perdesaan.
b. kebijakan memprioritaskan pengembangan kawasan agropolitan
untuk mendorong pertumbuhan kawasan perdesaan di wilayah
Kabupaten Sumba Timur.
c. kebijakan mengembangkan pusat desa mulai dari tingkat dusun
sampai pusat desa secara berhirarkhi.
2) Kebijakan sistem perkotaan yaitu pengembangan sistem perkotaan
secara berjenjang dan bertahap sesuai pengembangan perkotaan secara
keseluruhan.
3) Kebijakan Penetapan Pola Ruang Wilayah Kabupaten
a. kebijakan pelestarian kawasan lindung
1) kebijakan pemantapan fungsi lindung pada kawasan yang
memberi perlindungan kawasan bawahannya;
2) kebijakan pemantapan kawasan perlindungan setempat;
3) kebijakan pemantapan kawasan suaka alam dan
pelestarian alam;
4) kebijakan penanganan kawasan rawan bencana alam;dan
5) kebijakan pemantapan kawasan lindung lainnya.
b. kebijakan pengembangan kawasan budidaya
1) kebijakan pengembangan hutan produksi;
2) kebijakan pengembangan kawasan pertanian;
3) kebijakan pengembangan kawasan pertambangan;

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 40


4) kebijakan pengembangan kawasan peruntukan industri;
5) kebijakan pengembangan kawasan pariwisata;
6) kebijakan pengembangan kawasan permukiman pedesaan
dan perkotaan; dan
7) kebijakan pemantapan kawasan konservasi budaya dan
sejarah.
c. kebijakan pengelolaan kawasan lindung dan budidaya
1) kebijakan mengoptimalkan dan mengendalikan
pemanfaatan ruang pada kawasan lindung dan budidaya;
2) kebijakan pemantapan kawasan lindung sesuai fungsi
perlindungan masing-masing;
3) kebijakan arahan penanganan kawasan budidaya;dan
4) kebijakan pengaturan kelembagaan pengelolaan kawasan
lindung dan budidaya.
4) Kebijakan Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah meliputi :
a. kebijakan pengembangan transportasi jalan raya
1) pengembangan jaringan jalan untuk mendukung
kelancaran pergerakan dan pertumbuhan wilayah;dan
2) pengembangan infrastruktur jaringan pergerakan
berupa terminal untuk mendukung pertumbuhan
wilayah.
b. kebijakan pengembangan transportasi laut
1) pengembangan akses eksternal wilayah dalam lingkup
yang lebih luas;
2) pengembangan jaringan transportasi laut untuk membuka
keterisolasian wilayah kabupaten;
3) pengembangan akses internal kawasan yang
menghubungkan simpul-simpul kegiatan untuk
mendukung potensi industri;
4) optimalisasi pelayanan pelabuhan maupun sarana
pendukung;
5) optimalisasi pelayanan pelabuhan dari segi sosial
ekonomi;dan
6) penyiapan kelembagaan operasional pengelola kawasan
pelabuhan.
c. kebijakan pengembangan transportasi udara
1) optimalisasi penerbangan komersil;
2) optimalisasi tingkat pelayanan bandar udara sesuai dengan
hierarki yaitu bandar udara pengumpul;
3) optimalisasi tingkat kenyamanan dan keselamatan
penerbangan;dan
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 41
4) pengembangan Bandar Udara Umbu Mehang Kunda dari
hierarki pengumpul skala pelayanan tersier menjadi skala
pelayanan sekunder untuk mendukung pengembangan di
Kabupaten Sumba Timur.
d. kebijakan pengembangan prasarana telekomunikasi
1) peningkatan jangkauan pelayanan dan kemudahan
mendapatkannya;dan
2) peningkatan jumlah dan mutu telekomunikasi tiap wilayah.
e. kebijakan pengembangan prasarana pengairan
1) peningkatan sistem jaringan pengairan;dan
2) optimalisasi fungsi dan pelayanan prasarana pengairan.
f. kebijakan Pengembangan Prasarana Energi / Listrik
1) optimalisasi tingkat pelayanan;
2) perluasan jangkauan listrik sampai ke pelosok desa;
3) peningkatan kapasitas dan pelayanan melalui sistem
koneksi antar wilayah kabupaten.
g. kebijakan pengembangan prasarana lingkungan
1) pereduksian sumber timbunan sampah;
2) optimalisasi tingkat penanganan sampah perkotaan;
3) optimalisasi tingkat penanganan sampah perdesaan;
4) penetapan kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH);dan
5) perwujudan lingkungan permukiman yang sehat dan
bersih.

A. Struktur Ruang Kabupaten Sumba Timur


Rencana struktur wilayah Kabupaten Sumba Timur meliputi:
pengembangan sistem pusat permukiman, sistem jaringan transportasi,
sistem sumber energi dan jaringan tenaga listrik, sistem jaringan
telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, dan prasarana lingkungan.

1. Sistem Pusat Pelayanan


a. Rencana pengembangan sistem perkotaan
Rencana pengembangan sistem perkotaan dilakukan melalui
pengembangan sistem kota-kota yang sesuai dengan daya dukung
sumber daya alam dan daya tampung lingkungan hidup serta
kegiatan dominannya. Pusat permukiman perkotaan terdiri atas
PKN, PKW, dan PKL. Sistem pusat permukiman perkotaan meliputi:
sistem perkotaan, perwilayahan, dan fungsi satuan wilayah
pengembangan. Sistem perkotaan di Kabupaten Sumba Timur
dikaitkan dengan kedudukannya dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional yaitu Waingapu sebagai Pusat Kegiatan

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 42


Wilayah. Sistem perkotaan di Kabupaten Sumba Timur kedepan
dicanangkan sebagai berikut:

─ PKL meliputi ibukota kecamatan yang berkedudukan


sebagai pusat sistem perwilayahan: Lewa, Karera, Haharu,
dan Umalulu.
─ PKL meliputi seluruh ibukota kecamatan di Kabupaten
yang berfungsi melayani perdesaan.
b. Rencana Pengembangan Sistem Perdesaan
Sistem pusat permukiman perdesaan dilakukan dengan
membentuk pusat pelayanan desa secara berhirarkhi. Pusat
permukiman perdesaan disusun berdasarkan pelayanan perdesaan
secara berhirarkhi, meliputi : pusat pelayanan antar desa dan pusat
pelayanan desa. Pusat pelayanan perdesaan secara berhirarkhi
memiliki hubungan dengan pusat kecamatan sebagai kawasan
perkotaan terdekat, dan dengan ibukota kabupaten sebagai pusat
wilayah pengembangan.

2. Sistem Jaringan Prasarana


a. Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi
Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi wilayah
mencakup sistem jaringan transportasi darat, sistem jaringan
transportasi laut, dan sistem jaringan transportasi udara. Sistem
jaringan transportasi darat mencakup transportasi jalan raya serta
transportasi penyeberangan. Sistem jaringan transportasi laut
mencakup pelabuhan laut dan alur pelayaran. Sistem jaringan
transportasi udara mencakup jaringan rute penerbangan yang
membentuk suatu sistem angkutan udara.
b. Rencana pengembangan sistem jaringan energi
Rencana pengembangan sistem jaringan energi dimaksudkan
untuk menunjang penyediaan jaringan energi listrik dan
pemenuhan energi lainnya. Rencana pengembangan energi baru dan
terbarukan oleh pemerintah kabupaten yang meliputi PLTD,
PLTMH, PLTU, PLTA, Mikrohidro, PLTB, PLTS ataupun sistem
Pembangkit gabungan (Hybrid) sesuai dengan potensi energi yang
ada di daerah setempat.
c. Rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi
Prasarana telekomunikasi yang dikembangkan, meliputi sistem kabel,
seluler, dan satelit. Rencana pengembangan prasarana
telekomunikasi terus ditingkatkan perkembangannya hingga
mencapai pelosok wilayah kecamatan dan desa yang belum

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 43


terjangkau sarana prasarana telekomunikasi mendorong kualitas
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
d. Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air
Rencana pengembangan prasarana sumber daya air untuk air
bersih diarahkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber air
permukaan dan sumber air tanah. Rencana pengembangan
prasarana sumber air tanah untuk air bersih dengan
melakukan pengoptimalan mata air dan membangun sumur bor, di
Kecamatan Kota Waingapu, Kambera, Pandawai, Kambata
Mapambuhang, Lewa, Nggaha Ori Angu, Katala Hamu Lingu, Lewa
Tidahu, Karera, Tabundung, Pinu Pahar, Matawai La Pawu,
Paberiwai, Mahu, Ngadu Ngala, Haharu, Kanatang, Umalulu,
Kahaungu Eti, Rindi, Pahunga Lodu, dan Wulla Waijelu.
e. Rencana pengembangan sistem prasarana lingkungan
Prasarana yang digunakan lintas wilayah secara administratif
meliputi : Tempat Pembuangan Akhir (TPA) terpadu yang dikelola
bersama untuk kepentingan wilayah dan tempat pengelolaan limbah
industri B3 dan non B3, dan pengembangan sistem pengelolaan
sampah di Kecamatan Pandawai.

Gambar 2.2. Peta Struktur Kabupaten Sumba Timur (RTRW Kabupaten


Sumba Timur Tahun 2008-2028)

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 44


B. Pola Ruang Kabupaten Sumba Timur
Kawasan perikanan dan kelautan meliputi : perikanan darat dan
perikanan laut. Kawasan perikanan darat meliputi: Pengembangan kawasan
perikanan darat yang tersebar pada wilayah–wilayah yang teraliri air atau
dilintasi sungai dan sepanjang daerah aliran sungai. Pengembangan kawasan
perikanan laut meliputi hampir seluruh Kecamatan yang wilayahnya
mempunyai akses secara langsung dengan laut. Perikanan darat,
diantaranya adalah usaha budidaya ikan berupa perairan umum, tambak
dan kolam. Perikanan laut, meliputi usaha penangkapan ikan di laut yang
tersebar di kawasan pesisir Kabupaten Sumba Timur yang mempunyai
wilayah pantai atau berbatasan dengan laut. Hasil perikanan laut yang
potensial lainnya yaitu budidaya rumput laut dan penangkapan cumi-cumi.

Gambar 2.3. Peta Pola Ruang Kabupaten Sumba Timur (RTRW Kabupaten
Sumba Timur Tahun 2008-2028)

2.2.3. Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman Nasional Perairan Laut


Sawu dan Sekitarnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun
2014 – 2034
Visi: "Terwujudnya Taman Nasional Perairan Laut Sawu yang dikelola
secara berkelanjutan dan kolaboratif guna menjamin keberlangsungan
keanekaragaman hayati laut, nilai budaya dan kesejahteraan masyarakat".

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 45


Misi:
1. Mengembangkan upaya pemanfaatan sumber daya laut di TNP Laut
Sawu secara optimal dan berkelanjutan bagi kesejahteraan
masyarakat dan daerah.
2. Menerapkan sistem pengelolaan kawasan TNP Laut Sawu yang
adaptif guna menjamin kelestarian sumber daya laut dan
ekosistemnya serta pemanfaatannya bagi kesejahteraan
masyarakat.
3. Mengintegrasikan fungsi kawasan dengan pembangunan wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Timur di dalam dan sekitar TNP Laut Sawu.
4. Memantapkan sistem pengelolaan TNP Laut Sawu yang berbasis
ekosistem, kehati-hatian, keterpaduan, adaptif, partisipatif dan
kolaboratif.
Dalam dokumen RPZ, dijelaskan bahwa Kawasan yang diperuntukkan
sebagai kawasan perikanan terdiri dari kawasan perikanan tangkap,
kawasan budidaya perikanan dan kawasan pengolahan ikan. Kawasan
peruntukan perikanan tangkap tersebar di seluruh kabupaten/kota. Kawasan
peruntukan perikanan budidaya tersebar di seluruh kabupaten/kota. Untuk
meningkatkan nilai ikan tangkap dan budidaya yang dihasilkan dari perairan
yang terdapat di Provinsi NTT, maka direncanakan kawasan pengolahan
ikan. Kawasan pengolahan ikan terdapat di Kota Kupang, Kabupaten Kupang,
Kabupaten Sumba Timur dan Kabupaten Ende.
Daya tarik wisata kawasan TNP Laut Sawu dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu daya tarik wisata berbasis alam, wisata berbasis budaya
dan kehidupan masyarakat, serta daya tarik wisata berbasis wisata buatan.
Beberapa dari kawasan tersebut telah berkembang dan dikelola secara
professional serta pangsa pasarnya
dari wisatawan mancanegara. Panorama bawah laut dengan berbagai jenis
ikan dan terumbu karang yang sangat indah merupakan produk utama yang
terdapat di kawasan ini. Jadi pengembangan obyek wisata yang akan
dilakukan adalah: wisata menyelam, keragaman biota laut yang tinggi,
migrasi mamalia laut
(whale watching dan dolphin watching), berselancar, memancing wisata dan
tempat peneluran penyu. Pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan dan
wisata alam di
TNP Laut Sawu dilaksanakan dalam rangka mengembangkan produk-
produk jasa lingkungan dan wisata alam yang mampu menghasilkan manfaat
ekonomi dari sumberdaya alam yang ada di dalam kawasan guna
menyediakan ruang usaha bagi masyarakat, pemerintah daerah dan dunia
usaha dengan menciptakan iklim usaha yang kompetitif, menciptakan
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 46
infrastruktur dasar bagi pengembangan wisata yang didukung dan
diwujudkan dengan kegiatan promosi dan penyebaran informasi potensi
pariwisata TNP Laut Sawu; pengembangan pengelolaan wisata,
pemberlakuan ijin dan karcis masuk serta adanya mekanisme perizinan dan
standarisasi bagi usaha pariwisata alam di zona pemanfaatan pariwisata TNP
Laut Sawu. Selain itu juga perlu dikembangkan potensi jasa lingkungan yang
bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat.
Kawasan TNP Laut Sawu mempunyai potensi dan daya tarik wisata
yang sangat tinggi, antara lain:
1. kawasan TNP Laut Sawu merupakan koridor migrasi lebih dari 18
spesies mamalia laut (paus, lumba-lumba dan dugong), dengan
didukung bentang laut dengan transisi kedalaman dari perairan
dangkal ke perairan dalam hanya beberapa ratus meter saja dari
pantai sehingga sangat berpotensi untuk dijadikan wisata melihat
paus.
2. diving dan snorkeling di Rote Ndao, Sabu Raijua, Kupang, Sumba dan
beberapa tempat lainnya
3. berselancar (surfing), berlayar (sailing), dan kite surfing di Nembrala
dan Boa Kabupaten Rote Ndao.
4. wisata pantai, mengingat semua kabupaten yang termasuk kawasan
TNP mempunyai pantai yang sangat indah untuk dijadikan obyek
wisata pantai.
5. wisata mangrove di Sumba Timur dan Rote.
6. wisata kayak, di beberapa tempat di Rote Ndao terutama di Mulut
Seribu dengan pemandangan bukit-bukit karst yang sangat indah.

2.2.4. Rencana Pengembangan Perikanan Berdasarkan Rencana Zonasi


Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
1) RZWP-3-K Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2017
Rencana pola ruang untuk wilayah daratan pesisir mengacu pada
Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 1 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun
2010 – 2030.
Berdasarkan Dokumen RZWP-3-K, kawasan PPI Nangamesi berada di
lokasi DLKp Pelabuhan Umum Kota Waingapu, namun hal ini telah
dikoordinasikan lebih lanjut dengan Dinas Perhubungan dan Bappeda
Kabupaten Sumba Timur, sebagaimana Berita Acara pada saat Konsultasi
Teknis Masterplan SKPT Sumba Timur.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 47


Gambar 2.4. Pola Ruang RZWP-3-K Provinsi NTT (skala 1:250.000 wilayah
Kabupaten Sumba Timur)

2) RZWP-3-K Kabupaten Sumba Timur Tahun 2014


Arahan Kawasan pemanfaatan Umum (Zona Perikanan)
Rencana pola ruang pengembangan kawasan dengan berbagai zona
dan subzona untuk wilayah daratan pesisir mengacu pada arahan rencana
tata ruang wilayah Kabupaten Sumba Timur 2008-2028. Berdasarkan hasil
analisis kesesuaian kawasan pemanfaatan umum penyusunan rencana zonasi
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Sumba Timur terdiri atas
zona dan subzona yang dalam hal ini menjadi arahan pengembangan yang
diuraikan pada bab berikutnya. Adapun penyajian zona dan subzona secara
detail disajikan pada tabel berikut:
Tabel 2.2. Rencana Zona Dan Subzona Pada Kawasan Pemanfaatan Umum D
Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Sumba Timur

ZONA SUBZONA KECAMATAN


Pelabuhan Pelabuhan
Pangkalan Pendaratan Kota Waingapu
Ikan
Tersebar Di Kecamatan Kambera,
Pertanian Pertanian Lahan Basah
Pandawai dan Umalulu
Pertanian Lahan Kering Tersebar Hampir Di Seluruh Kecamatan
Perkebunan Tersebar Hampir Di Seluruh Kecamatan
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 48
Kecamatan Kambera, Kecamatan
Pandawai, Kecamatan Umalulu,
Peternakan Kecamatan Rindi, Kecamatan Pahunga
Lodu, Kecamatan Wula Waijelu,
Kecamatan Karera
Kecamatan Pahunga Lodu, Kecamatan
Pertambangan Bahan Galian Logam Umalulu, Kecamatan Pandawai,
Kecamatan Rindi, Kecamatan Karera,
Kecamatan Wula Waijelu, Kecamatan
Bahan Galian Non Logam haharu, Kecamatan Kanatang,
Kecamatan Katala Hamu Lingu,
Kecamatan Lewa Tidahu,
Perikanan Daerah Potensi Ikan
Tangkap Demersal Di seluruh Perairan Kabupaten Sumba
Daerah Potensi Ikan Timur
Pelagis
Perikanan Tersebar di Kecamatan Haharu,
Budidaya Laut
Budidaya Kecamatan Kanatang, Kecamatan
Pandawai, Kecamatan Umalulu,
kecamatan Rindi, Kecamatan Pahunga
Budidaya Rumput laut Lodu, Kecamatan Wula Waijelu,
Kecamatan Ngadu Ngala, Kecamatan
Karera.

Hutan Kecamatan Kanatang, Kecamatan


Hutan Produksi Konversi Katala Hamu Lingu, Kota Waingapu,
Produksi
Kecamatan Lewa Tidahu, Kecamatan
Hutan Produksi Terbatas Tabundung
Pariwisata Pariwisata
Tersebar Di Seluruh Kecamatan
Wisata Bahari
Kabupaten Sumba Timur
Wisata Pantai
Selancar Kecamatan Tabundung
Tersebar Di Seluruh Kecamatan
Permukiman
Kabupaten Sumba Timur
Kota Waingapu, Kecamatan Pandawai,
Kecamatan Umalulu, Kecamatan Wula
Industri
Waijelu, Kecamatan Rindi, Kecamatan
Pahunga Lodu
Militer Kecamatan Kanatang

Arahan Kawasan Konservasi


Tabel 2.3. Rencana Zona Dan Subzona Pada Kawasan Konservasi Di Wilayah
Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Sumba Timur

Kawasan Zona Kecamatan


Kawasan Zona Inti Pulau Dana di Kabupaten
Konservasi Saburaijua
Perairan (KKP) : Zona Pemanfaatan Kecamatan Haharu,

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 49


Kawasan Zona Kecamatan
Taman Nasional terbatas Kecamatan Wula Wajelu, dan
Perairan Laut Kecamatan Karera,
Sawu Zona lain Kecamatan Karera, Kecamatan
Umalulu, Kecamatan Rindi,
Kecamatan Pahunga Lodu,
Kecamatan Wula Wajelu, dan
Kecamatan Ngadungala
Zona Pemanfaatan
terbatas
Zona lain

Arahan Alur Laut


Adapun alur yang ditetapkan, harus mendapatkan persetujuan dan
penetapan dari Kementerian Perhubungan, setelah pelabuhan-pelabuhan
selesai pembangunannya. Adapun alur yang akan dibuat antara lain adalah:
1. Alur pelayaran regional di perairan di kecamatan pesisir dengan titik
sentra arah alur pada subzona alur laut lainnya.
2. Pelayaran lokal adalah alur pelayaran keluar/masuk masyarakat atau
nelayan dari pangkalan pendaratan ikan (PPI) di wilayah pesisir pantai
menuju daerah penangkapan ikan dan sebaliknya.
3. Migrasi mamalia laut adalah alur migrasi organisme lumba-lumba yang
melintas disepanjang wilayah pesisir
4. Kabel telekomunikasi adalah kabel yang di pasang dibawa laut dari suatu
tempat ketempat lainnya.
Tabel 2.4. Tabel Rencana Zona Dan Subzona Pada Alur Laut Di Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Sumba Timur

Zona Subzona Kecamatan


 Alur pipa dan Kabel Kecamatan Pandawai
kabel Telekomunikasi
 Alur pelayaran  Pelayaran Kecamatan Kota Waingapu
Regional
 Pelayaran lokal Alur pelayaran nelayan diseluruh
Kecamatan pesisir menuju
daerah penangkapan ikan dan
alur pelayaran masyarakat dari
pulau salura dan sekitarnya ke
Desa Ananjani di Kecamatan
Karera

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 50


Arahan Kawasan Strategis Nasional Tertentu
Di Kabupaten Sumba Timur terdapat Kawasan Strategis Nasional
Tertentu (KSNT). Kawasan strategis wilayah pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di
Kabupaten Sumba Timur, yakni Pulau Salura dan Pulau Manggudu. Pulau-
pulau ini merupakan titik pangkal tapal batas negara kesatuan Republik
Indonesia dengan Negara Australia. Untuk selengkapnya disajikan pada Tabel
berikut ini:
Tabel 2.5. Tabel Rencana Zona Dan Subzona Pada Alur Laut Di Wilayah
Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Sumba Timur
Zona Subzona Kecamatan
Pulau-pulau kecil Pulau Salura dan pulau Kecamatan Karera
terluar Manggudu (Titik pangkal
tapal batas negara
kesatuan Republik
Indonesia)

Gambar 2.5. Pola Ruang RZWP-3-K Kabupaten Sumba Timur (skala


1:250.000 wilayah Kabupaten Sumba Timur)

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 51


BAB III GAMBARAN UMUM
BAB III

GAMBARAN UMUM

3.1. Gambaran Umum Kabupaten Sumba Timur


3.1.1. Administratif
Kabupaten Sumba Timur merupakan salah satu Kabupaten di wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di bagian Selatan dan salah satu
dari empat Kabupaten yang berada di Pulau Sumba. Kabupaten Sumba Timur
memiliki 3 pulau kecil yaitu Pulau Prai Salura, Mengkudu dan Pulau Nuha
(belum berpenduduk). (BPS Kabupaten Sumba Timur - Sumba Timur Dalam
Angka, 2016).
Secara geografis Kabupaten Sumba Timur terletak antara 119°45 –
120°52 Bujur Timur (BT) dan 9°16 – 10°20 Lintang Selatan (LS). dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut (BPS Kabupaten Sumba Timur - Sumba
Timur Dalam Angka, 2016).
- Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumba.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Lautan Hindia.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Sabu.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sumba Tengah.
Kabupaten Sumba Timur memiliki wilayah seluas 7.000,5 Km²,
sedangkan wilayah laut seluas 8.373,53 Km² dengan panjang garis pantai
433,6 Km. Secara administrasi, sejak tahun 2007 telah terjadi pemekaran
sejumlah kecamatan di Sumba Timur menjadi 22 kecamatan, 16 kelurahan
dan 140 desa. Kabupaten Sumba Timur dipimpin oleh seorang Bupati dengan
ibukota kabupaten adalah Waingapu yang terletak di kecamatan Kota
Waingapu. Wilayah daratan Sumba Timur tersebar pada 1 pulau utama
(Pulau Sumba) dan 3 pulau kecil yaitu Pulau Prai Salura, Pulau Mengkudu
dan Pulau Nuha (belum berpenduduk). Sekitar 40% luas Sumba Timur
merupakan daerah yang berbukit-bukit terjal terutama di daerah bagian
Selatan, dimana lereng-lereng bukit tersebut merupakan lahan yang cukup
subur, sementara daerah bagian Utara berupa dataran yang berbatu dan
kurang subur. (BPS Kabupaten Sumba Timur - Sumba Timur Dalam Angka,
2016).

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 52


Gambar 3.1. Peta Administratif Kabupaten Sumba Timur
Sumber: RTRW Kabupaten Sumba Timur Tahun 2008-2028

Berikut ini adalah tabel jumlah kecamatan dan luas wilayah (Km2)
serta prosentasenya di Kabupaten Sumba Timur.
Tabel 3.1. Jumlah dan luas Kecamatan di Kabupaten Sumba Timur

No Kecamatan Luas (Km2) Prosentase


1 Lewa 281,1 4,02
2 Nggaha Ori Angu 286,4 4,09
3 Lewa Tidahu 322,1 4,60
4 Katala Hamu Lingu 453,1 6,47
5 Tabundung 514,4 7,35
6 Pinu Pahar 246,6 3,52
7 Paberiwai 199,7 2,85
8 Karera 334,6 4,78
9 Matawai La Pawu 405,4 5,79
10 Kahaungu Eti 475,1 6,79
11 Mahu 196,6 2,81
12 Ngadu Ngala 207,9 2,97
12 Pahunga Lodu 349,8 5,00
13 Wula Waijelu 221,3 3,16
14 Rindi 366,5 5,24
15 Umalulu 307,9 4,40
16 Pandawai 412,6 5,89
17 Kambata Mapambuhang 412,7 5,90
18 Kota Waingapu 73,8 1,05

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 53


20 Kambera 52,0 0,74
21 Haharu 601,5 8,59
22 Kanatang 279,4 3,99
JUMLAH 7.000,5 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Sumba Timur - Sumba Timur Dalam Angka, 2016

Kecamatan Haharu merupakan kecamatan di Kabupaten Sumba


Timur yang paling luas dengan prosentase 8,59%, sedangkan kecamatan
yang paling kecil adalah Kecamatan Kambera dengan prosentase 0,74% dari
total luas Kabupaten. Sedangkan Kecamatan yang berada di wilayah pesisir
Kabupaten Sumba Timur dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.2. Kecamatan Pesisir Kabupaten Sumba Timur


Luas Wilayah
No. Kecamatan Luas Wilayah (Km2)
(Hektar)
1. Lewa Tidahu 322,1 32.210
2. Katala Hamu Lingu 453,1 45.310
3. Tabundung 514,4 51.440
4. Pinu Pahar 246,6 24.660
5. Karera 334,6 33.460
6. Ngadu Ngala 207,9 20.790
7. Pahunga Lodu 349,8 34.980
8. Wula Waijelu 221,3 22.130
9. Rindi 366,5 36.650
10. Umalulu 307,9 30.790
11. Pandawai 412,6 41.260
12. Kota Waingapu 73,8 7.380
13. Kambera 52,0 5.200
14. Haharu 601,5 60.150
15. Kanatang 279,4 27.940
Sumber :BPS Kabupaten Sumba Timur - Sumba Timur Dalam Angka, 2016

Dilihat dari total kecamatan yang ada di Kabupaten Sumba Timur,


Kabupaten Sumba Timur merupakan salah satu kabupaten yang berada di
Pulau Sumba yang secara adminstrasi dan kondisi wilayahnya sangat
potensial untuk dikembangkan sebagai wilayah pesisir. Tabel di atas
menunjukkan jumlah kecamatan pesisir sebanyak 15 kecamatan dengan total
luas wilayah sebesar 4.743,5 km2 atau sebesar 67,75 % dari luas wilayah di
Kabupaten Sumba Timur.

Kecamatan non pesisir Kabupaten Sumba Timur dapat dilihat pada


tabel di bawah ini :

Tabel 3.3. Kecamatan Non Pesisir Kabupaten Sumba Timur


Luas Wilayah
No. Kecamatan Luas Wilayah (Km2)
(Hektar)
1. Lewa 281,1 28.110
2. Nggaha Ori Angu 286,4 28.640
3. Paberiwai 199,7 19.970

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 54


4. Matawai La Pawu 405,4 40.540
5. Kahaungu Eti 475,1 47.510
6. Mahu 196,6 19.660
7. Kambata Mapambuhang 412,7 41.270
Sumber :BPS Kabupaten Sumba Timur - Sumba Timur Dalam Angka, 2016

Jumlah kecamatan non pesisir di Kabupaten Sumba Timur adalah


33,25% dari total kecamatan yang ada di Kabupaten Sumba Timur.

3.1.2. Kondisi Sosial Budaya


Jumlah Penduduk Kabupaten Sumba Timur pada tahun 2015,
berdasarkan data Kabupaten Sumba Timur Dalam Angka Tahun 2016,
adalah sebesar 246. 294 jiwa, terdiri dari 126.595 laki-laki dan 119.699
perempuan. Laju pertumbuhan penduduk, dalam kurun waktu sepuluh tahun
terakhir ini rata-rata adalah sebesar 2,11 % per tahun
Dengan total luas wilayah 7.000,5 km2, kepadatan penduduk
Kabupaten Sumba Timur adalah 35 jiwa/km2. Kepadatan tertinggi di
Kecamatan Kambera, yaitu 633 jiwa/km², sedang kepadatan terendah ada di
Kecamatan Katala Hamu Lingu dan Kecamatan Kambata Mapambuhang,
yaitu 9 jiwa/km².

Tabel 3.4. Jumlah Penduduk Menurut Kecamata (Jiwa)


di Kabupaten Sumba Timur
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan (Jiwa)
Kecamatan
Laki-Laki Perempuan Jumlah
Lewa 8677 8033 16710
Nggaha Ori Angu 4833 4674 9507
Lewa Tidahu 3355 3396 6751
Katala Hamu Lingu 1999 1997 3996
Tabundung 4455 4331 8786
Pinu Pahar 3700 3537 7237
Paberiwai 3106 2819 5925
Karera 4187 3927 8114
Matawai La Pawu 3239 3097 6336
Kahaungu Eti 4423 4259 8682
Mahu 2303 2079 4382
Ngadu Ngala 2649 2428 5077
Pahunga Lodu 6481 6422 12907
Wula Waijelu 3835 3650 7485
Rindi 5002 4777 9779

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 55


Umalulu 9075 8417 17492
Pandawai 8186 5658 15844
Kambata Mapambuhang 1952 1792 3744
Kota Waingapu 19733 18512 38245
Kambera 17065 15992 33057
Haharu 3133 3059 6192
Kanatang 5207 4843 10050
Sumba Timur 126595 119699 246294
Sumber : Sumba Timur Dalam Angka, 2016

Tabel 3.5. Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan


di Kabupaten Sumba Timur Tahun 2014 - 2018
Jumlah Jumlah Penduduk (Jiwa)
Pertum-
No Kecamatan Penduduk
buhan (2014) (2015) (2016) (2017) (2018)
(2012)
1 Lewa 16.053 -2.01 16.971 17.309 17.650 17.992 18.334
2 Nggaha Ori 8.978 28.09 8.989 9.050 9.108 9.165 9.223
Angu
3 Lewa Tidahu 6.460 1.23 6.372 6.411 6.447 6.481 6.515
4 Katala Hamu 3.755 2.05 3.978 4.033 4.090 4.145 4.200
Lingu
5 Tabundung 8.404 0.92 8.828 8.930 9.029 9.128 9.228
6 Pinu Pahar 6.901 1.31 6.687 6.732 6.776 6.818 6.860
7 Paberiwai 5.786 0.11 5.987 6.058 6.128 6.198 6.267
8 Karera 7.594 1.54 7.755 7.824 7.892 7.959 8.026
9 Matawaila Pawu 5.937 1.04 6.185 6.263 6.340 6.417 6.494
10 Kahaungu Eti 8.298 1.87 8.769 8.877 8.984 9.090 9.187
11 Mahu 4.050 11.57 4.151 4.194 4.237 4.278 4.319
12 Ngadu Ngala 4.915 1.26 4.939 4.958 4.974 4.994 5.014
13 Pahunga Lodu 12.218 1.28 13.327 13.555 13.783 14.012 14.240
14 Wula Waijelu 7.119 2.02 7.416 7.518 7.620 7.723 7.825
15 Umalulu 9.282 1.43 9.508 9.583 9.655 9.726 9.797
16 Rindi 26.549 1.83 17.323 17.529 17.735 17.938 18.145
17 Pandawai 15.285 2.52 15.971 16.218 16.463 16.709 16.955
18 Kambata 3.504 4.18 3.608 3.640 3.669 3.698 3.727
apambuhang
19 Kota Waingapu 36.170 3.14 39.494 40.488 41.496 42.519 43.545
20 Kambera 21.692 2.00 34.011 34.625 35.241 35.859 36.477
21 Haharu 5.916 1.22 5.797 5.828 5.858 5.887 5.916
22 Kanatang 9.740 3.93 9.614 9.785 9.900 10.039 10.179
TOTAL 234.606 245.680 249.408 253.075 256.775 260.473
Sumber: Program Sanitasi Tahun 2014 dan Hasil Analisis 2017

Jumlah penduduk Kabupaten Sumba Timur mengalami kenaikan dari


tahun 2000-2010 dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 2,11 %.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 56


Konsentrasi penduduk paling padat berada di Kecamatan Kambera dan Kota
Waingapu dimana kedua kecamatan tersebut merupakan kawasan
perkotaan, wilayah tersebut mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
Penduduk Kabupaten Sumba Timur umumnya adalah suku Sumba
asli, namun terdapat juga suku Sabu, keturunan Tionghoa, Arab, Bugis, Jawa
dan penduduk yang berasal dari daerah Nusa Tenggara Timur lainnya.
Bahasa daerah yang digunakan adalah Bahasa Sumba Kambera. Sebagian
besar penduduk di kabupaten ini beragama Protestan. Selebihnya adalah
Islam, Hindu dan Budha. Sekitar 39 persen lagi adalah beragama tradisional
Marapu.
Tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Sumba Timur pada saat
sekarang telah berkembang cukup baik, dimana hal ini ditunjukan dengan
jumlah penduduk yang telah menamatkan jenjang pendidikan SLTP dan
SLTA/SMK cukup besar, yakni mencapai angka 12 %, sementara yang sedang
melaksanakan jenjang pendidikan SD adalah lebih dari 58 % dari jumlah
penduduk usia sekolah. Data statistik Kabupaten Sumba Timur dalam Angka
Tahun 2014, juga menunjukan jumlah penduduk yang tamat SLTA dan
Perguruan Tinggi cukup baik, yakni lebih dari 5 %. Kondisi perkembangan
pendidikan di Kabupaten Sumba Timur akan berjalan baik karena di seluruh
kecamatan telah tersedia sarana sekolah tingkat SD dan SLTP baik sekolah
negeri maupun swasta. Sementara jenjang sarana pendidikan tingkat SLTA
sudah banyak tersebar di beberapa kecamatan, terutama kecamatan Kota
Waingapu, kambera dan Kanatang, yang jumlahnya 21 SLTA, terdiri dari 15
SLTA Negeri dan 6 SLTA Swasta.
Mata pencaharian penduduk Kabupaten Sumba Timur saat ini masih
didominasi di bidang pertanian, termasuk sub sektor peternakan dan
nelayan, terutama di daerah pedesaan. Walaupun sektor pertanian
menempati tempat pertama dalam pendapatan regional, luas sawah yang
bisa digarap baru 11 persen dari luas tanah kabupaten seluruhnya. Adapun
di wilayah perkotaan, mata pencaharian penduduk sudah sangat beragam,
seperti bidang transportasi, industri, jasa perbankan, dan jasa pelayanan
lainnya.

3.1.3. Kondisi Ekonomi


Lebih dari 70 % penduduk di Kabupaten Sumba Timur melakukan
aktivitas dan keragaan pekerjaannya berada pada wilayah pesisir. Kondisi
lapangan pekerjaan penduduk Kabupaten Sumba Timur didominasi pada
sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 57


Lapangan pekerjaan penduduk produktif di Kabupaten Sumba Timur
disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.6. Lapangan Pekerjaan Penduduk Kabupaten Sumba Timur, 2015


Lapangan Usaha Laki-laki Perempuan Jumlah
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,
40358 27127 67485
Perburuan dan Perikanan
Pertambangan & Penggalian 1983 116 2009
Industri Pengolahan 2359 5573 7932
Listrik, Gas & Air Minum 140 0 140
Konstruksi 6042 0 6042
Perdagangan, Rumah Makan & Jasa
4830 3143 7973
Akomodasi
Transportasi, Pergudangan & Komunikasi 3568 0 3568
Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha
606 417 1023
Persewaan & Jasa Peusahaan
Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan
6729 6425 13154
Perorangan
Jumlah 66.615 42.801 109.416
Sumber : Sumba Timur Dalam Angka, 2016
Jumlah penduduk yang terdaftar sebagai penduduk produktif yang
memiliki pekerjaan tetap di Kabupaten Sumba Timur sebanyak 109.4416
jiwa yang tediri dari 66.615 jiwa laki-laki dan 42.801 jiwa perempuan. Jika di
bandingkan dengan jumlah penduduk di Kabupaten Sumba Timur maka
persentase penduduk laki-laki yang memiliki pekerjaan sebesar 61 % dan
persentase penduduk perempuan yang memiliki pekerjaan sebesar 39 %.
Tabel di atas menunjukkan bahwa penduduk yang bekerja dominan pada
sektor pertanian, perkebunan, perburuan dan perikanan sebanyak 67.485
penduduk atau 63 % dari jumlah penduduk yang berkerja.
PDRB merupakan salah satu ukuran yang digunakan untuk menentukan
tingkat perekonomian wilayah. Kondisi PDRB Kabupaten Sumba Timur
disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.7. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku,
Kabupaten Sumba Timur (juta rupiah) Tahun 2013-2015
No. Lapangan Usaha 2013 2014 2015
1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 964.321 1.100.155 1.214.488
2. Pertambangan dan Penggalian 53.042 59.250 64.516
3. Industri Pengolahan 51.436 58.027 27.102
4. Listrik Gas dan Air Minum 922 1.096 1.347
5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
904 933 969
Limbah dan Daur Ulang
6. Konstruksi 400.302 436.149 474.926
7. Perdagangan 493.702 539.374 589.435

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 58


8. Transportasi dan Pergudangan 172.306 194.534 219.372
9. Penyediaan Akomodasi dan makan 8732 10.110 11.706
Minum
10. Informasi dan Komunikasi 140.530 148.555 156.417
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 121.905 144.131 166.653
12. Real estate 69.577 75.992 83.200
13. Administrasi Pemerintahan 379.388 408.482 438.893
14. Jasa Pendidikan 539.190 658.614 782.512
15. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 77.607 88.622 98.293
PDRB Kabupaten Sumba Timur 3.632.368 4.097.720 4.561.317
Sumber : Sumba Timur Dalam Angka, 2016
Tabel diatas menunjukkan bahwa PDRB Kabupaten Sumba Timur
selama tiga tahun mengalami peningkatan. Tahun 2013 nilai PDRB atas
Dasar Harga Berlaku sebesar Rp. 3.632.368.000.000,- dan tahun 2012
menjadi Rp. 4.092.720.000.000,- dengan peningkatan sebesar 14,10 %.
Untuk tahun 2015 nilai PDRB atas Harga Berlaku sebesar Rp. 4.561.317.
000.000,- atau meningkat sebesar 13,88 %.
Selama tiga tahun terakhir secara umum PDRB mengalami peningkatan
secara rata-rata 13,99 % per tahun. Pembentukan nilai PDRB tahun 2013 di
Kabupaten Sumba Timur di dominasi pada sektor pertanian, kehutanan dan
perikanan sebesar 26,54 %. Pembentukan nilai PDRB tahun 2014 di
Kabupaten Sumba Timur di donimasi pada sektor pertanian, kehutanan dan
perikanan sebesar 26,84 %. Pembentukan nilai PDRB tahun 2015 di
Kabupaten Sumba Timur di donimasi pada sektor pertanian, kehutanan dan
perikanan, kehutanan dan perikanan sebesar 26,62 %.

3.1.4. Infrastruktur
Kondisi Infrastruktur sangat berkaitan dengan aspek sosial yang
berhubungan dengan pembangunan wilayah terdiri dari kepemilikan listrik,
tempat buang sampah, dan sumber air bersih.
3.1.4.1. Listrik
Wilayah Kabupaten Sumba Timur secara umum sudah dilayani oleh
jaringan listrik yang dilayani dari PTLD, PLTA, PLTS tetapi pelayanannya
masih belum optimal dan belum menjangkau seluruh kawasan pedesaan
yang ada. Hampir 90 % wilayah pesisir belum terjangkau oleh tenaga listrik,
dengan tersedianya prasarana pelistrikan yang memadai akan mendorong
masyarakat melakukan usaha – usaha ekonomi produktif dimalam hari atau
disaat musim paceklik dalam usaha perikanan.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 59


Tabel 3.8. Tingkat Kepemilikan Listrik Masyarakat Pesisir di Kabupaten
Sumba Timur, 2014
No. Akses Listrik Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Ya 12 24
2. Tidak 38 76
Total 50 100
Sumber: RZWP-3-K Kabupaten Sumba Timur, 2014

Sumber energi listrik di Kabupaten Sumba Timur disamping


disediakan oleh Pihak PLN, juga disediakan Pemerintah. Banyaknya
pelanggan listrik dari PLN untuk seluruh Kabupaten Sumba Timur adalah
19.191 orang, dengan pemakaian 24.581.523 kwh. Pemakaian terbanyak
adalah Kecamatan Kota Waingapu. (BPS Kabupaten Sumba Timur - Sumba
Timur Dalam Angka, 2016).

3.1.4.2. Air Bersih


Pemenuhan kebutuhan air bersih untuk wilayah Kabupaten Sumba
Timur dilaksanakan melalui dua sektor yaitu sektor formal (PDAM) dan
sektor informal (invidual dan swasta). Diketahui bahwa layanan air bersih
belum seluruh masyarakat dapat terlayani. Hal disebabkan beberapa unit
lingkungan di Kecamatan Sumba Timur belum terjangkau oleh jaringan pipa
yang ada, sehingga masyarakat di wilayah tersebut memenuhi kebutuhan air
bersihnya secara individual dari sumur gali dan sungai.
Pelayanan jaringan sistem air bersih di Kabupaten Sumba Timur
dikelola oleh pihak PDAM dan sebagian menggunakan sumur bor. Untuk saat
ini belum ada penambahan kapasitas, dengan dibangunnya kawasan ini
diharapkan pihak PDAM dapat menambah kapasitas pelayanan karena
kapasitas yang ada saat ini tidak dapat mencukupi kebutuhan yang ada.
Pengambilan sumber air yang ada bisa diambil dari mata air, sungai atau
alternatif terakhir kali adalah dengan sumur bor.

Tabel 3.9. Sumber Air Minum Masyarakat Pesisir di Kabupaten Sumba Timur
Jumlah
No. Sumber Air Minum Persentase (%)
(orang)
1. Sungai 13 26
2. Sumur 20 40
3. Air Sumber 15 30
4. PDAM 0 0
5. Beli Galon 2 4
Total 50 100
Sumber: RZWP-3-K Kabupaten Sumba Timur, 2014

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 60


Banyaknya pelanggan air minum dari PDAM di Kabupaten Sumba
Timur 8.175 orang dengan pemakaian 2.493.193 m3. Pemakaian terbanyak
adalah kecamatan Kota Waingapu. (BPS Kabupaten Sumba Timur - Sumba
Timur Dalam Angka, 2016).

3.1.4.3. Telekomunikasi
Terdapat 1 kantor pos di Kabupaten Sumba Timur yang terletak di
Kecamatan Waingapu, dengan tambahan pelayanan melalui kantor pos
tambahan yaitu 2 kantor pos pembantu yang terletak di Kecamatan Lewa dan
Umalulu. Rendahnya ketersediaan pelayanan pos sampai ke desa - desa
mengakibatkan tingginya biaya informasi sehingga berkontribusi pada
kurang lancarnya arus dari dan ke desa. Di hampir semua wilayah kecamatan
sudah dijangkau dengan telepon seluler (Indosat dan Telkomsel). Hal ini
mempermudah masyarakat dalam mengakses informasi dan melakukan
komunikasi termasuk juga masyarakat dalam mengakses investasi di wilayah
ini.
3.1.4.4. Aksesibilitas
1). Darat
Dalam RTRW Kabupaten Sumba Timur Tahun 2008-2028, rencana
pengembangan jalan nasional yaitu pada ruas jalan yang
menghubungkan Kota Waingapu ke Waibakul (Kabupaten Sumba Tengah)
– Waikabubak (Kabupaten Sumba Barat) – Weetabula (Kabupaten Sumba
Barat Daya) dan ruas jalan Waingapu – Napu – Tanambanas – Mamboro –
Tanariwu – Weetabula.
Rencana pengembangan jalan Provinsi yaitu pada ruas yang
menghubungkan Kabupaten Sumba Timur ke Kabupaten Sumba Barat,
rencana jaringan jalan lingkar Pantai Utara (Trans Pulau Sumba) dan
rencana pengembangan jaringan jalan lingkar Sumba dengan prioritas
sedang yang menghubungkan kota-kota Waitabula- Waikabubak-
Waibakul-Waingapu.
Jalan Provinsi direncanakan mampu dilewati oleh kendaraan-
kendaraan berat, dan kelas jalan direncanakan kelas I dengan muatan sumbu
terberat lebih dari 10 ton. Rencana jaringan jalan kabupaten adalah sebagai
berikut :
a. rencana pengembangan jaringan jalan kabupaten dilakukan
dengan melakukan peningkatan jalan eksisting yaitu melebarkan
jalan dan meningkatkan kualitas perkerasan jalan.
b. penentuan prioritas pengembangan jaringan jalan didasarkan
kepada rencana prioritas pengembangan wilayah.
Status jalan yang terdapat di Kabupaten Sumba Timur, diketahui
bahwa jalan dengan status Jalan Negara adalah sepanjang 67,9 Km, jalan

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 61


dengan status Jalan Propinsi adalah sepanjang 407,72 Km, dan jalan dengan
status Jalan Kabupaten adalah sepanjang 1101,4 Km.
Kondisi jalan yang terdapat di Kabupaten Sumba Timur, diketahui
bahwa jalan dengan kondisi baik adalah sepanjang 751,96 Km, berkondisi
sedang sepanjang 592,83 Km, berkondisi rusak sepanjang 133,73 Km, dan
berkondisi rusak berat sepanjang 98,5 Km.
2). Laut
Kabupaten Sumba Timur memiliki pelabuhan laut, baik untuk
angkutan penumpang maupun untuk angkutan barang. Kapal Awu (Pelni)
yang menghubungkan kota Waingapu dengan kota Labuan Bajo, Ende,
Kupang, Denpasar dan Surabaya. Selain itu tersedia juga kapal barang
(EMKL) milik beberapa pengusaha yang mengangkut barang dari Surabaya
dan Makasar ke Waingapu atau sebaliknya yang juga telah dilengkapi dengan
Container. Untuk angkutan barang ke kota – kota di Propinsi Nusa Tenggara
Barat, Bali dan pulau Jawa telah tersedia penyeberangan (Kapal Ferry)
melalui pelabuhan Waikelo di Kabupaten Sumba Barat Daya. Dengan
demikian akses dari Wingapu ke kota – kota lain di Nusa Tenggara Timur ke
luar Nusa Tenggara Timur cukup besar.
3). Udara
Penerbangan Udara saat ini tersedia 2 (dua) maskapai penerbangan
yang melayani penerbangan dari Waingapu ke kota lain Nusa Tenggara
Timur (Maumere dan Kupang) dan juga kota – kota lain di Luar Nusa
Tenggara Timur seperti Denpasar, Surabaya dan Jakarta atau sebaliknya.
3.1.4.5. Sarana Transportasi
Dalam RTRW Kabupaten Sumba Timur Tahun 2008-2028, dalam
upaya pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah, strategis yang
dikembangkan, yaitu:
1. Strategi pengembangan transportasi jalan raya
Jaringan jalan dalam upaya mewujudkan keterpaduan dengan wilayah
Kabupaten Sumba Timur sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dengan
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Kabupaten Sumba Tengah, Kabupaten
Sumba Barat dan Kabupaten Sumba Barat Daya.
- mengembangkan Jalan Trans Pulau Sumba sebagai Jalan Provinsi
yaitu jaringan jalan mengelilingi Pulau Sumba.
- mengembangkan jaringan jalan, pengembangan sarana angkutan dan
pengembangan prasarana jalan raya yang mengkases ke pelabuhan.
- mengembangkan jalan lokal primer yang menghubungkan pusat
kabupaten dengan pusat sistem perwilayahan.
- mengembangkan jalan menuju Kawasan Agropolitan
Umakahauripan untuk memperlancar pengangkutan hasil-hasil dari
kawasan agropolitan
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 62
- mengembangkan jaringan jalan di wilayah perkotaan Kabupaten
Sumba Timur; dan
- melakukan pengendalian kemacetan lalu lintas di lokasi-lokasi
rawan kemacetan di perkotaan yang ada di Kabupaten Sumba Timur.
2. Strategi pengembangan infrastruktur jaringan prasarana transportasi
pendukung pertumbuhan wilayah berupa terminal.
- meningkatkan infrastruktur pendukung dan pelayanan terminal
penumpang di Perkotaan Waingapu dan Terminal Penumpang
Kambajawa sebagai terminal penumpang antar Kota Tipe B di
Kecamatan Kota Waingapu;dan
- mengembangkan terminal Tipe C di pusat wilayah
pengembangan dan disetiap kecamatan.
3. Strategi pengembangan transportasi laut
a. Strategi pengembangan akses eksternal wilayah dalam lingkup yang
lebih luas.
- mengembangkan jalur transportasi laut yang menghubungkan
Waingapu dengan pelabuhan lainnya di Provinsi NTT dan Provinsi
lainnya dalam skala Nasional;
- meningkatkan kapasitas bongkar muat Pelabuhan Waingapu
dengan pengembangan prasarananya;dan
- menjalin kerjasama dengan daerah lain untuk mendukung
pengembangan akses eksternal.
b. Strategi pengembangan jaringan transportasi laut untuk membuka
keterisolasian wilayah di pulau-pulau Kabupaten Sumba Timur.
- pembangunan pelabuhan pengumpan di pulau-pulau kecil;
- pembangunan pelabuhan pengumpan di pantai Selatan
Kabupaten Sumba Timur sebagai akses masuk ke pulau-pulau
kecil;dan
- pembangunan prasarana jalan untuk mendukung kegiatan
pelabuhan pengumpan tersebut.

3.1.4.6. Persampahan
Sampah di Sumba Timur dihasilkan oleh sampah diantaranya adalah
sampah yang berasal dari kawasan permukiman biasanya yang dominan
adalah sampah basah dari dapur, sampah yang berasal dari pasar yang
dihasilkan adalah sampah organik, dan sampah untuk pertokoan, tempat
wisata, sekolah, terminal, serta sampah jalan yang dihasilkan adalah sampah
kering sedangkan sampah dari puskesmas / balai pengobatan adalah sampah
yang dihasilkan adalah sampah medis seperti sampah suntikan, botol-botol
obat dan sampah non medis adalah sampah padat.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 63


3.2. Kondisi Fisik
3.2.1. Topografi
Topografi Kabupaten Sumba Timur dicirikan oleh dataran perbukitan
dan pegunungan landai dengan titik tertinggi tercatat 1.225 m dari
permukaan air laut. Kemiringan lereng pada wilayah bagian utara lebih
landai dibandingkan dengan kemiringan lereng arah selatan. Hal ini
menjadikan dataran aluvial pantai banyak dijumpai di sepanjang pantai
utara. Hal ini didominasi oleh bukit – bukit karang kapur yang terjal, dataran
tinggi yang menghijau dan sabana – sabana hingga daerah pesisir. Bagian
tengah dan selatan terutama tenggara relatif merupakan deretan
pegunungan. Daerah perbukitan ini sebenarnya merupakan daerah yang
subur tetapi tidak dimanfaatkan secara optimal untuk lahan pertanian
karena kurangnya ketersediaan air permukaan. Sesuai dengan letak
geografisnya, Wilayah Kabupaten Sumba Timur yang terdiri atas wilayah
daratan, wilayah pesisir dan laut, memiliki topografi mulai dari datar sampai
sangat curam. (Sumber: RZWP-3-K Kabupaten Sumba Timur, 2014)

Gambar 3.2. Peta Topografi Kabupaten Sumba Timur


(Sumber: RZWP-3-K Kabupaten Sumba Timur, 2014)

3.2.2. Penggunaan Lahan


Lahan permukiman berada di sepanjang jalur-jalur jalan utama yang
terkonsentrasi pada wilayah bagian utara sampai bagian timur yaitu daerah-
daerah yang berada disepanjang jalur regional Waingapu – Melolo. Untuk
guna lahan non permukiman didominasi oleh pemanfaatan lahan untuk
tanaman pertanian lahan kering dan padang savanna (RPJMD Kabupaten
Sumba Timur Tahun 2011-2015).

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 64


Gambar 3.3. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Sumba Timur
(Sumber: RZWP-3-K Kabupaten Sumba Timur, 2014)

3.2.3. Geologi

Gambar 3.4. Peta Geologi Kabupaten Sumba Timur


(Sumber: RZWP-3-K Kabupaten Sumba Timur, 2014)

Kabupaten Sumba Timur didominasi oleh batuan sedimen yang


terendapkan dalam lingkungan laut, yaitu Formasi Batuan Kaliangga dan
Formasi Kananggar. Di samping itu di bagian selatan pulau dijumpai batuan
gunung api (Volvanic Rocks) dan batuan terobosan (Intrusive Rock).

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 65


3.2.4. Jenis Tanah
Jenis tanah di Kabupaten Sumba Timur terdiri atas beberapa
kelompok jenis tanah dominan yaitu Resina, Grumosol, Litosol, Mediteran,
dan Regosol.

3.2.5. Klimatologi dan Hidrologi


Pada umumnya iklim di Kabupaten Sumba Timur beriklim semi arid
dengan tiga rezim curah. Suhu antara 28,8°C – 31,4°C. Jumlah sungai
sebanyak 169 sungai, mata air sebanyak 266 buah. Kecamatan Lewa
merupakan yang banyak dilintasi oleh sungai sebanyak 20 dengan 35 sumber
mata air dan yang paling sedikit dilintasi oleh sungai adalah kecamatan
Tabundung sebanyak 9 sungai dengan 17 mata air.

3.2.6. Bathimetri
Kedalaman perairan Kabupaten Sumba Timur berkisar antara 1-375
m (dalam batas 4 mil kearah laut). Perairan Kabupaten Sumba Timur
memiliki tekstur sedimen berupa batu, lumpur, lumpur berpasir, pasir, dan
pasir berlumpur. Morfologi pantai Kabupaten Sumba Timur meliputi estuari,
mangrove, pantai berbatu, pantai berpasir, pantai cadas, dan pantai tebing.
Pada morfologi pantai Sumba Timbur pada bagian selatan, di beberapa lokasi
terdapat pantai berbatu dan pantai tebing yaitu di kecamatan Lewa Tidahu,
Pinu Pahar, Karera. Dominasi mangrove di kecamatan Pahunga Lodu, Rindi,
Umalulu, Pandawai serta Kambera. dominasi pantai berpasir di Kec. Pahunga
Lodu, Rindi, Umalulu, Pandawai, hingga kecamatan Haharu.

Gambar 3.5. Peta Bathimetri pada Perairan Kabupaten Sumba Timur


(Sumber: RZWP-3-K Kabupaten Sumba Timur, 2014)

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 66


3.2.7. Arus Laut
Kisaran nilai kecepatan yang diperoleh yaitu 3,40-6,60 m/s. Arus di
perairan Kabupaten Sumba Timur sangat dipengaruhi oleh pasang surut.
Disamping itu juga terdapat arus menyusur pantai (AMP) yang banyak di
pengaruhi refraksi gelombang dipantai. Arus inilah yang banyak mengangkut
sedimen dari suatu ketempat lain yang menyebabkan terjadinya abrasi dan
akresi di sekitar pantai.
Kabupaten Sumba Timur yang berbatasan dengan Perairan Laut Sawu
adalah wilayah lintasan arus lintas Indonesia (Arlindo) yang merupakan
pertemuan dua massa arus dari Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.
Secara oseanografi, kawasan ini memiliki arus laut yang terkenal kuat
(Kepmen Kelautan dan Perikanan RI No.6/KEPMEN-KP/2014).

Gambar 3.6. Arus Laut di Sekitar Laut Sawu

3.2.8. Angin
Kondisi Angin untuk Kabupaten Sumba Timur, khususnya daeran PPI
Nangamesi menggunankan pencatatan angin dari ECMWF. Data angin yang
diperoleh berupa data kecepatan dan arah angin selama 5 tahun terakhir
(2011 - 2016). Dari data tersebut diolah dalam bentuk diagram mawar angin
(Wind Rose). Dari windrose tersebut diketahui arah angin dominan selama
tahun 2011 - 2016 di PPI Nangamesi adalah dari tenggara dengan kecepatan
dominan 7 - 9 m/s (Hasil Analisis, 2017).

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 67


Gambar 3.7. Windrose di Lokasi SKPT Kabupaten Sumba Timur

3.2.9. Pasang Surut


Pasang surut yang terjadi di perairan Kabupaten Sumba Timur adalah
pasang surut campuran yang condong harian ganda (mixed tide prevailing
semidiurnal) yang artinya bahwa perairan Kabupaten Sumba Timur
mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi terkadang
terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu
yang berbeda. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan setempat, jarak
pasang surut rata-rata, yaitu 2-3 m. (Hasil Analisis, 2017)

Gambar 3.8. Grafik Pasang Surut Kabupaten Sumba Timur

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 68


3.3. Gambaran Umum Lokasi SKPT di Kabupaten Sumba Timur
Lokasi fokus pengembangan SKPT di Kabupaten Sumba Timur yang
akan digambarkan siteplannya meliputi pengembangan perikanan tangkap
dan pengembagan budidaya. Lokasi pengembangan perikanan tangkap
berada di PPI Nangamesi, Kecamatan Kota Waingapu, sedangkan lokasi
pengembangan budidaya rumput laut berada di Kecamatan Pahunga Lodu.
Lokasi tersebut dapat dilihat pada peta berikut.

Lokasi Pengembangan
P.Tangkap (PPI Nangamesi)

Lokasi Pengembangan P.Budidaya


(Lokasi Gudang RL)

Gambar 3.9. Lokasi Fokus Pengembangan SKPT


3.3.1. Lokasi Pengembangan Perikanan Tangkap
Lokus sentra kelautan dan perikanan untuk pengembangan perikanan
tangkap di Kabupaten Sumba Timur yaitu berada di Pelabuhan Pendaratan Ikan
(PPI) Nangamesi, yang terletak di Desa/Kelurahan Kamalaputi, Kecamatan Kota
Waingapu. Kabupaten Sumba Timur, Provinsi NTT. Pemilihan lokasi sentra kelautan
dan perikanan di PPI tersebut, dengan pertimbangan, antara lain:
- Sesuai dengan kebijakan Pemerintah Daerah, bahwa lokasi kegiatan
pembangunan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) tersebut sudah sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sumba Timur yang
tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Timur Nomor 12 Tahun
2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sumba
Timur Tahun 2008-2028. (Surat Penegasan dari Kepala Bappeda Kabupaten
Sumba Timur No.Bap.021.10/3370/XII/2016 dan Surat Bupati Sumba Timur
No.DKP.523/794/V/2017 tentang Lokasi SKPT sebagaimana tertuang dalam
Lampiran dokumen ini).
- Berdasarkan Peta Pola Ruang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan
Peraturan Zonasi Kawasan Perkotaan Kota Waingapu Tahun 2015-2035,

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 69


bahwa alokasi ruang PPI Nangamesi masuk ke dalam zona Budidaya, pada
Sarana Pelayanan Umum (SPU), yaitu SPU-7 sebagai Pusat Pelelangan Ikan.
- Status lahan lokasi PPI Nangamesi adalah milik Pemerintah Daerah
Kabupaten Sumba Timur (Aset Pemda), dengan luas sekitar 51,8 (5,2) m2
berdasarkan Sertifikat Tanah dari Badan Pertanahan Nasional RI Nomor
BS.759101 (Copy sertifikat sebagaimana tertuang dalam Lampiran dokumen
ini).
- PPI Nangamesi lokasinya dekat dengan pelabuhan umum, sehingga sangat
memudahkan dalam hal pemasaran hasil perikanan.
- PPI Nangamesi juga berdekatan dengan perkampungan nelayan, yaitu
nelayan Kampung Bugis, hal ini sangat memudahkan nelayan beroperasi.
- Dukungan Pemda Kabupaten Sumba Timur, yaitu telah disusunnya
Masterplan, DED dan FS untuk PPI Nangamesi
- Berdasarkan hasil analisis, Pangkalan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
Nangamesi memiliki kekuatan sebagai berikut :
a. Berada di Pusat Perekonomian Kota Waingapu
b. Aksesibilitas baik
c. Jumlah nelayan yang cukup banyak
d. Jumlah produksi ikan yang meningkat setiap tahunnya
e. Status lahan milik negara
f. Struktur tanah baik
g. Luas lahan non terbangun besar
- Lokasi Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Nangamesi memiliki peluang
sebagai berikut :
a. Kemudahan aksesibilitas (Bandara dan Pelabuhan)
b. Terletak di pusat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumba
Timur
c. Peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat sekitar
d. Di dukung kebijakan oleh pemerintah pusat
e. Potensial investasi
f. Semakin banyak pemerhati pengembangan usaha perikanan
(Dinas Kelautan dan Perikanan, Lembaga Pendidikan, LSM, dan
lain-lain).
- Berdasarkan hasil survei, tempat pendaratan kapal ikan utama di
Kabupaten Sumba Timur berada di pelabuhan rakyat dekat dengan
PPI Nangamesi, tidak ada PPI lain.

3.3.1.1. Administrasi
Kecamatan Kota Waingapu terletak di Pulau Sumba bagian utara
Kabupaten Sumba Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur. Luas Kecamatan
Kota Waingapu 73,8 Km2 atau 7.380 hektar dengan jumlah desa/kelurahan
sebanyak 7 desa/kelurahan. Luas wilayah kecamatan Kota Waingapu sebesar
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 70
1,05% dari total luas wilayah kabupaten Sumba Timur. Dengan letak yang
umumnya disepanjang pantai utara, berbukit dan curah hujan yang sangat
rendah dan tidak merata tiap tahun. Dimana musim penghujan relatif pendek
bila dibanding musim kemarau.

Tabel 3.10. Statistik Pemerintahan Kecamatan Kota Waingapu

Menurut PP No. 46 Tahun 1992, Kecamatan Kota Waingapu berbatasan


dengan :

 Sebelah Utara dengan Selat Sumba


 Sebelah Selatan dengan Kecamatan Kambera
 Sebelah Timur dengan Kecamatan Kambera
 Sebelah Barat dengan Nggaha Ori Angu dan Kecamatan Kanatang
Wilayah administratif Kecamatan Kota Waingapu meliputi 7
Desa/Kelurahan, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.11. Luas Wilayah Kecamatan Kota Waingapu


Luas Wilayah
No. Desa/Kelurahan
Km2 Hektar %
1 Kamalaputi 1.2 120 1.63
2 Matawai 1.4 140 1.90
3 Hambala 2.4 240 3.25
4 Kambajawa 2.7 270 3.66
5 Mbatakapidu 25.9 2590 35.09
6 Pambotanjara 17.9 1790 24.25
7 Lukukamaru 22.3 2230 30.22
KOTA WAINGAPU 73.8 7380 100
Sumber : Kota Waingapu dalam Angka 2016

Menurut RDTR Perkotaan Waingapu, secara batasan fungsional,


perkotaan Kota Waingapu memiliki luas 9.980 Ha.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 71


Tabel 3.12. Luas Wilayah Perkotaan Kota Waingapu Tahun 2014
Nama Nama Luas
No
Kecamatan Kelurahan (Ha)
1 Kamalaputi 160
2 Matawai 97
Kota Waingapu
3 Hambala 259
4 Kambajawa 672
5 Maulumbi 1509
6 Lambanapu 506
7 Mauliru 654
Kambera
8 Mauhau 1658
9 Kambaniru 851
10 Prailiu 453
11 Wangga 426
12 Kanatang Temu 2735
TOTAL LUAS WILAYAH 9980
Sumber: RDTR Kawasan Perkotaan Kota Waingapu 2015-2035

Jumlah desa pesisir di Kabupaten Kota Waingapu adalah 2 (dua) desa


pesisir, yaitu Desa Kamalaputi dan Desa Matawai, sedangkan desa yang tidak
memiliki pesisir ada 5(lima), yaitu desa Hambala, Kambajawa, Mbatakapidu,
Pambotanjara, Lukukamaru.

3.3.1.2. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi


Penduduk kecamatan Kota Waingapu pada Tahun 2015 tercatat
sebanyak 38.245 jiwa, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 7.405. Jumlah
penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan, yakni laki-laki
sebanyak 19.733 jiwa dan perempuan 18.512 jiwa.

Tabel 3.13. Penduduk Kota Waingapu Menurut Jenis Kelamin Rasio dan
Kepadatan Tahun 2015

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 72


Dengan luas wilayah 73,8 Km2, kepadatan penduduk pada tahun 2015
menunjukkan bahwa setiap 1 km2 luas Kecamatan Kota Waingapu ditempati
oleh 518 jiwa penduduk Kota Waingapu. Dalam setiap rumah tangga yang
berada di Kecamatan Kota Waingapu terdapat rata-rata 5 anggota rumah
tangga (jiwa).
Menurut sebaran penduduk per desa, desa/ kelurahan dengan jumlah
penduduk terbanyak adalah Kelurahan Kambajawa dengan jumlah penduduk
11.301 jiwa dan yang paling sedikit adalah Desa Luku kamaru dengan jumlah
penduduk 721 jiwa. (Statistik Daerah Kecamatan Kota Waingapu, 2016).
Fasilitas Pendidikan di Kota Waingapu mengalami penambahan.

Gambar 3.10. Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kota Waingapu Tahun 2015

Mata pencaharian penduduk kabupaten Sumba Timur saat ini masih


didominasi di bidang pertanian, termasuk sub sektor peternakan dan
nelayan, terutama di daerah pedesaan. Walaupun sektor pertanian
menempati tempat pertama dalam pendapatan regional, luas sawah yang
bisa digarap baru 11 persen dari luas tanah kabupaten seluruhnya. Menurut
lapangan usaha, sebagian besar penduduk Kecamatan Kota Waingapu
bekerja pada sektor pertanian dengan persentase 11,82 persen, selanjutnya
PNS/POLRI 10,55 persen, pedagang 6,52 persen, industri 3,46 persen dan
nelayan 2,86 persen. Ini menunjukkan bahwa penduduk Kecamatan Kota
Waingapu sangat bergantung pada sektor pertanian.
Bila dibandingkan dengan tahun 2014 jumlah penduduk yang bekerja
pada sektor pertanian di tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 1,00
persen. Adapun di wilayah perkotaan, mata pencaharian penduduk sudah
sangat beragam, seperti bidang transportasi, industri, jasa perbankan, dan
jasa pelayanan lainnya.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 73


3.3.1.3. Infrastruktur
a. Listrik
Penerangan utama penduduk adalah penerangan yang berasal dari
listrik PLN yakni sebesar 89 persen. Penerangan lainnya yang ada di
Kecamatan Kota Waingapu yaitu pelita sebesar 8 persen dan listrik non PLN
sebesar 3 persen. Ini mengindikasikan bahwa fasilitas penerangan di
kecamatan ini sudah memadai.
Untuk mendukung kegiatan perikanan dan kelautan listrik di
pelabuhan masih disuplay dari PLN, bersamaan dengan suplay listrik untuk
penerangan penduduk. Untuk pembangunan jangka panjang nantinya akan
ada penambahan gardu listrik khusus untuk mendukung pembangunan
SKPT. Suplay listrik di lokasi PPI Nangamesi untuk mendukung kegiatan
perikanan saat ini belum ada. Lokasi jaringan instalasi listrik berjarak ± 350 m
dari rencana posisi lokasi gardu MDP PPI.

Gambar 3.11. Jaringan listrik PLN di Sekitar PPI Nangamesi

b. Air Bersih
Air merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, khususnya air
minum. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.
Untuk sumber utama air minum penduduk pada tahun 2015
bersumber dari ledeng PDAM, dimana terdapat 85,32 persen rumah tangga
yang mengkonsumsi air minum ini. Sumber lainnya adalah mata air yang
digunakan oleh 10,56 persen, sumur 2,98 persen, air sungai/danau 0,90
persen dan lainnya (air hujan) 0,23 persen dari total rumah tangga di Kota
Waingapu. Kebutuhan air bersih untuk mendukung kegiatan perikanan masih
disuplay bersamaan dengan air untuk mensuplay kebutuhan penduduk, yaitu
bersumber dari PDAM. Lokasi sumber air bersih dari instalasi jaringan air bersih
PDAM berjarak ± 350 m dari rencana posisi lokasi bak air PPI.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 74


Gambar 3.12. Jaringan air bersih PDAM di Sekitar PPI Nangamesi

c. Telekomunikasi
Saat ini di lokasi PPI Nangamesi belum ada jaringan telekomunikasi
resmi, namun di hampir semua wilayah kecamatan sudah dijangkau dengan
telepon seluler (Indosat dan Telkomsel). Hal ini mempermudah masyarakat
dalam mengakses informasi dan melakukan komunikasi termasuk juga
masyarakat dalam mengakses investasi di wilayah ini.

d. Jalan
Kondisi jalan menuju PPI Nangamesi masih berupa jalan tanah, dan
akses jalan masih dilalui dari berbagai arah jalan yang mudah dijangkau,
karena belum terdapat jalan utama sebagai pintu masuk ke dalam kawasan
PPI Nagamesi. Jalan Utama merupakan jalan Kecamatan Kota Waingapu, yang
sudah beraspal, dan didukung akses jalan kampung/desa di sekitar PPI
Nangamesi. Di lokasi pelabuhan rakyat, sebagai tempat bersandarnya kapal-
kapal pencari ikan dan pusat pemasaran hasil perikanan (pasar), serta
terdapat pabrik es pendukung perikanan tangkap, jalan masih berupa tanah.
Di lokasi Kampung Bugis, di antara PPI Nangamesi dan Pelabuhan Rakyat,
dimana terdapat lokasi SPDN dengan kapasitas 8000 L untuk 1 minggu, jalan
sudah berupa jalan aspal.

Gambar 3.13. Kondisi Jalan di PPI Nangamesi, Jalan Kecamatan,


dan Jalan di Kampung Bugis

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 75


Kondisi jalan di PPI Nangamesi belum berupa jalan aspal atau semen, namun
masih berupa jalan tanah yang belum diratakan. Akses jalan menuju PPI saat ini
dapat dijangkau dari berbagai arah yaitu dari arah rumah penduduk dan dari arah
pelabuhan rakyat (Pelindo).

e. Sarana Transportasi
Sarana transportasi penunjang kegiatan perikanan di Kabupaten Sumba
Timur belum maksimal. Berdasarkan kondisinya, sejauh ini hasil tangkapan yang
didaratkan langsung dibeli oleh pengumpul (Pakalele). Jika hasil tangkapan banyak,
maka hasil tangkapan dibawa dengan menggunakan mobil bak terbuka. Tetapi jika
tangkapan sedikit, ikan dibawa dengan menggunakan sepeda motor atau dibawa
langsung. Kadang kala, hasil tangkapan dibeli oleh konsumen langsung untuk
dikonsumsi sendiri, tanpa dijual kembali.
Untuk hasil tangkapan di luar PPI Nangamesi, yaitu di tempat lain / di
kecamatan lain, selain Kecamatan Kota Waingapu, juga masih belum maksimal. Hasil
tangkapan langsung dijual di pinggir-pinggir jalan, tanpa melalui Tempat Pelelangan
Ikan (TPI) dan Pasar Ikan. Ikan hasil tangkapan dari laut dalam jumlah sedikit
langsung dijual ke konsumen, sedangkan hasil tangkapan yang agak banyak dijual ke
pasar tradisional terdekat dengan menggunakan motor atau becak, dan jika hasil
tangkapan banyak (terutama yang dihasilkan oleh perahu di atas 3 GT), dijual ke
pasar dan atau dijual langsung ke Papalele, dengan menggunakan motor, becak atau
mobil bak terbuka).

Mobil bak terbuka Becak

Truck Sepeda motor


Gambar 3.14. Alat Transportasi Penunjang Kegiatan Perikanan

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 76


3.3.1.4. Kondisi Fisik
Kondisi fisik kawasan merupakan karakteristik fisik yang berbentuk
secara alami dari suatu wilayah. Kondisi fisik di Kawasan Perkotaan Kota
Waingapu terbagi dalam kondisi topografi, klimatologi, hidrologi dan geologi.
a. Topografi
Ketinggian
Kondisi topografi Kota Waingapu yang sebagian besar merupakan
daerah yang berbukit-bukit cukup memberikan pengaruh terhadap lokasi
desa/kelurahan. Terdapat 3 desa/kelurahan di daerah puncak dan lereng
serta 4 desa/kelurahan di lembah dan hamparan. Titik ketinggian dari
permukaan laut berada di antara 18 – 618 m dengan titik tertinggi berada di
desa Lukukamaru dan terendah di kelurahan Matawai. (Kota Waingapu
dalam Angka 2016).
Kondisi ketinggian di Kawasan Perkotaan Kota Waingapu terdiri atas
beberapa klasifikasi antara lain 0 – 200 m dpl, 200 – 400 m dpl dan 400 – 600
m dpl. Perkotaan Kota Waingapu didominasi oleh ketinggian yaitu 0 – 200 m
dpl sebesar 8.751 hektar atau sebesar 88 % dari luas wilayah perkotaan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.14. Luas Perkotaan Kota Waingapu Berdasarkan Jenis Ketinggian


Tahun 2014
Klasifikasi Ketinggian
No. Luas (Ha)
(Mdpl)
1 0 – 200 8751
2 200 – 400 1003
3 400 - 600 226
TOTAL 9980
Sumber: RDTR Kawasan Perkotaan Kota Waingapu 2015-2035

Kondisi topografi Kota Waingapu hampir sebagain besar wilayahnya


relatif landai, ketinggian kota rata-rata berada diketinggian 100 m dpl, hanya
dua kelurahan saja yang berada di ketinggian lebih dari 500 m dpl yaitu
Kelurahan Pambotanjara dan Kelurahan Lukukamaru.

Tabel 3.15. Ketinggian Wilayah di Atas Permukaan Laut Kota Waingapu


Ketinggian
No Kelurahan
(mdpl)
1 Kamalaputi 20
2 Matawai 18
3 Hambala 62
4 Kambajawa 65

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 77


5 Mbatakapidu 168
6 Pambotanjara 618
7 Lukukamaru 618
Sumber: Kota Waingapu dalam angka, 2014

Kelerengan
Kondisi kelerengan di Kawasan Perkotaan Kota Waingapu terdiri atas
beberapa klasifikasi antara lain 0-8 %, 8-15 %, 15-25 % dan 25-40 %.
Mayoritas kelerengan di Kawasan Perkotaan Kota Waingapu rata-rata 0-8 %
dengan luasan 6.874 hektar atau 69 % dari luas wilayah perkotaan.

Tabel 3.16. Luas Tingkat Kelerengan Perkotaan Kota Waingapu Tahun 2014
No Klasifikasi Kelerengan Luas (Ha)
(%)
1 0–8 6874
2 8 – 15 2812
3 15 – 25 274
4 25 - 40 20
Total 9980
Sumber: RDTR Kawasan Perkotaan Kota Waingapu 2015-2035

b. Penggunaan Lahan
Pola penggunaan lahan Perkotaan Kota Waingapu secara umum
terbagi dalam dua jenis kawasan yaitu Kawasan Lindung dan Kawasan
Budidaya. Pada Kawasan Budidaya pada umumnya didominasi oleh kawasan
terbangun terdiri dari fasilitas perumahan, fasilitas umum dan fasilitas
perdagangan dan jasa serta perkantoran yang terdapat di Kelurahan
Kamalaputi, Kelurahan Matawai, Kelurahan Kambajawa dan Kelurahan
Prailiu. Dari beberapa fasilitas yang ada, perumahan memiliki luasan yang
relative mendominasi dari pada fasilitas-fasilitas yang lainnya.

Tabel 3.17. Penggunaan Lahan Perkotaan Kota Waingapu Tahun 2014


No Jenis Penggunaan Luas (Ha)
1 Industri 6.5
2 Perdagangan dan Jasa 50.6
3 Peribadatan 12.5
4 Militer 6.3
5 Mangrove 348.6
6 Sarana Transportasi 109.6
7 Kesehatan 10.6
8 Pendidikan 47.1
9 Pergudangan 7.0
10 Tambak 20.6
11 Lapangan Olah Raga 14.8
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 78
12 Ruang Terbuka Hijau 16.5
13 Fasilitas Sosial 2.7
14 Perkantoran 40.5
15 Rekereasi 2.4
16 Telekomunikasi 2.0
17 Prasarana Lainnya 5.0
18 Kelistrikan 1.8
19 Tegalan 1738.9
20 Tambang 16.3
21 Sawah 1014.3
22 Padang Rumput 4070.0
23 Sungai 152.9
24 Semak Belukar 918.1
25 Jalan 184.7
26 Perumahan 1179.7
TOTAL LUAS 9980.0
Sumber: RDTR Kawasan Perkotaan Kota Waingapu 2015-2035

c. Klimatologi
Curah hujan di Perkotaan Kota Waingapu berkarakter sama dengan
curah hujan lain di Wilayah Kabupaten Sumba Timur. Berdasarkan
karakteristik curah hujan tahunan, Kabupaten Sumba Timur dapat
dikelompokan ke dalam tiga zona, yaitu Zona Utara dengan curah hujan
tahunan rata-rata berkisar antara 500 – 1000 mm, Zona Tengah dengan
curah hujan tahunan rata-rata berkisar 1000 – 1500 mm dan Zona Selatan
merupakan daerah yang paling banyak mendapatkan curah hujan dalam
setahun yaitu rata-rata 1500 – 2000 mm. Bulan April - November
merupakan periode bulan kering. Bulan Agustus merupakan bulan terkering,
dengan curah hujan rata-rata dalam satu bulan berkisar antara 2 – 25 mm.
Temperatur udara rata-rata bulanan di Perkotaan Kota Waingapu tercatat
maksimum 32,40 C dan minimum 200 C.
d. Hidrologi
Terdapat beberapa aliran sungai baik kecil maupun besar dan
beberapa mata air yang tersebar di Kawasan Perkotaan Kota Waingapu.
Namun tidak semua sungai teraliri air pada saat musim kemarau sehingga
banyak sungai yang kering. Pada lokasi perencanaan terdapat pula sebuah
bendungan dengan aliran air yang tidak pernah kering baik pada musim
kemarau maupun hujan yang terletak di Kelurahan Maulumbi. Untuk sebaran
potensi mata air dan sungai di Kawasan Perkotaan Kota Waingapu. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.18. Potensi Mata Air dan Sungai di Perkotaan Kota Waingpu
No Nama Kelurahan Mata Air Sungai
1 Kamalaputi - Payeti
2 Matawai Swembak Payeti
3 Hambala - -
4 Kambajawa Waikiwining Praiwora
5 Maulumbi Matawai Dangu Maulumbi
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 79
6 Lambanapu Wailiku Lambanapu
Hibuwundu Tanau
7 Mauliru - Mauliru
8 Mauhau - Mauhau
- Kambaniru
- Kawangu
9 Kambaniru - Kambaniru
10 Prailiu - Payeti
11 Wangga Panda Wangga
12 Temu Lai Wohili Kanatang
- Taimanu
Sumber: RDTR Kawasan Perkotaan Kota Waingapu 2015-2035

e. Geologi

Jenis tanah pada wilayah perencanaan hanya ada 2 jenis yaitu:


Alluvial/grumosol dan kambisol. Untuk jenis tanah kambisol menyebar
diseluruh Wilayah Perkotaan Kota Waingapu, sedangkan jenis tanah
alluvial/grumosol tersebar di Kelurahan Mauliru, Kelurahan Lambanapu,
Kelurahan Mauhau dan Kelurahan Kambaniru. Sedangkan untuk jenis batuan
terdapat 3 yaitu, formasi kaliangga, formasi alluvium dan costal deposit serta
formasi kananggar.

Tabel 3.19. Luasan Jenis Tanah Perkotaan Kota Waingapu Tahun 2014
No Klasifikasi Jenis Tanah Luas (Ha)

1 Alluvial/Gramusol 2629
2 Kambisol 7352
TOTAL 9980
Sumber: RDTR Kawasan Perkotaan Kota Waingapu 2015-2035

f. Bathimetri

Kedalaman perairan Kabupaten Sumba Timur berkisar antara 1-375


m (dalam batas 4 mil kearah laut). Perairan Kabupaten Sumba Timur
memiliki tekstur sedimen berupa batu, lumpur, lumpur berpasir, pasir, dan
pasir berlumpur. Morfologi pantai Kabupaten Sumba Timur meliputi estuari,
mangrove, pantai berbatu, pantai berpasir, pantai cadas, dan pantai tebing.
Kedalaman perairan di sekitar PPI Nangemsi diukur dari mulut teluk/ujung
rencana pembangunan dermaga adalah berkisar antara 0 s/d -7 m. Perairan
di sekitar PPI Nangamesi memiliki tekstur sedimen berupa batu, lumpur,
lumpur berpasir, pasir, dan pasir berlumpur.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 80


Gambar 3.15. Bathimetri di Sekitar PPI Nangamesi (Sumber: Kerangaka
Acuan Pembangunan PPI Nangamesi, 2014)

g. Pasang Surut

Pasang surut adalah salah satu faktor dasar dalam pengkajian arus di
laut. Kenaikan massa air laut samudera atau laut luas secara vertikal adalah
gaya tarik benda-benda angkasa terutama bulan dan matahari. Massa air
yang naik akan merambat dari samudera atau laut lepas secara horizontal ke
perairan dalam seperti perairan Indonesia. Faktor yang mempengaruhinya
antara lain adalah posisi bulan dan matahari terhadap bumi serta situasi
morfologi setempat seperti berkurangnya kedalaman, keadaan ini terjadi
pada tempat-tempat yang sempit seperti teluk dan selat, sehingga
menimbulkan dominasi arus pasang surut.
Pasang surut di perairan Sumba Timur khususnya di dekat PPI
Nangamesi bertipe campuran condong ke harian ganda atau mixed tide
prevailing semidiurnal (Wyrtki,1961). Dalam satu hari terjadi dua kali air
pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda. Pada
pasang-surut campuran condong ke harian ganda. Hasil pengamatan pasang
surut oleh BIG di sekitar perairan pantai PPI Nanganmesi pada tanggal 20 –
28 April 2017 memperlihatkan bahwa tinggi rata-rata air pasang tertinggi
+2,99 m, air surut terendah -0,1 m, dengan tunggang maksimum sekitar 3 m.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 81


Gambar 3.16. Elevasi Pasang Surut dari Stasiun Waingapu

3.3.2. Lokasi Pengembangan Perikanan Budidaya


Wilayah Kecamatan Pahunga Lodu yang termasuk pada kawasan
pesisir adalah meliputi hampir seluruh desa yaitu : Desa Kaliuda, Desa
Tanamanang, Desa Lambakara, Desa Mburukulu, dan Desa Palanggai.
Usaha penangkapan ikan di laut tersebar di kawasan pesisir
Kecamatan Pahunga lodu yang mempunyai wilayah pantai atau berbatasan
dengan laut. Hasil perikanan laut yang potensial yaitu budidaya rumput laut
dan penangkapan cumi-cumi.
Kegiatan budidaya Rumput Laut tersebar di sembilan (9) Kecamatan
dan 25 Desa/Kelurahan. Rumput laut yang banyak berkembang di perairan
Kabupaten Sumba Timur adalah jenis E. Cottoni Saccol, E. Cottoni Spinosum
dan Sargasum. Pada tahun 2007, Pemerintah Kabupaten Sumba Timur
membangun Pabrik Rumput Laut (pengolahan) di Pahunga Lodu yang
merupakan satu-satunya pabrik rumput laut di Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Lokasi persebaran budidaya rumput laut (produksi), meliputi
kecamatan, antara lain:
- Kecamatan Pahunga Lodu
- Kecamatan Wulla Waijelu
- Kecamatan Karera
- Kecamatan Rindi
- Kecamatan Umalulu
- Kecamatan Pandawai
- Kecamatan Kambera
- Kecamatan Kanatang
- Kecamatan Haharu
Potensi untuk rumput laut di Kecamatan Pahunga Lodu yaitu : Sistem
Lepas Dasar memiliki lahan potensial seluas 1.494 Ha, sistem permukaan
memiliki lahan potensial seluas 667,20 Ha.
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 82
Terbangunnya pabrik rumput laut di lokasi Kaliongga Desa
Tanamanang Kecamatan Pahunga Lodu Kabupaten Sumba Timur yang
dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Sumba Timur dan didukung oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Kementrian Perindusrian, akan
memacu pembudidaya untuk mengembangkan usaha budidaya rumput laut
pada daerah-daerah yang potensial. (Masterplan Kawasan Minapolitan
Kabupaten Sumba Timur, 2011)

Gambaran Umum Pabrik PT ASTIL

PT ASTIL (Algae Sumba Timur Lestari) merupakan satu-satunya


pabrik rumput laut yang berdiri di Kabupaten Sumba Timur. Berawal dari
survey yang dilakukan oleh Universitas Indonesia, tentang komoditas
unggulan di Kabupaten Sumba Timur, diperoleh kesimpulan bahwa
disamping peternakan dan pertanian, komoditas yang dapat mengentaskan
kemiskinan di wilayah pesisir Sumba Timur adalah rumput laut. Selanjutnya
pada Tahun 2006, ditandatangani perjanjian antara Kementerian
Perindustrian dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Timur untuk
membangun Pabrik Pengolahan Rumput Laut. Pada perjanjian tersebut,
Kementerian Perindustrian akan membantu seluruh sarana produksi yang
dibutuhkan, sementara tanah dan bangunan serta biaya operasional
disiapkan oleh Pemerintah Derah Sumba Timur. Dalam perjalanan
pembangunannya, Kementerian Kelautan dan Perikanan juga memberikan
bantuan dalam bentuk gudang, lantai jemur, gedung kantor, talud, dll.

Pabrik ini didirikan pada Tanggal 25 April 2011. Tujuan utama dari
pembangunan pabrik ini adalah untuk menjadi pasar dari rumput laut yang
dihasilkan oleh petani dan dapat menyediakan lapangan kerja bagi
masyarakat Sumba Timur, serta pada gilirannya diharapkan dapat
menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Walaupun pembangunan pabrik
serta kelengkapannya telah dimulai sejak Tahun 2007, namun baru Tahun
2010 dilakukan uji coba dan mulai beroperasi.

Visi : Menyediakan pasar bagi rumput laut yang dihasilkan


oleh petani dan juga menyediakan lapangan pekerjaan
bagi masyarakat Sumba Timur

Misi : Meningkatkan income per kapita masyarakat Sumba


Timur dan diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi
kabupaten lain di Indonesia

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 83


Hasil akhir produk dari PT ASTIL adalah Alkali Treated Cottoni Chips
(ATCC), dimana kapasitas produksi optimalnya adalah 6 ton row material per
hari dan menghasilkan 2 ton chips per hari, yang dikemas dalam karung
plastik 2 lapis dengan volume rata-rata 25kg.
Karaginan yang dihasilkan akan menjadi bahan baku untuk produk
sehari-hari yang kita pakai. Sampai saat ini karaginan merupakan senyawa
penting sebagai pengatur keseimbangan, bahan pengental, pembentuk gel,
dan pengemulsi. Karaginan digunakan dalam beberapa industri makanan
(kue, roti, makaroni, selai, jeli, sari buah, bir, es krim), industri farmasi (pasta
gigi da obat), serta kosmetik, tekstil dan cat.
Dasar penggunaan karaginan dalam industri pangan adalah
kemampuannya untuk membentuk gel dengan ion-ion tertentu. Karaginan
sebagai hidrokolid mempunyai reaktifitas yang tinggi dengan makromolekul
zat lain seperti tapioka, dan gula. Karaginan yang berkualitas akan
menghasilkan produk yang berkualitas pula.
Pabrik berlokasi sekitar 6 km dari sentra produksi rumput laut Sumba
Timur, yaitu terletak di Kaliongga, Desa Tamanang, Kecamatan Pahunga Lodu
dengan luas lahan sekitar 4 Ha. Potensi keseluruhan budidaya rumput laut
adalah 3.772 Ha yang tersebar di 15 kecamatan dan 50 desa pesisir. Areal
lepas dasar sistem pancang 2.613 Ha, dengan potensi produksi 53.766 ton.
Areal sistem permukaan (longline) adalah 1.159 Ha, dengan potensi produksi
29.054 ton.

3.3.2.1. Administrasi
Luas Kecamatan Pahunga Lodu 34,98 km2 atau 34.980 hektar.
Kecamatan ini pada umumnya merupakan daratan rendah di sepanjang
pantai timur, sedangkan sebelah barat dari timur ke selatan merupakan
dataran tinggi yang cukup subur. Di mana musim penghujan relatif pendek
bila dibanding musim kemarau dengan batasan administrasi sebagai berikut :
 Sebelah Timur : Laut Sawu
 Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Kabaru, Desa
Helikatabu, dan Desa Lai Lanjang
 Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Kuruwaki, dan Desa
Tamma
 Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Paranda, Desa Wulla
Waijelu, dan Samudra Hindia.
Kecamatan ini pada umumnya merupakan dataran rendah di
sepanjang pantai timur, sedangkan sebelah barat dari timur ke selatan
merupakan dataran tinggi yang cukup subur, dimana terdiri dari 8 desa yaitu
: Desa Kaliuda, Desa Tanamanang, Desa Lambakara, Desa Mburukulu, Desa
Palanggai, Desa Tamma, Desa Kuruwaki, dan Desa Pamburu.
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 84
Gambar 3.17. PT ASTIL di Kecamatan Pahunga Lodu

3.3.2.2. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi


Pekerjaan pokok masyarakat pesisir di Kabupaten Sumba Timur
didominasi oleh nelayan dan petani rumput laut.

Tabel 3.20. Pengalaman Pekejaan Pokok Masyarakat Pesisir di Kabupaten


Sumba Timur, 2014
No. Umur (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
1. 5 – 13 11 22
2. 14 – 22 26 52
3. 23 – 31 13 26
Total 50 100
Pengalaman Pekerjaan Pokok rata-rata : 18 tahun
Sumber: RZWP-3-K Kabupaten Sumba Timur, 2014
Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata masyarakat dalam
melakoni pekerjaan pokok, baik sebagai nelayan maupun sebagai petani
rumput laut yaitu 18 tahun. Sebaran lamanya melakoni pekerjaan pokok
yaitu 14 – 22 tahun sebanyak 52 %, sebaran 23 – 31 tahun sebanyak 26 %
dan sebaran 5 – 13 tahun sebanyak 22 %. Hasil analisis ini menunjukkan
bahwa pengalaman masyarakat dalam menggeluti sebagai nelayan dan
petani rumput laut sudah lama, namun perkembangan mereka masih relative
rendah terutama dalam penguasaan teknologi. Masyarakat pesisir di
Kabupaten Sumba Timur pekerjaan pokoknya adalah nelayan dan petani
rumput laut. Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa 60 % masyarakat
pesisir di Kabupaten Sumba Timur pekerjaan pokoknya sebagai nelayan,
sedangkan pekerjaan lain sebagai petani rumput laut sebanyak 40 %.

Tabel 3.21. Pekerjaan Pokok Masyarakat Pesisir di Kabupaten Sumba Timur,


2014
No. Pekerjaan Pokok Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Nelayan 30 60
2. Petani Rumput Laut 20 40
Total 50 100
Sumber: RZWP-3-K Kabupaten Sumba Timur, 2014
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 85
Penduduk berdasarkan agama terbesar berada di Desa Kaliuda,
dengan jumlah penduduk beragama protestan paling dominan sebesar 2.567
jiwa.
Tabel 3.22. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
Penduduk Menurut Agama
No Desa
Islam Katholik Protestan Hindu/Budha Marapu
1 Kaliuda 401 515 2567 3 92
2 Tanamanang 29 267 1486 0 110
3 Lambakara 0 47 1222 0 101
4 Mburukulu 26 102 1240 0 122
5 Palanggai 0 32 624 0 12
Jumlah 456 963 7139 3 437
Sumber : Pahunga Lodu Dalam Angka 2009/2010

3.3.2.3. Infrastruktur
a. Listrik
Penggunaan tenaga listrik di wilayah perencanaan berdasarkan data
sekunder yang juga merujuk dari PLN Sub Ranting Ngalu pada tahun 2009
tenaga listrik yang dijual ke penduduk setempat sebesar 399.742 Kwh.
Jumlah pelanggan listrik paling besar berada di Desa Mburukulu dan Desa
Tanamanang.

Gambar 3.18. Jaringan Listrik di Kawasan Minapolitan (Sumber: Masterplan


Kawasan Minapolitan Kabupaten Sumba Timur, 2011)

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 86


Untuk pemakaian listrik paling besar berada di Desa Kaliuda sebesar
271,930 Kwh, sedangkan di Desa Palanggai belum ada pemakaian listrik hal
ini didasarkan pada data sekunder, berikut tabel jumlah pelanggan jaringan
listrik.

Tabel 3.23. Penggunaan Tenaga Listrik di Kecamatan Pahunga Lodu


Pelanggan
Nilai
No Desa Jumlah Pemakaian
Pemakaian
Pelanggan (Kwh)
(Rp.)
1 Kaliuda 101 271,930 172,730,559
2 Tanamanang 180 54,490 34,611,963
3 Lambakara 93 26,228 16,658,188
4 Mburukulu 180 47,095 29,914,779
5 Palanggai 0 0 0
Jumlah 554 399,743 253,915,489
Sumber : Pahunga Lodu Dalam Angka 2009/2010

b. Air Bersih

Potensi air bersih di Kabupaten Sumba Timur memiliki kondisi air


yang cukup baik dibandingkan dengan 4 (empat) Kabupaten lain yang berada
di Pulau Sumba, potensi air bersih yang cukup baik ini menimbulkan dampak
yang baik pula untuk pengairan persawahan maupun konsumsi rumah
tangga penduduk setempat. Sedangkan untuk kebutuhan air bersih di
wilayah perencanaan, penduduk menggunakan mata air untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi rumah tangganya, berdasarkan data sekunder kapasitas
mata air yang paling tinggi berada di Desa Lambakara sebesar 30 m³/s
dengan nama mata air Katikuwai. Selain pemenuhan konsumsi air bersih dari
mata air, masyarakat juga memanfaatkan air sungai.

Tabel 3.24. Jenis Potensi Air Bersih Di Wilayah Perencanaan


Jenis Potensi Air
Mata Air
No Desa KK
C
Nama Km (m3/s)
1 Kaliuda 829 - 0 0
- 0 0
2 Tanamanang 392 Kopa 1 20
Pandalar 1.3 2
Wainggai 3 10
Karungu 1 10
3 Lambakara 307 Wualanda 0.5 15
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 87
Jenis Potensi Air
Mata Air
No Desa KK
C
Nama Km (m3/s)
Mbui 0.4 20
Kangeli 0.5 20
Katikuwai 0.5 30
Mirip 0.2 16
Laraka 0.2 20
4 Mburukulu 336 Tamburi 0.3 20
Dangga 0.2 15
5 Palanggai 166 Maloka 0.2 15
Sumber : Pahunga Lodu Dalam Angka 2009/2010
Dalam mendukung pengembangan potensi perikanan budidaya, air
bersih merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Pemenuhan
kebutuhan air bersih juga merupakan komponen yang tak terpisahkan dari
segala aktivitas pengolahan rumput laut, yaitu antara lain dalam proses
pencucian.

Gambar 3.19. Jaringan Air Bersih di Kawasan Minapolitan (Sumber:


Masterplan Kawasan Minapolitan Kabupaten Sumba Timur, 2011)

c. Telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi di lokasi pabrik PT ASTIL sudah cukup
mendukung kegiatan operasional pabrik. Adanya telepon dan telepon seluler
(Indosat dan Telkomsel), sudah sangat mempermudah karyawan pabrik
dalam mengakses informasi dan melakukan komunikasi, baik internal pabrik
maupun komunikasi dengan pihak luar.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 88


d. Jalan
Prasarana jalan merupakan aksesbilitas untuk pergerakan
penduduk, biasanya prasarana ini berkaitan dengan jaringan transportasi
angkutan maupun pribadi. Jaringan jalan di wilayah perencanaan terdiri dari
perkerasan aspal dan tanah, sedangkan kondisi jalan cukup baik.
Berdasarkan data Pahunga Lodu dalam angka 2009/2010 Desa Mburukulu
dan Palanggai memiliki jarak tempuh yang jauh dari Ibu Kota Kecamatan
yaitu ± 10 Km, sedangkan Desa Kaliuda merupakan desa yang memiliki jarak
tempuh yang paling jauh dari Ibu Kota Kabupaten yaitu ± 100 Km.
Berdasarkan status jalan, di wilayah perencanaan terdiri dari jalan provinsi
dan jalan kabupaten. Untuk lebih jelasnya mengenai jarak tempuh ke Ibu
Kota Kecamatan dan Ibu Kota Kabupaten dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.

Tabel 3.25. Jarak Tempuh Ke Ibu Kota Kecamatan & Kabupaten


Jarak Ke (Km)
No Desa IK IK
Kecamatan Kabupaten
1 Kaliuda 0 100
2 Tanamanang 1 98.5
3 Lambakara 5 95
4 Mburukulu 10 90
5 Palanggai 10 90
Sumber : Pahunga Lodu Dalam Angka 2009/2010

Gambar 3.20. Jaringan Jalan di Kawasan Minapolitan (Sumber: Masterplan


Kawasan Minapolitan Kabupaten Sumba Timur, 2011)

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 89


Berdasarkan hasil survei, jalan besar penghubung antara lokasi
pengembangan rumput laut dengan pelabuhan yang merupakan jalan
kabupaten, lintas kecamatan, sudah cukup baik, yaitu jalan aspal. Namun
penerangan masih sangat kurang. Sedangkan jalan penghubung dari jalan
utama masuk ke jalan lokal ke lokasi pabrik dan pengembangan rumput laut
kurang bagus. Jalan masih tanah dan batu, dan sangat becek pada saat terjadi
hujan.
e. Sarana Transportasi
Sarana transportasi yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan
pengembangan perikanan budidaya, khusunya budidaya rumput laut, antara
lain: truck, mobil bak terbuka, dan motor. Saat ini sarana transportasi sudah
cukup mendukung kegiatan di pabrik dan pendistribusian rumput laut, baik
dari lokasi pemanenan ke pabrik, maupun dari pabrik ke pelabuhan untuk
didistribusikan secara lokal, nasional, maupun eksport. Jumlah truck
pengangkut rumput laut yang ada sebanyak 3 unit.

3.3.2.4. Kondisi Fisik


a. Topografi
Topografi Kecamatan Pahunga Lodu lebih didominasi oleh dataran
dengan kemiringan 0 – 8 % dengan luas 31.069 Ha, sedangkan daratan yang
memiliki kemiringan 8 – 15 % seluas 1.780 Ha, 15 – 25 % seluas 1.624 Ha, 25
– 45 % seluas 497 Ha, dan yang memiliki kemiringan > 45 % hanya seluas 9
Ha, sedangkan untuk ketinggian daratan kecamatan Pahunga Lodu mulai 0 –
800 dimana 23.193 Ha memiliki ketinggian 0 – 200, 9.689 Ha memiliki
ketinggian 200 – 400 m, 1.864 Ha memiliki ketinggian 400 – 600 m, dan 233
Ha memiliki ketinggian 600 – 800 m dari atas permukaan laut.
b. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan wilayah perencanaan terdiri dari tanah kosong,
tanah berbatu, lading, tanggul pasir, sawah irigasi, perkebunan, permukiman,
pasir pantai, semak belukar dan fasilitas – fasilitas. Penggunaan lahan semak
belukar memiliki luasan paling besar dengan luas 9.331,40 ha atau 39,98 %
dari luas total, sedangkan untuk permukiman sebesar 0,90 %. Untuk lebih
jelasnya penggunaan lahan eksisting dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.26. Penggunaan Lahan Eksisting Wilayah Perencanaan


Penggunaan
No Ha %
Lahan
1 Tanah Kosong 4512.42 19.33%
2 Tanah Berbatu 521.14 2.23%
3 Tanah Ladang 5815.27 24.91%
4 Tanggul Pasir 19.49 0.08%
5 Sawah Irigasi 1077.01 4.61%
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 90
Penggunaan
No Ha %
Lahan
6 Perkebunan 1475.59 6.32%
7 Permukiman 210.71 0.90%
8 Pasir Pantai 344.69 1.48%
9 Semak Belukar 9331.40 39.98%
10 Fasilitas-fasilitas 33.10 0.14%
Luasan Total 23340.83 100.00%
Sumber : Peta Rupa Bumi

c. Klimatologi dan Hidrologi


Pada umumnya iklim di Kabupaten Sumba Timur beriklim semi arid
dengan tiga rezim curah hujan yaitu :
 Kurang dari 1.000 mm per tahun meliputi bagiaan Timur dan Utara
Kabupaten Sumba Timur
 Antara 1.000 – 1.500 mm per tahun meliputi bagian Tengah dan Selatan
Kabupaten Sumba Timur
 Diatas 1.500 – 2.000 mm per tahun meliputi bagian Barat Kabupaten
Sumba Timur.
Dengan tiga rejim tersebut diatas, maka lama bulan hujan per tahun
berlangsung 3 – 4 bulan dengan suhu antara 28,8°C – 31,4°C. Jumlah sungai
yang melintasi wilayah Kabupaten Sumba Timur sebanyak 169 sungai,
sedangkan mata air sebanyak 266 buah. Kecamatan Lewa merupakan yang
banyak dilintasi oleh sungai sebanyak 20 dengan 35 sumber mata air dan
yang paling sedikit dilintasi oleh sungai adalah kecamatan Tabundung
sebanyak 9 sungai dengan 17 mata air.

d. Geologi
Geologi Kecamatan Pahunga Lodu terbagi menjadi 3 yaitu : Formasi
Kaliangga, batuan Granit, formasi Kananggar. Jenis Tanah Kecamatan
Pahunga Lodu terdiri dari : Grumosol, Rendzine, dan Kambisol. (Masterplan
Kawasan Minapolitan Kabupaten Sumba Timur, 2011).

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 91


BAB IV SKPT
BAB IV MASTERPLAN

MASTERPLAN
SKPT

Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu adalah pusat bisnis kelautan


dan perikanan terpadu mulai dari hulu sampai ke hilir berbasis kawasan.
Tujuan SKPT adalah membangun dan mengintregasikan proses bisnis
kelautan dan perikanan berbasis masyarakat melalui optimalisasi
pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan di pulau-pulau kecil
dan/atau kawasan perbatasan secara berkelanjutan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor
48/Permen-KP/2015 tentang Pedoman Umum Pembangunan Sentra
Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan
Perbatasan, Kriteria Lokasi SKPT adalah: a) merupakan PPKT atau
Kabupaten/Kota yang memiliki PPKT dan/atau daerah perbatasan atau
Kawasan Strategis Nasional; b) mempunyai komoditas unggulan sektor
kelautan dan perikanan yang berpeluang untuk dikembangkan; c)
ketergantungan masyarakat akan sumber daya kelautan dan perikanan
sangat tinggi; d) adanya dukungan dan komitmen pemerintah daerah; e)
memiliki SDM di bidang kelautan dan perikanan; dan f) telah tersedia sarana
dan prasarana di bidang kelautan dan perikanan.
Prioritas pembangunan hendaknya diarahkan pada pembangunan
infrastruktur dan prasarana lainnya untuk menunjang ketahanan pangan,
karena biasanya pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan minim bahan
pangan dan sarana prasarana penunjang lainnya, seperti, listrik, air bersih,
transportasi termasuk SDM. Terlebih lagi di wilayah perbatasan harus
dikembangkan agar terjamin rasa aman, tertib, maju dan sejahtera sehingga
pantas menjadi halaman depan dan sabuk pengaman yang memiliki daya
tangkal terhadap setiap bentuk ancaman dari negara lain. Pembangunan
pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan hendaknya direncanakan secara
terintegrasi antar berbagai bidang secara komprehensif dalam suatu
Masterplan. Masterplan atau Rencana Induk berfungsi sebagai pemandu
langkah mewujudkan pembangunan suatu wilayah, kegunaan Masterplan
sebagai acuan untuk memonitor dan mengevaluasi tahapan-tahapan
pembangunan yang telah ditempuh. Dengan adanya Masterplan, kita dapat

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 92


menempuh tahapan selanjutnya dalam proses atau pengembangan sebuah
wilayah. Penyusunan masterplan dilakukan dengan cara menganalisis
berbagai aspek, antara lain aspek mikro dan aspek makro wilayah, selain
siteplan, analisis dimulai dari analsis sarana prasarana pendukung hingga
rencana pengembangan, serta sistem administrasi dan regulasi.

4.1. Potensi dan Permasalahan


Dalam pengembangan SKPT di Kabupaten Sumba Timur, perlu
dilakukan analisis potensi dan permasalahannya. Dengan demikian, benefit
dan resiko serta skenario rencana pengembangan SKPT dapat teridentifikasi.
Potensi perikanan dan kelautan di Kabupaten Sumba Timur, yaitu
perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan hasil perikanan, garam,
dan wisata bahari. Secara umum, masing-masing sektor dijelaskan, sebagai
berikut:
1) Perikanan Tangkap
Potensi perikanan tangkap di Kabupaten Sumba Timur terletak di
antara Selat Sumba, Laut Sawu, dan Samudera Hindia yang memiliki
luas laut 1.763,05 km atau radius 4 mil. Kaya akan keanekaragaman
hayati, baik sumberdaya hayati ikan pelagis (berbagai jenis tuna,
tongkol, cakalang, dll) dan sumberdaya ikan demersal (kerapu, hiu,
serta berbagai jenis ikan karang, udang, dll). Penyebaran ikan pelagis
dan demersal hampir di seluruh perairan pantai terutama di wilayah
pantai utara (Tanjung Sasar, Tanjung Batu, Modu, Kayuri, Rende,
Tapil, Nusa Maukawini, Hanggaroru, Benda, dan Kalala) dan pantai
selatan (Tarimbang dan Salura)
2) Perikanan Budidaya
Kabupaten Sumba Timur, dengan panjang garis pantai 433,6 km
sangat berpotensi untuk pengembangan budidaya laut. Potensi lahan
untuk kegiatan budidaya laut secara keseluruhan seluas 1.600 Ha dan
berdasarkan potensi lahan diperuntukannya bagi pengembangan
budidaya rumput laut sekitar 600 Ha dan sekitar 1.000 ha berpotensi
untuk pengembangan budidaya kerapu, kakap, teripang, dan mutiara.
Demikian juga Sumba Timur berpotensi untuk pengembangan
budidaya di darat (kolam, air payau/tambak, dan mina padi)
3) Pengolahan Produk Perikanan
Potensi perikanan Kabupaten Sumba Timur di bidang pengolahan
hasil perikanan belum optimal. Usaha pengolahan yang ada baru
sebatas pengolahan di bidang perikanan budidaya, karena ikan hasil
tangkapan nelayan di Kabupaten Sumba Timur langsung dijual
berupa ikan segar di pasar ikan. Pengolahan berbahan baku ikan dan
rumput laut yang dilakukan masyarakat belum berkembang dan
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 93
berproduksi secara continue, berbagai upaya sudah dilakukan mulai
dari pelatihan membuat produk olahan, bantuan alat sampai
penyediaan “rumah kemasan” dan memasarkan produk hasil olahan
kelompok binaan. Kabupaten Sumba Timur sudah memiliki pabrik
pengolahan rumput laut yang diolah menjadi chips rumput laut. Jenis
produk yang sudah dibuat diantaranya: stick jagung ikan, kerupuk
rumput laut, pilus rumput laut, cocktail rumput laut, bakso ikan.
Pengolahan hasil ikan, berupa ikan asin dan ikan asap yang tersebar di
Kecamatan Kanatang, Haharu, Tabundung, Pinu Pahar, Karear dan
Umalulu.
4) Wisata Bahari
Sektor pariwisata di WPP 573 khususnya di Kabupaten Sumba Timur
memiliki potensi ekonomi yang cukup besar jika dikelolah secara baik.
Kabupaten Sumba Timur memiliki lokasi wisata (Pantai Kalala, Pantai
Alfon Ndawa Lu, Tarimbang, Purukambera dan Walakiri) sudah
mendunia dan dikenal sebagai tempat berselancar yang indah.
Seluruh sebaran lokasi wisata berada di 8 Kecamatan (Haharu,
Pandawai, Wula Waijelu, Karera, Pinu Pahar, Tabundung, Katala
Halamulingu, Lewa Tidahu). Sektor pariwisata merupakan salah satu
sumber pendapatan masyarakat dan daerah, yang bila pengelolaan
obyek wisata dilaksanakan secara profesional. Obyek wisata di
Kabupaten Sumba Timur masih terbatas pada obyek wisata alam dan
wisata bahari, selain itu terdapat juga obyek Wisata Budaya berupa
perkampungan adat dan sentra tenun Ikat Sumba (RPJMD Kabupaten
Sumba Timur Tahun 2011-2015). Kondisi geografis serta topografi
Kabupaten Sumba Timur yang sangat startegis dan bagus, sangat
berpeluang pada pengembangan pariwisata, terutama wisata bahari.
Wisata pantai tersebar hampir di seluruh pesisir pantai, dengan
morfologi pantai beragam dan pasir putih yang terhampar, serta
kondisi arus dan gelombang berpotensi untuk wisata selancar.
Disamping laut, daratan Kabupaten Sumba juga sangat bagus dan
berpotensi untuk wisata, dengan hamparan savana khas di bagian
Timur Indonesia, yaitu di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur,
menjadikan spot daerah ini sebagai tujuan wisata baik domestik
maupun mancanegara.
5) Garam dan Artemia
Kabupaten Sumba Timur memiliki potensi garam yang tersebar di 11
(sebelas) kecamatan, yaitu Kecamata Kota Waingapu, Pandawai,
Umalulu, Rindi, Kanatang, Haharu, Wula Waijelu, Pahunga Lodu, Ngalu
Ngala, dan Tabundung. Saat ini budidaya garam yang sudah ada
terletak di Kelurahan Temu Kecamatan Kanatang dan Kecamatan
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 94
Haharu. Potensi garam di Sumba Timur lebih banyak daripada di
Lembata. Namun masih banyak kendala, terutama kurangnya sarana
prasarana pendukung dan teknologi untuk meningkatkan kualitas
garam. Dengan melihat kondisi salinitas di perairan Sumba Timur
yang sangat baik dan sesuai, maka sangat berpotensi untuk produksi
garam dan pengembangan potensi garam. Lebih jauh lagi kondisi ini
sangat berpeluang untuk menjadi salah satu penghasil kista artemia
kering, paling tidak untuk kebutuhan dalam negeri. Pemerintah
Daerah Kabupaten Sumba Timur, melalui Dinas Kelautan dan
Perikanan akan melakukan budidaya artemia di tambak garam rakyat
untuk menghasilkan kista maupun biomasa artemia. Lokasi
pengembangan artemia, yaitu di Desa Palakahembi, Kecamatan
Pandawai. Lokasi yang disiapkan cukup strategis, tidak jauh dari
lokasi Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu.

Gambaran umum seluruh komoditas perikanan dan kelautan di


Kabupaten Sumba Timur dilihat dari sebaran keseluruhan potensi yang ada,
potensi yang dimanfaatkan sekarang (eksisting), dan pengembangan potensi,
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1. Potensi dan Komoditas Perikanan dan Kelautan
di Kabupaten Sumba Timur
Lokasi Sebaran Komoditas
Jenis Komoditas
Potensi
Eksisting Pengembangan
keseluruhan
Perikanan - Kelompok Tersebar di 15 Kecamatan 15 Kecamatan
Tangkap ikan pelagis seluruh (Haharu, (Haharu,
besar, yaitu perairan Kanatang, Kota Kanatang, Kota
Tuna, Kabupaten Waingapu, Waingapu,
Tongkol dan Sumba Kambera, Kambera,
Cakalang Timur Pandawai, Pandawai,
(TTC) (Kecamatan Umalulu, Rindi, Umalulu, Rindi,
- Kelompok Pesisir) Pahunga Lodu, Pahunga Lodu,
ikan Wula Waijelu, Wula Waijelu,
demersal dan Ngadu Ngala, Ngadu Ngala,
ikan karang Karera, Pinu Karera, Pinu
konsumsi , Pahar, Tabundung, Pahar,
yaitu ikan Katala Tabundung,
kerapu, Halamulingu, Lewa Katala
cumi-cumi, Tidahu) Halamulingu,
tenggiri Lewa Tidahu)
- Kelompok
ikan pelagis
kecil, antara
lain

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 95


Lokasi Sebaran Komoditas
Jenis Komoditas
Potensi
Eksisting Pengembangan
keseluruhan
tembang,
kembung,
kakap merah
Perikanan - Ikan Kerapu Tersebar di 22 Kecamatan 22 Kecamatan
Budidaya - Ikan Nila seluruh (Haharu, (Haharu,
(sawah, - Ikan Lele Kecamatan Kanatang, Kota Kanatang, Kota
kolam, di Waingapu, Waingapu,
tambak) Kabupaten Kambera, Kambera,
Sumba Pandawai, Pandawai,
Timur Umalulu, Rindi, Umalulu, Rindi,
Pahunga Lodu, Pahunga Lodu,
Wula Waijelu, Wula Waijelu,
Ngadu Ngala, Ngadu Ngala,
Karera, Pinu Karera, Pinu
Pahar, Tabundung, Pahar,
Katala Tabundung,
Halamulingu, Lewa Katala
Tidahu, Lewa, Halamulingu,
Nggaha Ori Angu, Lewa Tidahu,
Kambata ma Lewa, Nggaha Ori
Pambuhang, Angu, Kambata
Matawai La Pawu, ma Pambuhang,
Kahaungu Eti, Matawai La
Mahu, Paberiwai) Pawu, Kahaungu
Eti, Mahu,
Paberiwai)
Perikanan Rumput Laut Tersebar di 9 Kecamatan 9 Kecamatan
Budidaya (jenis: E. Cottoni 9 (sembilan) (Haharu, (Haharu,
(Laut) Saccol, E. kecamatan Kanatang, Kanatang,
Cottoni pesisir Kambera, Kambera,
Spinosum, Kabupaten Pandawai, Pandawai,
Sargasum) Sumba Umalulu, Rindi, Umalulu, Rindi,
Timur Pahunga Lodu, Pahunga Lodu,
Wula Waijelu, Wula Waijelu,
Karera) Karera)
Pengolahan - Pengolahan Seluruh Pengolahan 9 Kecamatan
Produk rumput laut Kecamatan Rumput Laut (PT. (Haharu,
Perikanan di Astil) Kanatang,
Kabupaten Kambera,
Sumba Pandawai,
Timur Umalulu, Rindi,
Pahunga Lodu,
Wula Waijelu,
Karera)
- Pengolahan Seluruh 6 Kecamatan 6 Kecamatan
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 96
Lokasi Sebaran Komoditas
Jenis Komoditas
Potensi
Eksisting Pengembangan
keseluruhan
ikan (ikan Kecamatan (Kanatang, (Kanatang,
asin dan ikan di Haharu, Haharu,
asap) Kabupaten Tabundung, Pinu Tabundung, Pinu
Sumba Pahar, Karera, Pahar, Karera,
Timur Kamalulu) Kamalulu)
Pariwisata - Wisata Seluruh 8 Kecamatan 8 Kecamatan
bahari/pantai Kecamatan (Haharu, (Haharu,
Pesisir di Pandawai, Wula Pandawai, Wula
Kabupaten Waijelu, Karera, Waijelu, Karera,
Sumba Pinu Pahar, Pinu Pahar,
Timur Tabundung, Katala Tabundung,
Halamulingu, Lewa Katala
Tidahu) Halamulingu,
Lewa Tidahu)
- Wisata 9 Kecamatan 9 Kecamatan 9 Kecamatan
budaya/adat (Haharu, (Haharu, (Haharu,
Kanatang, Kanatang, Kanatang,
Kambera, Kambera, Kambera,
Pandawai, Pandawai, Pandawai,
Umalulu, Umalulu, Rindi, Umalulu, Rindi,
Rindi, Tabundung, Lewa, Tabundung,
Tabundung, Pahunga Lodu) Lewa, Pahunga
Lewa, Lodu)
Pahunga
Lodu)

Lainnya - Garam Tersebar di Kecamatan 11 kecamatan


11 Haharu dan (Kecamata Kota
kecamatan Kecamatan Waingapu,
(Kecamata Kanatang Pandawai,
Kota Umalulu, Rindi,
Waingapu, Kanatang,
Pandawai, Haharu, Wula
Umalulu, Waijelu, Pahunga
Rindi, Lodu, Ngalu
Kanatang, Ngala, dan
Haharu, Tabundung)
Wula
Waijelu,
Pahunga
Lodu, Ngalu
Ngala, dan
Tabundung)

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 97


Lokasi Sebaran Komoditas
Jenis Komoditas
Potensi
Eksisting Pengembangan
keseluruhan
- Artemia Tersebar di Desa Palakahembi, 11 kecamatan
11 Kecamatan (Kecamata Kota
Kecamatan Pandawai Waingapu,
Pandawai,
Umalulu, Rindi,
Kanatang,
Haharu, Wula
Waijelu, Pahunga
Lodu, Ngalu
Ngala, dan
Tabundung)

Sumber: Data Diolah, 2017


Pemetaan potensi dan komoditas eksisting di Kabupaten Sumba
Timur, dapat dilihat pada gambar berikut.

Keterangan:
: Pengolahan Ikan Asin & Ikan Asap
: Garam
: Artemia
: Budidaya Rumput Laut
: Budidaya Air Tawar
: Budidaya Mutiara
: Perikanan Tangkap
: Lokasi Pabrik Rumput Laut (PT.ASTIL)
: Lokasi BBI Lewa dan Pandawai
: Kampung Adat
: Wisata Pantai

Gambar 4.1. Sebaran Potensi Perikanan dan Kelautan di Kabupaten Sumba


Timur

Sebaran potensi perikanan dan kelautan di Kabupaten Sumba Timur,


sangat beragam, baik di laut maupun di darat. Potensi meliputi potensi
perikanan tangkap, perikanan budidaya (laut dan tawar), garam dan artemia,
pariwisata, dan pengolahan hasil perikanan. Potensi perikanan tangkap
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 98
tersebar di seluruh pesisir Kabupaten Sumba Timur, yaitu di 15 Kecamatan,
namun hasil penangkapan masih relatif sedikit. Potensi perikanan budidaya,
meliputi budidaya rumput laut dan budidaya air tawar. Budidaya rumput laut
tersebar di 9 Kecamatan, sedangkan budidaya air (sawah, kolam, tambak)
tersebar di 22 Kecamatan. Terdapat pabrik rumput laut PT ASTIL dan lokasi
pengembangan pabrik untuk pembangunan gudang dan lantai jemur di
Kecamatan Pahunga Lodu. Untuk mendukung kegiatan budidaya tawar,
sawah, kolam, dan tambak terdapat 2 Balai Benih Ikan (BBI) yang berlokasi
di Kecamatan Lewa dan Kecamatan Pandawai. Pengembangan ptensi artemia
juga akan dikembangkan di Desa Palakahembi, Kecamatan Pandawai. Wisata
pantai tersebar di 8 Kecamatan, sedangkan wisata adat tersebar di 9
Kecamatan.

4.1.1. Komoditas Unggulan


Komoditas perikanan unggulan di Kabupaten Sumba Timur, yaitu
rumput laut, ikan pelagis kecil dan pelagis besar, serta kelompok ikan
demersal.
Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Badan
Penelitian Dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kementerian
Kelautan Dan Perikanan, 2016 tentang Data dan Informasi Profil Sosial
Ekonomi Perikanan di Kabupaten Sumba Timur, telah melakukan kajian
dengan menggunakan beberapa metode analisis untuk mengidentifikai
peluang pengembangan pulau terdepan, yaitu dengan menggunakan analsisis
USG (Urgency, Seriousness dan Growth), SWOT (Strength-Weakneses
Opportunity and Threat), QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix).
Tabel 4.2. Hasil Penilaian Kekuatan-Kelemahan (S-W) dan Peluang-Ancaman
(O-T) Perikanan Tangkap di WPP-573

Sumber: BRSDMKP-KKP, 2016


MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 99
Untuk mempermudah analisis dan mengurangi tingkat subyektivitas
dalam menentukan masalah prioritas, maka perlu ditetapkan kriteria untuk
masing-masing unsur USG dan dilakukan pengukuran dengan skor dengan
skala likert (1 – 5). Semakin tinggi tingkar urgensi, serius dan atau
penumbuhan masalah tersebut maka semakin tinggi skor yang didapatkan.

Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil USG (Urgency,Seriousness, Growth)

Sumber: BRSDMKP-KKP, 2016

Analisis USG dilakukan pada semua tipologi (tangkap, budidaya,


pengolahan, garam, wisata bahari) yang ada di lokasi penelitian. Berdasarkan
hasil pengukuran USG pada tiap tipologi dilakukan pengukuran tipologi
manakah yang diprioritaskan untuk dikembangkan. Berdasarkan
pengukuran tersebut maka dipilih tipologi untuk dilakukan SWOT-Qpsm
untuk menentukan strategi pengembangan yang dipilih. Hasil USG yaitu
prioritas pengembangan perikanan di Kabupaten Sumba Timur, yaitu
prioritas (1) perikanan tangkap dan prioritas (2) perikanan budidaya.
Berdasarkan tabel hasil penilaian di atas, diketahui skor total tertinggi
ada pada perikanan tangkap (total skor 24,85), urutan kedua yaitu perikanan
budidaya (total skor 24,78); dan urutan ketiga pengolahan (total skor 20,42),
peringkat kelima wisata bahari dengan (total skor 23,08), dan terakhir garam
(total skor 22,90). Dengan demikian maka strategi pembangunan sektor
kelautan dan perikanan di Kabupaten Sumba Timur direkomendasikan
berbasis perikanan tangkap dengan urutan strategi berdasarkan prioritas
yang harus dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1) Peningkatan jumlah armada tangkap <10 GT
2) Optimalisasi pemanfaatan infrastruktur
3) Pembangunan pelabuhan pendaratan ikan
Strategi utama berbasis perikanan tangkap ini tentunya diikuti
dengan pembangunan sub sektor lainnya sesuai dengan urutan prioritas dan
isu-isu strategis seperti yang ada pada hasil USG pada masing-masing sub

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 100


sector Dari hasil analisis data statistik perikanan tangkap dan perikanan
budidaya, hasil kajian serta data dan informasi hasil observasi di lapangan,
komoditas unggulan perikanan tangkap dan perikanan budidaya yang
dikembangkan di Kabupaten Sumba Timur, adalah:
1. Perikanan Budidaya
Komoditas unggulan perikanan budidaya, yaitu Rumput Laut.
Rumput laut yang berkembang di Kabupaten Sumba Timur
sebanyak 3 jenis, yaitu dari jenis:
- E. Cottoni Saccol
- E. Cottoni Spinosum
- Sargasum
2. Perikanan Tangkap
Komoditas perikanan tangkap, meliputi ikan pelagis besar dan
ikan demersal, serta ikan karang konsumsi.
- Kelompok ikan pelagis besar, yaitu Tuna, Tongkol dan
Cakalang (TTC)
- Kelompok ikan demersal dan ikan karang konsumsi, yaitu
ikan kerapu dan cumi-cumi
3. Lainnya
Komoditas dari jenis lain, meliputi wisata bahari, garam dan
artemia, serta mutiara.
Ikan tongkol menjadi ikan dengan persentase terbesar tertangkap di
Kabupaten Sumba Timur. Sekitar 7,8% dari total ikan di Kabupaten Sumba
Timur adalah ikan tongkol. cumi-cumi memiliki nilai persentase yang cukup
besar yaitu 7,36 %, ikan tuna dan kembung juga memiliki nilai presentasi
yang besar yaitu sebesar 5,09 dan 3,09% . Jenis ikan yang didaratkan dan
persentase tangkap di Kabupaten Sumba Timur dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 4.4.Jenis Ikan Yang Didaratkan Dan Persentase Tangkap


di Kabupaten Sumba Timur
Persentase
No Jenis Ikan Nama Latin
Tangkap (%)
1 Tongkol Auxis sp 7.82
2 Cumi-cumi Loligo sp 7.36
3 Tuna Thunnus obesus 5.09
4 Kembung Rastreliger sp 3.09
5 Cakalang Katsuwonus pelamis 2.93
6 Tembang Sardinelle sp 2.86
7 Beronang lingkis Siganus sp 2.61
8 Tetengkek Megalaspis cordila 2.52
9 Tenggiri Scomberomus commerson 2.47
10 kerapu Ephinephelus sp 2.33
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumba Timur, 2016
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 101
Komoditi unggulan perikanan bedasarkan hasil tangkapan yang
didaratkan antara lain jenis tuna, tongkol, dan cakalang. Produksi Tuna
Tongkol dan Cakalang (TTC) di Kabupaten Sumba Timur mencapai 10.89%
dari total produksi perikanan tangkap pada tahun 2016. Jenis TTC paling
banyak adalah ikan tongkol dengan persentase 7,82%. Berikut ini merupakan
grafik volume dan nilai produksi komoditas perikanan unggulan di Sumba
Timur periode 2011-2015.

Gambar 4.2. Volume Produksi Komoditas Perikanan Unggulan Sumba Timur


periode 2012-2016

Berdasarkan Gambar tersebut, dapat diketahui rata-rata produksi


tuna, cakalang, dan tongkol di Sumba Timur berturut-turut adalah sebesar
599, 563, dan 358 ton/tahun. Dengan rata-rata kenaikan produksi tuna,
cakalang, dan tongkol masing-masing sebesar 1,16%, 5.75%, dan 0.81% per
tahun.

Gambar 4.3. Nilai Produksi Komoditas Perikanan Unggulan Sumba Timur


periode 2012-2016

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 102


Berdasarkan grafik diatas, diketahui bahwa rata-rata nilai produksi
Tuna, Cakalang, dan Tongkol berturut-turut adalah sebesar 23.391, 21.993,
13.990 juta rupiah. Produksi terbesar adalah ikan tongkol, diikuti dengan
ikan tuna dan cakalang. Ikan hasil tangkapan nelayan di Sumba Timur
disajikan pada gambar berikut.

Gambar 4.4. Jenis ikan hasil tangkapan nelayan di wilayah Sumba Timur

Gambar 4.5. Ikan pelagis kecil dan ikan karang konsumsi yang dijual di pasar

Potensi sumberdaya ikan yang dapat dikembangkan meningkatkan


kesejahteraan nelayan dan peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) adalah

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 103


pengembangan perikanan pelagis besar seperti tuna, cakalang dan tongkol.
Komoditi ini dapat dikembangkan dalam bentuk segar maupun ikan olahan
dengan kualitas premium untuk meningkatkan nilai tambah produk seperti
sirloin tuna, tuna sashimi maupun produk ikan ikan kaleng. Berdasarkan
hasil survey dengan melihat kondisi eksisting yang ada menunjukkan bahwa
perikanan pelagis besar belum dikembangkan dengan baik. Ikan tuna,
tongkol, dan cakalang hanya dijual untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
lokal. Selain itu ikan demersal dan ikan karang konsumsi juga layak
dikembangkan seperti ikan cumi-cumi, kuwe, kerapu, tenggiri.

4.1.2. Ketersediaan Sarana dan Prasarana


A. Sarana Prasarana Perikanan Tangkap
(1) Armada Perikanan
Armada penangkapan (kapal penangkap ikan) merupakan faktor
yang penting dalam menentukan tingkat keberhasilan suatu operasi
penangkapan ikan. Dalam satu unit armada penangkapan ini menyangkut
ukuran (GT) tenaga penggerak (mesin), alat bantu pendeteksian ikan (fish
finder, GPS), fasilitas penyimpanan ikan dan lain-lain. Namun, demikian tidak
semua operasi penangkapan ikan memerlukan ukuran kapal yang besar, hal
ini tergantung dari jenis alat penangkap yang digunakan dan lamanya operasi
penangkapan. Demikian juga dengan tenaga penggerak (mesin kapal) yang
diperlukan sangat ditentukan oleh ukuran kapal dan lokasi fishing ground
yang ingin dicapai.
Armada penangkapan di Kabupaten Sumba Timur pada tahun 2016
sebagian besar merupakan armada tradisional dengan perahu
jukung/perahu tanpa motor yaitu sebanyak 749 (52,70%), diikuti oleh
perahu motor tempel sebanyak 575 (40.46%). Gambaran tersebut
mengindikasikan bahwa kegiatan penangkapan ikan masih dilakukan oleh
nelayan skala kecil dan penangkapan hanya dilakukan disekitar perairan
pantai kurang dari 12 mil.
Nelayan tangkap didominasi nelayan tradisional yang menggunakan
armada perahu tanpa motor dan perahu motor tempel menggunakan alat
tangkap dominan berupa pancing ulur dan jaring insang/mini purse seine
(nelayan one day fishing). Karena terbatasnya armada dan alat tangkap,
produksi perikanan tangkap masyarakat Kabupaten Sumba Timur relatif
rendah. Potensi ikan di wilayah ini banyak dimanfaatkan oleh nelayan dari
luar (nelayan andon) yang datang dari Alor, Flores, Bima, Lombok Timur,
Madura, Sinjai, Buton) yang datang untuk menangkap cumi dan tuna/tongkol
cakalang.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 104


Jumlah armada penangkapan ikan mengalami kenaikan tiap tahun
tadri tahun 2012-2016. Armada Kapal motor (1-7 GT) tidak mengalami
perubahan selama 5 tahun. Perkembangan dan jumlah armada penangkapan
ikan di Kabupaten Sumba Timur periode 2012-2014 disajikan pada tabel
berikut.

Gambar 4.6. Struktur armada penangkapan di Kabupaten Sumba Timur


pada tahun 2016

Armada terbanyak adalah dari jenis armada perahu tanpa motor,


kemudian terbanyak kedua yaitu perahu motor tempel, dan jenis armada
paling sedikit adalah kapal motor (1-7 GT). Di Kabupaten Sumba Timur
didominasi oleh perikanan tagkap skala kecil, yaitu perahu tanpa motor,
dengan pola penangkapan one day fishing.

Tabel 4.5. Perkembangan dan jumlah armada penangkapan ikan di


Kabupaten Sumba Timur periode 2012-2014
Jenis Tahun Perkemb
2012 2013 2014 2015 2016 angan
2015-
2016
Perahu Tanpa 690 704 719 734 749 2.04
Motor
Perahu Motor 535 545 555 565 575 1.77
Tempel
Kapal Motor (1-7 94 95 96 96 97 1.04
GT)
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Timur 2016 (diolah
kembali)

Dari Tabel di atas terlihat bahwa struktur armada penangkapan ikan


di Kabupaten Sumba Timur didominasi oleh armada perikanan perahu tanpa
motor. Kurangnya pengetahuan dan sumberdaya masyarakat yamg
cenderung rendah mengakibatkan kesulitan nelayan dalam mengembangkan
armada penangkapan. Sulitnya mendapatkan bahan dan alat untuk membuat
kapal menjadi salah satu faktor kurangnya perkembangan armada
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 105
penangkapan di Kabupaten Sumba Timur. Armada perahu motor tempel dan
kapal motor yang mendominasi adalah armada kapal dengan ukuran
dibawah 5 GT . Armada perikanan disajikan pada Gambar berikut.

Gambar 4.7. Armada perikanan di Kabupaten Sumba Timur


Berdasarkan hasil kunjungan lapangan, di Kabupaten Sumba Timur
terlihat bahwa armada penangkapan yang ada didominasi oleh armada
penangkapan ikan perahu tanpa motor dan motor tempel. Fishing base
armada penangkapan ikan di Kabupaten Sumba Timur tersebar di seluruh
pesisir perairan seperti pesisir Ngonggi, Pulau Halura, Maukawini, dan
Waimima. Kapal/armada penangkapan ikan mendaratkan hasil
tangkapannya untuk skala kecil di beberapa titik hampir di seluruh
kecamatan pesisir, namun untuk kapal-kapal besar dengan kekuatan 3-10 GT
kebanyakan mendaratkan hasil penangkapannya di sekitar pelabuhan rakyat
milik Perindo, dekat dengan PPI Nangamesi. Namun proses pendaratan ini
terkendala karena lokasi pelabuhan bukanlah milik Pemda, sehingga waktu
pendaratan menunggu kapal umum mendarat terlebih dahulu (kondisi
menyesuaikan dengan kapal penumpang dan barang).

(2) Alat Tangkap

Secara umum, jenis teknologi penangkapan ikan yang digunakan


oleh nelayan di Kabupaten Sumba Timur adalah pancing ulur (hand line),
jaring insang (gillnet), pancing tonda, mini purse seine, rawai, dan payang
(pukat tarik). Umumnya tingkat teknologi penangkapan yang dipergunakan
tersebut masih relatif sederhana dan ukuran armadanya berskala kecil. Dari
data 5 tahun terakhir alat tangkap yang mendominasi adalah alat tangkap
gillnet hanyut dengan jumlah pada tahun 2016 sebanyak 5730 unit dan
pancing sebesar 5932 unit. Alat tangkap lainnya memilik tidak mengalami
perubahan. Hal ini menandakan bahwa perkembangan teknologi
penangkapan di Sumba Timur sangat lambat. Perkembangan alat tangkap
yang digunakan di Sumba Timur disajikan pada tabel berikut.
Berdasarkan hasil survey masih dijumpai kegiatan penangkapan
dengan peralatan tradisional seperti panah dan tombak. Umumnya nelayan
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 106
yang menggunakan alat tangkap ini tidak menggunakan armada
penangkapan atau menggunakan kapal tanpa motor/jukung. Alat tangkap
lain seperti pancing dan gilnet digunakan untuk menangkap ikan di sekitar
pantai. Jenis alat tangkap yang digunakan disajikan pada gambar berikut.
Tabel 4.6. Perkembangan Alat Tangkap Yang Digunakan Dalam Kegiatan
Penangkapan Ikan Di Sumba Timur

Jenis Alat Tahun Perkembangan


Tangkap 2012 2013 2014 2015 2016 2015-2016
Gillnet tetap 28 31 31 36 36 0.00
Gillnet 5279 5390 5501 5614 5730 2.07
hanyut
Jala tebar 217 225 230 235 240 2.13
Pukat cincin 7 7 7 7 7 0.00
Payang 45 45 45 49 49 0.00
Bagan 1 1 1 1 1 0.00
perahu
Pancing 5471 5582 5697 5814 5932 2.03
Jala waring 23 25 28 28 28 0.00
Sero 12 15 15 15 15 0.00

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumba Timur 2017

Pancing ulur Rawai

Pukat Pantai Panah dan Tombak

jaring insang Purse seine

Gambar 4.8. Jenis alat tangkap di Sumba Timur

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 107


Berdasarkan hasil survei dan data yang ada, nelayan tangkap di
Sumba Timur didominasi oleh perahu tanpa motor (860 unit) dan sebagian
besar nelayan menggunakan alat tangkap jaring insang dan pancing ulur

(3) Pelabuhan Perikanan

Dalam pengembangan usaha perikanan tangkap diperlukan dukungan


infrastruktur yang terkait secara langsung dan tidak langsung terhadap
usaha penangkapan yang dilakukan. Infrastruktur yang dimaksud yaitu
berhubungan dengan mata rantai proses penangkapan ikan sampai dengan
penanganan hasil tangkapan, seperti darmaga tambat kapal, depot bahan
bakar, pabrik es, cold storage, tempat doking kapal, sarana pemasaran (TPI)
dan lain-lain.
Prasarana dan sarana perikanan tangkap biasanya terdiri dari
Pelabuhan Perikanan (PP), Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), Laboratorium
Pengujian dan Pembinaan Mutu Hasil Perikanan, Armada Penangkapan, dan
Alat Tangkap. Prasarana pelabuhan perikanan di Kabupaten Sumba Timur
masih sangat terbatas. Hanya ada satu PPI yang ada di Sumba Timur yaitu
PPI Nangamesi, namun kondisinya belum difungsikan karena masih dalam
tahap pembangunan. PPI Nangamesi yang ada di Kabupaten Sumba Timur,
terletak di Desa/Kelurahan Kamalaputi, Kecamatan Kota Waingapu. Status
lahan adalah milik Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Timur. Luas lahan
secara keseluruhan adalah sekitar 5,2 Ha.

Gambar 4.9. PPI Nangamesi

Bangunan utama yang sudah ada (eksisting) di lokasi PPI Nangamesi,


yaitu laboratorium kesehatan, pos pengawasan, dan gudang kemasan. Ketiga
bangunan tersebut adalah bantuan dari kementerian Kelautan dan
Perikanan, namun kurangnya perawatan dan tidak adanya aktivitas
pendaratan, mengakibatkan bangunan ini tidak terpakai. Kondisi bangunan
di dalam PPI Nangamesi dapat dilihat pada gambar berikut.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 108


Gambar 4.10. Kondisi Laboratorium Kesehatan, Pos Pengawasan, Dan Gudang
Pengemasan Di PPI Nangamesi

Masyarakat masih mendaratkan hasil tangkapan dan melabuhkan


armada penangkapan di pinggir pantai, prasarana pemasaran juga masih
sangat terbatas hanya di pasar yang berlokasi di dekat Pelabuhan Pelindo. Di
sekitar pelabuhan rakyat milik Pelindo, sarana yang sudah ada, antara lain
pasar, pabrik es, coldstorage/ice storage. Terdapat pula menara air untuk
pabrik es. Pabrik es yang ada berkapasitas 10 ton dan 5 ton. Produksi es
balok jika ada permintaan, yaitu 25 kg. Kondisi sarana prasarana tersebut
tidak terawat dan sudah tidak berfungsi, kecuali pabrik es yang kadang
berproduksi, jika ada permintaan dari nelayan. Sarana pendukung lainnya,
yaitu SPDN yang terletak di Kampung Bugis (milik swasta). Suplai BBM dari
Surabaya (dari Regional Sumba disalurkan ke Waingapu). SPDN yang sudah
ada adalah milik swasta untuk nelayan. Produksi 8000 L untuk 1 minggu,
sebulan bisa 4 kali pengiriman dari Surabaya. Untuk saat ini suplay BBM
(Solar) masih cukup untuk memenuhi kebutuhan nelayan.
Di sekitar jalan raya dekat dengan lokasi sarana prasarana perikanan
di dekat pelabuhan rakyat, terdapat pasar ikan. Pasar tersebut digunakan
untuk menjual hasil tangkapan nelayan Kota Waingapu. Pasar ikan yang
sebenarnya difungsikan untuk penjualan hasil penangkapan ikan justru tidak
digunakan. Nelayan bergeser ke depan mendekati pembeli, yaitu di pasar
rakyat dekat jalan raya. Gambar pelabuhan rakyat, eksisting fasilitas yang
sudah ada di sekitar pelabuhan rakyat dan SPDN yang berlokasi di Kampung
Bugis dapat dilihat pada gambar berikut.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 109


Pabrik Es Pasar Ikan Tidak Terpakai

Pasar Ikan di Pasar Rakyat Coldstorage

Gambar 4.11. Kondisi Sarana Prasarana di Sekitar Pelabuhan Rakyat

Gambar 4.12. Pelabuhan Rakyat

Gambar 4.13. Kondisi SPDN di Kampung Bugis

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 110


Kondisi sarana dan prasana penunjang kegiatan perikanan disajikan
pada tabel berikut.

Tabel 4.7. Kondisi Fasilitas Penunjang Kegiatan Perikanan


di Kabupaten Sumba Timur

No Sarana-Prasarana Vol Kapasitas Kondisi Eksisting Keterangan

Di PPI Nangamesi

1 Laboratorium Kese 1 unit Luas sekitar 3x4 Tidk terawa, tdk ber Bantuan KKP
hatan m2 fungsi
2 Pos Pengawasan 1 unit 19 – Tidk terawat, Bantuan KKP
25 kilo liter/bln tdk berfungsi
3 Gudang kemasan 1 unit Kondisi bagus Bantuan KKP
Di Sekitar Pelabuhan Rakyat

1 Pabrik Es 2 unit 10 Ton dan 5 Ton Tidk terawat Berproduksi jika

ada permintaan
2 Coldstorage 2 unit 10 Ton dan 5 tonTidk terawat, Tidak digunakan
tdk berfungsi
3 Pasar Ikan 1 unit Luas pasar ikan Tidak berfungsi Tidak lelang
sekitar 12 x 16
m2
Di Kampung Bugis
1 SPDN 1 unit Produksi 8000 L Kondisi Bagus Milik Swasta
untuk 1 minggu
Sumber: Hasil Survei, 2017
B. Sarana Prasarana Perikanan Budidaya
Sarana penunjang perikanan budidaya yang telah dibangun di
Kabupaten Sumba Timur adalah : Pos Penampungan Nener 3 Unit, dan
bangunan Pabrik Rumput laut 1 unit, Balai Benih ikan (BBI) sebanyak 2 unit
yakni BBI Lewa di Kecamatan Lewa dan BBI Maubokul di Kecamatan
Pandawai. Unit Pengembangan Pelayanan Kelompok Pembudidaya Ikan (UPP
POKDAKAN) 1 unit dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kelautan dengan
bidang studi Budi Daya Rumput Laut dan Nautika Perikanan. Lokasi BBI
Lewa dapat dilihat pada gambar berikut ini.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 111


Gambar 4.14. Sarana Prasarana di Balai Benih Ikan (BBI) Lewa

Prasarana pendukung budidaya rumput laut berupa Pabrik Rumput


laut 1 unit, berada di Kecamatan Pahunga Lodu dan berada di Desa
Lambakara, luasan pabrik sebesar ± 4 Ha, dan terdapat beberapa bangunan
yang sudah terbangun, yaitu :
 Pos Keamanan
 Ruang Pertemuan
 Mess Karyawan
 Rumah Dinas
 Tandon air
 Pabrik Pengolahan, terdiri dari :
1. Lantai jemur,
2. Ruang penyimpanan bahan baku dan bahan kimia,
3. Ruang pencucian dan laboratorium, dan
4. Gudang pengolahan Chips dan pembuangan limbah.
Berikut gambar lokasi pabrik rumput laut di Kecamatan Pahunga
Lodu tepatnya di Desa Tanamanang.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 112


Gambar 4.15. Lokasi Pabrik Rumput Laut
Bahan baku pengolahan pabrik berupa rumput laut biasanya berasal
dari petani lokal dan didatangkan dari luar kabupaten seperti dari Kabupaten
Sabu Raijua, Kabupaten Rote Ndao, Pulau Flores dan Pulau Timor. Rumput
laut yang didistribusikan ke pabrik dikemas di dalam sak berukuran ± 25 kg
berisikan rumput laut basah. Prasarana pedukung budidaya rumput berupa
rumah ikat dan para-para dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.16. Sarana Prasarana Budidaya Rumput Laut di Kecamatan Rindi

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 113


4.1.3. Sumber Daya Manusia (SDM) di Bidang Perikanan dan Kelautan
Masyarakat di Kabupaten Sumba Timur sudah sejak lama dikenal
sebagai masyarakat petani/peternak. Sampai saat ini masyarakat di tempat
tersebut sebagian besar masih menggantungkan sumber penghidupan
mereka pada sektor pertanian, terutama pertanian tanaman keras dan
peternakan sapi dan kuda. Aktivitas penangkapan ikan hanya dilakukan
sebagai pekerjaan sampingan saat tanaman perkebunan belum musim panen.
Masyarakat Sumba Timur mempunyai kultur petani bukan kultur nelayan,
sehingga sektor perikanan dan kelautan kurang begitu berkembang bila
dibandingkan dengan kondisi wilayah pesisir lainnya. Hal inilah yang
menyebabkan potensi perikanan di Sumba Timur yang sangat besar belum
dikelola secara optimal.
Jumlah nelayan Sumba Timur tiap tahun mengalami kenaikan tiap,
pada Tahun 2012 jumlah nelayan sebanyak 2.852 bertambah menjadi 3029
di Tahun 2016. Jumlah nelayan terbanyak ada di Kecamatan Umalulu, Kota
Waingapu dan Kanatang. Kecamatan tersebut merupakan daerah konsentrasi
nelayan perikanan tangkap. Jumlah rumah tangga perikanan, nelayan dan
kelompok nelayan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.8. Jumlah nelayan di Kabupaten Sumba Timur


NO Kecamatan 2012 2013 2014 2015 2016 Perkembangan
2015-2016
1 Haharu 275 281 287 293 299 2.05
2 Kanatang 309 315 321 328 335 2.13
3 Kota 316 322 329 336 343 2.08
Waingapu
4 Kambera 119 121 123 126 129 2.38
5 Pandawai 279 285 291 297 303 2.02
6 Umalulu 376 384 392 400 408 2.00
7 Rindi 208 212 216 220 224 1.82
8 Pahunga Lodu 179 183 187 191 195 2.09
9 Wula Waijelu 172 176 180 184 188 2.17
10 Ngadu Ngala 73 74 75 77 79 2.60
11 Karera 166 169 172 175 179 2.29
12 Pinu Pahar 167 170 173 177 181 2.26
13 Tabundung 128 131 134 137 140 2.19
14 Katala 25 25 25 25 25 0.00
Hamulingu
15 Lewa Tidahu 60 61 62 63 64 1.59
Jumlah Total 2,852 2,909 2967 3029 3092 2.08
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumba Timur 2017

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 114


Jumlah petani/pembudidaya rumput laut di Kabupaten Sumba Timur
tiap tahun mengalami kenaikan. Pada Tahun 2012 jumlah RTP Pembudidaya
sebanyak 1.943 bertambah menjadi 2.166 di Tahun 2013, dan Tahun 2014
sebanyak 2.400, Tahun 2015 sebanyak 2.830, pada Tahun 2016 meningkat
sebanyak 3.410. jumlah pembudidaya terbanyak ada di Kecamatan Pahunga
Lodu dan Kecamatan Wulla Waijelu. Kecamatan tersebut merupakan
kecamatan dengan jumlah pembudidaya rumput laut yang paling
mendominasi. Jumlah rumah tangga pembudidaya rumput laut disajikan
pada tabel berikut.

Tabel 4.9. Jumlah pembudidaya rumput laut di Kabupaten Sumba Timur

Jumlah Pembudidaya RL
No Kecamatan Komoditas
2012 2013 2014 2015 2016
1 Pahunga Lodu Rumput Laut 1033 1148 1275 1512 1682
2 Wulla Waijelu Rumput Laut 337 375 416 467 571
3 Karera Rumput Laut 121 135 149 149 149
4 Rindi Rumput Laut 179 208 231 450 519
5 Umalulu Rumput Laut 0 0 0 20 60
6 Pandawai Rumput Laut 112 124 137 116 149
7 Kambera Rumput Laut 27 27 27 27 27
8 Kanatang Rumput Laut 58 65 72 25 118
9 Haharu Rumput Laut 76 84 93 64 135
Total 1.943 2.166 2.400 2.830 3.410
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumba Timur 2017
Sedangkan jumlah tenaga kerja di sektor perikanan budidaya rumput
laut, juga mengalami peningkatan setiap tahun. Tahun 2012 jumlah tenaga
kerja sebanyak 3.886 bertambah menjadi 4.332 di Tahun 2013, dan Tahun
2014 sebanyak 4.800, Tahun 2015 sebanyak 5.570, pada Tahun 2016
meningkat sebanyak 6.820. Jumlah tenaga kerja terbanyak ada di Kecamatan
Pahunga Lodu dan Kecamatan Wulla Waijelu. Kecamatan tersebut
merupakan daerah konsentrasi pembudidaya rumput laut. Jumlah tenaga
kerja pengolah rumput laut disajikan pada tabel berikut.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 115


Tabel 4.10. Jumlah Tenaga Kerja di Bidang Pengolahan Rumput Laut di
Kabupaten Sumba Timur
No Kecamatan Komoditas Jumlah Tenaga Kerja (Orang)

2012 2013 2014 2015 2016

1 Pahunga Lodu Rumput Laut 2066 2296 2550 3024 3.364


2 Wulla Waijelu Rumput Laut 674 750 832 928 1.142
3 Karera Rumput Laut 242 270 298 298 298
4 Rindi Rumput Laut 358 416 462 816 1.038
5 Umalulu Rumput Laut 0 0 0 40 120
6 Pandawai Rumput Laut 224 248 274 232 298
7 Kambera Rumput Laut 54 54 54 54 54
8 Kanatang Rumput Laut 116 130 144 50 236
9 Haharu Rumput Laut 152 168 186 128 270
Total 3.886 4.332 4.800 5570 6.820
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumba Timur 2017
Sumbar daya manusia untuk budidaya air tawar mengalami
peningkatan setiap tahun. Dari 22 (dua puluh dua) kecamatan di Kabupaten
Sumba Timur yang berpotensi untuk pegembangan budidaya air tawar, dapat
dilihat bahwa jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) Pembudidaya Air
Tawar, tersebar pada Tahun 2012 sebanyak 472, Tahun 2013 sebanyak 693,
Tahun 2014 sebanyak 1.041, Tahun 2015 sebanyak 1.166, da pada Tahun
2016 sebanyak 1.369.

Tabel 4.11. Jumlah RTP Pembudidaya Air Tawar di Kabupaten Sumba Timur
T A H U N ( R T P)
No Kecamatan
2012 2013 2014 2015 2016
1 Lewa 82 120 130 145 161
2 Lewa Tidahu 12 12 18 21 23
3 Kambera 56 92 138 153 170
4 Katala Hamu Lingu 24 29 29 32 35
5 Matawai La pawu 46 70 103 115 128
6 Kahaungu Eti 56 85 190 212 235
7 Nggaha Ori Angu 12 20 20 23 25
8 Tabundung 24 42 54 60 96
9 Karera 15 36 69 77 84
10 Pinu Pahar 6 12 20 22 24
11 Pahunga Lodu 8 8 15 17 19
12 Rindi 4 5 5 5 6
13 Mahu 0 0 8 8 9

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 116


14 Paberiwai 10 12 16 18 20
15 Kanatang 18 20 24 30 45
16 Haharu 7 10 10 10 15
17 Ngadu Ngala 4 7 7 7 7
18 Kota Waingapu 52 75 108 120 144
19 Pandawai 24 26 38 42 54
20 Umalulu 6 6 12 22 30
21 Wula Waijelu 0 0 15 15 15
22 Kambata Mapambuhang 6 6 12 12 24
Jumlah 472 693 1.041 1.166 1.369
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumba Timur 2017

4.1.4. Isu dan permasalahan


Disamping potensi yang begitu melimpah dan hampir tersebar di
seluruh kecamatan, Kabupaten Sumba Timur memiliki permasalahan di
bidang perikanan dan kelautan. Secara detail isu-isu atau permasalahan yang
dapat diidentifikasi di wilayah pesisir Kabupaten Sumba Timur cukup
beragam. Secara umum dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori,
yaitu (1) Masalah di bidang pengelolaan perikanan; (2) Masalah di bidang
pengelolaan pariwisata bahari; (3 Masalah di bidang pengelolaan lingkungan;
(4) Masalah di bidang infrastruktur; dan (5) Masalah di bidang sosial
ekonomi.
Dari lima kelompok permasalahan yang terungkap dari kelompok
masyarakat pesisir di wilayah ini, umumnya bermuara pada beberapa
permasalahan kunci. Namun demikian, sebagian masalah juga merupakan
penyebab bagi timbulnya masalah lainnya.
Permasalahan di bidang perikanan dan kelautan di Kabupaten Sumba
Timur dapat dirangkum sebagai berikut:
1) Perikanan Tangkap
 Keterbatasan armada kecil
 Keterbatasan alat tangkap dan alat bantu penangkapan
ikan/rumpon
 Keterbatasan pelatihan/Kapasitas SDM
 Kurangnya akses permodalan ke nelayan
 Kurangnya pengawasan ikan/Unreported
 Masih banyaknya Alat tangkap tidak ramah lingkungan
 Kurangnya fasilitas dasar
 Kurangnya etos kerja nelayan
 Minimnya Sarana dan Prasarana Penangkapan ikan
 Rendahnya Kualitas SDM Nelayan penangkap ikan.
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 117
 Titik sentral kegiatan perikanan tangkap untuk P. Sumba dan
pendaratan ikan masih tersebar di beberapa tempat
 Harga ikan paling mahal di Sumba Timur karena produksi kecil
akibat rantai pemasaran yang panjang.
2) Perikanan Budidaya
 Kurangnya teknologi pakan dan distribusinya
 Kurangnya ketersediaan pasokan air untuk budidaya
 Adanya penyakit ice ice
 Kurangnya fasilitas dasar
 Kurangnya Akses
 Minimnya kelembagaan
 Kurangnya permodalan
3) Pengolahan Produk Perikanan
 Kurangnya ketersediaan bahan baku
 Masih rendahnya harga jual
 Keterbatasan SDM
 Rendahnya penguasaan teknologi pengolahan sumber daya
perikanan
 Minimnya kelembagaan
 Kurangnya permodalan
4) Wisata Bahari
 Kurangnya promosi wisata
 Kurangnya sarana prasarana
 Keterbatasan infrastruktur
 Kurangnya keterlibatan investor
 Kurangnya transportasi
5) Garam
 Kurangnya sarana prasarana
 Rendahnya teknologi pengolahan garam
 Keterbatasan SDM
 Masih rendahnya harga jual

(1) Isu dan Permasalahan Perikanan Tangkap


Beberapa penyebab permasalahan perikanan tangkap antara lain
adalah (1) Pengawasan yang kurang/terbatas terhadap pemanfaatan
sumberdaya alam di wilayah pesisir; (2) Kurangnya infrastruktur dan
prasarana pendukung; (3) Akses masyarakat terbatas terhadap modal, pasar,
dan pendidikan; dan (4) Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat
belum terjalin baik.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 118


Akibat dari permasalahan tersebut, yang sering muncul adalah; (1)
Kerusakan lingkungan dan sumberdaya alam pesisir (darat dan laut); (2)
Pendapatan masyarakat yang relatif rendah dibandingkan dengan kawasan
non pesisir; dan (3) Pertumbuhan ekonomi yang lambat berkembang.
Kemudian, pelaku atau pihak-pihak yang dapat menyebabkan timbulnya
masalah tersebut adalah (1) Pihak swasta dan pengusaha; (2) Masyarakat;
(3) Pihak pemerintah; dan (4) Pihak asing (negara lain). Hasil identifikasi
jenis-jenis masalah pada pengembangan perikanan tangkap berdasarkan
hasil wawancara dengan beberapa responden masyarakat pesisir Kabupaten
Sumba Timur disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.12. Hasil Identifikasi Isu, Sebab, dan Akibat

No Isu/Permasalahan Sebab Akibat


1 Illegal fishing atau • Minimnya aktivitas • Menurunnya pendapatan
pencurian ikan pengawasan di laut nelayan.
• Terbatasnya sarana • Menipisnya ketersediaan
penangkapan ikan sumberdaya ikan
• Timbulnya konflik sosial
2 Kemampuan SDM • Kurang tenaga pelatih atau • Kurangnya tenaga terampil
penyuluh • Produktivitas masyarakat
• Minimnya kegiatan pesisir tidak optimal
pelatihan atau workshop, • Kurangnya SDM yang
• Kesadaran terhadap handal untuk mengelola
pentingnya pendidikan sumberdaya pesisir
masih kurang, • Terjadinya degradasi
• Sarana untuk pendidikan lingkungan
dan pelatihan masih
terbatas
3 Perusakan lingkungan • Pengawasan yang masih • Ekosistem terumbu karang
laut minim rusak
• Penambangan terumbu • Penghasilan masyarakat
karang untuk bahan pesisir akan menurun dan
bangunan bahkan hilang
• Kurangnya penyuluhan
oleh instansi terkait
4 Harga produk • Cakupan wilayah pemasaran Harga produk perikanan
perikanan terbatas relatif rendah, sehingga
• Kemampuan usaha pedagang pendapatan masyarakat
atau pengumpul ikan masih nelayan juga rendah
terbatas
5 Modal usaha Kurangnya dukungan lembaga Usahanya statis atau tidak ada
perkreditan dan perbankan peningkatan usaha

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 119


6 Investasi • Belum adanya insentif yang Kegiatan dan pertumbuhan
menarik untuk para investor perkonomian di wilayah pesisir
• Ketersediaan infrastruktur yang berjalan lambat
masih terbatas
• Aksesibilitas yang relatif masih
sulit
7 Tempat Pelelangan • Belum ada TPI yang • Pendapatan
dan Pasar Ikan yang dibangun masyarakat nelayan
higienis • pasar ikan yang ada belum tidak optimal
higienis • Mutu ikan sulit
10 Sarana dan prasarana • Frekwensi kedatangan dan terjaga dan kegiatan usaha
Mobilitas
perhubungan laut keberangkatan kapal yang masyarakat menjadi terbatas
masih jarang dan belum rutin
• Jumlah pelabuhan dan
dermaga yang memadai
• masih sangat terbatas
11 Sarana dan • Belum semua wilayah • Pengembangan potensi
prasarana pesisir memiliki akses jalan yang ada terhambat
perhubungan dan jembatan • Hasil produksi
darat • Kondisi jalan rusak masyarakat pesisir sulit
dipasarkan
11 Sarana dan • Bandara sudah dibangun • Mobilitas masyarakat
prasarana namun belum berfungsi menjadi terhambat
perhubungan • Sulit mengembangkan
udara kegiatan pariwisata dan
perdagangan
12 Ketersediaan air Jaringan air bersih yang baik • Pertumbuhan industri
bersih masih sangat terbatas pengolahan dan jasa
terhambat
• Kesehatan masyarakat tidak
terjamin baik
13 Ketersediaan listrik • Kapasitas mesin pembangkit • Perkembangan kegiatan
kurang memadai listrik yang tersedia terbatas usaha atau Industri
• Belum optimalnya penggunaan terhambat
energi alternatif sebagai • Sulit mendatangkan
pembangkit tenaga listrik Investor untuk berinvestasi
14 Armada dan alat • Masih relatif sederhana • Produktivitas usaha rendah
penangkapan ikan dan belum efektif dan • Tidak mampu bersaing
efisien untuk menangkap dengan armada pendatang,
ikan utamanya kapal asing
• Beroperasi hanya terbatas
di perairan pantai

Sumber: Hasil Survey Lapangan, 2017

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 120


(2) Isu dan Permasalahan Perikanan Budidaya
Masalah-masalah yang teridentifikasi di lapangan secara umum
hampir serupa untuk semua komoditas budidaya yang telah dilakukan yaitu
pengadaan benih/bibit. Secara teoritis benih merupakan input utama dalam
kegiatan budidaya perikanan. Ketersediaan benih yang tepat jumlah, tepat
kualitas, tepat ukuran, tepat harga dan tepat waktu harus terpenuhi karena
secara langsung berhubungan dengan penjadwalan proses produksi yang
pada akhirnya akan menentukan produksi, produktivitas, dan efisiensi, serta
keuntungan yang akan dinikmati oleh setiap pembudidaya. Benih yang tepat
jumlah menggambarkan besaran kuantitas yang diperlukan untuk total
luasan lahan yang diusahakan. Benih yang tepat kualitas mencerminkan
keunggulan benih dari komoditas tersebut yang erat kaitannya dengan
performa dan nilai ekonomisnya. Selain masalah penyediaan benih/bibit,
hasil wawancara dengan beberapa pelaku pembudidaya rumput laut
mengindikasikan kurang layaknya keuntungan yang didapat.
Kondisi ini diduga disebabkan oleh salah satu atau gabungan dari
aspek-aspek berikut:
 Masih rendahnya produktivitas dan kualitas produk rumput laut yang
dihasilkan yang berhubungan dengan penerapan standar proses
produksi yang belum optimal
 Masih terbatasnya fasilitas penunjang berupa sampan fiber glass.
Sampan yang ada saat ini baru dapat melayani sekitar 32%
pembudidaya, begitu juga dengan fasilitas Para – para penjemur
maupun Gudang/depo.
 Penanganan panen dan pasca panen (proses pengeringan) hingga siap
jual yang masih belum sempurna. Masih banyak rumput laut yang di
jemur di pasir atau beralaskan daun kelapa di atas pasir yang
mengakibatkan kualitas rumput laut kering menurun karna kotor.
 Rumah ikat sangat diperluan oleh Pokdakan sebagai wadah untuk
menampung bibit rumput laut yang akan di ikat hal ini akan menjaga
kesegaran serta kerusakan bibit akibat terkena panas serta angin dan
dapat menampung 10 – 20 RTP saat melakukan pengikatan bibit
rumput laut
 skala usaha yang masih kecil yang erat kaitannya dengan kemampuan
permodalan
 serta rantai tataniaga yang tidak sehat terutama yang terkait dengan
harga jual yang tidak wajar. Salah satu informasi penting yang
mendukung adanya pengaruh aspek harga jual tersebut terekam dari
hasil wawancara yang menunjukkan adanya kisaran harga yang
sangat berfluktuasi yaitu 6.000 – 14.500 rupiah/kg dengan rata-rata

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 121


di harga 8.000 – 10.000 rupiah/kg, tetapi harga yang berlaku saat
survey dilakukan turun drastis di harga 6.000 rupiah/kg. Langkah
strategis yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
adalah memperbaiki kinerja proses produksi secara komprehensif
baik aspek bioteknis maupun nonteknis dan regulasi untuk mengatur
harga dasar yang layak sehingga pembagian keuntungan cukup adil
antara produsen dan pelaku rantai tataniaga lainnya seperti pengepul
atau tengkulak.

Informasi tentang potensi dan isu-isu permasalahan perikanan di


lokasi tersebut menjadi hal yang sangat penting sebagai rencana
pengembangan kegiatan perikanan kedepan di Kabupaten Sumba Timur.

4.2. Konsep Makro Masterplan PSKPT Kabupaten Sumba Timur


4.2.1. Perikanan Tangkap
Pemanfaatan potensi sumberdaya ikan di Kabupaten Sumba Timur
masih cukup rendah. Kabupaten Sumba Timur secara geografis dikelilingi
perairan Laut Sawu dan Samudera Hindia. Dengan fakta geografis ini, jelas
bahwa wilayah Kabupaten Sumba Timur memiliki potensi sumberdaya
hayati laut yang dapat diandalkan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi
wilayahnya. Selain memiliki wilayah perairan laut yang luas, wilayah
perairan laut Kabupaten Sumba Timur juga dapat dinyatakan sebagai salah
satu sumber daerah penangkapan ikan yang masih potensial untuk
dikembangkan. Hal ini ditunjukkan dengan (1) ukuran ikan yang tertangkap
masih relatif besar, dan (2) banyaknya armada dari daerah lain seperti
Makasar dan Flores yang datang melakukan kegiatan penangkapan ikan di
perairan ini secara illegal.
Secara geografis wilayah Sumba Timur, masuk dalam Wilayah
Pengelolaan Perikanan (WPP) 573. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomor 47 Tahun 2016 tentang Estimasi Potensi, Jumlah
Tangkapan Yang Diperbolehkan, Dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya
Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia,
Kabupaten Sumba Timur masuk pada WPP 573, yang meliputi wilayah
perairan Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa
Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat. WPP 573 dapat dilihat
pada gambar berikut.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 122


Gambar 4.17. WPP NRI 573
Potensi, JTB, dan Tingkat Pemanfaatan WPP NRI 573, disajikan dalam
Tabel berikut ini.

Tabel 4.13. Produksi, JTB, dan Tingkat Pemanfaatan di WPP NRI 573

Ikan Ikan
Wilayah Pengelolaan Ikan Ikan Udang Cumi-
Pelagis Pelagis Lobster Kepiting Rajungan Jumlah
Perikanan Demersal Karang Penaeid cumi
Kecil Besar

Potensi 294.092 505.942 103.501 8.778 6.854 844 465 695 8.195 929.330
SAMUDERA
HINDIA

JTB 235.274 404.754 82.801 7.022 5.483 675 372 527 6.556
WPP
573 Tingkat
pemanf 0,91 0,73 0,96 1,36 1,36 0,54 1,05 0,64 1,40
aatan

Sumber: 47/Kepmen-KP/2016
Keterangan: E = Tingkat pemanfaatan(Effort)

Potensi sumberdaya ikan di Kabupaten Sumba Timur dapat diestimasi


secara kasar dengan pendekatan ratio luas wilayah pengelolaan perikanan
(WPP). Ratio luas wilayah perairan Kabupaten Sumba Timur, yaitu 8.373,53
Km², atau sekitar 4,6% dari luas WPP 573. Berdasarkan data Kementerian
Kelautan dan Perikanan, wilayah perairan laut Kabupaten Sumba Timur
merupakan bagian dari WPP 573 (Samudera Hindia). WPP 573 meliputi
wilayah perairan Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah
Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat. WPP ini
berdasarkan Kepmen No 47/Kepmen-KP/2016, tentang Estimasi Potensi
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 123
Sumberdaya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia
memiliki total potensi perikanan laut sebesar 929.330 ton/tahun. Potensi
Sumberdaya Ikan di WPP 573 dan perbandingan produksi perikanan Sumba
Timur serta tingkat pemanfaatannya disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.14. Potensi Sumberdaya Ikan di WPP 573 dan Perbandingan


Produksi Perikanan Sumba Timur dan Tingkat Pemanfaatannya
Jenis Sumberdaya Ikan Estimasi JTB Produksi Sumba Pemanfaatan (%)
(SDI) Sumba Timur Timur 2016
(ton/tahun) (ton/tahun)
Ikan pelagis kecil 11,764 4,283 36,41
Ikan pelagis besar 20,238 2,366 11,69
Ikan demersal 4,140 1,972 47,64
Ikan karang 351 2,465 702,12
Udang Penaied 274 - 0
Lobster 34 - 0
Rajungan 19 - 0
Kepiting 26 - 0
Cumi-cumi 328 881 268,66
Total Potensi 37,173 11,967 32,19
Sumber: Survey Potensi 2017
Estimasi JTB Kabupaten Sumba Timur, dihitung atas dasar
perhitungan 80% dari MSY Kabupaten Sumba Timur sebesar 46.466,5 ton /
tahun, diperoleh angka JTB 37.173,2 ton/tahun. Dimana MSY Kabupaten
Sumba Timur diasumsikan adalah 5% dari potensi WPP 573.

Tabel 4.15. Potensi di WPP 573, MSY dan JTB Kabupaten Sumba Timur, Serta
Produksi dan Tingkat Pemanfaatan

Sumber: Kepmen Kp 47/2016 dan Hasil Analisis 2017


MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 124
Produksi ikan yang didaratkan di Kabupaten Sumba Timur
berdasarkan jenis SDI masih dibawah potensi SDI di WPP 573. Produksi ikan
terbanyak terdapat pada SDI pelagis kecil, ikan karang dan pelagis besar.
Produksi pelagis kecil dalam tahun 2016 sebesar 4.283 ton dan produksi ikan
pelagis besar adalah 2.366 ton. Produksi ikan pelagis kecil masih cukup
rendah dan tingkat pemanfaatannya masih dibawah stok potensi WPP 573.
Tingkat pemanfaatan ikan pelagis kecil adalah 36,41 % dan ikan pelagis
besar adalah 11,69 %.
Tingkat pemafaatan yang paling besar yaitu SDI ikan karang dimana
nilainya sebesar 702,12 % sudah melebihi nilai JTB Sumba Timur. Produksi
ikan karang dan pelagis kecil di Sumba Timur cukup tinggi disebabkan oleh
letak geografis Pulau Sumba yang memiliki pulau – pulau kecil dan dikelilingi
oleh Laut Sawu dan Samudera Hindia, disamping itu armada yang dominan
adalah armada kecil dimana hasil tangkapan dominan sumberdaya ikan
tersebut. Sebaran ikan di Sumba Timur disajikan pada gambar berikut.

Tabel 4.16. Sebaran sumberdaya ikan di Sumba Timur

Berdasarkan hasil pengamatan langsung, wawancara dengan nelayan


setempat dan beberapa literature, perairan TNP Laut Sawu Regional Sumba
mengandung sumber daya ikan bernilai ekonomis penting yang cukup
beragam, diantaranya adalah baronang (Siganus sp.), bawal putih (Pampus
argenteus), belanak (Mugil dossumieri), cakalang (Katsuwonus pelamis),
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 125
cendro (Tylosurus sp.), ikan terbang (Hirundichthys oxycephalus), julung-
julung (Hemiramphus brasiliensis), kakap merah (Lutjanus sp.), kembung
(Rastrelliger sp.), kerapu (Ephinephelus sp.), kuwe (Caranx sp.), layang
(Decapterus russelli), lencam (Lethrinus sp.), tembang (Sardinella gibbosa),
tenggiri (Scomberomorus commerson), teri (Stolephorus sp.), tetengkek
(Euthynnus affinis), tongkol (Auxis sp.), dan tuna mata besar (Thunnus
obesus). Disamping itu, juga terdapat kelompok sumberdaya hayati non ikan
lainnya yang juga bernilai ekonomis tinggi, seperti: cumi-cumi (Chephalopoda
sp), kerang mutiara (Pinctada maxima), teripang (Holothuridae), Crustaceae,
Rumput laut, Echinodermata, dan berbagai jenis karang dan cetacea.

Musim dan Daerah penangkapan Ikan


Musim penangkapan ikan ini sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca di
daerah tersebut. Pada musim puncak biasanya kondisi cuaca baik, sehingga
nelayan dapat melakukan penangkapan ikan secara optimal. Pada musim
pecaklik biasanya kondisi cuaca tidak mendukung sehingga nelayan tidak
dapat melakukan penangkapan ikan, pada musim ini umumnya ditandai
dengan seringnya turun hujan dan angin yang bertiup relatif kencang. Musim
paceklik disebut juga musim barat, dimana terjadi pada bulan akhir
Desember sampai akhir Maret. Musim angin teduh disebut musim timur,
dimana terjadi pada akhir Mei sampa awal Oktober. Nelayan cenderung
melakukan aktivitas penangkapan pada musim angin teduh.

Gambar 4.18. Kalender Musim Tangkap Nelayan Cumi Di Pulau Salura

Pada gambar di atas dapat dilihat musim penangkapan untuk nelayan


cumi. Musim puncak terdapat pada bulan 4-5 dan 9-11

Gambar 4.19. Kalender Musim Tangkap Nelayan Penongkol


Pada gambar di atas, terlihat bahwa musim tangkapan nelayan
penongkol untuk komoditas ikan cakalang dilakukan pada bulan 12 hingga 4
dan bulan 5 sampai dengan bulan 8 untuk komoditas tuna.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 126


Kegiatan nelayan di wilyah TNP Laut Sawu Regional Barat hanya
dilakukan pada saat angin dan gelombang tidak besar atau pada musim
timur. Di wilayah perairan Laut Sawu musim timur terjadi pada bulan Mei-
Oktober. Nelayan yang mayoritas merupakan nelayan artisanal (tradisional)
dengan sampan/perahu tanpa motor memulai aktivitas penangkapan di
wilayah perairan dengan jarak tempuh 2-4 mil dari pesisir. Nelayan armada
kapal motor pada musim timur bisa melakukan aktivitas penangkapan di
wilayah perairan dengan jarak tempuh 10-20 mil. Apabila musim barat tiba,
dimana musim angin dan gelombang besar terjadi pada bulan Desember-
Maret, nelayan hanya menangkap disekitar pantai dan bahkan tidak melaut
sama sekali. Keadaan musim teratur, musim timur berlangsung dari bulan
April sampai November, musim ini adalah musim kemarau. musim barat
berlangsung dari bulan Desember sampai Maret. Musim penangkapan ikan
dominan di Laut Sawu Regional Barat terjadi bulan Mei-Agustus dan
Oktober-November. Berikut musim penangkapan ikan berdasarkan jenis ikan
disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.17. Musim Penangkapan Ikan Di TNP Laut Sawu Regional Sumba
Musim Penangkapan
No Jenis Ikan
Paceklik Sedang Puncak
1 Tembang Januari- April-September, Oktober-November
Maret Desember
2 Kembung Januari- April-Juli, November- Agustus-Oktober
Maret Desember
3 Tongkol Januari-April Juni-September Mei, Oktober-
November
4 Kakap merah Januari- Maret-Juli, Agustus-Oktober
Februari November-Desember
5 Cakalang Januari- April-Mei, Agustus- Juni-Juli, Oktober-
Maret September, November
Desember
6 Kerapu Januari- Maret-Juli, Agustus-Oktober
Februari November-Desember
Sumber: Hasil Survei 2017
Daerah penangkapan adalah lokasi tempat dimana terjadi operasi
penangkapan dilakukan. Daerah penangkapan ikan di wilayah perairan utara
dan timur Pulau Sumba berada di sepanjang pesisir pantai. Ikan pelagis kecil
seperti tembang, kembung, teri dapat dijumpai pada jarak kurang dari 4 mil
di perairan pesisir Pulau Sumba. Ikan pelagis besar seperti tongkol dan
cakalang banyak dijumpai pada perairan dengan jarak 4-12 mil dari pesisir
Pulau Sumba. Area perairan dari Tanjung Karoso mengarah ke timur sampai
Tanjung Sasar merupakan daerah potensial untuk menangkap jenis ikan
tembang, kembung, tongkol, cakalang, cendro, dan berbagai jenis ikan

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 127


pelagis. Area perairan sekitar Pulau Lunca Monas dan Pulau Halura
merupakan perairan dimanan jenis ikan karang begitu melimpah di
sepanjang tahun. Daerah penangkapan ikan di Kabupaten Sumba Timur
dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.18. Lokasi/Daerah Penangkapan Ikan Oleh Nelayan Tiap Kabupaten


No Kabupaten Lokasi penangkapan
1 Sumba Timur P. Halura
P. Mangudu
pesisir Maukawini
pesisir Waimima
Sumber: Hasil Survei, Tahun 2017
Taman nasional perairan Laut Sawu Regional Barat merupakan
perairan dengan kesuburan nutrien yang sangat tinggi. Sehingga ikan-ikan
sangat melimpah di perairan Laut Sawu. Berikut merupakan daerah
penangkapan ikan di wilayah perairan TNP Laut Sawu Regional Barat pada
gambar berikut.

Gambar 4.20. Dareah Penangkapan Ikan di TNP Laut Sawu Regional Sumba

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 128


Potensi konflik penangkapan ikan di Kabupaten Sumba Timur, antara lain:
1. Penggunaan bom ikan oleh nelayan pendatang di Pulau Salura
(umumnya nelayan dari Bima, Bajo dan Flores)
2. Nelayan pendatang (andon) dari Lombok yang menangkap cumi
menggunakan jala oras/pukat payang di perairan selatan Sumba
Timur (Pulau Salura dan sekitarnya). Saat musim tangkap (musim
angin Timur) pada saat waktu bulan gelap (15-20 hari) setiap
bulannya mereka melakukan penangkapan cumi. Saat musim angin
Barat (angin kencang) mereka kembali ke tempat asalnya. Cumi hasil
tangkapan dibawa langsung ke Lombok (cumi segar) atau diasinkan di
Pulau Salura, kemudian dibawa ke Lombok.

4.2.2. Perikanan Budidaya


Kegiatan perikanan budidaya yang ada di Kabupaten Sumba Timur
meliputi budidaya air tawar dan budidaya air laut. Fokus utama kegiatan
budidaya adalah budidaya rumput laut.
Budiadaya Air Laut
Kabupaten Sumba Timur terkenal dengan kualitas rumput luatnya.
Berdasarka hasil survey dan penelusuran data kondisi eksisting budidaya
rumput laut adalah sebagai berikut:
 Tersebarnya kegiatan budidaya di semua kecamatan yang ada di
Kabupaten Sumba Timur, kegiatan budidaya rumput laut tersebar di 9
Kecamatan dan 25 Desa/kelurahan.
 Lokasi/hamparan budidaya rumput laut tersebar di 37 lokasi
 Banyaknya masyarakat yang terlibat dalam budidaya rumput laut
yang saat ini mencapai 6.632 orang pembudidaya dengan Rumah
Tangga Produksi pembudidaya rumput laut sebanyak 3.416,
 Potensi budidaya rumput laut sebesar 15.069,4 Ha dengan luas lahan
budidaya rumput laut yang baru dimanfaatkan sebesar 449 Ha atau
2.98% yang baru dimanfaatkan,
 Produksi budidaya rumput laut Tahun 2016 sebesar 3.301,6 ton
 Peluang perluasan area budidaya yang masih sangat memungkinkan
yaitu sebesar 14.620.4 Ha
 Sarana yang ada: Sampan Fibre Glass 524 Unit, Meja Jemur / Para2
Penjemur 466 Unit, Program PKPT ( Rumah Ikat 2 Unit, Sumur Gali 4
Unit, Generator 2 unit), Depo/Gudang Rumput Laut Kering 5 Unit
 Produksi Budidaya Rumput Laut Tahun 2016 sebesar 3.301,6 ton

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 129


 Kebun Bibit milik pemerintah hanya ada 2 unit yaitu KBRL Laindunga
dgn luas 25 Ha serta KBRL Laiwila dengan luas 20 Ha
 KBRL yang di kelola oleh pembudidaya/masyarakat sebanyak 13
Kelompok pembibit yaitu di wilayah/ hamparan Waibakal 2
kelompok, Pamuhu 2 Kelompok, Nusa 2 Kelompok, Hanggaroru 4
kelompok dan Woba
 Masih dibutuhkan ketersedian bibit yang sangat besar, hal ini
dikarena jumlah tali yang ada di pembudidaya ± 341.600 utas dengan
panjang tali per utas 20 meter sehingga membutuhkan bibit sebanyak
3.416.000 Kg dalam sekali periode tanam sedang dalam setahun
periode tanam 6 – 7 periode maka bibit rumput laut yang dibutuhkan
dalam setahun sebanyak 200.496.000 Kg.
 peluang memperbaiki kinerja produksi melalui penerapan teknologi
terkini dan manajemen yang lebih efisien cukup terbuka,
Lokasi hamparan budidaya rumput laut di Kabupaten Sumba Timur
tersebar hampir di seluruh pesisir. Hamparan budidaya terdapat pada 37
lokasi seperti disajikan pada tabel dan gambar berikut.
Tabel 4.19. Lokasi haparan rumput laut di Kabupaten Sumba Timur

No Nama Hamparan Desa /Kelurahan Kecamatan


1 Larawali Napu Haharu
2 Laiwotung Kadahang Haharu
3 Hambuang Rambangaru Haharu
4 Kapiahak Mondu Kanatang
5 Maudolung Hamba Praing Kanatang
6 Londa Lima Kuta Kanatang
7 Padadita Kambaniru Kambera
8 Walakeri Watumbaka Pandawai
9 Laipori Palakahembi Pandawai
10 Kadumbul Kadumbul Pandawai
11 Wanga Wanga Umalulu
12 Warajangga Rindi Rindi
13 Tapil Tanaraing Rindi
14 Meti Ay Tanaraing Rindi
15 Pamuhu Heikatapu Rindi
16 Waibakal Heikatapu Rindi
17 Nusa Kabaru Rindi
18 Kambuomang Palanggay Pahunga Lodu
19 Warambadi Palanggay Pahunga Lodu
20 Harati Mbrukulu Pahunga Lodu
21 Maukawini Lambakara Pahunga Lodu
22 Maukawawu Lambakara Pahunga Lodu
23 Hanggaroru Tanamanang Pahunga Lodu
24 Laindunga Kaliuda Pahunga Lodu
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 130
25 Benda Kaliuda Pahunga Lodu
26 Kandora Kaliuda Pahunga Lodu
27 Woba Kaliuda Pahunga Lodu
28 Kandora kaliuda Pahunga Lodu
29 Nganguwara kaliuda Pahunga Lodu
30 Laiwila Kaliuda Pahunga Lodu
31 Panggape Wulla Wulla Waijelu
32 Aibiko Wulla Wulla Waijelu
33 kalala Hadakamali Wulla Waijelu
34 Kandora Hadakamali Wulla Waijelu
35 Lainjanji Lainjanji Wulla Waijelu
36 Katundu Katundu Karera
37 Salura Prai Salur Karera
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumba Timur, 2016

Hamparan/Lokasi Budidaya Rumput Laut Sumba Timur


140000 160000 180000 200000 220000 240000 260000
8980000

8980000
PETA ADMINISTRASI KECAMATAN
KABUPATEN SUMBA TIMUR

1 2
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (NTT)

4
8960000

8960000
8 10
Skala 1:500000
0 10 Km

3 HAHARU
5 Laut Sawu
K er ja s a m a :
P e m er in ta h K a b up a ten Su m ba Ti m u r

9
P ro v i ns i N us a T eng g a r a T im u r (N TT )
de ng a n

6
Ba da n K o o rdi n as i S ur v ei d a n P e m et aa n N a s i o na l
(B A K O SU R T A N A L)
Kabupaten

11
Sumba Barat
8940000

8940000
120° 122° 124° 126° 128°
KANATANG

7


Nusa Tenggara Timur Tim or Ti m ur

15
Laut S awu

LEW A Kabu paten


10°

10°
Sum ba Ti mu r

NGGAHA ORI ANGU

KOTA WAINGAPU
KAMBERA
12 120° 122° 124° 126° 128°
8920000

8920000

14 19
13
PANDAWAI
LEW A TIDAHU

Keterangan:
KATALA HAMU LINGU KAMBATA MA PAMBUHANG
KAHAUNGU ETI

16 18
Jalan Nasional
Jalan Provinsi
UMALULU Jalan Kabupaten
21

Jalan Desa
8900000

8900000

Garis Pantai

TABUNDUNG 17 Sungai

Administrasi
MATAWAI LA PAW U RINDI

20
HAHARU

Lokasi Pabrik
KAHAUNGU ETI
PABERIW AI KAMBATA MAPAMBUHANG
KAMBERA
KANATANG
22

23
PINUPAHAR MAHU KARERA
8880000

8880000

PAHUNGA LODU KATALA HAMU LINGU


KOTA WAINGAPU
LEWA

31 28
KARERA LEWA TIDAHU
NGADU NGALA
24

MAHU
MATAWAI LA PAWU
Samudera Hindia NGADU NGALA

33
WULA W AIJELU NGGAHA ORI ANGU
25

PABERIWAI
36 PAHUNGA LODU
PANDAWAI

35 PINUPAHAR
8860000

8860000

RINDI

26
TABUNDUNG

37 34
UMALULU
WULA WAIJELU

32 30 27 Sumber data:
Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) 1:25.000

29
Data Daerah Bappeda Kabupaten Sumba Timur tahun 2009
140000 160000 180000 200000 220000 240000 260000

Gambar 4.21. Hamparan/lokasi budiadaya rumput laut di Sumba Timur

Berdasarkan hasil wawancara, gambaran umum produktifitas


perikanan budidaya dari hulu hingga hilir, sebagai berikut:
 Pembudidaya
- Terdapat beberapa kelompok koperasi pembudidaya rumput laut.
Dalam 1 koperasi terdiri atas beberapa kelompok
- Distribusi rumput laut, yaitu dari nelayan, kelompok
pembudidaya rumput laut, kemudian ke pabrik

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 131


- Harga rumput laut Rp.11.000/kg untuk kondisi bagus, dan
Rp.10.000/kg untuk kondisi yang jelek. Harga rumput laut yang
masuk ke pabrik, yaitu Rp.12.200/kg.
- Untuk menghasilkan kualitas yang bagus, perlu dilakukan
treatment, yaitu penjemuran kembali
- Saat ini jumlah pengumpul sekitar 25
- Dalam 1 tahun, produksi sekitar 75 ton
- Untuk selain koperasi, terdapat CV dan UD yang produksinya
langsung dikirim ke pembali
- 1 kelompok pembudidaya, terdiri atas sekitar 10-12 orang, total
anggota sekitar 150 orang
- 1 kelompok pembudidaya, memiliki sarana sekitar 3 perahu. 1
hamparan dibutuhkan sekitar 20 perahu. 1 kelompok, 1 rumah
ikat, dan 1-2 para-para, sehingga 1 kelompok seharusnya memiliki
sarana-prasarana 3 perahu, 1 rumah ikat, dan 10 para-para.
- 1 kali panen, 1 kelompok produktifitas sekitar 1 ton. Masa panen
45 hari, sehingga dalam 1 kali panen sekitar 15 ton
- Bibit selama ini dari Rote, belum ada bibit baru, umur bibit sudah
sekitar 6-7 tahun. Hasil semakin menurun. 1 tali sekitar 14 kg
kering, dalam 20 m tali.
- Sewa truck sekali angkut sekitar Rp.500.000, daya angkut 5 ton-7
ton
 Pabrik
- Pabrik Chip rumput laut yang dikelola oleh BUMD PT. ASTIL
dengan Kapasitas Row Material 10 Ton / hari. Saat ini produksi
mencapai 6 ton/hari
- Jika akan dikembangkan, kebutuhan air untuk pengolahan 10 ton,
yaitu sekitar 320-400 kubik/hari
- Supplay dari Pulau Sabu sekitar 40 ton untuk memenuhi
kebutuhan rumput laut, jika persediaan di Sumba Timur kurang

Produksi rumput laut di Kabupaten Sumba Timur tersebar di 7


Kecamatan. Kecamatan yang merupakan penghasil rumput laut tertinggi
adalah Kecamatan Pahunga Lodu dengan produksi rumput laut kering
sebesar 1982,3 ton atau mengalami kenaikan sebanyak 15% dari tahun 2015.
Penurunan produksi terjadi di Kecamatan Pandawai dan Haharu dimana
produksi mengalami penurunan sebesar 43.8 dan 31.6% pada tahun 2016.
Realisasi produksi rumput laut kering per kecamatan di Sumba Timur selama
lima tahun 2012-2016 disajikan pada tabel berikut.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 132


Tabel 4.20. Realisasi Produksi Rumput Laut Kering Per Kecamatan Di Sumba
Timur Pada Tahun 2012-2016
No Kecamatan Realisasi Produksi Rumput Laut Kering
(Ton)
2012 2013 2014 2015 2016
1 Pahunga Lodu 906 1283.8 1560.4 1723.7 1982.3
2 Wulla Waijelu 348.5 513.5 624.2 732.8 989.3
3 Rindi 69.7 98.8 120.0 217.8 294.0
4 Umalulu 0.0 0.0 0.0 0.0 14.3
5 Pandawai 34.8 49.4 60.0 20.1 11.3
6 Kanatang 13.9 0.0 0.0 0.0 0.0
7 Haharu 20.9 29.6 36.0 15.2 10.4
Total 1393.8 1975.0 2400.6 2709.6 3301.6
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumba Timur, Tahun 2017

Tabel 4.21. Jumlah Target Produksi Perikanan Budidaya Tahun 2017 - 2021
( Lima Tahun )
No Kecamatan Komoditas Target Produksi Rumput Laut Kering (Ton)
2017 2018 2019 2020 2021
1 Pahunga Lodu Rumput Laut 2081,4 2185,4 2294,7 2409,5 2530,0
2 Wulla Waijelu Rumput Laut 1038,8 1090,7 1145,3 1202,6 1262,7
3 Karera Rumput Laut 11,0 11,6 12,2 12,8 13,5
4 Rindi Rumput Laut 308,7 324,2 340,4 357,4 375,3
5 Umalulu Rumput Laut 15,0 15,8 16,6 17,5 18,4
6 Pandawai Rumput Laut 11,9 12,5 13,1 13,8 14,5
7 Kambera Rumput Laut 5,9 6,2 6,5 6,8 7,2
8 Kanatang Rumput Laut 6,1 6,4 6,7 7,1 7,5
9 Haharu Rumput Laut 10,9 11,5 12,0 12,6 13,3
Total 3489,7 3664,3 3847,5 4040,1 4242,4

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumba Timur, Tahun 2017

Target produksi selama 3 Tahun ke depan (sesuai dengan


perencanaan SKPT untuk jangka pendek), diperkirakan rata-rata naik 1%,
yaitu dari 10,9% menjadi 11,5% dan naik lagi menjadi 12% dari jumlah total
produksinya. Sebanyak 9 (sembilan) Kecamatan mampu memproduksi
rumput laut kering. Produksi terbanyak adalah di Kecamatan Pahunga Lodu.
Hingga Tahun 2021, diperkirakan kenaikan mencapai 13,3%.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 133


Fasilitas pengolahan rumput laut semakin maju dengan terbangunnya
para-para penjemuran rumput laut sejumlah 120 unit. Para-para tersebut
dibangun pada lokasi sentra produksi rumput laut bertujuan untuk menjaga
dan meningkatkan mutu rumput laut yang di jemur.
Untuk budidaya air laut, selain budidaya rumput laut, budidaya yang
lain yang sudah berkembang di Kabupaten Sumba Timur, namun skala masih
sangat kecil yaitu budidaya mutiara. Perairan Selatan Kabupaten Sumba
Timur, tepatnya di Kecamatan Karera merupakan tempat pengambilan bibit
mutiara alam untuk dibudidayakan. Budidaya mutiara ini kembangkan oleh
perusahaan mutiara di Labuhan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat.
Sarana prasarana pendukung perikanan budidaya rumput laut di
Kabupaten Sumba Timur dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.22. Sarana Prasarana Pendukung Perikanan Budidaya di Kabupaten


Sumba Timur

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Sumba Timur, diolah 2016

Budidaya Air Tawar


Potensi lahan budidaya air tawar Sumba Timur mencapai 448 ha dan
yang sudah dimanfaatkan baru 26 ha, artinya masih ada peluang
pengembangan sebesar 442 ha. Komoditas perikanan budidaya payau yang
dapat dikembangkan di wilayah pesisir adalah udang, ikan bandeng,
sedangkan budidaya air tawar adalah ikan karper, nila dan lele. Berikut data
potensi, luas lahan yang di manfaatkan dan produksi ikan air tawar yang
tersebar di 22 kecamatan dinas kelautan dan perikanan, serta data produksi
selama 5 tahun (Tahun 2012-2016)
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 134
Tabel 4.23. Data Potensi, Luas, dan Produksi Ikan Air Tawar di kabupaten
Sumba Timur Tahun 2016
Sudah di Belum
Potensi Produksi
No Kecamatan Manfaatkan dimanfaatkan
Areal (Ha) (Ton)
(Ha) (Ha)
1 Lewa 47 3,9 43,1 1,9
2 Lewa Tidahu 51 1,9 49,1 1,7
3 Kambera 76 2,5 73,5 1,5
4 Katala Hamu Lingu 29 2,5 26,5 2,8
5 Matawai La pawu 24 1,9 22,1 1,4
6 K. Eti 25 4,3 20,7 3,1
7 GOA 13 1,2 11,8 2,2
8 Tabundung 34 1,4 32,6 0,2
9 Karera 20 0,8 19,2 0,2
10 Pinu Pahar 10 0,2 9,8 0,1
11 P. Lodu 60 0,4 59,6 0,3
12 Rindi 4 0,5 3,5 0,1
13 Mahu 7 0,1 6,9 0,2
14 Paberiwai 8 0,1 7,9 0,2
15 Kanatang 5 0,6 4,4 0,2
16 Haharu 2 0,1 1,9 0,1
17 Ngadu Ngala 5 0,3 4,7 0,1
18 Kota Waingapu 2 0,3 1,7 2,1
19 Pandawai 8 2,1 5,9 0,3
20 Umalulu 12 0,4 11,6 0,1
21 Wula Waijelu 4 0,2 3,8 0,5
22 Kambata 2 0,3 1,7 0,3
Mapambuhang
Jumlah 448 26 422 19,6
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumba Timur, 2017

Tabel 4.24. Produksi Ikan Air Tawar 5 Tahun Terakhir Kabupaten Sumba
Timur Tahun 2012 – 2016
T A H U N ( KG)
No Kecamatan
2012 2013 2014 2015 2016
1 Lewa 1444 1603 1782 1990 2200
2 Lewa Tidahu 1174 1304 1449 1620 1800
3 Kambera 1046 1163 1296 1540 1600
4 Katala Hamu 1903 2114 2349 2610 2900
Lingu
5 Matawai La 1254 1393 1548 1720 1800
pawu
6 Kahaungu Eti 1820 2022 2247 2530 2700

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 135


7 Nggaha Ori Angu 1641 1823 2025 2250 2500
8 Tabundung 329 365 405 450 500
9 Karera 120 222 247 275 300
10 Pinu Pahar 131 146 162 180 200
11 Pahunga Lodu 120 222 247 275 300
12 Rindi 82 91 101 112 125
13 Mahu 0 0 167 185 200
14 Paberiwai 197 219 243 270 300
15 Kanatang 223 248 163 181 210
16 Haharu 92 102 113 126 140
17 Ngadu Ngala 77 86 95 105 110
18 Kota Waingapu 343 381 423 435 450
19 Pandawai 277 308 342 380 400
20 Umalulu 66 73 81 90 100
21 Wula Waijelu 0 0 419 465 500
22 Kambata 204 227 252 280 300
Mapambuhang
Jumlah
12.543 14.112 16.156 18.069 19.635
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumba Timur, 2017

Produksi keseluruhan ikan air tawar selama 5 tahun terakhir, yaitu


dari Tahun 2012-2016 mengalami peningkatan, yaitu dari 12.543, 14.112,
16.156, 18.069, dan pada Tahun 2016 sebanyak 19.635. Dalam setahun
meningkat sekitar 1.500 kg.

4.2.3. Garam dan Artemia


Selain perikanan tangkap, perikanan budidaya, pariwisata, dan
pengolahan hasil perikanan, Kabupaten Sumba Timur memiliki potensi yang
sangat bagus untuk pengembangan garam. Hal ini sangat memungkinkan,
melihat potensi perairan di kabupaten Sumba Timur dengan salinitas perairan
yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil kajian pada kegiatan penyusunan
Dokumen Rencana Zonasi Wilayah Peisisr dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Sumba Timur pada Tahun 2014, diketahui bahwa Nilai salinitas
yang diperoleh pada perairan Kabupaten Sumba Timur berkisar antara 12-34
0/00. Salinitas yang diperoleh merupakan salinitas alami dan masih normal

untuk biota laut, sehingga masih bagus dalam mendukung kehidupan biota lau.
Salinitas adalah konsentrasi total ion yang terdapat di perairan. Salinitas
menggambarkan padatan total dalam air, setelah semua karbonat dikonversi,
menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan oleh klorida, dan semua

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 136


bahan organik telah dioksidasi (Effendi, 2003). Peta sebaran salinitas pada
Perairan Kabupaten Sumba Timur dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.22. Peta Salinitas pada Perairan Kabupaten Sumba Timur (Sumber:
RZWP-3-K Kabupaten Sumba Timur, 2014)

Keanekaragaman atau jumlah spesies biasanya lebih besar untuk


hewan-hewan yang hidup di laut atau air tawar daripada mereka yang hidup
di perairan payau. Salinitas juga merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan larva, dimana larva lebih
sensitif terhadap penurunan dan peningkatan salinitas dari batas normalnya.
Potensi lahan tambak garam di Kabupaten Sumba Timur, NTT,
mencapai seluas 1.111 Ha. Lahan produksi garam yang sudah digarap
hingga Tahun 2016 seluas 70 Ha. Kondisi ini sangat disayangkan karena
tahun ini teknologi ulir filter (TUF) sudah diterapkan untuk para petambak
garam. Ada 16 kelompok yang tergabung dalam kelompok usaha garam
rakyat (KUGAR) dengan teknologi terbaru ini. Teknologi ini sangat
bermanfaat. Dalam 1 ha lahan bisa menghasilkan 118 ton dengan masa
panen 5 bulan sejak bulan Agustus hingga Desember 2015. Jika hujan
lambat, maka masih bisa panen pada bulan Desember nanti. Daerah Sumba
Timur dengan musim panas seperti ini mampu menjadikan proses garam
lebih cepat. Data total produksi garam yag dihasilkan oleh petani garam di
Kabupaten Sumba Timur dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.25. Produksi Garam di Kabupaten Sumba Timur


Jumlah Produksi (Ton)
2011 2012 2013 2014 2015 2016
151 161,71 1.285 513,30 868,3 3
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumba Timur, 2017
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 137
Tahun 2011, Kelompok tambak belum memproduksi garam karena
dalam tahap pembukaan lahan tambak yang baru, Produksi dihasilkan
oleh kelompok perebusan. Produksi garam Tahun 2012 dihasilkan oleh
Kelompok (BLM PUGAR) dengan Metode Tambak. Tahun 2013 produksi
garam oleh kelompok (BLM PUGAR) dengan metode tambak sebanyak
172.000 Kg, Kelompok (BLM PUGAR) Metode perebusan sebanyak
327.340 Kg dan Kelompok (Non BLM) metode perebusan sebanyak
785.720 Kg. Tahun 2014 - 2016 baik kelompok tambak maupun kelompok
perebusan memproduksi garam. Lokasi dan Potensi Usaha Tambak Garam
Rakyat di Kabupaten Sumba Timur, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.26. Sebaran Wilayah Potensial Tambak Garam dan Garam Rebus
No. Kecamatan Desa/Kelurahan LahanPotensial LahanProduksi
(Ha) (Ha)
Tambak Rebus
1 Kota Waingapu Kamalaputih 8 - 1
2 Pandawai Kawangu 16 7 1
3 Watumbaka 92 6 8
4 Palakahembi 35 0 2
5 Kadumbul 114 0 12
6 Umalulu Wanga 54 0 8
7 Patawang 28 0 6
8 Rindi Kayuri 25 6 16
9 Rindi 100 0 0
10 Tanaraing 112 0 1
11 Kanatang Temu 10 0 10
12 Haharu Kadahang 93 0 2
13 Rambangaru 10 0 3
14 Napu 20 0 0
15 WulaWaijelu Wula 50 0 0
16 Lainjanji 65 0 0
17 Hadakamali 30 0 0
18 PahungaLodu Palanggai 25 0 0
19 Kaliuda 5 0 0
20 Kabaru 50 0 0
21 Lambakara 20 0 0
22 Mburukulu 20 0 0
23 NgaduNgala Kakaha 30 0
24 Karera Praimadita 100 0
25 Tabundung Pinduhorani 15 0
Total 1111 19 70
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumba Timur, 2017
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 138
Luas lahan produksi 70 Ha yang tersebar di 11 (sebelas) kecamatan di
Kabupaten Sumba Timur, meliputi Kecamatan Kota Waingapu, Pandawai,
Umalulu, Rindi, kanatang, Haharu, Wulla Waijelu, Pahunga Lodu, Ngadu
Ngala, Karera, dan Tabundung, terdiri atas:
 Kelompok BLM PUGAR Tambak 19 Ha
 Kelompok BLM PUGAR Perebusan 26 Ha
 Kelompok Non BLM PUGAR Perebusan 25 Ha
Lebih jauh lagi Kabupaten Sumba Timur, dengan kekayaan potensi
garam, maka pelung pengembangan akan diarahkan pada pengembangan
Artemia, namun untuk saat ini belum dilakukan. Potensi terbesar ada di
Kecamatan Pahunga Lodu dan Kecamatan Pandawai. Sudah puluhan tahun
petani garam di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur di produksi. Garam yang
dihasilkannya pun masih dalam bentuk butiran kristal, tetapi sudah
mengandung yodium. Proses pembuatan garam di kampung ini masih sangat
sederhana, dengan diperkerjakan oleh sanak saudara yang masih satu
keturunan. Letaknya tidak jauh dari jalan utama yang mengbungkan
Waingapu dan Pantai Bangi di sebelah Selatan. Jika musim kemarau
sepanjang jalan akan dihiasi dengan pemandangan batu karang dan gurun
pasir yang membentang.

Gambar 4.23. Pembuatan Garam di Sumba Timur

4.2.4. Pengolahan Hasil Perikanan


Pengolahan hasil perikanan dibedakan menjadi 2 (dua) komoditas, yaitu
komoditas hasil perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Untuk perikanan
tangkap, potensi yang sudah dikembangkan yaitu pengolahan ikan asin dan ikan
asap, sedangkan perikanan budidaya, meliputi pengolahan hasil budidaya rumput
laut.
Pengolahan Ikan
Pengolahan hasil perikanan di Kabupaten Sumba Timur, pemanfaatanya
belum optimal. Pengolahan hasil perikanan masih sebatas pengolahan ikan asin
dan ikan asap untuk kosumsi dan masih sangat sedikit dan belum terpusat serta
belum terintegrasi. Hasil pengolahan hasil perikanan belum berorientasi eksport.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 139


Pengolaha Ikan asin dan ikan asap tersebar di Kecamatan Kanatang, Haharu,
Tabundung, Pinu Pahar, Karera, dan Umalulu.

Gambar 4.24. Pengolahan Ikan Asin dan Ikan Asap

Pengolahan Rumput laut


Pengolahan hasil perikanan, yang sudah optimal adalah pengolahan hasil
rumput laut. Produksi rumput laut sudah dimulai sejak Tahun 2011. Pabrik
rumput laut di Kabupaten Sumba Timur sudah cukup bagus pengembangannya.
Gambaran produktifitas PT ASTIL, sebagai berikut:
- Lokasi lahan berada sekitar 6 km dari sentra produksi rumput laut.
- Hasil akhir produksi rumput laut adalah ATCC (Alkali Treated Cottoni
Chips)
- Kapasitas produksi optimalnya adalah 6 ton raw material per hari dan
menghasilkan 2 ton chips per hari, dikemas dalam karung plastik 2 lapis
dengan volume rata-rata 25 kg.
- Pabrik Chip rumput laut yang dikelola oleh BUMD PT. ASTIL dengan
Kapasitas Row Material maksimal 6 Ton / hari.
- Produksi rumput laut di PT ASTIL sangat tergantung oleh musim.
- Kebutuhan listrik diperkirakan dalam 1 kali proses yaitu sebanyak
300KVA.
- Kebutuhan air bersih dalam1 ton yaitu 120 liter
- Produksinya sebanyak 3 ton. Produksi Chip 3 ton/hari x 30 hari, 1 bulan
sekitar 90 ton
- Kapasitas gudang sebanyak 400 ton. Rumput laut sebanyak 3 ton kering
dapat menjadi 1 ton. Dalam 1 bulan dapat memproduksi 3 kontainer
(sekitar 14 ton) untuk eksport. Eksport ke Philipina.
- Jumlah karyawan sebanyak 108 org
- Permasalahan : lantai jemur kurang
- Petani pembudidaya - Zona 2 – Pabrik
- Harga Chip/kilo Rp. 40.000. Harga eksport chip Rp.49.000 tergantung
kurs
- Daerah pendukung persediaan rumput laut: Flores, Kupang
- Kerjasama: Kementerian Perindustrian, KKP, dan Pemerintah Daerah
- Lokasi Pemda: 4 Ha di Maukaeni
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 140
- Harga dari pengumpul/koperasi rumput laut kering adalah Rp.11.500/kilo
- Pengembangan produksi meningkat dari 500 kg – 5 ton – 10 ton

Lokasi PT ASTIL dan fasilitas pendukung yang ada di pabrik, dapat


dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.25. Pabrik PT ASTL (Algae Sumba Timur Lestari)


Proses produksi rumput laut dari hulu hingga ke hilir di PT ASTIL dapat
dilihat pada skema berikut.

Rumput Laut dari Petani Rumput Laut dari Gudang Raw Material Pembersihan Raw
(Dried Seaweed from Pengumpul/ Zona 2 Pabrik (Raw Materials Material (Raw Materials
Farmers) (Dried Seaweed Warehouse) Cleaning and Sorting)
Collectors)

Pemotongn (Chopping) Penjemuran (Drying) Pencucian (Rinsing and Perendaman Raw


Washing) Material (Alkali
Treatment)

Pembersihan dengan Laboratorium Persiapan Tangki


Pencampuran (Blending)
sistem Separating (Laboratory) Perendaman (Alkali
Magnetic (Magnetizing) Solution Preparation)

- Produk Akhir Saat ini:


ATC Cottonii (ATCC)
Timbang dan Penyimpanan pada Penjualan (Marketing) dalam bentuk Chip
Pengemasan (Washing gudang barang jadi - Pengembangan: RC
and Packaging) (Finished Good
dan SRC
Warehouse)
- Pemasaran: Filipina

Gambar 4.26. Skema Produksi Garam di Pabrik PT ASTL


(Algae Sumba Timur Lestari)

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 141


Produk yang dihasilkan saat ini berupa ATC Cottonii. Salah satu
produk olahan rumput laut adalah dengan mengolahnya menjadi karagenan,
sebetulnya cara pengolahannya ini juga lumayan sederhana. Proses ini
lakukan dengan cara merebus rumput lautnya ke dalam larutan garam alkali
pada suhu sekitar 80 C, dan kita rebus selama 2-3 jam. Tapi perlu
diperhatikan, untuk merendam rumput laut jenis Eucheuma spinosum
ditambahkan alkali NaOH, sedangkan untuk jenis rumput laut Eucheuma
cottonii ditambahkan alkali KOH, setelah itu rumput laut dinetralkan. Jadi,
tujuan dari proses perendaman rumput laut ini adalah untuk bisa
meningkatkan titik leleh karagenan diatas suhu pemasaknya, sehingga
mudah larut jadi pasta dan juga untuk bisa meningkatkan kekuatan gel dari
karagenan itu sendiri. Produk pengembanganya berupa Refined
Carrageenan (SRC) dan Semi Refined Carrageenan (SRC).
Jika sudah melalui proses perendaman dalam larutan alkali rumput
laut jenis Eucheuma cottonii, dinetralkan dengan air tawar. Setelah itu
dipotong-potong menjadi kecil dengan ukuran 2-4 cm, proses
pemotongannya sendiri bisa dilakukan dengan mesin perajang rumput laut.
Kemudian dilanjutkan dengan proses pengeringan dan rumput lautnya siap
dikemas dengan kemasan yang menarik. Hasil pengolahan berbentuk chips
kering yang disebut dengan Alkali Treated Cottonii (ATC).

Proses Produksi SRC Flour


Jika sebelumnya berbentuk chips, SRC berbentuk tepung. Proses SRC
flour ini sebetulnya kelanjutan dari SRC Chips untuk jenis rumput laut
Eucheuma spinosum. Caranya pembuatannya dengan menghancurkan /
menepung produk chips menjadi tepung dengan ukuran 40-60 mesh, atau
sesuai dengan permintaan pasar. Proses penepungannya sendiri bisa
dilakukan dengan menggunakan mesin pengolah rumput laut. SRC flour ini
bisa dan biasa digunakan dalam industri makanan dan minuman (food
grade), dan juga bisa digunakan untuk industri lainnya (non food grade). Tapi
perlu diperhatikan, khusus untuk pengolahan SRC flour food grade, proses
pengeringannya itu harus menggunakan mesin pengering untuk mencegah
adanya kontaminasi/kotoran dengan udara terbuka.
Langkah terakhir dari pengolahan rumput laut ini adalah proses
pengepakan dan pengemasan kalau memang sudah siap untuk dipasarkan.
Pengemasannya sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu kemasan primer (bagian
dalam) yang terbuat dari bahan plastik ‘pollythlene’ yang berfungsi untuk
melindungi produk olahan dari pengaruh lingkungan. Karena karagenan itu
punya kemampuan untuk menyerap air yang tinggi, sehingga perlu dikemas
dengan menggunakan kemasan kedap air. Sedangkan untuk kemasan
sekunder (bagian luar) itu biasanya terbuat dari bahan polypropylene,
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 142
fungsinya itu untuk melindungi produk olahannya dan juga sebagai tempat
logo perusahaan, tipe produk, berat bersih, dan juga nomor kode. Jika
semuanya sudah dikemas, produk olahan bisa disimpan di dalam gudang
penyimpanan atau mungkin bisa langsung dipasarkan kalau memang sudah
ada permintaan.
Rumput laut yang dihasilkan oleh masyarakat di Kabupaten Sumba
Timur sebagian besar dibeli dan diolah oleh PT ASTIL (Algae Sumba Timur
Lestari) yang terletak di desa Tanamanang, Kec. Pahunga Lodu, Kab. Sumba
Timur. PT ASTIL membeli rumput kering dari nelayan dan diolah menjadi
chip rumput laut. PT ASTIL memiliki kapasitas gudang sebesar 400 ton. Saat
ini produksi yang dihasilkan sebanyak 3 ton chip/hari, kapasitas 1 bulan
sekitar 90 ton. Produksi chip rumput laut belum optimal karena baru 10 %
memenuhi kapasitas produks dan dapat ditingkatkan menjadi 100%. Target
yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya sebesar 150 ton
chip perbulan atau produksi 20 ton perhari. Produksi chip rumput laut saat
ini diekspor ke Philipina dengan harga saat ini Rp. 40.000 - 49.000/kg. PT
ASTIL membeli rumput laut kering dari petani dengan harga 10-12 ribu.
Dalam operasional pabrik membutuhkan listrik sebesar 300 KVA den
kebutuhan air tiap 1 ton rumput laut sebanyak 120 l. Pengembangan
produksi dilakukan melalui kerjasama dengan Dinas Perikanan dan Kelautan
Sumba Timur, KKP, dinas perindustriuan dan koperasi. Wilayah
pengembangan produksi rumput laut sebagai penyangga produksi sampai
Flores dan Kupang. Permasalahan saat ini adalah kurangnya lantai jemur
baik dari segi kuantitas dan kualitas. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut Pemda Sumba Timur telah memberikan lokasi sebesar 4 ha di
Maukaeni dalam upaya pengembangan pengolahan rumput laut.

4.2.5. Pariwisata
Kabupaten Sumba Timur memiliki kekayaan Budaya, Alam dan Bahari
yang sangat potensial, hal ini terlihat dari banyaknya turis mancanegara
yang telah mengenal dan memanfaatkan obyek-obyek wisata tersebut tanpa
memberikan kontribusi terhadap penerimaan daerah ini. Selain itu, untuk
wisata bahari, Kabupaten Sumba Timur telah melakukan event berskala
nasional berupa lomba pancing. Kegiatan ini diharapkan akan menarik minat
wisatawan untuk berkunjung ke Sumba Timur (RPJMD Kabupaten Sumba
Timur Tahun 2011-2015).
Obyek-obyek wisata yang berada di Kabupaten Sumba Timur adalah
sebagai berikut (RPJMD Kabupaten Sumba Timur Tahun 2011-2015) :
 Perkampungan sentra tenun ikat Sumba di Prailiu dan Lambanapu.
 Kolam Renang Matawai di Kota Waingapu.
 Wisata pantai di Kalala, Walakari, Londalima, Watu Parunu,
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 143
Katundu, Waihungu, Puru Kambera, dan Tarimbang.
 Perkampungan adat dan sentra tenun ikat di Praiyawang – Rindi dan
Pa’U Umalulu.
 Perkampungan sentra tenun ikat di Kaliuda yang terkenal dengan
Kain Kaliuda, Kampung Pa’U dan Watu Puda dengan Kain
Pahikungnya.
 Sentra Tenun Ikat di Kanatang dan Hambapraing.
 Wisata Pantai dan Selancar di Tarimbang dan Pindu Hurani –
Tabundung dan Pantai Praibakul – Katala Hamu Lingu.
 Wisata air terjun terdapat di Kecamatan Tabundung yaitu La Puti di
Desa Praingkareha, Waikanabu Desa Waikanabu, Lakulu Desa Pindu
Hurani, Kecamatan Kanatang yaitu air terjun Gunung Meja di Desa
Kuta, Kecamatan Kahangu Eti air terjun Kamanggih di Desa
Kamanggih, Kecamatan Paberiwai air terjun Hiru Manu Desa
Kananggar, Kambata Mapambuhang yaitu air terjun Waibara Desa
Mahu Bokul, La Kolat Desa Maidang.
 Kawasan Taman Nasional Wanggameti-Laiwanggi yang meliputi
Kecamatan Tabundung, Pinu pahar dan Matawai La pawu serta
Kawasan Taman Nasional Tanadaru - Manupeu yang meliputi wilayah
Kabupaten Sumba Timur dan Kabupaten Sumba Tengah.
 Perkampungan adat terdapat pada Kecamatan Haharu yaitu
perkampungan adat Wunga dan Rambangaru, Kecamatan Kanatang
yaitu perkampungan adat Prainatang, Kecamatan Kambera yaitu
perkampungan adat Prailiu, Kecamatan Pandawai yaitu
perkampungan adat Kawangu dan Watumbaka, Kecamatan Umalulu
yaitu perkampungan adat Tambahak dan Uma Bara, Kecamatan Rindi
yaitu Perkampungan adat Praiyawang, Kecamatan Tabundung yaitu
perkampungan adat Praibakul, Kecamatan Lewa yaitu perkampungan
adat Praikalitu dan Wundut, Kecamatan Pahunga Lodu
perkampungan adat Kaliuda.
 Wisata pantai di Pulau Salura dan pulau Manggudu.
 Wisata Goa alam di Paumbapa dan Goa alam Laiwanggi Desa
Praikareha Kecamatan Tabundung dan Goa Sarang Burung Walet di
Uma Manu Desa Uma Manu Kecamatan Lewa Tidas.
 Situs Budaya yang dilindungi yaitu Situs Lambanapu dan Rumah adat
Kahawa, Rumah adat dan tenun ikat Palamarung di Kelurahan
Lambanapu Kecamatan Kambera, Rumah Adat Prainatang di Desa
Mondu Kecamatan Kanatang, Situs Oka Watu di Desa Lambakara
Kecamatan Pahunga Lodu, Rumah Adat Praing Wunga di Desa
Wunga Kecamatan Haharu, situs Hamuparengu di Desa Hambapraing
Kecamatan Kanatang, Rumah adat dan Kuburan Megalitik di
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 144
Praiyawang Desa Rindi Kecamatan Rindi, Kuburan Tempayan di
Kelurahan Lumbukore Kecamatan Umalulu, Rumah adat dan tenun
ikat Kaliuda di Desa Kaliuda Kecamatan Pahunga Lodu.
Dan masih banyak obyek wisata lainnya seperti Upacara Pemakaman,
Perkawinan, dan sanggar-sanggar seni yang belum dikemas sebagai salah
satu daya tarik wisata dan sumber penghasilan baik bagi masyarakat
maupun pemerintah daerah. Potensi Wisata Bahari di Kabupaten Sumba
Timur lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.27. Potensi Wisata Bahari di Kabupaten Sumba Timur
Jarak dari
No. Nama Objek Lokasi Desa Kecamatan
Kabupaten
1. Pantai Londalima Kuta Haharu 12 km
2. Pantai Puru Kambera Mondu Haharu 26 km
3. Pantai Kalala Hadakamali Wula waijilu 124 km
4. Pantai Watu Parunu Laijanji Wula waijilu 162 km
5. Pantai Waihungu Praimadita Karera 162 km
6. Pantai Katundu Praimadita Karera 166 km
7. Pantai Tarimbang Tarimbang Tabundung 115 km
8. Pantai Walakiri Watumbaka Pandawai 24 km
9. Pantai Tawui Tawui Pinu pahar 180 km
10. Pantai Salura Salura Karera 190 km
11. Pantai Mengkudu Mengkudu Karera 195 km
12. Pantai Pindu Hurani Pindu hurani Tabundung 140 km
13. Pantai Lailunggi Lailunggi Pinipahar 190 km
14. Pantai Kiriwei Umamanu Lewa tidas 65 km
15. Pantai Lakakadung Praibakul K.hamulingu 65 km
16. Pantai Mambang Praibakul K.hamulingu 65 km
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sumba Timur, 2014
Kunjungan wistawan di Kabupaten Sumba Timur dari tahun 2005
hingga 2013 menunjukkan adanya peningkatan tiap tahunnya. Data
kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara tahun 2010 sampai
dengan 2013 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.28. Perkembangan Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Sumba


Timur Tahun 2005-2013
Tahun Manca Negara Nusantara Jumlah
(Orang) (Orang) (Orang)
2005 1995 3875 5870
2006 1201 3875 5076
2007 1213 4200 5413
2008 1215 5000 6215
2009 1230 5700 6930

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 145


2010 1500 8000 9500
2011 1001 8595 9596
2012 376 13527 13903
2013 1124 14444 15568
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sumba Timur, 2014
Fasilitas jasa untuk menunjang pariwisata di Kabupaten Sumba Timur
Tahun 2013 (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sumba Timur)
antara lain hotel kelas Melati sebanyak 8 buah (hotel Lima Saudara, Merlin,
Surabaya, Kaliuda, Jemmy, Sandlewood, Elvin, dan Tanto), Homestay
sebanyak 4 buah (Peter Magic Paradise, Watubuling Resort, Tarimbang
Beach, dan Pondok Wisata Cemara), wisma/penginapan sebanyak 3 buah
(Wisma Cendana, Wisma Melati, dan Pemondokan Eden), kolam renang
sebanyak 1 buah, karaoke sebayak 1 buah, dan museum sebanyak 1 buah.

Pantai Tarimbang Pantai Walakiri

Bukit Wairinding
Rumah Adat Rende

Air Terjun Tenun Khas Sumba Timur

Gambar 4.27. Objek-Objek Wisata di Kabupaten Sumba

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 146


4.2.6. Pengawasan
Dalam bidang pengawasan, Kabupaten Sumba Timur sudah terdapat
Pos Pengawasan dan Pemantau 2 Unit, yakni di Pulau Mangudu dan Napu,
yang merupakan pulau-pulau kecil terluar perbatasan dengan negara lain.
Namun untuk pegawasan penangkapan ikan selama ini dianggap masih
sangat kurang. Hal ini dikarenakan masih minimnya sarana-prasarana
pengawasan perikanan, seperti pos dan rumah jaga, serta pokwasmas belum
optimal.
Pengawasan selama ini masih bersifat makro dan terlalu luas, artinya
belum fokus. Pengawasan dilakukan secara keseluruhan meliputi Pulau
Sumba, di Sumba Timur personil pengawasan masih sangat terbatas. Saat ini
pemantauan terhadap penggunaan alat tangkap destructive (bom ikan).
Disekitar Pulau Sumba sebelah selatan masih banyak terdapat rumpon liar
yang tidak memiliki ijin. Beberapa nelayan dari Bali yang melakukan
penangkapan ikan di Selatan Pulau Sumba, ada beberapa rumpon yang tidak
terdaftar di DKP Sumba Barat. Penangkapan ikan dengan bom ikan terdapat
di sekitar Tanjung Sasar sebelah utara sampai sisi selatan, di sekitar Sumba
Barat Daya juga ditemukan banyak bom ikan. Nelayan yang menggunakan
bom ikan banyak tertangkap oleh nelayan yang didominasi dari luar Pulau
Sumba. Ke depannya pangkalan akan dinaikkan kelas/level, POS AL
diharapkan bisa tersebar di setiap kabupaten. POS AL saat ini berada di
Kecamatan Kanatang. 1 (satu) pangkalan terdiri atas beberapa pos.
Pangkalan yang ada sekarang terdapat di dekat dermaga.

4.2.7. Pemasaran (Distribusi)


Pemasaran sumberdaya kelautan dan perikanan, meliputi beberapa
hal, yaitu pemasaran produk hasil perikanan tangkap, produksi hasil
perikanan budidaya, garam, dan pariwisata. Produksi hasil perikanan di
Kabupaten Sumba Timur selain untuk konsumsi lokal dan domestik, juga
telah dilakukan ekspor. Negara tujuan ekspor paling utama adalah Filiphina
dan Australia. Pemasaran pengolahan hasil perikanan seperti pengolahan
ikan asin belum sampai esport, masih sebatas konsumsi rumah tangga.
Namun untuk ikan segar dan rumput laut telah dijual eksport. Distribusi
pemasaran hasil perikanan baik ikan segar maupun rumput laut dilakukan
melalui akses, darat, laut dan udara.
Distribusi pemasaran produk perikanan budidaya, yaitu pengolahan
rumput laut, pemasaran dalam bentuk Chip, baik dijual lokal maupun
eksport. Tujuan lokal dipasarkan ke Kupang, Bali Surabaya, dan Jakarta.
Sedangkan tujuan eksport dijual ke Filipina. Rumput laut dijual lokal melalui
laut dengan menggunakan kapal, sedangkan tujuan eksport dapat melalui
laut dengan kapal dan atau melalui udara dengan meggunakan pesawat.
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 147
Untuk perikanan tangkap, ikan dari nelayan dibeli langsung oleh
konsumen lokal atau dibeli oleh Pakalele terlebih dahulu, sebelum dijual
kepada pembeli pihak Ke-3. Ikan segar dalam jumlah banyak dijual ke
Kupang, Bali, Surabaya dan Jakarta melalui akses udara dengan pesawat dan
akses laut dengan menggunakan kapal. Gambaran distribusi hasil perikanan,
dapat dilihat pada skema berikut:

Konsumen

Pengolah Ikan

Lokal
Pemodal
Pasar Tradisional, Kec sekitar
Gambar 3.47. Eksisting Distribusi/Pemasaran Hasil Pengolahan Ikan (Ikan
Asin dan Ikan Asap) di Kabupaten Sumba Timur

Konsumen

Nelayan

Lokal
Pakalele/Pemodal
Kupang, Bali, Surabaya,
Jakarta
Gambar 4.28. Eksisting Distribusi/Pemasaran Hasil Perikanan (Ikan Segar) di
Kabupaten Sumba Timur

Koperasi Lokal
PT ASTIL
Kupang, Bali, Surabaya, Jakarta

Petani RL UD/CV
Dijual langsung
Eksport

Pengumpul lain Filiphina

Rumput laut kering Chips/ Raw Material Chips ATCC/ Raw Material

Gambar 4.29. Eksisting Distribusi/Pemasaran Rumput Laut di Kabupaten


Sumba Timur

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 148


Untuk sarana dan prasarana transportasi pendukung pemasaran baik
itu transportasi darat, laut dan udara untuk saat ini cukup memadai.
Transportasi darat terlayani di seluruh kecamatan di Kabupaten Sumba
Timur. Khusus transportasi udara pemasaran hasil perikanan ke luar wilayah
kabupaten dapat melalui Run Way Bandar Udara Umbu Mehang Kunda.
Bandara ini melayani penerbangan ke Kupang dan Denpasar, sehingga hasil
perikanan yang akan dikirim ke Jakarta dapat melalui Denpasara terlebih
dahulu. Sedangkan sarana tranportasi laut untuk angkutan barang dilayani
oleh kapal laut milik Swasta. Pelabuhan penyeberangan melayani regional
NTT, sehingga hasil perikanan dapat didistribusikan ke wilayah terdekat,
seperti Kupang, Rote, dan Surabaya.

4.2.8. Konsep Pengembangan Perikanan di Kabupaten Sumba Timur


4.2.8.1. Konsep Pengembangan Perikanan Tangkap
Kabupaten Sumba Timur merupakan salah satu Kabupaten dengan
penghasil perikanan di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sumba Timur
merupakan sentra kegiatan perikanan di Kawasan NTT region barat. Secara
aktual kondisi potensi sumberdaya perikanan tangkap di Kabupaten Sumba
Timur masih didasarkan pada wilayah tangkapan yang diatur berdasarkan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18 Tahun 2014 tentang
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI),
dimana Kabupaten Sumba Timur secara geografis termasuk dalam WPP-573
(Samudera Hindia bagian selatan yang terbentang dari Pulau Jawa sampai
gugusan Kepulauan NTT) yang meliputi Samudera Hindia, Laut Timor, dan
Laut Sawu. Pengembangan produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sumba
Timur sangat layak dikembangkan, dengan syarat didukung oleh sarana dan
prasarana yang memadai. Potensi perikanan cukup banyak dan lokasi sangat
strategis pada region/wilayah pengembangan Indonesia bagian timur.
Dalam pengembangan perikanan tangkap harus berdasarkan pada
ketersediaan potensi sumber daya ikan di perairan sekitar Sumba Timur.
Skenario yang digunakan untuk pengembangan perikanan tangkap ini,
menggunakan nilai estimasi peluang pengembangan produksi berdasarkan
Keputusan Menteri KKP No. 47 Tahun 2016 tentang Estimasi Potensi
Sumberdaya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia.
Nilai estimasi peluang pengembangan produksi perikanan di
Kabupaten Sumba Timur dari jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB)
WPP-573 yang diperoleh dari hasil analisis tersebut adalah sebesar 37.173,2
ton/tahun, yang terdiri dari kelompok ikan pelagis besar 20.237,7 ton/tahun,
pelagis kecil 11.763,7 ton/tahun, demersal 4.140 ton/tahun, ikan karang
konsumsi 351.1 ton/tahun, udang penaeid 274,2 ton/tahun, lobster 33,8
ton/tahun, dan cumi-cumi 327,8 ton/tahun, rajungan 26,4 ton/tahun, dan
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 149
kepiting 18,6ton/tahun. Kabupaten Sumba Timur memiliki nilai estimasi
peluang pengembangan produksi, dimana peluang pengembangan produksi
perikanan di Perairan Kabupaten Sumba Timur sebesar 100% dari JTB WPP-
573. Dasar pengambilan nilai estimasi sebesar 5% adalah luas perairan yang
dapat dimanfaatkan oleh Kabupaten Sumba Timur adalah sebesar 4,6% dari
total luas WPP 573.
Berdasarkan nilai estimasi peluang tersebut, kemudian dapat
diestimasi pula kebutuhan optimal dari jumlah armada penangkap ikan,
tenaga kerja (nelayan) dan fasilitas pendaratannya, seperti diterakan pada
tabel di bawah ini. Asumsi-asumsi yang digunakan untuk mengestimasi
kebutuhan jumlah armada penangkapan ikan yang optimal di Kabupaten
Sumba Timur adalah adalah: produktivitas unit penangkapan mini purse
seine, jaring insang hanyut, jaring insang tetap, rawai dasar, longline, huhate,
pancing ulur, jaring lobster, trammel net, bubu, jaring dan pancing cumi-
cumi. Produktivitas alat tangkap di Kabupaten Sumba Timur pada kapal mini
purse seine berukuran 20 GT sebesar 1.75 ton/hari operasi, Jaring insang
hanyut dan payang berukuran 10 GT 0,5 ton/hari, longline berukuran 30 GT
sebesar 0,35 ton/hari, huhate berukuran 20 GT sebesar 1 ton/hari, rawai
dasar berukuran 10 GT sebesar 0,5 ton/hari, pancing ulur dan tonda
berukuran 10 GT sebesar 0,13 ton/hari operasi, rawai dasar berukuran 5 GT
trammel net, rawai, jaring lobster, dan bubu berukuran 5 GT sebesar 0,05–
0.1 ton/hari serta dalam 1 tahun rata-rata alat tangkap melakukan operasi
penangkapan sebanyak 200 hari operasi.
Dengan skenario ini, didapatkan estimasi jumlah armada yang
OPTIMAL untuk pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Sumba
Timur sebagai berikut:
- 415 unit penangkapan ikan berukuran 30 GT, 20 GT dan 10 GT untuk
menangkap ikan pelagis besar dengan komposisi 61 unit
penangkapan longline, huhate 30 unit dan 324 unit penangkapan
pancing tonda dan ulur;
- 100 unit penangkapan ikan berukuran 20 GT, 10 GT da 5 GT untuk
menangkap ikan pelagis kecil dengan komposisi 10 unit mini purse
seine, 59 unit 59 unit jaring insang hanyut dan payang dan 31 unit
jaring insang;
- 41 unit penangkapan rawai dasar berukuran 10 GT untuk menangkap
ikan demersal
- 4 unit penangkapan rawai dasar berukuran 10 GT untuk menangkap
ikan karang;
- 14 unit penangkapan trammel net berukuran 5 GT untuk menangkap
udang penaeid;

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 150


- 2 unit penangkapan jaring lobster berukuran 5 GT untuk menangkap
lobster;
- 2 unit penangkapan bubu kepiting 5 GT untuk menangkap kepiting;
- 3 unit penangkapan bubu kepiting 5 GT untuk rajungan; dan
- 4 unit jaring dan pancing cumi berukuran 10 GT untuk menangkap
cumi-cumi;
Dalam mengestimasi kebutuhan jumlah nelayan yang ideal di
Kabupaten Sumba Timur, asumsi yang digunakan adalah: jumlah nelayan
ideal untuk armada mini purse seine 20 GT sebanyak 15 orang/kapal; Drift
gillnet dan payang berukuran 10 GT sebanyak 6 orang/kapal, gilnet 5 GT
sebanyak 3 orang/kapal, Longline 30 GT sebanyak 15 orang/kapal, rawai
dasar berukuran 10 GT sebanyak 5 orang/kapal, jaring cumi berukuran 10
GT sebanyak 5 orang/kapal; unit penangkapan pancing ulur dan tonda
berukuran 10 GT sebanyak 5 orang/kapal; trammel net berukuran 5 GT
sebanyak 4 orang/kapal, dan jaring lobster berukuran 5 GT sebanyak 4
orang/kapal, bubu rajungan dan kepiting berukuran 5 GT sebanyak 4
orang/kapal.

Tabel 4.29. Estimasi Jumlah Kebutuhan Kapal Penangkap Ikan untuk


Pengembangan Perikanan Tangkap di Kabupaten Sumba Timur dan Alokasi
Wilayah Pengembangannya

Kelompok Peluang Ukuran Jenis Produktivitas Kebutuhan Daerah


SDI Pengembangan Armada Teknologi rata-rata Armada Penangkapan
Produksi (GT) Penangkapan (ton/thn) (unit) Ikan
(ton) Ikan (DPI)
Ikan 11,763.68 20 Mini purse 350 10 DPI 2 dan DPI 3
Pelagis seine
Kecil
10 Drift gillnet, 100 59 DPI 2 dan DPI 3
payang
5 Gillnet 75 31 DPI 1 dan DPI 2
Ikan 20,237.68 30 Longline 100 61 DPI 3
Pelagis
Besar
20 Huhate 200 30 DPI 2 dan DPI 3

10 Pancing tonda 25 324 DPI 1 dan DPI 2


dan pancing
ulur
Ikan 4,140.04 10 Rawai dasar 100 41 DPI 1 dan DPI 2
Demersal
Ikan 351.12 10 Rawai dasar 100 4 DPI 1 dan DPI 2
Karang

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 151


Udang 274.16 5 Trammelnet 20 14 DPI 1
Penaeid
Lobster 33.76 5 Gillnet 20 2 DPI 1
Kepiting 18.60 5 Bubu 10 2 DPI 1 dan DPI 2
Rajungan 26.36 5 Bubu 10 3 DPI 1 dan DPI 2
Cumi- 327.80 10 Jaring cumi 90 4 DPI 2 dan DPI 3
cumi
Jumlah 37,173.20 584

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumba Timur dan Hasil
Analisis, 2017

Tabel 4.30. Estimasi Jumlah Kebutuhan SDM Nelayan untuk Pengembangan


Perikanan Tangkap di Kabupaten Sumba Timur
Jenis Kelompok Ukuran Armada Jumlah Kapal Jumlah rata-rata Kebutuhan
SDI (GT) Ikan (unit nelayan per kapal SDM (orang)
kapal) (orang / kapal)
Pelagis Besar 20 10 15 151
10 59 6 353
5 31 3 94
Pelagis Kecil 30 61 15 911
20 30 15 455
10 324 5 1619
Demersal 10 41 5 207
Ikan karang 10 4 6 21
Udang Penaeid 5 14 4 55
Lobster 5 2 4 7
Kepiting 5 2 4 7
Rajungan 5 3 4 11
Cumi-cumi 10 4 5 18
Total 584 86 3891
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumba Timur dan Hasil
Analisis, 2017
Selanjutnya, untuk mengestimasi kebutuhan jumlah dan tipe
pelabuhan perikanan yang diperlukan dapat didekati dengan ukuran kapal
ikan yang beroperasi dan perkiraan produksi ikan yang didaratkan per hari.
Estimasi jumlah produksi ikan harian yang didaratkan di Kabupaten Sumba
Timur berdasarkan nilai estimasi peluang pengembangan perikanan tangkap
adalah sebesar 6.00 ton/hari. Rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 152


Tabel 4.31. Estimasi Produksi Ikan Harian di Laut Sawu dan Samudera Hindia
Menggunakan Nilai Peluang Pengembangan Perikanan Tangkap di
Kabupaten Sumba Timur
Jenis Kelompok SDI Potensi SDI Estimasi Produksi Harian
(ton/tahun) (ton/hari)

Pelagis Besar 11.763,68 2,63


Pelagis Kecil 20.237,68 1,63
Demersal 4.140,04 0,50
Ikan karang 351,12 0,50
Udang Penaeid 274,16 0,10
Lobster 33,76 0,10
Kepiting 18,60 0,05
Rajungan 26,36 0,05
Cumi-cumi 327,80 0,45
Total 37.173,20 6,00
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumba Timur dan Hasil
Analisis, 2017
Berdasarkan skenario ini, dapat diestimasi kebutuhan jumlah nelayan
yang diperlukan untuk pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten
Sumba Timur, perlu adanya penambahan jumlah nelayan mengingat
penambahan armada penangkapan masih perlu dikembangkan. Berdasarkan
hasil analisis dengan menggunakan scenario peningkatan 5%, dan
menggunakan asumsi-asumsi, antara lain:
- Produktifitas nelayan per hari adalah 2,6 ton/org/th
- Jumlah kapal eksisting Tahun 2016, sebanyak 3.058 unit
- Jumlah nelayan eksisting Tahun 2016, sebanyak 3.092 orang
- Jenis kapal eksisting yang banyak digunakan adalah kapal jukung dan
kapal motor dengan kekuatan <5 GT
- Jumlah nelayan pergi melaut masih sedikit, karena budaya melaut
sangat kurang
- Penambahan kapal untuk mencapai peningkatan target komoditas
utama, yaitu Tuna, Tongkol, dan Cakalang (TTC)
- Perhitungan berdasarkan kondisi eksisting bahwa kapal tidak hanya
menangkap ikan jenis TTC saja (bersifat MUTIGEAR)
Dari asumsi dan pertimbangan di atas, maka diperoleh kebutuhan kapal, alat
tangkap, nelayan, BBM selama 3 (tiga) tahun dari Tahun 2017, s/d Tahun
2019 dan pada Tahun 2020 adalah sebagai berikut:

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 153


Tabel 4.32. Scenario Pengembangan Produksi Perikanan Tangkap

POTENSI DAN RENCANA PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP

Potensi WPP 573 (Ton) 929.330


JTB 80% WPP 573 (Ton) 743.464
MSY Sumba Timur (Ton) 46.466
JTB Sumba Timur (TAC Sumba Timur) 37.173
(80%) (Ton)
Produksi (2016) (32%) (Ton/Th) 11.713

URAIAN TAHUN
2016 2017 2018 2019 2020
Pemanfaatan faktual 11.967 12.170 12.461 13.300 16.234
Penambahan Produksi (Ton) 291 839 1.500 2.934
% Penambahan 2,5 7 12,5 24
% Pengembangan 32.97 35.23 39.27 47.16
Total Produksi pengembangan (Ton) 12.256 13.097 14.598 17.526
Produksi per hari (Ton) 60 61 65 72 87
Penambahan jumlah Kapal (Unit) 45 58 67 70
Total jumlah kapal (Unit) 3.058 3.103 3.161 3.228 3.298
Penambahan Jumlah Nelayan 202 326 483 599
(Orang)
Jumlah Nelayan (orang) 3.092 3.294 3.620 4.103 4.702
Kebutuhan SDM Bersetifikat (orang) 43 109 161 200
Kebutuhan BBM (Penambahan) (KL) 1,4 2,4 3,4 4,6
Kebutuhan BBM (Total) (KL) 6 7,4 9,8 13 18
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Analisis kebutuhan menggunakan 3 scenario, yaitu scenario jangka
pendek (3 tahun), scenario hingga Tahun 2020, dan scenario jangka panjang
(Ultimate goal). Tahapan scenario pengembangan adalah sebagai berikut.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 154


Jangka Pendek (3 Tahun) Jangka Panjang (Ultimate Goal)

Gambar 4.30. Scenario Pengembangan

Rencana Pengembangan Scenario Jangka Pendek (3 tahun)


Scenario jangka pendek, meliputi rencana pengembangan selama 3
tahun, yaitu Tahun 2017, 2018, dan 2019. Rencana pengembangan
pemanfaatan diharapkan dapat mencapai 33% pada Tahun 2017, 35% pada
Tahun 2018, dan 40% pada Tahun 2019. Dengan scenario tersebut, jumlah
persentase pengembangan produksi meningkat dari 2,5%, 7%, hingga 12,5%
pada Tahun 2019, karena adanya penambahan produksi berturut-turut
sebesar 289 ton, 837 ton, dan 1.500 ton. Dengan adanya intervensi
penambahan kapal 45 unit pada Tahun 2017, maka produksi dapat
meningkat menjadi 12.256 ton, kemudian produksi meningkat lagi dengan
penambahan kapal 58 unit, sebanyak 13.097 ton pada Tahun 2018. Pada
Tahun 2019, dengan penambahan kapal 67 unit akan meningkatkan
produksinya menjadi 14.598 ton. Total penambahan kapal selama 3 tahun,
yaitu 170 unit. Rata-rata produksi harian juga akan mengalami peningkatan,
yaitu 61, 65, dan 72 ton. Total jumlah kapal setelah ada penambahan setiap
tahun, meningkat menjadi 3.103 unit, 3.161 unit, dan 3.228 unit. Jumlah
nelayan juga akan mengalami penambahan sebanyak 202 orang pada Tahun
2017, 326 orang pada Tahun 2018, dan 483 orang pada Tahun 2019. Total
penambahan nelayan selama 3 tahun yaitu 1.011 orang. Peningkatan jumlah

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 155


nelayan dari 3.092 orang pada Tahun 2016 menjadi 3.294 orang pada Tahun
2017, bertambah menjadi 3.620 pada Tahun 2018, dan 4.103 orang pada
Tahun 2019. Kebutuhan BBM untuk nelayan total selama 3 tahun, sebesar 30
KL, pada Tahun 2017 yaitu 7,4KL, pada Tahun 2018 yaitu 9,8KL, dan Pada
Tahun 2019 yaitu 13KL sehingga kebutuhan BBM rata-rata setiap tahun
sebanyak 10 KL, dengan penambahan selama 3 tahun sebesar 7,20KL
(peyediaan SPDN kapasitas 8KL).

Rencana Pengembangan Scenario Hingga Tahun 2020 (4 tahun)


Rencana pengembangan untuk perikanan tangkap, khususnya dengan
fokus pengembangan komoditas unggulan TTC hingga Tahun 2020 dengan
menggunakan asumsi-asumsi sebelumnya di atas, pemanfaatan mencapai
47% pada Tahun 2020. Implikasi dari pemanfaatan dan intervensi yang
diberikan dengan penambahan kapal, maka jumlah produksi pada Tahun
2020 mencapai 17.526 ton. Penambahan produksi hingga Tahun 2020
sebanyak 5.559 ton. Untuk mencapai produksi tersebut dibutuhkan kapal
sebanyak 240 unit, nelayan sebanyak 1.610 orang, BBM sebanyak 18 KL,
dengan rata-rata 12 KL.

Rencana Pengembangan Scenario Jangka Panjang (Ultimate goal)


Rencana pengembangan scenario jangka panjang diproyeksikan untuk
mencapai pemanfaatan yang optimal (80% JTB). Penambahan kapal, alat
tangkap, nelayan, dan BBM tergantung pada penganggaran dan kebutuhan
untuk pencapaian produksi. Penambahan produksi diperkiran sebanyak
1.030 ton/tahun. Untuk penambahan jumlah kapal, dapat diprediksi dari
hasil analisis pemanfaatan optimal dikurangi dengan kapal yang telah
disediakan hingga Tahun 2020. Peningkatan produksi ini diiringi dengan
peningkatan kebutuhan sarana-prasarana baik dasar (listrik, air bersih, dan
BBM), serta kebutuhan sarana penunjang perikanan, seperti pelabuhan,
dermaga, TPI, pasar ikan, area parkir kendaraan, dll.
“Perhitungan kelayakan usaha dan investasi akan ditindaklanjuti pada
Dokumen Bisnisplan (tersendiri)”.
Gambaran peningkatan produksi dan nilai produksi setelah adanya
SKPT, dapat dilihat pada grafik berikut.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 156


Gambar 4.31. Peningkatan Produksi Setelah Adanya SKPT

Gambar 4.32. Peningkatan Nilai Produksi Setelah Adanya SKPT

Proyeksi Produksi Komoditas Unggulan Kabupaten Sumba Timur


Komoditas unggulan perikanan tangkap di Kabupaten Sumba Timur,
adalah ikan pelagis besar, dari jenis Tuna, Tongkol, dan Cakalang (TTC).
Fokus pengembangan berdasarkan pada jenis ikan tangkapan terbanyak.
Dari keseluruhan komoditas yang ditangkap di perairan Kabupaten Sumba
Timur, kemudian dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Jenis ikan pelagis
besar TTC yang paling banyak ditangkap di perairan Sumba Timur adalah
dengan urutan: Tongkol (7,82%), Tuna (5,09%), dan Cakalang (2,93)
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 157
Dari total produksi ikan pelagis besar yang ada pada Tahun 2016
sebanyak 2.366, kemudian dianalisis dengan asumsi peningkatan dari
produksi total untuk Ikan Tuna sebesar 0,26%, Ikan Tongkol sebesar 0,25%,
dan Ikan Cakalang sebesar 0,15%, maka diperoleh kondisi faktual/ Non
Intervensi dan proyeksi penambahan dengan adanya intervensi penambahan
jumlah kapal, jumlah nelayan, dll, maka diperoleh peningkatan produksi per
tahun hingga Tahun 2020, sebagai berikut:
Tabel 4.33. Peningkatan TTC dengan Intervensi dan Non Intervensi SKPT

Produksi (Ton) Peningkatan 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Ikan Pelagis Besar NI 2400 2449 2368 2373 2.366 2.376 2.386 2.396 2.406

SKPT 2.431 3.063 3.903 6.231


Tuna NI 582 594 607 608 609 616 623 631 638
SKPT 582 594 607 608 609 626 789 1005 1604
Tongkol NI 480 524 589 632 595 605 615 625 635
I SKPT 480 524 589 632 595 611 770 982 1567
Cakalang NI 368 376 349 350 350 353 356 359 362
I SKPT 368 376 349 350 350 360 454 578 923
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Keterangan:
NI : Non Intervensi
I SKPT : Intervensi SKPT

Proyeksi produksi mempertimbangkan JTB, jumlah kapal, jumlah


nelayan dan SDM eksisiting. Penambahan produksi ikan pelagis besar dengan
menambahkan intervensi kapal khususnya untuk menangkap Ikan TTC, akan
meningkatkan produksi penangkapan sebesar 2.431 ton pada Tahun 2017,
3.063 pada Tahun 2018, 3.903 ton pada Tahun 2019 dan 6.231 ton pada
Tahun 2020. Kenaikan produksi hingga Tahun 2020 ini, persentase
kenaikannya masih dibawah 50% (masih <0,5)/Moderate, hal ini berarti
upaya penangkapan masih bisa ditambah, artinya belum fully expoited atau
bahkan over explited. Proyeksi dilakukan untuk jangka pendek selama 3
tahun, mulai Tahun 2017 hingga Tahun 2019, dan proyeksi untuk mencapai
produksi pada Tahun 2020 seperti yang dapat dilihat pada gambar berikut.
Proyeksi volume dan nilai produksi sebelum adanya penambahan
adalah sebagai berikut.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 158


Gambar 4.33. Proyeksi Volume Produksi Komoditas Ungggulan
di Kabupaten Sumba Timur

Gambar 4.34. Proyeksi Nilai Produksi Komoditas Unggulan


di Kabupaten Sumba Timur

Proyeksi produksi rata-rata komoditas Tuna, Tongkol dan Cakalang


dari Tahun 2017 hingga Tahun 2020, yakni 533 ton, 548 ton, 564 ton dan
581 ton. Sedangkan rata-rata proyeksi nilai produksinya berturut-turut,
yakni 20.691, 21.202, 21.741, dan 22.311 juta rupiah.
Setelah dilakukan intervensi dengan penambahan kapal untuk
menagkap ikan pelagis besar, jenis TTC dengan alat tangkap Pancing tonda
dan pancing ulur, longline, dan Huhate dengan kapal berkekuatan 5 GT, 10
GT, 20 GT dan 30GT, maka diperoleh perbandingan proyeksi penambahan
produksi dengan intervensi dan tanpa intervensi pada grafik berikut.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 159


Gambar 4.35. Grafik Penambahan Produksi TTC dengan Non Intervensi dan
Intervensi SKPT (Ton)

Gambar 4.36. Grafik Penambahan Nilai Produksi TTC dengan Non Intervensi
dan Intervensi SKPT (Juta Rupiah)

Diperkirakan jika penangkapan TTC ditingkatkan dengan dukungan


fasilitas dan sarana prasarana perikanan tangkap yang memadahi, maka akan
terus dapat meningkatkan produksinya
Dari target dan hasil analisis perhitungan peningkatan produksi, maka
berdampak pada peningkatan kebutuhan melaut dan SDM (biasa dan
bersertifikat) di bidang perikanan tangkap. Kebutuhan operasional melaut,
meliputi kebutuhan BBM dan Es. Selain itu, berdampak pula dengan
pengembangan pelabuhan dan fasilitasnya.

(1) Kebutuhan SDM


Pengembangan perikanan tangkap ini dibutuhkan tenaga kerja
dengan kualifikasi tertentu atau bersertifikat, seperti nakhoda (ANKAPIN)
dan ahli mesin (ATKAPIN), utamanya untuk kapal berukuran 10 GT ke atas.
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 160
Tabel 4.34. Kebutuhan SDM dan SDM Bersertifikat
Alat Penangkap Ikan Ukuran Jumlah Jml Kapal Kebutuhan SDM Kebutuhan SDM Bersertifikat
Armada SDM 2017-
(GT) (Orang) 2019 2017 2018 2019 2020 2017 2018 2019 2020
(Unit)
Mini purse seine 20 15 7 30 75 75 10 25 25
Drift gillnet, payang 10 6 15 30 30 30 72 10 10 24
Gillnet 5 3 26 18 30 30 15 6 10 10 5
Longline 30 15 12 30 150 225 10 50 75
Huhate 20 10 10 50 50 100 17 17 33
Pancing tonda dan 10 5 35 50 75 50 75 17 25 17 25
pancing ulur
Pancing ulur 5 4 30 40 40 40 12 13 13 4
Rawai dasar ikan 10 5 23 40 25 50 25 13 8 17 8
demersal
Rawai dasar ikan 10 5
karang
Trammelnet 5 4 6 20 4 7 1
Gillnet 5 4 2 4 4 1
Bubu 5 4 2 4 4 1 1
Bubu 5 4 2 4 4 1 1
Jaring cumi 10 5
JUMLAH 170 202 326 483 599 43 109 161 200

Sumber: Hasil Analisis, 2017


Total kebutuhan nelayan/SDM dengan pengembangan SKPT sebanyak
1.011 orang. Kebutuhan SDM bersertifikat pada Tahun 2017, yaitu 43 orang,
pada Tahun 2018 sebanyak 109 orang dan pada Tahun 2019 sebanyak 161
orang.
Kebutuhan jumlah nelayan untuk mencapai target dari scenario yang
telah digunakan masih dapat tercukupi dari jumlah penduduk yang ada.
Jumlah penduduk saat pada Tahun 2016, yaitu sebanyak 253.075 orang,
nelayan yang melaut saat ini sebanyak 3.092 orang (1,2%). Proyeksi jumlah
penduduk untuk mencukupi kebutuhan nelayan, adalah sebagai berikut:
Tabel 4.35. Proyeksi Jumlah Penduduk
Tahun 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Proyeksi 245.680 249.408 253.075 256.775 260.473 264.177 267.881
Jumlah
Penduduk
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Jumlah penduduk Kabupaten Sumba Timur dengan proyeksi kenaikan
rata-rata penduduk per tahun sebanyak 3.704 orang (laju pertumbuhan
penduduk adalah 2,11%), pada Tahun 2017 adalah sebanyak 256.775, Tahun
2018 sebanyak 260.473 orang, pada Tahun 2019 sebanyak 264.177 orang,

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 161


dan pada Tahun 2020 sebanyak 267.881 orang. Jumlah penduduk tersebut
masih sangat mencukupi kebutuhan jumlah nelayan per tahun untuk
scenario jangka pendek maupun scenario pengembangan hingga Tahun
2020. Namun permasalahan yang mendasar adalah budaya melaut
masyarakat yang masih sangat kurang. Untuk mencapai pertambahan jumlah
nelayan, diperlukan perubahan pola budaya melaut. Mengingat potensi
sumberdaya ikan di perairan Kabupaten Sumba Timur yang sangat
melimpah, terutama untuk potensi jenis ikan pelagis besar, seperti TTC.
Dimana untuk menangkap jenis ikan pelagis besar dibutuhkan skill yang
tinggi, lama melaut tidak hanya 1 hari (one day fishing) saja. Jumlah hari
melaut untuk menangkap ikan pelagis besar dan beberapa ikan pelagis kecil,
diperlukan waktu selama 15-20 hari/ 1 bulan. Sehingga diperlukan effort
yang tinggi untuk merubah pola budaya melaut masyarakat Sumba Timur.

(2) Kebutuhan BBM


Berdasarkan scenario penambahan kapal/armada, maka diperoleh
penambahan BBM selama 3 (tiga) tahun 2017-2019, baik per hari per bulan
dan tahun. Perhitungan kebutuhan BBM nantinya akan memberikan
rekomendasi ukuran dan kapasitas sarana prasarana SPDN.
Tabel 4.36. Kebutuhan BBM dengan Pengembangan SKPT

Kebutuhan BBM
Ukuran Jml Daya Waktu
Konst
Alat Penangkap Ikan Armada Kapal Mesin Melaut Per Per
anta Per hari Per tahun
(GT) (Unit) (PK) (Jam) bulan kapal/ha
(Liter) (Liter)
(Liter) ri (Liter)
Mini purse seine 20 7 120 6 0.12 605 2,096 6,768 86.4
Drift gillnet, payang 10 15 90 5 0.12 810 16,200 129,600 54.0
Gillnet 5 26 25 4 0.12 312 6,240 49,920 12.0
Longline 30 12 150 6 0.12 1296 25,920 207,360 108.0
Huhate 20 10 120 6 0.12 864 17,280 138,240 86.4
Pancing tonda dan 10 35 90 5 0.12 1890 37,800 302,400 54.0
pancing ulur
Pancing ulur 5 30 25 4 0.12 360 7,200 57,600 12.0
Rawai dasar ikan 10 23 90 4 0.12 994 19,872 158,976 43.2
demersal
Rawai dasar ikan karang 10 90 4 0.12
Trammelnet 5 6 25 4 0.12 72 1,440 11,520 12.0
Gillnet 5 2 25 4 0.12 24 480 3,840 12.0
Bubu 5 2 25 4 0.12 24 480 3,840 12.0
Bubu 5 2 25 4 0.12 24 480 3,840 12.0
Jaring cumi 10 90 6 0.12
170 990 66 2 7,274 145.488 1.163.904 504

Sumber: Hasil Analisis, 2017


MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 162
BBM yang digunakan di Kabupaten Sumba Timur adalah Solar. Saat ini
dilayani oleh SPDN milik swasta yang berada di Kampung Bugis. Berdasarkan
hasil wawancara bahwa ketersediaan BBM saat ini mencukupi dengan
kapasitas pasokan 8KL/hari. Kebutuhan BBM faktual adalah sekitar
6KL/hari. Dengan penambahan kapal, maka kebutuhan BBM tentu saja akan
mengalami penambahan, yaitu selama 3 tahun total sekitar 7,20 KL. Masing-
masing penambahan per tahun, yaitu 1,4KL, 2,4KL, dan 3,4 KL sehingga pada
Tahun 2017 kebutuhan BBM adalah sebesar 7,4. Implikasi dari penambahan
BBM, merekomendasikan pembangunan SPDN di PPI Nangamesi dengan
kapasitas 8KL. Karena setiap tahun akan mengalami penambahan, maka
perlu dibangun 2x SPDN dengan kapasitas yang sama untuk menambah
suplay BBM kapal/armada.

(3) Kebutuhan Es
Penambahan jumlah kapal/armada juga akan menambah kebutuhan
penyediaan Es. Dengan mengetahui kebutuhan es harian, maka di peroleh
kebutuhan es per tahun, dengan asumsi kebutuhan es adalah 2x lipat dari
produksi harian. Untuk seluruh komoditas kebutuhan es rata-rata adalah 67
ton, penyediaan es sebanyak 80 ton. Untuk komoditas unggulan TTC, dengan
produksi rata-rata harian sebesar 32 ton, maka diperlukan penyediaan es
sebanyak 50 ton. Hal ini disesuaikan dengan kapasitas pabrik Es.
Tabel 4.37. Kebutuhan Es dengan Pengembangan SKPT
Produksi harian Tahun Rata-rata Kebutuhan Penyediaan
(Ton) 2017 2018 2019 produksi ideal es Es (Ton)
harian (Ton)
Seluruh komoditas 61 65 73 67 120 80
(Ton)
TTC (Ton) 30 32 35 32 60 50
Sumber: Hasil Analaisis, 2017
(4) Konsep Pengembangan Pelabuhan Perikanan
Untuk mencapai peningkatan produksi, diperlukan pengembangan
sarana-prasarana, yaitu pelabuhan perikanan. Kementerian Kelautan dan
Perikanan telah menetapkan klasifikasi pelabuhan perikanan menjadi 4
(empat) kelas: yaitu Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) atau tipe A atau
kelas I, Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) atau tipe B atau kelas II,
Pelabuhan Perikanan Pantai atau tipe C atau Kelas III, dan Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) atau tipe D atau kelas IV. Menurut Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan No. 08 Tahun 2012 Tentang kepelabuhan Perikanan,
dinyatakan bahwa untuk kualifikasi untuk Pelabuhan Perikanan Samudera
(PPS) adalah:

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 163


1. Mampu melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan
perikanan di perairan Indonesia, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
(ZEEI), dan laut lepas
2. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran
sekurang-kurangnya 60 GT
3. Mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 100 unit
atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 6.000 GT
4. Terdapat aktivitas bongkar muat ikan dan pemasaran hasil
perikanan rata-rata 50 ton per hari.
5. Memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang-kurangnya 20 ha.
Sementara, untuk Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN),
kualifikasinya adalah:
1. Mampu melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan
perikanan di perairan Indonesia dan ZEEI
2. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran
sekurang-kurangnya 30 GT
3. Mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 75 unit
atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 2.250 GT
4. Terdapat aktivitas bongkar muat ikan dan pemasaran hasil
perikanan rata-rata 30 ton per hari.
5. Memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang-kurangnya 10 ha.
Selanjutnya, kualifikasi untuk Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
adalah:
1. Mampu melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan
perikanan di perairan Indonesia
2. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran
sekurang-kurangnya 10 GT
3. Mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 30 unit
atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT
4. Terdapat aktivitas bongkar muat ikan dan pemasaran hasil
perikanan rata-rata 5 ton per hari.
5. Memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang-kurangnya 5 ha.
Dan terakhir untuk Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), kualifikasinya
adalah:
1. Mampu melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan
perikanan di perairan Indonesia
2. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran
sekurang-kurangnya 5 GT
3. Mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 15 unit
atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 75 GT

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 164


4. Terdapat aktivitas bongkar muat ikan dan pemasaran hasil
perikanan rata-rata 2 ton per hari.
5. Memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang-kurangnya 1 ha.
Berdasarkan kriteria ini, kemudian dapat diestimasi tipe pelabuhan
perikanan yang diperlukan dan jumlah minimalnya untuk pengembangan
perikanan tangkap berdasarkan hasil analisis konsisi saat ini dan kebutuhan
pengembangan pelabuhan perikanan yang akan datang serta tahapan
pembangunan, maka pelabuhan yang perlu dikembangkan adalah Pangkalan
Pendaratan Ikan (Pelabuhan Tipe D).
Lokasi pembangunan PPI ini di Nangamesi. PPI Nangamesi berada di
Desa/Kelurahan Kamalaputi, Kecamatan Kota Waingapu. Kondisi saat ini, PPI
Nangamesi belum dimanfaatkan. Namun sudah disediakan tanah milik
Pemda Kabupaten Sumba Timur seluas 5,2 Hektar untuk pengembangan
pelabuhan. Lokasi pelabuhan dekat dengan pelabuhan umum dan pelabuhan
rakyat. Lokasi pelabuhan sangat strategis untuk pengembangan. Saat ini yang
menjadi kendala adalah nelayan belum memiliki tempat bersandar kapal.
Namun untuk mengembangkan pelabuhan, membutuhkan upaya dan
anggaran yang cukup besar.

(5) Arahan Pengembangan Teknologi Penangkapan Ikan


Teknologi penangkapan ikan yang utama dikembangkan di DPI 1
diarahkan pada alat tangkap pancing, bubu dan rawai, jaring insang dengan
armada berukuran 5 – 10 GT. DPI 1 dikhususkan untuk pegembangan
perikanan tangkap tradisional dan ramah lingkungan. Hal ini sesuai dengan
Permen KP No 71/PERMEN-KP/2016 tentang jalur penangkapan ikan di
wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia dan sesuai
dengan kebijakan perikanan tangkap nasional yang mengarahkan
pengelolaan perairan pantai (sampai dengan 4 mil laut) pada penggunaan
alat tangkap pasif, dengan maksud agar daya dukung lingkungannya tetap
terjaga.
Kemudian, sasaran utama (target species) dari armada perikanan
pantai ini adalah berbagai jenis ikan karang, ikan demersal, dan pelagis kecil.
Setiap unit penangkapan ini idealnya menggunakan 1 – 3 orang nelayan dan
sebaiknya alokasi tenaga kerja yang tersedia dipenuhi oleh masyarakat lokal
atau daerah setempat.
Untuk pemanfaatan sumberdaya ikan di DPI 2, diutamakan
menggunakan teknologi penangkapan jenis mini purse seine, huhate, jaring
insang hanyut dan pancing cumi. Ukuran armada penangkapannya berkisar
antara 10 – 20 GT. Jenis ikan target adalah berbagai jenis ikan pelagis kecil
dan ikan demersal. Setiap unit penangkapan ini idealnya menggunakan 5-15
orang nelayan. Khusus untuk pengoperasian teknologi mini purse seine
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 165
memerlukan nelayan-nelayan trampil dengan kualifikasi teknis tertentu. Oleh
karena itu, untuk pengembangan teknologi tersebut di perairan Kabupaten
Sumba Timur dapat dilakukan melalui proses transfer teknologi, yaitu
dengan mengkombinasi antara nelayan lokal dengan nelayan trampil dalam
satu unit penangkapan.
Di DPI 3, teknologi penangkapan yang utama dikembangkan adalah
jenis armada longline. Ukuran armada utamanya berukuran 30 GT. Target
speciesnya adalah berbagai jenis ikan pelagis besar (utamanya: tuna,
cakalang dan tongkol). Setiap unit penangkapan tersebut idealnya
menggunakan 15 orang nelayan. Untuk pengawakan kapal penangkap yang
berukuran diatas 30 GT harus menggunakan seorang juru mudi yang
bersertifikat ANKAPIN dan juru motor yang bersertifikat ATKAPIN. Selain
itu, khusus untuk pengoperasian teknologi longline, juga memerlukan
nelayan-nelayan terampil yang memiliki kualifikasi teknis tertentu.
Oleh karena itu, pengembangan teknologi longline sebaiknya juga
dilakukan melalui proses transfer teknologi, yaitu dengan mengkombinasi
antara nelayan lokal dengan nelayan terampil dalam satu unit penangkapan.
Pengembangan teknologi penangkapan ikan di Kabupaten Sumba Timur
disajikan pada Gambar berikut.

Gambar 4.37. Pengembangan Teknologi Penangkapan Ikan


di Kabupaten Sumba Timur

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 166


(6) Arahan Pengembangan Prasarana Perikanan Tangkap
Kondisi sarana dan prasarana perikanan di Kabupaten Sumba Timur
masih sangat terbatas, baik dari segi armada, kapal, maupun pelabuhan.
Pelabuhan saat ini masih menggunakan pelabuhan rakyat yang berlokasi di
lokasi Perindo, yaitu di pelabuhan umum. Pangkalan Pendaratan Ikan sudah
disediakan lokasi untuk pengambangan di Desa/Kelurahan Kamalaputi,
Kecamatan Kota Waingapu, yaitu PPI Nangamesi. Sarana dan prasarana
pelabuhan perikanan yang ada masih belum lengkap, tempat pelelangan ikan,
stasiun pengisian bahan bakar, cold storage, pabrik es. Kondisi saat ini yang
tersedia adalah rumah pengemasan, gedung pengawasan dan laboratorium
kesehatan lingkungan (kesling). Keterbatasan sarana dan prasarana
perikanan ini mempengaruhi tingkat pemanfaatan, pemasaran dan
pendapatan nelayan sendiri. Dalam hal ini kebijakan pemerintah diperlukan
untuk meningkatkan sarana dan prasarana pelabuhan perikanan. Selain
pendaratan ikan/dermaga, Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan pasar menjadi
sarana perikanan tangkap yang perlu dikembangkan. Terdapat beberapa
pasar ikan di Kabupaten Sumba Timur yang kondisinya masih sangat kurang
ideal. Pasar ikan berada di areal di luar lokasi PPI Nangamesi yaitu di dekat
Pelabuhan Pelindo. Saat ini sarana prasarana yang berada di lokasi Perindo
tidak terawat dan tidak digunakan, hanya pabrik es yang beroperasi, apabila
ada permintaan es dari nelayan.
Untuk perencanaan pengembangan tahap awal, di Kabupaten Sumba
Timur yang ada di Nangamesi mulai diarahkan untuk dibangun fasilitas
pelabuhan perikanan tipe D atau Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), karena
utamanya hanya untuk melayani seluruh kegiatan armada perikanan yang
beroperasi di DPI 1 dengan armada berukuran diatas 5 hingga 20 GT. Namun
demikian pengembangan ke depan juga diarahkan untuk dapat melayani
kapal berukuran lebih dari 30 GT yang beroperasi di Laut Banda dengan
tujuan penangkapan utama ikan pelagis besar.
Pengembangan PPI Nangamesi terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu
jangka pendek dan jangka panjang (Ultimate goal). Pengembangan jangka
pendek meliputi pengembangan 3 (tiga) tahun kedepan, dimulai dari Tahun
2017-Tahun 2019 (sesuai dengan target pengambangan dan pembangunan
SKPT). Sedangkan pengembangan jangka panjang (Ultimate goal) dapat
dilaksanakan berdasarkan ketersediaan anggaran dengan target optimal
tidak melebihi pemanfaatan sumber daya ikan secara maksimal (80%).

(7) Arahan Pengembangan Daerah Penangkapan Ikan (DPI)


Nelayan Kabupaten Sumba Timur dapat melakukan aktivitas
penangkapan ikan sepanjang tahun, hal ini dikarenakan kondisi wilayah yang
berbentuk kepulauan dan berhadapan langsung dengan Laut Sawu yang
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 167
cukup terlindung. Daerah yang terbentuk dari pulau-pulau kecil ini
mengakibatkan banyak daerah yang relatif terlindung, sehingga aktivitas
penangkapan ikan dapat dilakukan sepanjang tahun. Hal ini ditambah lagi
dengan banyaknya teluk-teluk yang terlindung di Kabupaten Sumba Timur,
dimana perairan teluk ini merupakan salah satu wilayah penangkapan
potensial. Musim penangkapan ikan dipengaruhi oleh angin, cuaca dan ruaya
atau migrasi ikan, karena pada umumnya jenis-jenis ikan pelagis ini selalu
melakukan pergerakan/ruaya baik ruaya jauh maupun ruaya lokal.
Berdasarkan karakteristik perairan laut dan jenis sumber daya ikannya,
maka desain pengembangan daerah penangkapan ikan usaha perikanan
tangkap di perairan laut sekeliling Kabupaten Sumba Timur secara garis
besar dibagi menjadi 3 (tiga) daerah penangkapan utama, yaitu:
1) Daerah penangkapan ikan (DPI) 1, yakni semua perairan pantai yang
berjarak mulai dari 0 hingga 4 mil laut. DPI-1 memiliki potensi untuk
pengembangan perikanan karang (seperti: ikan kerapu, baronang, biji
nangka, dan kakaktua), demersal (seperti: ikan kue dan kakap merah)
dan pelagis kecil (seperti: ikan teri, julung-julung, layang dan kembung);
2) Daerah penangkapan ikan (DPI) 2, yakni semua perairan laut yang
berjarak mulai dari 4 hingga 12 mil laut. DPI-2 memiliki potensi untuk
pengembangan perikanan demersal, pelagis kecil, dan pelagis besar
(seperti: ikan tongkol, cakalang)
3) Daerah penangkapan ikan (DPI) 3, yakni semua perairan laut yang
berjarak diatas 12 mil laut hingga batas terluar atau wilayah ZEE
Indonesia. DPI-3 memiliki potensi untuk pengembangan perikanan
pelagis besar seperti tuna, tongkol, cakalang dan perikanan demersal laut
dalam.

Kegiatan usaha penangkapan ikan di daerah penangkapan ikan (DPI)


1 dan 2, karena masih tergolong kedalam perairan pantai, maka seyogyanya
diarahkan hanya untuk pengembangan aktivitas perikanan rakyat atau
perikanan skala kecil dan menengah, sedangkan di DPI 3 yang merupakan
perairan lepas pantai dapat diarahkan bagi kegiatan perikanan tangkap skala
besar atau industri. Secara umum, pengembangan perikanan tangkap di
perairan Sumba untuk jangka pendek hingga menengah, dapat diarahkan
pada pengoptimalan pemanfaatan sumberdaya ikan laut di setiap zona
daerah penangkapan, sedangkan untuk kedepan (jangka panjang)
seyogyanya diarahkan pada kegiatan perikanan tangkap yang berbasis
budidaya (berlandaskan restocking dan sea farming), utamanya untuk DPI 1
dan 2. Disamping itu, dalam pengembangan perikanan tangkap di wilayah
Sumba Timur juga harus dilakukan secara terintegrasi dengan sektor-sektor
lainnya, agar berjalan serasi dan tidak menimbulkan masalah atau konflik
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 168
antar sektor dikemudian hari. Pengembangan daerah penangkapan ikan di
Kabupaten Sumba Timur disajikan pada gambar berikut.

Gambar 4.38. Rencana pengembangan Daerah Penangkapan Ikan (DPI)


Kabupaten Sumba Timur

4.2.8.2. Konsep Pengembangan Perikanan Budidaya


(1) Budidaya Ikan
Pengembangan perikanan budidaya (akuakultur) di Kabupaten Sumba
Timur diarahkan untuk memproduksi komoditas yang berorientasi ekspor
dan berbasis kepada sumberdaya alam. Pengembangan akuakultur dilakukan
pada lokasi yang memiliki tingkat kesesuaian yang tinggi dengan berprinsip
pemanfaatan sumberdaya perairan seoptimal mungkin secara ramah
lingkungan sehingga dicapai keberlanjutan usaha sepanjang masa.
Pengembangan budidaya ikan, dibarengi dengan pengambangan balai
benih ikan (BBI). Optimalisasi benih, dari segi jumlah dan kualitas sangat
diperlukan guna meningkatkan kualitas dan jumlah produksi perikanan budidaya
ikan.
(2) Akuakultur yang Dikembangkan
Komoditas akuakultur yang akan dikembangkan di wilayah pesisir
Kabupaten Sumba Timur mencakup spesies air tawar, payau dan air laut.
Oleh karena itu, penekanan pengembangannya diberikan pada komoditas
budidaya laut (marikultur), budidaya tambak (tambak) dan air tawar.
Komoditas marikultur, sebagaimana biota laut secara umum,
biasanya dikelompokan kedalam golongan ikan (finfish), udang

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 169


(crustacea), kerang (mollusca), teripang (echinodermata) dan alga. Golongan
ikan umumnya didominasi oleh ikan karang (coral reef fish) seperti ikan
kerapu, sunu (lodi), baronang dan sebagainya. Masih banyak jenis ikan karang
yang bisa dibudidayakan, namun dibatasi oleh kendala ketersediaan benih.
Sumba Timur juga memiliki potensi budidaya air tawar seperti karper dan nila.
Kebutuhan benih disuplai dari Balai benih ikan (BBI) Lewa. Namun demikian
kontribusi BBI Lewa belum optimal. Untuk golongan udang umumnya adalah
udang putih, sedangkan golongan kerang mencakup kerang mutiara dan
kerang hijau. Teripang dapat mencakup beberapa jenis, namun kegiatan
kultur komoditas ini relatif terbatas karena dibatasi oleh ketersediaan
benih.
Dengan melihat potensi yang ada di Sumba Timur pengembangan
aktivitas perikanan budidaya di wilayah pesisir, sebaiknya difokuskan pada
jenis komoditas, rumput laut. Dengan mempertimbangkan beberapa aspek
seperti akan diuraikan dibawah ini.
(3) Budidaya Rumput Laut
Saat ini, rumput laut mengalami kendala utama dalam perolehan bibit
yang bermutu tinggi. Oleh karena itu, pengadaan bibit yang bermutu tinggi
mutlak menjadi prioritas utama. Di sisi lain, pengembangan budidaya rumput
laut di Sumba Timur sudah berkembang dengan baik hal ini dibuktikan
dengan banyaknya jumlah pembudidaya rumput laut yang ada saat ini.
Lokasi potensial budidaya rumput laut yang dapat dikembangkan disajikan
pada gambar berikut.

Gambar 4.39. Rencana pengembangan lahan budidaya rumput laut


di Kabupaten Sumba Timur
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 170
Lokasi budidaya rumput laut tersebar hampir dinseluruh Sumba
Timur, terdapat 37 lokasi hamparan rumput laut. Saat ini masih luas lahan
budidaya rumput laut barus sebesar 449 Ha atau 2.98% dari total 15.069,4
Ha, artinya masih ada sebanyak 14.600,4 Ha yang dapat dikembangkan
sebagai lokasi pengembangan budidaya rumput laut. Untuk meningkatkan
produksi rumput laut yang ada dapat dilukan dengan 2 skenario yaitu jangka
pendek dan jangka panjang. Skenario jangka pendek (3 tahun) dapat
dilakukan melalui penambahan pemanfaatan area budidaya yang ada dengan
memberikan bantuan sarana dan prasarana produksi di wilayah
pengembangan.

Untuk membudidayakan rumput laut dengan tali fondasi sepanjang


100 m, dengan lebar 25 m atau 15 depa, atau luas total dalam satu bedengan
adalah 25 m x 100 m yang bisa diisi dengan sekitar 300 tali bentangan.
Pembuatan fondasi biasanya minimal terdiri dari 2 bedengan. Dalam 2
bedengan ini memerlukan luas hamparan 50 m x 100 m atau 0.5 ha, terdiri
dari 600 tali. Dalam 1 ha terdapat sekitar 1.200 tali bentangan. Masa siklus
produksi rumput laut selama 45 - 60 hari perhitungan tersebut didapatkan
sebagai berikut:
1) Rumput Laut Basah (RLB) adalah sekitar 80 kg per tali bentangan, atau
sekitar 96 ton/ha dibulatkan sekitar 100 ton per ha dalam satu musim.
2) Jadi kalau menggunakan nilai konversi basah ke kering itu 10:1, maka
akan diperoleh Rumput Laut Kering (RLK) sekitar 8 kg RLK /musim/tali
atau 9,6 ton RLK/musim/hektar atau dibulatkan menjadi10 ton
RLK/musim/ha.
3) Dalam satu tahun dapat dilakukan siklus produksi sebanyak 6 kali atau 6
musim dalam setahun. Jika diasumsikan produktivitas ini stabil
sepanjang tahun maka produksinya adalah sebanyak 600 ton
RLB/tahun/ha atau sekitar 60 ton RLK/tahun/ha. Namun apabila
dianggap produktifitas Rumput Laut itu berfluktuasi tergantung dengan
musim maka bisa saja produktifitasnya diperkirakan sekitar 500
tonRLB/thn/ha atau 50 RLK/thn/ha.
Scenario pengembangan budidaya rumput laut didasarkan pada
asumsi-asumsi sebagai berikut:
- Produktifitas rumput laut 500 ton RLB/thn/ha atau 50 RLK/thn/ha
- Luas 1 Ha dapat memproduksi sekitar 50 ton/ha/tahun
- 1 ha terdapat sekitar 1.200 tali bentangan
- Kebutuhan air untuk pengolahan 10 ton, yaitu sekitar 320-400
kubik/hari
- 1 kelompok, terdapat 12-15 orang
- 1 kelompok: 2 perahu, 1 rumah ikat dan 10 para-para

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 171


- Dalam 1 kali panen membutuhkan waktu sekitar 45 hari
- 1 kelompok, dapat menghasilkan sekitar 10 ton
Dari hasil analisis, kemudian diperoleh perhitungan kebutuhan sarana
prasarana pendukung, yang meliputi perahu pengangkut hasil rumput laut,
rumah ikat, dan para-para, serta dapat diketahui pula jumlah kelompok dan
jumlah RTP untuk mencapai target produksi yang telah ditentukan. Target
prningkatkan produksi rumput laut 20%/tahun, yaitu jangka pendek dengan
peningkatan sebesar 20% pada tahun 2017, 20% pada Tahun 2018, 20%
pada Tahun 2019, dan 20% pada Tahun 2020. Scenario dan kebutuhan
sarana prasarana adalah sebagai berikut.

Gambar 4.40. Scenario Pengembangan Produksi Budidaya Rumput Laut

Kebutuhan pengembangan lahan, perahu, para-para, rumah ikat, dan


air bersih dapat dilihat pada tabel berikut.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 172


Tabel 4.38. Peningkatan Produksi dan Kebutuhan Sarana Prasarana
Pengembangan Budidaya Rumput Laut
Produksi RL
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
(Ton)
NI 15.332 21.725 26.407 29.806 36.317 38.387 40.307 42.323 44.441
I SKPT 15.332 21.725 26.407 29.806 36.317 43.581 52.297 62.756 75.307

KEBUTUHAN
RTP (Org) 1943 2166 2400 2830 3410 4092 4910 5892 7071

Lahan (Ha) 79 95 114 137

Kelompok (Org) 546 655 786 943

Perahu (Unit) 1.091 1.309 1.571 1.886

Rumah ikat 546 655 786 943


(Unit)
para-para (Unit) 5.456 6.547 7.857 9.428

Air (kubik/hari)
138.666 166.399 199.679 239.614

Sumber: Hasil Analisis, 2017


Dengan scenario peningkatan per tahun di atas, diperoleh total
produksi selama 3 tahun sebanyak 14.421 ton, dengan kebutuhan lahan pada
Tahun 2017 seluas 79 ha, Tahun 2018 seluas 95 ha, Tahun 2019 seluas 114
ha. Selama 3 tahun, setelah ada intervensi dibutuhkan lahan seluas 288 ha
atau sebesar 43% dari luasan total yang bisa dikembangkan. Dan pada Tahun
2020 kebutuhan lahan mencapai luasan 425 Ha dari total potensi lahan
pengembangan 667,2 lahan potensial pengembangan sistem permukaan
(64%) dan 28% dari total potensi lahan pengembangan sistem lepas dasar.
Jumlah kelompok untuk mencapai target produksi pada Tahun 2017
sebanyak 546 kelompok tersebar di seluruh lokasi budidaya, jumlah rumah
ikat yang dibutuhkan 546 unit, para-para sebanyak 5.456 unit, dan
kebutuhan air bersih sebanyak 138.666 kubik/hari.
Peningkatan produksi dan nilai produksi sebelum dan setelah adanya
intervensi SKPT dapat dilihat pada grafik berikut.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 173


Gambar 4.41. Grafik Peningkatan Produksi Rumput Laut

Gambar 4.42. Grafik Peningkatan Nilai Produksi Rumput Laut

Komoditi Alga mencakup rumput laut jenis Euchema cottonii dan


Gracilaria sp., jenis E. Spinosum sudah dibudidayakan tapi dalam jumlah yang
terbatas. Masih banyak jenis rumput laut, baik golongan karaginofit (penghasil
karaginan), agarofit (penghasil agar) maupun alginofit (penghasil alginat),
yang berpotensi untuk dibudidayakan. Jenis yang saat ini dibudidayakan oleh
masyarakat Sumba Timur adalah jenis E. Cottoni saccol dengan produksi yang
cukup tinggi yaitu sebesar 3301.6 ton pada tahun 2016.
Untuk pengembangan budidaya rumput laut kedepan di Sumba Timur
diperlukan diversifikasi sistem dan teknologi budidaya, tidak hanya sistem
dasar dengan longline saja yang dikembangkan. Terdapat beberapa

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 174


sistem budidaya rumput laut lain yang bisa dikembangkan yaitu dengan
sistem rakit dengan longline.
Longline adalah sistem teknologi budidaya dengan menggunakan
tambang sebagai komponen utama wadah produksi. Tambang berfungsi
sebagai tempat untuk menambatkan biota akuakultur baik secara langsung
maupun tidak langsung. Organisme budidaya tersebut antara lain rumput laut,
kerang mutiara dan kerang konsumsi lainnya (oyster, abalone).
Pada budidaya rumput laut yang menggunakan sistem tambang ini terdapat
beberapa jenis tambang dan komponen sistem lainnya, yaitu:
1) Tambang utama/bantalan/biang (polyethelene, PE, Ø 8-10 mm, 25 m)
2) Tambang ris (PE, 5 mm, 100 m)
3) Tali pengikat (PE, D27)
4) Tambang jangkar (PE, 20 mm, 30 m)
5) Jangkar
6) Pelampung utama (40-50 l)
7) Pelampung antara (0,6-1,0 l).
Tambang ris berfungsi sebagai tempat (substrat) penempelan rumpun
rumput laut dengan bantuan tali pengikat. Sejumlah tambang ini selanjutnya
diikatkan ke tambang utama yang dilengkapi jangkar dan tambangnya.
Tambang ris dan tambang utama selalu mengapung di bawah dan dekat
permukaan air karena dilengkapi dengan pelampung. Pelampung utama
untuk tambang utama dan pelampung antara untuk tambang ris. Pelampung
antara biasanya berupa botol bekas kemasan minuman.

Gambar 4.43. Unit konstruksi budidaya rumput laut metode long line ukuran
3000 m2

Selain mengapung, sistem longline ini sering digunakan untuk


budidaya rumput laut di dasar atau lebih dikenal sistem dasar. Pada sistem
ini rumput laut diikatkan pada tambang. Tambang dibentangkan sekitar 50-
100 m dari dari dasar laut dengan cara mengikatnya pada patok yang
ditancapkan di dasar laut. Budidaya rumput laut dengan sistem dasar seperti
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 175
memelihara padi di sawah. Sistem dasar diterapkan di perairan dengan dasar
laut landai dan rata serta dengan kisaran pasang surut yang sempit.
Teknologi budidaya rumput laut sistem longline disajikan pada gambar
berikut.

Gambar 4.44. Kerangka Wadah Metode Long Line

Sistem rakit untuk budidaya rumput laut sesungguhnya sama dengan


sistem longline, hanya saja bahan yang digunakan berupa bambu yang
dirangkai menjadi seperti rakit. Bambu sepanjang 6-10 m sebanyak 4 unit
dirangkai menjadi berbentuk empat persegi panjang dan dikuatkan dengan
cara melintangkan bamboo pendek di setiap sudut empat persegi panjang
tersebut. Perangkaian bamboo dilakukan dengan menggunakan pasak dan
tali ijuk. Tempat pelekatan rumput laut berupa tambang (tambang ris) yang
diikatkan kepada rakit bambu. Bambu berfungsi sebagai pelampung sistem
dan juga melindungi rumput laut dari ombak riak yang merusak. Supaya
tidak terbawa arus laut, maka rakit ini diikatkan pada jangkar atau patok
yang ditancapkan ke dasar laut, dengan menggunakan tambang jangkar.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 176


Gambar 4.45. Budidaya rumput laut dengan sistem rakit

Selain untuk budidaya rumput laut, sistem longline dan rakit ini bisa
digunakan untuk budidaya kerang mutiara atau kerang konsumsi lainnya.
Tambang dan rakit berfungsi sebagai tempat untuk menggantungkan
keranjang (basket) yang berisi biota akuakultur tersebut. Keranjang
digantungkan ke dalam air laut sedalam 2-5 m, dan biota budidaya di dalam
keranjang secara pasif menyaring plankton yang terdapat dalam badan
perairan tersebut.
Untuk peningkatan pasca panen rumput laut dalam bentuk Chip,
produksi perhari adalah sebesar 10 ton. Target produksi SKPT akan ditingkatan
sebesar 20 ton atau 100% dari produksi yang ada dengan meningkatkan

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 177


teknologi budidaya, penanganan rumput laut yang baik, pengadaan bibit dan
peningkatan sarana prasarana pendukung seperti gudang rumput laut dan
lantai jemur.
(4) Budidaya Air Tawar dan Payau
Di dalam penentuan lokasi untuk kegiatan budidaya air payau,
khususnya budidaya udang/ikan di tambak, maka faktor-faktor kesesuaian
lahan, seperti keadaan topografi lahan, dan kondisi sumber air menjadi
pertimbangan utama. Apabila dimungkinkan maka perlu dicari lokasi yang
secara teknis ideal bagi budidaya udang/ikan. Lokasi yang demikian akan
mengefisienkan besaran biaya sejak pembuatan konstruksi tambak sampai
biaya operasi. Sebagai contoh topografi lahan yang relatif datar dan dengan
ketinggian lahan tidak lebih dari tiga meter dari muka air laut rata-rata
merupakan prioritas utama yang dipilih.
Kualitas air (khususnya salinitas) pada setiap lokasi sumber air
seperti sungai dan laut berbeda antara satu lokasi dengan lokasi lain.
Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan pengenceran dari sumber-
sumber air tawar yang ada. Oleh karena itu sumber air yang akan digunakan
untuk mengairi tambak perlu dipilih pada lokasi yang memberikan kualitas
air yang paling mendekati syarat kualitas untuk budidaya. Selain memiliki
kualitas air yang baik, kondisi fisik perairan sumber air juga memberikan
kemudahan dalam memperoleh air sehingga biaya operasionalnya tidak
mahal. Perairan juga tidak tercemar, terutama logam berat, yang bersifat
racun bagi ikan/udang dan manusia yang mengkonsumsinya.
Kawasan yang memiliki kriteria topografi lahan yang landai, mudah
dalam memperoleh air laut, serta dekat dengan sumber air tawar (sungai)
berada di kawasan pesisir Kecamatan Pahunga Lodu, Lewa dan Lewa Tidahu.
Potensi lahan daratan pantai yang ada di kawasan pesisir tersebut tidak
disarankan untuk dimanfaatkan sebagai usaha budidaya di tambak (budidaya
air tawar dan payau). Potensi lahan budidaya air tawar Sumba Timur
mencapai 448 ha dan yang sudah dimanfaatkan baru 26 ha, artinya masih
ada peluang pengembangan sebesar 442 ha. Komoditas perikanan budidaya
payau yang dapat dikembangkan di wilayah pesisir adalah udang, ikan
bandeng, sedangkan budidaya air tawar adalah ikan karper, nila dan lele.
Untuk budidaya ikan sebaiknya dikembangkan dengan sistem Biofloc.
Budidaya ikan (nila, lele) dengan teknologi biofloc telah menjadi andalan di
negara-negara maju di bidang perikanan seperti Jepang, Brazil, Australia dan
lainnyasistem ini tidak memerlukan tempat yang luas, dan modal yang
dibutuhkan relatif kecil. Di lahan seluas 20 m2, Sahabat sudah bisa memulai
dengan dua kolam. Besarnya investasi untuk satu kolam sederhana sampai
panen, mulai dari benih, pakan, perlengapan dan kolam, dibutuhkan investasi
sekitar 4 juta rupiah. Adapun keuntungan yang diperoleh sekitar 1,5-2 juta
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 178
rupiah per kolam, dalam satu siklusnya. Satu siklus panen yakni 2,5 – 3 bulan,
untuk panen ukuran 1 kg isi 10 atau 8.
Untuk 1000 m2 luas lahan, kita membangun sekitar 40 kolam dengan
rata-rata luas per kolam sekitar 6 m2. Budidaya ikan kategori sehat memiliki
tingkat kelangsungan hidup/survival rate (SR) di atas 90%

Gambar Teknologi Budidaya dengan Sistem Biofloc


(5) Pengadaan Benih
Untuk keperluan pengembangan akuakultur di Kabupaten Sumba
Timur dibutuhkan dukungan sarana dan prasarana produksi. Salah satu
sarana produksi yang penting bagi pengembangan akuakultur adalah benih.
Ketersediaan benih yang tepat waktu, tepat mutu, tepat jumlah dan tepat
harga merupakan syarat mutlak keberhasilan pengembangan akuakultur.
Kebutuhan benih juga harus didasarkan kepada kapasitas penuh luas efektif
kawasan pengembangan akuakultur. Peningkatan produksi benih tersebut
harus tetap mengacu pada Good Management Practice (GMP), dan untuk
dapat mencapai GMP, pembesaran harus menerapkan standar Cara Budidaya
Ikan yang Baik (CBIB).
Pengadaan bibit rumput laut dilakukan dengan menggunakan konsep
kebun bibit. Pemerintah bersama dengan pembudidaya rumput laut
mengelola suatu unit produksi untuk menghasilkan bibit rumput laut. Unit
produksi penghasil bibit rumput laut tersebut disebut kebun bibit. Di dalam
kawasan kebun bibit tersebut rumput laut diperbanyak dan diuji terlebih
dahulu sebelum disebar ke masyarakat. Di kebun bibit tersebut berbagai
jenis dan varitas rumput laut yang didatangkan dari berbagai kawasan di
Indonesia dan luar negeri. Setiap jenis rumput laut yang didatangkan
tersebut selanjutnya diuji coba untuk melihat performance (kinerja)
budidaya yang mencakup antara lain: laju pertumbuhan, ketahanan terhadap

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 179


penyakit dan perubahan lingkungan, percabangan, kadar karaginan, alginat
dan agar (gel strength), serta kadar air. Setiap jenis dan varitas rumput laut
tersebut tentu memiliki kesukaan yang berlainan akan lingkungan dan musim,
sehingga bisa disusun pola tanam yang berbasis kepada keragaman jenis
rumput laut. Dengan demikian di lokasi pengembangan budidaya rumput
laut selalu tersedia bibit rumput laut yang sesuai dengan musim yang berlaku.
Pengadaan bibit harus memperhatikan teknik penanganan bibit yang
baik agar hasil produksi tetap terjaga dari segi kualitas dan kuantitasnya.
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pengadaan bibit adalah sebagai
berikut;
1) Umur rumput laut untuk bibit adalah 25-30 hari.
2) Bercabang banyak atau rimbun.
3) Tidak ada bercak, tidak mengelupas dan tidak berlendir.
4) Segar dan lentur (tidak layu).
5) Tidak terserang penyakit.
6) Mulus (tidak terluka) dan tidak patahpatah.
7) Bau yang alami (segar).
8) Tidak ditumbuhi lumut atau tanaman penempel.
9) Terdapat banyak calon thallus / anakan rumput laut.
10) Bibit rumput laut sebaiknya berasal dari kebun bibit. Apabila rumput
laut yang dibudidayakan sudah mulai menurun pertumbuhannya, maka
sebaiknya dilakukan pembaharuan bibit yang dapat diperoleh dari kebun
bibit.
11) Bibit yang dikembangkan dalam kebun bibit dapat berasal dari hasil
seleksi varietas atau dari galur murni yang diperoleh dari balai/lembaga
penelitian milik pemerintah.

4.2.8.3. Konsep Pengembangan Garam dan Artemia


Dengan kondisi salinitas perairan yang sangat bagus di Kabupaten
Sumba Timur, sangat memungkinkan untuk dikembangkan industri garam.
Lokasi sebaran produksi garam berada di 11 (sebelas) kecamatan. Luas lahan
produksi 70 Ha yang tersebar di 11 (sebelas) kecamatan di Kabupaten
Sumba Timur, meliputi
 Kelompok BLM PUGAR Tambak 19 Ha
 Kelompok BLM PUGAR Perebusan 26 Ha
 Kelompok Non BLM PUGAR Perebusan 25 Ha

Kebutuhan akan garam dengan kualitas yang memadai (konsentrasi


NaCl min 98 % dengan tingkat pengotor maksimum 1 %) terutama untuk
industri (misalnya industri tekstil dan industri farmasi ) membuat industri
tersebut harus melakukan impor garam dari negara lain terutama dari

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 180


negara Australia, India dan Cina. Tidak ada angka yang sangat pasti tentang
impor ini, diperkirakan angka impor untuk garam terutama garam industri
ini mencapai 2 juta ton dengan nilai tidak kurang dari Rp 1,5 trilyun ( $ 150
juta).
Persoalan yang dihadapi sentra-sentra garam yang ada, salah satunya
di Kabupaten Sumba Timur adalah harga garam rakyat rendah dan ini
disebabkan dari garam yang dihasilkan kualitasnya sangat rendah sehingga
tidak dapat digunakan sebagai garam industri. Kualitas garam- garam rakyat
biasanya di klasifikasikan menjadi kualitas KW1 , KW2 , dan KW3. Kualitas
KW1 dengan tingkat NaCl antara 95% - 98%, kualitas KW2 NaCl antara 90% -
95% , dan kualitas KW3 NaCl kurang dari 90 %.
Salah satu persoalan terbesar adalah pengotor-pengotor baik berupa
organik maupun anorganik yang kadarnya lebih dari 5 % . Industri garam
rakyat belum dapat memberikan kualitas untuk garam industri membuat
pilihan garam industri harus di impor dari negara lain dan kualitas garam
impor cukup atau sangat tinggi sehingga industri-industri yang
menggunakan garam lebih memilih garam impor daripada garam rakyat
walaupun dengan harga yang jauh lebih tinggi. Peluang ini dapat
dimanfaatkan oleh industri garam rakyat dengan cara menaikkan kualitas
dan kuantitas garam rakyat. Kendala terberat yang dihadapi oleh rakyat
adalah keterbatasan pengetahuan tentang peningkatan kualitas garam baik
dari sisi sains, sisi teknologi, sisi perekonomian maupun sisi sumber daya
berkualitas yang mengelolanya.
Untuk memenuhi pasokan garam dan upaya peningkatan kualitas
garam di Kabupaten Sumba Timur, maka pengembangan industri garam
terus ditingkatkan, yaitu melalui kebijakan Program Usaha Garam Rakyat
(PUGAR) yang dilaksanakan di Kabupaten Sumba Timur dalam konteks
kedaerahan tentunya berdampak pada eksistensi masyarakat yang berada
wilayah tersebut. Dampak itu menjadi penting untuk dicermati, diamati dan
dilaporkan yang selanjutnya dijadikan bahan untuk menilai berhasil atau
tidaknya PUGAR di Kabupaten Sumba Timur dalam tataran lmplementasi
Kebijakan. Implementasi Kebijakan berkaitan langsung dengan aspek
Komunikasi, Sumberdaya, Disposisi/sikap serta Strutur Birokrasi yang
terjadi di dalam PUGAR di Kabupaten Sumba Timur yang memberikan
dampak langsung pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani
garam.

4.2.9. Konektivitas SKPT Sumba Timur (Masterplan Induk)


Maseterplan induk SKPT yang meliputi rencana pengembangan dan
konektivitasnya dengan wilayah sekitarnya, secara keseluruhan dapat dilihat
pada gambar berikut.
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 181
Gambar 4.46. Maseterplan induk SKPT

4.2.9.1. Rencana Pengembangan

Rencana pengembangan SKPT meliputi pengembangan untuk


perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Berdasarkan hasil FGD dan
survei lapangan serta data-data statistik, diketahui keseluruhan potensi
perikanan dan kelautan di Kabupaten Sumba Timur. Dari potensi yang ada,
kemudian dianalisis dan dipetakan secara keseluruhan. Rencana
pengembangan terbagi menjadi 3 (tiga) bagian utama, yaitu pengembangan
produksi, pengolahan dan pemasaran untuk komoditas perikanan tangkap
dan perikanan budidaya.
A. Pengembangan Perikanan Tangkap
Rencana pengembangan untuk perikanan tangkap ke depan, produksi
perikanan akan dikembangkan melalui penambahan jumlah armada
penangkapan ikan dan jumlah nelayan. Di bidang produksi, penambahan
difokuskan untuk meningkatkan komoditas unggulan di Kabupaten Sumba
Timur, yaitu ikan pelagis besar dari jenis TTC.
Di bidang pengolahan ikan yang dihasilkan tidak hanya dalam bentuk
segar, tetapi akan ditingkatkan daalam bentuk loin, ikan beku, ikan kaleng

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 182


dan jenis pengolahan ikan pelagis besar lainnya. Namun pengembangan
selama 3 tahun ke depan, masih akan menggenjot peningkatan produksi.
Peningkatan kualitas dan jenis hasil pengolahan, akan dimulai pada Tahun
2020. Hal ini dapat terjadi pergesar tergantung pada ketersediaan anggaran
untuk pembengunan PPI Nangamesi secara utuh, karena melihat kondisi
yang ada, pembangunan tempat pengolahan ikan baru akan terwujud pada
tahap Ultimate goal, setelah tahun 2019.
Sedangkan di bidang pemasaran, untuk hasil perikanan tangkap,
melalui program SKPT akan digenjot dengan penambahan produksi untuk
pemasaran export yang sudah berjalan saat ini. Sehingga ikan yang
dihasilkan, tidak hanya dijual secara lokal, namun juga akan ditingkatkan
pemasaran regional dan internasional.

B. Pengembangan Perikanan Budidaya


Rencana pengembangan perikanan budidaya, terutama rumput laut
akan ditingkatkan sebanyak 20% Pada Tahun 2017, dan 20% pada Tahun
2018, 2019, dan 2020. Peningkatan produksi tentu saja akan berpengaruh
terhadap peningkatan sarana prasarana pendukung budidaya, yaitu para-
para, rumah ikat, perahu dan tali.
Dibidang pengolahan, peningkatan produksi pengolahan rumput laut
yaiti sebesar 100% dari jumlah produksi rumput laut kering yang sudah ada
dalam bentuk Chip. Produksi rumput laut saat ini adalah sekitar 6 ton/hari
yang diproduksi oleh pabrik, diharapkan dengan penambahan produksi
rumput laut, penambahan gudang dengan kapasitas 500-1000ton dan lantai
jemur pada lahan baru yang telah disiapkan akan dapat meningkatkan
produksi ATC Cottonii dalam bentuk Chip. Untuk meningkatkan daya saing
rumput laut Kabupaten Sumba Timur, maka peningkatan jenis dan kualitas
hasil akhir rumput laut akan ditingkatkan tidak hanya ATC Cottonii, tetapi
menjadi RC dan SRC. Di bidang pemasaran, akan diperluas juga untuk
pemasaran ekportnya untuk saat ini. Pemasaran produk RLK dadan Chip
tidak hanya secara regional, namun juga internasional, dan produksinya akan
ditingkatkan, baik jumlah maupun kualitasnya.

4.2.9.2. Konektivitas SKPT Sumba Timur dengan wilayah Sekitarnya

Pembangunan SKPT tidak bisa dipisahkan dengan wilayah


sekitarnya, sebagai pendukung pengembangan kelautan dan perikanan.
Konektivitas SKPT di Kabupaten Sumba Timur dapat dibedakan menjadi 3
(tiga) yaitu secara tradisional/lokal, regional/antar wilayah dan
eksport/penjualan ke luar negeri/internasional, baik pada saat produksi,
pengolahan hingga ke proses pemasaran.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 183


A. Konektivitas Lokal
Pola perikanan lokal meliputi keterkaitan SKPT di lingkup wilayah
Kabupaten Sumba Timur. Untuk perikanan tangkap, kapal-kapal nelayan
mendaratkan hasil perikanannya di tempat tempat pendaratan ikan (sentra
nelayan), kemudian ikan didaratkan saat ini dijual langsung ke konsumen
dan ada yang dijual ke Papalele/pengepul, sedangkan ikan yang didaratkan
di pelabuhan rakyat atau di pelabuhan milik Pelindo beberapa dijual
langsung ke konsumen dan ada yang dibeli oleh Papalele untuk dijual lagi di
pasar lokal atau keluar daerah. Agar lebih efektif dan efisien, maka
direncanakan adanya sentra nelayan, sentra pengumpul, dan sentra utama.
Di Kabupaten Sumba Timur, diharapkan ada 15 sentra nelayan, 3 sentra
pengumpul, dan 1 sentra utama. Untuk konektivitas lokal, ikan hasil
tangkapan dari sentra nelayan di Kec.Lewa Tidahu, Kec. Katalahamulingu,
Kec. Tabundung, Kec. Pinu Pahar, dan Kec.Karera, dikumpulkan melalui
darat/laut di sentra pengumpul dengan jumlah nelayan terbanyak, yaitu di
Kec.Karera. Ikan dari Kec. Ngadu Ngala, Kec. Wula Waijelu, Kec. Pahunga
Lodu, Kec. Rindi, dan Kec. Umalulu, dikumpulkan melalui darat/laut di sentra
pengumpul Kec.Pahunga Lodu. Ikan dari Kec. Pandawai, Kec. Kambera, Kec.
Kota Waingapu, Kec.Kanatang, dan Kec.Haharu, dikumpulkan melalui
darat/laut di sentra pengumpul sekaligus sebagai sentra utama, yaitu di
Kec.Kota Waingapu, tepatnya di PPI Nangamesi.

P.Tangkap
P.Budidaya (RL)

Gambar 4.47. Konektivitas Lokal SKPT

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 184


Untuk budidaya rumput laut, konektifitas terbangun pada
pengumpulan hasil budidaya di laut dari petani/pembudidaya di 9
kecamatan di Kabupaten Sumba Timur ke pengumpul kemudian disalurkan
ke pabrik pengolahan, dan penyaluran hasil produksi rumput laut untuk
dipasarkan berupa chip ke pelabuhan umum milik Pelindo, sebelum akhirnya
dijual ke luar wilayah maupun untuk dieksport.

B. Konektivitas Regional dan Internasional


Wilayah terdekat dengan kabupaten Sumba Timur di regional
Provinsi NTT, yaitu Kabupaten Sumba Barat, Sikka, Lembata, Rote Ndao, Alor,
dan Kota Kupang, serta wilayah terdekat dengan Provinsi NTT, yaitu Bali,
Surabaya, dan Jakarta. Untuk pola perikanan regional/antarwilayah, kapal
perikanan akan mendaratkan hasil perikanan ke PPI Nangamesi, termasuk
kapal-kapal dari sentra pengumpul, kemudian diangkut baik melalui sarana
laut/darat maupun udara dengan kapal pengangkut/ kendaraan/pesawat
untuk dipasarkan secara regional. Untuk pemasaran di wilayah Kabupaten
Sumba Timur sendiri ikan akan disalurkan dengan kendaraan/kapal ke
pasar-pasar ikan/industri hasil perikanan, sedangkan untuk regional lintas
kabupaten/provinsi, hasil perikanan(baik segar maupun olahan) akan
didistribusikan ke wilayah Kupang, Bali, Surabaya, Jakarta dan wilayah
sekitarnya melalui jalur laut maupun udara via bandara di Kota Waingapu
atau dengan menggunakan kapal Cargo.
Untuk budidaya rumput laut, secara regional meliputi penjualan
produk Chip/RC/SRC ke wilayah kabupaten/kota lain, dan sebaliknya untuk
pasokan, jika suplay rumput laut kering untuk pabrik kuang.
Sedangkan untuk tujuan ekport, baik hasil perikanan tangkap maupun
perikanan budidaya akan diangkut dengan pesawat via bandara di Kota
Waingapu, pengiriman diharapkan bisa langsung ke tujuan ekport. Tujuan
eksport hasil perikanan Kabupaten Sumba Timur, sesuai dengan negara
tujuan penerima, yaitu untuk rumput laut dikirim ke Filiphina dan Amerika,
sedangkan untuk ikan segar ke Australia, Timor Leste, Filiphina, dan negara
terdekat lainnya. Hasil tangkapan di PPI Nangamesi nantinya juga akan
menampung dari dermaga/tambat labuh/PPI pendukungnya. Konektivitas
SKPT Kabupaten Sumba Timur berlaku pp (pulang-pergi)/ eksport dan
penerimaan suplay dari wilayah lainnya (Supplay n Demand).

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 185


Perikanan Budidaya (Rumput laut) P.Tangkap
Pemasaran Chip, RC, semi karagenan
Regional : Kupang, Bali, Surabaya, Jakarta P.Budidaya (RL)
Ekspor : Fhilipina, Amerika
Suplay : Rote, Kupang, Pulau Sabu, Alor,
Flores Timur

Perikanan Tangkap
Pemasaran Ikan Segar
Regional : Kupang, Bali, Surabaya, Jakarta
Eksport : Filipina, Australia, Jepang, Uni Eropa
Supplay : Kupang, Alor, Flores Timur, Sikka

Gambar 4.48. Konektivitas Regional SKPT

Pengembangan SKPT di Kabupaten Sumba Timur tidak bisa terpisah


dengan daerah lain. Telah dijelaskan bahwa Kabupaten Sumba Timur bersifat
over supply produk perikanan tangkap dan perikanan budidaya, sehingga
perlu dilakukan konektivitas dengan daerah lain. Apalagi Kabupaten Sumba
Timur, telah berhasil menjadi contoh kabupaten lainnya dalam hal
pengembangan industri rumput laut. Untuk melakukan ekspor langsung,
maka akan dijumpai kendala skala ekonomi. Untuk kegiatan ekspor-impor,
maka antar wilayah perlu memiliki intensitas hubungan dagang berskala
besar dan timbal-balik. Apabila ekspor hanya dilakukan secara sepihak,
misalnya dari Kabupaten Sumba Timur ke Filiphina dan Amerika, dan tidak
berlaku sebaliknya, maka akan terkendala dengan sarana transportasi yang
mahal.
Khusus untuk pembangunan sarana dan prasarana perikanan SKPT
Sumba Timur selain mempersiapkan membangunan pada kawasan SKPT itu
sendiri, juga harus memperhatikan konektifitas kawasan PPI dengan wilayah
disekitarnya.

C. Konektifitas dengan kawasan yang ada di sekitarnya


SKPT dengan Pelabuhan Waingapu
SKPT Sumba Timur berlokasi dekat dengan Pelabuhan Waingapu yang
merupakan salah satu pelabuhan untuk kapal pengangkut barang. Saat ini
Pelabuhan Waingapu bagian selatan tersebut digunakan para nelayan untuk
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 186
menjual hasil tangkapan ikan. Pada lokasi pasar ikan eksisting tersebut, tidak
terdapat bangunan fisik dermaga, nelayan secara langsung menepi dan
memparkirkan perahunya ditepian pantai berpasir, saat ini faslitas yang
tersedia hanya berupa Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan pabrik es.
Lokasi SKPT Sumba Timur berjarak ±1,2 km dengan Pelabuhan
Waingapu yang dapat dikakses melalui jalan utama yaitu jalan Ahmad Yani –
Jalan Diponegoro dengan waktu tempuh sekitar 10 menit jika lalu lintas
lancar. Kondisi SKPT yang strategis karena dekat dengan jalan utama dan
Pelabuhan Waingapu merupakan sebuah keuntungan karena di sekitar
Pelabuhan Waingapu terdapat beberapa restauran pengolahan ikan.

SKPT dengan Bandara Bandar Udara Umbu Mehang Kunda


Lokasi SKPT berjarak sekitar ±5,5 km dengan Bandara terdekat yaitu
Bandar Udara Umbu Mehang Kunda, jika lalu lintas lancar jarak menuju
bandara dapat ditempuh sekitar ±13 menit dari lokasi SKPT. Untuk menuju
bandara dari lokasi SKPT dapat diakses melalui Jalan Ahmad Yani – Jalan
Sutomo – Jalan Gatot Soebroto – Jalan Adi Sucipto. Kondisi tersebut sangat
menguntungkan bagi para nelayan yang akan menjual/medistribusikan hasil
tangkap ikan keluar pulau melalui jalur udara, karena proses pengiriman
ikan dari SKPT menuju bandara relatif cepat sehingga ikan yang akan
dikirimkan kualitasnya tetap terjaga dengan baik.

D. Konektifitas dengan Wilayah Hiterland (Belakang)


SKPT dengan Jalur Utama
SKPT Sumba Timur memiliki total luas ±5 ha, lokasi SKPT tersebut
berdekatan dengan jalan arteri primer (utama) yaitu Jalan Ahmad Yani hal
tersebut menguntungkan karena lokasinya yang strategis serta memiliki
trafik lalu lintas pengunjung. Selain itu, ketika akan mendistribusikan ikan
kepada industri-industri pengolahan ikan, proses pengiriman dapat
dilakukan dengan cepat.

4.2.10. Tujuan Pasar dan Alternatif Pasar


Ikan

Ikan tuna, ikan cakalang dan ikan tongkol memiliki nilai jual yang
tinggi. Perdagangan global ikan-ikan tersebut cenderung meningkat secara
kontinyu dari sekitar 0,6 juta ton pada tahun 1950 hingga mencapai lebih
dari 6 juta ton dalam beberapa tahun terakhir. Terdapat beberapa jenis ikan
tuna yang aktif diperdagangkan di pasar global. Jenis-jenis ikan tersebut
ditangkap di berbagai lokasi di dunia, diperdagangkan dan dikonsumsi.
Sebagian besar ikan tuna ditangkap di Samudera Pasifik (70,5%), Samudera
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 187
Hindia (19,5%) dan Samudera Atlantik serta Laut Tengah (10%). Perkiraan
kontribusi masing-masing spesies tersebut terhadap terhadap total hasil
tangkap secara global adalah: ikan tuna albakora 5,9%, ikan tuna sirip biru <
1%, ikan tuna mata besar 8,2%, ikan tuna sirip biru Selatan < 1%, ikan
cakalang 58,1%, dan ikan madidihang 26,8%.
Negara-negara yang paling banyak mengkonsumsi ikan tuna, ikan
cakalang dan ikan tongkol, baik dalam bentuk segar, beku dan kalengan dan
sekaligus merupakan negara-negara pengimpor adalah Jepang, Amerika
Serikat, Cina, Korea Selatan, Perancis, Inggris, Italia, Hongkong, Singapura
dan Malaysia. Sebaliknya, negara-negara produsen utama ikan-ikan tersebut
adalah Indonesia, Thailand, Filipina, Vietnam, Spanyol, Maldives, Srilanka,
Vanuatu, Fiji, Mexico dan Ecuador.

Rumput Laut

Tabel 4.39. Perkembangan Kebutuhan dan Negara Importir Rumput Laut


Dunia
Negara Tujuan Volume Ekspor Per Tahun (Ton)
No Total Rata-rata
Ekpor 2005 2006 2007 2008 2009
418.54
1 China 64.441 78.780 79.543 94.445 101.337 83.709
6
320.36
2 Jepang 83.100 73.063 63.042 52.274 48.882 64.072
1
139.03
3 USA 25.858 30.056 27.365 29.361 26.394 27.807
4
103.40
4 Prancis 32.261 14.631 18.239 18.638 19.639 20.682
8
5 Korea Selatan 16.401 15.707 15.202 13.811 11.069 72.190 14.438
6 Taiwan 15.326 14.196 15.608 16.157 15.653 76.940 15.388
7 Denmark 12.513 6.905 7.143 8.531 3.810 38.902 7.780
8 Hongkong 9.752 9.919 12.151 3.478 1.260 36.560 7.312
9 Inggris 11.792 23.154 13.079 10.576 9.619 68.220 13.644
10 Spanyol 9.198 7.505 9.194 5.012 5.800 36.709 7.342
289.25
11 Negara lainnya 49849 53334 56357 69301 60413 57.851
4
1.600.1
Volume Impor Dunia 330.491 327.250 316.923 321.584 303.876 320.025
24
Rasio (%)* 84.91% 83.70% 82.20% 78.45% 80.19% 81.92% 81.92%
*) Rasio impor 10 negara utama total impor dunia, Sumber: FAO, 2012

Ekspor rumput laut Indonesia saat ini terfokus pada dua jenis, yakni
Gracilaria sp. dan Euchema Cottonii. Produk olahan (bahan baku) Gracilaria
berupa agar-agar, sedangkan Euchema Cottonii berupa karagenan
(carrageenan). Indonesia menurut rilis yang dikeluarkan FAO (2015)
menempati urutan pertama dunia sebagai produsen E. cottonii, disusul
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 188
Philpina, dan untuk rumput laut jenis Gracilaria sp., Indonesia menempati
urutan kedua setelah China.
Indonesia diharapkan bisa memiliki daya saing dan menguasai pasar
internasional rumput laut, terutama di negara utama importir ditambah
beberapa negara importir lainnya seperti Perancis, Korea Selatan dan
Taiwan. Seiring dengan itu, eksport rumput laut Indonesia mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Data yang dirilis KKP dan UN Comtrade (2014)
menyebutkan sampai Tahun 2013 jumlah ekspor Indonesia ke sejumlah
negara importir tercatat sebanyak 183.075 ribu ton, mengalami peningkatan
rata-rata 18 persen lebih per tahunnya. China menjadi negara dengan tujuan
ekspor terbesar dengan pasokan mencapai 68,25 persen. Sementara
pemenuhan kebutuhan negara-negara importir rumput laut terbesar lainnya,
seperti USA, Prancis dan Korea Selatan relatif masih rendah.

Tabel 4.40. Perkembangan Ekspor dan Negara Tujuan Ekspor Rumput Laut
Indonesia
Volume Ekspor Per Tahun (Ton) Persentase
Negara
No Tahun
Tujuan Ekpor 2009 2010 2011 2012 2013 2013
1 China 51.086 72.213 86.385 90.376 124.954 68,25%
2 Philipina 6.701 12.512 12.267 12.306 10.867 5,94%
3 Chili 1.425 2.946 5.359 5.782 7.611 4,16%
4 Korea Selatan 5.019 3.056 9.325 5.587 3.958 2,16%
5 Hongkong 2.323 5.252 2.801 2.177 2.874 1,57%
6 Prancis 3.058 2.211 3.276 1.022 2.299 1,26%
7 USA 1.764 1.584 4.564 2.512 1.564 0,85%
8 Vietnam 13.991 15.232 12.263 5.023 1.235 0,67%
9 Negara lainnya 8.836 8.069 22.835 49.226 27.740 15,15%
Volume Ekspor 4.003 123.075 159.075 174.001 183.075 100%
Sumber: KKP, 2014; UN Comtrade, 2014 (Diolah)
Kebutuhan global rumput laut olah jenis E. Cottonii (karagenan)
sebesar 236.000 ton kering per tahun yang baru dipenuhi 145.000 ton. Untuk
jenis Gracilaria sp. kebutuhannya sebesar 96.000 ton dan baru bisa
diproduksi 48.500 ton kering pertahun (KKP, 2015). Hal ini mengindikasikan
sekitar 50 persen kebutuhan global untuk kedua jenis rumput laut dipasok
oleh Indonesia. Meski demikian, rumput laut yang diekspor Indonesia masih
dalam bentuk bahan mentah (kering) dan belum menjadi produk olahan,
dalam bentuk karagenan maupun agar-agar dengan harga dan nilai ekonomis
yang lebih tinggi.
Pengembangan sentra kelautan dan perikanan di pulau-pulau kecil,
tidak dapat hanya mengandalkan pasar lokal, namun perlu pengembangan

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 189


pasar, baik yang bersifat regional, nasional, maupun internasional. Hal ini
disebabkan pada pulau-pulau kecil tertentu telah mengalami oversupply
(kelebihan suplai) produk perikanan. Apabila kelebihan suplai ikan tidak
diantisipasi dengan baik, maka dapat terjadi penurunan harga jual maupun
pembuangan ikan hasil tangkapan nelayan ke laut karena tidak tertampung
di pasar lokal. Oleh karena itu, Pengembangan Sentra Kelautan dan
Perikanan Terpadu (SKPT) perlu menganalisis pasar lokal, pasar regional,
pasar nasional dan pasar internasional, terutama yang prospektif untuk
dikembangkan.

4.2.10.1. Analisis Suplai dan Permintaan Ikan Dunia


Pertumbuhan penduduk dunia akan mendorong permintaan ikan
untuk konsumsi juga mengalami peningkatan. Hasil proyeksi dari FAO
(2013), kebutuhan konsumsi ikan dunia akan meningkat menjadi 151.771
ribu ton per tahun pada tahun 2030, sedangkan konsumsi ikan pada tahun
2006 adalah 111.697 ribu ton. Artinya, terjadi peningkatan permintaan ikan
untuk konsumsi sebesar 1,5% per tahun.

Tabel 4.41. Proyeksi Suplai dan Permintaan Ikan Dunia Tahun 2030 (Dalam
Satuan 1.000 ton)
Total Produksi Ikan Konsumsi per Kapita
Uraian Proyeksi Proyeksi
Data 2008 Data 2006
2030 2030
Perikanan 89,443 93,229 64,533 58,159
Tangkap
Perikanan 52,843 93,612 47,164 93,612
Budidaya
Total 142,285 186,842 111,697 151,771
Sumber: FAO, 2013.
Sebagai gambaran penduduk dunia mengalami pertumbuhan
populasi, jumlah penduduk dunia saat ini berkisar 7,3 miliar jiwa. Menurut
laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa yang diterbitkan 29 juli 2015,
penduduk dunia diproyeksikan akan mencapai 8,5 miliar jiwa pada tahun
2030; 9,7 miliar jiwa pada tahun 2050 dan 11,2 miliar jiwa pada tahun 2100.
Pertumbuhan penduduk dari tahun 2015-2030 diperkiran mencapai 0,7%.
Namun, produksi perikanan tangkap dunia justru mengalami pelambatan
pertumbuhan produksi, yaitu sebesar 0,18%, sedangkan produksi budidaya
perikanan justru mengalami pertumbuhan yang lebih agresif, yaitu sebesar
2%. Oleh karena itu, diprediksikan bahwa suplai perikanan tangkap akan
tergantikan oleh suplai perikanan budidaya dalam memenuhi kebutuhan
akan ikan, baik untuk pangan ataupun non pangan di dunia.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 190


Gambar 4.49. Suplai Ikan per Kapita untuk Konsumsi Manusia
Sumber : Global Fish Trade – Trends and Issues, 2014
Pelambatan produksi perikanan tangkap di dunia diantaranya akibat
sebagian sumberdaya perikanan laut yang telah mengalami overfishing.
Sedangkan produksi perikanan tangkap Indonesia masih mengalami
pertumbuhan positif. Kondisi ini menjadi peluang bagi perikanan tangkap
Indonesia yang kecenderungan-nya masih mengalami peningkatan untuk
dapat meningkatkan suplai produksi ke pasar dunia dan menjadi sumber
devisa negara .

Gambar 4.50. Tren Perikanan Tangkap Dunia


(Sumber: Global Fish Trade – Trends and Issues, 2014)
Secara umum, perkembangan harga riil ikan di dunia cenderung
mengalami kenaikan. Hal ini sesuai dengan kajian FAO (terrestrial) fish price
index 1990 to 2013. Hal tersebut mendorong prospek ekspor komoditas

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 191


perikanan menjadi lebih tinggi, mengingat perkembang kurs USD cenderung
mengalami peningkatan dibandingkan Rupiah.

Gambar 4.51. Produksi Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya


(Sumber : FAO, 2014).

4.2.10.2. Analisis Suplai dan Permintaan Ikan Nasional


Perkembangan produksi perikanan tangkap mengalami pelambatan pada
tahun 1990-2010, sedangkan perikanan budidaya mengalami peningkatan pada
tahun 1990-2010. Hal ini diakibatkan adanya overfishing pada perairan Indonesia.
Peduduk Indonesia terus mengalami pertumbuhan. Pada tahun 2015, jumlah
penduduk Indonesia adalah sebesar 255.461.686 jiwa dan diproyeksikan menjadi
268.074.565 jiwa pada tahun 2019. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia pada
tahun 2015-2016 mengalami peningkatan sebesar 1%. Peningkatan jumlah
penduduk ini akan mempengaruhi tingkat konsumsi ikan per kapita.

Gambar 4.52. Produksi Perikanan Indonesia Tahun 1990-2010


Sumber : FAO, 2013.
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 192
Tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia dari tahun 2010-2014
mengalami peningkatan. Proyeksi konsumsi ikan per kapita tahun 2015 sebesar
37,73 kg/kapita; tahun 2016 sebesar 39,13 kg/kapita; dan diproyeksikan pada
tahun 2020 menjadi 44,74 kg/kapita. Artinya, jumlah konsumsi ikan penduduk
Indonesia akan terus mengalami peningkatan yang didorong oleh konsumsi per
kapita dan peningkatan jumlah penduduk.

Gambar 4.53. Konsumsi Ikan per Kapita Penduduk Indonesia


Sumber : Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2014.

Perkembangan harga ikan nasional per propinsi dari tahun ke tahun


mengalami peningkatan sebesar 3%-8%. Hal ini disebabkan secara umum
dikarenakan faktor inflasi serta penurunan produksi ikan hasil tangkapan
per trip (CPUE atau Catch per Unit Effort).
Volume ekspor Indonesia tahun 2012-2014 mengalami peningkatan,
sedangkan volume impor Indonesia mengalami pelambatan. Peningkatan
volume ekspor Indonesia tahun 2010-2014 sebesar 3,57%, sedangkan
volume impor Indonesia pada tahun 2010-2014 mengalami penurunan yaitu
sebesar 3,05%. Sama halnya dengan peningkatan volume ekspor, nilai ekspor
produk perikanan juga mengalami peningkatan sebesar 12,96%. Namun
berbeda dengan produk impor hasil perikanan, ketika volume impor dari
tahun 2010-2014 mengalami penurunan justru nilai impor hasil perikanan
meningkat sebesar 5,40%. Hal ini menunjukkan bahwa harga produk
perikanan yang diimpor mengalami peningkatan harga.

Tabel 4.42. Ekspor dan Impor Hasil Perikanan di Indonesia


Pertumbuhan
Tahun
(%)
Uraian
2010- 2013-
2010 2011 2012 2013 2014*
2014 2014
Volume Ekspor (Ton) 1.103.576 1.159.349 1.229.114 1.258.179 1.268.983 3,57 0,86
Volume Impor (Ton) 401.678 469.964 337.360 353.404 333.106 -3,05 -5,74
Nilai Ekspor (US$1.000) 2.863.831 3.521.091 3.853.658 4.181.857 4.638.536 12,96 10,92
Nilai Impor (US$ 1.000) 391.365 492.598 412.362 457.247 462.406 5,40 1,13
Neraca Perdagangan
2.472.466 3.028.493 3.441.296 3.724.610 4.176.130 14,12 12,12
(US$ 1.000)
Sumber : Laporan Kinerja KKP Tahun 2014
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 193
Jika dilihat dari grafik di bawah, komoditas yang memberikan
kontribusi pada nilai terbesar terhadap ekspor Indonesia setiap tahunnya
adalah udang. TTC (tuna, tongkol, dan cakalang) menempati posisi kedua
dan disusul dengan kepiting/rajungan, rumput laut, cumi-
cumi/sotong/gurita dan komoditas yang memberikan kontribusi nilai
terendah adalah lobster. Pada tahun 2014, komoditas udang masih
diperkirakan menjadi komoditas utama ekspor hasil perikanan dari
Indonesia yaitu sebesar 45,4% dari total nilai ekspor, sedangkan TTC sebesar
15,1%, kepiting/rajungan 8,9% dan rumput laut 6,1%. Pada periode 2013-
2014, komoditas rumput laut menjadi komoditas yang mengalami kenaikan
paling tinggi yaitu 33,21%. Komoditas selanjutnya setelah rumput laut
adalah udang sebesar 29,63%; kepiting/rajungan 15,33% dan cumi-
cumi/sotong 6,71%. Namun komoditas lobster mengalami kenaikan yang
paling tinggi pada periode 2010-2014, yaitu sebesar 58,42% per tahun,
kemudian komoditas rumput laut naik 25,27% per tahun, cumi-cumi/sotong
naik 22,10% per tahun, udang naik 19,98% per tahun. Kepiting/rajungan
naik 18,96% per tahun dan TTC naik 18,26% per tahun.

Gambar 4.54. Nilai Ekspor per Komoditas (Sumber : KKP, 2014)

Volume ekspor hasil perikanan Indonesia terbesar adalah ke negara


China dengan perolehan sebesar 25% pada tahun 2013. Volume ekspor
perikanan ke negara China sebesar 241 ribu ton senilai US$306 juta. Jika
dibandingkan dengan volume dan nilai ekspor pada tahun sebelumnya yaitu
sebesar 197 ton senilai US$197 juta, ekspor perikanan ke negara China
mengalami peningkatan volume sebesar 22,58% dan nilai sebesar 55,63%.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 194


Volume ekspor hasil perikanan Indonesia ke Amerika Serikat adalah sebesar
11%; Jepang 8%; Uni Eropa 6% dan negara lainnya sebesar 50% .

Gambar 4.55. Kontribusi Volume Ekspor Hasil Perikanan Menurut Tujuan


Ekspor (Sumber : Kelautan dan Perikanan dalam Angka, 2013).

Nilai ekspor hasil perikanan Indonesia terbesar dari tahun 2008-2012


adalah ke negara Jepang. Dengan demikian Ekspor terbesar Indonesia pada
tahun 2008-2013 adalah ke negara China dan Jepang. Namun kenaikan rata-
rata nilai ekspor Indonesia terbesar adalah ke negara China yaitu 31,85%.
Ekspor ke negara jepang mengalami kenaikan nilai rata-rata sebesar 8,29;
Hongkong sebesar 5,18; Malaysia sebesar 11,32%; Korea Selatan sebesar
4,38 dan Filipina sebesar 7,48%.

Tabel 4.43. Nilai Ekspor Hasil Perikanan Indonesia Menurut Negara Tujuan
Nilai/value (US$1000)
Negara tujuan
2008 2009 2010 2011 2012
Jepang 616.732 617.775 691.749 806.060 842.118
China 100.403 97.036 150.371 220.998 284.664
Hongkong 86.017 89.476 118.775 92.680 98.181
Malaysia 62.760 58.432 60.860 77.444 93.524
Korea selatan 62.010 51.851 50.299 70.478 68.206
Filipina 30.626 10.231 21.490 15.745 18.180
Sumber : Kelautan dan Perikanan dalam Angka, 2013.
Komoditas ekspor hasil perikanan Indonesia terbesar adalah udang.
kenaikan volume ekspor komoditas udang rata-rata pada tahun 2008-2012
adalah sebesar -0,98%. Hal ini menandakan bahwa volume ekspor udang
mengalami penurunan. Negara tujuan ekspor udang terbesar adalah Amerika
Serikat (tahun 2013), yaitu sebesar 49%. Kenaikan rata-rata volume ekspor
komoditas TTC dari tahun 2008-2013 adalah 12,98%. TTC merupakan
komposisi utama yang diekspor ke negara UE sebesar 16%. Volume ekspor
hasil perikanan indonesia pada negara UE tahun 2013 mengalami penurunan
sebesar 10,57%, sedangkan nilai ekspor terjadi peningkatan sebesar 12,49%.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 195


Peningkatan rata-rata komoditas kepiting sebesar 22,19% dan kontribusi
terbesar. Volume dan nilai ekspor hasil perikanan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:

Tabel 4.44. Volume dan Nilai Ekspor Hasil Perikanan Menurut Komoditas
Utama
Tahun Kenaikan Rata-rata (%)
Rincian
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2008-2012 2011-2012
Volume (Ton) 911.674 881.413 1.103.576 1.159.349 1.229.114 621.223 8,24 6,02
Udang 170.583 150.989 145.092 158.062 162.068 81.906 -0,98 2,53
Tuna, Cklang, Tngkol 130.056 131.550 122.450 141.774 201.160 205.206 12,98 41,89
Ikan lainnya 424.401 430.513 622.932 621.632 538.723 269.567 8,15 -13,34
Kepiting 20.713 18.673 21.537 23.089 28.212 19.786 8,72 22,19
Lainnya 165.923 149.688 191.564 214.793 298.952 144.858 17,37 39,18
Nilai(US$1.000) 2.699.683 2.466.202 2.863.831 3.521.091 3.853.658 1.973.432 9,97 9,44
Udang 1.165.293 1.007.481 1.056.399 1.309.674 1.304.149 723.604 3,72 -0,42
Tuna, Cklang, Tngkol 347.189 352.300 383.230 498.591 749.992 398.353 22,69 50,42
Ikan lainnya 734.392 723.523 898.039 1.100.576 965.062 418.625 8,22 -12,31
Kepiting 214.319 159.993 208.424 262.321 329.724 198.060 14,39 25,69
Lainnya 238.490 225.904 317.738 349.930 504.730 234.791 22,44 44,24

Sumber: Badan Pusat Statistik 2014


Dari data-data tren pasar dan target di atas, pengembangan
pemasaran hasil perikanan di Kabupaten Sumba Timur, baik ikan maupun
Rumput laut, maka untuk tujuan ekport yang utama untuk ikan terutama
komoditas TTC adalah negara Amerika, UE, China, dan Jepang. Sedangkan
untuk supplay dan demand secara regional, diarahkan ke terdekat di wilayah
NTT, yaitu Kabupaten Sumba Barat, Sikka, Lembata, Rote Ndao, Alor, dan
Kota Kupang. Produksi terbesar berdasarkan data statistik Provinsi NTT,
yaitu Kabupaten Alor, Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Sikka dan Kota
Kupang. Diharapkan dengan terimplementasikannya program SKPT,
produksi ikan Sumba Timur akan meningkat sehingga ekport ke negara
tujuan bisa ditingkatkan, yaitu target peningkatan 40% dari JTB selama 3
tahun (2017-2019) dan 47% dari JTB pada tahun 2020, dengan syarat kapal
harus mendaratkan ikannya di Sumba Timur, hal ini berdampak
berkurangnya produksi di Kab/Kota lain di NTT.

Sedangkan untuk rumput laut, demand dan supplay bisa diperoleh dari
Kabupaten Alor, Kabupaten Kupang, Kabupaten Flores Timur, Kabupaten
Sikka, Kabupaten Rote Ndao, dan Sabu. Peningkatan target produksi 20 ton,
diperoleh dari Sumba Timur sendiri dan kekuranganya disupplay dari
Kab/Kota lain. Kabupaten Kupang adalah penyumbang terbesar produksi
rumput laut di NTT, sebesar 63%.

4.2.10.3. Perbandingan Harga Pasaran Hasil Perikanan Tangkap


Untuk membangkitkan aktivitas ekonomi perikanan di Kabupaten
Sumba Timur, harga jual beli hasil perikanan tangkap harus dapat
menyesuaikan dengan harga pasaran. Hal ini bertujuan agar harga jual ikan
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 196
tidak timpang dengan harga jual ikan di pelabuhan perikanan lainnya,
termasuk pelabuhan di Kupang, yang merupakan pelabuhan besar dan
pengeksport terbesar di NTT. Berikut adalah perbandingan harga jual ikan di
Sumba Timur, Kupang dan Alor.
Tabel 4.45. Perbandingan Harga Jual Ikan Komoditas Unggulan di Sumba
Timur, Kupang, dan Alor
Harga per Kilogram Ikan di Pelabuhan Perikanan
No Jenis Ikan
Sumba Timur Kupang Alor

1. Tuna Rp.30.000 – Rp. 50.000 Rp.25.000 – Rp. 40.000 Rp.25.000 – Rp. 50.000

2. Tongkol Rp.20.000 – Rp. 30.000 Rp.15.000 – Rp. 25.000 Rp.20.000 – Rp. 30.000

3. Cakalang Rp.25.000 – Rp. 30.000 Rp.25.000 – Rp. 30.000 Rp.20.000 – Rp. 35.000

Sumber: Hasil Wawancara, 2017


Dari perbandingan harga jual ikan (komoditas unggulan), terlihat
harga jual ikan di Sumba Timur rata-rata lebih tinggi di bandingkan dengan
harga jual rata-rata di Kupang. Untuk penstabilan harga jual, maka perlu
kebijakan penetapan harga pasar sesuai dengan harga jual rata-rata di
pelabuhan perikanan sekitarnya.

Pengembangan SKPT juga berperan dalam pengaturan harga jual ikan,


terutama komoditas unggulan di Kabupaten Sumba Timur. SKPT diharapkan
dapat menstabilkan harga agar tidak terlalu mahal sehingga konsumen tetap
membeli ikan.

4.2.11. Kelembagaan

Tabel 4.46. Gambaran Nelayan dan Papalele


Aktor Keterkaitan Keterangan
Nelayan Ada keterkaitan antara - Papalele dalam
dan pedagang nelayan dan pedagang menampung ikan hasil
(papalele) “papalele”. Hasil tangkapan tangkapan nelayan
nelayan dijual ke papalele memerlukan cool box, es
yang ada di pelabuhan. dan garam. Dalam
Selanjutnya papalele melakukan kegiatan
menjual ke pasar ikan penampungan ikan,
dalam kabupaten. Ada juga papalele dibantu oleh
papalele yang berasal dari tenaga kerja sebanyak
Sumba Barat yang membeli lebih dari 5 orang untuk
langsung untuk dijual membantu papalele
kembali ke pasar di Sumba menjual ikannya di
Barat, Sumba Tengah, dan dermaga pelabuhan.
Sumba Barat daya) - Ikan dibeli dalam satuan
ekor
Sumber: BRSDM KP, Tahun 2016
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 197
Kelembagaan di sektor perikanan di Kabupaten Sumba Timur untuk
perikanan tangkap, dimulai dari pengepul ikan yang disebut papalele.
Papalele adalah pengepul ikan yang memiliki modal. Papalele akan membeli
ikan hasil tangkapan nelyan dan dijual lagi ke pasar-pasar atau ke industri.
Kelembagaan selanjutnya digambarkan pada tahap input produksi, produksi
da pemasaran. Gambaran kelembagaan perikanan di Kabupaten Sumba
Timur dan pengembangannya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.47. Kelembagaan Perikanan di Kabupaten Sumba Timur


Upaya
Jenis Pengembangan
No. Uraian
Kelembagaan Pengelolaan
Kelembagaan
1 Kelembagaan a. Usaha pengolahan rumput - Peningkatan
Input Produksi laut : produksi dengan
- bahan baku rumput laut peningkatan
berasal dari pembudidaya jumlah kelopok
rumput laut di Sumba pembudidaya
Timur yang dibeli dari - penambahan
koperasi maupun bibit rumput laut
pedagang pengumpul - Pendataan
rumput laut produksi ikan di
- Tenaga kerja berasal dari PPI Nangamesi
penduduk Sumba Timur - Kelembagaan
b.Usaha perikanan tangkap sebaiknya tidak
- Perlu segera dibangun PPI haya dikelola oleh
Nangamesi Pemda, Pihak
- Harga jual dikuasai oleh Swasta dapat
Papalele yag punya modal berperan,
misalnya Perindo
- Ikan masuk di
Tempat
Pelelangan Ikan
dikelola oleh
Pemda (DKP)

2 Kelembagaan  Pengolahan rumput laut - Pengembangan


Produksi menjadi chips diproduksi oleh produksi rumput
PT. ASTIL yang merupakan laut dibantu oleh
perusahaan milik pemerintah lintas sektor dan
daerah kabupaten Sumba K/L terkait
Timur. Hasil olahan chips - Perlu dibentuk
rumput laut pada tahun 2015 koperasi
sebesar 483,50 ton. pengolah ikan
 Pengolahan ikan masih -
tradisional

3 Kelembagaan  Pemasaran rumput laut perlu  Perlu keterlibatan


Pemasaran diperluas Swasta/investor
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 198
 Beberapa nelayan langsung dalam hal
memasarkan hasil ikannya, pemasaran
dengan harga jual yang terlalu  Ikan hasil
tinggi tangkapan
dipasarkan di
pasar ikan

Sumber: BRSDM KP, Tahun 2016

4.3. Desain Masterplan PSKPT Kabupaten Sumba Timur


Konsep mikro meliputi rencana pengembangan detail di lokasi SKPT
yang dilengkapi dengan Peta site plan. Dalam konsep mikro ini, dijelaskan
kebutuhan ruang dan sarana prasaranan di lokasi, meliputi : Listrik, air
bersih, transportasi, IPAL dan telekomunikasi, bandara, pelabuhan umum
(sarpras dasar), serta pelabuhan perikanan, UPI, APMS/SPDN, pabrik es,
kapal nelayan, pengawas perikanan (sarpras pendukung), karantina, dan
sarpras lainnya (wisata bahari, pertahanan dan keamanan). Sarana
prasarana tersebut disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundangan
terkait dengan kepelabuhan perikanan, yang meliputi fasilitas pokok/ Sarana
dan Prasarana Dasar dan fasilitas pendukung/ Sarana dan Prasarana
Pendukung (gambar teknik dan layout sarana prasarana terlampir)

4.3.1. Pengembangan Sarana dan Prasarana Dasar


Sarana prasarana dasar meliputi : Listrik, air bersih, transportasi,
IPAL dan telekomunikasi, bandara, pelabuhan umum, dan kawasan industri.

Tabel 4.48. Pengembangan Sarana Prasarana Dasar


Jenis Keterangan Lokasi
Listrik  Mempercepat penambahan dan pengembanagn Seluruh
akses listrik. Tingkat akses masyarakat terhadap Kabupaten
listrik, yang menunjukkan bahwa sebanyak 76 % Sumba Timur
masyarakat pesisir belum akses terhadap listrik,
selebihnya 24 % rumah tangga sudah akses listrik,
baik dari PLN, maupun dari tenaga surya sebagai
sumber penerangan.
 Rencana pengembangan energi baru dan Seluruh
terbarukan oleh pemerintah kabupaten yang Kabupaten
meliputi PLTD, PLTMH, PLTU, PLTA, Mikrohidro, Sumba Timur
PLTB, PLTS ataupun sistem Pembangkit gabungan
(Hybrid) sesuai dengan potensi energi yang ada di
daerah setempat.
 Rencana penambahan dan pengembangan PLN 300 Kelurahan
KVA untuk rencana pengembangan perikanan Kamalaputi,
tangkap di PPI Nangamesi Kecamatan
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 199
Kota
Waingapu
 Rencana penambahan dan pengembangan PLN 200 Kelurahan
KVA untuk rencana pengembangan perikanan Lembakara,
budidaya di lokasi rencana pengembangan gudang Kecamatan
dan lantai jemur Pahunga Lodu
 Mempercepat penambahan dan pengembangan PLN Kelurahan
3,3 KVA untuk rencana pengembangan BBI Lewa Lewa Paku,
Kecamatan
Lewa
 Mempercepat penambahan dan pengembangan PLN Kelurahan
131 KVA untuk rencana pengembangan pabrik es Kambajawa,
Kecamatan
Kota
Waingapu
Air Bersih  Mempercepat penambahan kapasitas pelayanan Seluruh
jaringan sistem air bersih yang dikelola oleh pihak Kabupaten
PDAM dan sebagian dapat menggunakan sumur bor. Sumba Timur
Pengambilan sumber air yang ada bisa diambil dari
mata air, sungai atau alternatif terakhir kali adalah
dengan sumur bor.
 Rencana penambahan dan pengembangan kapasitas Kelurahan
pelayanan air bersih untuk rencana pengembangan Kamalaputi,
perikanan tangkap di PPI Nangamesi sebanyak 125 Kecamatan
m3/hari (Debit 1,45 l/dt) Kota
Waingapu
 Rencana penambahan dan pengembangan kapasitas Kelurahan
pelayanan air bersih untuk rencana pengembangan Lembakara,
perikanan tangkap di Rencana pembangunan Kecamatan
gudang pabrik rumput laut sebanyak 30 m3/hari Pahunga Lodu
(debit 0,34 l/dt)
BBM  Penambahan SPDN dengan kapasitas 8KL/hari Kelurahan
Kamalaputi,
Kecamatan
Kota
Waingapu
Es  Penambahan es 2x lipat dari produksi harian, yaitu Kelurahan
sebesar 120 ton untuk total produksi, dan 60 ton Kamalaputi,
untuk komoditas TTC Kecamatan
Kota
Waingapu
Transpor-  Mempercepat rencana pengembangan jalan Kabupaten
tasi nasional yaitu pada ruas jalan yang Sumba Timur
menghubungkan Kota Waingapu ke Waibakul secara
(Kabupaten Sumba Tengah) – Waikabubak regional
(Kabupaten Sumba Barat) – Weetabula (Kabupaten
Sumba Barat Daya) dan ruas jalan Waingapu –
Napu – Tanambanas – Mamboro – Tanariwu –
Weetabula.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 200


 Mempercepat rencana pengembangan jaringan Kabupaten
jalan kabupaten dilakukan dengan melakukan Sumba Timur
peningkatan jalan eksisting yaitu melebarkan jalan
dan meningkatkan kualitas perkerasan jalan.
 Membangun jalan utama di lokasi pembangunan Kelurahan
PPI Nangamesi Kamalaputi,
Kecamatan
Kota
Waingapu
 Membangun jalan penghubung di lokasi Kelurahan
pembangunan PPI Nangamesi Kamalaputi,
Kecamatan
Kota
Waingapu
 Memperlebar dan membangun baru jalan Kampung
penghubung antara lokasi Pelabuhan Rakyat Bugis
dengan lokasi rencana pembangunan PPI
Nangamesi
 Membangun jalan utama di lokasi pembangunan Kelurahan
Gudang Pabrik Rumput Laut Lembakara,
Kecamatan
Pahunga Lodu
 Membangun jalan penghubung di lokasi Kelurahan
pembangunan Gudang Pabrik Rumput Laut Lembakara,
Kecamatan
Pahunga Lodu
IPAL  Membangun IPAL di Lokasi Rencana pembangunan Kelurahan
PPI Nangamesi Kamalaputi,
Kecamatan
Kota
Waingapu
 Membangun IPAL di Lokasic pembangunan Gudang Kelurahan
Pabrik Rumput Laut Lembakara,
Kecamatan
Pahunga Lodu
Telekomun  Mempercepat Pengembangan jaringan nirkabel Kabupaten
ikasi (seluler) berupa pengelolaan menara/Base Sumba Timur
Transceiver Station (BTS) dan pemancar radio di
seluruh kecamatan dan pengembangan menara BTS
diarahkan sebagai menara bersama antar penyedia
jasa seluler
 Mempercepat pengembangan jaringan satelit Kabupaten
berupa peningkatan dan pengembangan layanan Sumba Timur
internet sebagai fasilitas umum di seluruh
kecamatan
 Mempercepat pengembangan jaringan kabel Kabupaten
teresterial berupa peningkatan jaringan kabel Sumba Timur
telepon di seluruh kecamatan

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 201


Pelabuhan  Mempercepat pengembangan alur pelayaran Kabupaten
Umum nasional dan internasional meliputi : Sumba Timur
a. Sumba Timur – Kupang;
b. Sumba Timur – Surabaya;
c. Sumba Timur – Bali;
d. Sumba Timur – Australia;
e. Sumba Timur – Timor Leste;
f. Sumba Timur – Filiphina.
Kawasan  Mengembangkan kawasan industri perikanan Kelurahan
Industri (pengolahan hasil perikanan) di PPI Nangamesi Kamalaputi,
menyatu dengan kawasan PPI Nnagmaesi Kecamatan
Kota
Waingapu
 Membangun Gudang Pengembangan Pabrik Rumput Kelurahan
Laut, guna meningkatkan produksi, dengan target Lembakara,
penambahan kapasitas 5 ton, dan peningkatan Kecamatan
pengambangan 20%, serta peningkatan kualitas Pahunga Lodu
pengambangan jenis produksi rumput laut dari
ATCC ke RC dan SRC
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Kebutuhan listrik dan Air Bersih untuk pembangunan PPI Nangamesi
dan Gudang Pabrik Rumput laut, serta BBI dan pabrik es dapat dirangkum
pada tabel berikut.

Tabel 4.49. Kebutuhan Listrik, Air Bersih dan BBM Untuk Pengambangan
SKPT
Kebutu Kebutu Lokasi
Kegiatan Kebutuhan han
No han Desa/ Kecamatan Titik Koordinat
Pembangunan Air Bersih BBM
Listrik Kelurahan
1 PPI Nangamesi 300 125 8 Kamalaputi Kota X: 9o38’40.12S
KVA m3/hari KL/hari Waingapu Y: 120o15’45.24T
(Debit 1,45
l/dt)
2 Gudang Pabrik 200 30 m3/hari Lembakara Pahunga X: 9o42’46.47S
Rumput Laut KVA (debit 0,34 Lodu Y: 119o51’57.74T
l/dt)
3 BBI Lewa 3,3 KVA Lewa Paku Lewa X: 9o40’25.23S
Y: 120o13’44.69T
4 Pabrik Es KM7 131 Kambajawa Kota X: 10o06’22.76S
KVA Waingapu Y: 120o46’11.35T
Sumber: Hasil Analisis Diolah, 2017

4.3.2. Sarana dan Prasarana Pendukung SKPT Kabupaten Sumba Timur


Sarana dan prasarana utama yang diperlukan dalam pengembangan
kawasan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) adalah pelabuhan
perikanan. Sesuai dengan kondisi, jenis pelabuhan yang akan dikembangkan

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 202


yaitu Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI). Dalam pelabuhan perikanan,
terdapat fasilitas pokok, fungsional, maupun penunjang, termasuk
diantaranya area untuk industri, APMS/SPDN, pabrik es, kapal nelayan,
maupun keamanan. Pembangunan pelabuhan terbagi menjadi pembangunan
jangka pendek 3 (tiga) tahun dan jangka panjang sampai dengan 20 tahun
(Ultimate goal). Sarana dan prasarana pelabuhan perikanan berupa
pembangunan PPI secara bertahap dari Tahun 2017 hingga Tahun 2019.
Pembangunan sarana dan prasarana jangka panjang direncanakan
disesuaikan dengan anggaran hingga sarana prasarana terbangun semua,
yaitu berupa pembangunan fasilitas PPI tindak lanjut dari Tahun 2019 serta
pengembangan kelas PPI Nangamesi untuk dapat ditingkatkan menjadi PPP.

4.3.3. Konsep Masterplan


4.3.3.1. PPI Nangamesi
A. Analisis Kesesuaian dengan RTRW Kabupaten Sumba Timur
Tahun 2008-2028
Berdasarkan arahan kebijakan yang tertuang di dalam RTRW
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2008-2028, bahwa Pengembangan
perikanan laut atau tangkap pengembangannya diprioritaskan di wilayah
Kecamatan Kota Waingapu melalui penyediaan sarana dan prasarana
pendukung penangkapan, TPI dan gudang, pelabuhan penunjang bongkar
muat barang dan ikan serta sandar perahu.

B. Analisis Kesesuaian dengan RDTR Kabupaten Sumba Timur Tahun


2015-2035
Dalam peta pola ruang RDTR Kabupaten Sumba Timur Tahun 2015-
2035 yang sedang dalam tahap revisi, alokasi ruang PPI Nangamesi masuk ke
dalam zona Budidaya, pada Sarana Pelayanan Umum (SPU), yaitu SPU-7
sebagai Pusat Pelelangan Ikan. Peta pola ruang mengikuti revisi RDTR.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 203


Gambar 4.56. Pola Ruang RDTR Kabupaten Sumba Timur Tahun 2015-2035

C. Analisis Kebutuhan Pengembangan


a. Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
Per.08/Men/2012 Tentang Kepelabuhanan Perikanan

Pelabuhan perikanan diklasifikasikan dalam 4 (empat) kelas, yaitu:


1) Pelabuhan Perikanan kelas A, yang selanjutnya disebut Pelabuhan
Perikanan Samudera (PPS)
2) Pelabuhan Perikanan kelas B, yang selanjutnya disebut Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN)
3) Pelabuhan Perikanan kelas C, yang selanjutnya disebut Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP)
4) Pelabuhan Perikanan kelas D, yang selanjutnya disebut Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI)

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 204


Tabel 4.50. Kriteria Pelabuhanan Perikanan
Kriteria Pelabuhan
No PPS PPN PPP PPI
Perikanan

1 Daerah operasional Perairan Perairan ZEEI Perairan Perairan


kapal ikan yang internasional, dan Perairan Indonesia Indonesia
dilayani Zona Ekonomi Indonesia
Ekslusif (ZEEI)
dan Perairan
Indonesia

2 Fasilitas >60 GT 30-60 GT 10-30 GT 5-10 GT


tambat/labuh kapal

3 Panjang dermaga dan >300 m dan >3 m 150-300 m dan 100-150 m dan 50-100 m dan >2
Kedalaman kolam >3 m >2 m m

4 Kapasitas >6000 GT >2250 GT >300 GT >75 GT (ekivalen


menampung Kapal (ekivalen dengan (ekivalen (ekivalen dengan 15 buah
100 buah kapal dengan 75 dengan 30 buah kapal berukuran5
berukuran 60 GT) buah kapal kapal GT)
berukuran 30 berukuran 10
GT) GT)

5 Volume ikan yang rata-rata 50 rata-rata 30 rata-rata 5 rata-rata 2


didaratkan ton/hari ton/hari ton/hari ton/hari

7 Luas lahan >20 Ha 10-20 Ha 5-10 Ha 1-5 Ha

8 pengolahan ikan dan Ada Ada Ada Tidak


industri penunjang

Sumber: Permen KP No.8 Tahun 2012 tentang Kepelabuhanan Perikanan

Pelabuhan perikanan mempunyai fungsi sebagai berikut:


1. Pemerintahan, meliputi
- pelayanan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan
- pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan
- tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat
nelayan
- pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan
- tempat pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumberdaya ikan
- pelaksanaan kesyahbandaran
- tempat pelaksanaan fungsi karantina ikan
- publikasi hasil pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal
pengawas kapal perikanan

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 205


- tempat publikasi hasil penelitian kelautan dan perikanan
- pemantauan wilayah pesisir
- pengendalian lingkungan
- kepabeanan
- keimigrasian

2. Pengusahaan, meliputi
- pelayanan tambat dan labuh kapal perikanan
- pelayanan bongkar muat ikan
- pelayanan pengolahan hasil perikanan
- pemasaran dan distribusi ikan
- pemanfaatan fasilitas dan lahan di pelabuhan perikanan
- pelayanan perbaikan dan pemeliharaan kapal perikanan
- pelayanan logistik dan perbekalan kapal perikanan
- wisata bahari
- penyediaan dan/atau pelayanan jasa lainnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Dalam rangka menunjang fungsi pelabuhan perikanan, setiap


pelabuhan perikanan memiliki fasilitas yang terdiri dari:

1) Fasilitas pokok
- penahan gelombang (breakwater), turap (revetment), dan groin
- dermaga
- jetty
- kolam pelabuhan
- alur pelayaran
- jalan komplek dan drainase
- lahan
2) Fasilitas fungsional
- Tempat Pemasaran Ikan (TPI)
- navigasi pelayaran dan komunikasi seperti telepon, internet,
radio komunikasi, rambu-rambu, lampu suar, dan menara
pengawas
- air bersih, instalasi Bahan Bakar Minyak (BBM), es, dan instalasi
listrik
- tempat pemeliharaan kapal dan alat penangkapan ikan seperti
dock/slipway, bengkel dan tempat perbaikan jarring
- tempat penanganan dan pengolahan hasil perikanan seperti
transit sheed dan laboratorium pembinaan mutu
- perkantoran seperti kantor administrasi pelabuhan, pos
pelayanan terpadu, dan perbankan
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 206
- transportasi seperti alat-alat angkut ikanh. kebersihan dan
pengolahan limbah seperti Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL), Tempat Pembuangan Sementara (TPS)
- pengamanan kawasan seperti pagar kawasan
3) Fasilitas penunjang
- balai pertemuan nelayan
- mess operator
- wisma nelayan
- fasilitas sosial dan umum seperti tempat peribadatan dan Mandi
Cuci Kakus (MCK)
- pertokoan
- pos jaga.

D. Analisis Kajian Literatur

1. Fishing Harbour Planning, Construction and Management – Food and


Agriculture Organization Of The United Nations, 2010

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 207


Gambar 4.57. Karekteristik Pelabuhan Perikanan

Gambar 4.58. Contoh Siteplan Pelabuhan Perikanan

2. Perencanaan Pelabuhan, Bambang Triatmodjo, 2010


Secara garis besar terdapat tiga kelompok kegiatan pelayanan, yakni:
pelayanan kapal, pelayanan hasil tangkapan ikan dan pelayanan kegiatan
manusia di dalam kawasan.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 208


Tabel 4.51. Perencanaan Fungsi Layanan Pelabuhan Perikanan
Fungsi Layanan
Kapal Hasil Tangkapan Manusia
Zona kapal bongkar Zona pelelangan Zona public / umum
1. Kelompok 1. Sorting, cleaning, 1. Parker kendaraan
pelabuhan weighting 2. Ruang transaksi
2. Tambatan bongkar 2. Tempat pelelangan lelang
a. Kapal < 10 GT 3. Packing 3. MCK umum
b. Kapal 10-30 GT 4. Storing 4. Terminal
c. Kapal > 30 GT 5. Pabrik es / cold angkutan
3. Transit shed & storage 5. Tempat ibadah /
MCK 6. Loading ke atas mushola
truk 6. Warung
7. Area wisata
bahari
8. P3K
Zona tambat dan Zona olah tradisional Zona administrasi
perbekalan 1. Pabrik es / cold 1. Kantor pelabuhan
1. Tambatan storage 2. Kantor
istirahat 2. Gudang syahbandar
2. Tambatan muat 3. Pengasinan 3. Kantor satpolair
3. Tempat perbaikan 4. Pengasapan 4. Balai pertemuan
jarring 5. Jemur nelayan
4. Gudang es 6. IPAL 5. KUD
5. Perbekalan (es, air 6. Gardu listrik
bersih, bekal, 7. Sumur / tangki
BBM) air
8. Layanan BBM
9. Pemadam
kebakaran
Zona reparasi Zona industry perikanan Zona penunjang
1. Slipways dgn 1. Kawasan industry 4.3 Rumah dinas
winch house 2. Kawasan 4.4 Mess penginapan
2. Repair workshop pergudangan 4.5 Restoran / kantin
3. Electronic & refrig 3. Kawasan 4.6 Poliklinik
4. Gudang peralatan pemasaran /
berat pertokoan
Sumber: Pustek Kelautan (2003)

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 209


E. Analisis Kawasan Pendukung












Gambar 4.59. Analisis Kawasan Pendukung

 Kampung Bugis
Kampung Bugis adalah perkampungan nelayan eksisting di Waingapu,
dengan jarak kurang lebih 400 meter dari rencana gerbang SKPT.
Kampung ini disebut Kampung Bugis karena sebagian besar nelayan
yang tinggal pada kawasan ini adalah warga keturunan suku Bugis. Pada
bagian utara Kampung Bugis, terdapat jaringan jalan untuk mengakses
pelabuhan yang berbatasan langsung dengan hutan bakau dan laut
(Gambar A dan C). Orientasi bangunan pada Kampung Bugis ini
menghadap ke laut, merespon mata pencaharian warganya yang melaut
untuk mencari ikan.
Metoda penangkapan ikan yang dilakukan oleh warga pada kampung ini
beragam, mulai dari berjalan kaki ke tengah laut dangkal, menggunakan
perahu kayuh, perahu dengan motor tempel, kapal < 5 GT, hingga kapal
besar dengan kapasitas 5-10 GT maupun > 10 GT. Bagi nelayan yang
berjalan maupun dengan perahu-perahu kecil, proses melaut lebih
singkat, dengan perahu yang didaratkan di sekitar perkampungan
(Gambar D) dan tanpa perbekalan yang berarti, frekuensi keberangkatan
melaut dapat dilakukan hingga 2-3 kali sehari. Sedangkan bagi kapal-
kapal besar, proses melaut diawali dengan membawa bahan bakar yang
berada pada bagian ujung perkampungan ini, yaitu pada SPDN (Solar
Packed Dealer Nelayan) dengan kapasitas 8000 liter per minggu

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 210


(Gambar B). Selain bahan bakar, kebutuhan es juga dipenuhi oleh es hasil
industry rumahan yang dijual pada perkampungan ini. Bahan perbekalan
tersebut dibawa ke pelabuhan PELINDO tempat para nelayan ini
mendaratkan kapal, lalu dilanjutkan dengan melaut dengan durasi yang
tidak menentu tergantung cuaca dan jenis kapal.
Hasil tangkapan para nelayan tersebut kemudian dibeli oleh papalele
yang menunggu di tengah laut dan berlaku sebagai mata rantai
perdagangan kedua setelah nelayan yang berlaku sebagai penangkap
atau dapat disebut juga sebagai produsen perikanan. Papalele kemudian
membawa hasil tangkapan tersebut ke darat, untuk didistribusikan ke
beberapa tempat seperti pasar ikan, pelabuhan PELINDO, maupun
Kampung Bugis ini sendiri untuk diperdagangkan ke masyarakat umum.
Pada Kampung Bugis, kegiatan perdagangan ini biasanya dilaksanakan di
badan jalan dengan menggelar lapak temporer sepanjang jalan. Dengan
lebar jalan yang tergolong sempit untuk dua lajur, dan tidak tersedianya
ruang social bagi warga Kampung Bugis, maka seluruh kegiatan dan
warga tumpah ruah pada ruas jalan ini, menjadikannya sebagai spatio
temporal.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 211


Gambar 4.60. Kondisi Kampung Bugis

 Pelabuhan PELINDO
Pelabuhan PELINDO adalah pelabuhan yang dikelola oleh PELINDO dan
merupakan salah satu dari tiga pelabuhan yang digunakan oleh
masyarakat Sumba Timur, baik sebagai pelabuhan pengiriman barang,
pelabuhan rakyat, serta pelabuhan perikanan dengan kapal > 10 GT.
Meskipun begitu, banyak kapal-kapal di bawah 10 GT yang parkir di
sekitar pelabuhan (Gambar E) dikarenakan telah terintegrasinya
beberapa kegiatan pada kawasan pelabuhan ini. Selain mengakomodir
kegiatan transportasi, kegiatan yang diakomodir secara tidak langsung
oleh pelabuhan ini adalah kegiatan perdagangan, kegiatan sosial
masyarakat, dan kegiatan pendukung perikanan.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 212


Kegiatan perdagangan terlihat dari adanya tempat pemasaran ikan
berupa meja temporer yang berjejer pada kawasan pelabuhan, yang
beroperasi pada pukul 18.00-21.00 saat para nelayan pulang dari melaut,
dengan jumlah penjual yang tidak menentu (Gambar C). Namun
pengunjung tempat pemasaran ikan tersebut tergolong sedikit bila
dibandingkan dengan pengunjung pasar ikan yang terletak di bagian
tenggara pelabuhan (Gambar D). Pasar tersebut berbatasan langsung
dengan jalur utama pergerakan masyarakat, sehingga memfasilitasi
warga untuk membeli ikan dengan jarak tempuh yang lebih minim.
Selain pemasaran ikan, terdapat pula area kuliner dengan bahan utama
makanan laut yang merupakan hasil kegiatan nelayan sekitar. Kegiatan
perdagangan tersebut telah menunjukkan adanya keterpaduan antara
fungsi pelabuhan, pasar ikan, dan pengolahannya
Kegiatan sosial masyarakat terlihat dari berkumpulnya warga pada sore
hari di pelabuhan untuk berkumpul dan menghabiskan waktu dengan
latar pemandangan laut, sehingga pelabuhan ini menjadi simpul
sosialisasi warga (Gambar B).
Kegiatan pendukung perikanan adalah kegiatan sekunder yang tumbuh
akibat adanya kegiatan primer, yaitu kegiatan perikanan. Beberapa
kegiatan sekunder yang tumbuh seperti kegiatan produksi es,
penyimpanan hasil tangkapan pada cold storage, serta pelelangan ikan.
Kegiatan-kegiatan tersebut kemudian diakomodir oleh Kementrian
Kelautan dan Perikanan yang memberikan bantuan berupa
pembangunan TPI, pabrik es, gudang pellet, dan cold storage pada bagian
tenggara pelabuhan PELINDO (Gambar F dan G). Namun sayangnya,
bangunan-bangunan tersebut tidak dipergunakan secara optimal oleh
masyarakat.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 213


Gambar 4.61. Kondisi Pelabuhan PELINDO

F. Analisis Potensi dan Masalah Area Perancangan


Kawasan yang berluas 5,2 Ha ini memiliki beberapa potensi dan
masalah dalam pengembangannya menjadi sentra kelautan dan perikanan
terpadu. Beberapa potensi kawasan ini adalah sebagai berikut:

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 214


- Memiliki view hutan bakau pada bagian utara kawasan menjadi
kawasan yang memiliki daya tarik sebagai kawasan pariwisata
maupun kawasan yang sarat pengunjung seperti area kuliner.
- Memiliki dua simpul akses yang menghubungkan kawasan pada dua
kawasan, yaitu kawasan perkampungan Bugis dan Pelauhan PELINDO
serta kawasan perkotaan
- Meskipun dipenuhi hutan bakau pada batas utara kawasan, namun
masih memiliki dua akses menuju perairan, yaitu pada titik causeway
dan pada bagian timur laut kawasan yang memiliki aliran sungai
terbuka yang mampu dilalui oleh kapal hingga ukuran 10 GT.
- Merespon karakteristik warga yang lebih memilih untuk menepuh
jarak tersingkat untuk menjangkau pasar, maka lokasi pasar harus
berada pada area yang berbatasan langsung dengan jalan utama, dan
lkawasan ini mampu mengakomodir lokasi tersebut yaitu pada bagian
barat laut kawasan.

Adapun masalah yang ditemui pada kawasan ini antara lain:


- Kondisi lahan yang berawa dan banjir saat air pasang
- Terdapat perumahan kumuh yang dibangun di dalam delineasi
kawasan ini
- Terdapat tiga bangunan pemerintah yang mangkrak pada kawasan ini
- Diperlukannya treatment terhadap hutan bakau pada bagian utara
kawasan yang menghalangi arus pergerakan kapal

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 215


Gambar 4.62. Foto Udara PPI

G. Analisis Flow of Activity


Kegiatan yang berlangsung pada kawasan SKPT ini terklasifikasi
menjadi beberapa kelompok kegiatan berdasarkan pelaku yang terlibat.
Kelompok kegiatan utama adalah kelompok kegiatan yang menopang
pergerakan nelayan dalam proses penangkapan ikan. Kegiatan yang
tergolong di dalamnya terdiri dari singgah, perbaikan dan pemeliharaan
logistik seperti jaring dan kapal, serta muat perbekalan untuk kembali
melaut. Tiap-tiap kegiatan tersebut membutuhkan wadah spasial untuk
dapat terlaksana, yang dijabarkan menjadi area dengan kegiatan spesifik.
Keseluruhan area tersebut membentuk keseluruhan zona pendukung
nelayan.
Kegiatan kedua adalah kegiatan industry perikanan yang terdiri dari
pemilahan dan penimbangan ikan, pelelangan ikan, pengolahan distribusi
ikan, pengiriman ke lokasi lain, pengolahan ikan lanjutan, serta perdagangan
eceran. Keseluruhan kegiatan tersebut terakomodir pada wadah-wadah
spasial yang membentuk zona industry perikanan.
Kegiatan ketiga adalah kegiatan perdagangan yang melibatkan
masyarakat umum sebagai pelaku utamanya. Adapun kegiatan-kegiatan yang
terjadi adalah kegiatan perdagangan ikan eceran, menikmati olahan ikan, dan
wisata alam hutan bakau. Kegiatan-kegiatan tersebut diakomodir pada zona
perdagangan masyarakat.
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 216
2

2
1 2

3 4

5 6

7 3 4
7
8

5
9

10
6

1. Kantin 1. TPI 1. Halte transportasi umum


2. Koperasi 2. Balai karantina ikan 2. Parkir
3. MCK 3. Pasar 3. TPI
4. Mushola 4. Cold Storage 4. Pasar
5. Balai nelayan 5. Gudang pengemasan 5. Area kuliner
6. Mess nelayan 6. UPI 6. Kios komersial
7. Bengkel & docking kapal 7. Jalur wisata hutan bakau
8. Perbaikan jaring
9. SPDN
10. Pabrik es

Gambar 4.63. Flow of Activity

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 217


H. Konsep zonasi kegiatan dan sirkulasi
Konsep zonasi kegiatan merupakan hasil dari analisis kebutuhan
pengembangan dan kebutuhan flow of activity. Tujuan penerapan konsep ini
adalah untuk mengelompokkan kegiatan-kegiatan yang terjadi pada PPI
Nangamesi, sehingga tidak terjadi tumpang tindih antar kegiatan serta
memastikan tiap kegiatan berjalan sebagaimana mestinya. Sedangkan
konsep sirkulasi bertujuan untuk memastikan pergerakan dari satu kegiatan
ke kegiatan lainnya berjalan tanpa hambatan, serta bertujuan untuk
menemtukkan arus sirkulasi yang efisien sehingga pembangunan jaringan
jalan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Gambar 4.64. Zoning PPI Nangamesi

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 218


I. Konsep Blockplan

Konsep blockplan merupakan hasil konsep zonasi kegiatan dan


sirkulasi yang diterjemahkan menjadi bentuk dan ruang sesuai kebutuhan
pengembangan. Adapun pengembangan yang dilakukan harus
mementingkan ketiga pemangku kepentingan tertinggi bagi PPI Nangamesi
yaitu nelayan, pelaku industry, dan masyarakat umum, dengan menerapkan
konsep pengaturan bentuk dan ruang yang efisien dan walkable, dengan
ruang terbuka hijau yang memadai sehingga tercipta lingkungan PPI
Nangamesi yang nyaman dan kondusif.

Gambar 4.65. Konsep Pengaturan Bentuk Dan Ruang Yang Efisien dan
Walkable

Perwujudan konsep tersebut adalah dengan pemanfaatan jaringan


jalan bukan hanya sebagai sarana pergerakan, namun juga sebagai pembatas
antar zona untuk menghindari terjadinya tumpang tindih fungsi dan privasi.
Hal ini konsisten dengan penerapan bentuk dan ruang yang memungkinkan
terjadinya arus pergerakan manusia seefisien mungkin sehingga mampu
mendorong pengunjung untuk menggunakan seminimal mungkin alat
transportasi. Dengan kata lain, PPI Nangamesi dirancang untuk tetap nyaman
untuk dinikmati oleh pejalan kaki, baik dari kalangan nelayan, industry,
maupun masyarakat umum, yang didukung dengan peletakkan pohon dan
vegetasi sepanjang jaringan jalan. Penyediaan ruang terbuka hijau yang lebih
dari 30% area membuat PPI Nangamesi tak hanya fungsional, namun juga
tetap mengedepankan aspek keberlangsungan lingkungan dan kenyamanan
pengunjung pada keberjalanannya. Gambar siteplan PPI Nangamesi secara
keseluruhan adalah sebagai berikut.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 219


MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 220
KETERANGAN :
1 – Dermaga
2 – Causeway
3 – Pos pelayanan terpadu
4 – SPDN
5 – Pabrik ice flake
6 – Gardu listrik & genset
7 – IPAL
8 – Bak penampungan dan tower air
9 – Kantor administrasi
10 – TPI
11 – MCK
12 – Mushola
13 – Cold storage
14 – Balai nelayan
15 – Bengkel dan docking kapal
16 – Jalur wisata hutan bakau
17 – Area kuliner
18 – Pasar
19 – Area komersial
20 – Kios nelayan
21 – Kantin nelayan
22 – Mess nelayan
23 – Perbaikan jaring
24 – UPI
25 – Gd. pendukung balai karantina ikan
26 – Gudang sitaan balai karantina ikan
27 - Gedung instalasi balai karantina ikan
28 – Gudang kemasan
29 – Kantor balai karantina ikan

30 – Rumah susun

Gambar 4.66. Siteplan PPI Nangamesi


MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 221
J. Konsep Pentahapan Pembangunan PPI Nangamesi
Secara garis besar, pembangunan PPI Nangamesi bertujuan untuk
memastikan tersedianya sarana dan prasarana dasar yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.52. Tujuan Pembangunan PPI Nangamesi (Sarpras)
Jenis Keterangan
Listrik  Membudayakan penerangan menggunakan solar cell guna
mendukung konsep hidup sustainable
 Menyediakan daya sebesar 300 kVA guna mendukung
operasional PPI Nangamesi
Air Bersih  Mempercepat pengembangan Instalasi Pengolahan Air Minum
(IPAM) di PPI Nangamesi
 Penyediaan air bersih sebanyak 125 m3/ hari dengan debit 1.45
liter/ detik
Transpor-  Memperlebar akses jalan antara PELINDO dengan PPI
tasi Nangamesi dengan lebar jalan 18 m
 Memperbaiki akses masuk kedua kawasan PPI Nangamesi
sehingga aksesibel dari Jalan Ahmad Yani
Telekomuni  Mempercepat Pengembangan jaringan nirkabel (seluler) berupa
kasi pengelolaan menara/Base Transceiver Station (BTS) dan
pemancar radio di seluruh kecamatan dan pengembangan
menara BTS diarahkan sebagai menara bersama antar penyedia
jasa seluler
 Mempercepat pengembangan jaringan satelit berupa
peningkatan dan pengembangan layanan internet sebagai
fasilitas umum di seluruh kecamatan
 Mempercepat pengembangan jaringan kabel teresterial berupa
peningkatan jaringan kabel telepon di seluruh kecamatan
Pelabuhan  Mengembangkan alur pelayaran nasional dan internasional dari
Umum dan menuju Sumba Timur
Kawasan  Mengembangkan kawasan industri perikanan di PPI Nangamesi
Industri dalam rangka meningkatkan rantai distribusi hasil produksi ikan
tangkap Sumba Timur

Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan pentahapan pembangunan


yang memiliki fokus tersendiri pada tiap tahunnya, sebagaimana dijabarkan
berikut:
a. Tahap Pembangunan 2017
Pada tahun 2017, pengembangan Kawasan PPI Nangamesi
difokuskan pada upaya menggalakkan budaya melaut bagi
masyarakat Sumba Timur. Tujuan ini didorong oleh kondisi
masyarakat Sumba Timur yang lebih cenderung bermatapencaharian
sebagai petani dan peternak daripada nelayan, padahal kondisi alam

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 222


Sumba Timur sangat potensial untuk menjadi salah satu penghasil ikan
yang besar di Indonesia. Oleh karena itu diperlukan intervensi yang
dilakukan dengan pembangunan fasilitas tambat labuh dan causeway
yang layak bagi nelayan Sumba Timur, serta didukung dengan
pengadaan bantuan kapal bagi para nelayan.

Lokasi pembangunan fasilitas tambat labuh dan causeway


berada pada Kawasan Kampung Bugis sebagai bentuk respon terhadap
kondisi nelayan yang saat ini berlabuh secara sporadis di sekitar
Kampung Bugis dan hanya dapat dilakukan pada saat kondisi air laut
pasang. Selain itu, arahan pembangunan pada Kampung Bugis ini juga
dilatarbelakangi dengan kondisi PPI Nangamesi yang saat ini masih
belum memiliki sarana penunjang kegiatan penangkapan ikan.
Sehingga dikhawatirkan bila pembangunan tambat labuh dan dermaga
dilakukan pada PPI Nangamesi, fasilitas ini tidak akan digunakan
sebagaimana mestinya. Adapun komponen pembangunan sarana dan
prasaran pada tahun 2017 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.53. Komponen Pembangunan Sarana Dan Prasaran Pada Tahun 2017

No Komponen
Pembangunan Sarana Dimensi Vol Satuan Kapasitas
Prasarana
1 Dermaga 25 m x 5 m 125 m2 10 kapal
2 Causeway 143 m x 1,5 m 214.5 m2 -
3 Deck 20 m x 12 m 240 m2 -
4 Penyediaan Kapal 3 GT - 30 buah ABK 2 orang
5 Penyediaan Kapal 5 GT - 10 buah ABK 3-4 orang

Sebagai konsekuensi belum terbangunnya sarana penunjang


kegiatan penangkapan ikan pada PPI Nangamesi, diperlukan adanya
pemanfaatan dari sarana penunjang eksisting pada sekitar kawasan
untuk memastikan kegiatan melaut terfasilitasi dengan baik, yaitu:

Tabel 4.54. Komponen Pemanfaatan Sarana Penunjang Eksisting


No Komponen Pemanfaatan
Sarana Penunjang Lokasi Kapasitas
Eksisting
1 Kawasan Pelabuhan
TPI
Rakyat 24 kios
2 Pasar Ikan Pelabuhan Pelindo 10 kios
Kawasan Pelabuhan
Rakyat 10 kios
3 Tambat Labuh Pelabuhan Rakyat > 30 kapal

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 223


Lanjutan Tabel 4.54.
4 Kawasan Pelabuhan
Pabrik Es
Rakyat 5 ton
5 Kawasan Pelabuhan
MCK
Rakyat 4 orang
6 Kawasan Pelabuhan
Gudang pellet
Rakyat
7 Kawasan Pelabuhan
Cold storage
Rakyat
8 SPDN Kampung Bugis 8000 liter

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

Gambar 4.67. Pembangunan Tahun 2017 sekitar PPI Nangamesi

b. Tahap Pembangunan 2018


Pada tahun 2018 pembangunan Kawasan PPI Nangamesi
difokuskan pada upaya perintisan pembangunan sarana penunjang
kegiatan perikanan bagi nelayan dan industry, dengan tujuan mulai
merintisnya kawasan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu. Adapun
sarana penunjang kegiatan penangkapan ikan yang perlu diutamakan
dan dicanangkan untuk dibangun pada tahun 2018 adalah sebagai
berikut:

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 224


Tabel 4.55. Sarana Penunjang Tahun 2018
No Komponen
Pembangunan Sarana Dimensi Vol Satuan Kapasitas
Prasarana
1 Dermaga 52 m x 17 m 884 m2 48 kapal
2 Causeway 487 m x 6 m 2922 m2 -
3 Jaringan Jalan Primer 175 m x 18 m 3150 m2 -
4 Jaringan Jalan Sekunder 60 m x 6 m 360 m2 -
5 MCK 7mx4m 28 m2 5 orang
6 Mushola 7 m x 9,5 m 66.5 m2 33 orang
7 IPAL 12 m x 3 m 36 m2 -
8 Penampungan air 8mx8m 64 m2 -
9 Tower Air 2mx2m 4 m2 2000 liter (Tinggi 10 m)
10 Gerbang 1 - 1 unit -
11 TPI 25 m x 12 m 300 m2 10 ton
(Ruang sortir, timbang,
lelang, administrasi)
12 Parkir tahap 1 83 m x 24 m 1992 m2 64 mobil, 58 motor
13 TPS 7,5 m x 4 m 30 m2 2 kontainer sampah @
10 m3

Pembangunan TPI pada PPI Nangamesi diharapkan mulai


membentuk simpul kegiatan antara nelayan dengan pelaku industry
perikanan. Sedangkan simpul kegiatan dengan masyarakat umum belum
terbentuk pada area perancangan karena aktivitas perdagangan, selaku
kegiatan utama masyarakat umum, masih memanfaatkan pasar ikan di
Pelabuhan Pelindo dan Kawasan Pelabuhan Rakyat.

Selain itu, pembangunan dermaga dan causeway kedua diharapakan


mampu menjadi jangkar penarik bagi para nelayan dan industry untuk mulai
beralih ke area perancangan PPI Nangamesi dan mulai mengurangi
penggunaan tambat labuh dan causeway kayu pada Kampung Bugis serta
tambat labuh pada pelabuhan rakyat. Meskipun begitu, karena belum
dibangunnya sarana prasarana pendukung penangkapan ikan seperti SPDN,
cold storage dan pabrik es yang menjadi bekal utama untuk melaut, maka
masih diperlukan pemanfaatan fasilitas eksisting sebagai berikut:

Tabel 4.56. Pemanfaatan Fasilitas Eksisting


No Komponen
Pemanfaatan Sarana Lokasi Kapasitas
Penunjang Eksisting
1 Kawasan Pelabuhan
Cold storage
Rakyat
2 Pasar Ikan Pelabuhan Pelindo 10 kios
Kawasan Pelabuhan
Rakyat 10 kios
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 225
No Komponen
Pemanfaatan Sarana Lokasi Kapasitas
Penunjang Eksisting
3 Tambat Labuh Pelabuhan Rakyat > 30 kapal
4 Kawasan Pelabuhan
Pabrik Es
Rakyat 5 ton
5 Kawasan Pelabuhan
Gudang pellet
Rakyat
6 SPDN Kampung Bugis 1 er

Gambar 4.68. Pembangunan Tahun 2018 PPI Nangamesi

c. Tahap Pembangunan 2019


Pada tahun 2019, pembangunan difokuskan pada pemusatan
sarana pendukung kegiatan perikanan dengan pemindahan fasilitas dan
pembentukan simpul kegiatan bagi nelayan, industry, dan masyarakat
umum yang semula tersebar di penjuru kawasan menjadi terpusat pada
delineasi PPI Nangamesi. Pada tahap ini, seluruh kegiatan perikanan
telah terpadu, sehingga tidak lagi dibutuhkan pemanfaatan sarana
penunjang eksisting di luar area perancangan. Dengan pemusatan ini,
diharapkan dapat mempersingkat rantai pergerakan nelayan, industry,
dan masyarakat dalam mencapai tujuannya yang berkaitan dengan
perikanan.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 226


Tabel 4.57. Pembangunan Sarana Prasarana Tahun 2019
No Komponen
Pembangunan Sarana Dimensi Vol Satuan Kapasitas
Prasarana
1 15 m x 10
SPDN
m 150 m2 2 x 8 kL
2 Pos pelayanan 3 m x 4,5 m 13.5 m2 2 orang
3 Produksi 10 ton,
Pabrik ice flake 10 m x 6 m 60 m2
storage 20 ton
4 Gardu listrik & genset 7mx8m 56 m2 300 kvA
5 Kantor Administrasi 6mx9m 54 m2 4 orang
6 Cold storage 6 m x 12 m 72 m2 50 ton
7 Balai pertemuan nelayan 15 m x 10 150 m2 56 orang (dengan
m meja), 150 orang
(tanpa meja)
8 33 m x 6,8
Parkir nelayan
m 224.4 m2 33 motor
9 Kios nelayan 9 m x 10 m 90 m2 3 kios
10 Kantin nelayan 9 m x 10 m 90 m2 48 pengunjung, 5
kios makanan
11 Mess nelayan 15 m x 7 m 105 m2 10 orang
12 28 m x 12
Perbaikan jaring
m 336 m2 12 set jaring
13 Revitalisasi bangunan
lama
Laboratorium 8 m x 7,5 m 60 m2 pengalihan fungsi:
kesehatan gudang sitaan balai
karantina ikan
Pos pengawasan 15 m x 10 150 m2 pengalihan fungsi:
m gedung instalasi
balai karantina ikan
25 m x 23
Gudang kemasan
m 575 m2 -
14 Kantor balai karantina 25 m x 17,8
ikan m 445 m2 -
15 Gedung pendukung balai
10 m x 8 m
karantina ikan 80 m2 -
16 90 pengunjung, 14
Area kuliner 35 m x 7 m
245 m2 kios makanan
17 210 m x 2
Jalur wisata hutan bakau
m 420 m2 -
18 Pasar ikan 56 m x 6 m 336 m2 40 kios ukuran 2x2

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 227


Gambar 4.68. Pembangunan Tahun 2019 PPI Nangamesi
d. Ultimate Goal (20 Tahun )
Pada pembangunan jangka panjang, PPI Nangamesi
diproyeksikan mampu naik kelas menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai
(PPP) sehingga pembangunan sarana prasarana pada ultimate goal
fokus pada upaya penunjangan keberlangsungan kegiatan
perikanan pada skala PPP. Oleh karena itu pembangunan yang
dilakukan bertujuan untuk mengakomodir kapasitas dari hasil
tangkapan yang meningkat, seperti penambahan cold storage,
perluasan pasar dan area kuliner, serta pembangunan fasilitas unit
pengolahan ikan. Dengan meningkatnya hasil ikan tangkap yang
dihasilkan di Sumba Timur khususnya PPI Nangamesi, maka peluang
distribusi hasil tangkapan ke kota-kota lain di Indonesia akan semakin
besar. Hal ini diakomodir dengan pembangunan perluasan jalan menuju
Pelindo selaku titik transportasi penghubung Sumba Timur dengan
Pulau Jawa, Bali, dan Kupang, dengan cara mereklamasi jalan eksisting
Kampung Bugis yang berbatasan langsung dengan hutan bakau. Dengan

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 228


lebih lebarnya jalan tersebut, diharapkan mampu meningkatkan
kemampuan distribusi ikan Sumba Timur.
Selain bertambahnya hasil tangkapan, jumlah nelayan pada
area perancangan juga diproyeksikan akan bertambah, sehingga
diantisipasi dengan penambahan mess nelayan serta penambahan
fasilitas bengkel dan docking kapal. Dampak dari semakin hidupnya
aktivitas perikanan pada PPI Nangamesi adalah semakin bertambahnya
pula jumlah kunjungan masyarakat, sehingga direspon dengan
pembangunan area komersil beserta perluasan area parkir. Fungsi
lainnya yang juga ditambahkan adalan rumah susun yang merupakan
rencana program bantuan dari Kementrian PU-PERA, yang mengambil
lokasi pada sisi terujung delineasi dengan maksud membedakan akses
masuk serta memberi segregasi antara kegiatan perikanan dan kegiatan
berhuni.
Pada rencana ultimate goal juga diproyeksikan bahwa dermaga
kayu yang merupakan komponen pembangunan sarana prasarana pada
tahun 2017, tidak akan dipergunakan lagi akibat dari telah terpusatnya
kegiatan perikanan pada area PPI Nangamesi.
Adapun komponen pembangunan yang dicanangkan untuk
rencana jangka panjang adalah sebagai berikut:
Tabel 4.58. Pembangunan Sarana Prasarana Jangka Panjang

No Komponen
Pembangunan Sarana Dimensi Vol Satuan Kapasitas
Prasarana
1 Reklamasi jalan 1022 m x 18
penghubung m 150 m2 2 x 8 kL
2 Perluasan area kuliner 35 m x 7 m 245 m2 90 pengunjung, 14
kios makanan
3 Perluasan pasar 40 m x 6 m 240 m2 28 kios ukuran 2x2
4 Area komersial 102 m x 17 m 1734 m2 40 kios ukuran 4x6
5 Perluasan parkir 92 m x 22 m 2024 m2 50 mobil, 17 motor
6 Unit Pengolahan Ikan 36 m x 20 m 4 unit -
7 Jaringan jalan sekunder 300 m x 12 m 3600 m2 -
8 Bengkel dan docking
42 m x 60 m
kapal 2520 m2 10 kapal
9 Mess nelayan tambahan 15 m x 7 m 3 unit 30 orang
10 Cold storage tambahan 6 m x 12 m 72 m2 50 ton
11 Rumah susun 20 m x 30 m 600 m2 56 KK
12 Pelebaran akses masuk 2 115 m x 18 m 2070 m2 -

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 229


Gambar 4.69. Pembangunan Ultimate Goal PPI Nangamesi

4.3.3.2 Budidaya Rumput Laut di Pahunga Lodu


A. Analisis potensi pengembangan
Chip hasil produksi PT. ASTIL telah mencapai angka 3 ton per hari
atau lebih kurang 90 ton per bulan dengan operasional hari Senin hingga
Minggu. Chip tersebut merupakan salah satu produk unggulan Sumba Timur
dengan jumlah permintaan yang cukup tinggi. Menanggapi hal tersebut, maka
diperlukan adanya upaya untuk meningkatkan jumlah produksi PT.
ASTIL.
Berdasarkan proyeksi dan visi dari Kementrian Kelautan dan
Perikanan, Sumba Timur yang memiliki potensi budidaya rumput laut yang
tergolong besar mampu meningkatkan jumlah produksi rumput laut, serta
menambah varian hasil produksinya. Salah satu varian yang dicanangkan
selain chip yang telah diproduksi oleh PT. ASTIL adalah SRC. Oleh karena itu,
diperlukan pula upaya untuk mengakomodir produksi varian SRC.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 230


B. Analisis flow of activity

PT. Algae Sumba Timur Lestari (ASTIL) selaku BUMD penolah rumput
laut terbesar di Sumba Timur menjadi salah satu pemangku kepentingan
yang dipertimbangkan dalam perancangan kawasan budidaya rumput laut di
Pahunga Lodu. Adapun flow of activity PT. ASTIL selaku produsen hasil
pengolahan rumput laut berupa chip adalah sebagai berikut:

Gambar 4.70. Flow of activity Rumput Laut

C. Analisis lokasi dan aksesibilitas kawasan


Kawasan perancangan berada pada Kecamatan Pahunga Lodu selaku
kecamatan dengan produksi rumput laut kering terbesar di Sumba Timur,
yaitu dengan produksi 1982,3 ton dari total produksi Sumba Timur 3301,6
ton pada tahun 2016. Luas kawasan kurang lebih 6,8 Ha di tengah hamparan
padang rumput dengan karakteristik tanah berkarang.
Aksesibilitas kawasan cenderung sulit, yaitu menempuh jarak 3,5 km
dari jalan utama lingkar pulau melalui jalur akses yang cenderung belum
layak, yaitu belum adanya perkerasan dengan lebar lebih kurang 2,5 meter.
Dari kawasan tersebut perlu menempuh jarak lebih kurang 7 km untuk

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 231


mencapai PT. ASTIL, serta lebih kurang 90 km ke arah berlawanan menuju
PPI Nangamesi dan Pelabuhan PELINDO.

Gambar 4.71. Foto Udara Lokasi Rumput Laut


Kondisi kawasan ditunjukkan pada gambar-gambar sebagai
berikut:

Gambar 4.72. Kondisi Lokasi Rumput Laut

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 232


D. Analisis Program Ruang
Berdasarkan potensi pengembangan, flow of activity, dan lokasi
kawasan, maka diperlukan pembangunan sarana prasarana budidaya rumput
laut sebagai berikut:
Tabel 4.59. Pembangunan Sarana Prasarana Budidaya Rumput Laut
Komponen Pembangunan Dimensi Vol Satuan Kapasitas
Gudang rumput laut RAW
13 m x 18 m 234 m2
material 1000 ton
50 buah x 30 m x
Lantai jemur 5m 6000 m2 1000 ton
Gudang rumput laut siap
kirim 13 m x 8 m 104 m2 450 ton
Processing chip 19 m x 13 m 247 m2 50 ton
Gudang chip 13 m x 10 m 130 m2 50 ton
Pabrik SRC 13 m x 12 m 156 m2 20 ton
Gudang SRC 6 m x 10 m 60 m2 20 ton
Gudang bahan kimia 16 m x 10 m 160 m2 -
Bengkel peralatan 16 m x 5 m 80 m2 -
Musholla 7 m x 9.5 m 66.5 m2 33 orang
MCK 7 m x 9,5 m 66.5 m2 10 orang
Kantin pegawai 18 m x 10 m 180 m2 96 orang, 10
kios
Koperasi pegawai 9 m x 10 m 90 m2 -
Mess pegawai perempuan 10 kamar x 28 m2 280 m2 40 orang
Mess direktur 7mx7m 49 m2 -
Mess pegawai laki-laki 10 kamar x 28 m2 280 m2 40 orang
Kantor pengelola rumput laut 10 m x 8 m 80 m2 6 orang
Gedung Serba Guna 20 m x 12 m 240 m2 240 orang
Pos jaga 3 m x 4,5 m 13.5 m2 2 orang
Penampungan & tower air 8mx8m 64 m2 -
Gardu listrik & genset 7mx8m 56 m2 -
IPAL 12 m x 3 m 36 m2 -

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 233


MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 234
E. Konsep Blockplan

Keterangan:
1 – Lantai jemur 8 – Bengkel peralatan 15 – Koperasi pegawai

2 – Gudang raw material 9 – Gudang bahan kimia 16 – Kantin pegawai

3 – Gudang rumput laut kering 10 – Gedung serba guna 17 - Mushola

4 – Pabrik chip 11 – Kantor pengelola 18 - MCK

5 – Gudang chip 12 – Mess karyawan wanita 19 - IPAL

6 – Pabrik SRC 13 – Mess karyawan laki-laki 20 – Gardu listrik & genset

7 – Gudang SRC 14 – Rumah direktur 21 – Bak penampungan & tower air

Gambar 4.73. Blockplan Gudang Rumput Laut

Tata bangunan pada kawasan perancangan Budidaya Rumput Laut


Pahunga Lodu merespon fungsi dari masing-masing bangunan sehingga arus
pergerakan yang terjadi di dalam site seefisien mungkin, berkesinambungan

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 235


dengan arahan gunanya selaku industry dengan fungsi hunian dan kantor
sebagai fungsi pendukung.

Fungsi industry yang efisien diakomodir dengan meletakkan bangunan


sesuai dengan urutan flow of activity yang perlu diwadahi. Kemudian
diberikan pemisahan antara fungsi industry dengan fungsi hunian dan kantor
berupa jaringan jalan yang cukup lebar, yang juga berfungsi sebagai jalur
pergerakan utama kawasan ini.

F. Konsep Sirkulasi

Gambar 4.74. Konsep Sirkulasi Gudang Rumput Laut

Jalur pergerakan bersifat sentral dan terpusat sehingga semua aktivitas


berorientasi pada jaringan jalan utama, dengan jaringan jalan sekunder yang
hanya berfungsi sebagai jalur pelayanan pergerakan rumput laut selaku
komoditas industry kawasan ini.

4.4. Analisis Kelayakan


Analisis aspek kelayakan masterplan merupakan kajian mengenai
kelayakan dari pengembangan SKPT, mulai dari aspek kelayakan lingkungan,
kelayakan social-budaya, dan kelayakan ekonomi terhadap kawasan dari
rencana yang telah disusun.
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 236
4.4.3.1. Analisis Kelayakan Lingkungan
Dari aspek lingkungan, kegiatan penyusunan Masterplan SKPT perlu
untuk dilakukan analisis lingkungan (AMDAL atau UKL/UPL) terhadap
Dokumem Masterplan, terutama di lokasi PPI Nangamesi dan lokasi
pembangunan gudang pabrik rumput laut. Lokasi SKPT PPI Nangamesi dan
lokasi pembangunan gudang pabrik rumput laut sudah relevan dengan
RTRW Kabupaten Sumba Timur. Dalam Dokumen AMDAL atau UKL/UPL,
akan dikaji resiko permasalahan lingkungan pembangunan.
Tabel 4.60. Penanganan Dampak Lingkungan Pembangunan PPI Nangamesi
Jenis Kegiatan Resiko Dampak Penanganan Dampak

Tahap Pra Konstruksi

 Sosialisasi  Proses sosial  Komunikasi yang baik


 Penyediaan lahan  Proses sosial  Komunikasi yang baik
 Penetapan harga pembebasan
lahan yang bersifat win-win
solution (ganti untung)
 Pembukaan lahan  Kerusakan  Pembangunan tambat labuh
untuk pembangunan mangrove serta couseway dan dermaga
tambat labuh yaitu dengan prinsip tidak
couseway, serta merusak ekosistem
dermaga mangrove, yaitu dengan
sistem tiang pancang bukan
beton
Tahap Konstruksi

 Penerimaan tenaga  Proses sosial  Prioritas penggunaan tenaga


kerja kerja lokal.
 Mobilisasi peralatan  Peningkatan  Mobilisasi peralatan dan
dan bahan kebisingan bahan menggunakan sarana
 Pencemaran transportasi yang terstandar
udara  Mobilisasi peralatan dan
bahan dilakukan bukan di
waktu puncak kesibukan
masyarakat, dan aktivitas
istirahat malam dari
masyarakat.
 Pembangunan di laut  Pencemaran laut  Pembangunan di laut
dilakukan dengan prinsip
safety dan minimalisasi
limbah ke laut
 Pembangunan di darat  Peningkatan  Proses konstruksi
kebisingan menggunakan peralatan dan
 Pencemaran proses yang terstandar
udara  Proses konstruksi dilakukan
bukan pada saat aktivitas
istirahat malam dari

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 237


Jenis Kegiatan Resiko Dampak Penanganan Dampak

masyarakat.
Tahap Operasi

 Penerimaan tenaga  Proses sosial  Prioritas penggunaan tenaga


kerja kerja lokal.
 Proses tambat  Pencemaran laut  Air sisa dari kegiatan operasi
(bongkar ikan) penangkapan di proses
melalui IPAL
 Proses labuh  Pencemaran laut  Proses penyiapan perbekalan,
termasuk BBM, dilakukan
dengan prosedur standar
yang minim buangan limbah
cair ke laut
 Lalu lintas manusia  Peningkatan  Pelebaran akses jalan
dan barang aktivitas  Penyediaan rambu-rambu
transportasi transportasi
 Sosialisasi aturan lalu lintas
 Operasi genset  Peningkatan  Perawatan genset
kebisingan  Pemeliharaan kebersihan
Pencemaran
udara
 Penanganan limbah  Pencemaran  Manajemen pengelolaan
padat limbah padat sampah
 Penanganan limbah  Pencemaran  Pemeliharaan armada
cair limbah padat penangkapan ikan supaya oli
tidak mencemari perairan
 Limbah cair diolah di IPAL

Tabel 4.61. Penanganan Dampak Lingkungan Pembangunan Gudang


Rumput Laut
Jenis Kegiatan Resiko Dampak Penanganan Dampak

Tahap Pra Konstruksi

 Sosialisasi  Proses sosial  Komunikasi yang baik


 Penyediaan lahan  Proses sosial  Komunikasi yang baik
 Penetapan harga pembebasan
lahan yang bersifat win-win
solution (ganti untung)
Tahap Konstruksi

 Penerimaan tenaga  Proses sosial  Prioritas penggunaan tenaga


kerja kerja lokal.
 Mobilisasi peralatan  Peningkatan  Mobilisasi peralatan dan
dan bahan kebisingan bahan menggunakan sarana
 Pencemaran transportasi yang terstandar
udara  Mobilisasi peralatan dan

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 238


Jenis Kegiatan Resiko Dampak Penanganan Dampak

bahan dilakukan bukan di


waktu puncak kesibukan
masyarakat, dan aktivitas
istirahat malam dari
masyarakat.
 Pembangunan di darat  Peningkatan  Proses konstruksi
kebisingan menggunakan peralatan dan
 Pencemaran proses yang terstandar
udara  Proses konstruksi dilakukan
bukan pada saat aktivitas
istirahat malam dari
masyarakat.
Tahap Operasi

 Penerimaan tenaga  Proses sosial  Prioritas penggunaan tenaga


kerja kerja lokal.
 Lalu lintas manusia  Peningkatan  Pelebaran akses jalan
dan barang aktivitas  Penyediaan rambu-rambu
transportasi transportasi
 Sosialisasi aturan lalu lintas
 Operasi genset  Peningkatan  Perawatan genset
kebisingan  Pemeliharaan kebersihan
Pencemaran
udara
 Penanganan limbah  Pencemaran  Manajemen pengelolaan
padat limbah padat sampah
 Penanganan limbah  Pencemaran  Air sisa dari kegiatan operasi
cair limbah padat penangkapan di proses
melalui IPAL

4.4.3.2. Analisis Kelayakan Sosial-Budaya


Pembangunan SKPT di Kabupaten Sumba Timur, melalui
pembangunan PPI Nangamesi dan gudang rumut laut, serta sarana
pendukung lainnya akan dapat meningkatkan kesempatan lapangan
pekerjaan dan meningkatkan penghasilan masyarakat sekitar, baik nelayan,
pembudidaya, pengolah ikan, pedagang ikan, maupun penyedia sarana,
bahan dan alat terkait kegiatan perikanan. Dengan demikian, keberadaan
SKPT akan dapat menurunkan angka pengangguran dan angka kemiskinan.
Dukungan Pemerintah Daerah sangat tinggi dan berkomitmen baik dengan
penyediaan sarana prasarana dasar seperti listrik dan air bersih.
Dengan meningkatknya produksi perikanan, baik tangkap maupun
budidaya, tentu saja akan menambah jumlah tenaga kerja di bidang
perikanan sehingga terjadi perubahan pola mata pencaharian penduduk,

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 239


dimana akan terserap ke bidang perikanan, dan diharapkan budaya melaut
masyarakat meningkat, untuk memanfaatkan potensi perikanan yang ada.

4.3.4.4. Analisis Kelayakan Ekonomi


Pembangunan SKPT di Kabupaten Sumba Timur diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari proses industri perikanan. Dengan
dibangunnya fasilitas sarana prasarana, proses produksi, pengolahan dan
pemasaran menjadi lebih mudah. Efisiensi dapat menurunkan unit cost dari
usaha perikanan, namun tetap dapat menjaga kualitas hasil, sehingga marjin
keuntungan dapat lebih besar. Demikian pula, peningkatan efektifitas dapat
meningkatkan penerimaan pelaku usaha, sehingga pada akhirnya tingkat
keuntungan dan kesejahteraan pelaku usaha perikanan diharapkan juga
mengalami peningkatan. Mengenai sumber pendanaan, dapat diperoleh dari
APBN, APBD, investor/swasta, maupun kredit dari lembaga keuangan,
tergantung jenis pembiayaan. Selain itu, sektor kelautan dan perikanan
diharapkan akan menjadi sektor unggulan di kabupaten Sumba Timur, yang
dapat memberikan multiplier effect bagi perekonomian Kabupaten Sumba
Timur dan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Berdasarkan uraian diatas, maka pembangunan SKPT di Kabupaten
Sumba Timur layak untuk dikembangkan.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 240


BAB V
BAB V INDIKASI PROGRAM
INDIKASI
PROGRAM

Dalam upaya pelaksanaan program/kegiatan pembangunan Sentra


Kelautan dan Perikanan Terapdu (SKPT), Dok umen Masterplan ini adalah
sebagai acuan pelaksanaan kegiatan. Program/kegiatan yang akan
dilaksanakan sesuai dengan indikasi program. Indikasi program terdiri atas
penjabaran dari kondisi saat ini, potensi dan permasalahannya,
program/kegiatan yang dilaksanakan, unit dan anggaran, kondisi yang
diharapkan dan outcome, serta instansi yang akan melaksanakan.

Untuk masing-masing program/kegiatan dilengkapi dengan volume


dan kapasitas. Untuk penganggaran terbagi menjadi 2 (dua) kelompok besar,
yaitu anggaran untuk jangka pendek dan anggaran untuk jangka panjang.
Anggaran jangka pendek terbagi selama 3 (tiga) tahun, yaitu pengganggaran
pada Tahun 2017, 2018, dan 2019. Hal ini disesuaikan dengan target jangka
waktu program pengambangan SKPT hingga Tahun 2019. Kemudian
penganggaran jangka pajang 20 tahun (Ultimate goal) dilaksanakan setelah
Tahun 2019 sampai dengan selesai (terbangun semua) dengan batas waktu
selama 20 tahun. Indikasi program sangat tergantung dengan kondisi
anggaran, sehingga program/kegiatan yang sudah direncanakan jangka
waktunya sewaktu-waktu dapat berubah/bergeser.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 241


Tabel 5.1. Tabel Indikasi Program Pengembangan Sentra Kawasan Perikanan Terintegrasi di Kabupaten Sumba Timur

UNIT DAN ANGGARAN


(Tahun)
Kondisi yang
Kondisi Saat
Program Kegiatan Volume Kapasitas 2017 2018 2019 Diharapkan & Instansi
Ini KETERANG Outcome
Harga Harga Harga AN
Vol Vol Vol
(Rp.juta) (Rp.juta) (Rp.juta)
KLASTER PERIKANAN TANGKAP

Pembangunan PPI Nangamesi


Kondisi yg KKP,KPUPR,
Produksi hasil Tambat Labuh 160mx6m 160mx6m 1.000 diharapkan: Pemda,
perikanan Buoy 150 - PPI Nangamesi Swasta
tangkap Dermaga 52mx17m 52mx17m 1.000 dapat beroperasi
Kabupaten Causeway 487mx6m 487mx6m 55.000 dan menjadi
Sumba Timur Jaringan Jalan Utama 265mx6m 265mx6m 100.000 sentra SKPT di
Tahun 2016 MCK 7mx4m 5 org 7mx4m 100 Kabupaten Sumba KKP, Pemda,
sebanyak 11.967 Mushola 7mx9,5m 33 org 7mx9,5m 150 Timur Swasta
Ton (32%) IPAL 12mx3m 12mx3m 1.000 - Nelayan dapat KKP,KPUPR,
mendaratkan Pemda,
Nelayan belum ikannya di Swasta
mendaratkan Penampungan Air 8mx8m 126,4 m3 8mx8m 160 pelabuhan KKP,KPUPR,
ikannya di perikanan Pemda,
Tower Air 2mx2m 2000 lt 2mx2m 100
pelabuhan
Swasta,PDA
Outcome: M
Kondisi Sarana - Mengoptimalkan
Gerbang (Tahap1,2 dan 200 200 Dibangun pada KKP,KPUPR,
prasarana yang jumlah produksi
3) Tahap Ultimate Pemda,
sudah ada: dan nilai produksi
goal Swasta
- Laboratorium perikanan tangkap
SPDN 15mx10m 2x8Kl 15mx10m 3.090
kesehatan (tdk - Meningkatkan
terawat, tdk TPS 4mx7,5m 2 kontainer 4mx7,5m 300 Pendapatan
berfugsi) sampah Nelayan
- Pos 10m3
pengawasan Pasar Ikan 30mx6m 20 kios 30mx6m 1.200
(tdk terawat, ukuran2x2m
tdk berfungsi) Parkir Pengunjung Tahap 1 (72 82mx35m 700 75mx25m 500
- Gudang (Tahap 1 dan 2) mobil,
kemasan 58motor)
(kondisi baik) Tahap 2 (40
- SPDN mobil, 18
motor)

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 242


UNIT DAN ANGGARAN
(Tahun)
Kondisi yang
Kondisi Saat
Program Kegiatan Volume Kapasitas 2017 2018 2019 Diharapkan & Instansi
Ini KETERANG Outcome
Harga Harga Harga AN
Vol Vol Vol
(Rp.juta) (Rp.juta) (Rp.juta)
mencukupi Parkir Truck 17,5mx6m 5 truck 17,5mx6m 500
(milik swasta) Pos Pelayanan 3mx4,5m 2 org 3mx4,5m 50
- Pasar ikan Kantin Nelayan 9mx10m 48 9mx10m 200 KKP, Pemda,
(tdk terawat, pengunjung, Swasta
tdk berfungsi) 5 kios
- Pabrik Es (tdk makanan
terawat, Koperasi Nelayan 9mx10m 9mx10m 200
berfungsi jika Gardu Listrik dan Genset 7mx8m 300 KVA 7mx8m 300 PLN, Swasta
ada Pabrik Ice Flake 10mx6m Produksi 10 10mx6m 2.600 KKP, Pemda,
permintaan) ton, storage Swasta
20 ton
Kantor Administrasi 6mx9m 4 org 6mx9m 300 KKP,KPUPR,
Pemda,
Swasta
Cold Storage (Tahap 1) 6mx12m 50 ton 6mx12m 800 KKP, Pemda,
Bengkel Kapal 10-15 GT 42mx60m 10 kapal 42mx60m 400 Swasta
Perbaikan Jaring 28mx12m 12 set jaring 28mx12m 500
Jaringan Jalan (Tahap 2) 380mx6m 380mx6m 50.000 KKP,KPUPR,
Pemda,
Swasta
Mess Operator 8 8 keluarga 8 300 KKP, Pemda,
kmrx28m2 (32 org) kmrx28m2 Swasta
Pos Jaga 1 3mx4,5m 2 org 3mx4,5m 50 KKP,KPUPR,
Pasar Buah dan Sayur 26,2mx6m 16 kios 26,2mx6m 600 Pemda,
(ukuran Swasta
2mx2m)
Tempat Pelelangan Ikan 10mx12m 5 ton 10mx12m 450
(TPI)
Area Kuliner (Tahap 1) 35mx7m 90 35mx7m 500 KKP,KPUPR,
pengunjung KPar,
(14 kios pemda,
makanan) Swasta
Deck Rekreasi Hutan 7mx8m 7mx8m 250
Bakau (2buahx5 (2buahx5mx
mx3m) 3m)
Walkway Rekreasi Hutan 200mx2m 200mx2m 300

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 243


UNIT DAN ANGGARAN
(Tahun)
Kondisi yang
Kondisi Saat
Program Kegiatan Volume Kapasitas 2017 2018 2019 Diharapkan & Instansi
Ini KETERANG Outcome
Harga Harga Harga AN
Vol Vol Vol
(Rp.juta) (Rp.juta) (Rp.juta)
Bakau
Jaringan Jalan (Tahap 3) 468mx6m 468mx6m 50.000
Rumah Singgah Nelayan 6 60 org,2 org 6 2.000 KKP,KPUPR,
(Rumah Deret) rumahx5k per kmr rumahx5km Pemda,
mr r Swasta
x21m2 x21m2
Balai Pertemuan Nelayan 15mx10m 56 org 15mx10m 900
Koperasi Pegawai 9mx10m 9mx10m 300
Kantin Pegawai 9mx10m 48 9mx10m 300
pengunjung,
5 kios
makanan
Mess Pegawai 5kmrx28m 5 kel, 20 org 5kmrx28m2 1.500
2

Pos Jaga 2 3mx4,5m 2 org 3mx4,5m 50


Cold Storage Tahap 2 6mx12m 50 ton Dibangun pada KKP, Pemda,
Tahap Ultimate Swasta
goal
Rumah Susun 30mx20m 56 KK Dibangun pada KKP,KPUPR,
Tahap Ultimate Pemda,
goal Swasta
Area Kuliner (Tahap 2) 35mx7m 90 Dibangun pada KKP,KPUPR,
pengunjung, Tahap Ultimate Kpar, Pemda,
14 kios goal Swasta,
makanan
Pasar Tambahan 40mx6m 30 kios Dibangun pada KKP,KPUPR,
ukuran Tahap Ultimate Pemda,
3x3m goal Swasta
TPI Tambahan 10mx12m 5 ton Dibangun pada
Tahap Ultimate
goal
Lahan komersial 85mx20m 48 kios Dibangun pada K/L, Swasta
ukura 3x5m Tahap Ultimate
goal
Rumah Singgah Nelayan 3rmhx5km 30 org, 2 org Dibangun pada KKP,KPUPR,
Tambahan rx21m2 per kmr Tahap Ultimate Pemda,Swast

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 244


UNIT DAN ANGGARAN
(Tahun)
Kondisi yang
Kondisi Saat
Program Kegiatan Volume Kapasitas 2017 2018 2019 Diharapkan & Instansi
Ini KETERANG Outcome
Harga Harga Harga AN
Vol Vol Vol
(Rp.juta) (Rp.juta) (Rp.juta)
goal a
Bangunan Perkantoran tentative
Industri Pengolahan Ikan tentative
Jaringan Jalan (Tahap 4) 160mx6m Dibangun pada
Tahap Ultimate
goal
Armada/Kapal Dan Alat Penangkapan Ikan

Produksi hasil Kapal 5 GT dengan Bubu Kondisi yg KKP, Pemda,


perikanan Rajungan Sisa diharapkan: Swasta
tangkap Kapal 5 GT dengan Bubu 1 unit 50 1 unit 50 Penambahan Peningkatan
Kabupaten Kepiting kapal untuk produksi ikan
Sumba Timur Kapal 5 GT dengan Gillnet mencapai Target sebesar 18.586
Tahun 2016 Lobster optimal setelah ton/tahun sampai
sebanyak 11.967 Kapal 5 GT dengan 1 unit 50 1 unit 50 dikurangi dengan Tahun 2020
Ton (32%) Trammelnet penambahan
Kapal 5 GT dengan 1 unit 50 1 unit 50 pada Tahun Outcome:
Jumlah armada Pancing Ulur 2017-2019 - Mengoptimalkan
penangkapan Kapal 5 GT dengan Gillnet dianggarkan produksi
5 unit 250 1 unit 50
ikan sebanyak Pelagis Kecil pada Tahap perikanan tangkap
3.058 unit Ultimate goal - Meningkatkan
Kapal 10 GT dengan
10 unit 1.000 10 unit 1.000 10 unit 1.000 Pendapatan
Rawai Dasar Ikan
Jumlah Alat Nelayan
Demersal
Tangkap
Kapal 10 GT degan
sebanyak 12.038 6 unit 600 10 unit 1.000 10 unit 1.000
Pancing Tonda dan
unit
Pancing Ulur
Kapal 10 GT dengan Drift 8 unit 800 5 unit 500 10 unit 1.000
Gillnet dan Payang
Kapal 20 GT dengan 10 unit 1.000 15 unit 1.500 10 unit 1.000
Huhate
Kapal 20 GT dengan 5 unit 500 5 unit 500 5 unit 500
Minipurseine
Kapal 30 GT dengan 5 unit 1.000 5 unit 1.000
Longline
TOTAL 1 4.200 6.500 9.000

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 245


UNIT DAN ANGGARAN
(Tahun)
Kondisi yang
Kondisi Saat
Program Kegiatan Volume Kapasitas 2017 2018 2019 Diharapkan & Instansi
Ini KETERANG Outcome
Harga Harga Harga AN
Vol Vol Vol
(Rp.juta) (Rp.juta) (Rp.juta)
KLASTER PERIKANAN BUDIDAYA

Potensi Budidaya Kondisi yg KKP,


(laut, payau, Gudang Rumput Laut 13mx18m 1 paket 1.530 diharapkan: Kperdgg,
tawar) Raw Material - Meningkatkan Pemda,
produksi Swasta
Komoditas Penampungan dan Tower 8mx8m perikanan PDAM,PAM
unggulan air budidaya rumput Swasta,
Perikanan laut melalui KPerdgg
Budidaya: Gardu Listrik dan Genset 7mx8m 1 paket 610 perbaikan PLN, Swasta
Rumput Laut IPAL 12mx3m kualitas benih KKP,
(E.Cottonii), Tempat Pencucian 24mx16m - Meningkatkan Kperdgg,
Mutiara, Air Laboratorium 8mx3m produksi Pemda,
Tawar (ikan Gudang Bahan Kimia 16mx10m budidaya ikan air Swasta
karper, nila, ikan Bengkel Peralatan 16mx5m tawar dan air
mas dan lele), Tempat Processing 14mx8m payau
Garam dan
Gudang RL siap kirim 10mx11m
Artemia, Tiram Outcome:
Musholla 7mx9,5m KKP, Pemda,
Mutiara - Mengoptimalkan
MCK 7mx9,5m Swasta
jumlah produksi
Luas lahan Kantin Pegawai 18mx10m dan nilai produksi KKP,
budidaya 1600 Koperasi Pegawai 9mx10m perikana budidaya Kperdgg,
Ha (RL 600 Ha; Mess Pegawai 10 - Meningkatkan Pemda,
Kerapu, Perempuan kmrx28m2 Pendapatan Swasta
Kakap, Teripang, Mess Pegawai Laki-laki 10 Pembudidaya
dan kmrx28m2
mutiara 1.000 Mess Direktur 7mx7m
Ha) Kantor pengelola RL 10mx8m
Gedung Serba Guna 20mx12m
Produksi RL Pos Jaga 3mx4,5m
kering sebanyak Lantai Jemur 30mx5m 30mx5m 1.840
3.301,6 Ton (40 buah)
(kering) /Th Pagar 1 paket 1.800 KKP,KPerdgg
Pengadaan Excavator 13 ton 1 paket 1.425 ,KPUPR,
Jumlah Mobil Pick up 2 unit 400 Pemda,
pembudidaya RL Dump Truck 1 unit 400 Swasta
sebanyak 3.410 Sarana Kebun Bibit 75 paket 1.875

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 246


UNIT DAN ANGGARAN
(Tahun)
Kondisi yang
Kondisi Saat
Program Kegiatan Volume Kapasitas 2017 2018 2019 Diharapkan & Instansi
Ini KETERANG Outcome
Harga Harga Harga AN
Vol Vol Vol
(Rp.juta) (Rp.juta) (Rp.juta)
jiwa (2016) Rumput Laut
Sarana budidaya rumput 100 paket 2.500
laut
Para-para 100 paket 650
Rumah Ikat 10 paket 750
Induk BBI Lewa (Ikan 100 paket 25 KKP, Pemda,
Mas) Swasta
Induk BBI Lewa (Ikan 41 paket 41
Lele Sangkuriang)
Induk BBI Lewa (Ikan 36 paket 130
Nila)
Pakan Ikan Mas 1 paket 19
Pakan Ikan Lele 1 paket 44
Pakan Ikan Nila 1 paket 137
Pekerjaan Hatchery 1 paket 460
Indoor BBI Lewa
Pekerjaan Sumur Bor BBI 1 paket 148
Lewa
Pekerjaan Jaringan 1 paket 170 PLN, Swasta
Listrik BBI Lewa
Pekerjaan Semenisasi 1 paket 1.700 KKP, Pemda,
Kolam Induk BBI Lewa Swasta
Bantuan Sarana Budidaya 7 paket 1.050
Air Tawar
Budidaya Artemia 1 paket 1.500
Pekerjaan Bangunan 1 paket 3.500
Kantor UPT DJPB
Pekerjaan Pabrik Chip 1 paket 16.000 KKP,
Rumput Laut Kapasitas 5 Kperdgg,
ton/hr Pemda,
Swasta
TOTAL 2 38.704

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 247


UNIT DAN ANGGARAN
(Tahun)
Kondisi yang
Kondisi Saat
Program Kegiatan Volume Kapasitas 2017 2018 2019 Diharapkan & Instansi
Ini KETERANG Outcome
Harga Harga Harga AN
Vol Vol Vol
(Rp.juta) (Rp.juta) (Rp.juta)
KLASTER PENGOLAHAN
(Pengolahan Ikan)

Pengolahan iakn Bantuan saran prasarana 1 paket 2.000 Kondisi yang KKP,
masih bersifat pengolahan diharapkan: Kperdgg,
tradisonal (skala Pelatihan teknologi 1 paket 200 - Meningkatkan nilai Pemda,
rumah tangga) pegolahan hasil jual produk hasil Swasta
perikanan pengolahan ikan,
Jumlah pengolah Pelatihan HACCP 1 paket 200 serta memicu
masih sangat Pengadaan Sarana 1paket 3.000 pertumbuhan unit
sedikit Operasional Percontohan usaha baru
Pengolahan Ikan -
Teknologi Pembentukan koperasi 1 paket 1.000 Outcome:
pengolahan pengolah - Meningkatkan
masih sangat Pemberian batuan modal 1 paket 2.000 pendapatan
rendah pengolah ikan
- Meningkatnya
Pengolahan hasil kualitas,
perikanan baru standarisasi
ikan asin dan produk perikanan,
ikan asap inovasi dan
jaminan mutu serta
Hasil pengolahan daya saing pasar
baru dijual lokal
belum eksport
TOTAL 3 5400 3000

KLASTER PEMASARAN

Pemasaran baik Pengembangan pasar 1 paket 500 Kondisi yang KKP, Pemda,
lokal maupun ikan diharapkan: Swasta
eksport masih Promosi hasil perikanan 1 paket 100 - Kemudahan KKP,
sedikit Kabupaten Sumba Timur pendistribusian Kperdgg,
Bantuan Mobil Coolbox 1 paket 100 Pemda,
Pemasaran hasil Outcome: Swasta
perikanan belum - Meningkatnya

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 248


UNIT DAN ANGGARAN
(Tahun)
Kondisi yang
Kondisi Saat
Program Kegiatan Volume Kapasitas 2017 2018 2019 Diharapkan & Instansi
Ini KETERANG Outcome
Harga Harga Harga AN
Vol Vol Vol
(Rp.juta) (Rp.juta) (Rp.juta)
terkonsentrasi konsumsi ikan
- Meningkatnya
Minat beli pendapatan n
masyarakat nelaya dan
terhadap produk pembudidaya
olahan ikan
masih sedikit
TOTAL 4 600 100

KLASTER PARIWISATA

Potensi Pembangunan Tracking 1 paket 3.200 Kondisi yang KKP, Kpar,


pariwisata Mangrove di lokasi diharapkan: Pemda,
sangat beragam, wisata - Terbangunnya Swasta
terutama potensi Pengadaan Perahu 10 paket 250 infrastruktursaran
wisata bahari Wisata Tour Mangrove a prasaran wisata
dan adat Pembangunan Gerbang 1 paket 50 - Terjalinnya
Infrastruktur dan dan Kantor Tiket Konektifitas setor
sapras belum Mangrove pariwisata
optimal Pembangunan Menara 1 paket 100
Pandang Mangrove Outcome:
Jumlah Promosi Pariwisata 3 paket 1 paket 50 1 paket 50 1 paket 50 - Meningkatkan
Wisatawan Asing Bahari pendapatan daerah
692 org, Pengadaan paket wisata 1 paket 1.000 melalui
wisatawan regional pendapatan
Domestik wisatawan
10.813 org - Meningkatnya
Wisata Pantai jumlah wisatawan
tersebar di 8
Kecamatan
Wisata Adat
tersebar di 9
Kecamatan

TOTAL 5 50 3.400 1.300

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 249


UNIT DAN ANGGARAN
(Tahun)
Kondisi yang
Kondisi Saat
Program Kegiatan Volume Kapasitas 2017 2018 2019 Diharapkan & Instansi
Ini KETERANG Outcome
Harga Harga Harga AN
Vol Vol Vol
(Rp.juta) (Rp.juta) (Rp.juta)
KLASTER PENGAWASAN

Merupakan Pengadaan Speedboat 6 paket 2 paket 500 2 paket 500 2 paket 500 Kondisi yang KKP, Pemda,
wilayah Patroli (Di PPI diharapkan: Swasta,
perbatasan dan Nangamesi) Meningkatkan
terdapat PPKT Pengadaan Mobil Dianggarkan kondisi keamanan
Karantina Ikan pada Tahap dan keselamatan di
Hanya terdapat 2 Ultimate goal lokasi SKPT
unit Pos Pembangunan Balai Dianggarkan
Pengawasan dan Karantina Ikan pada Tahap Outcome:
Pemantau, yakni Ultimate goal Menjaga kualitas dan
di Pulau Revitalisasi Pos Dianggarkan kuantitas
Mangudu dan Pengawasan pada Tahap sumberdaya
Napu Ultimate goal perikanan, serta
meminimalisir
Masih banyak terjadinya
terjadi IUndang- perdagangan hasil
Undang dan perikanan secara
destructive ilegal
fishing di
perairan Sumba
Timur

TOTAL 6 500 500 500

KLASTER PENGEMBANGAN SDM, KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN

Kurangnya Pelatihan Sertifikasi 1 paket 100 1 paket 100 1 paket 100 Kondisi yang KKP, Pemda,
kualitas SDM Nelayan diharapkan: Swasta,
masyarakat Pelatihan CBIB 1 paket 150 1 paket 150 1 paket 150 - Meningkatkan
perikanan di Penyuluhan dan 1 paket 100 kemampuan dan
bidang perikanan Pembentukan kualitas nelayan,
tangkap, Kelembagaan Nelayan pembudidaya,
budidaya, Tangkap Penerima pengolah
pengolahan, Bantuan perikanan, dalam
serta Penyuluhan dan 1 paket 50 1 paket 50 menghasilkan KKP,
pengawasan Pembentukan roduk perikanan Kperdgg,

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 250


UNIT DAN ANGGARAN
(Tahun)
Kondisi yang
Kondisi Saat
Program Kegiatan Volume Kapasitas 2017 2018 2019 Diharapkan & Instansi
Ini KETERANG Outcome
Harga Harga Harga AN
Vol Vol Vol
(Rp.juta) (Rp.juta) (Rp.juta)
Kelembagaan - Terintegrasinya Pemda,
Pembudidaya Penerima pembangunan Swasta
Bantuan SKPT
Pembentukan Koperasi 1 paket 50 1 paket 50
Simpan Pinjam Outcome:
Permodalan Operasional - Meningkatnya PAD
Nelayan - Kab.Sumba Timur
Pembentukan Koperasi 1 paket 25 1 paket 25 semakin maju
Simpan Pinjam
Permodalan Operasional
Pembudidaya
Pembuatan DED 1 paket 300 KKP, Pemda,
Penyusunan Bisnisplan 1 paket 200 Swasta
SKPT Sumba Timur
Penyusunan Dokumen 1 paket 200 1 paket 200
Lingkungan (AMDAL atau
UKL/UPL)
TOTAL 7 500 325 325

JUMLAH TOTAL 145.424 329.095 248.465

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 251


BAB VI KESIMPULAN
BAB VI &REKOMENDASI
KESIMPULAN &
REKOMENDASI

6.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari rencana Pengembangan Sentra Kelautan dan
Perikanan Terpadu di Kabupaten Sumba Timur, antara lain:
1. Kabupaten Sumba Timur layak untuk dikembangkan menjadi SKPT, dengan
komoditas utama adalah perikanan tangkap (Tuna Tongkol Cakalang/TTC),
dan perikanan budidaya (Rumput Laut dari jenis Eucheuma Cottonii),
dengan fokus lokasi pengembangan SKPT, yaitu di PPI Nangamesi,
Kecamatan Kota Waingapu dan lokasi budidaya rumput laut di Kecamatan
Pahunga Lodu sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, didukung
dengan lahan bersertifikat seluas 5,2 Ha dan 4 Ha. Lokasi pelabuhan berada
di lahan/tanah milik Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Timur
(Sertifikat terlampir), dimana lokasi tersebut telah sesuai peruntukkannya
baik dengan dokumen RTRW Provinsi NTT Tahun 2006-2026, RTRW
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2008-2028 dan RDTR Kabupaten Sumba
Timur Tahun 2015-2035 (Review), Masterplan PPI Nangamesi Tahun 2015
dan Masterplan Minapolitan Rumput Laut tahun 2011, Surat Kepala
Bappeda Kabupaten Sumba Timur No.Bap.021.10/3370/XII/2016 tentang
Penegasan Lokasi sesuai RTRW dan Surat Bupati Sumba Timur
No.DKP.523/794/V/2017 tentang Lokasi SKPT.
2. Perairan Sumba Timur berada di WPP NRI 573, dengan MSY Kabupaten
Sumba Timur sebesar 46.466,5 ton, JTB sebesar 37.173,2 ton, pemanfaatan
sebesar 11.712,3 ton (32 %). Scenario pengembangan perikanan tangkap
pada Tahun 2017 sebesar 12.256 ton (33%), Tahun 2018 sebesar 13.092
ton (35%), dan Tahun 2019 15.592 ton (40%), hingga Tahun 2020 sebesar
17.526 (47%). Selama 3 tahun, kebutuhan kapal 170 unit dan 1.011 nelayan.
Tahun 2017, dibutuhkan kapal sebanyak 45 unit dan 202 nelayan, dengan
kebutuhan BBM 8KL, es seluruh komoditas 80 ton dan TTC 50 ton. Target
produksi harian untuk seluruh komoditas adalah 67 ton dan TTC 32 ton.
Peningkatan ikan pelagis besar (TTC) masih moderate, hal berarti upaya
penangkapan masih bisa ditambah dengan intervensi kapal 5GT, 10GT, 20
GT, dan 30GT, dengan alat tangkap pancing tonda dan ulur, longline, serta
huhate.
3. Scenario pengembangan perikanan budidaya (rumput laut) selama 3 tahun
(Tahun 2017-2019) adalah 20%/th, produksinya rata-rata 4.807 ton,
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 252
kebutuhan lahan 228 Ha. Pada Tahun 2017, kebutuhan lahan 79 Ha, jumlah
kelompok 546, jumlah pertahun 1.091, rumah ikat 546, para-para 5.460 dan
air 138.666 kubik. Pengembangan produksi budidaya rumput laut dari
sistem permukaan menjadi sistem lepas dasar, dengan peningkatan
pengadaan bibit, dan sarana pendukung yaitu perahu, rumah ikat, tali dan para-
para. Target pengembangan produksi pasca panen SKPT akan ditingkatan
menjadi 20 ton atau 100% dari produksi yang ada dengan meningkatkan
teknologi budidaya, penanganan rumput laut yang baik, peningkatan sarana
prasarana pendukung seperti gudang rumput laut dan lantai jemur, serta
peningkatan jenis dan kualitas pasca produksi yaitu jenis ATC Cottonii yang
berbentuk kepingan (Chips), dan RC dan SRC dalam bentuk tepung beserta
olahan lanjutan.

6.2. Rekomendasi
Berdasarkan hasil kajian, berikut beberapa rekomendasi yang dapat
diaplikasikan dalam SKPT di Kabupaten Sumba Timur.
1. Dalam upaya peningkapat produksi perikanan tangkap, perlu segera
dibangun tambat labuh kapal penangkapan ikan dan pembangunan PPI
Nangamesi, termasuk fasilitas dasar listrik, air bersih, dan BBM serta
fasilitas pendukung lainnya agar potensi SDI dapat dimanfaatkan secara
optimal.
2. Peningkatan SDM yang berkualitas di bidang perikanan tangkap dan
budidaya, terutama dengan cara merubah budaya melaut, yaitu melalui
pelatihan-pelatihan dan perlu dibangunnya unit SKPT di daerah.
3. Perluasan perluasan jaringan melalui TOL Laut, yaitu konektivitas suplay
dan demand termasuk pemasaran hasil perikanan baik lokal, regional,
maupun internasional. Konektivitas lokal dengan adanya sentra-sentra
nelayan di 15 kecamatan pesisir, 3 sentra pengumpul di Kec.Karera,
Kec.Pahunga Lodu, dan Kec.Kota Waingapu, serta sentra utama di PPI
Nangamesi, Kec.Kota Waingapu. Konektivitas regional ke Kupang, Rote,
Pulau Sabu, Bali, Surabaya, Jakarta, Lombok. Dan konektivitas internasional
ke Filipina, Australia, Amerika, Cina, Jepang, dan Uni Eropa.
4. Perlu adanya patroli terpadu dari pihak terkait seperti TNI AL, POLAIRUD,
Kementerian Kelautan dan Perikanan sehingga mencegah terjadinya IUU
dan Destructive Fishing di daerah perbatasan, khususnya di wilayah
Kabupaten Sumba Timur.
5. Perlunya pembangunan secara terintegrasi lintas sektor, baik pusat maupun
daerah dan swasta/investor.
6. Perlu disusun Bisnisplan SKPT untuk mengetahui kelayakan investasi dan
valuasi ekonomi SKPT.
7. Perlu disusun DED dan FS untuk PPI Nangamesi, terutama DED untuk
tambat labuh kapal dan lokasi gudang rumput laut.

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 253


LAMPIRAN

LAMPIRAN

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 254


SERTIFIKAT TANAH PPI NANGAMESI STATUS TANAH
MILIK PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUMBA TIMUR

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 255


MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 256
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 257
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 258
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 259
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 260
MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 261
DOKUMENTASI

FOTO PERTEMUAN

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 262


Arahan Bupati Kab.Sumba Timur Arahan Kepala DKP Kab.Sumba Timur

FGD Masterplan SKPT Kab.Sumba Timur, Koordinasi dengan BPSPL Denpasar,


di.R.R DKP Sumba Timur, 6 April 2017 7 April 2017

FGD dengan Pembudidaya Rumput Laut di Konsultasi Teknis Masterplan SKPT


Pahunga Lodu, 18 Mei 2017 Kab.Sumba Timur, di.R.R Bupati, 19 Mei
2017

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 263


Cek Lokasi Pembangunan Dermaga di Cek Koordinat, Sarana Prasarana dan
Pelabuhan Umum Lokasi PPI Nangamesi

Kunjungan ke Pabrik Rumput Laut, PT. Wawancara dengan Nelayan di Kampung


ASTIL di Kecamatan Pahunga Lodu Bugis

Cek Lokasi Pembangunan Gudang Pabrik Berfoto bersama jajaran DKP Kabupaten
Rumput Laut Sumba Timur

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 264


Hasil Tangkapan Ikan di Pasar Ikan di Kabupaten Sumba Timur
Kabupaten Sumba Timur

Survei Lokasi Sarana Prasarana yg Survei di Lokasi Pelabuhan Rakyat dan


Sudah Ada di Dekat Pelabuhan Rakyat Calon PPI Nangamesi

Lokasi Budidaya Rumput Laut Pembahasan Masterplan SKPT di Pusat

MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 265


MASTERPLAN SKPT KABUPATEN SUMBA TIMUR 266

Anda mungkin juga menyukai