Anda di halaman 1dari 128

PEMERINTAH KABUPATEN BREBES

DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN


DKP
Jl. Laksamana Yos Sudarso No.7 - Jawa Tengah 52212

draft
LAPORAN AKHIR

PENYUSUNAN Ma ste r Pl an
MINAPOLITAN PERIKANAN BUDIDAYA
Kabupaten Brebes TAHUN ANGGARAN

2 0 1 4
KATA PENGANTAR

TAHUN ANGGARAN

2 0 1 4
PENYUSUNAN Mas ter Pla n
MINAPOLITAN PERIKANAN BUDIDAYA
LAPORAN AKHIR i
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

P uji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan segala rahmat dan
kemudahan-Nya, dokumen Laporan Antara Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan
Budidaya di Kabupaten Brebes, dapat terselesaikan dengan baik. Dokumen Laporan Akhir ini
secara keseluruhan disusun berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja
(KAK).
Melalui metodologi pendekatan dan program pelaksanaan pekerjaan yang disusun, hasil survey
(primer dan sekunder). Laporan Akhir ini mencoba menampilkan profil, potret daerah dan identifikasi
permasalahan dan potensi daerah serta konsep pengembangan. Dalam pembahasannya
dikelompokan menjadi:
A. Pendahuluan
B. Pendekatan dan Metodologi
C. Review Kebijakan Terkait Minapolitan
D. Profil Kawasan Minapolitan
E. Kajian dan Analisis Pengembangan Kawasan Minapolitan
Pada akhirnya, dokumen Laporan Akhir ini kami maksudkan dapat menjadi landasan dalam
mengambil kebijakan dan penanganan untuk kawasan minapolitan di Kabupaten Brebes.

Brebes, Desember 2014

PENYUSUN

Kata Pengantar dan Daftar Isi


DAFTAR ISI

TAHUN ANGGARAN

2 0 1 4
PENYUSUNAN Mas ter Pla n
MINAPOLITAN PERIKANAN BUDIDAYA
LAPORAN AKHIR ii
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN
BAB II. METODE DAN PENDEKATAN
BAB III. REVIEW KEBIJAKAN MINAPOLITAN KAB BREBES
BAB IV. PROFIL KAWASAN
BAB V. KAJIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN MINAPOLITAN

Kata Pengantar dan Daftar Isi


Bab 1

PENDAHULUAN

TAHUN ANGGARAN

2 0 1 4
PENYUSUNAN Mas ter Pla n
MINAPOLITAN PERIKANAN BUDIDAYA
LAPORAN AKHIR 1-1
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

1.1. LATAR BELAKANG

K ementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia akan mewujudkan Program Kawasan


Minapolitan di berbagai daerah. Minapolitan berasal dari kata mina dan politan.
Dalam bahasa sansekerta mina berarti ikan sedangkan politan berasal dari bahasa
yunani polis yang berarti kota, sehingga minapolitan bisa diartikan sebagai imajinasi sebuah
kawasan kota dengan aktivitas ekonomi utama dari usaha perikanan, dari hulu sampai hilir,
atau Kota Perikanan .
Pengembangan kawasan minapolitan itu akan mencakup kegiatan produksi, pengolahan,
serta pemasaran produk perikanan dan kelautan. Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 41 Tahun 2009, menetapkan 41 lokasi percontohan pengembangan
kawasan minapolitan dan melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.
KEP.32/MEN/2010 tentang penetapan Kawasan Minapolitan Kota. Kawasan minapolitan
yaitu suatu kawasan ekonomi potensial unggulan. Kawasan minapolitan akan dijadikan
kawasan ekonomi unggulan yang dapat mendorong percepatan pembangunan ekonomi di
daerah untuk kesejahteraan masyarakatlokal (KEP.18/MEN/2011) Untuk melengkapi
keberlangsungan Kawasan Minapolitan yang sebelumnya telah disusun Kajian Rencana
Pengembangan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Brebes dan telah ditetapkan beberapa
kawasan sebagai kawasan pengembangan minapolitan, maka dalam hal ini diperlukan pula
suatu perencanaan pengembangan kawasan bagi pengembangan ekonomi berbasis usaha
budidaya ikan yang dikembangkan secara terintegrasi oleh pemerintah, swasta dan
masyarakat untuk penciptaan iklim usaha yang lebih baik untuk pertumbuhan ekonomi
wilayah, penciptaan lapangan kerja dan pendapatan masyarakat kawasan tersebut.
Minapolitan merupakan program pengembangan kawasan ekonomi perikanan terintegrasi
yang meliputi produksi, pengolahan, dan pemasaran. Pengembangan kawasan minapolitan
merupakan konsep pembangunan berbasis kawasan atas sejumlah komoditas kelautan dan
perikanan unggulan seperti lele, bandeng, patin, kerapu, rumput laut, dan perikanan
tangkap. Pengembangan kawasan minapolitan berusaha untuk menempatkan nelayan dan
pelaku usaha swasta di sektor perikanan berada di dalam satu kawasan yang sama. Di
Pendahuluan
LAPORAN AKHIR 1-2
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

kawasan minapolitan itu perlu didirikan unit pengolahan hulu dan hilir yang bertujuan
menampung hasil produksi nelayan. Lewat konsep terintegrasi pengembangan minapolitan
berbasis kawasan tersebut biaya operasi nelayan maupun pelaku usaha swasta lainnya
diusahakan dapat lebih murah.
Secara konseptual Minapolitan mempunyai 2 unsur utama yaitu:
1) Minapolitan sebagai konsep pembangunan sektor kelautan dan perikanan berbasis
wilayah dan
2) Minapolitan sebagai kawasan ekonomi unggulan dengan komoditas utama produk
kelautan dan perikanan.
Konsep Minapolitan didasarkan pada 3 (tiga) asas, yaitu:
1) Demokratisasi ekonomi kelautan dan perikanan pro rakyat,
2) Keberpihakan pemerintah pada rakyat kecil melalui pemberdayaan masyarakat, dan
3) Penguatan peran ekonomi daerah dengan prinsip daerah kuat bangsa dan negara
kuat (kep.18/men/2011).
Konsep pengembangan minapolitan perlu disesuaikan dengan kondisi geografis
setempat,meliputi : kendala alam, kondisi fisik geografis wilayah, sosial-ekonomi penduduk,
dan sebagainya agar segala hal yang bisa menjadi hambatan keberhasilan program tersebut
dapat diantisipasi. Dalam KEP.18/MEN/2011 juga disebutkan, bahwa pengembangan
kawasan minapolitan adalah untuk mempercepat dan meningkatkan kinerja pembangunan
sektor kelautan perikanan, maka sentra produksi potensial dan produktif yang
terkonsentrasi di suatu kawasan akan dikembangkan menjadi kawasan ekonomi unggulan
bernama kawasan minapolitan. Sebagai kawasan ekonomi unggulan, kawasan minapolitan
dirancang dan dikembangkan secara terintegrasi dengan paket-paket kebijakan lintas
sektor dan daerah. Kawasan minapolitan dapat berbasis Perikanan Budidaya, Perikanan
Tangkap, Pengolahan ataupun kombinasi dari ketiga bidang yang bersangkutan.
Namun demikian dalam kajian ini difokuskan pada penyusunan Master Plan Pengembangan
Kawasan Minapolitan yang berbasis pada perikanan budidaya. Secara umum tata laksana
pengembangan kawasan minapolitan mengikuti tahapan: Perencanaan, Pelaksanaan,
Monitoring dan Evaluasi, dan Pelaporan. Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, diperlukan
sebuah perencanaan yang komprehensif dimana pembangunan sarana dan prasarana yang
dapat mendukung kegiatan minapolitan. Guna menunjang kegiatan tersebut maka
diperlukan pembangunan infrastruktur yang memenuhi kriteria teknis bangunan yang layak
dari segi mutu, biaya dan kriteria administrasi bagi bangunan yang dimaksud.

1.2. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN


1.2.1.MAKSUD
Maksud dari Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten
Brebes ini adalah untuk :
1. Penyusunan Dokumen Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten
Brebes.
Dokumen ini akan memuat rencana investasi jangka menengah pengembangan
kawasan minapolitan perikanan budidaya, yang diharapkan dapat sebagai acuan bagi
pemerintah daerah dan calon investor yang akan menginvestasikan usaha di kawasan

Pendahuluan
LAPORAN AKHIR 1-3
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

minapolitan perikanan budidaya dimaksud sehingga akan menjadikan daya tarik


tersendiri untuk pengembangan ekonomi berbasis perikanan di Kabupaten Brebes.
2. Penyusunan DED Kawasan Prioritas pada rencana Pengembangan Kawasan
Minapolitan Perikanan Budidaya yang telah ditetapkan.
Dokumen DED ini sebagai stimulan dan langkah awal perwujudan kawasan minapolitan
perikanan budidaya yang tentunya merupakan tahapan awal untuk pengembangan
dan pembangunan lebih lanjut. Dokumen DED ini memberikan gambaran rinci
mengenai rencana penyediaan sarana dan prasarana fisik yang mendukung kegiatan
kawasan minapolitan yang mencakup rencana tapak dan bangunan berupa Gambar
Rencana Teknis Bangunan. Selain itu pula tercakup didalamnya mengenai penyusunan
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS), Rencana dan Volume Pekerjaan, Rencana
Anggaran Biaya dan Laporan Perencanaan meliputi Arsitektur, Struktur dan Utilitas
sehingga Penyusunan Detail Enginerring Design (DED) ini dapat dijadikan dasar bagi
perencanaan anggaran pembangunan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Brebes
khususnya Dinas Kelautan dan Perikanan.

1.2.2.TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dari Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di
Kabupaten Brebes ini adalah untuk mewujudkan kawasan minapolitan perikanan budidaya
melalui tahapan pembangunan yang terencana, terukur dan berkelanjutan yang serasi,
seimbang dan terjaga kelestarian lingkungannya sebagai daerah penunjang kawasan
minapolitan secara keseluruhan.

1.2.3.SASARAN
Hasil dari Penyusunan Master Minapolitan Perikanan Budidaya ini adalah sebagai acuan
dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur fisik dan sebagai acuan pengembangan
investasi di Kawasan Minapolitan Perikanan Budidaya.

1.3. RUANG LINGKUP KEGIATAN


1.3.1.LINGKUP WILAYAH
Lingkup wilayah penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten
Brebes adalah berada pada daerah pengembangan wilayah minapolitan sesuai

Pendahuluan
LAPORAN AKHIR 1-4
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

peruntukannya di Kabupaten Brebes sebagaimana telah tertuang dalam Keputusan Bupati


Brebes, tentang Penetapan Lokasi Kawasan Minapolitan di Kabupaten Brebes.

1.3.2.LINGKUP KEGIATAN
Lingkup kegiatan penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya diKabupaten
Brebes, berupa 2 (dua) buah produk sebagai dokumen perencanaan yaitu :

a) Lingkup Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten


Brebes Lingkup pekerjaan yang dibutuhkan antara lain adalah analisa dan rencana
pengembangan investasi dan infrastruktur di kawasan minapolitan perikanan
budidaya dalam rangka pengembangan kawasan dan ekonomi secara berkelanjutan.
Proses pelaksanaan kegiatan meliputi :
1. Persiapan, terdiri atas:
a. Persiapan awal, yaitu upaya pemahaman terhadap KAK dan penyiapan
anggaran biaya;
b. Kajian awal data sekunder, yaitu review kajian pengembangan minapolitan dan
kebijakan lainnya; dan
c. Persiapan teknis pelaksanaan meliputi penyusunan Standar Dokumen
Pengadaan Jasa Konsultansi Badan Usaha (dengan Prakualifikasi) metodologi /
metode dan teknik analisis rinci, serta penyiapan rencana survei
pengembangan.
2. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data untuk penyusunan Master Plan Minapolitan
Perikanan Budidaya, meliputi:
a. analisis karakteristik wilayah pengembangan;
b. analisis potensi, sumber daya dan masalah di wilayah pengembangan;
c. analisis investasi dan infrastruktur pengembangan;
d. analisis kelayakan pengembangan investasi dan pengembangan investasi
infrastruktur di lokasi pengembangan.
Keluaran dari pengolahan data meliputi:
a. potensi, sumber daya dan masalah di kawasan pengembangan;
b. peluang dan tantangan pengembangan investasi dan pengembangan investasi
infrastruktur di kawasan minapolitan perikanan budidaya;
Pendahuluan
LAPORAN AKHIR 1-5
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

c. kecenderungan perkembangan investasi di kawasan minapolitan perikanan


budidaya;
d. perkiraan kebutuhan dan pembiayaan pengembangan investasi;
e. intensitas pemanfaatan ruang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung
(termasuk prasarana/infrastruktur dan utilitas) untuk investasi infrastruktur;
f. teridentifikasinya rencana pengembangan investasi jangka menengah di
kawasan minapolitan perikanan budidaya
g. teridentifiaksinya rencana pengembangan infrastruktur jangka menengah di
kawasan minapolitan perikanan budidaya.
3. Perumusan Konsep
Perumusan konsep Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya dilakukan
dengan:
a. mengacu pada Kajian Pengembangan Kawasan Minapolitan dan kebijakan
lainnya
b. mengacu pada RTRW;
c. mengacu pada pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang investasi dan
bidang investasi ifrastruktur; dan
d. memperhatikan RPJP kabupaten dan RPJM Kabupaten Brebes, Konsep
Penyusunan Master Plan Perikanan Budidaya dirumuskan berdasarkan hasil
analisis yang telah dilakukan sebelumnya dengan menghasilkan konsep
pengembangan infrastruktur dan investasi di kawasan minapolitan perikanan
budidaya yang berisi: rumusan tentang tujuan, kebijakan, strategi dan rencana
pentahapan pengembangan infrasruktur dan investasi di kawasan minapolitan
perikanan budidaya di Kabupaten Brebes dalam jangka menengah (lima
tahun).
b) Lingkup Penyusunan DED Minapolitan Perikanan Budidaya,
Lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan antara lain adalah penyusunan dokumen
DED pada rencana tahap I pengembangan infrastruktur di kawasan minapolitan
perikanan budidaya dalam rangka perwujudan rencana pembangunannya.
Lingkup kegiatannya adalah sebagai berikut :
a. Melakukan pengukuran lahan dan membuat topografi;
b. Membuat laporan perencanaan dilengkapi gambar site plan, denah, tampak dan
potongan arsitektur;
c. Menghitung dan menentukan jaringan system utilitas (elektrikal, mekanikal,
plumbing) untuk bangunan dan tapak;
d. Membuat rencana pengembangan meliputi gambar rencana arsitektur, struktur,
infrastruktur, mekanikal dan elektrikal;
e. Membuat rencana detail meliputi gambar rencana Arsitektur, Struktur,
Infrastruktur, Mekanikal dan Elektrikal;
f. Menyusun dokumen pelaksanaan (Arsitektur, Struktur, Mekanikal & Elektrikal)
yang terdiri dari :
- Dokumen gambar kerja
- Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis / Umum
- Rincian volume pelaksanaan /Bill of Quantity
- Rencana Anggaran Biaya

Pendahuluan
LAPORAN AKHIR 1-6
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

- Laporan Perhitungan Struktur (bila diperlukan)


Jenis Pekerjaan, meliputi :
Pekerjaan Persiapan.
Pengumpulan Data Eksisting Lapangan.
Survey, Inventarisasi dan Analisis data Pendahuluan.
Analisa dan pembuatan tapak bangunan
Perencanaan bangunan Arsitektur.
Perencanaan bangunan Struktur.
Perencanaan bangunan Mekanikal
Penyusunan Gambar Rancangan DED.
Penyusunan RAB & BQ
Penyusunan RKS
Pedoman, Kriteria dan Standard Pekerjaan
Pedoman kriteria dan standart
yang dipakai untuk melaksanakan
kegiatan tersebut diatas adalah
pedoman, kriteria dan standart
yang berlaku di Indonesia
khususnya di Kabupaten Brebes
saat ini. Dalam penerapannya harus
dipertimbangkan : untung rugi
perubahan atau penggantian
konsep yang telah ada (terpasang),
system operasi dan pemeliharaan,
penggunaan teknologi tepat guna
dan biaya konstruksi yang paling
menguntungkan. Sebagai pegangan dipakai pedoman, kriteria dan standart
perencanaan DED yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Cipta Karya, dan apabila
dipergunakan perubahan pedoman kriteria dan standart tersebut diatas berdasarkan
pertimbangan penyesuaian terhadap kondisi lapangan, kemudahan operasional,
pemeliharaan dan biaya yang paling menguntungkan. Perubahan tersebut harus
dibahas dan disetujui sebelum dibuat desainnya.
Kualitas, meliputi :
Kualitas inventarisasi harus dilakukan secara teliti sehingga didapat data yang
cukup dan akurat untuk membuat rencana yang akan dipakai sebagai landasan
perencanaan.
Mutu desain haruslah bagus sedemikian rupa yang didukung oleh data yang cukup
dan akurat sehingga menghasilkan perencanaan yang dapat dioprasionalkan
dengan cara mudah, efektif dan efisien.

1.4. WAKTU PELAKSANAAN


Untuk melaksanakan pekerjaan ini ditetapkan waktunya selama 3 (tiga) bulan hari kalender
terhitung sejak dikeluarkannya SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja) dari Pejabat Pembuat
Komitmen. Jangka waktu pelaksanaan tersebut sudah memadai untuk pelaksanaan
pekerjaan ini.

Pendahuluan
LAPORAN AKHIR 1-4
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

Pendahuluan
LAPORAN AKHIR 1-5
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

1.5. SISTEMATIKA PENYUSUNAN LAPORAN AKHIR


Laporan Akhir ini merupakan dokumen yang menjelaskan mengenai menyelesaikan
rangkaian kegiatan, mulai dari pemahaman kegiatan sampai dengan rencana kerja
penyelesaian kegiatan, Hasil fakta dan analisa serta out berupa Master Plan Minapolitan
Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes. Berkenaan dengan hal tersebut, maka untuk
memudahkan pemahaman dalam dibagi ke dalam beberapa bagian sebagai berikut:

A. PENDAHULUAN, yaitu bab yang menjelaskan: Ilustrasi awal dari keseluruhan isi dari
Penyusunan Laporan Akhir Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya
di Kabupaten Brebes;
B. METODE DAN PENDEKATAN
C. REVIEW KEBIJAKAN MINAPOLITAN KAB BREBES
D. PROFIL KAWASAN
E. KAJIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN MINAPOLITAN
F. KONSEP PENYUSUNAN MASTER PLAN PERIKANAN BUDIDAYA

Pendahuluan
Bab 2

PENDEKATAN & METODOLOGI

TAHUN ANGGARAN

2 0 1 4
PENYUSUNAN Mas ter Pla n
MINAPOLITAN PERIKANAN BUDIDAYA
LAPORAN AKHIR 2-1
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

2.1. PEMAHAMAN TERHADAP MASTERPLAN MINAPOLITAN


2.1.1. MINAPOLITAN

M inapolitan merupakan bagian dari kawasan agropolitan. dimana berasal dari


kata MINA dan POLITAN. mina = ikan. dan politan = kawasan. KAWASAN
AGROPOLITAN: Menurut UU Penataan Ruang No 26/2007, didefinisikan sebagai
kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai
sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumberdaya alam tertentu yang ditunjukkan
oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman
dan sistem agribisnis.
KAWASAN MINAPOLITAN berdasarkan turunan
kawasan Agropolitan: adalah kawasan yang
terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada
wilayah perdesaan sebagai sistem produksi
perikanan dan pengeloaan sumberdaya alam
tertentu yang ditunjukkan oleh adanya
keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan
satuan sistem permukiman dan sistem
minabisnis.

2.1.2. BATASAN ISTILAH DAN KONSEPSI MINAPOLITAN


a) Sentra pengembangan adalah suatu hamparan komoditas perikanan berskala
ekonomi di suatu wilayah mina ekosistem, dimana wilayah tersebut dilengkapi
dengan sarana prasarana yang dibutuhkan, kelembagaan, pengolahan / pemasaran,
dan sektor lain yang menunjang perkembangan dari sentra komoditas tersebut.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


LAPORAN AKHIR 2-2
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

b) Masterplan adalah rencana induk multi tahun komoditas, kegiatannya meliputi


komoditas unggulan dan komoditas penunjangnya serta pembangunan kegiatan
lainnya yang serasi dan dibutuhkan sehingga pembangunan mina ekosistem dengan
komoditas unggulannya akan dapat mencapai sasaran, yaitu kesejahteraan
pembudidaya dan pertumbuhan ekonomi wilayah.
c) Kawasan minapolitan (berdasarkan turunan dari kawasan agropolitan) adalah
kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan
sebagai sistem produksi perikanan dan pengelolaan sumberdaya alam tertentu yang
ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dari hierarki keruangan satuan sistem
pemukiman dan sistem minabisis. Minapolitan / agropolitan menurut Friedman dan
Douglass (1985) adalah aktivitas pembangunan yang terkonsentrasi di wilayah
pedesaan denga jumlah penduduk antara 50.000 jiwa sampai dengan 150.000 jiwa.
d) Komoditas andalan adalah sejumlah komoditas yang dapat dibudidayakan atau
dikembangkan disuatu wilayah Kabupaten berdasarkan analisis kesesuaian
aquaekologi (air, tanah dan iklim).
e) Komoditas unggulan adalah salah satu komoditas andalan yang paling
menguntungkan untuk diusahakan di suatu wilayah yang mempunyai prospek pasar
dan peningkatan pendapatan/kesejahteraan pembudidaya ikan dan keluarga serta
mempunyai potensi sumberdaya lahan yang cukup besar.
f) Komoditas penunjang adalah komoditas-komoditas lain yang dapat dipadukan
pengusahaannya dengan komoditas pokok (unggulan) yang dikembangkan di suatu
lokasi atau sentra komoditas unggulan dalam rangka optimalisasi pemanfaatan
sumberdaya (lahan, tenaga kerja, sarana/prasarana) dan peningkatan pendapatan
pembudidaya ikan melalui peningkatan produksi maupun keterpaduan
pengusahaannya akan meningkatkan efisiensi/saling memanfaatkan
g) Minabisnis merupakan suatu kegiatan penanganan komoditas secara komprehensif
mulai dari hulu sampai hilir (pengadaan dan penyaluran minainput, proses produksi,
pengolahan, dan pemasaran).

2.1.3. KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN

Berdasarkan issue dan permasalahan pembangunan perdesaan yang terjadi,


pengembangan kawasan minapolitan merupakan alternatif solusi untuk pengembangan
wilayah (perdesaan). Kawasan minapolitan disini diartikan sebagai sistem fungsional desa-
desa yang ditunjukkan dari adanya hirarki keruangan desa yakni dengan adanya pusat

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


LAPORAN AKHIR 2-3
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

minapolitan dan desa-desa disekitarnya membentuk kawasan minapolitan. Disamping itu,


kawsan minapolitan ini juga dicirikan dengan kawasan perikanan yang tumbuh dan
berkembang karena berjalannya sistem dan usaha minabisnis dipusat minapolitan yang
diharapkan dapat melayani dan mendorong kegiatan-kegiatan pembangun perikanan
(minabisnis) diwilayah sekitarnya.
Dalam pengembangannya, kawasan tersebut tidak bisa terlepas dari pengembangan
sistem pusat-pusat kegiatan nasional (RTRWN) dan sistem pusat kegiatan pada tingkat
provinsi (RTRW Provinsi) dan Kabupaten (RTRW Kabupaten). Hal ini disebabkan, rencana
tata ruang wilayah merupakan kesepakatan bersama tentang pengaturan ruang wilayah.
Terkait dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), maka pengembangan
kawasan minapolitan harus mendukung pengembangan kawasan andalan. Dengan
demikian, tujuan pembangunan nasional dapat diwujudkan.
Disamping itu pentingnya pengembangan kawasan minapolitan di Indonesia diindikasikan
oleh ketersediaan lahan perikanan dan tenaga kerja yang murah, telah terbentuknya
kemampuan (skill) dan pengetahuan (knowledge) di sebagian besar pembudidaya,
jaringan (network) terhadap sektor hulu dan hilir yang sudah terjadi, dan kesiapan
pranata (institusi). Kondisi ini menjadikan suatu keuntungan kompetitif (competitive
advantage) Indonesia dibandingkan denga negara lain karena kondisi ini sangat sulit untuk
ditiru (coping) (Porter, 1998). Lebih jauh lagi, mengingat pengembangan kawasan
minapolitan ini menggunakan potensi lokal, maka konsep ini sangat mendukung
perlindungan dan pengembangan budaya sosial lokal (lokal sosial culture).
Secara lebih luas, pengembangan kawasan minapolitan diharapkan dapat mendukung
terjadinya sistem kota-kota yang terintegrasi. Hal ini ditunjukkan dengan keterkaitan
antar kota dalam bentuk pergerakan barang, modal dan manusia. Melalui dukungan
sistem infrastruktur transportasi yang memadai, keterkaitan antar kawasan minapolitan
dan pasar dapat dilaksanakan. Dengan demikian, perkembangan kota yang serasi,
seimbang, dan terintegrasi dapat terwujud.
Dalam rangka pengembangan kawasan minapolitan secara terintegrasi, perlu disusun
masterplan pengembangan kawasan minapolitan yang akan menjadi acuan penyusunan
program pengembangan. Adapun muatan yang terkandung didalamnya adalah:
A. Penetapan pusat agropolitan/minapolitan yang berfungsi sebagai (Douglas 1986):
1. Pusat perdagangan dan transportasi perikanan (aquacultural trade/transport
center).
2. Penyedia jasa pendukung perikanan (aquacultural support services).
3. Pasar konsumen produk non-perikanan (non aquacultural consumers market).
4. Pusat industri perikanan (aqua based industri).
5. Penyedia pekerjaan non perikanan (non-aquacultural employment).
6. Pusat minapolitan dan hinterlandnya terkait dengan sistem permukiman nasional,
provinsi, dan kabupaten (RTRW Provinsi/Kabupaten).
B. Penetapan unit-unit kawasan pengembangan yang berfungsi sebagai (Douglas,
1986):
1. Pusat produksi perikanan (aquacultural production).
2. Intensifikasi perikanan (aquacultural intensification).
3. Pusat pendapatan perdesaan da permintaan untuk barang-barang dan jasa non-
perikanan (rural income and demand for non-aquacultural goods and services).

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


LAPORAN AKHIR 2-4
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

4. Produksi ikan siap jual dan diversifikasi perikanan (cash fish production and
aquacultural diversification).
C. Penetapan sektor unggulan:
1. Merupakan sektor unggulan yang sudah berkembang dan didukung oleh sektor
hilirnya.
2. Kegiatan minabisnis yang banyak melibatkan pelaku dan masyarakat yang paling
besar (sesuai dengan kearifan lokal).
3. Mempunyai skala ekonomi yang memungkinkan untuk dikembangkan dengan
orientasi ekspor.
D. Dukungan sistem infrastruktur
Dukungan infrastruktur yang membentuk struktur ruang yang mendukung
pengembangan kawasan minapolitan diantaranya: jaringan jalan, irigasi, sumber-
sumber air, dan jaringan utilitas (listrik dan telekomunikasi).
E. Dukungan sistem kelembagaan.
1. Dukungan kelembagaan pengelola pengembangan kawasan minapolitan yang
merupakan bagian dari pemerintah daerah dengan fasilitasi pemerintah pusat.
2. Pengembangan sistem kelembagaan insentif dan disinsentif pengembangan
kawasan minapolitan.
Melalui keterkaitan tersebut, pusat minapolitan dan kawasan produksi perikanan
berinteraksi satu sama lain secara menguntungkan. Dengan adanya pola interaksi ini
diharapkan untuk meningkatkan niali tambah (value added) produksi kawasan
minapolitan sehingga pembangunan perdesaan dapat dipacu dan migrasi desa - kota yang
terjadi dapat dikendalikan.

2.1.4. PENGEMBANGAN WILAYAH


Perwilayahan atau regionalisasi adalah pembagian wilayah nasional dalam satuan geografi
(atau daerah administrasi) sehingga setiap bagian mempunyai sifat tertentu yang khas
(Gitlin dalam Jayadinata, 1991:174). Ini dimaksudkan pula untuk pemerataan
pembangunan. Pengembangan wilayah atau regional planning adalah semua usaha yang
dengan sadar merencanakan pengembangan daerah ditinjau dari berbagai segi sebagai
satu kesatuan, yang bertujuan untuk menciptakan keseimbangan hubungan manusia dan
alamnya (Nurzaman 19xx:2).
Berbagai segi tersebut meliputi: ekonomi, sosial, maupun fisik. Sehingga hal yang paling
penting yang harus dilakukan oleh seorang regional planner ialah menyelaraskan struktur
hubungan spasial dari suatu aktifitas ekonomi (Friedmann, 1966:39). Pengembangan
wilayah antara lain ditujukan untuk:
1. Meningkatkan keserasian dan keseimbangan antar pembangunan sektoral dengan
regional;
2. Meningkatkan keserasian dan keseimbangan pembangunan antarwilayah;
3. Meningkatkan partisipasi masyarakat lokal dalam pembangunan dan
4. Meningkatkan keserasian hubungan antar pusat-pusat wilayah dengan hinterlandnya
serta hubungan antara kota dan desa (Mutaali,1995).

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


LAPORAN AKHIR 2-5
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

Rondinelli (1985), mengungkapkan bahwa tingkat perkembangan wilayah (regional


growth) dapat diukur dalam 3 (tiga) indikator, yaitu:
1. Karakteristik sosio-ekonomi dan demografi, diukur melalui pendapatan perkapita,
kebutuhan fisik (fasilitas) minimum, PDRB, investasi, jumlah penduduk, pertumbuhan
penduduk, dan kepadatan penduduk.
2. Kontribusi industri dan produksi pertanian diukur melalui prosentase penyerapan
tenaga kerja, jumlah perusahaan komersil, luas total lahan, produktivitas pertanian.
3. Transportasi, diukur melalui kualitas, kepadatan, tipe dan panjang jalan.
Menurut Soepono (1990:161), pertumbuhan wilayah dapat diukur dari indikator-indikator
berikut ini; pertumbuhan penduduk, pendapatan perkapita atau PDRB, dan Perubahan
struktur spasial wilayah. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pengembangan
wilayah merupakan perpaduan antara pengembangan spasial dan non spasial.

2.1.5. PENATAAN RUANG


Kegiatan penataan ruang, tentang penataan ruang, meliputi keseluruhan proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Pertimbangan utama dalam penataan ruang meliputi kriteria kawasan budidaya dan non
budidaya dalam pemanfaatan lahan, kondisi sosial ekonomi wilayah dan interest (minat
sektor pembangunan, aspirasi daerah, kaitan antar wilayah dan lain sebagainya). Secara
garis besar penataan ruang bertujuan menunjang:
1. Terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan yang berlandaskan
wawasan nusantara dan ketahanan nasional
2. Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya
3. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk: mewujudkan kehidupan
bangsa yang sejahtera, mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya
alam dan sumberdaya buatan dengan memperhatikan sumberdaya manusia,
meningkatkan pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan secara
berdaya guna, berhasil guna, dan tepat guna untuk meningkatkan kualitas SDM;
mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi dampak
negatif terhadap lingkungan

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


LAPORAN AKHIR 2-6
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

Bagian wilayah berupa ruang yang merupakan transisi antara ruang laut dan ruang darat
lebih dikenal sebagai pesisir. Pengertian Pesisir menurut Jacub Rais (1996) adalah suatu
konsep keruangan yang mana terjadi interaksi darat-laut, yang harus dibedakan dengan
pantai, karena pantai adalah pengertian fisik sebagai bagian dari pesisir. Menurut
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.10/Men/2003 tentang Pedoman
Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu, wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah
peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, dimana ke arah laut 12
mil dari garis pantai dan sepertiga dari wilayah laut untuk Kabupaten/Kota dan ke arah
darat hingga batas administrasi Kabupaten/Kota.
Menurut Dahuriet.al.(2000:6), untuk kepentingan pengelolaan, batasan pesisir ke arah
darat dapat ditetapkan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu batasan untuk wilayah perencanaan
(planning zone) dan wilayah pengaturan (regulation zone) atau pengelolaan keseharian
(day to day management). Apabila terdapat kegiatan pembangunan yang dapat
menimbulkan dampak secara nyata (significant) terhadap lingkungan dan sumberdaya
pesisir, maka wilayah perencanaan sebaiknya meliputi seluruh daerah daratan (hulu). Jika
suatu program pengelolaan wilayah pesisir menetapkan dua batasan wilayah pengelolaan
(perencanaan dan pengaturan), maka wilayah perencanaan selalu lebih luas daripada
wilayah pengaturan.
Berbagai aktifitas yang dapat dilakukan di pesisir dalam kaitannya dengan pengembangan
wilayah dan pembangunan ekonomi (Cicin-Sain dan Knetch:1998, dalam Sondita, 2001:9),
meliputi: Aktifitas Perwilayahan dan Ekonomi di Kawasan Pesisir Fungsi Aktifitas.
1. Perencanaan Wilayah
Pengkajian lingkungan pesisir dan pemanfaatannya
Penentuan zonasi pemanfaatan ruang
Pengaturan proyek-proyek pembangunan pesisir dan kedekatannya dengan garis
pantai
Penyuluhan masyarakat untuk apresiasi terhadap kawasan pesisir/ lautan
Pengaturan akses umum terhadap pesisir dan lautan
2. Pembangunan Ekonomi
Industri perikanan tangkap
Perikanan rakyat
Wisata massal dan ekowisata, wisata bahari

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


LAPORAN AKHIR 2-7
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

Perikanan budidaya
Perhubungan laut dan pembangunan pelabuhan
Pertambangan lepas pantai
Penelitian kelautan dan Akses terhadap sumberdaya genetika
Perencanaan dan pengelolaan pesisir secara sektoral berkaitan dengan hanya satu macam
pemanfaatan sumberdaya atau ruang pesisir oleh satu instansi pemerintah untuk
memenuhi tujuan tertentu, seperti perikanan tangkap, tambak, pariwisata, atau industri
minyak dan gas (Dahuri et.al., 2001:11), pengelolaan semacam ini dapat menimbulkan
konflik kepentingan antar sektor yang berkepentingan untuk melakukan aktifitas
pembangunan pada wilayah pesisir yang sama. Konflik yang sering terjadi di wilayah
pesisir dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:

1. Konflik di antara pengguna yang mengenai pemanfaatan daerah pesisir dan laut
tertentu. Menurut Miles (1991, dalam Prihartini et.al. 2001:24), konflik antar pengguna
meliputi: (a) Kompetisi terhadap ruang dan sumberdaya pesisir dan laut (b) Dampak
negatif dari suatu kegiatan pemanfaatan terhadap kegiatan yang lain, (c) Dampak
negatif terhadap ekosistem
2. Konflik di antara lembaga pemerintah yang melaksanakan program yang berkaitan
dengan pesisir dan laut; yang disebabkan oleh ketidakjelasan mandat hukum dan misi
yang berbeda, perbedaan kapasitas, perbedaan pendukung atau konstituensi, serta
kurangnya komunikasi dan informasi (Cicin-Sain, 1998).
Adapun sebagai upaya menghindari terjadinya konflik pemanfataan ruang pesisir maka
diperlukan prinsip-prinsip penataan ruang pesisir (Anonim, 2003:4), sebagai berikut:
1. Penataan ruang wilayah pesisir perlu menetapkan batas-batas daerah pengembangan
di lautan dengan prinsip menjamin pemanfaataan yang berkelanjutan, terutama bagi
ekosistem yang memiliki dampak luas dan penting bagi ekosistem laut lainnya, serta
memberi kesempatan pemulihan area yang telah rusak.
2. Mengakomodasi berbagai kepentingan yang berbeda dalam satu daerah pantai dan
pesisir secara bersinergi satu dengan lainnya, tanpa ada satu pihak yang dirugikan.
3. Dalam rangka pengembangan dan penataan ruang wilayah pesisir diperlukan
keterpaduan program, baik lintas sektor maupun daerah. Dalam kerangka tersebut,
pelaksanaan pembangunan yang konsisten dengan rencana tata ruang yang telah
disusun sangat mendukung terwujudnya keterpaduan pelaksanaan pembangunan.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


LAPORAN AKHIR 2-8
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

4. Perlu diarahkan untuk menyediakan ruang yang memadai bagi kegiatan masyarakat
pesisir yang spesifik, yakni pemanfaatan sumberdaya di laut. Strategi pembangunan
yang terlalu berorientasi pada kegiatan darat dalam mengejar pertumbuhan ekonomi
selama ini terbukti tidak mampu meningkatkan kesejahteraan , namun menjadikan
masyarakat pesisir semakin terpinggirkan.
Oleh karena itulah, dibutuhkan perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir secara
terpadu. Menurut Dahuri et.al. (2001:11), perencanaan terpadu dimaksudkan untuk
mengkoordinasikan dan mengarahkan berbagai aktifitas dari dua atau lebih sektor dalam
perencanaan pembangunan dalam kaitannya dengan pengelolaan wilayah pesisir dan
lautan.

2.1.6. PERIKANAN
Subsektor perikanan merupakan
salah satu sumber pertumbuhan
baru perekonomian Indonesia
mengingat prospek pasar, baik
dalam negeri maupun
internasional cukup cerah
(Parwinia, 2001:1). Menurut
Soselisa (2001:5), perikanan
didefinisikan sebagai kegiatan
ekonomi dalam bidang
penangkapan atau budidaya
hewan atau tanaman air yang
hidup bebas di laut atau perairan
umum. Adapun menurut Mubyarto (1984:23), yang dimaksud dengan perikanan ialah
segala usaha penangkapan, budidaya ikan serta pengolahan sampai pemasaran hasilnya.
Sedangkan menurut UU No 9 tahun 1985, perikanan ialah semua kegiatan yang
berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan yaitu kegiatan
ekonomi bidang penangkapan / pembudidayaan ikan.
Klasifikasi Ikan didalam UU No 9 tahun 1985 adalah: Pisces (ikan bersirip), crustacea
(udang, kepiting, dan sebangsanya), Mollusca (kerang, cumi-cumi, dsb), Echinodermata
(teripang, bulu babi dsb), Amphibi (kodok, dsb), Reptilia (buaya, penyu,dsb), Mammalia
(paus, pesut, dsb), Algae (rumput laut dan tumbuhan lain yang hidup di air), dan biota
perairan lain yang berkaitan dengan jenis-jenis diatas. Untuk kepentingan pengelolaan
(Anonim, 2001:II-38), ikan laut digolongkan sebagai berikut:
Ikan Karang,
Rumput Laut,
Ikan Hias, misalnya: Napoleon,
Ikan Demersal, ialah kelompok ikan yang hidup dan mencari makan di dasar
laut/perairan, seperti: kakap, pari
Ikan Pelagis Kecil, ialah ikan yang hidup dan mencari makan di laut bagian atas dekat
dengan permukaan, meliputi: layang, teri, tembang, lemuru, dan belanak,
Ikan Pelagis Besar, umumnya termasuk kategori ikan ekonomis penting, diantaranya
tuna, tongkol, cucut, dan layangan, serta
Krustasea, meliputi: udang peneaid, lobster, kerang, Cumi-Cumi

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


LAPORAN AKHIR 2-9
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

Ikan merupakan sumberdaya alam yang bersifat renewable


atau mempunyai sifat dapat pulih/dapat memperbaharui
diri. Disamping renewable, menurut Widodo dan Nurhakim
(2002), sumberdaya ikan mempunyai sifat open access
dan common property, artinya pemanfaatan bersifat
terbuka oleh siapa saja dan kepemilikannya bersifat umum.
Sifat ini menimbulkan beberapa konsekuensi, antara lain:
tanpa adanya pengelolaan akan menimbulkan gejala
eksploitasi berlebihan (over exploitation/overfishing),
investasi berlebihan (over investment) dan tenaga kerja
berlebihan (over employment). Sebagai komoditi ekonomi,
sifat komoditi perikanan dapat diuraikan:
1. Jumlah dan kualitas hasil perikanan dapat berubah-ubah karena sangat tergantung
pada keadaan cuaca dalam tahun yang bersangkutan (Hanafiah, 1986:4)
2. Lokal dan spesifik, tidak dapat diproduksi di semua tempat (Soekartawi, 1999:177)
3. Perputaran modal cepat
4. Jumlahnya banyak tetapi nilainya relatif sedikit/bulky (Soekartawi, 1999:177)
5. Mudah rusak (perishable) dan resiko tinggi sehingga jika pemasarannya tidak cepat
sampai ke konsumen harga ikan bisa turun drastis (Rahardi et.al, 2001:14).
Pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan sub-subsektor perikanan (Setyohadi, 1997:33),
diantaranya:
1. Nelayan,
2. Tengkulak Ikan atau pedagang pengumpul,
3. Koperasi Perikanan,
4. Pengusaha Perikanan,
5. Konsumen Ikan, dan
6. Departemen Kelautan dan Perikanan Khususnya Direktorat Jenderal Perikanan
ditingkat nasional dan provinsi serta Dinas Perikanan dan Kelautan di
Kabupaten/Kota.
Departemen Pertanian (1985) merumuskan bahwa perencanaan dan penyelenggaraan
pembangunan perikanan ditempuh melalui empat usaha pokok yaitu:
1. Ekstensifikasi, yakni upaya peningkatan produksi perikanan/perairan melalui
perluasan/ penambahan sarana produksi dan/atau areal baru meliputi perluasan
daerah penangkapan ikan (fishing ground) bagi usaha penangkapan ikan (Anonim,
2001:xx)
2. Intensifikasi, yang diarahkan untuk mencapai produktifitas yang optimal dengan
tetap memperhatikan kelestarian sumberdaya perikanan,
3. Diversifikasi, merupakan upaya penganekaragaman usaha perikanan dan
pengembangan industri pengolahan, dan
4. Rehabilitasi, meliputi perbaikan sarana/prasarana penunjang sumberdaya perikanan.
Empat usaha tersebut diupayakan secara terpadu, disesuaikan dengan kondisi
sumberdaya, kebutuhan masyarakat serta memperhatikan pola tata ruang dan
pembangunan sektor/ subsektor lain (F.X. Murdjijo, 1997:15).
Dalam pelaksanaan pembangunan perikanan terdapat syarat mutlak dan syarat pelancar
(Mosher, 1986 dalam Aisyah, 2003:17). Syarat mutlak merupakan syarat yang harus ada
agar pembangunan perikanan berjalan lancar, jika salah satu syarat tersebut dihilangkan

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


LAPORAN AKHIR 2-10
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

maka pelaksanaan pembangunan perikanan akan terhenti (kegiatan perikanan dapat


berjalan namun sifatnya statis). Syarat mutlak (Banoewidjoyo, 1987 dalam Aisyah,
2003:17) adalah:
1. Adanya pasar hasil perikanan dan jalur pemasaran yang pendek,
2. Perkembangan teknologi perikanan,
3. Tersedianya bahan dan alat produksi secara lokal,
4. Adanya perangsang produksi bagi nelayan, serta
5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu untuk hasil perikanan.
Sedangkan yang termasuk syarat pelancar, diantaranya:
1. Pelaksanaan pendidikan pembangunan,
2. Pemberian kredit dan sarana produksi,
3. Kegiatan gotong-royong dikalangan petani ikan,
4. Perbaikan dan perluasan lahan untuk kegiatan perikanan
Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau
pengumpulan hewan dan tanaman air yang hidup di laut atau perairan umum secara
bebas (Soselisa, 2001:2). Menurut UU No. 19 tahun 1985 tentang Perikanan,
penangkapan ikan adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ikan di perairan
yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk
kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, menangkap, mengumpulkan,
menyimpan, mengolah atau mengawetkannya. Perikanan tangkap menggunakan
peralatan utama kapal yang dilengkapi dengan alat tangkap, baik kapal bermotor maupun
non motor. Alat tangkap yang biasanya digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan di
perairan Indonesia diantaranya:
1. Long line,
2. Pole and Line;
3. Jaring insang hanyut (Drift Gill Net);
4. Pukat cincin (Purse Seine) atau jaring lingkar.

2.1.7. KONSEP PENGEMBANGAN KEGIATAN FUNGSIONAL PERIKANAN


Dalam PROPENAS, strategi yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan nelayan serta produksi perikanan Indonesia adalah penerapan sistem
agribisnis terpadu berkelanjutan di bidang perikanan. Untuk mewujudkan usaha tersebut,
kebijakan yang ditempuh adalah :
1. Meningkatkan keterkaitan antara subsistem sehingga setiap kegiatan pada masing-
masing subsistem dapat berjalan secara berkelanjutan dengan tingkat efisiensi tinggi;
2. Pengembangan agribisnis harus mampu meningkatkan aktifitas pedesaan;
3. Pengembangan agribisnis diarahkan pada pengembangan mitra usaha antara skala
besar dan skala kecil secara serasi, sehingga nilai tambah dari kegiatan agribisnis dapat
dinikmati secara adil oleh seluruh pelakunya;
4. Pengembangan agribisnis dilakukan melalui pengembangan sentra produksi perikanan
dalam suatu skala ekonomi yang efisien.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


LAPORAN AKHIR 2-11
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

Pembangunan nasional berwawasan agribisnis perlu difasilitasi sedikitnya oleh dua


strategi dasar yaitu:
(1) Pendekatan agropolitan dalam pengembangan agribisnis, dan
(2) Restrukturisasi dan konsolidasi agribisnis.
Secara konsepsional, sistem agribisnis dapat diartikan sebagai semua aktifitas mulai dari
pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai kepada pemasaran produk-produk
yang dihasilkan oleh produsen primer dan agroindustri, yang saling terkait satu sama lain
(Parwinia, 2001:7). John Davis dan Ray Goldberg (1957) yang merupakan salah satu
pencetus konsep agribisnis mendefinisikannya sebagai berikut: Agribusiness is the sum
total of all operations involved in the manufacture and distributions of farm supplies;
production operations on the farm; and the storage, processing and distribution of farm
commodities and items made from them.
Menurut Soekartawi (1993, dalam Winarta, 2003:9), yang dimaksud dengan agribisnis
perikanan adalah suatu kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari
mata rantai produksi, pengolahan, hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan
perikanan atau kegiatan usaha yang menunjang perikanan. Sebagai sebuah sistem,
kegiatan agribisnis tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, saling menyatu dan saling
terkait. Terputusnya salah satu bagian akan menyebabkan timpangnya sistem tersebut.
Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri atas subsistem hulu, usahatani, hilir, dan
penunjang (Syahrani, 2001:4). Menurut Saragih (1998), batasan agribisnis adalah sistem
utuh dan saling terkait di antara seluruh kegiatan ekonomi yang terkait langsung dengan
pertanian. Menurut Muslich (1999, dalam Winarta, 2003:9).
Konsep pembangunan ekonomi agribisnis perikanan meliputi empat subsistem, yakni:
1. Subsistem agribisnis hulu (up-stream agribussiness), yaitu kegiatan industri dan
perdagangan yang menghasilkan sarana produksi primer seperti alat tangkap, kapal,
dan lain sebagainya;
2. Subsistem usaha tani (on-farm agribussiness), yakni kegiatan ekonomi yang
menggunakan sarana produksi perikanan primer, yakni kegiatan penangkapan dan
pembudidayaan ikan;
3. Subsistem agribisnis hilir (down-stream agribussiness), yakni kegiatan ekonomi yang
mengolah komoditi perikanan menjadi produk olahan, pemasaran dan distribusinya,
dan
4. Subsistem penunjang kegiatan perikanan (agrosupporting institutions).
Pada pembahasan berikut akan dideskripsikan kegiatan yang berlangsung pada masing-
masing subsistem tersebut:
1. Subsistem Agribisnis Hulu, Meliputi kegiatan perencanaan produk, perencanaan lokasi
usaha, perencanaan standar produksi, dan pengadaan tenaga kerja, pengadaan dan
penyaluran sarana produksi berupa kapal dan alat tangkap,dll (Rahardi et.al., 2001:6)
2. Subsistem Agribisnis Usahatani, merupakan kegiatan penangkapan ikan di laut atau
perairan lain pada perikanan tangkap dan kegiatan yang dimulai dari pembesaran/
pemeliharaan, pemberian pakan dan pemupukan, pengaturan air, pengendalian hama
dan penyakit, sampai dengan panen pada perikanan budidaya (Ditjen Perikanan,1994).
3. Subsistem Agribisnis Hilir mencakup segala kegiatan pengolahan pasca produksi primer
(penangkapan) hingga ke pemasaran. Industri hasil perikanan (fish processing industri),

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


LAPORAN AKHIR 2-12
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

yakni seluruh mata rantai kegiatan dalam usaha pengolahan hasil laut, seperti
pengalengan, pengeringan, pembekuan dan sebagainya. Jenis industri ini disebut
sebagai industri sekunder. Pengemasan (packing) juga termasuk dalam rangkaian
kegiatan pengolahan dan agroindustri.
Menurut Kristiawati (2001), berdasarkan jenis pengolahan yang dilakukan agroindustri
perikanan dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yakni:
1. Industri primer, yang mencakup industri penanganan ikan hidup, penanganan ikan
segar (fillet, sashimi, loins), industri pembekuan dan pendinginan ikan.
2. Industri Pengolahan sekunder, mencakup industri pengolahan ikan kaleng dan ikan
kemasan lainnya serta industri pengolahan tradisional seperti pengasinan,
penggaraman, pindang, dsb.
3. Industri pengolahan tersier, meliputi setiap bentuk industri yang menggunakan ikan
sebagai bahan tambahan, seperti indutri terasi, petis, abon, tepung ikan,dsb.
Syaiful (2003:4) menggolongkan Industri Hasil Perikanan (IHP) yang dapat dikembangkan
di wilayah pesisir, meliputi : Industri penanganan ikan hidup, Industri penanganan ikan
segar, Industri pembekuan ikan, Industri pengalengan ikan, Industri pengolahan
tradisional, Industri pengolahan produk diversifikasi dan hasil samping, Industri tepung
ikan dan pakan ternak, Industri rumput laut.
Penawaran hasil perikanan bersumber dari produksi, kelebihan stok dan impor
(Parwinia:2003). Untuk hasil perikanan seperti shellfish yang sifatnya cepat rusak, hanya
dapat disimpan selama beberapa jam setelah panen/penangkapan kecuali disimpan
dalam keadaan dingin (refrigated condion), maka produksi merupakan sumber penawaran
terpenting (Hanafiah et.al., 1986:80). Menurut Rahardi et.al (2001:4), sasaran pemasaran
komoditi perikanan berkaitan erat dengan tiga variabel, yakni: Jenis ikan yang dipasarkan,
Konsumen yang dituju, dan Jumlah permintaan konsumen.
Pasar domestik diisi oleh permintaan komoditi perikanan oleh masyarakat untuk
konsumsi harian (Nikijuluw,1997:280), dan kebutuhan industri pengolahan yang melayani
konsumen domestik, baik yang sifatnya industri rumah tangga maupun industri skala
menengah dan besar. Produk dari agroindustri maupun dari nelayan kemudian dipasarkan
mengikuti rantai pemasaran tertentu. Menurut Hanafiah (1986:28), panjang pendeknya
saluran tata niaga yang dilalui oleh suatu komoditi perikanan tergantung pada beberapa
faktor, yakni:
1. Jarak antara produsen dan konsumen,
2. Cepat tidaknya produk rusak,
3. Skala produksi,
4. Modal pengusaha.
5. Subsistem Agribisnis Penunjang kegiatan perikanan (agrosupporting institutions),
merupakan kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis seperti perbankan,
penelitian dan pengembangan, kebijakan pemerintah, transportasi. Salah satu
subsistem penunjang yang memiliki peran signifikan ialah organisasi nelayan.
2.1.8. KETERKAITAN FUNGSIONAL DALAM PENGEMBANGAN KEGIATAN PERIKANAN
Secara sektoral, perkembangan wilayah terjadi melalui satu atau beberapa pertumbuhan
kegiatan ekonomi. Pertumbuhan kegiatan ekonomi akan merangsang diversifikasi
kegiatan ekonomi lainnya, terutama kegiatan sektor-sektor yang mempunyai keterkaitan
ke depan (forward linkage) dan keterkaitan ke belakang (backward linkage).
Perkembangan wilayah melibatkan hubungan berbagai kegiatan dalam perekonomian

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


LAPORAN AKHIR 2-13
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

daerah yang luas. Berbagai rangkaian kegiatan memberikan peluang-peluang produksi


dari suatu kegiatan ke kegiatan lain di dalam perekonomian daerah, sehingga
mengakibatkan pertumbuhan atau kemunduran wilayah (Hoover,1977 :37). Rangkaian ini
dapat berupa keterkaitan hulu dan hilir. Berbagai teori tentang pendorong pertumbuhan
daerah menekankan peranan permintaan output-output daerah dan rangkaian kegiatan
atau sektor ekonomi yang mengarah ke muka (keterkaitan hilir).
Konsep teori kutub pertumbuhan menekankan perlunya industri utama (leading industri)
dikembangkan disuatu wilayah dan memiliki kaitan-kaitan antar industri yang kuat dengan
sektor-sektor lain. Kaitan-kaitan ini dapat berbentuk (Glasson,1977:174):
1. Kaitan ke depan (forward linkage), dalam hal ini industri tersebut mempunyai rasio
penjualan hasil industri antara yang tinggi terhadap penjualan total.
2. Kaitan ke belakang (backward linkage), dalam hal ini industri tersebut mempunyai
rasio yang tinggi terhadap input.
Teori kutub pertumbuhan sangat bertumpu pada kedua kaitan ini karena berperan dalam
penjalaran pertumbuhan dari sektor utama ke sektor pendukung yang dapat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dalam wilayah maupun pertumbuhan ekonomi wilayah lain.
Di Indonesia, setelah diberlakukannya konsep otonomi daerah dengan kebijakan
pembangunan ekonomi yang bottom-up, sektor-sektor ekonomi yang dikembangkan di
setiap daerah harus dapat mendayagunakan sumberdaya yang terdapat atau dikuasai
oleh masyarakat di daerah tersebut.
Cara yang paling efektif untuk membangkitkan pengembangan sektor ekonomi berbasis
kegiatan sumberdaya alam di Indonesia adalah melalui pengembangan agribisnis, yang
tidak saja mencakup pengembangan pertanian primer (on farm agribusiness) tetapi juga
mencakup industri yang menghasilkan sarana produksi (up stream agribusiness) dan
industri-industri yang mengolah hasil pertanian primer dan kegiatan perdagangannya
(down-stream agribusiness).
Keterkaitan yang harmonis antara sub-subsistem agribisnis perikanan mutlak dibutuhkan
untuk mencapai tingkat produktifitas dan nilai jual yang tinggi pada komoditi perikanan
(Anonim, 2002:2). Menurut Sadjad (2003:1), sebagai sebuah pola sistem, agribisnis
merupakan sebuah entitas yang ditopang oleh subsistem yang diantara satu sama lainnya
terjalin hubungan saling ketergantungan yang agregatif dan berfungsi untuk mencapai
seluruh target sistem, bukan sekedar target masing-masing subsistem. Antar subsistem
terjadi harmonious orderly interaction dan agribisnis yang dibangun merupakan bentuk
sosial economic organization yang berorientasi bisnis.

Hirchman mengemukakan bahwa dalam kegiatan produksi mekanisme perangsang


pembangunan yang tercipta merupakan akibat adanya hubungan antar berbagai industri

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


LAPORAN AKHIR 2-14
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

(sektor) dalam menyediakan barang-barang yang digunakan sebagai bahan mentah bagi
industri (sektor) lain. Interaksi ini terdiri atas pengaruh hubungan ke belakang (backward
linkages) atau keterkaitan hulu, dan pengaruh hubungan ke depan (forward linkage) atau
keterkaitan hilir. Pengaruh keterkaitan hulu adalah tingkat rangsangan yang ditimbulkan
oleh industri terhadap perkembangan industri/sektor lain yang akan menyediakan input
bagi industri tersebut. Sedangkan pengaruh keterkaitan hilir adalah tingkat rangsangan
yang ditimbulkan oleh suatu industri terhadap perkembangan industri yang menggunakan
output industri pertama sebagai inputnya.
Aspek Lingkungan dalam Pengembangan Kegiatan Perikanan
Dalam mewujudkan sistem agribisnis yang berdaya saing dan berkelanjutan ada dua isu
lingkungan yang perlu dijawab: Pertama, Meningkatkan tuntutan masyarakat global akan
produk agribisnis yang memenuhi atribut ramah lingkungan (eco-labelling) dan aman
dikonsumsi (food safety). Kedua, Kurang diperhatikannya aspek lingkungan ke dalam
kegiatan agribisnis di Indonesia sehingga mengakibatkan: Penurunan produktivitas
sumberdaya alam; meningkatnya biaya input dan proses agribisnis untuk memenuhi
standar mutu pasar; dan terancamnya keberlanjutan kegiatan agribisnis dalam jangka
panjang.
Oleh karena itulah, Dirjen Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian dalam
kebijakan dan program pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian 2001-
2004 merumuskan Program Pengembangan Agribisnis Berwawasan Lingkungan (Eco-
agribusiness). Program ini tersusun dari sub-program pengembangan Eco-Agroindustri,
Eco-Farming dan Organic-Farming, yang saling mendukung dan secara keseluruhan
merupakan implementasi dari kebijakan dan strategi yang difokuskan pada
pengembangan instrumen sistem pengelolaan lingkungan untuk mewujudkan sistem dan
usaha agribisnis yang berdaya saing dan berkelanjutan.
Program pengembangan Eco-agribisnis menyangkut seluruh rangkaian kegiatan agribisnis,
baik agribisnis hulu (up-stream agribusiness), usahatani (on-farm agribusiness), maupun
hilir (down-stream agribusiness). Sasaran program ini adalah: Meningkatnya daya saing
dan kualitas produk agribisnis karena memenuhi atribut eco-labelling dan food safety
yang dituntut konsumen sehingga memacu ekspor; Berkembangnya usaha baru (terutama
mikro,kecil dan menengah) dan kesempatan kerja produktif di subsistem hulu/hilir yang
mendukung pengembangan eco-agribusiness Terpeliharanya kualitas dan produktivitas
SDA sehingga menjamin pengembangan agribisnis berkelanjutan dalam jangka panjang;
Meningkatnya efisiensi, efektivitas dan produktivitas proses produksi karena penerapan
instrumen pengelolaan lingkungan, sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam memelihara produktivitas sumberdaya alam sehingga menjamin pengembangan
agribisnis yang berkelanjutan dalam jangka panjang pengelolaan sumberdaya perikanan
umumnya didasarkan pada konsep hasil maksimum yang lestari (Maximum Sustainable
Yield/MSY). Inti dari konsep ini adalah menjaga keseimbangan biologi dari sumberdaya
ikan, agar dapat dimanfaatkan secara maksimum dalam waktu yang panjang. Menurut
Suyasa (2003:3), konsep MSY berorientasi pada sumberdaya (resource oriented) yang
lebih ditujukan untuk melestarikan sumberdaya dan memperoleh hasil tangkapan
maksimum, dan belum berorientasi pada perikanan secara keseluruhan (fisheries
oriented), apalagi berorientasi pada manusia (sosial oriented) dan ekonomi. Pemikiran
dengan memasukan unsur ekonomi didalam pengelolaan sumberdaya ikan, telah
menghasilkan pendekatan baru yang dikenal dengan Maximum Economic Yield (MEY).
Pendekatan ini pada intinya adalah mencari titik yield dan effort yang mampu

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


LAPORAN AKHIR 2-15
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

menghasilkan selisih maksimum antara total revenue dan total cost. Hasil kompromi 2
pendekatan tersebut melahirkan konsep Optimum Sustainable Yield (OSY). Secara umum
konsep ini dimodifikasi dari konsep MSY, sehingga menjadi relevan baik dilihat dari sisi
ekonomi, sosial, lingkungan dan faktor lainnya. Dengan demikian, besaran dari OSY adalah
lebih kecil dari MSY dan besaran dari konsep inilah yang kemudian dikenal dengan Total
Allowable Catch (TAC). Di Indonesia, konsep TAC diaplikasikan dengan nama JTB atau
Jumlah Tangkapan diperbolehkan yang diatur dalam SK Mentan No. 995/Kpts/IK.210/
9/1999. JTB adalah banyaknya sumberdaya ikan yang boleh ditangkap dengan
memperhatikan pengamanan konservasinya di wilayah perikanan Indonesia. Penetapan
jumlah JTB disuatu kawasan penangkapan ikan (fishing ground) sebesar 80% dari MSY.

2.1.9. MODEL PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN


Konsep model perumahan dan permukiman yang dikembangkan di kawasan perencanaan
Minapolitan diwujudkan dalam model ketetanggaan lorong/koridor, yang disesuaikan
dengan model kepemimpinan adat dalam budaya masyarakat lokal. Konsep ketetanggaan
ini sama dengan Rukun Tetangga (RT) yang ada saat ini, hanya saja di dalam
operasionalisasinya, tetua adat diangkat sebagai Ketua RT, dengan demikian diharapkan
mampu terbangun kerukunan kelompok masyarakat secara spontan. RT ini dirancang
untuk mengakomodasi paling sedikit 15 keluarga dan paling banyak 50 keluarga, sebagai
ukuran yang mudah ditangani dalam mewujudkan kerukunan dan kegotongroyongan.

GAMBAR : 2.1. ILUSTRASI TATA ATUR PERUMAHAN DI DALAM KAWASAN MINAPOLITAN


DENGAN FLEKSIBILITAS UNIT UNTUK BERBAGAI FUNGSI

Komponen fisik utama dari perumahan dan permukiman di kawasan perencanaan


Minapolitan adalah unit hunian yang dikembangkan berbasis rumah sederhana, yang
responsive terhadap bencana, biaya konstruksinya murah, kuat dan mampu disusun
secara fleksibel dalam berbagai kondisi tapak. Setiap unit rumah yang tanggap terhadap
bencana ini dikonsepkan untuk menampung keluarga catur warga (4 6 orang).

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


LAPORAN AKHIR 2-16
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

2.1.10. PERAN KAWASAN MINAPOLITAN


Pengembangan Kawasan Minapolitan memiliki sasaran dan tujuan melalui:
1. Pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis agar mampu meningkatkan produksi,
produktivitas komoditi perikanan serta produk-produk olahan perikanan yang
dilakukan dengan pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang efisiensi;
2. Penguatan kelembagaan petani;
3. Pengembangan kelembagaan sistem agribisnis (penyedia agroinput, pengelolaan
hasil, pemasaran dan penyedia jasa);
4. Pengembangan kelembagaan penyuluhan pembangunan terpadu;
5. Pengembangan iklim yang kondusif bagi usaha dan investasi.
Departemen Kimpraswil pada tahun 2002 (Dep. PU, 2005) menjabarkan delapan tujuan
yang ingin dicapai, yaitu:
1. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat petani di perdesaan;
2. Mendorong berkembangnya system dan usaha agribisnis yang berdaya saing,
berbasiskan kerakyatan dan berkelanjutan;
3. Meningkatkan keterkaitan desa dan kota (rural-urban linkages);
4. Mempercepat pertumbuhan kegiatan ekonomi perdesaan yang berkeadilan;
5. Mempercepat industrialisasi di wilayah perdesaan;
6. Mengurangi arus urbanisasi atau migrasi dari desa ke kota;
7. Memberi peluang usaha dan menciptakan lapangan pekerjaan;
8. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Untuk mencapai sasaran dan tujuan tersebut, menurut Soenarno (2003) terdapat
beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mencapai sasaran dan tujuan di atas antara
lain:
1. Penyusunan master plan pengembangan Kawasan Minapolitan yang akan menjadi
acuan masing-masing wilayah/provinsi. Penyusunan dilakukan oleh pemerintah
daerah dan masyarakat sehingga program yang disusun lebih akomodatif. Master
plan disusun dalam jangka waktu panjang (10 tahun), jangka menengah (5 tahun) dan
jangka pendek (1-3 tahun) yang bersifat rintisan dan stimulun.
2. Penetapan lokasi minapolitan yang kegiatannya dimulai dari usulan penetapan
kabupaten oleh pemerintah provinsi, untuk selanjutnya oleh pemerintah kabupaten
mengusulkan Kawasan Minapolitan dengan terlebih dahulu melakukan identifikasi
potensi dan masalah untuk mengetahui kondisi dan potensi lokal (komoditas
unggulan), antara lain: potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia,
kelembagaan, iklim usaha dan sebagainya serta terkait dengan sistem pemukiman
nasional, provinsi dan kabupaten.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


LAPORAN AKHIR 2-17
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

3. Sosialisasi program minapolitan dilakukan kepada seluruh stakeholder yang terkait


dengan pengembangan program minapolitan baik di pusat maupun di daerah,
sehingga pengembangan program minapolitan dapat lebih terpadu dan terintegrasi.

2.1.11. ZONAFIKASI MINAPOLITAN


2.1.1.1. ZONIFIKASI KEGIATAN
Untuk membuat zoning regulasi pada kawasan minapolitan, terlebih dulu perlu
dimengerti adanya langkah-langkah strategisnya yakni :
a) Penguatan Ekonomi Masyarakat Kelautan dan Perikanan Skala Kecil: 1) peningkatan
aksesibilitas terhadap SDA, permodalan, produktivitas, dan pendapatan; 2) distribusi
kepemilikan sarana produksi dan reduksi ongkos produksi; 3) restrukturisasi armada
pangkapan ikan; 4) bantuan teknis, keterampilan, dan kesempatan; dan 5) stabilisasi
harga ikan.
b) Penguatan Usaha Menengah dan Atas (UMA): 1) peningkatan daya saing dan peran
UMA sebagai penghela ekonomi rakyat; 2) efisiensi biaya produksi dan pelayanan
usaha; dan 3) sistem insentif usaha dan investasi.
c) Pengembangan Ekonomi Kelautan dan Perikanan berbasis Wilayah dengan Sistem
Manajemen Kawasan: 1) menggerakkan sentra-sentra produksi untuk lebih produktif
di seluruh kawasan ekonomi unggulan; 2) pembinaan seluruh sistem dan mata rantai
produksi hulu dan hilir; 3) pembangunan prasarana pendukung produksi dan distribusi;
4) sistem pelayanan usaha dan investasi terpadu; 5) penggunaan teknologi tepat
lingkungan; dan 6) keseimbangan antara pemanfatan SDA dan pelestarian.

Dengan demikian zonifikasi berdasarkan pola kegiatan operasional kawasan Minapolitan


disusun sebagai berikut :
1. Zona Kegiatan Bongkar
Kegiatan bongkar ikan ini merupakan kegiatan utama dalam operasional pelabuhan,
dimana kapal-kapal penangkap ikan mendaratkan dan membongkar ikan hasil
tangkapannya untuk selanjutnya dibawa tempat pelelangan ikan (TPI). Fasilitas yang
terkait dengan kegiatan bongkar ini antara lain:
Dermaga bongkar dengan kelengkapannya (fender, bollard), dan sebagainya)
Tempat Pelalangan Ikan (TPI)

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


LAPORAN AKHIR 2-18
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

Tempat pengepakan
Tempat penyimpanan sementara
Toilet umum
2. Zona Pelayanan/ Muat Perbekalan
Pada zona ini dilakukan kegiatan pelayan yang berupa pengisian/muat perbekalan
untuk kebutuhan operasi penangkapan. Fasilitas yang terkait dengan kegiatan
pelayanan ini antara lain:
Dermaga pelayanan/muat
Instalasi air bersih
Instalasi BBM
Pabrik es
Kios KUD
3. Zona Perbaikan dan Pemeliharaan
Zona ini menampung kegiatan perbaikan dan pemeliharaan bagi kapal-kapal yang
mengalami kerusakan (baik besar maupun kecil) atau perawatan rutin bagi kapal-
kapal yang akan beroperasi. Kegiatan ini melibatkan fasilitas:
Areal tambat/ istirahat
Dock/ slipway
Bengkel
Gudang peralatan/ perlengkapan
4. Zona Administrasi
Zona ini merupakan pusat kegiatan pengelolaan kawasan minapolitan. Semua
kegiatan administrasi yang menyangkut pengelolaan dan pengawasan pelabuhan,
pelayanan masayarakat dan sebagainya, dilakukan di kantor administrasi pelabuhan.
Fasilitas yang terkaita antara lain:
Kantor administrasi pelabuhan
Kantor- kantor lain yang terkait
5. Zona Pengolahan
Zona ini menampung kegiatan pengolahan ikan hasil tangkapan, berupa pengawetan,
dan pendinginan di kawasan Minapolitan. Fasilitas yang terkait dengan kegiatan ini
antara lain:
Cold storage
Air blast freezer
Pabrik es
Industri pengolahan
6. Zona Pengembangan Industri Perikanan
Zona ini disediakan untuk menampung investor swasta yang akan mendirikan industri
perikanan di kawasan Minapolitan. Di kawasan ini juga disediakan areal bagi industri
tradisional untuk para nelayan tradisional, dan areal bagi industri modern secara
terpisah.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


LAPORAN AKHIR 2-19
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

7. Zona Kegiatan Sosial


Zona ini menampung kegiatan sosial yang bersifat menunjang kehidupan perikanan di
kawasan Minapolitan, seperti: pertemuan, penyuluhan, ibadah, kesehatan dan lain-
lain. Fasilitas yang terkait dengan kegiatan ini antara lain:
Perumahan staf otorita Minapolitan dan pelabuhan perikanan
Mess karyawan
Masjid/Mushola
Klinik/ Rumah Sakit
Koperasi Nelayan
Dan lain- lain
8. Zona Pengembangan Perumahan Nelayan
Zona ini disediakan untuk menampung para nelayan. Dengan pengalokasian areal dan
penataan yang baik diharapkan meningkatkan stadar hidup dan kenyamanan tinggal
para nelayan.

2.1.1.2. ZONIFIKASI PENGOLAHAN


Selain pembagian zona memurut kegiatan, maka fasilitas- fasilitas yang harus ada di
kawasan Minapolitan dapat dikelompokkan berdasarkan pola pengelohannya, yaitu
sebagai berikut:
1. Perum Prasarana Perikanan Perwakilan Minapolitan;
Merupakan badan yang akan mengelola dan mengawasi seluruh kegiatan di
Pelabuhan Perikanan Minapolitan Kabupaten Brebes.
2. Unit Pelaksana Teknis (UPT);
Merupakan badan yang secara struktural berada dibawah Dinas Perikanan dan
Kelautan yang berfungsi melakukan pembinaan aspek perikanan yang berkaitan
dengan kedinasan/ institusional.
3. Koperasi Nelayan (KUD);
Koperasi ini akan menjalin kerjasama dengan Perum Prasarana Perikanan Nusantara
Perwakilan Minapolitan dalam mengelola fasilitas perbekalan seperti air bersih, BBM,
es, makanan, alat tangkap, simpan pinjam dan kesejahteraan nelayan.
4. Investor Swasta;
Investor swasta ini akan mengelola industri perikanan yang dibangun di kawasan
Minapolitan dengan modal swasta.
5. Instansi Terkait.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


LAPORAN AKHIR 2-20
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

Adalah lembaga lain yang terkait dengan kegiatan opeasional kawasan Minapolitan,
antara lain: Perhubungan, Kepolisian, Bea Cukai, Bank dan sebagainya.

2.1.12. PERENCANAAN FASILITAS MINAPOLITAN


1) Standar Perencanaan
Dalam perencanaan fasilitas Kawasan Minapolitan ini konsultan berpedoman pada
standard dan peraturan yang berlaku sebagai berikut: (a) Standar Umum Pelabuhan
(Standard Design Criteria for Ports in Indonesia PIANC, Planning and Design of
Fishing Ports; dan Japan Standard for Ports Harbour; (b) Konstruksi Bangunan Laut
(Reccomeendations of the Committee for Waterfront Structures : Perlindungan
Pantai; Shore Protection Manual; dan PIANC Regulations); (c) Pengerukan, Reklamasi
dan Fundasi (American Standard for Testing and Materials (ASTM); dan American
Association for State Highway and Transportasion Official (AASHTO)); Konstruksi
Beton (PBI); Konstruksi Baja (PPBBI ; Peraturan untuk Jembatan Baja; ASTM
Struktural Steel A 36- 81); Konstruksi Kayu (PKKI ); Konstruksi Jalan (Standard
Techinacal Specification Jalan Raya; AASHTO); Muatan (Peraturan Muatan
Indonesia (PMI); Perencanaan Gempa (Peraturan Perencanaan Gempa Indonesia);
Testing Material (ASTM; AASHTO); Sistem Air Bersih (Pedoman Plumbing Indonesia;
NFPA, 14 Stand Pipe and Hose Streams); System Air Limbah (Pedoman Plumbing
Indonesia; Uniform Plumbing Code, International Association of Plumbing and
Mechanical Officials); System Electrical (PUIL; Standar Penerangan Buatan di dalam
Gedung; Recommendation of Illumination Engineering Society (IES); NFPA, 70
(National Electrical Code); NFPA, 78 (Lighting Code).
2) Perencanaan Bangunan Laut
a. Faktor- faktor Perencanaan
Faktor- faktor yang harus diperhitungkan dalam perencanaan bangunan laut
adalah sebagai berikut:
Fisik Teknis (Topografi, Bathimetri, Gelombang, Arus, Pasang surut,
Sedimentasi, Meteorology, Angin, Hujan, Temperature, Geologi dan Mekanika
tanah)
Operasional Kawasan Minapolitan dan Pelabuhan Perikanan (Dimensi kapal:
panjang, lebar, draft); Maneuver kapal; Lalu lintas kapal; dan Operasi bongkar
muat)
Ekonomis (Jenis konstruksi; Material konstruksi; Peralatan konstruksi;
Kemampuan pelaksana konstruksi).
b. Perencanaan Alur Pelayaran
Perencanaan alur pelayaran dibuat dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut: (1) Kemudahan dan keamanan navigasi, (2) Kemudahan maneuver kapal,
(3) Kedalaman alur yang cukup, (4) Kondisi hidro- oceanografi (gelombang, arus,
pasang surut, sedimentasi), (5) Cuaca (angin, hujan, suhu), dan (6) Interaksi
dengan bangunan laut yang lain (breakwater)
c. Perencanaan Kolam Pelabuhan
Kolam pelabuhan direncanakan dengan memeprtimbangkan hal-hal sebagai
berikut: (1) Kolam pelabuhan harus tenang dan terlindung dari gelombang, arus
dan sedimentasi. Untuk kolam Pelabuhan Perikanan Pulau Baai, di kawasan
Minapolitan di Kabupaten Brebes ini direncanakan bangunan pelindung berupa

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


LAPORAN AKHIR 2-21
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

sepasang breakwater yang membentuk kolam pelabuhan, (2) Kolam pelabuhan


harus cukup luas sehingga dapat menampung semua kapal yang datang berlabuh
dengan pergerakan yang leluasa, (3) Kolam pelabuhan harus cukup lebar sehingga
kapal- kapal dapat manuver dengan pergerakan yang leluasa, (4) Kolam
pelabuhan harus cukup lebar sehingga kapal- kapal dapat menuver dengan
leluasa, sedapat mungkin pergerakan melingkar secara menerus, dan (5) Kolam
pelabuhan harus cukup dalam sehingga kapal paling besar yang diproyeksikan
masih dapat masuk ke dalam kolam pelabuhan pada saat surut.
Kedalaman kolam pelabuhan ditentukan dengan formula:

Dimana:
D = Kedalaman kolam pelabuhan pada waktu surut terendah
d = Draft kapal terbesar dengan muatan penuh yang akan menggunakan pelabuhan
H = Tinggi gelombang maksimum
S = Tinggi agunan kapal yang besarnya tergantung ukuran kapal
C = Tinggi jagaan sebagai pengaman, diambil antara 25 100 cm tergantung jenis dasar
perairan
Radius putar untuk maneuver kapal (turning basin) diambil minimum R = L
(panjang total kapal). Ukuran yang ideal adalah R = 2L.
d. Perencanaan Dermaga
Dermaga merupakan salah satu fasilitas pokok di dalam kawasan Minapolitan ,
yang menampung kegiatan bongkar ikan hasil tangkapan pelayanan/ muat
perbekalan operasi kapal dan berlabuh. Untuk efisiensi kegiatan, maka dermaga
bongkar dan dermaga pelayanan/ muat dipisahkan.
Perencanaan dermaga dibuat dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut: (1) Posisis dermaga ditentukan dengan memepertimbangkan arah angin,
arus dan kestabilan pantai, (2) Panjang dermaga dihitung berdasarkan kebutuhan
kapal yang akan berlabuh, (3) Lebar dermaga disesuaikan dengan kemudahan
aktivitas bongkar muat kapal dan pergerakan kendaraan pengangkut di darat, (4)
Letaknya sedekat mungkin dengan TPI (untuk dermaga bongkar) atau dengan
fasilitas perbekalan (untuk dermaga pelayanan), (5) Elevasi dermaga ditentukan
dengan memperhitungkan kondisi pasang surut, dan (6) Untuk kondisi dimana
beda pasang surutnya tinggi direncanakan jenis dermaga yang cocok dengan
system operasional (misalnya dermaga apung).
Panjang dermaga dihitung dengan rumus:

Dimana:
N = Jumlah kapal ada saat puncak/sibuk
Lu = Panjang dermaga yang dibutuhkan per kapal yang bongkar (1,1, x panjang total kapal)
Q = jumlah hasil tangkapan rata- rata per kapal yang bongkar (ton)
Dc = jumlah rata- rata hari dalam siklus penangkapan
U = kecepatan rata-rata pembongkaran (ton/ jam)
S = factor ketidaktentuan

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


LAPORAN AKHIR 2-22
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

3) Perencanaan Fasilitas Darat


Sebagaimana telah diuraikan bahwa pada dasarnya fasilitas darat yang berupa
fasilitas fungsional dan penunjang yang dimiliki kawasan Minapolitan saat ini belum
lengkap dan memadai. Sehingga pada tahap pengembangan jangka pendek ini tidak
diperlukan bangunan-bangunan baru. Untuk tahap pengembangan jangka menengah
dan panjang baru perlu direncanakan perluasan fasilitas-fasilitas tersebut
a) Perencanaan Tata Ruang
Dalam rangka pengembangan areal darat di kawasan Minapolitan untuk jangka
menengah dan panjang, perlu diadakan kembali bangunan- bangunan darat yang
telah ada maupun bangunan- bangunan baru yang akan direncanakan. Untuk itu
areal darat dibagi menjadi beberapa kelompok/blok bangunan fasilitas sebagai
berikut:
Fasilitas perkantoran
Fasilitas pelelangan dan perbekalan
Fasilitas sosial
Fasilitas perumahan
Areal pengembangan industri perikanan modern
Areal pengembangan industri kecil/tradisional
Areal perumahan nelayan
Masing-masing kelompok/ blok dikelilingi oleh jaringan jalan sekunder/pelayanan,
yang akan melayani arus lalu lintas antar blok dan jalan utama/ primer. Demikian
juga dengan jaringan drainasenya yang akan mengatur pembuangan dari masing-
masing blok ke pembuangan akhir
b) Jaringan Jalan
Jaringan jalan yang direncanakan di kompleks kawasan Minapolitan terdiri dari:
Jalan Utama (primer)
Jalan Pelayanan (sekunder)
Jalan Utama (Primer)
Melayani arus lalu lintas yang masuk ke pelabuhan, menampung arus lalu lintas
dari masing-masing blok, dan melayani arus lalu lintas keluar dari pelabuhan.
Jalan utama ini direncanakan dapat dilalui oleh kendaraan truk 10 ton dengan
jalur saru arah. Adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut:
Lebar ROW : 15 m
Lebar perkerasan : 10 m
Trotoar dan drainase : (2 x 2,5) m
Tebal perkerasan : 50 cm
Kemiringan melintang maksimum : 2%
Kemiringan vertical maksimum : 6%
Kecepatan rencana : 40 km/jam
Jalan Pelayanan (Sekunder)
Melayani arus lalu lintas di tiap- tiap blok, antar blok dan arus lalu lintas ke jalan
utama. Jalan pelayanan ini direncanakan dapat dilelalui oleh kendaraan truk 10
ton dengan jalur satu arah. Adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut:

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


LAPORAN AKHIR 2-23
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

Lebar ROW : 10 m
Lebar perkerasan : 6m
Trotoar dan drainase : (2 x 2) m
Tebal perkerasan : 50 cm
Kemiringan melintang maksimum : 2%
Kemiringan vertical maksimum : 6%
Kecepatan rencana : 40 km/jam
c) Jaringan Drainase
Jaringan drainase direncanakan berupa saluran terbuka di kedua sisi jalan, yang
menampung air limpasan dari tiap- tiap blok dan mengalirkan ke pembuangan
akhir. Saluran ini terbuat dari pasangan batu kali dan rabat beton. Frekuensi curah
hujan dihitung dengan cara Gumbel dengan periode ulang T= 5 tahun, sementara
intensitas hujan dihitung dengan cara Prof. H van Brenn dan debit rencana
dihitung dengan cara rational.
d) Fasilitas Fungsional
e) Fasilitas Pendukung
Tahap jangka menengah dan panjang, perlu dilengkapi dengan bangunan-
bangunan baru untuk fasilitas sosial dan perumahan sebagai berikut:
Masjid/Musholla
Klinik kesehatan
Bank Nelayan
Kantin untuk pegawai pelabuhan
Warung/ kios makanan untuk nelayan
Pertokoan/ kios-kios KUD
Perumahan pegawai pelabuhan
Permukiman nelayan
Penginapan nelayan
Pasar ikan
Dan sebagainya
Bangunan-bangunan fasilitas tersebut di atas harus ditempatkan pada lokasi blok
fasilitas sosial atau perumahan yang telah ditentukan di dalam kawasan
Minapolitan .
f) Pengembangan Industri Perikanan (Modern)
Areal yang disediakan untuk pengembangan industri perikanan ini adalah sebagai
berikut:
Tahap Jangka Menengah : 1,1 Ha
Tahap Jangka Panjang : 1,3 Ha
Pengembangan selanjutnya : 20,0 Ha
Total : 22,4 Ha
g) Pengembangan Industri Kecil/ Tradisional
Dalam rangka meningkatkan pendapatan dan taraf hidup para nelayan di dalam
kawasan Minapolitan , maka perlu disediakan areal untuk pengembangan industri
kecil/ tradisional (pemindangan, penggaraman, pengeringan dan lain-lain).

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


LAPORAN AKHIR 2-24
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

h) Pengembangan Perumahan Nelayan


Dalam rangka meningkatkan taraf hidup nelayan dan keluarganya di dalam
kawasan Minapolitan maka perlu disediakan areal yang cukup baik untuk
menampung perumahan para nelayan, baik nelayan lokal maupun andon. Dengan
penataan yang baik, teratur dan sehat maka dapat diciptakan suatu
perkampungan nelayan yang rapi bersih dan sehat.

2.2. METODOLOGI
2.1.2. TAHAPAN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan tahapan:
1) mengidentifikasi potensi pada lokasi yang telah ditetapkan menjadi kawasan
Minapolitan
2) Menganalisis ketersediaan fasilitas pendukung pengembangan minapolitan pada
kawasan Minapolitan,
3) Menganalisis situasi faktor pendorong dan faktor penghambat yang berpengaruh
terhadap pengembangan minapolitan,
4) Mengeksplorasi potensi riil minapolitan pada kawasan zona inti dan sekitarnya
yang dapat mendorong pemberdayaan UMKM khususnya usaha pengolahan ikan di
Kabupaten Brebes,
5) Menganalisis arah pengembangan minapolitan,
6) merumuskan model dan strategi pengembangan kawasan minapolitan.

2.1.3. METODOLOGI KAJIAN


Kajian ini dilakukan dengan metode survei yang dilakukan di lapangan, sehingga penelitian
ini bersifat deskriptif. Untuk memperoleh data lapangan dilakukan dengan menggunakan
beberapa metode, yaitu melalui pengamatan (observasi), wawancara, diskusi kelompok
terarah dan pencatatan terhadap data-data yang diperlukan sesuai tujuan penelitian.
Kegiatan dilaksanakan di wilayah yang memiliki potensi pengembangan minapolitan di
Kabupaten Brebes. Kegiatan penelitian ini akan difokuskan pada identifikasi potensi dan
permasalahan yang menyangkut pengembangan kawasan minapolitan sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi lokal yang akan digunakan sebagai dasar untuk merumuskan
kebijakan daerah guna bahan penyusunan dokumen perencanaan pengembangan
kawasan di Kabupaten Brebes.
2.1.3.1. METODE PENGUMPULAN DATA
1. Identifikasi Lokasi Minapolitan Kabupaten Brebes
Dalam menetapkan suatu wilayah atau kawasan untuk dijadikan sebagai lokasi
perencanaan Kawasan Minapolitan, perlu memperhatikan :
a. Penetapan atau kebijakan kabupaten tentang tata ruang pengembangan kawasan
pesisir dalam arti luas yang ada dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), RPJPD
dan RPJMD;
b. Memilih kawasan dengan standar dan norma tertentu (teoritis) baik dilihat dari segi
potensi atau kemampuan sumber daya maupun dukungan kelembagaan dan
infrastrukturnya;

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


LAPORAN AKHIR 2-25
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

c. Aspirasi stakeholder pada saat perencanaan.


2. Identifikasi Potensi dan Masalah Pada Kawasan Minapolitan Terpilih
Identifikasi potensi pada kawasan minapolitan dilakukan sebagai dasar untuk
menginventarisasi masalah-masalah yang ada di kawasan tersebut. Hasil survey
kemudian dianalisis, sehingga kesimpulannya dapat menjawab atau menggambarkan,
tentang:
a. Keadaan sumberdaya fisik Kawasan Minapolitan terpilih
b. Keadaan sumberdaya perikanan pada Kawasan Minapolitan terpilih
c. Keadaan sumberdaya manusia, kelembagaan masyarakat nelayan dan industri
hasil perikanan pada kawasan minapolitan terpilih
d. Keadaan sarana dan prasarana umum dan sosial minapolitan terpilih
e. Keadaan sosio-ekonomi dan sosio-budaya minapolitan terpilih

2.1.3.2. METODOLOGI ANALISIS


Analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Analisis deskriptif utamanya
dilakukan untuk mengklasifikasikan potensi wilayah. Analisis dengan mendasarkan pada
hasil Focus Group Discussion (FGD) untuk memperoleh kajian yang mendalam tentang
kondisi riil dilapangan dilakukan pada setiap daerah analisis sebagai dasar kekuatan
medan dan analisis indikasi program pada lokasi pusat maupun kawasan pendukung
Minapolitan.
1) Analisis Kebijakan Pengembangan Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Brebes
Analisis kebijakan dilakukan untuk mengetahui dasar-dasar hukum yang diberlakukan
dalam pengembangan kawasan Minapolitan Brebes, sebagai langkah awal dalam
menetapkan model dan strategi pengembangan kawasan, terutama sektor perikanan di
Brebes agar terjadi sinergisitas antara kebijakan dan program yang direkomendasikan.
2) Analisis Desa Pusat Pertumbuhan Minapolitan
Analisis Desa Pusat Pertumbuhan Minapolitan dilakukan berdasarkan data hasil survei
dan diperkuat dengan data sekunder yang ada (kabupaten dalam angka dan kecamatan
dalam angka). Analisis ini dilakukan dalam rangka identifikasi profil.
3) Identifikasi Lokasi Minapolitan Kabupaten Brebes
Dalam menetapkan suatu wilayah atau kawasan untuk dijadikan sebagai lokasi
pengembangan Kawasan Minapolitan, perlu memperhatikan:
a. Penetapan atau kebijakan kabupaten tentang tata ruang pengembangan kawasan
pesisir dalam arti luas yang termaktub dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW),
RPJPD dan RPJMD
b. Memilih kawasan dengan standar dan norma tertentu (teoritis) baik dilihat dari segi
potensi atau kemampuan sumber daya maupun dukungan kelembagaan dan
infrastrukturnya;
c. Aspirasi stakeholder pada saat perencanaan.

4) Identifikasi Potensi dan Masalah Pada Kawasan Minapolitan


Identifikasi potensi pada Kawasan Minapolitan dilakukan sebagai dasar untuk
menginventarisasi masalah-masalah yang ada di kawasan tersebut. Hasil survey

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


LAPORAN AKHIR 2-26
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

Kawasan Minapolitan, terdiri dari: Analisis Tipologi Pusat Pertumbuhan Kawasan


Minapolitan, Analisis skala ekonomi dan pelayanan sosial ekonomi per kecamatan,
Analisis Kondisi Prasarana dan Sarana Dasar dan penunjang pada kawasan Minapolitan
dan kawasan pendukungnya.

2.1.3.3. RENCANA PELAKSANAAN


Rencana pelaksanaan merupakan komponen penting dalam rencana penataan ruang
kawasan Minapolitan yang tidak dapat dipisahkan dari rencana-rencana lain. Tujuan
rencana pelaksanaan adalah untuk memastikan bahwa tujuan perencanaan dapat
tercapai dengan baik. Oleh karenanya, mekanisme pelaksanaan perlu untuk dirumuskan
dengan jelas agar pemerintah dan masyarakat dapat memantaunya. Para agen
pembangunan (stakeholders) perlu mendapatkan informasi tentang kawasan
Minapolitan di Minapolitan Kabupaten Brebes agar penataan ruang dapat dilaksanakan.
Rencana pengembangan dibagi dalam tiga tahapan:
Tahap Jangka Pendek
Tahap Jangka Menengah
Tahap Jangka Panjang

Berikut disajikan diagram detail metodologi pelaksanaan kegiatan Masterplan


Minapolitan Perikanan Budidaya Kabupaten Brebes.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


LAPORAN AKHIR 2-27
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


Bab 3

REVIEW KEBIJAKAN
TERKAIT MINAPOLITAN

TAHUN ANGGARAN

2 0 1 4
PENYUSUNAN Mas ter Pla n
MINAPOLITAN PERIKANAN BUDIDAYA
LAPORAN AKHIR 3-1
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

3.1. TINJAUAN KEBIJAKAN TERKAIT

B eberapa kebijakan yang dapat menjadikan rujukan/acuan dalam penyusunan


Grand Strategy Percepatan Pembangunan Daerah di Kabupaten Brebes
diantaranya adalah berupa perencanaan pembangunan dan perencanaan ruang
(spasial) yang ada pada tingkatan nasional, provinsi maupun lokal Kabupaten Brebes.
Diantara perumusan kebijakan dan regulasi yang ada diantaranya:

1. MP3EI
2. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Propinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2029
3. RPJPD 2005-2025 Kabupaten Brebes
4. RPJMD 2008-2012 Kabupaten Brebes
5. Perda No. 4 Tahun 2013 Tentang RPJMD Kabupaten Brebes Tahun 2013-2018
6. Perda No. 2 Tahun 2011 Tentang RTRW Kabupaten Brebes Tahun 2010-2030

Berikut tabel kebijakan dan regulasi yang ada.

REVIEW KEBIJAKAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 3-2
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

TABEL: 3.1. KEBIJAKAN DAN REGULASI TERKAIT


NO KEBIJAKAN ISI KETERANGAN
1 MP3EI
Koridor 2 (Jawa) 1. Pengembangan Koridor Ekonomi Jawa mempunyai Mengembangkan industri yang mendukung pelestarian daya
Brebes termasuk dalam tema Pendorong Industri dan Jasa Nasional. dukung air dan lingkungan. Secara umum, Koridor Ekonomi
kluster industri, dengan Strategi khusus Koridor Ekonomi Jawa: Jawa memiliki kondisi yang lebih baik di bidang ekonomi dan
keunggulan berbasis sosial, sehingga Koridor Ekonomi Jawa berpotensi untuk
manufaktur ke jasa berkembang dalam rantai nilai dari ekonomi berbasis
manufaktur ke jasa. Koridor ini dapat menjadi benchmark
perubahan ekonomi yang telah sukses berkembang dalam
rantai nilai dari yang sebelumnya fokus di industri primer
menjadi fokus di industri tersier, sebagaimana telah terjadi di
Singapura, Shenzen dan Dubai.
2. Koridor Ekonomi Jawa memiliki beberapa hal yang Tingginya tingkat kesenjangan PDRB dan kesenjangan
harus dibenahi, antara lain: kesejahteraan di antara provinsi di dalam koridor;
Pertumbuhan tidak merata sepanjang rantai nilai, kemajuan
sektor manufaktur tidak diikuti kemajuan sektor-sektor yang
lain;
Kurangnya investasi domestik maupun asing;
Kurang memadainya infrastruktur dasar.
3. Fokus pembangunan ekonomi Koridor Ekonomi ekonomi utama makanan minuman, tekstil, dan peralatan
Jawa adalah pada kegiatan transportasi.
Selain itu terdapat pula aspirasi untuk mengembangkan
kegiatan ekonomi utama perkapalan, telematika, dan alat
Utama sistem senjata (alutsista).
2 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2029
A. Tujuan terwujudnya ruang Provinsi Jawa Tengah yang
lestari dengan memperhatikan pemerataan
pembangunan wilayah

REVIEW KEBIJAKAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 3-3
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

NO KEBIJAKAN ISI KETERANGAN


B. Sistem perkotaan Fungsi PKL (Pusat Kegiatan Lokal) Ketanggungan-Kersana, Bumiayu, Brebes
C. Sistem Perwilayahan Bregasmalang, yaitu Kabupaten Brebes, Kota Tegal, Fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal, Provinsi
Slawi (Kabupaten Tegal), dan Kabupaten Pemalang, dan Nasional
D. Rencana Struktur Rencana pengembangan jalan Arteri Primer Jalan lingkar Tegal, Pekalongan, Brebes, Pemalang
Ruang Pekalongan, Ungaran, Ambarawa, Salatiga, Bumiayu dan Pati;
Ruas Baru metropolitan Bregasmalang
Rencana pengembangan jalan kolektor Primer: Pejagan-Ketanggungan, Ketanggungan-Prupuk,
Rencana pengembangan jalan tol: Pengembangan jalan tol sepanjang Perbatasan Jawa Barat
Pejagan Pemalang Batang Semarang
E. Kawasan Strategis Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Perkotaan Brebes-Tegal-Slawi-Pemalang
(Bregasmalang);
Kawasan Koridor Perbatasan Cirebon-Brebes-Kuningan
(Cibening);
3 RPJPD 2005-2025 Kabupaten Brebes
Visi: Brebes yang Madani, Maju, dan Sejahtera
Misi: 1) Mewujudkan pengamalan nilai-nilai agama dan Agama
kearifan lokal. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri.
Hukum dan Kamtibmas
2) Mewujudkan peningkatan kualitas sumber daya Pendidikan.
manusia. Kesehatan
Pemuda dan Olah Raga.
Kependudukan dan Catatan Sipil
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera.
Sosial
Kebudayaan
Perpustakaan
3) Mewujudkan tata pemerintahan yang baik, Perencanaan Pembangunan

REVIEW KEBIJAKAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 3-4
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

NO KEBIJAKAN ISI KETERANGAN


demokratis, dan partisipatif. Komunikasi dan Informatika
Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi
Keuangan Daerah, Perangkat
Daerah, Kepegawaian dan Persandian
Statistik
Kearsipan
4) Mewujudkan perekonomian daerah yang maju dan Kondisi dan Struktur Ekonomi
berdaya saing berbasispada potensi keunggulan Penanaman Modal.
lokal. Koperasi dan UKM
Ketenagakakerjaan
Ketahanan Pangan
Perhubungan
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Kelautan dan Perikanan.
Pertanian.
Kehutanan
Energi dan Sumber Daya Mineral.
Pariwisata.
Industri
Perdagangan
Ketransmigrasian
5) Mewujudkan peningkatan dan pemerataan Pekerjaan Umum
pembangunan prasarana dan sarana daerah Perumahan
6) Mewujudkan pemanfaatan dan pengelolaan Lingkungan Hidup
sumber daya alam yang memperhatikan kelestarian Penataan Ruang.
lingkungan hidup. Pertanahan
4 RPJMD 2008-2012 Kabupaten Brebes
Visi: Membangun masyarakat maju, sejahtera dan

REVIEW KEBIJAKAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 3-5
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

NO KEBIJAKAN ISI KETERANGAN


berkeadilan
Misi: 1) Memfasilitasi proses peningkatan kualitas Kependudukan dan catatan sipil
masyarakat Brebes agar berakhlak mulia, bermoral, Keluarga berencana dan keluarga sejahtera
beretika, berbudaya, beriman dan bertaqwa Pemberdayaan dan perlindungan anak
kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan tetap Kebudayaan
berlandasan falsafah Pancasila Pemuda dan olahraga
Transmigrasi

2) Memfasilitasi dan meningkatan akses masyarakat Pendidikan


kepada pelayanan publik terutama kebutuhan Kesehatan
masyarakat akan pendidikan dan kesehatan serta Sosial
pelayanan sosial lainnya Perpustakaan

3) Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang Pekerjaan Umum


berdaya saing dan bertumpu kepada revitalisasi Perhubungan
pertanian dalam arti luas, industri pengolahan yang Penanaman Modal
berbasis bahan baku lokal, pemberdayaan UMKM Ketenagakerjaan
dan Koperasi, pengembangan investasi untuk Koperasi dan UMKM
penguatan industri kecil dan menengah, serta Perdagangan
pembangunan sarana dan prasarana ekonomi Perindustrian
pendukungnya Ketahanan Pangan
Pariwisata
Pertanian
Perikanan dan Kelauatan
Pemberdayaan Masyarakat dan desa
4) Mewujudkan sistem tata kelola pemerintahan yang Statistik
baik (good govermance) dan tata kelola Perencanaan Pembangunan
pemerintahan yang bersih (clean governance) Otonomi daerah pemerintahan umum, administrasi keuangan

REVIEW KEBIJAKAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 3-6
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

NO KEBIJAKAN ISI KETERANGAN


dalam rangka memberikan pelayanan kepada daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan persandian
mayasarakat yang didasari atas nilai-nilai Kesatuan bangsa dan politik dalam negeri
kebenaran dan keadilan, menumbuhkembangkan Kearsipan
kehidupan politik yang demokratis dan Komunikasi dan informatika
konstitusional serta meningkatkan kemampuan
keuangan daerah dengan mengoptimalkan sumber-
sumber pendapatan daerah melalui kebijakan yang
berpihak kepada masyarakat
5) Mewujudkan penataan ruang yang berkelanjutan Penataan ruang
dengan tetapp memperhatikan pengelolaan Lingkungan Hidup
sumberdaya alam dan lingkungan hidup secara Pertanahan
bertanggungjawab serta meningkatkan kapasitas Kehutanan
infrastruktur wilayah sesuai dengan kondisi dan Perumahan
potensi wilayah Energi dan Sumberdaya Mineral

5 Perda No. 4 Tahun 2013 Tentang RPJMD Kabupaten Brebes Tahun 2013-2018
Visi Terwujudnya Masyarakat Mandiri Produktif, Sejahtera Masyarakat yang mandiri dan produktif, mengandung makna
dan Berkeadilan bahwa pembangunan dilaksanakan di Kabupaten Brebes
untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat khususnya
pada bidang ekonomi, dengan tingkat partisipasi angkatan
kerja yang besar sehingga secara produktif mampu
meningkatkan pendapatannya.
Masyarakat yang sejahtera, mengandung makna bahwa
kondisi masyarakat yang mampu bekerja dan memperoleh
pendapatan layak untuk memenuhi kebutuhan dasarnya,
meliputi sandang, pangan, papan, dan memperoleh
pelayanan pendidikan dasar dan pelayanan kesehatan secara
layak.

REVIEW KEBIJAKAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 3-7
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

NO KEBIJAKAN ISI KETERANGAN


Berkeadilan dalam pembangunan daerah, mengandung
makna bahwa pembangunan diarahkan untuk mewujudkan
kesetaraan hak dan kewajiban masyarakat dalam
memperoleh pelayanan dan kondisi kehidupan yang layak
dengan menjunjung tinggi prinsip persamaan dan kesetaraan,
serta memperlakukan masyarakat tanpa diskriminatif pada
seluruh bidang kehidupan.
Misi 1) Meningkatkan pendidikan yang terjangkau dan Meningkatkan pemerataan ketersediaan, keterjangkauan dan
berkualitas berbasis pada Nilai-nilai Ketuhanan Yang kesetaraan pendidikan
Maha Esa. Meningkatkan kualitas, relevansi dan keterjaminan pelayanan
pendidikan
Meningkatkan prestasi dan peran serta pemuda dalam
pembangunan
Menanamkan nilai-nilai ketuhanan Yang Maha Esa melalui
pendidikan agama dan pengembangan budaya religius di
masyarakat
2) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan biaya yang
ditunjang oleh pelayanan yang bermutu dan terjangkau bagi masyarakat
terjangkau. Meningkatkan pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang
berkualitas
3) Meningkatkan pengembangan ekonomi kerakyatan Meningkatkan produktivitas pertanian, kehutanan, kelautan
dengan memperkuat inovasi daerah guna dan perikanan untuk menunjang ketahanan pangan
mewujudkan kesejahteraan masyarakat Meningkatkan pengembangan Koperasi, Usaha mikro kecil
dan menengah (UMKM), dan Industri Kecil dan Menengah
(IKM).
Meningkatkan investasi untuk menunjang pengurangan
pengangguran
Mengembangkan pariwisata dan budaya unggulan daerah

REVIEW KEBIJAKAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 3-8
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

NO KEBIJAKAN ISI KETERANGAN


Memperkuat sistem inovasi daerah dalam mendorong
pembangunan berbasis pengetahuan
Meningkatkan keberdayaan masyarakat dan pembangunan
desa untuk mengurangi kemiskinan
4) Meningkatkan pembangunan infrastruktur sesuai Meningkatkan keandalan sistem jaringan infrastruktur
rencana tata ruang dan Memperhatikan Kelestarian transportasi dan perhubungan untuk mendukung aksesibilitas
sumber daya alam dan lingkungan hidup. dan mobilitas antar wilayah, pertumbuhan ekonomi,
ketahanan pangan, daya saing ekonomi daerah, dan
kesejahteraan masyarakat secara merata.
Meningkatkan keandalan sistem jaringan infrastruktur
sumberdaya air
Meningkatkan pembangunan perumahan dan kualitas
lingkungan pemukiman beserta cakupan pelayanan (dasar)
infrastruktur pekerjaan umum
Meningkatkan penataan ruang dan pelaksanaan tata ruang
secara konsisten
Meningkatkan pelestarian lingkungan, sumberdaya alam dan
mitigasi bencana
5) Meningkatkan kesetaraan dan keadilan gender Meningkatkan penyelenggaraan Pengarustamaan Gender
serta pemenuhan hak anak dalam pembangunan, (PUG)serta Perencanaan dan
dan mewujudkan perlindungan sosial. Penganggaran Responsif Gender (PPRG)
Meningkatkan kualitas hidup perempuan
Meningkatkan pemenuhaan hak-hak anak dan perwujudan
kabupaten layak anak
Meningkatkan jaminan perlindungan sosial bagi masyarakat
6) Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan daerah
(good governance)dan memelihara stabiitas Meningkatkan penyelenggaraan pelayanan publik secara
keamanan dan ketertiban daerah. berkualitas

REVIEW KEBIJAKAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 3-9
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

NO KEBIJAKAN ISI KETERANGAN


Meningkatkan kualitas tata kelola keuangan dan
penyelenggaraan pemerintahan
Menciptakan stabilitas keamanan dan ketertiban daerah
6 Perda No. 2 Tahun 2011 Tentang RTRW Kabupaten Brebes Tahun 2010-2030
Tujuan penataan ruang Tujuan penataan ruang Kabupaten Brebes adalah
terwujudnya ruang Kabupaten Brebes
sebagai kabupaten yang berbasis pertanian unggul
dan berwawasan lingkungan.
Rencana pembagian a. SWP Utara dengan pusat pengembangan di
Satuan Wilayah Perkotaan Brebes sebagai titik pertumbuhan
Pembangunan (SWP) Wilayah Pantai Utara (Pantura) terdiri dari
Kecamatan Brebes, Kecamatan Wanasari,
Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Tanjung dan
Kecamatan Losari;
b. SWP Tengah dengan pusat pengembangan di
Perkotaan Ketanggungan sebagai titik pertumbuhan
Wilayah Tengah yang terdiri dari Kecamatan
Jatibarang, Kecamatan Songgom, Kecamatan
Larangan, Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan
Kersana dan Kecamatan Banjarharjo; dan
c. SWP Selatan dengan pusat pengembangan di
Perkotaan Bumiayu sebagai titik pertumbuhan
Wilayah Selatan yang terdiri dari Kecamatan
Tonjong, Kecamatan Bumiayu, Kecamatan
Sirampog, Kecamatan Paguyangan, Kecamatan
Bantarkawung dan Kecamatan Salem.
Rencana Sistem Pusat a. Pusat kegiatan lokal (PKL) berada di Perkotaan
Pelayanan Brebes, Perkotaan Bumiayu, dan Perkotaan

REVIEW KEBIJAKAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 3-10
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

NO KEBIJAKAN ISI KETERANGAN


Ketanggungan-Kersana;
b. Pusat pelayanan kawasan (PPK) berada di Ibukota
Kecamatan (IKK) Tanjung, IKK Jatibarang, IKK
Wanasari, IKK Bulakamba, IKK Losari, IKK
Banjarharjo, IKK Larangan, IKK Songgom, IKK
Tonjong, IKK Sirampog, IKK Paguyangan, IKK
Bantarkawung, dan IKK Salem; dan
c. Pusat pelayanan lingkungan (PPL) berada di Desa
Bentar Kecamatan Salem, Desa Kalilangkap
Kecamatan Bumiayu, Desa Dawuhan Kecamatan
Sirampog, Desa Sindangwangi Kecamatan
Bantarkawung, Desa Pamulihan Kecamatan
Larangan, Desa Cikeusal Kidul Kecamatan
Ketanggungan, Desa Bandungsari dan Desa
Cikakak Kecamatan Banjarharjo, Desa Bojongsari
Kecamatan Losari, Desa Sitanggal Kecamatan
Larangan, Desa Banjaratma Kecamatan
Bulakamba, dan Desa Sawojajar Kecamatan
Wanasari.
Rencana Struktur Ruang a. Rencana pengembangan prasarana jalan nasional Jalan bebas hambatan yang menghubungkan Kanci Pejagan,
Pejagan Pemalang, dan Pejagan Cilacap; dan
pemantapan dan pengembangan jalan arteri primer menjadi
4 (empat) lajur, meliputi :
1) ruas Losari Brebes.
2) ruas jalan lingkar Kawasan Perkotaan Brebes.
3) ruas jalan lingkar Kawasan Perkotaan Bumiayu.
4) ruas Pejagan Ketanggungan Bumiayu Paguyangan.
b. Rencana pengembangan prasarana terminal Terminal tipe B direncanakan di Kawasan Perkotaan Brebes,

REVIEW KEBIJAKAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 3-11
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

NO KEBIJAKAN ISI KETERANGAN


penumpang umum dan terminal barang Kawasan Perkotaan Bumiayu, Kecamatan Ketanggungan, dan
Kecamatan Tanjung;
Terminal tipe C direncanakan di Kecamatan Jatibarang,
Kecamatan Banjarharjo, Kecamatan Larangan, Kecamatan
Brebes, Kecamatan Losari, Kecamatan Salem dan Kecamatan
Tonjong;
terminal asal tujuan (sub terminal) direncanakan di
Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Kersana, Kecamatan
Bantarkawung, Kecamatan Paguyangan, Kecamatan Sirampog
dan Kecamatan Songgom; serta
terminal Barang direncanakan di Kawasan Perkotaan Bumiayu
dan Kawasan Perkotaan Brebes.
c. Rencana pengembangan kereta api regional jalur utara menghubungkan Semarang Jakarta;
jalur tengah menghubungkan Kroya Purwokerto Prupuk
Cirebon; dan
pengembangan rel ganda meliputi jalur Semarang
Pekalongan Tegal Cirebon
dan jalur Kroya Purwokerto Prupuk Cirebon.
d. Rencana pengembangan prasarana penunjang pengembangan perlintasan sebidang jalur kereta api dan
jalan; dan
peningkatan Stasiun Brebes, Stasiun Bulakamba, Stasiun
Tanjung, Stasiun Ketanggungan Barat, Stasiun Ketanggungan,
Stasiun Larangan, Stasiun Songgom, Stasiun Linggapura,
Stasiun Talok, Stasiun Kretek, dan Stasiun Patuguran.
Peningkatan stasiun Kereta Api Brebes direncanakan terpadu
dengan terminal angkutan umum Tipe B Kawasan Perkotaan
Brebes.
e. Rencana Sistem Jaringan Transportasi Laut Pembangunan pelabuhan pengumpan direncanakan di

REVIEW KEBIJAKAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 3-12
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

NO KEBIJAKAN ISI KETERANGAN


Kecamatan Brebes.
Pembangunan pelabuhan ikan direncanakan di Kecamatan
Bulakamba.
f. Prasarana pengelolaan persampahan Lokasi TPA sampah di Kabupaten Brebes adalah:
a. TPA Regional Rawabaju di Kecamatan Songgom;
b. TPA Kaliwlingi di Kecamatan Brebes;
c. TPA Kubangwungu di Kecamatan Ketanggungan; dan
d. TPA Kalijurang di Kecamatan Tonjong.
Rencana Pola Ruang Kawasan Peruntukan Pariwisata Rencana pengembangan pariwisata alam meliputi:
1) Telaga Renjeng, di Kecamatan Paguyangan;
2) Waduk Penjalin, di Kecamatan Paguyangan;
3) Waduk Malahayu, di Kecamatan Banjarharjo;
4) Air Terjun Curug Puteri dan Sumur Penganten, di
Kecamatan Sirampog;
5) Pantai Randusanga Indah, di Kecamatan Brebes; dan
6) kawasan perkebunan teh Kaligua di Kecamatan
Paguyangan.
Rencana pengembangan pariwisata buatan meliputi:
1) pemandian air panas Cipanas Buaran, di Kecamatan
Bantarkawung; dan
2) pemandian air panas Tirta Husada Kedungoleng, di
Kecamatan Paguyangan.

Rencana pengembangan wisata budaya meliputi:


1) wisata budaya Masjid Agung Brebes di Kecamatan Brebes;
2) wisata budaya Makam Bupati Brebes dan Makam Mbah
Rubi di Kecamatan Wanasari;
3) wisata budaya Makam Mbah Junet di Randusanga

REVIEW KEBIJAKAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 3-13
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

NO KEBIJAKAN ISI KETERANGAN


Kecamatan Brebes;
4) wisata budaya Makam Pangeran Angka Wijaya di
Kecamatan Losari;
5) wisata budaya Makam Dawa, Makam Panembahan Syeh
Padalangu, dan Makam Keluarga Bupati Raja Urip di
Kecamatan Tonjong;
6) wisata budaya Gedong Jimat di Kecamatan Ketanggungan;
7) wisata budaya Candi Jimat dan Candi Kyai di Kecamatan
Tonjong.
Kawasan strategis a. sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi kawasan sepanjang jalan arteri primer pantura yang termasuk
dalam kawasan perkotaan Bregasmalang (Brebes, Tegal,
Slawi, Pemalang);
kawasan Agropolitan Larangan dan Kawasan Agropolitan
Paguyangan;
kawasan Perkotaan Bumiayu;
kawasan Perkotaan Ketanggungan-Kersana; dan
kawasan koridor perbatasan Cibening (Cirebon, Brebes,
Kuningan).
b. Kawasan strategis dari sudut kepentingan Kawasan Panas
pendayagunaan sumber daya alam dan/atau Bumi Guci dan Kawasan Panas Bumi Baturraden.
teknologi tinggi
c. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi Kawasan Pesisir sepanjang
dan daya dukung lingkungan hidup Kecamatan Brebes yang termasuk dalam Kawasan Daerah
Aliran Sungai kritis lintas kabupaten/kota
Sumber: Data Sekunder diolah Tahun 2014

REVIEW KEBIJAKAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 3-14
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

GAMBAR : 3.1. KORIDOR 2 JAWA MENURUT KEBIJAKAN MP3EI

REVIEW KEBIJAKAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 3-15
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

GAMBAR : 3.2. PETA RENCANA STRUKTUR RUANG PROVINSI JAWA TENGAH BERDASAR RTRW THN 2009-2029

REVIEW KEBIJAKAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 3-16
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

GAMBAR : 3.3. PETA RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN BREBES BERDASARKAN RTRW THN 2010-2030

REVIEW KEBIJAKAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 3-17
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

GAMBAR : 3.4. PETA RENCANA KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN BREBES BERDASARKAN RTRW THN 2010-2030

REVIEW KEBIJAKAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 3-18
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

NO PERATURAN / KETERANGAN
REGULASI
1 Undang-Undang 1. Usulan penyusunan RSWP-3-K, RZWP-3-K, RPWP-3-K, dan RAPWP-3-K
Nomor 1 tahun 2014 dilakukan oleh Pemerintah Daerah, Masyarakat, dan dunia usaha.
tentang Perubahan 2. Mekanisme penyusunan RSWP-3-K, RZWP-3-K, RPWP-3-K, dan
Atas UU Nomor 27 RAPWP-3-K pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota
Tahun 2007 Tentang dilakukan dengan melibatkan Masyarakat.
Pengelolaan Wilayah 3. Pemerintah Daerah berkewajiban menyebarluaskan konsep RSWP-3-
Pesisir dan Pulau- K, RZWP-3-K, RPWP-3-K, dan RAPWP-3-K untuk mendapatkan
Pulau Kecil. masukan, tanggapan, dan saran perbaikan.
4. Bupati/wali kota menyampaikan dokumen final perencanaan
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil kabupaten/kota
kepada gubernur dan Menteri untuk diketahui.
5. Gubernur menyampaikan dokumen final perencanaan Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil provinsi kepada Menteri dan
Bupati/wali kota di wilayah provinsi yang bersangkutan.
6. Gubernur atau Menteri memberikan tanggapan dan/atau saran
terhadap usulan dokumen final perencanaan Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari
kerja.
7. Dalam hal tanggapan dan/atau saran sebagaimana dimaksud pada
ayat (6) tidak dipenuhi dokumen final perencanaan Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dimaksud diberlakukan secara
definitif.

UU Nomor 27 Tahun Ruang Lingkup UU WP3K


2007 Tentang 1. Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara Ekosistem darat dan
Pengelolaan Wilayah laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.
Pesisir dan Pulau- 2. Pulau kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan
Pulau Kecil. 2000 (dua ribu) km2 beserta kesatuan ekosistem.
3. Ruang lingkup pengaturan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil
(WP3K) meliputi daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut
yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut, ke arah darat
mencakup wilayah administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh
12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai.
4. Pengelolaan WP3K meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan,
pengawasan, dan pengendalian terhadap interaksi manusia dalam
pemanfaatannya serta proses alamiah secara berkelanjutan dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Hak Pengusahaan Perairan Pesisir


1. Pemanfaatan perairan pesisir diberikan dalam bentuk Hak
Pengusahaan Perairan Pesisir (HP-3) meliputi pengusahaan atas
permukaan laut dan kolom air sampai dengan permukaan dasar laut.
HP-3 diberikan kepada pihak pihak dalam bentuk sertifikat HP-3,

REVIEW KEBIJAKAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 3-19
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

NO PERATURAN / KETERANGAN
REGULASI
yaitu sebagai berikut:
Orang perseorangan warga negara Indonesia.
Badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia.
Masyarakat adat.
2. Pemanfaatan pulau pulau kecil dan perairan diprioritaskan untuk
kepentingan sebagai berikut:
Konservasi.
Pendidikan dan pelatihan.
Penelitian dan pengembangan.
Budidaya laut.
Pariwisata.
Usaha perikanan kelautan dan industri perikanan secara lestari.
Pertanian organik.
Peternakan.
3. Untuk mendapatkan HP-3, para pemohon HP-3 wajib untuk
memenuhi 3 (tiga) persyaratan, antara lain:
Persyaratan teknis:
- Kesesuaian dengan rencana Zona dan/atau rencana
Pengelolaan WP3K.
- Hasil konsultasi publik sesuai dengan besaran dan volume
pemanfaatannya.
- Pertimbangan hasil pengujian dari berbagai alternatif usulan
atau kegiatan yang berpotensi merusak sumber daya pesisir
dan pulau pulau kecil.
Administratif:
- Penyediaan dokumen administratif.
- Penyusunan rencana dan pelaksanaan pemanfaatan sumber
daya pesisir dan pulau pulau kecil sesuai dengan daya
dukung ekosistem.
- Pembuatan sistem pengawasan dan pelaporan hasilnya kepada
pemberi HP-3.
- Dalam hal HP-3 berbatasan dengan garis pantai, maka
pemohon wajib memiliki hak atas tanah.
Operasional:
- Memberdayakan masyarakat sekitar lokasi.
- Mengakui, menghormati, dan melindungi hak hak
masyarakat adat dan/atau masyarakat local.
- Memperhatikan hak masyarakat untuk mendapatkan akses ke
sempadan pantai dan muara sungai.
- Melakukan rehabilitasi sumber daya yang mengalami
kerusakan di lokasi HP-3.
4. Pemanfaatan pulau pulau kecil dan perairan kecuali untuk
konservasi , pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan
pengembangan, pemanfaatan pulau pulau kecil, pemohon wajib
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Persyarataan pengelolaan lingkungan.
Memperhatikan kemampuan sistem tata air setempat.

REVIEW KEBIJAKAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 3-20
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

NO PERATURAN / KETERANGAN
REGULASI
Menggunakan teknologi yang ramah lingkungan.
HP-3 tidak dapat diberikan pada Kawasan Konservasi, suaka
perikanan, alur pelayaran, kawasan pelabuhan, dan pantai umum.
5. Jangka waktu HP-3 adalah 20 (dua puluh) tahun dimana dapat
diperpanjang sebanyak 2 (dua) kali melalui 2 (dua) tahap masing
masing tahap perpanjangan berjangka waktu 20 (dua puluh) tahun.
HP-3 dapat beralih, dialihkan, dan dijadikan jaminan utang dengan
dibebankan hak tanggungan. Pihak pihak yang mempunyai
wewenang berdasarkan UU WP3K sebagai berikut :
Menteri berwenang memberikan HP-3 di wilayah Perairan Pesisir
lintas provinsi dan Kawasan Strategis Nasional Tertentu.
Gubernur berwenang memberikan HP-3 di wilayah Perairan
Pesisir sampai dengan 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis
pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan,
dan Perairan Pesisir lintas kabupaten/kota.
Bupati/walikota berwenang memberikan HP-3 di wilayah Perairan
Pesisir 1/3 (satu pertiga) dari wilayah kewenangan provinsi.

Larangan
UU WP3K melarang setiap orang secara langsung atau tidak langsung
melakukan kegiatan yang dapat merusak WP3K seperti menambang
terumbu karang atau mengambilnya dari kawasan konservasi, kegiatan
kegiatan yang dapat merusak mangrove di WP3K, dan lain lain.

Pengawasan dan Penelitian


1. Pengawasan dan pengendalian WP3 dilakukan oleh pegawai negeri
sipil yang berwenang di bidang pengelolaan WP3K sesuai dengan
sifat pekerjaaannya dan dengan wewenang kepolisian khusus.
2. Pengawasan dengan wewenang kepolisan khusus adalah
pengawasan yang dengan melakukan kegiatan patroli dan tugas
polisional lainnya di luar tugas penyidikan.

Penelitian dan Pengembangan


1. Dalam rangka meningkatkan kualitas perencanaan dan implementasi
Pengelolaan WP3K, Pemerintah melakukan penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
pengembangan sumber daya manusia.
2. Setiap orang asing yang melakukan penelitian di WP3K wajib terlebih
dahulu memperoleh izin dari Pemerintah dan harus
mengikutsertakan peneliti Indonesia. Kemudian hasil dari penelitian
tersebut harus diserahkan kepada pemerintah.

Penyelesaian Sengketa
1. Penyelesaian sengketa dalam pengelolaan WP3K dapat dilakukan
melalui pengadilan atau di luar pengadilan. Terhadap penyelesaian
sengketa di luar pengadilan tidak berlaku untuk tindak pidana

REVIEW KEBIJAKAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 3-21
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

NO PERATURAN / KETERANGAN
REGULASI
pengelolaan WP3K dimana dalam hal penyelesaiannya dapat
mengunakan pihak ketiga untuk membantu penyelesaian sengketa.
Hasil kesepakatan penyelesaian harus dibuat secara tertulis dan
mengikat para pihak.
2. Terhadap penyelesaian sengketa melalui pengadilan, apabila sudah
ada putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, pengadilan
membebankan kewajiban kepada setiap orang dan/atau penanggung
jawab kegiatan yang telah merusak WP3K untuk melakukan dan
membayar biaya untuk rehabilitasi dan pemulihan kondisi WP3K.
Selain itu, hakim dapat menetapkan sita jaminan dan uang paksa
apabila keterlambatan pembayaran rehabilitasi dan pemulihan
kondisi WP3K. Masyarakat atau organisasi kemasyarakatan
(Ormas) dapat mengajukan gugatan perwakilan untuk kepentingan
pelestarian fungsi lingkungan. Ormas yang dapat mengajukan
gugatan apabila sudah memenuhi ketentuan organisasi
kemasyarkatan sesuai UU WP3K. Tuntutan oleh Ormas hanya sebatas
tuntutan untuk melakukan tindakan rehabilitasi dan pemulihan
kondisi WP3K tanpa ada tuntutan ganti rugi.

Sanksi Administratif dan Ketentuan Pidana


UU WP3K mengatur sanksi administratif berupa peringatan, pembekuan
sementara, denda administratif, dan/atau pencabutan HP-3 apabila telah
melanggar mengenai persyaratan HP-3. Pengelolaan WP3K yang tidak
sesuai dengan dokumen perencanaan, maka pemerintah dapat
melakukan pembekuan sementara bantuan melalui akreditasi dan/atau
pencabutan tetap akreditasi program. Selain sanksi administratif, UU
WP3K mempunyai ketentuan pidana berupa pidana penjara dan denda.
Ancaman pidana penjara paling lambat 2 (dua) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp 2.000.0000.000,00
(dua miliar rupiah) dan paling banyak Rp 10.000.0000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah) bagi setiap orang perorangan dan/atau badan hukum
(Orang) yang dengan sengaja melakukan:
1. Kegiatan menambang terumbu karang, mengambil terumbu karang
di kawasan konservasi, menggunakan bahan peledak dan bahan
beracun dan/atau cara lain yang dapat merusak ekosistem terumbu
karang.
2. Menggunakan cara dan metode yang merusak ekosistem mangrove,
konversi ekosistem mangrove, menebang pohon mangrove untuk
kegiatan perindustrian dan pemukiman dan/atau kegiatan lain yang
dilarang dalam UU WP3K.
3. Mengunakan cara dan metode yang merusak padang lamun.
4. Penambangan minyak dan gas yang dilarang dalam UU WP3K.
5. Penambangan mineral yang dilarang dalam UU WP3K.
6. Pembangunan fisik yang menimbulkan kerusakan dan/atau
merugikan masyarakat.
7. Tidak melaksanakan mitigasi bencana WP3K yang diakibatkan oleh
alam dan/atau Orang sehingga mengakibatkan bencana, atau dengan

REVIEW KEBIJAKAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 3-22
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

NO PERATURAN / KETERANGAN
REGULASI
sengaja melakukan kegiatan yang mengakibatkan kerentanan
bencana.
8. Apabila kelalaian dari kegiatan tersebut sehingga mengakibatkan
kerusakan, dapat dikenakan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
9. Pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling
banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta), untuk setiap Orang yang
karena kelalaiannya tidak melaksanakan kewajiban rehabilitasi
dan/atau reklamasi, dan melakukan kegiatan usaha di wilayah pesisir
tanpa hak dan/atau tidak melaksanakan kewajiban dari persyaratan
operasional, sesuai dengan ketentuan dalam UU WP3K

2 Undang-Undang Pengelolaan perikanan


Nomor 31 Tahun 2004 Pengelolaan perikanan dilakukan berdasarkan asas manfaat, keadilan,
tentang Perikanan kemitraan, pemerataan, keterpaduan, keterbukaan, efisiensi, dan
sebagaimana telah kelestarian yang berkelanjutan.
diubah dengan
Undang-Undang
Nomor 45 Tahun 2009
Pengelolaan perikanan dilakukan berdasarkan asas:
a. manfaat;
b. keadilan;
c. kebersamaan;
d. kemitraan;
e. kemandirian;
f. pemerataan;
g. keterpaduan;
h. keterbukaan;
i. efisiensi;
j. kelestarian; dan
k. pembangunan yang berkelanjutan.
Wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia untuk
penangkapan ikan dan/atau pembudidayaan ikan meliputi:
a. perairan Indonesia;
b. ZEEI; dan
c. sungai, danau, waduk, rawa, dan genangan air lainnya yang dapat
diusahakan serta lahan pembudidayaan ikan yang potensial di
wilayah Republik Indonesia.
d. Pengelolaan perikanan di luar wilayah pengelolaan perikanan
Republik Indonesia, diselenggarakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan, persyaratan, dan/atau standar internasional
yang diterima secara umum.

Usaha perikanan dilaksanakan dalam sistem bisnis perikanan yang


meliputi praproduksi, produksi, pengolahan, dan pemasaran.

REVIEW KEBIJAKAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 3-23
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

NO PERATURAN / KETERANGAN
REGULASI
a. Setiap orang yang melakukan usaha perikan di bidang penangkapan,
pembudidayaan, pengangkutan, pengolahan, dan pemasaran ikan di
wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia wajib memiliki
SIUP.
b. Kewajiban memiliki SIUP, tidak berlaku bagi nelayan kecil dan/atau
pembudidaya ikan kecil.
3 Peraturan Pemerintah Usaha perikanan terdiri dari:
Nomor 54 Tahun 2002 a. usaha penangkapan ikan; dan/atau
tentang Usaha b. usaha pembudidayaan ikan.
Perikanan Usaha pembudidayaan ikan meliputi jenis kegiatan:
a. pembudidayaan ikan di air tawar;
b. pembudidayaan ikan di air payau; dan/atau
c. pembudidayaan ikan di laut.
a. Perusahaan yang melakukan usaha perikanan, wajib memiliki Izin
Usaha Perikanan (IUP).
b. IUP diterbitkan untuk masing-masing usaha perikanan, dan berlaku
selama perusahaan melakukan kegiatan usaha perikanan.
c. Izin usaha bagi perusahaan perikanan dengan fasilitas penanaman
modal yang akan melakukan usaha penangkapan ikan, diterbitkan
berdasarkan Alokasi Penangkapan Ikan Penanaman Modal (APIPM)
dan persyaratan lain di bidang penanaman modal.
d. Dalam IUP untuk usaha penangkapan ikan dicantumkan koordinat
daerah penangkapan ikan, jumlah dan ukuran kapal perikanan, jenis
alat penangkap ikan yang digunakan, dan pelabuhan pangkalan.
e. Dalam IUP untuk usaha penangkapan ikan yang berkaitan dengan
kegiatan pengangkutan ikan, dicantumkan daerah
pengumpulan/pelabuhan muat, pelabuhan pangkalan, serta jumlah
dan ukuran kapal perikanan.
f. Dalam IUP untuk usaha pembudidayaan ikan dicantumkan luas
lahan atau perairan dan letak lokasinya.
4 Peraturan Menteri Minapolitan dilakukan berdasarkan asas:
Kelautan dan a. Demokratisasi ekonomi kelautan dan perikanan pro rakyat;
Perikanan Nomor b. Keberpihakan pemerintah pada rakyat kecil melalui pemberdayaan
PER.12 / MEN / 2010 masyarakat; dan
tentang Minapolitan c. Penguatan peranan ekonomi daerah dengan prinsip daerah kuat
maka bangsa dan Negara kuat.
Minapolitan dilaksanakan dengan tujuan:
a. Meningkatkan produksi, produktivitas, dan kualitas produk kelautan
dan perikanan;
b. Meningkatkan pendapatan nelayan, pembudidaya ikan, dan
pengolah ikan yang adil dan merata; dan
c. Mengembangkan kawasan minapolitan sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi di daerah.
Sasaran pelaksanaan Minapolitan, meliputi:
1. Meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat kelautan dan
perikanan skala mikro dan kecil, antara lain berupa:

REVIEW KEBIJAKAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 3-24
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

NO PERATURAN / KETERANGAN
REGULASI
a. penghapusan dan/atau pengurangan beban biaya produksi,
pengeluaran rumah tangga, dan pungutan liar;
b. pengembangan sistem produksi kelautan dan perikanan efisien
untuk usaha mikro dan kecil;
c. penyediaan dan distribusi sarana produksi tepat guna dan murah
bagi masyarakat;
d. pemberian bantuan teknis dan permodalan; dan/atau
e. pembangunan prasarana untuk mendukung sistem produksi,
pengolahan, atau pemasaran produk kelautan dan perikanan.
2. Meningkatkan jumlah dan kualitas usaha kelautan dan perikanan
skala menengah ke atas sehingga berdaya saing tinggi, antara lain
berupa:
a. deregulasi usaha kelautan dan perikanan;
b. pemberian jaminan keamanan dan keberlanjutan usaha dan
investasi;
c. penyelesaian hambatan usaha dan perdagangan (tarif dan non-
tarif barriers);
d. pengembangan prasarana untuk mendukung sistem produksi,
pengolahan, dan/atau pemasaran; dan
e. pengembangan sistem insentif dan disinsentif ekspor-impor
produk kelautan dan perikanan.
3. Meningkatkan sektor kelautan dan perikanan menjadi penggerak
ekonomi regional dan nasional, antara lain berupa:
a. pengembangan sistem ekonomi kelautan dan perikanan berbasis
wilayah;
b. pengembangan kawasan ekonomi kelautan dan perikanan di
daerah sebagai pusat pertumbuhan ekonomi lokal;
c. revitalisasi sentra produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran
sebagai penggerak ekonomi masyarakat; dan
4. d. Pemberdayaan kelompok usaha kelautan dan perikanan di
sentra produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran.
(1) Pengembangan kawasan minapolitan dilakukan secara terintegrasi,
efisien, dan berkualitas serta mendorong percepatan peningkatan
produksi, pengolahan dan/atau pemasaran.
(2) Pengembangan kawasan minapolitan dimulai dari pembinaan unit
produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran yang terkonsentrasi di
sentra produksi, pengolahan dan/atau pemasaran di suatu kawasan
yang
a. diproyeksikan atau direncanakan menjadi kawasan minapolitan
yang dikelola secara terpadu.
Karakteristik kawasan minapolitan meliputi:
a. Suatu kawasan ekonomi yang terdiri atas sentra produksi,
pengolahan, dan/atau pemasaran dan kegiatan usaha lainnya,
seperti jasa dan perdagangan;
b. Mempunyai sarana dan prasarana sebagai pendukung aktivitas
ekonomi;
c. Menampung dan mempekerjakan sumberdaya manusia di dalam

REVIEW KEBIJAKAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 3-25
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

NO PERATURAN / KETERANGAN
REGULASI
kawasan dan daerah sekitarnya; dan
d. Mempunyai dampak positif terhadap perekonomian di daerah
sekitarnya.

Suatu kawasan dapat ditetapkan sebagai kawasan minapolitan apabila


memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. kesesuaian dengan Rencana Strategis, Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) dan/atau Rencana Zonasi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) kabupaten/kota, serta Rencana
Pengembangan Investasi Jangka Menengah Daerah (RPIJMD) yang
telah ditetapkan;
b. memiliki komoditas unggulan di bidang kelautan dan perikanan
dengan nilai ekonomi tinggi;
c. letak geografi kawasan yang strategis dan secara alami memenuhi
persyaratan untuk pengembangan produk unggulan kelautan dan
perikanan;
d. terdapat unit produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran dan
jaringan usaha yang aktif berproduksi, mengolah dan/atau
memasarkan yang terkonsentrasi di suatu lokasi dan mempunyai
mata rantai produksi pengolahan, dan/atau pemasaran yang saling
terkait;
e. tersedianya fasilitas pendukung berupa aksesibilitas terhadap pasar,
permodalan, sarana dan prasarana produksi, pengolahan, dan/atau
pemasaran, keberadaan lembaga-lembaga usaha, dan fasilitas
penyuluhan dan pelatihan;
f. kelayakan lingkungan diukur berdasarkan daya dukung dan daya
tampung lingkungan, potensi dampak negatif, dan potensi
terjadinya kerusakan di lokasi di masa depan;
g. komitmen daerah, berupa kontribusi pembiayaan, personil, dan
fasilitas pengelolaan dan pengembangan minapolitan;
h. keberadaan kelembagaan pemerintah daerah yang bertanggung
jawab di bidang kelautan dan perikanan; dan
i. ketersediaan data dan informasi tentang kondisi dan potensi
kawasan.
(1) Pemilihan kawasan minapolitan dilakukan secara terkoordinasi
antara pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota sesuai persyaratan.
(2) Berdasarkan hasil koordinasi dan kelengkapan persyaratan
sebagaimana, Menteri menetapkan kawasan minapolitan.
(3) Dalam kawasan minapolitan ditetapkan lokasi minapolitan oleh
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.
(4) Penetapan lokasi minapolitan disampaikan kepada Menteri dalam
rangka koordinasi dan pembinaan.
Penyusunana Rencana Induk Minapolitan
(1) Dalam penyusunan Rencana Induk berpedoman pada Rencana Tata
Ruang Wilayah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah.

REVIEW KEBIJAKAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 3-26
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

NO PERATURAN / KETERANGAN
REGULASI
(2) Rencana Induk paling sedikit memuat:
a. hasil kajian menyeluruh terhadap semua aspek utama
pengembangan kawasan minapolitan sebagai data dasar; dan
b. proyeksi arah, skenario, dan tahapan pengembangan kawasan
minapolitan dalam jangka menengah.
(3) Hasil kajian menyeluruh terhadap semua aspek utama
pengembangan kawasan minapolitan sebagai data dasar
sebagaimana memuat identifikasi:
a. Potensi kawasan minapolitan yang terdiri dari:
b. Kebijakan pembangunan sektoral dan pembangunan wilayah
dalam rangka sinkronisasi, integrasi, dan keterpaduan kebijakan;
c. Struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah dalam rangka
konsistensi penerapan RTRW atau RZWP-3-K;
d. Faktor penghambat dan peluang; dan
e. Peluang kerjasama dengan pihak pihak berkepentingan
(4) Proyeksi arah, skenario, dan tahapan pengembangan kawasan
minapolitan dalam jangka menengah paling sedikit memuat:
a. strategi, arah kebijakan, dan pentahapan pengembangan
kawasan minapolitan dalam jangka waktu 5 (lima) tahunan, yang
dibagi ke dalam pencapaian sasaran kuantitatif dan kualitatif
setiap tahun;
b. setiap sasaran kuantitatif dan kualitatif per 5 (lima) tahunan,
disertai dengan indikator keberhasilan dan tolok ukur
pengembangan sektor dan produk unggulan secara terfokus,
dan pengembangan semua aspek utama di kawasan
minapolitan;
c. strategi, arah kebijakan, dan pentahapan pengembangan
kawasan minapolitan dikaitkan upaya mendorong pembangunan
kawasan di sekitarnya.
(5) Rencana Pengusahaan paling sedikit memuat:
a. proyeksi pengembangan hulu-hilir sektor dan produk unggulan;
b. informasi dan akses pasar;
c. akses permodalan;
d. akses teknologi; dan
e. prasarana dan sarana pendukung transportasi dan distribusi.
(6) Rencana Tindak paling sedikit memuat:
a. matriks rencana program dan kegiatan;
b. lokasi;
c. jadwal pelaksanaan;
d. instansi/pelaksana;
e. proyeksi kebutuhan pendanaan;
f. sumber pendanaan;
g. out put;
h. outcome; dan
i. indikator kinerja.

REVIEW KEBIJAKAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


Bab 4

PROFIL KAWASAN
MINAPOLITAN

TAHUN ANGGARAN

2 0 1 4
PENYUSUNAN Mas ter Pla n
MINAPOLITAN PERIKANAN BUDIDAYA
LAPORAN AKHIR 4 -1
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

4.1. PROFIL UMUM WILAYAH


4.1.1. SEJARAH KABUPATEN BREBES

A da beberapa pendapat mengenai asal - usul nama Brebes yang di antaranya


berasal dari kata di antaranya Brebes berasal dari kata "Bara" dan "Basah", bara
berarti hamparan tanah luas dan basah berarti banyak mengandung air.
Keduanya cocok dengan keadaan daerah Brebes yang merupakan dataran luas yang
berair. Karena perkataan bara di ucapkan bere sedangkan basah di ucapkan besah maka
untuk mudahnya di ucapkan Brebes. Dalam Bahasa Jawa perkataan Brebes
ataumrebes berarti tansah metu banyune yang berarti selalu keluar airnya. Nama Brebes
muncul sejak zaman Mataram. Kota ini berderet dengan kota-kota tepi pantai lainnya
seperti Pekalongan,Pemalang, dan Tegal. Brebes pada saat itu merupakan bagian dari
wilayah Kabupaten Tegal.
Pada tanggal 17 Januari 1678 di Jepara diadakan pertemuan Adipati Kerajaan Mataram se-
Jawa Tengah, termasuk Arya Martalaya, Adipati Tegal dan Arya Martapura, Adipati Jepara.
Karena tidak setuju dengan acara penandatanganan naskah kerjasama antara Amangkurat
Admiral dengan Belanda terutama dalam menumpas pemberontakan Trunajaya dengan
imbalan tanah-tanah milik Kerajaan Mataram, maka terjadi perang tanding antara kedua
adipati tersebut. Peristiwa berdarah ini merupakan awal mula terjadinya Kabupaten
Brebes dengan Bupati berwenang .Sehari setelah peristiwa berdarah tersebut yaitu
tanggal 18 Januari 1678, Sri Amangkurat II yang berada di Jepara mengangkat beberapa
Adipati/ Bupati sebagai pengagganti Adipati-adipati yang gugur. Untuk kabupaten Brebes
di jadikan kabupaten mandiri dengan adipati Arya Suralayayang merupakan adik dari Arya
Martalaya. Pengangkatan Arya Suralaya sekaligus titimangsa pemecahan Kadipaten Tegal
menjadi dua bagian yaitu Timur tetap di sebut Kadipaten Tegal dan bagian barat di sebut
Kabupaten Brebes.

4.1.2. KONDISI GEOGRAFIS


Kabupaten Brebes terletak di bagian Utara paling Barat Provinsi Jawa Tengah, di antara
koordinat 108 41'37,7" - 109 11'28,92" Bujur Timur dan 6 44'56'5"-7 20'51,48 Lintang

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 4 -2
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

Selatan dan berbatasan langsung dengan wilayah Provinsi Jawa Barat. Brebes merupakan
kabupaten yang cukup luas di Provinsi Jawa Tengah. Sebagian besar wilayahnya adalah
dataran rendah. Bagian barat daya merupakan dataran tinggi (dengan puncaknya Gunung
Pojoktiga dan Gunung Kumbang), sedangkan bagian tenggara terdapat pegunungan yang
merupakan bagian dari Gunung Slamet. Dengan iklim tropis, curah hujan rata-rata
18,94 mm per bulan.
Kondisi itu menjadikan kawasan tesebut sangat potensial untuk pengembangan produk
pertanian seperti tanaman padi, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan
sebagainya. Pantai - pantai di Kabupaten Brebes merupakan tempat bermuaranya sungai
besar dan kecil, yang menyebabkan daerah pantainya makin bertambah ke
arah laut(prograding).Pantai di Brebes dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis pantai,
yaitu: pantai delta ( Delta Losari dan Pemali), pantai teluk ( Teluk Bangsri ) dan pantai
lurus ( Randusanga ). Berdasarkan tingkat perkembangan atau penambahan daerah
pantainya, pantai delta mengalami perubahan paling dinamis, diikuti oleh pantai teluk
kemudian oleh pantai lurus.

GAMBAR : 3.1. MORFOLOGI FISIK DASAR WILAYAH KABUPATEN BREBES

Pembagian zonasi pantai terdiri dari bagian barat mulai dari Losari (Prapag Kidul dan
Prapag Lor ), Teluk Bangsri sampai dengan sekitar muara sungai Nippon (Desa Sawojajar
dan Kaliwlingi) baik untuk pengembangan konservasi tanaman bakau (mangrove) yang

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 4 -3
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

dapat berfungsi untuk pemulihan daya dukung lingkungan, sedangkan wilayah pantai
bagian timur mulai sebelah timur sungai kamal sampai dengan Pantai Randusanga Kulon
sangat baik untuk dikembangkan menjadi Kawasan Pelabuhan Antarpulau maupun
Kawasan Pariwisata Pantai.
Perairan daerah pantai bagian barat relatif dangkal, untuk mencapai kedalaman laut 5
meter berjarak lebih kurang 2.25 km dari garis pantai, sedang di perairan bagian timur,
kedalaman laut 5 meter, berjarak lebih kurang 1,4 km. Makin kearah lepas pantai
kedalaman laut berubah secara gradual (morfologi dasar lautnya landai) dengan pola garis
kontur tidak lagi mengikuti bentuk garis pantainya.
Wilayah pesisir pantai Kabupaten Brebes yang mempunyai panjang pantai 72,93 KM
yang meliputi 14 desa di 5 kecamatan memiliki potensi yang tak ternilai bagi masyarakat.
Perairan pantai tidak saja menjadi sumber pangan yang produktif, tetapi juga sebagai
gudang mineral, alur pelayaran, tempat rekreasi dan juga sebagai tangki pencerna bahan
buangan hasil kegiatan manusia. Besarnya sumber alam yang terkandung di dalamnya,
hayati maupun non hayati serta aneka kegunaan yang bersifat ganda merupakan bukti
yang tidak dapat disangkal, bahkan menjadi tumpuan harapan manusia dalam usahanya
memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat di masa mendatang.

4.1.3. WILAYAH ADMINISTRASI


Secara Administrasi Kabupaten Brebes dibagi menjadi 17 wilayah kecamatan terdiri dari
292 desa dan 5 kelurahan. Dari jumlah itu dibagi habis menjadi 1.084 dusun, 1.631
RW/Lingkungan dan 8.653 Rukun Tetangga (RT). Kecamatan-kecamatan yang terdapat di
Kabupaten Brebes, yaitu:
1) Banjarharjo
2) Bantarkawung
3) Brebes
4) Bulakamba
5) Bumiayu
6) Jatibarang
7) Kersana
8) Ketanggungan
9) Larangan
10) Losari
11) Paguyangan
12) Salem
13) Sirampog
14) Songgom
15) Tanjung
16) Tonjong
17) Wanasari
Lihat Peta administrasi Kabupaten Brebes berikut.

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 4 -4
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya Kabupaten Brebes

GAMBAR : 4.1. PETA ADMINISTRASI KABUPATEN BREBES

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 4 -5
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya Kabupaten Brebes

4.1.4. KEPENDUDUKAN
A. JUMLAH DAN PERTUMBUHAN
Penduduk kabupaten Brebes sebagian besar tinggal di daerah perdesaan, namun
demikian sering terjadi perpindahan dari daerah perdesaan ke daerah perkotaan
(urbanisasi). Jumlah penduduk per kecamatan sangat bervariatif, distribusi penduduk
Kabupaten Brebes belum tersebar secara merata, Tiga Kecamatan dengan penduduk
terbanyak adalah Kecamatan Bulakamba 162.529 jiwa (9,29%), Kecamatan Brebes
158.039 jiwa (9,05%), dan Kecamatan Wanasari sebanyak 141.191 jiwa (8,07%).
Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk paling kecil adalah Kecamatan
Salem sebanyak 57.797 jiwa (3,31%).
Sedangkan bila dilihat dari pertumbuhan penduduk dari data penduduk Tahun 2008-
2012 tercatat terjadi fluktuatif. Rata-rata pertumbuhan penduduk Kabupaten Brebes
cukup rendah, yaitu hanya sebesar 0,22% per tahun, jika dirata-rata terjadi kenaikan
jumlah penduduk sebesar 1.080 jiwa, Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
dan grafik berikut ini.
TABEL: 4.1. JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN BREBES MENURUT KECAMATAN DAN JENIS
KELAMIN TAHUN 2012
Jumlah (Jiwa)
Kecamatan Jumlah %
Laki-Laki Perempuan
Salem 28.762 29.035 57.797 3,3%
Bantarkawung 43.141 45.135 88.276 5,0%
Bumiayu 47.942 48.744 96.686 5,5%
Paguyangan 49.345 48.346 97.691 5,6%
Sirampog 30.848 31.064 61.912 3,5%
Tonjong 32.942 33.141 66.083 3,8%
Larangan 70.631 68.733 139.364 8,0%
Ketanggungan 66.619 67.089 133.708 7,6%
Banjarharjo 60.005 59.656 119.661 6,8%
Losari 61.718 59.600 121.318 6,9%
Tanjung 47.363 45.669 93.032 5,3%
Kersana 28.975 29.419 58.394 3,3%
Bulakamba 82.266 80.243 162.509 9,3%
Wanasari 72.137 69.054 141.191 8,1%
Songgom 34.617 33.278 67.895 3,9%
Jatibarang 42.829 42.125 84.954 4,9%
Brebes 79.320 78.719 158.039 9,0%
Tahun 2012 879.460 869.050 1.748.510 100,0%
Tahun 2011 876.658 865.853 1.742.511
Tahun 2010 873.794 862.537 1.736.331
Tahun 2009 873.062 879.066 1.752.128
Tahun 2008 871.067 876.363 1.747.430
Sumber: Data Statistik Kabupaten Brebes (Bappeda & BPS), tahun 2013

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 4 -6
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya Kabupaten Brebes

Sumber: Hasil olahan dari Data Statistik Kabupaten Brebes (Bappeda & BPS), tahun 2013
GAMBAR : 4.2. JUMLAH PENDUDUK TIAP KECAMATAN DI KABUPATEN BREBES TAHUN
2012

Sumber: Hasil olahan dari Data Statistik Kabupaten Brebes (Bappeda & BPS), tahun 2013

GAMBAR : 4.3. JUMLAH PERTUMBUHAN PENDUDUK TAHUN 2008-2012 DI KABUPATEN


BREBES

B. KEPADATAN
Jika dilihat dari kepadatan penduduknya Kecamatan Jatibarang menempati urutan
tertinggi dengan 2.415 jiwa/Km2, sedangkan kecamatan dengan kepadatan
penduduk terendah ada pada Kecamatan Salem yaitu 380 jiwa/km2. Lihat tabel dan
gambar berikut ini.

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 4 -7
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya Kabupaten Brebes

TABEL: 4.2. LUAS DAN KEPADATAN PENDUDUK TIAP KECAMATAN DI KABUPATEN BREBES
TAHUN 2012
Luas Jumlah Kepadatan
Kecamatan
(Km2) (Jiwa) (Jiwa/Km2)
Salem 152,09 57.797 380
Bantarkawung 205 88.276 431
Bumiayu 73,69 96.686 1.312
Paguyangan 104,94 97.691 931
Sirampog 67,03 61.912 924
Tonjong 81,26 66.083 813
Larangan 164,68 139.364 846
Ketanggungan 149,07 133.708 897
Banjarharjo 140,26 119.661 853
Losari 89,43 121.318 1.357
Tanjung 67,74 93.032 1.373
Kersana 25,23 58.394 2.314
Bulakamba 102,93 162.509 1.579
Wanasari 74,44 141.191 1.897
Songgom 49,03 67.895 1.385
Jatibarang 35,18 84.954 2.415
Brebes 80,96 158.039 1.952
Tahun 2012 1662,96 1.748.510 1.051
Tahun 2011 1662,96 1.742.511 1.048
Tahun 2010 1662,96 1.736.331 1.044
Tahun 2009 1662,96 1.752.128 1.054
Tahun 2008 1661,17 1.747.430 1.052
Sumber: Hasil olahan dari Data Statistik Kabupaten Brebes (Bappeda & BPS), tahun 2013

Sumber: Hasil olahan dari Data Statistik Kabupaten Brebes (Bappeda & BPS), tahun 2013
GAMBAR : 4.4. KEPADATAN PENDUDUK TIAP KECAMATAN DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2012
C. KELOMPOK UMUR
Data berdasarkan kelompok umur akan memberikan gambaran terhadap besarnya
angkatan kerja pada usia produktif dan besaran akan usia harapan hidup manusia jika
dilihat dari besaran jumlah usia lanjut. di Kabupaten Brebes jumlah penduduk

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 4 -8
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya Kabupaten Brebes

menurut usia terbanyak pada usia produktif yaitu 10-44 tahun, sedangkan untuk usia
lanjut sejumlah 45.870 jiwa. Lihat tabel dan gambar berikut ini.
TABEL: 4.3. JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN USIA DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2012
Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
0-4 91.404 86.872 178.276
5-9 102.993 96.449 199.442
10 - 14 105.181 98.740 203.921
15 - 19 99.951 90.684 190.635
20 - 24 74.236 76.309 150.545
25 - 29 70.524 71.942 142.466
30 - 34 61.229 62.017 123.246
35 - 39 57.945 59.854 117.799
40 - 44 51.524 50.349 101.873
45 - 49 41.813 40.916 82.729
50 - 54 36.708 35.726 72.434
55 - 59 24.990 26.038 51.028
60 - 64 25.064 29.491 54.555
65 - 69 14.956 18.735 33.691
70 + 20.942 24.928 45.870
Jumlah Thn 2012 879.460 869.050 1.748.510
Tahun 2011 876.658 865.853 1.742.511
Tahun 2010 873.794 862.537 1.736.331
Tahun 2009 873.062 879.066 1.752.128
Tahun 2008 871.067 876.363 1.747.430
Sumber: Data Statistik Kabupaten Brebes (Bappeda & BPS), tahun 2013

Sumber: Hasil olahan dari Data Statistik Kabupaten Brebes (Bappeda & BPS), tahun 2013
GAMBAR : 4.5. JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN USIA DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2012

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 4 -9
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya Kabupaten Brebes

D. SEKTOR TENAGA KERJA


Berdasarkan data jumlah penduduk yang bekerja pada masing-masing sektor, maka dapat di
gambarkan bahwa jumlah terbesar penduduk bekerja pada sektor primer yaitu pertanian
(baik sebagai petani maupun sebagai buruh tani), untuk nelayan terbanyak ada di Kecamatan
Bulakamba. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini.
TABEL: 4.4. JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN SEKTOR PEKERJAAN DI TIAP KECAMATAN KABUPATEN BREBES
TAHUN 2012
Pekerja Sektor (jiwa)
Kecamatan Buruh Buruh Buruh Supir/Kernet Lain- Jumlah
Petani Nelayan pengusaha Pedagang PNS Pensiunan
Tani Industri Bangunan angkutan lain
Salem 19.675 9.140 - 686 894 2.070 1.512 442 1.038 186 1.474 37.117
Bantarkawung 23.767 19.371 4 774 1.768 4.678 3.491 1.142 738 289 1.104 57.126
Bumiayu 10.065 11.243 7 517 2.198 3.400 9.559 528 1.364 924 4.468 44.273
Paguyangan 8.659 11.292 138 771 3.639 1.724 2.662 459 481 154 5.577 35.556
Sirampog 12.754 16.053 - 15 1.760 3.331 3.030 477 424 173 661 38.678
Tonjong 9.654 9.518 3 94 3.080 3.243 1.963 692 611 234 1.268 30.360
Larangan 39.458 29.891 36 141 591 5.872 6.588 1.279 3.180 778 1.462 89.276
Ketanggungan 30.114 28.661 10 180 4.065 7.154 7.853 960 906 208 1.234 81.345
Banjarharjo 25.987 30.382 1.112 639 1.266 13.435 2.260 692 965 655 411 77.804
Losari 10.765 29.565 2.655 1.285 4.803 3.515 5.568 1.043 647 268 2.382 62.496
Tanjung 15.987 22.048 2.842 852 2.200 5.869 6.721 1.239 565 242 825 59.390
Kersana 9.115 21.451 1.674 308 1.582 3.528 3.154 739 833 171 2.276 44.831
Bulakamba 28.032 42.196 9.130 101 6.622 7.209 8.604 457 523 213 442 103.529
Wanasari 23.946 44.623 6.596 663 800 3.317 6.378 1.065 1.082 309 4.004 92.783
Songgom 10.780 14.927 - 163 417 1.201 1.476 436 238 95 2.317 32.050
Jatibarang 14.192 17.378 68 807 3.468 2.698 9.584 730 984 442 2.813 53.164
Brebes 19.875 29.763 2.958 1.033 6.866 7.106 9.041 1.574 11.623 1.403 6.713 97.955
Tahun 2012 312.825 387.502 27.233 9.029 46.019 79.350 89.444 13.954 26.202 6.744 39.431 1.037.733
Sumber: Data Statistik Kabupaten Brebes (Bappeda & BPS), tahun 2013

Sumber: Hasil olahan dari Data Statistik Kabupaten Brebes (Bappeda & BPS), tahun 2013
GAMBAR : 4.6. JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN SEKTOR PEKERJAAN DI KABUPATEN BREBES TAHUN
2012

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 4 -10
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya Kabupaten Brebes

A. PERIKANAN
Sebagai salah satu daerah yang terletak dalam wilayah pantai utara Pulau Jawa,
Kabupaten Brebes mempunyai 5 wilayah kecamatan yang cocok untuk
mengembangkan produksi perikanan yakni Brebes, Wanasari, Bulakamba, Tanjung
dan Losari. Hasil produksi perikanan yang menonjol meliputi; bandeng, udang
windu, kepiting, rajungan, teri nasi, mujair dan berbagai jenis ikan laut yang lain. Hasil
produk perikanan ini oleh masyarakat setempat telah dikembangkan usaha
pembuatan Bandeng Presto Duri Lunak dan Terasi.

Sumber: Diolah dari Data Statistik Kabupaten Brebes (Bappeda & BPS), tahun 2013
GAMBAR : 4.7. BANYAKNYA PRODUKSI DAN NILAI PRODUKSI PERIKANAN LAUT DI KABUPATEN
BREBES TAHUN 2009- 2012

TABEL: 4.5. BANYAKNYA PRODUKSI DAN NILAI PRODUKSI PERIKANAN LAUT MENURUT
TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2012
TPI Banyaknya Produksi Nilai Produksi (Ribu Rp)
SAWOJAJAR 23.885 261.858
PULOLAMPES 487.593 1.327.055
KLUWUT 673.582 1.964.220
PENGARADAN 355.193 2.411.116
KRAKAHAN 212.042 2.060.329
KALIGANGSA 300 600
KALIWLINGI 7.443 115.620
PRAPAG KIDUL 421 13.700
PRAPAG LOR 1.254 26.420
KARANGDEMPEL 1.528 44.004
GRINTING 4.069 33.608
PESANTUNAN 9.330 87.500
1.776.640 8.346.030
Sumber: Data Statistik Kabupaten Brebes (Bappeda & BPS), tahun 2013

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 4 -11
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya Kabupaten Brebes

Sumber: Diolah dari Data Statistik Kabupaten Brebes (Bappeda & BPS), tahun 2013
GAMBAR : 4.8. BANYAKNYA PRODUKSI PERIKANAN LAUT MENURUT TEMPAT PELELANGAN IKAN DI
KABUPATEN BREBES TAHUN 2012

TABEL: 4.6. LUAS DAN PRODUKSI PERIKANAN TAMBAK MENURUT KECAMATAN DI


KABUPATEN BREBES TAHUN 2012
Kecamatan Luas (Ha) Banyaknya Produksi (kg)
Salem - -
Bantarkawung - -
Bumiayu - -
Paguyangan - -
Sirampog - -
Tonjong - -
Larangan - -
Ketanggungan - -
Banjarharjo - -
Losari 2.602 981.300
Tanjung 2.555 401.215
Kersana - -
Bulakamba 2.215 8.509.565
Wanasari 1.501 1.000.000
Songgom - -
Jatibarang - -
Brebes 3.875 34.517.970
Tahun 2012 12.748 45.410.050
Sumber: Data Statistik Kabupaten Brebes (Bappeda & BPS), tahun 2013

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 4 -12
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya Kabupaten Brebes

TABEL: 4.7. LUAS DAN PRODUKSI PERIKANAN KOLAM MENURUT KECAMATAN DI


KABUPATEN BREBES TAHUN 2012
Kecamatan Luas (Ha) Banyaknya Produksi (kg)
Salem 50 1.208.400
Bantarkawung 14 142.875
Bumiayu 20 86.871
Paguyangan 13 338.520
Sirampog 2 21.900
Tonjong 5 17.644
Larangan 1 3.100
Ketanggungan 0 1.090
Banjarharjo 2 20.120
Losari 0 -
Tanjung 2 9.200
Kersana 1 -
Bulakamba 0 -
Wanasari 0 900
Songgom 0 -
Jatibarang 0 -
Brebes 5 -
Tahun 2012 114 1.850.620
Sumber: Data Statistik Kabupaten Brebes (Bappeda & BPS), tahun 2013

Sumber: Diolah dari Data Statistik Kabupaten Brebes (Bappeda & BPS), tahun 2013
GAMBAR : 4.9. BANYAKNYA PRODUKSI DAN NILAI PRODUKSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN BREBES
TAHUN 2012

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 4 -13
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya Kabupaten Brebes

4.2. PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN


4.2.1. KECAMATAN BREBES
4.2.1.1. BATASAN ADMINISTRASI
Kecamatan Brebes merupakan Ibukota Kabupaten Brebes dengan batasan administrasi
sebagai berikut:
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Selatan : Kecamatan Jatibarang
Sebelah Barat : Kecamatan Wanasari
Sebelah Timur : Kota dan Kabupaten Tegal

4.2.1.2. LUASAN LAHAN

TABEL: 4.8. LUASAN LAHAN SAWAH DAN BUKAN SAEAH DI KECAMATAN BREBES
Lahan Bukan
Desa/Kelurahan Luas Sawah Jumlah %
Sawah
Pemaron 140,50 57,50 198,00 2,45%
Kalimati 180,06 34,26 214,32 2,65%
Lembarawa 191,19 52,81 244,00 3,01%
Krasak 118,72 47,20 165,92 2,05%
Padasugih 128,00 30,00 158,00 1,95%
Wangandalem 90,62 29,45 120,07 1,48%
Terlangu 99,20 33,30 132,50 1,64%
Pulosari 86,88 81,12 168,00 2,08%
Brebes 83,89 222,11 306,00 3,78%
Gandasuli 64,40 70,60 135,00 1,67%
Banjaranyar 152,55 55,45 208,00 2,57%
Kaligangsa Kulon 200,00 53,00 253,00 3,12%
Kaligangsa Wetan 106,00 112,00 218,00 2,69%
Randusanga Wetan 12,00 508,00 520,00 6,42%
Randusanga Kulon 14,50 1.350,50 1.365,00 16,86%
Limbangan Wetan 263,22 159,00 422,22 5,22%
Limbangan Kulon 148,00 36,16 184,16 2,27%
Pasarbatang 297,62 220,38 518,00 6,40%
Sigambir 49,91 25,38 75,29 0,93%
Pagejugan 316,80 102,05 418,85 5,17%
Kedunguter 254,97 76,90 331,87 4,10%
Tengki 60,50 52,20 112,70 1,39%
Kaliwlingi 480,87 1.146,42 1.627,29 20,10%
Jumlah 3.540,40 4.555,79 8.096,19 100,00%

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 4 -14
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya Kabupaten Brebes

GAMBAR : 4.10. GRAFIK LUASAN LAHAN SAWAH DAN BUKAN SAWAH DI TIAP DESA/KELURAHAN KECAMATAN
BREBES

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 4 -15
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya Kabupaten Brebes

GAMBAR : 4.11. GRAFIK LUASAN LAHAN DI TIAP DESA/KELURAHAN KECAMATAN BREBES

GAMBAR : 4.12. GRAFIK PROSENTASE LUASAN LAHAN DI KECAMATAN BREBES

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 4 -16
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya Kabupaten Brebes

4.2.1.3. POLA PENGGUNAAN LAHAN


TABEL: 4.9. LUASAN LAHAN SAWAH DAN BUKAN SAEAH DI KECAMATAN BREBES
Pekarangan/ Tegalan/ Tambak/ Lain-
Desa/Kelurahan Rawa Jumlah
Bangunan Kebun Kolam lain
Pemaron 55,00 2,50 57,50
Kalimati 30,36 3,90 34,26
Lembarawa 47,56 5,25 52,81
Krasak 39,05 8,15 47,20
Padasugih 28,00 2,00 30,00
Wangandalem 27,10 2,35 29,45
Terlangu 29,30 4,00 33,30
Pulosari 78,12 3,00 81,12
Brebes 204,65 17,46 222,11
Gandasuli 68,12 2,48 70,60
Banjaranyar 35,45 20,00 55,45
Kaligangsa Kulon 48,00 1,00 1,00 3,00 53,00
Kaligangsa Wetan 75,00 28,00 9,00 112,00
Randusanga Wetan 12,00 470,00 26,00 508,00
Randusanga Kulon 108,00 1.161,50 81,00 1.350,50
Limbangan Wetan 66,00 66,00 27,00 159,00
Limbangan Kulon 31,16 5,00 36,16
Pasarbatang 184,38 36,00 220,38
Sigambir 23,38 2,00 25,38
Pagejugan 80,00 20,00 100,00
Kedunguter 49,40 22,00 5,50 76,90
Tengki 35,50 10,50 6,20 52,20
Kaliwlingi 364,89 734,53 47,00 1.146,42
Jumlah 1.720,42 10,50 2.483,03 1,00 338,79 4.553,74

GAMBAR : 4.13. LUASAN POLA PENGGUNAAN LAHAN NON SAWAH DI KECAMATAN BREBES

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 4 -17
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya Kabupaten Brebes

4.2.1.4. CURAH HUJAN


TABEL: 4.10. DATA CURAH HUJAN DAN HARI HUJAN DI KECAMATAN BREBES
Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hari)
Januari 514 27
Februari 312 17
Maret 483 18
April 129 12
Mei 80 5
Juni 48 5
Juli 0 0
Agustus 0 0
September 0 0
Oktober 4 3
Nopember 28 9
Desember 105 16
Jumlah 1703 112
Rata-rata 142 9

4.2.1.5. JUMLAH PENDUDUK


TABEL: 4.11. JUMLAH PENDUDUK TIAP DESA/KELURAHAN DI KECAMATAN BREBES
Desa/Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah %
Pemaron 2.436 2.451 4.887 3,1%
Kalimati 1.475 1.474 2.949 1,9%
Lembarawa 2.036 2.078 4.114 2,6%
Krasak 3.130 3.053 6.183 3,9%
Padasugih 3.007 2.880 5.887 3,7%
Wangandalem 2.152 2.116 4.268 2,7%
Terlangu 2.458 2.403 4.861 3,1%
Pulosari 2.552 2.614 5.166 3,3%
Brebes 10.667 10.974 21.641 13,7%
Gandasuli 3.890 3.904 7.794 4,9%
Banjaranyar 3.205 3.196 6.401 4,1%
Kaligangsa Kulon 3.169 3.225 6.394 4,0%
Kaligangsa Wetan 3.033 2.988 6.021 3,8%
Randusanga Wetan 1.078 1.041 2.119 1,3%
Randusanga Kulon 3.333 3.201 6.534 4,1%
Limbangan Wetan 4.217 4.260 8.477 5,4%
Limbangan Kulon 2.016 1.914 3.930 2,5%
Pasarbatang 9.414 9.270 18.684 11,8%
Sigambir 1.895 1.744 3.639 2,3%
Pagejugan 4.828 4.694 9.522 6,0%
Kedunguter 3.471 3.318 6.789 4,3%
Tengki 2.736 2.669 5.405 3,4%
Kaliwlingi 3.122 3.252 6.374 4,0%
Jumlah 79.320 78.719 158.039 100,0%

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 4 -18
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya Kabupaten Brebes

GAMBAR : 4.14. GRAFIK JUMLAH PENDUDUK DI DESA RANDUSANGA KULON DAN LIMBANGAN WETAN

TABEL: 4.12. JUMLAH RUMAH TANGGA DAN KEPADATAN PENDUDUK TIAP DESA/KELURAHAN DI
KECAMATAN BREBES
Desa/Kelurahan Luas Desa/Kel Jml RT Penduduk Kepadatan (Jiwa/Km2)
Pemaron 1,98 1.217 4.887 2.468
Kalimati 2,14 890 2.949 1.378
Lembarawa 2,44 1.180 4.114 1.686
Krasak 1,66 1.772 6.183 3.725
Padasugih 1,58 1.640 5.887 3.726
Wangandalem 1,20 1.128 4.268 3.557
Terlangu 1,33 1.332 4.861 3.655
Pulosari 1,68 1.252 5.166 3.075
Brebes 3,06 5.767 21.641 7.072
Gandasuli 1,35 1.926 7.794 5.773
Banjaranyar 2,08 1.638 6.401 3.077
Kaligangsa Kulon 2,53 1.618 6.394 2.527
Kaligangsa Wetan 2,18 1.647 6.021 2.762
Randusanga Wetan 5,20 685 2.119 408
Randusanga Kulon 13,65 1.783 6.534 479
Limbangan Wetan 4,22 2.132 8.477 2.009
Limbangan Kulon 1,84 1.089 3.930 2.136
Pasarbatang 5,18 4.363 18.684 3.607
Sigambir 0,75 934 3.639 4.852
Pagejugan 4,19 2.307 9.522 2.273
Kedunguter 3,32 1.651 6.789 2.045
Tengki 1,13 1.422 5.405 4.783
Kaliwlingi 16,27 1.710 6.374 392
Jumlah 80,96 41.083 158.039 1.952

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 4 -19
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya Kabupaten Brebes

4.2.2. DESA RANDUSANGA KULON DAN LIMBANGAN WETAN

4.2.2.1. DATA STATISTIK


TABEL: 4.13. JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN PEKERJAAN DI DESA LIMBANGAN WETAN DAN
RANDUSANGA KULON
Petani/ Buruh Buruh Buruh PNS/TNI Lain-
Desa Nelayan Pengusaha Pedagang Angkutan Pensiunan
Ternak Tani Industri Bangunan /Polri Lain
Randusanga
Kulon 340 1.634 135 6 14 123 179 132 52 9 190
Limbangan
Wetan 748 1.207 - 12 147 153 463 386 620 75 2.410

GAMBAR : 4.15. GRAFIK JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN PEKERJAAN DI DESA LIMBANGAN WETAN
DAN RANDUSANGA KULON

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 4 -20
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya Kabupaten Brebes

GAMBAR : 4.16. GRAFIK JUMLAH RUMAH DAN KONDISI BANGUNAN DI DESA LIMBANGAN WETAN DAN
RANDUSANGA KULON

GAMBAR : 4.17. GRAFIK JUMLAH SARANA PENDIDIKAN DI DESA LIMBANGAN WETAN DAN RANDUSANGA
KULON

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 4 -21
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya Kabupaten Brebes

GAMBAR : 4.18. GRAFIK JUMLAH SARANA KESEHATAN DI DESA LIMBANGAN WETAN DAN RANDUSANGA
KULON

GAMBAR : 4.19. GRAFIK JUMLAH SARANA IBADAH DI DESA LIMBANGAN WETAN DAN RANDUSANGA
KULON

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 4 -22
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya Kabupaten Brebes

TABEL: 4.14. JUMLAH TERNAK (KAMBING, BABI, ITIK/BEBEK DA AYAM) DI DESA LIMBANGAN WETAN
DAN RANDUSANGA KULON KEC BREBES
Ayam
Desa Kambing Babi Itik/Bebek
ras/telor/pedaging)
Randusanga Kulon 1137 4677 22483
Limbangan Wetan 260 25700 12800

TABEL: 4.15. JUMLAH INDUSTRI DI DESA LIMBANGAN WETAN DAN RANDUSANGA KULON KEC BREBES
Industri Industri Industri
Desa Idustri RT Jumlah
Besar Sedang Kecil
Randusanga Kulon 0 0 10 10
Limbangan Wetan 1 1

GAMBAR : 4.20. GRAFIK PANJANG JALAN BERDASARKAN STATUS JALAN DI DESA LIMBANGAN WETAN
DAN RANDUSANGA KULON

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 4 -23
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya Kabupaten Brebes

GAMBAR : 4.21. GRAFIK JUMLAH PANJANG JALAN BERDASARKAN PERKERASAN JALAN DI DESA
LIMBANGAN WETAN DAN RANDUSANGA KULON

TABEL: 4.16. JUMLAH SARANA PASAR DI DESA LIMBANGAN WETAN DAN RANDUSANGA KULON KEC
BREBES
Desa Pasar Umum Pasar Ikan Pasar Hewan
Randusanga Kulon
Limbangan Wetan 1

TABEL: 4.17. JUMLAH SARANA PEREKONOMIAN DI LIMBANGAN WETAN DAN RANDUSANGA KULON KEC
BREBES
Koperasi
Lumbung
Desa Toko/Kios/Warung KUD/BUUD Simpan BPR
Desa
Pinjam
Randusanga Kulon 25
Limbangan Wetan 300 1

TABEL: 4.18. JUMLAH SARANA HOTEL, WARUNG, WARNET DAN ANGKOT DI DESA LIMBANGAN WETAN
DAN RANDUSANGA KULON KEC BREBES
Rumah
Desa Hotel Warnet Angkot/Des
Makan/Warung
Randusanga Kulon 29
Limbangan Wetan 3

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 4 -24
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya Kabupaten Brebes

TABEL: 4.19. JUMLAH USAHA DI DESA LIMBANGAN WETAN DAN RANDUSANGA KULON KEC BREBES
Desa Usaha Peternakan Penggilingan Padi Rental
Randusanga Kulon 53 2
Limbangan Wetan 15 1

4.2.2.2. POTENSI DESA RANDUSANGA KULON

Suasana pengunjung Obyek Wisata Pantai Randusanga Indah (PAR-IN) pasca


menyaksikan pesta kembang api detik-detik pergantian tahun baru 2011 M. Ribuan
pengunjung PAR-IN yg sempat memacetkan jalur menuju dan dari obyek wisata tsb.
Asyik sekali para pengunjung Obyek Wisata Pantai Randusanga Indah (PAR-IN) mandi di
laut atau naik perahu wisata ke tengah laut dengan ongkos terjangkau. PAR-IN
merupakan satu-satunya wisata bahari milik Pemkab Brebes yg pantainya sangat luas. Di
samping itu, di dalamnya banyak wisata kuliner yaitu 11 unit Rumah makan dengan
menu khas SEA-FOOD yg difasilitasi Karaoke GRATIS. Dan juga 65 unit warung kecil di
sepanjang bibir pantai.
Wisata kuliner MANCING MANIA -
Di atas puluhan Ranggon tepi
Sungai Trungtum, blok Waspini Dk
Banjangsari Desa Randusanga
Kulon Kec Brebes. Jika anda
mancing di tempat ini, antar-
jemput menggunakan perahu
dengan biaya terjangkau. Saat
Anda berada di ranggon butuh
logistik, maka tinggal pencet hand-
phone untuk pesan
kebutuhannya sambil memandang
rimbunnya pohon Mangrove,
tidak lama kemudian pesanan
dikirim via perahu.

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 4 -25
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya Kabupaten Brebes

Lokasi wisata kuliner Mancing Mania GRATIS ini


terletak di Jetty Muara Sungai Sigeleng,
tepatnya persis di sebelah barat Obyek Wisata
Pantai Randusanga Indah (PAR-IN). Pada hari
sabtu dan minggu atau selama 48 jam nonstop,
tempat ini s/d jembatan depan pintu gerbang
PAR-IN dipenuhi para mancing mania yang dari
luar kota.

Rumput Laut jenis Gracylaria Verrucosa sedang dijemur. Pada bulan Jan - Mei 2011,
produksi rumput laut kering rata-rata di atas 500 ton/bulan. Aktivitas pada salah satu
gudang packing rumput laut.

Desa wisata dan Kampung Rumput Lautnya Jawa Tengah

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 4 -26
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya Kabupaten Brebes

Budidaya Rumput Laut "Gracyllaria Verrucosa"


Pengolahan Agar-agar Kertas dari Rumput Laut "Gracyllaria Verrucosa" ( Olahan barang
setengah jadi ):
Pengolahan Makanan dan Minuman dari Rumput Laut "Gracyllaria Verrucosa" ( Olahan
barang jadi ):

Budidaya ikan bandeng


Perdagangan Rumah makan

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 4 -27
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya Kabupaten Brebes

Kesehatan

Kegiatan rutin Kader PKK setiap minggu terhadap balita untuk mengetahui
perkembangan gizinya dg cara menimbang berat badannya dan Pemberian Makanan
Tambahan (PMT), termasuk pemeriksaan kesehatan lainnya
Pendidikan
SDN RANDUSANGA KULON

SDN Randusanga Kulon Kec./Kab. Brebes kondisinya memprihatinkan, terutama saat


musim penghujan dan air rob tiba. Manakala hujan besar, halamannya banjir selama 2 -
3 hari. begitu juga pada musim air rob, halaman digenangi air asin selama seminggu.
Keadaan semacam ini sudah berlangsung beberapa tahun.
2. SDN SIGEMPOL 1

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 4 -28
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya Kabupaten Brebes

3. SDN SIGEMPOL 2 . SDN SIGEMPOL 3

4.2.2.3. DESA LIMBANGAN WETAN


Gambaran umum mengenai lokasi penelitian dilihat dari beberapa aspek antara lain; letak
dan luas, kondisi fisik wilayah, dan kondisi sosial-ekonomibudaya penduduk di Desa
Limbangan Wetan Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes. Uraian mengenai ketiga aspek
tersebut dipaparkan sebagai berikut.
1. Letak dan Luas
Secara administratif Desa Limbangan Wetan termasuk wilayah Kecamatan Brebes
Kabupaten Brebes. Desa Limbangan Wetan memiliki luas wilayah 397.496 ha dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Desa Randusongo
Sebelah Selatan : Desa Gandasuli
Sebelah Barat : Desa Limbangan Kulon
Sebelah Timur : Desa Kaligansa Kulon
2. Kondisi Fisik Wilayah Desa Limbangan Wetan
Desa Limbangan Wetan terletak di daerah strategis dikelilingi oleh desa desa di
sekitarnya. Jarak Desa Limbangan Wetan dengan pusat Pemerintahan yaitu Kota
Brebes sekitar 5 kilometer menuju arah utara. Diperlukan waktu Untuk mencapai
desa Limbangan Wetan dapat menggunakan transportasi angkutan umum berupa
angkudes, becak ataupun ojek sepeda motor. Sarana jalan desa sudah beraspal
mulus sampai masuk dalam gang pemukiman penduduk. Terdapat fasilitas umum
seperti pos kamling, masjid dan lapangan desa. Iklim Desa Limbangan Wetan,
sebagaimana desa-desa lain di wilayah Pantura cenderung mempunyai iklim kemarau
dan penghujan cenderung bersuhu panas dan berangin. Hal tersebut mempunyai
pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa Limbangan Wetan
Kecamatan Brebes.
Pola penggunaan tanah di Desa Limbangan Wetan sebagian diperuntukan untuk
tanah pertanian sawah, lahan peternakan bebek, tambak, kolam ikan sedangkan
sisanya untuk tanah kering yang merupakan bangunan dan fasilitasfasilitas lainnya

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 4 -29
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya Kabupaten Brebes

(jalan, sungai, kuburan). Desa Limbangan Wetan dianggap cocok sebagai daerah
peternakan bebek dikarenakan tanahnya tidak bergetar.
3. Kondisi Sosial-Ekonomi-Budaya Penduduk Desa Limbangan Wetan
a. Jumlah Penduduk
Berdasarkan registrasi penduduk yang dilakukan oleh pemerintah desa, jumlah
penduduk Desa Limbangan Wetan pada tahun 2012 seluruhnya mencapai 10.353
dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 5.050 orang dan penduduk
perempuan sebanyak 5.303 orang (Data Monografi Desa Limbangan Wetan Tahun
2012). Berikut disajikan tabel jumlah penduduk menurut kelompok umur secara
lengkap menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak adalah penduduk
angkatan kerja usia 30-44 tahun yaitu mencapai 2.068 jiwa, jumlah penduduk
paling sedikit adalah kelompok umur 10-15 jumlah yaitu sebanyak 961 jiwa.
Artinya usia produktif tinggi terdapat pada penduduk usia 30-44 tahun mencapai
2.068 jiwa. Tingginya usia produktif ini berpengaruh terhadap ketersediaan
jumlah tenaga kerja di desa Limbangan Wetan. Mayoritas penduduk desa
Limbangan Wetan termasuk tenaga produktif langsung, artinya banyak penduduk
desa yang bekerja secara aktif terutama dalam bidang perdagangan dan pekerja
jasa. Ketersediaan tenaga produktif memudahkan pedagang dan penyedia jasa
dalam menjalankan kegiatannya termasuk dalam 48 hal urusan tenaga kerja.
Karyawan atau buruh pembuatan telur mudah dicari dan didapatkan dari
lingkungan terdekat.
Sosiokultural terbentuk dari dua kata, sosial dan kultural. Sosial berasal dari kata
Latin Socius yang berarti kawan atau masyarakat, sedangkan kultural berasal dari
Colere yang berarti mengolah. Colere berasal dari bahasa Inggris yaitu Cultur yang
diartikan sebagai segala daya upaya dan kegiatan manusia dalam mengubah dan
mengolah alam (Soekanto:1990). Masyarakat Limbangan Wetan pada umumnya
seperti masyarakat pesisir kebanyakan, menunjukkan beberapa ciri. Sikap
masyarakat cenderung lugas, spontan. Bahasa yang digunakan oleh penduduk
Limbangan Wetan adalah bahasa Jawa ngoko atau bahasa Jawa tingkat rendah.
Keseniannya relatif sederhana, simpel dan tidak rumit. Dalam kehidupan sosialnya
masyarakat Limbangan Wetan masih menerapkan sistem hidup gotong royong
dan kekeluargaan dalam berbagai hal. Masyarakat Limbangan Wetan lebih
menghormati tokoh-tokoh informal seperti kiyai atau tokoh masyarakat daripada
pejabat pemerintah. Corak keagamaan penduduk Limbangan Wetan cenderung
Islam puritan. Penduduk memiliki mobilitas cukup tinggi, terbiasa berdagang atau
berwirausaha. Cara hidup masyarakat Desa Limbangan Wetan sebagai bagian dari
orang Jawa pesisir cenderung boros, menyukai kemewahan dan suka pamer.
Dalam menghadapi atau menyelesaikan masalah tidak suka berbelit-belit. Corak
berkehidupan sosialnya cenderung egaliter. Kebudayaan Pesisir masyarakat Desa
Limbangan Wetan dapat diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan yang
dipunyai dan terjiwai oleh masyarakat Desa Limbangan Wetan sebagai
masyarakat pesisir, yang isinya adalah perangkat-perangkat model pengetahuan
yang secara selektif dapat digunakan untuk memahami dan menginterpretasi
lingkungan yang dihadapi, untuk mendorong, dan untuk menciptakan tindakan-
tindakan yang diperlukannya.

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


LAPORAN AKHIR 4 -30
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya Kabupaten Brebes

b. Mata Pencaharian masyarakat Desa Limbangan Wetan


Masyarakat Desa Limbangan Wetan sebagian bekerja dalam golongan vokasional
lokal yaitu dengan memanfaatkan hasil alam dan ketersediaan bahan baku dari
lingkungan sekitar dalam bekerja. Masyarakat Desa Limbangan Wetan bekerja
sebagai peternak bebek, petani, buruh, pedagang, pengusaha, buruh
industri/bangunan, pekerja jasa dan pegawai swasta. Dari beberapa profesi yang
ditekuni warga menjadi peternak, pengusaha dan buruh menjadi mata
pencaharian yang ditekuni sebagian besar masyarakat Desa Limbangan Wetan.
Hal tersebut mengindikasikan sebagian besar penduduk Limbangan Wetan
bergerak di industri pembuatan telur asin.
c. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Limbangan Wetan berada dalam kategori
baik, hal tersebut dapat dilihat pada capaian persentase 0% bebas dari buta huruf.
Jumlah warga tidak tamat SD sebanyak 297 orang atau 3.70%, sedangkan yang
tamat SD sebanyak 2.911 orang atau 36.27%. Tamat SLTP sebanyak 2.766 orang
atau 34.46%, tamat SLTA 1.256 orang atau 15.65%. Tamat akademi atau diploma
sebanyak 400 orang atau 4.98%. Tamat S1 387 orang atau 4.82% dan tamat S2
sebanyak 9 orang atau 0.11 %. Hal itu mengindikasikan terdapat sebagian warga
memiliki pendidikan cukup baik karena telah tamat dari pendidikan dasar 9 tahun
serta terdapat warga tamatan SLTA dan Perguruan Tinggi. Tingkat pendidikan
yang baik mengindikasikan bahwa penduduk desa Limbangan Wetan memiliki
tingkat penghasilan yang baik pula. Hasil finansial penduduk dalam usaha industri
telur asin telah mengantarkan generasi muda penduduk Desa Limbangan Wetan
mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.

PROFIL KAWASAN MINAPOLITAN KAB. BREBES


Bab 5
KAJIAN DAN ANALISIS
PENGEMBANGAN MINAPOLITAN

TAHUN ANGGARAN

2 0 1 4
PENYUSUNAN Mas ter Pla n
MINAPOLITAN PERIKANAN BUDIDAYA
LAPORAN AKHIR 1-5
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

5.1. ANALISIS EKONOMI WILAYAH KABUPATEN BREBES

S ub bab ini membuat uraian mengenai analisis ekonomi awal untuk menjadi landasan
Pengembangan Kawasan Minapolitan yang berkelanjutan. Analisis ekonomi terdiri
dari analisis ekonomi daerah secara keseluruhan, analisis ekonomi terkait dengan
pengembangan sector dan subsector basis tanaman pangan, tanaman perkebunan dan
perikanan serta pengembangan pusat destinasi pariwisata. Selain itu disajikan pula
analisis yang terkait dengan sektor pendukung yang terdiri dari kelistrikan, sarana dan
prasarana transportasi dan penyediaan air.

5.1.1. KONDISI PEREKONOMIAN


Kondisi Perekonomian masyarakat di Kabupaten Brebes tidak jauh berbeda dengan
masyarakat pada umumnya di daerah lain di Jawa Tengah. Kegiatan pada sektor
pertanian, perdagangan, hotel, restoran dan jasa masih mendominasi perekonomian
masyarakatnya. Khusus pada sektor pertanian, sub-sektor perikanan laut memegang
peranan penting karena penduduk Kabupaten Brebes banyak bergantung pada hasil
perikanan laut. Dengan kata lain, mengingat potensi dan kondisi alamnya yang merupakan
wilayah pesisir, maka masyarakat Kabupaten Brebes sangat mengandalkan pada
perikanan dan pertanian. Hal ini dapat dilihat dalam PDRB Kabupaten Brebes menurut
lapangan usaha tahun 2008 s/d 2012 seperti tampak dalam tabel di bawah ini.

KAJIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN MINAPOLITAN


LAPORAN AKHIR 1-6
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

TABEL: 5.1. PERKEMBANGAN PDRB KABUPATEN BREBES MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN
DARI TAHUN 2008 2012
SEKTOR/SUBSEKTOR 2008 2009 2010 2011 2012
Pertanian 5,894,820.70 6,442,861.07 7,722,700.46 8,564,456.08 9,188,392.28
Pertumbuhan 9.30 19.86 10.90 7.29
Pertambangan & Penggalian 130,165.24 155,343.83 178,013.78 202,924.21 221,262.99
Pertumbuhan 19.34 14.59 13.99 9.04
Industri Pengolahan 1,208,034.97 1,530,865.63 1,726,901.05 2,001,381.61 2,232,755.88
Pertumbuhan 26.72 12.81 15.89 11.56
Listrik, Gas Dan Air Bersih 96,648.44 107,914.77 132,090.72 142,899.31 157,832.99
Pertumbuhan 11.66 22.40 8.18 10.45
Bangunan 245,257.27 308,538.31 310,808.21 338,984.51 384,431.99
Pertumbuhan 25.80 0.74 9.07 13.41
Perdagangan, Hotel & Restoran 2,316,984.50 2,518,885.78 2,904,838.87 3292615.12 3,753,817.70
Pertumbuhan 8.71 15.32 13.35 29.23
Pengangkutan Dan Komunikasi 431,199.44 510,386.21 589,844.14 668,152.03 753,942.56
Pertumbuhan 18.36 15.57 13.28 12.84
Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan 307,006.52 367,417.82 390,018.16 443,258.65 496,755.98
Pertumbuhan 19.68 6.15 13.65 12.07
Jasa-Jasa 503,920.58 590,303.29 674,714.29 772,209.88 837,612.27
Pertumbuhan 17.14 14.30 14.45 8.47
Jumlah 11,134,037.66 12,532,526.01 14,629,949.54 16,426,892.30 18,026,811.93
Pertumbuhan 12.56 16.74 12.28 9.74
Sumber : Data Statistik Kabupaten Brebes 2013

Dari tabel di atas dapat dilihat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (tahun 2008 sd tahun
2012) bahwa PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Brebes dari tahun ke tahun terus
mengalami kenaikan, walau peningkatan tertinggi di tahun 2010 dan tahun 2011 menurun
12,28% dan tahun 2012 menurun lagi hanya 9,74%.
Sumbangan terbesar terhadap PDRB masih didominasi oleh sektor pertanian,
perdagangan (termasuk hotel dan restoran), serta sektor jasa. Kontribusi sektor lain,
seperti sektor listrik dan air minum, serta bank dan lembaga keuangan lainnya, terhadap
PDRB Kabupaten Brebes masih sangat kecil. Untuk itu perlu ditingkatkan lagi, apalagi
untuk sektor perbankan dan lembaga keuangan lainnya yang akan sangat berpengaruh
untuk mengembangkan perekonomian masyarakat di Kabupaten Brebes dalam
meningkatkan iklim usaha, baik di tingkat pengusaha kecil maupun menengah.
Persentase distribusi PDRB menurut lapangan usaha berdasarkan harga berlaku di
Kabupaten Brebes dapat dilihat pada tabel di bawah. Berdasarkan Tabel Rata-rata
persentase sumbangan tiap sektor usaha terhadap PDRB dari tahun ke tahun mengalami
penurunan, termasuk sektor pertanian. Persentase penurunan paling besar terjadi pada
kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB pada tahun 2011, yakni mengalami penurunan
sebesar 9,96 % dari 19,86 % pada tahun 2010 turun menjadi 10,90 % pada tahun 2011,
bahkan pada tahun 2012 masih mengalami penurunan menjadi hanya 7,29 %.
Menurunnya andil sektor pertanian bukan berarti sektor tersebut tidak mengalami
pertumbuhan, akan tetapi pertumbuhannya cenderung melambat dan kalah cepat
dengan sektor-sektor lain, misalnya Perdagangan, Hotel & Restoran. Sektor perdagangan,
hotel & Restoran pada tahun 2012 mengalami peningkatan pertumbuhan yang cukup
pesat sebesar 15,88 % dari pertumbuhan sebesar 13,35 % pada tahun 2011 naik menjadi
29,23 % pada tahun 2012.

KAJIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN MINAPOLITAN


LAPORAN AKHIR 1-7
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

TABEL: 5.2. PERSENTASE DISTRIBUSI PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA BERDASARKAN


HARGA KONSTAN DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 2012
LAPANGAN USAHA 2008 2009 2010 2011 2012
1. Pertanian 53,79 52,81 52,18 51,41 50,63
2. Pertambangan & Penggalian 1,21 1,31 1,29 1,31 1,33
3. Industri Pengolahan 11,40 12,08 12,46 13,01 13,13
4. Listrik, Gas Dan Air Bersih 0,88 0,88 0,98 0,97 0,99
5. Bangunan 1,93 2,14 2,00 2,02 2,04
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 20,61 20,30 20,76 20,58 20,92
7. Pengangkutan Dan Komunikasi 2,73 2,91 2,84 2,96 3,05
8. Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan 2,84 2,84 2,82 2,91 3,04
9. Jasa-Jasa 4,60 4,74 4,66 4,82 4,88
Sumber : Data Statistik Kabupaten Brebes 2013

Terlihat bahwa sector pertanian selama 5 tahun terakhir mengalami penurunan. Sektor
Industri Pengolahan, Perdagangan, Hotel & Restoran, Pengangkutan & Komunikasi dan
Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan mengalami peningkatan dan jasa-jasa
mengalami peningkatan. Sektor Pertanian, pertambangan dan penggalian, listrik, gas dan
air bersih, bangunan dan jasa-jasa mengalami sedikit penurunan.
PDRB perkapita Kabupaten Brebes juga terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Perubahan PDRB perkapita masyarakat menurut harga berlaku pada tahun 2010 sebesar
Rp. 146,363,968.98,-, pada tahun 2011 menjadi Rp. 164,914,268.90- ; sementara pada
tahun 2012 meningkat menjadi Rp. 179,758,177.92,-. Namun demikian angka ini masih
sangat kurang ketika melihat kontribusi PDRB Kabupaten Brebes terhadap pembentukan
PDRB Jawa Tengah yang hanya menyumbang sebesar rata-rata 8,34 % pertahun. Hal ini
dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

TABEL: 5.3. KONTRIBUSI PDRB KABUPATEN BREBES TERHADAP PDRB JAWA TENGAH PERIODE
TAHUN 2008 2012

TAHUN PDRB BREBES PDRB JATENG PROSENTASE


2008 11,134,037.66 168,034,483.28 6.63%
2009 12,532,516.71 176,673,456.58 7.09%
2010 14,629,929.68 186,992,985.50 7.82%
2011 16,426,881.40 198,270,117.94 8.29%
2012 18,026,804.64 210,848,424.04 8.55%
Sumber : Data Statistik Kabupaten Brebes 2013

Kondisi perekonomian Kabupaten Brebes dapat juga dilihat dari laju inflasi dimana laju
inflasi Kabupaten Brebes dari data yang diperoleh selama ini, selama kurun waktu 5 tahun
dari tahun 2008 2012 bersifat fluktuatif namun cenderung menurun yaitu 11,81 % pada
tahun 2008 inflasi turun menjadi 4,25 % pada tahun 2009, kemudian mengalami kenaikan
meskipun cukup kecil menjadi 6,04 % pada tahun 2010. Pada tahun 2011 mengalami
penurunan yang cukup tajam menjadi 3,09 % pada tahun 2011 dan pada tahun 2012
mengalami kenaikan menjadi 4,61 %. Tingkat inflasi ini jika dibandingkan dengan inflasi
Jawa Tengah masih relatif seimbang dimana inflasi jawa tengah juga mengalami fluktuasi

KAJIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN MINAPOLITAN


LAPORAN AKHIR 1-8
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

yang hampir sama dengan yang dialami Brebes. Inflasi yang terjadi di Kabupaten Brebes
tahun 2009 sd 2012 masih pada level aman yaitu satu digit.

TABEL: 5.4. INFLASI KABUPATEN BREBES DIBANDINGKAN DENGAN INFLASI JAWA TENGAH
PERIODE TAHUN 2008 2012
TAHUN INFLASI BREBES INFLASI JATENG PROSENTASE
2008 11.81 10.34 (1.47)
2009 4.25 3.19 (1.06)
2010 6.04 7.11 1.07
2011 3.09 2.87 (0.22)
2012 4.61 4.85 0.24
Sumber : Data Statistik Kabupaten Brebes 2013

Sumber : Diolah dari Data Statistik Kabupaten Brebes 2013


GAMBAR : 4.1. INFLASI KAB BREBES DAN JAWA TENGAH

Inflasi Kab. Brebes dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2008 - 2012) terjadi konjungtur
atau fluktuasi. Pada tahun 2008 inflasi sebesar 11,81 mengalami penurunan pada tahun
2009 menjadi 4,25, kemudian mengalami kenaikan kembali pada tahun 2010 menjadi 6,09
atau naik sebesar 1,84 persen. Pada tahun 2011 inflasi mengalami penurunan kembali
menjadi 3,09 dan pada tahun 2012 terjadi kenaikan meskipun tidak terlalu besar. Inflasi
pada 4 tahun terakhir masih menunjukkan kondisi yang cukup baik dimana inflasi masih
dibawah 6 persen. Dalam hal ini Kabupaten Brebes berdasarkan data Statistik Tahun 2012
yang digambarkan pada Tabel 4.8. jumlah penduduk miskin Brebes mencapai 364.900
jiwa. Hal ini menjadikan pula Kabupaten Brebes sebagai daerah dengan penduduk miskin
terbanyak di Provisi Jawa Tengah. Pada tahun tahun 2008 hingga 2009 kemiskinan di
kabupaten Brebes cukup stabil yaitu Sebanyak 4.593.000 jiwa atau sebesar 25,98 persen
dan selanjutnya pada tahun 2010 hingga tahun 2012 jumlah penduduk miskin dan tingkat

KAJIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN MINAPOLITAN


LAPORAN AKHIR 1-9
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

kemiskinan di Kabupaten brebes mengalami penurunan yang sangat signifikan, yaitu


sebesar 3.649.000 jumlah penduduk miskin dan 21,12 persen tingkat kemiskinan di
Kabupaten brebes pada tahun 2012.
TABEL: 5.5. JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI JAWATENGAH TAHUN 2008-2012
Jumlah Penduduk Miskin (000 orang)
No Kabupaten/Kota 2008 2009 2010 2011 2012
1 Cilacap 343,9 318,7 297,2 282,0 260,9
2 Banyumas 340,7 319,8 314,2 328,5 304,0
3 Purbalingga 221,9 205,01 209 196 181,4
4 Banjarnegara 200,6 184,5 166,7 177,3 164,1
5 Kebumen 334,9 309,6 263,1 279,4 258,5
6 Brebes 130 121,4 115,3 121,9 112,8
7 Wonosobo 207,5 194,02 174,8 183 169,3
8 Magelang 190,8 176,48 167,3 179,6 166,2
9 Boyolali 158,4 148,24 127,8 139,5 129,1
10 Klaten 243,1 220,18 197,4 203,1 187,9
11 Sukoharjo 99,1 94,45 90,2 92,0 85,1
12 Wonogiri 201,1 184,88 145,6 146,4 135,5
13 Karanganyar 125,9 118,8 113,8 124,5 115,2
14 Sragen 177,1 167,3 149,8 154,3 142,8
15 Grobogan 262,0 247,47 233,8 227,8 210,8
16 Blora 155,1 145,95 135 134,9 124,4
17 Rembang 154,7 147,15 138,6 140,4 129,9
18 Pati 207,2 184,05 172,4 175,1 162,0
19 Kudus 97,8 84,86 70,2 73,6 68,1
20 Brebes 119,2 104,74 111,9 113,3 104,8
21 Demak 217,2 202,23 198,9 192,5 178,1
22 Semarang 102,5 96,72 97,9 96,0 88,8
23 Temanggung 114,7 105,83 95,4 94,9 87,8
24 Kendal 168,2 152,43 130,4 128,6 119,0
25 Batang 122,0 112,17 103,6 95,3 88,2
26 Pekalongan 164,3 151,63 136,6 125,9 116,5
27 Pemalang 325,2 302,72 251,9 261,2 241,7
28 Tegal 220,7 195,45 182,5 161,1 149,1
29 Brebes 459,3 432,4 398,8 394,4 364,9
30 Kota Magelang 14,9 13,65 12,4 13,1 12,1
31 Kota Surakarta 83,4 78,0 69,9 64,5 59,7
32 Kota Salatiga 14,9 14,05 14,2 13,3 12,3
33 Kota Semarang 89,6 79,7 79,7 88,5 81,9
34 Kota Pekalongan 28,0 23,34 26,4 28,3 26,2
35 Kota Tegal 26,8 BPS) 23,42 25,7 25,9 24,0
Sumber : Data Statistik Jawa Tengah, 2013

Dengan tingginya tingkat kemiskinan di Kabupaten Brebes sudah seharusnya pemerintah


memberikan perhatian lebih terhadap upaya pengentasan kemiskinan. Untuk
menurunkan tingkat kemiskinan terlebih dahulu perlu diketahui faktor-faktor apa yang
mempengaruhi tingkat kemiskinan, sehingga dapat dirumuskan kebijakan yang efektif
untuk menurunkan angka kemiskinan di Kabupaten Brebes. Faktor-faktor yang diduga

KAJIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN MINAPOLITAN


LAPORAN AKHIR 1-10
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

mempengaruhi tingkat kemiskinan di Kabupaten Brebes antara lain (1) pertumbuhan


ekonomi; (2) upah minimum,dan (3) tingkat pengangguran.
TABEL: 5.6. JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KABUPATEN TAHUN 2008-2012
Jumlah Masyarakat Miskin Tingkat Kemiskinan
Tahun (000 orang) (%)
2008 459.3 25,98
2009 432,4 24,67
2010 398,8 23,01
2011 394,4 22,72
2012 364,9 21.12
Sumber : Data Statistik Kabupaten Brebes 2013
Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan mempunyai keterkaitan yang erat, Pertumbuhan
ekonomi sering kali dijadikan tolak ukur kinerja perekonomian suatu wilayah, akan tetapi
belum pasti tingginya pertumbuhan ekonomi menunjukkan tingginya juga tingkat
kesejahteraan rakyatnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa pertumbuhan ekonomi sangat
berarti bagi pengentasan k emiskinan dan pembangunan ekonomi. Adapun syarat
kecukupannya (sufficient condition) ialah bahwa pertumbuhan tersebut efektif dalam
mengurangi kemiskinan.

Sumber : Data Statistik Kabupaten Brebes 2008-2012),diolah


GAMBAR : 4.2. PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TINGKAT KEMISKINAN KAB. BREBES
TAHUN 2008-2012

5.1.2. PDRB PER KECAMATAN


Kinerja pertumbuhan ekonomi di 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Brebes secara
relatif menunjukan angka pertumbuhan yang sama. Namun demikian, akumulasi relatif
menurut blok wilayah menunjukkan bahwa, wilayah Kabupaten Brebes bagian tengah
tampak sedikit unggul dibanding Kabupaten Brebes bagian Utara maupun Selatan.

KAJIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN MINAPOLITAN


LAPORAN AKHIR 1-11
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

Kecamatan Jatibarang tampak mengungguli semua kecamatan dan disusul kemudian oleh
Kecamatan Paguyangan.
Dari distribusi PDRB-ADHB menurut kecamatan tampak bahwa Kecamatan Paguyangan
mempunyai kapasitas ekonomi yang paling tinggi di Kabupaten Brebes, menyusul
kemudian Kecamatan Brebes, Kecamatan Bumiayu, Kecamatan Bulakamba, dan kemudian
Kecamatan Tanjung.
TABEL: 5.7. PERTUMBUHAN EKONOMI PER KECAMATAN TAHUN 2009 2012
KECAMATAN 2009 2010 2011 2012
Salem 10.90 18.28 11.59 7.97
Bantarkawung 10.41 18.62 11.40 7.83
Bumiayu 11.49 16.20 12.14 10.33
Paguyangan 17.28 16.00 13.28 9.53
Sirampog 12.21 18.08 11.81 8.20
Tonjong 12.10 18.01 11.80 8.34
Banjarharjo 11.49 17.60 11.56 8.32
Jatibarang 19.08 16.69 13.87 9.37
Ketanggungan 11.07 16.59 12.05 9.96
Kersana 15.21 14.76 12.66 9.87
Larangan 10.70 18.08 11.63 8.57
Songgom 11.49 18.17 11.52 8.23
Losari 10.54 17.72 11.55 8.55
Tanjung 12.26 15.53 12.95 11.26
Bulakamba 11.40 16.87 12.08 9.81
Wanasari 11.41 16.24 12.27 11.03
Brebes 12.73 14.79 12.68 12.23
Kab. Brebes 12.56 16.74 12.28 9.67
Sumber : Data Statistik Kabupaten Brebes, Thn 2013

TABEL: 5.8. DISTRIBUSI PDRB ADHB PER KECAMATAN TAHUN 2010-2012


KECAMATAN 2010 2011 2012
Salem 225.133.504,19 234.842.233,19 245.072.250,87
Bantarkawung 250.221.801,99 260.449.820,38 271.367.949,29
Bumiayu 482.712.091,67 504.807.326,08 532.788.077,61
Paguyangan 548.773.117,98 584.069.001,17 613.938.880,77
Sirampog 224.948.858,29 235.361.353,15 245.696.897,91
Tonjong 251.142.728,03 262.707.453,41 274.806.062,16
Larangan 297.369.350,42 309.928.697,95 324.272.838,23
Ketanggungan 427.812.604,03 446.652.384,27 470.424.845,69
Banjarharjo 281.157.888,91 293.305.646,68 306.756.316,42
Losari 267.293.059,23 278.757.963,35 291.643.454,40
Tanjung 412.757.191,10 434.408.141,29 460.582.842,73
Kersana 95.440.765,88 100.987.414,98 106.713.864,90
Bulakamba 446.342.138,18 466.685.712,67 490.149.764,03
Wanasari 302.723.127,66 316.474.825,67 334.390.557,63
Songgom 150.630.899,75 156.940.748,72 163.901.091,47
Jatibarang 341.663.289,45 366.793.310,82 388.361.754,52
Brebes 501.280.298,01 527.705.826,24 561.399.941,40
Sumber : Data Statistik Kabupaten Brebes, Thn 2013

KAJIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN MINAPOLITAN


LAPORAN AKHIR 1-12
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

Bila dilihat secara kewilayahan, maka Wil. Brebes Utara mendominasi 35,57 % ekonomi
Kab Brebes secara keseluruhan, kemudian Wil. Brebes Selatan 35,45 % dan Wil. Brebes
Tengah sebesar 28,98 %

5.1.3. ANALISIS SEKTOR BASIS


Melalui perhitungan LQ, akan diperoleh sektor ekonomi yang memiliki potensi untuk
dilakukan ekspor (distribusi keluar daerah lain). Selanjutnya dilakukan analisis Growth
untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dari sektor ekonomi tersebut setiap tahunnya
(minimal dalam kurun waktu 3 tahun terakhir).
Berdasarkan hasil perhitungan LQ Kabupaten Brebes terhadap Propinsi Jawa Tengah,
bahwa sektor pertanian merupakan sector basis disumbang oleh subsektor tanaman
bahan makanan, perkebunan, dan perikanan. Sementara subsector kehutanan bukan
merupakan subsector basis. Adapun sektor selain pertanian adalah sub sector
pengangkutan dan sektor keuangan persewaan & jasa perusahaan serta jasa-jasa, namun
subsector sewa bangunan dan komunikasi hanya merupakan subsector potensial.
TABEL: 5.9. LQ LAPANGAN USAHA DI KABUPATEN BREBES 2009 S/D 2012
Sektor/sub sektor 2009 2010 2011 2012 KETERANGAN
Pertanian 2.49 3.01 3.07 3.03 Basis
a. Tanaman Bahan Makanan 2.81 3.55 3.61 3.59 Basis
b. Tanaman Perkebunan 0.39 0.36 0.38 0.36 Non Basis
c. Peternakan & Hasil-Hasilnya 1.67 1.72 1.68 1.63 Basis
d. Kehutanan 8.20 4.87 5.21 5.28 Basis
e. Perikanan 2.18 3.26 3.33 3.22 Basis
Pertambangan & Penggalian 1.10 1.25 1.25 1.20 Basis
a. Minyak & Gas Bumi - - - - -
b. Pertambangan Tanpa Minyak - - - - -
c. Penggalian 1.14 1.29 1.29 1.25 Basis
Industri Pengolahan 0.34 0.41 0.42 0.41 Non Basis
a. Industri Migas - - - - Non Basis
b. Industri Tanpa Migas 0.42 0.50 0.51 0.49 Non Basis
1. Makanan Minuman & Tembakau 0.60 0.69 0.70 0.67 Non Basis
2. Tekstil Barang Kulit & Alas Kaki 0.08 0.10 0.11 0.11 Non Basis
3. Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya 0.27 0.36 0.36 0.34 Non Basis
4. Kertas & Barang Cetakan 0.25 0.46 0.51 0.50 Non Basis
5. Pupuk Kimia & Barang Dari Karet 0.01 0.01 0.01 0.01 Non Basis
6. Semen & Barang Galian Bukan Logam 0.32 0.44 0.44 0.43 Non Basis
7. Logam Dasar, Besi, & Baja - - - - -
8. Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya 0.03 0.04 0.04 0.04 Non Basis
9. Barang Lainnya 4.17 6.45 6.63 6.43 Basis
Listrik Gas & Air Bersih 0.42 0.15 0.15 0.14 Non Basis
a. Listrik 1.04 1.28 1.19 1.15 Basis
b. Gas Kota
c. Air Bersih 0.45 0.68 0.70 0.69 Non Basis
Bangunan 0.34 0.00 0.00 0.00 Non Basis
Perdagangan Hotel & Restoran 0.89 1.05 1.06 1.04 Basis
a. Perdagangan Besar & Eceran 0.99 1.14 1.14 1.12 Basis
b. Hotel 0.01 0.01 0.01 0.01 Non Basis
c. Restoran 0.48 0.66 0.70 0.67 Non Basis
Pengangkutan & Komunikasi 0.14 0.11 0.11 0.87 Non Basis
a. Pengangkutan - 0.00 0.00 1.22 Basis
1. Angkutan Rel 1.31 1.90 2.08 2.12 Basis
2. Angkutan Jalan Raya 0.61 1.25 1.26 1.23 Basis

KAJIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN MINAPOLITAN


LAPORAN AKHIR 1-13
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

Sektor/sub sektor 2009 2010 2011 2012 KETERANGAN


3. Angkutan Laut - - - - -
4. Angkutan Sungai Danau & Penyeberangan - - - - -
5. Angkutan Udara - - - - -
6. Jasa Penunjang Angkutan 0.10 0.51 0.51 0.13 Non Basis
b. Komunikasi 0.54 0.41 0.40 0.02 Non Basis
Keuangan Persewaan & Jasa Perusahaan 1.72 0.29 0.01 0.01 Non Basis
a. Bank 2.51 1.31 0.01 0.01 Non Basis
b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 1.46 0.02 0.00 0.00 Non Basis
c. Jasa Penunjang Keuangan - - -
d. Sewa Bangunan 1.79 0.01 0.01 0.01 Non Basis
e. Jasa Perusahaan 0.61 0.00 0.00 0.00 Non Basis
Jasa-Jasa 1.03 0.41 0.52 0.49 Non Basis
a. Pemerintahan Umum 1.01 0.52 0.52 0.48 Non Basis
b. Swasta 1.14 0.00 0.54 0.51 Non Basis
1. Sosial Kemasyarakatan 1.96 0.92 0.92 0.84 Non Basis
2. Hiburan & Rekreasi 0.34 0.15 0.16 0.14 Non Basis
3. Perseorangan & Rumah Tangga 0.72 0.34 0.35 0.34 Non Basis

5.1.4. ANALISIS SUB SEKTOR BASIS


A. PERTANIAN
Sektor tanaman pangan memberi sumbangan terbesar terhadap PDRB yaitu
sebesar 52,92 % subsektor yang kedua adalah perikanan. Subsektor tanaman
pangan yang menjadi unggulan adalah :
TABEL: 5.10. KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN BREBES
Komoditas 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Tanaman Pangan
Padi Sawah 527,665 539,833 514,034 570,640 610,720 672,717
Jagung 35,466 56,346 66,705 116,546 184,492 211,712
Ubi Kayu 24,329 29,486 22,162 31,903 39,173 43,504
Kedelai 7,617 7,270 6,959 8,002 8,822 9,181
Kacang Hijau 1,980 3,651 2,423 4,109 5,413 5,811
Sayuran
Bawang Merah 1,792,278 2,531,835 3,366,447 3,125,832 610,720 672,717
Bawang Putih 588 396 451 386 349 367
Cabe 395,197 366,718 372,247 531,329 707,278 712,316
Kentang 284,559 264,498 291,414 531,818 794,349 810,523
Kubis 315,434 308,698 335,737 351,715 362,880 360,271
Buncis 19,770 8,090 7,462 8,335 8,866 8,622
Buah-buahan
Mangga 183,667 198,519 227,109 97,905 69,284 67,521
Rambutan 2,943 1,771 7,912 5,836 5,744 5,892
Durian 6,674 7,827 3,771 13,803 16,642 14,761
Sawo 5,459 7,067 6,946 8,600 8,921 7,651
3,075,961 3,792,172 4,717,745 4,836,119 5,236,418 5,710,056
Sumber : Data Statistik Brebes dalam angka 2013, diolah

Kabupaten Brebes adalah daerah agraris karena sebagian besar penggunaan


lahannya adalah pertanian, begitu pula mata pencaharian penduduk sebagian besar

KAJIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN MINAPOLITAN


LAPORAN AKHIR 1-14
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

sebagai petani. yang didominasi oleh tanaman bahan makananan, seperti padi
ladang, jagung, ubi kayu dan kacang kedelai.
Komoditas tanaman buah semusim yang menjadi unggulan adalah mangga,
rambutan, durian, sawo . Nilai LQ dari masing-masing komoditas ini lebih dari satu,
sehingga komoditas ini menjadi unggulan di Kabupaten Brebes. Komoditas tanaman
sayur yang menjadi unggulan adalah bawang merah, bawang putih, c a b e, kentang,
kubis dan buncis.
B. PERIKANAN
Dalam rangka pengembangan pembangunan berkelanjutan, analisis sektor perikanan
selama ini adalah sebagai berikut. Berdasarkan proporsi sub sektor perikanan
merupakan sub sektor yang memberikan sumbangan kedua setelah tanaman pangan
terhadap pembentukan PDRB Sektor Pertanian. Pada Tahun 2012 perikanan
menyumbang sebesar 43,52% terhadap sektor pertanian dan merupakan mata
pencaharian dominan dan utama masyarakat Brebes yang didukung olah wilayahnya
yang berkarakteristik agraris pesisir.
C. INDUSTRI PENGOLAHAN DAN SEKTOR PERDAGANGAN DAN PERHOTELAN SERTA
JASA-JASA
Sektor industri kecil memiliki nilai pertumbuhan yang tidak besar dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 15,9%, selanjutnya tahun
2012 mengalami peningkatan pertumbuhan 11,6%. Demikian juga dengan sektor
perhotelan, memiliki pertumbuhan yang cukup baik. Pertumbuhan pada tahun 2011
hanya sebesar 13,3%, pada tahun 2012 memiliki angka pertumbuhan 14%.
Sektor jasa-jasa yang didalamnya terdapat jasa pemerintahan, jasa sosial
kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi serta jasa perorangan dan rumah tangga,
pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan pesat sebesar 14,45% namun kembali
turun hingga mencapai 9,47 % pada tahun 2012. Sektor jasa yang merupakan sektor
tersier sangat dipengaruhi oleh kondisi pertumbuhan pada subsektor primer maupun
sekunder.
Sektor perdagangan, restoran dan hotel tumbuh relatif stabil dari tahun ke tahun
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 13,65%. Sektor perdagangan, hotel dan
restoran merupakan sektor yang dibentuk oleh sektor primer.

5.1.5. ANALISIS POSISI BERSAING SUBSEKTOR UNGGULAN


Untuk menganalisis posisi bersaing subsector unggulan sering dilakukan melalui analisis
SWOT, dengan cara melakukan identifikasi Kekuatan dan Kelemahan (faktor internal)
serta peluang dan ancaman (faktor eksternal) pada subsector yang dikembangkan.
Analisis ini didasarkan pada logika yang mampu memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan
peluang (Oppurtunities), dan secara bersamaan juga dapat meminimalkan kelemahan
(Weakness) dan ancaman (Threats).
A. SUBSEKTOR DAN FOKUS :
a Subsektor Tanaman Bahan Makanan : Padi,
b Subsektor Tanaman Perkebunan : mangga, rambutan, duku, kelengkeng,
belimbing, durian, pisang, salak, jeruk, dan nanas, pepaya, aren, cengkeh,

KAJIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN MINAPOLITAN


LAPORAN AKHIR 1-15
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

jambu mete, kakao, kapas, kapuk, kapulogo, kelapa dalam, kelapa deres,
kelapa hibrida, kopi robusta, lada melinjo, nilam, panili, tebu, dan teh
c Subsektor Perikanan : Budidaya ikan (laut dan tambak), pengolahan perikanan
tangkap, cold storage, budidaya rumput laut dan bibit rumput laut
d Subsektor Peternakan : budidaya ternak itik, ayam broiler, ayam ras, sapi
potong.
e Industri Pengolahan : Industri bawang goreng; Industri pengolahan rumput
laut; Industri pakan ternak; Industri minyak atsiri nilam; Industri keramik;
Industri pengolahan perikanan laut dan darat (cold storage, pengalengan,
pegolahan ke industri hilir); Industri garam beryodium; Industri rebana;
Industri batik; Industri telur asin
f Perdagangan, Hotel, Restoran : Perdagangan besar dan kecil (pengecer) serta
pasar tradisional; Hotel, restoran, rumah makan dan obyek wisata bahari
Brebes (Randusanga) , Pandansari (Kaligua, Telaga Renjeng, Makan Mbah Joko,
dll).

B. ADAPUN INDICATOR YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGANALISIS POSISI BERSAING


INI ADALAH :
a Lingkungan Internal : Kekuatan
A.1. Aspek Ekonomi
1. Potensi Ekonomi
2. Struktur ekonomi
3. Image Kualitas (produk, pelayanan)
4. Image Harga Jual
5. Efektifitas Promosi
6. Pertumbuhan unit usaha
7. Skala Ekonomi (Investasi, Produksi, teknologi)
A.2. Aspek Sosial Kelembagaan
1. Pengembangan Kewirausahaan
2. Pertumbuhan asosiasi bisnis
3. Aparatur dan pelayanan
4. Kepastian Hukum
5. Potensi SDM
6. Tingkat Partisipasi Masyarakat
A.3. Aspek Tata Uang/Infrastruktur/ Lingkungan Fisik
1. Ketersediaan infrastruktur
2. Lokasi sesuai tata guna lahan
3. Pola transportasi
b Lingkungan Internal : Kelemahan
B.1. Aspek Ekonomi
1. Daya beli menurun
2. Biaya operasional meningkat
3. Delivery
4. Strategi orientasi
B.2. Aspek Sosial Kelembagaan
1. Peraturan pekerja/buruh

KAJIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN MINAPOLITAN


LAPORAN AKHIR 1-16
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

2. Ketidakpaduan program antar sektor


3. Sosialisasi Program
4. Koordinasi antar lembaga
5. Prosedur Perijinan
B.3 Aspek Tata Ruang /Infrastruktur /Lingkungan Fisik
1. Topografi dan tanah
2. Ketersediaan air baku
3. Gangguan lingkungan fisik
4. Tata Guna Lahan (Landuse)
c Lingkungan Eksternal : Peluang
C.1. Aspek Ekonomi
1. Moneter
2. Fiskal
3. Propek pasar dunia/global
4. Perkembangan teknologi dan informasi
5. Networking global
C.2. ASPEK SOSIAL KELEMBAGAAN
1. Desentralisasi terlalu kuat
2. Regulasi (Perda dan kebijakan)
3. Kepastian Hukum
4. Keamanan/security
5. Perda & Kebijakan
C.3. Aspek Tata Ruang/ Infrastruktur/ Lingungan Fisik
1. Penciptaan zona ekonomi baru
2. Pengembangan infrastruktur
3. Minimalisasi ganguan lingkungan
C.4. Lingkungan Eksternal : Ancaman
1. Aspek Ekonomi
2. Moneter
3. Fiskal
4. Pengaruh global
5. Teknology Delivery
6. Aspek Sosial Kelembagaan
7. Stabilitas Politik
8. Regulasi Perdagangan (Exim)
9. Isue strategis (teorisme, penyakit indemik)
C.5. Aspek Tata Ruang/Infrastruktur /Lingkungan Fisik
1. Gangguan Lingkungan
2. Isue Lingkungan
3. Daerahisme
4. Kualitas

Berdasarkan penelaahan bobot pengaruh masing-masing faktor-faktor eksternal dan


internal, maka disusun matriks analisa SWOT dari masing-masing komponen sebagai
berikut :

KAJIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN MINAPOLITAN


LAPORAN AKHIR 1-17
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

1) Bobot (%) ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama seluruh tim dan jumlah
total bobot masing-masing faktor internal (S-W) = 100 % atau 1. Demikian pula
jumlah bobot faktor eksternal (O-T) = 100 % atau 1.
2) Rating ditetapkan dengan skala 1 s/d 10 yang berisi pernyataan sikap/ dukungan/
kecenderungan dari setiap responden atas isu-isu dalam setiap fakor yang
dianalisis.
3) Score adalah hasil perkalian antara bobot dengan rating.
4) Jumlah total score masing-masing faktor (S-W-O-T) merupakan titik koordinat yang
nantinya dipetakan dalam salib sumbu kartesius dengan 4 kuadran. Hasilnya
dipetakan dalam sumbu X (faktor internal) dan sumbu Y (faktor eksternal) sehingga
akan diketahui posisi usaha ekonomi kreatif yang dianalisis.
5) Hasil perhitungan analisis SAP kemudian dikonfirmasikan dengan tabel di bawah ini.
TABEL: 5.11. NILAI BERBOBOT DAN KATEGORI
Nilai Terbobot Kategori
1,0 - 2,0 Sektor/sub sektor weak
2,1 - 4,0 Sektor/sub sektor tenable
4,1 - 6,0 Sektor/sub sektor favorable
6,1 - 8,0 Sektor/sub sektor strong
8,1 - 10,0 Sektor/sub sektor dominant

Berdasarkan analisis kondisi internal terhadap subsector unggulan Kabupaten Brebes


dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TABEL: 5.12. HASIL PERHITUNGAN POSISI SAP (STRATEGIC ADVANTAGE PROFILE)
Nilai Berbobot
No Sub sektor Skor Posisi SAP
Kekuatan Kelemahan
1 Subsektor tanaman pangan 8.235 1.85 6.385 Strong
2 Subsektor tanaman perkebunan 7.895 1.6625 6.2325 Strong
3 Subsektor peternakan 7.89 1.6125 6.2775 Strong
4 Subsektor perikanan 8.275 1.45 6.825 Strong
5 Subsektor industry pengolahan 6.4025 2.15 4.2525 Favorable
6 Subsektor perdagangan, hotel dan restoran 7.38 1.4375 5.9425 Favorable
7 Subsektor jasa dan pariwisata 7.145 2.0875 5.0575 Favorable
Sumber : Data primer yang diolah, 2014
Selanjutnya pada analisis kondisi eksternal melalui analisis ETOP dikategorikan ke dalam 4
kategori, setiap kategori akan masuk pada matriks kwadran ETOP. Dalam perhitungan jika
nilai berbobot diatas 5, maka masuk kategori tinggi, sebaliknya jika di bawah 5 masuk
kategori rendah. Bila dikonfirmasikan sesuai tabel 6.3, maka akan diperoleh posisi
bersaing masing-masing.
TABEL: 5.13. NILAI BERBOBOT ETOP DAN KATEGORI
Kategori Kategori Posisi
Kuadran
Peluang Ancaman bersaing
Rendah Tinggi Kritis I
Tinggi Tinggi Spekulasi II
Rendah Rendah Stagnan III
Tinggi Rendah Ideal IV
Sumber : Analisis Konsultan, 2014

KAJIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN MINAPOLITAN


LAPORAN AKHIR 1-18
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

Dengan demikian hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa :


TABEL: 5.14. HASIL PERHITUNGAN POSISI ETOP (ENVEROMENT THREAT OPPORTUNITY PROFILE)
Peluang Ancaman
Sub sector Posisi ETOP
Nilai Kategori Nilai Kategori
Subsektor tanaman pangan 6.080 Tinggi 3.405 Rendah Ideal
Subsektor tanaman perkebunan 7.595 Tinggi 3.095 Rendah Ideal
Subsektor peternakan 6.185 Tinggi 5.425 Tinggi Spekulatif
Subsektor perikanan 6.390 Tinggi 3.825 Rendah Ideal
Subsektor industry pengolahan 8.675 Tinggi 5.39 Rendah Spekulatif
Subsektor perdagangan, hotel & restoran 5.925 Tinggi 5.065 Tinggi Spekulatif
Subsektor jasa dan pariwisata 5.925 Tinggi 3.065 Tinggi Ideal
Sumber : Data primer yang diolah, 2014

Untuk memperjelas posisi ETOP (Enveroment Threat Opportunity Profile) setiap


sektor dapat dilihat pada gambar gambar di bawah ini :
1) Subsektor tanaman pangan, berada pada posisi bersaing Kuadran IV, menunjukkan
situasi yang sangat menguntungkan para pengusaha karena memiliki peluang dan
kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang diterapkan
adalah mendukung kebijakan agresif (Growth oriented strategy).

PELUAN G

Rendah Tinggi

Kwadran I Kwadran II
Tinggi

Sub sektor Sub sektor


Kritis Spekulatif
ANCAMAN

Kwadran III Kwadran IV 1. Subsektor tanaman


Rendah

pangan
Sub sektor Sub sektor 2. Subsektor
Stagnan Ideal perkebunan
3. Subsektor perikanan
Sumber : Data primer diolah, 2014

GAMBAR : 4.3. ANALISIS POSISI BERSAING KWADRAN IV

2) Teh Prenjak, Industri galangan kapal dan Industri pengalengan & pengawetan ikan
berada pada kwadran II. Posisi bersaing subsektor ini menggambarkan pengusaha
menghadapi peluang pasar yang sangat besar tetapi dilain pihak menghadapi
permasalahan eksternal yang tinggi pula.

KAJIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN MINAPOLITAN


LAPORAN AKHIR 1-19
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

PELUAN G

Rendah Tinggi

Kwadran II 1. Subsektor
Kwadran I peternakan
Tinggi

2. Subsektor industry
Sub sektor Sub sektor pengolahan
ANCAMAN

Kritis Spekulatif 3. Subsektor


perdagangan, hotel
dan restoran
Kwadran III Kwadran IV
Rendah

Sub sektor Sub sektor


Stagnan Ideal

Sumber : Data primer diolah, 2014

GAMBAR : 4.4. ANALISIS POSISI BERSAING KWADRAN II

5.2. KONSEP PENGEMBANGAN MINAPOLITAN


5.2.1. ASPEK NILAI EKONOMI
5.2.1.1. PRODUK PERIKANAN/UDANG YANG BISA DIKEMBANGKAN
A. KAKI NAGA IKAN
Kaki naga adalah produk olahan ikan berbasis gel yang memiliki penampakan
menyerupai nugget. Produk kaki naga yang sudah ada di pasaran saat ini berbahan
baku daging ayam atau daging sapi. Produk kaki naga berbahan baku ikan belum
banyak dijumpai di pasaran. Keunggulan dari produk ini adalah proses
pengolahannya yang mudah, Protein yang tinggi (20,50 23,63%), rasa disukai
terutama oleh anak-anak. Beberapa industri makanan memang sengaja
memproduksi olahan daging ikan secara besar-besaran, sehingga perlu menghasilkan
produk yang bervariatif tetapi ekonomis dan terjangkau oleh semua golongan
ekonomi.
Pemasaran produk kaki naga mampu menciptakan value added product hasil
perikanan dalam pasaran menyebabkan produsen/pengolah harus memilih strategi
agar produk yang mereka produksi laku dipasaran dan diminati oleh konsumen.

KAJIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN MINAPOLITAN


LAPORAN AKHIR 1-20
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

Penerimaan bahan baku

Penambahan bumbu-bumbu dan bahan pelengkap

Pencetakan bola-bola dan pemberian tepung panir dan stik

pengukusan

Penirisan dan pendinginan

Pembekuan dan pengemasan

pemasaran

GAMBAR : 6.1. PROSES PENGOLAHAN KAKI NAGA IKAN LELE

GAMBAR : 6.2. PRODUK KAKI NAGA UDANG

GAMBAR : 6.3. PRODUK KAKI NAGA IKAN LELE DENGAN STICK

KAJIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN MINAPOLITAN


LAPORAN AKHIR 1-21
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

GAMBAR : 6.4. PROSES PEMBUATAN KAKI NAGA UDANG


B. OTAK-OTAK IKAN DAN UDANG
Otak-otak dan kaki naga
merupakan produk makanan yang
menggunakan bahan baku utama
daging/fillet ikan yang diolah
menjadi pasta gel protein yang
disebut kamaboko. Selanjutnya
diolah menjadi otak-otak. Otak-
otak biasanya dibuat dari daging
ikan Tengiri yang dicampur dengan
bumbu-bumbu seperti lada,
bawang putih, bawang merah,
kunyit, serai dan santan. Campuran
ini dibungkus dengan daun pisang dan dibakar atau dikukus. Selain dari ikan, ada juga
otak-otak yang dibuat dari udang, cumi-cumi, dan juga ayam.
Otak-otak merupakan sejenis produk yang hampir sama dengan somay, tetapi bentuk
dan cara memasaknya berbeda. Siomay dibentuk bulat-bulat seperti bakso,
sedangkan otak-otak dibuat lonjong dan agak gepeng. Tahapan proses pengolahan
otak-otak ikan terlihat pada gambar.

KAJIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN MINAPOLITAN


LAPORAN AKHIR 1-22
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

Penerimaan bahan baku

Penambahan bumbu-bumbu dan bahan pelengkap

Pencetakan adonan otak-otak dan perebusan

Penirisan dan pendinginan

Pembekuan dan pengemasan

pemasaran

GAMBAR : 6.5. PROSES PENGOLAHAN OTAK-OTAK IKAN/UDANG

C. ABON IKAN
Abon sebagai salah satu produk industri pangan, memiliki standar mutu yang telah
ditetapkan oleh Departemen Perindustrian yang tercantum dalam Standar Industri
Indonesia (SII) 0368-85) (Fachruddin, 1997).
Abon umumnya memiliki komposisi gizi yang cukup baik dan dapat dikonsumsi
sebagai makanan ringan atau sebagai lauk pauk. Abon memiliki umur simpan yang
relatif lama karena berbentuk kering. Cara pengolahan yang baik, abon dapat
disimpan berbulan-bulan tanpa mengalami banyak penurunan mutu. Prinsip cara
membuat berbagai jenis abon sama, prosedur umum yang dilakukan dimulai dari
penyiangan dan pencucian bahan, pengukusan atau perebusan, pencabikan atau
penghancuran, penggorengan, penirisan minyak, dan pengemasan.

Diagram alir proses pembuatan abon ikan menurut Direktorat Jendral Perikanan
(1995) terlihat sebagai berikut:

KAJIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN MINAPOLITAN


LAPORAN AKHIR 1-23
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

Ikan

Penyiangan dan pencucian

Perebusan

Pencabikan

Pemberian bumbu dan santan

Penggorengan

Pengepresan

Pengepakan

GAMBAR : 6.6. DIAGRAM ALIR PROSES PEMBUATAN ABON IKAN

5.2.1.2. ANALISA PROSPEK PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN RUMPUT LAUT


Rumput laut banyak dimanfaatkan dalam bidang makanan seperti karagenan dan agar-
agar, serta dalam bidang farmasi dan kedokteran, industri kertas, dan pupuk. Rumput laut
dapat digunakan sebagai pupuk karena di dalam rumput laut banyak mengandung bakteri
seperti probiotik. Di bidang farmasi dan kedokteran, rumput laut dapat digunakan untuk
membuat kapsul. Selain digunakan bidang pangan, rumput laut juga dapat digunakan
untuk membuat batu bata. Batu bata berbahan baku rumput laut ini diproduksi dalam
rangka kebijakan "go green", namun disisi lain produksinya dinilai sulit karena diperlukan
oven.

KAJIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN MINAPOLITAN


LAPORAN AKHIR 1-24
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

GAMBAR: 4.2. POHON INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT

1. POTENSI :
Lahan perairan yang digunakan sebagai lokasi usaha budi daya rumput laut pada
kajian ini adalah rata-rata seluas 2,407 m2. Lokasi lahan perairan untuk usaha budi
daya rumput laut tidak terlalu jauh dari tempat tinggal penduduk sehingga
memudahkan dalam hal pemantauan.
Agribisnis rumput laut termasuk di dalamnya industri pengolahan rumput laut
menjadi tepung karaginan sebagaimana bisnis berbasis hasil pertanian lainnya.
Hal ini memerlukan keterkaitan yang erat antara hulu (up stream) dan hilir (down

KAJIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN MINAPOLITAN


LAPORAN AKHIR 1-25
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

stream). Hal ini dikarenakan pada tingkat hulu (nelayan) memiliki keahlian dan
kemauan dalam berproduksi dan keterbatasan dalam mengakses pasar dan
teknologi. Sementara itu di tingkat hilir, dalam hal ini pemilik pabrik, memiliki
kekuatan dalam hal teknologi dan akses pasar, namun membutuhkan kontinuitas
dalam ketersediaan bahan baku.
Wilayah Kabupaten Brebes merupakan wilayah sentra pengembangan budidaya
rumput laut telah ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini didukung dengan potensi
lahan yang tersedia untuk pengembangan budidaya rumput laut yang sangat luas,
Jenis rumput laut yang umumnya dibudidayakan dan diproduksi di Kabupaten
Brebes adalah Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum. Kegiatan budidaya
rumput laut jenis Eucheuma sp ini mudah dilaksanakan, karena masih
menggunakan teknologi sederhana atau alat tradisional dalam proses penanaman
hingga panen. Sebagian besar masyarakat pesisir Kabupaten Brebes bekerja
sebagai petani rumput laut, sehingga mengakibatkan produksi rumput laut
menjadi semakin meningkat.
Kegiatan petani yang selama ini dilakukan adalah budidaya rumput laut sebagai
bentuk usaha tani yang hasil panennya dikeringkan, kemudian dijual.
Permasalahan yang terjadi bahwa keberadaan koperasi tani dan nelayan selama
ini sebagai lembaga masyarakat belum mampu mengakses pasar. Pada waktu
musim panen rumput laut basah dan kering terjual melalui pedagang pengumpul
dengan harga yang tidak stabil. Harga ini ditentukan oleh pengumpul, karena
petani belum mempunyai bargaining power dalam penentuan harga jual, namun
masyarakat petani tetap berupaya menanam rumput laut dengan harapan bahwa
suatu saat rumput laut dapat terjual dengan harga yang diinginkan oleh petani.
Hal ini tentunya juga perlu mendapat dukungan dari pemerintah daerah terhadap
pengembangan pengolahan tepung karaginan, sehingga nantinya dapat menjadi
produk unggulan
2. PROSPEK PASAR :
Kondisi tingkat penawaran rumput laut di tingkat dunia yang belum mampu
memenuhi permintaan yang ada. Hal demikian juga terjadi di Indonesia,
kemampuan produksi yang ada masih kecil dibanding permintaan. Penawaran
suatu produk selalu berada pada posisi sebatas kemampuan kapasitas produksi.
Pada tahun 2005 permintaan rumput laut dunia mencapai 260.571.050 ton berat
kering sementara Indonesia hanya mampu memenuhi sejumlah 300.000 ton berat
kering. Jadi penawaran rumput laut masih jauh dari kebutuhan atau permintaan.
Kondisi industri hilir rumput laut di Indonesia saat ini tergolong minim dan
penyebarannya masih terkonsentrasi di beberapa kota besar seperti Surabaya,
Makassar dan Jakarta. Minimnya industri hilir dalam negeri, secara kalkulasi
merugikan, terutama bagi industri hulu yang mayoritas berada di Kawasan Timur
Indonesia (KTI). Akselerasi industri hulu yang tinggi tidak diimbangi dengan
pengembangan industri hilir, sehingga secara simultan mendorong orientasi
pemasaran (domestik/ekspor) dalam bentuk bahan mentah.
3. KELAYAKAN TEKNIS
Rumput laut (Euchema cottoni) direndam dalam air tawar selama 12 - 24 jam,
kemudian dibilas dan ditiriskan. Rumput laut (Euchema cottoni) direndam kembali

KAJIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN MINAPOLITAN


LAPORAN AKHIR 1-26
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

dalam air kapur selama 2 3 jam. Rumput laut (Euchema cottoni) dicuci kembali
dan dibilas menggunakan air sampai bersih. Euchema cottoni dikeringkan dalam
oven suhu 80oC selama 4 jam. Euchema cottoni diblender menjadi butiran kecil
dan dilakukan pengayakan. Euchema cottoni yang diekstraksi lolos saringan 90
mesh. Timbang Euchema cottoni 200 gr, masukkan dalam ekstraktor,
Mengekstraksi pada suhu 90 95 oC menggunakan larutan NaOH dengan
konsentrasi tertentu selama 2 jam. dengan perbandingan pelarut dan bahan baku
20 ml : 1 gr. Hasilnya disaring dan filtratnya ditambahkan HCl hingga pH-nya netral
(pH 7). Proses pemutihan (bleaching) bila diperlukan. Filtrat yang pH-nya sudah
netral ditambahkan pengendap dengan perbandingan tertentu dan diaduk-aduk
kemudian dibiarkan selama 15 menit. Endapan disaring kemudian dikeringkan,
lalu hasilnya ditimbang.
Melalui proses pembuatan keragenan tersebut perlu pendampingan dalam proses
pengolahan, walau tampak sederhana.

5.2.1.3. AKTIVITAS EKONOMI


Untuk mengetahui kondisi eksisting aktivitas apa saja yang dilakukan oleh seluruh
pengguna di kecamatan Brebes (Limbangan Wetan dan Randusanga Kulon), sehingga
kecenderungan perilaku yang mereka kerjakan dapat terpenuhi kebutuhan ruangnya.
Pengguna tersebut antara lain:
1. Nelayan / petani
Kegiatan nelayan ini dibedakan menjadi kegiatan nelayan pada waktu datang dan
kegiatan nelayan pada waktu berangkat. Masing-masing kegiatan akan
membutuhkan ruang kegiatan tersendiri.
a. Nelayan / petani Pemilik lahan tambak dan budidaya
b. Nelayan / Petani Pengolah hasil budidaya perikanand dan pesisir
2. Pembeli
Pembeli ikan merupakan orang-orang yang membeli ikan segar untuk dijual lagi ke
pasar atau tempat pengolahan ikan di daerah lain. Fasilitas yang diperlukan untuk
menunjang kegiatan para pembeli ikan ini adalah tempat parkir, toko, warung.
Sejalan dengan pengembangan perikanan Kabupaten Brebes, maka untuk menampung
hasil budidaya udang dan hasil rumput laut, berpotensi untuk dikembangkan sebagai
daerah sentra pengolahan dan pemasaran hasil budidaya pesisir, sehingga
membutuhkan keberadaan fasilitas pengolahan.
Tempat pengolahan hasil salah satu fasilitas penunjang yang diperlukan adalah
ketersediaan tempat pengolahan dan tempat pemasaran. Dengan pengembangan
pengolahan dan pemasaran produksi perikanan ini, maka diharapkan produksi akan
meningkat pula. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, kegiatan pengolahan yang
potensial untuk dikembangkan adalah :
1. Mengoptimalkan pemasaran ikan segar melalui sarana pasar/market.
2. Pemasaran ikan utuh beku,
3. Pemasaran ikan segar kemasan (fillet, sashimi dsb.),
4. Pengolahan ikan (Pemindangan, Pengasapan, panggang)

KAJIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN MINAPOLITAN


LAPORAN AKHIR 1-27
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

5. Pengolahan ikan kemasan siap saji


6. Pengolahan tepung dan minyak ikan,
7. Pembuatan petis, terasi, krupuk petis, presto
8. Pengawetan sederhana
9. Produk-produk pengembangan seperti : Nuget; Abon, Otak-Otak Ikan dan Ekado
Berdasarkan karakter kegiatannya, kebutuhan ruang untuk tiap kegiatan untuk
pengolahan dan pemasaran ikan tersebut meliputi ruang untuk kegiatan:
1. Tempat pengolahan dan pemasaran ikan segar utuh beku (Coldstorage):
2. Tempat pengolahan dan pemasaran ikan segar fillet:
3. Tempat pengolahan dan pemasaran ikan kemasan siap saji:
4. Tempat pengolahan dan pemasaran tepung dan minyak ikan:
5. Tempat pengolahan dan pemasaran pemindangan: pengasapan:
6. Pengeringan:
7. Tempat pengolahan dan pemasaran abon ikan: Tempat pembuatan kerupuk ikan:
Nuget; Abon, Otak-Otak dan Ekado
5.2.1.4. DAMPAK PENGEMBANGAN MINAPOLITAN
Pengembangan minapolitan kabupaten Brebes guna optimalisasi pengelolaan dan
pemasaran produksi perikanan di Kabupaten Brebes, khususnya untuk 2 desa di
Kecamatan Brebes (Limbangan Wetan dan Randusanga Kulon) akan membawa dampak
ekonomi sebagai berikut :
a. Peningkatan pendapatan tenaga kerja yang terlibat didalamnya. Hal ini dapat dilihat
dari pendapatan yang diterima oleh masyarakat yang terlibat mulai dari nelayan,
pemilik perahu (juragan), pengolah ikan dan pembeli ikan.
b. Penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat Brebes dan akan memberikan
pendapatan bagi tenaga kerja tersebut. Terlebih karakteristik industry pengolahan
ikan ini mengandalkan tenaga manusia dalam proses produksinya, sehingga
perkembangan usaha ini akan berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja. Pendapatan yang diciptakan bukan hanya dinikmati oleh para produsen
namun juga oleh para agen, dimana para agen memperoleh keuntungan dari selisih
harga beli dan harga jual produk hasil olahan ikan.
c. Peningkatan penerimaan Pemerintah Kabupaen Brebes. Apabila minapolitan
kabupaten Brebes untuk optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi
perikanan di bangun, maka seharusnya ada bagian yang masuk ke Kas Daerah
Pemerintah Kabupaten Brebes sebagai bentuk sharing dalam wujud lahan
d. Memungkinkan adanya efisiensi kolektif para pengusaha dalam hal memenuhi
kebutuhan bahan baku, proses produksi dan pemasaran hasil, dan secara agregat
produk hasl pengolahan ikan para pengusaha dapat mencapai skala ekonomi.
e. Secara tidak langsung dapat membangkitkan pelaku ekonomi yang baru.
f. Pengembangan Bussines Networking bagi UKM dalam mngembangkan usaha dan
penetrasi pasar.
g. Memudahkan akses UKM terhadap informasi spesifiknya (Harga pasar, promosi,
kelembagaan, jaringan distribusi dll), sehingga mempermudah proses internalisasi
pengembangan UKM terutama yang berkaitan dengan bimbingan dan pelatihan.

KAJIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN MINAPOLITAN


LAPORAN AKHIR 1-28
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

5.2.2. ASPEK SOSIAL


Dampak yang nyata dari optimalisasi pengelolaan dan pemasaran ini adalah :
a. Penciptaan Lapangan Kerja
Rencana pengembangan pasar untuk optimalisasi pengelolaan dan pemasaran
produksi perikanan kabupaten Brebes akan membuka peluang untuk penyerapan
tenaga kerja langsung maupun tenaga kerja tidak langsung. Keterlibatan masyarakat
sekitar dalam jumlah yang sangat banyak akan lebih menjamin kelangsungan proses
produksi. Ini juga akan membantu program pemerintah dalam menanggulangi
masalah ketenagakerjaan dan menaikkan tingkat pendapatan masyarakat yang
hingga saat ini masih merupakan Brebesa dalam pelaksanaan pembangunan
b. Perubahan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Kehidupan
Pengembangan minapolitan Kecamatan Brebes (Limbangan Wetan dan Randusanga
Kulon) kabupaten Brebes akan memberikan perubahan pada tingkat pengetahuan
bagi masyarakat nelayan dan masyarakat di sekitar lokasi. Perubahan tingkat
pengetahuan dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.
c. Perubahan Pola Kehidupan Masayarakat
Dengan pengembangan pasar untuk optimalisasi pengelolaan dan pemasaran
produksi perikanan kabupaten Brebes ini akan terjadi perubahan struktur pekerjaan,
misalkan yang semula adalah seorang ibu rumah tangga, akan mengembangkan
usaha pengolahan ikan dan ikut memasarkan.

5.2.3. ASPEK KELEMBAGAAN DAN MODEL KEMITRAAN


Investasi merupakan salah satu faktor yang penting untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi daerah. Makin besar arus investasi, dapat memberikan peluang munculnya
kegiatan-kegiatan usaha yang lain. Implikasinya adalah meningkatnya kesempatan kerja
dan peluang terjadinya peningkatan PAD. Namun, bagaimana usaha Pemda Brebes untuk
meningkatkan PAD tanpa harus membebani rakyatnya, sehingga dapat mengembangkan
otonominya.
Masih terdapat peluang yang dapat dimanfaatkan oleh daerah untuk mendukung sumber
pembiayaan dan investasi daerah untuk mendukung implementasi otonomi daerah yang
pelaksanaannya dapat dilakukan oleh para pelaku otonomi daerah termasuk BUMN,
BUMD, Swasta dan Masyarakat.
Diperlukan adanya perhatian yang serius dalam upaya meningkatkan efisiensi sektor
publik, sekaligus mengupayakan agar administrasi negara mampu menelurkan berbagai
kiat dan terobosan dalam menciptakan iklim yang kondusif bagi berkembangnya sektor
swasta. Keterbatasan yang membelenggu sektor publik bukannya merupakan halangan
untuk mendayagunakan kekuatan dan potensi sektor swasta yang mulai berkembang.
Pola kemitraan sektor publik dan swasta merupakan harapan baru dalam mendobrak
keterbatasan.
Seringkali daerah memiliki aset yang sangat potensial untuk dimanfaatkan atau
dikembangkan, namun upaya-upaya ke arah itu terhalang oleh terbatasnya sumber dana
atau akses ke sumber dana atau keterbatasan kemampuan SDM dalam menggunakan
asset tersebut. Di sisi lain swasta atau masyarakat merupakan pihak yang mempunyai

KAJIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN MINAPOLITAN


LAPORAN AKHIR 1-29
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

potensi pendanaan dan teknologi yang perlu diproduktifkan, dengan demikian melalui
kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan swasta atau masyarakat dapat memberikan
nilai tambah dan keuntungan kedua belah pihak.
Kerjasama antara pemerintah daerah dan swasta tidak hanya akan dapat memberikan
keuntungan berupa uang, tetapi juga merupakan strategi diversifikasi resiko, dimana
dengan kerjasama ini resiko Pemerintah Daerah menjadi kecil atau bahkan tanpa ikut
menanggung resiko sama sekali.
Kerja sama Pemerintah daerah dengan swasta idealnya didasarkan pada win-win solution
partnership, artinya kerjasama tersebut dilakukan dengan kesadaran dari dua belah pihak
atas keuntungan timbal balik yang akan dihasilkan dalam kerjasama tersebut. Pemerintah
Daerah dalam pengertian kerja sama yaitu Pemerintah Daerah termasuk di dalamnya
BUMD/ Perusahaan Daerah. Oleh karena itu perusahaan daerah mempunyai peluang
untuk mengembangkan dan meningkatkan usaha melalui kerjasama dengan pihak swasta.
Dalam pengembangan minapolitan di Kabupaten Brebes, bentuk kemitraan yang akan
dilakukan adalah kemitraan antara Pemerintah Daerah dengan pihak ketiga. Kemitraan
ini dikembangkan berdasarkan pemenuhan kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi
langsung oleh Pemerintah Daerah yang bersangkutan karena berbagai keterbatasan yang
dimiliki.
Selanjutnya untuk dapat mencapai sasaran secara optimal, maka pilihan untuk melakukan
kerjasama perlu diletakkan dalam suatu kerangka strategis. Sebagaimana dilakukan oleh
perusahaan dalam rangka menjalin kerjasama strategis untuk mengembangkan bisnisnya.
Kerangka pikir yang biasa dipakai adalah menggunakan model manajemen strategis.

5.3. KONSEP PENGEMBANGAN INVESTASI

5.3.1. PERKIRAAN PENGEMBANGAN


Konsep pengembangan minapolitan Brebes (Limbangan Wetan dan Randusanga Kulon)
Kabupaten Brebes membutuhkan budget sebesar.

KAJIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN MINAPOLITAN


LAPORAN AKHIR 1-30
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

TABEL: 5.15. PERHITUNGAN KEBUTUHAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI DESA LIMBANGAN WETAN


HARGA SATUAN
NO. URAIAN VOLUME SATUAN BIAYA (Rp.)
(Rp.)
1 Jalan Produksi Tambak ( 3 x 1.750 m ) 1750 m 525,000 918,750,000
2 Gang permukiman ( 2 x 2.000 m ) 2000 m 525,000 1,050,000,000
3 Drainase tambak 500 m 125,000 62,500,000
4 Irigasi Pertanian 1000 m 125,000 125,000,000
5 Bantuan WC 40 unit 1,500,000 60,000,000
6 Los Pasar Ikan Jogoboyo 40 m2 2,000,000 80,000,000
7 Jaringan Listrik Tambak 300 m 20,000 6,000,000
8 Talud Kanal Tambak 200 m 150,000 30,000,000
9 Tanggul Kali Pantai 300 m 2,500,000 750,000,000
10 Penahan Abrasi 400 m 2,500,000 1,000,000,000
11 Wisata Mancing di Muara Sungai
- Saung 40 m2 2,000,000 80,000,000
2
- Tempat parkir 40 m 2,000,000 80,000,000
- WC 2 unit 1,500,000 3,000,000
- Warung 40 m2 2,000,000 80,000,000
JUMLAH 4,325,250,000

Sumber : Data primer yang diolah

TABEL: 5.16. PERHITUNGAN KEBUTUHAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI DESA RANDUSANGA KULON

HARGA SATUAN
NO. URAIAN VOLUME SATUAN BIAYA (Rp.)
(Rp.)
1 Jalan Produksi Tambak ( 3 x 2000 m ) 2000 m 525,000 1,050,000,000
Pelebaran Jalan Desa ( 2 m x 1,8 km ) 3200 m 525,000 1,680,000,000
2 Gang permukiman 0 m 525,000 -
3 Drainase tambak ( 1,5 km x 3 m ) 1500 m 500,000 750,000,000
4 Irigasi Pertanian 0 m 125,000 -
5 Bantuan WC 0 unit 1,500,000 -
6 Los Pasar Ikan 0 m2 2,000,000 -
7 Jaringan Listrik Tambak 2000 m 20,000 40,000,000
8 Talud Kanal Tambak 0 m 150,000 -
9 Tanggul Kali Pantai 0 m 2,500,000 -
10 Penahan Abrasi 0 m 2,500,000 -
11 Wisata
- Saung 0 -
- Tempat parkir 0 -
- WC 0 -
- Warung 0 -
JUMLAH 3,520,000,000

Sumber : Data primer yang diolah

KAJIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN MINAPOLITAN


LAPORAN AKHIR 1-31
Penyusunan Master Plan Minapolitan Perikanan Budidaya di Kabupaten Brebes

5.3.2. PERKIRAAN PENGEMBANGAN SUMBER DAN PENERIMAAN


Pengembangan minapolitan dianggap beroperasi sejak tahun kedua setelah konstruksi
selesai. Estimasi penerimaan pendapatan bersumber dari sewa kios-kios yang dibangun,
ruang penyimpanan ikan kering, ikan basah, ruang pertemuan/pendidikan, kolam ikan,
kolam renang dan sumber pendapatan lain yang dapat digali. Sumber penerimaan
diestimasikan dalam satu tahun sebesar Rp. 617.000.000,-,

TABEL: 5.17. ESTIMASI SUMBER DAN PENDAPATAN


No Uraian Unit Satuan Harga Total
1 Los Pasar Ikan / hasil laut 1 m
2
10,000,000 10,000,000
2 Los pasar 1 m
3
10,000,000 10,000,000
3 Sewa alat packaging 2 unit 2,000,000 4,000,000
4 Iklan 1 unit 10,000,000 10,000,000
5 Parkir Mobil & Motor 3650 unit 3.000 10,950,000
6 KM/WC 1 unit 10000000 10,000,000
Jumlah Penerimaan 54,950,000
Sumber : Hasil perhitungan Tim Penyusun, 2014

5.3.3. PERKIRAAN BIAYA OPERASIONAL


Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan pengolahan
dan pemasaran produk perikanan, biaya ini terdiri dari biaya umum, biaya gaji, biaya
depresiasi, biaya pemeliharaan dan biaya lain-lain.
Diperkirakan setiap tahun terjadi peningkatan biaya 5% Data selengkapnya secara rinci
biaya pada tahun pertama disajikan pada table berikut :
TABEL: 5.18. ESTIMASI BIAYA OPERASIONAL

No Uraian Unit Satuan Harga Total Tahun Jumlah

1 Biaya administrasi Ls Bulan 1 10,000.00 3,650,000.00 3,650,000.00


2 Gaji
1. Kepala Pasar Ls Bulan 1 1.500.000 18.000.000
2. Bagian Keuangan Ls Bulan 1 1.250.000 15.000.000
3. Staf Teknis Ls Bulan 2 1.000.000 24.000.000
4. Keamanan/Satpam Ls Bulan 2 1.000.000 24.000.000
81.000.000
3 Biaya perawatan Gedung Ls Bulan 1 1.000.000 12.000.000 5.000.000
4 Biaya perwatan mesin' Ls Bulan 1 200.00 2.400.000 5.000.000
5 Biaya asuransi Ls Tahun 1 5.000.000 5.000.000
6 Biaya lain lain Ls Bulan 1 1.000.000 12.000.000 12.000.000
7 Biaya depresiasi Ls Tahun 1 10,966,667 10,966,666.67 10,966,666.67
14,616,667
Sumber : Hasil perhitungan Tim Penyusun, 2014

KAJIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN MINAPOLITAN

Anda mungkin juga menyukai