Anda di halaman 1dari 28

HUKUM TANAH DAN BANGUNAN

ANALISIS KESESUAIAN BANGUNAN TERHADAP PERATURAN TERKAIT GARIS


SEMPADAN, IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN, DAN PENATAAN RUANG
(STUDI KASUS: PEMBANGUNAN HOTEL AMOS COZY JAKARTA SELATAN)
KELOMPOK 1 KELAS 2MAB
D4 MANAJEMEN ASET
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

ANGGOTA

Ade Wildan Fardiyana NIM 195244033


Arianna Safitri Saldi NIM 195244039
Elsa Indriani NIM 195244044
Nisrina Mardhiyah NIM 195244054
Syarah Shafura Rahmani NIM 195244060
Vina Khoirun Nisa NIM 195244064
TOPIK PEMBAHASAN

STUDI KASUS
1

KAJIAN TEORI BERKAITAN


DENGAN STUDI KASUS

Real Estate
KAJIAN
TEORI
PENATAAN RUANG
Penataan ruang

Definisi Penataan Ruang Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007

Dasar Hukum Penataan Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960. Sesuai
Ruang dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945
Penataan ruang

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 penataan ruang


diselenggarakan berdasarkan asas:
1. Keterpaduan
2. Keserasian, keselarasan dan keseimbangan

Asas Penataan Ruang 3. Keberlanjutan


4. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan
5. Keterbukaan
6. Kebersamaan dan kemitraan
7. Perlindungan kepentingan umum
8. Kepastian hukum dan keadilan
9. Akuntabilitas
Penataan ruang

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007


Tujuan Penataan Ruang 1. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan
lingkungan buatan;
2. terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber
daya alam dan sumber daya buatan dengan
memperhatikan sumber daya manusia; dan
3. terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan
Masalah Penataan ruang
dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan
di indonesia
ruang.
Pengertian Fungsi GSB
Memberikan
Pasal 13 keamanan
Undang- Meminimalisir resiko
Undang Nomor Adanya RTH
28 Tahun 2002 Mengurani GARIS
kebisingan SEMPADAN
Sanksi Pelanggaran BANGUNAN
GSB (GSB)
Ketentuan Garis Undang-Undang
Sempadan Nomor 28 Tahun
Bangunan 2002 berupa Sanksi
Administratif
ASPEK LEGAL BANGUNAN
Definisi Tujuan
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 • Bangunan tertata dengan baik
tentang Peraturan Pelaksana • Program pengembangan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun manfaat ruang kota secara optimal
2002

Manfaat

• Bagi Pemerintah
• Bagi Masyrakat
• Kepastian Hukum
Jenis IMB

• IMB Rumah Tinggal


• IMB Umum

Fungsi IMB

• Segi teknis perkotaan


• Segi kepastian hukum
STUDI
KASUS
GAMBARAN UMUM OBJEK

Nama objek :Hotel Amos Cozy


Alamat : Jalan Melawai Raya No.83-85, RT 3/RW 1, Melawai, Kecamatan
Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12160
Luas Lahan : 1085 m²
Luas Bangunan : 7000 m²
Jumlah Lantai : 9 Lantai
Jumlah Kamar : 95 Kamar
Pemilik : Ribka Khor
Status Kepemilikan : Hak Guna Bangunan
Website Resmi : https://amoscozy.com/
SKEMA KASUS
BRANDGANG
Pemecah api atau dalam bahasa Inggris
disebut Firebreak adalah celah pada vegetasi
atau bahan mudah terbakar lainnya yang
berfungsi atau digunakan sebagai penghalang
untuk memperlambat atau menghentikan
kebakaran semak-semak atau kebakaran liar.
Pemecah api dapat terjadi secara alami yaitu
ketika ada kekurangan vegetasi atau "bahan
bakar", seperti sungai, danau, atau ngarai.
Pemecah api mungkin juga merupakan buatan
manusia dan banyak di antaranya juga
berfungsi sebagai jalan, seperti jalan untuk
penebangan kayu, jalan untuk kendaraan roda
empat, jalan sekunder, atau jalan raya.
TIGA PELANGGARAN UTAMA

Pembangunan Hotel Amos Cozy tersebut telah


melebihi batas yang ditentukan yaitu melanggar
Garis Sempadan Bangunan (GSB).

Pembangunan Hotel Amos Cozy telah melanggar


Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien
Lantai Bangunan (KLB) yang telah ditentukan oleh
Pemerintah Daerah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta

Adanya pendahuluan pekerjaan pembangunan


sebelum diterbitkannya Izin Mendirikan Bangunan
(IMB) oleh Dinas P2B DKI Jakarta

Real Estate
ANALISIS
KASUS
PERATURAN TERKAIT
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 441/KPTS/1998 tentang


Persyaratan Teknis Bangunan Gedung

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 tentang


Peraturan Pelaksanan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung
GARIS SEMPADAN
BANGUNAN (GSB)
Hotel Amos Cozy dari 80 meter
luas bangunan setinggi enam
lantai, bangunan yang
melanggar lebarnya mencapai 2
(dua) meter dan masyarakat
yang tinggal di sekitar hotel
tersebut menilai bahwa dengan
adanya pembangunan hotel
tersebut yang menutup
brandgang dibagian belakang
IZIN MENDIRIKAN
BANGUNAN (IMB)

Pada kasus ini dikatakan


bahwa terjadi pendahuluan
pekerjaan pembangunan
sebelum diterbitkannya Izin
Mendirikan Bangunan (IMB)
oleh Dinas P2B DKI Jakarta
TATA RUANG PERKOTAAN

Bangunan Hotel Amos Cozy telah


melanggar ketentuan Peraturan
Daerah Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 7 Tahun 1991
Tentang Bangunan Dalam Wilayah
Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
khususnya Pasal 86 mengenai
penghitungan KDB dan KLB.yang
telah ditentukan
Tidakan Pemerintah Terhadap pembangunan Hotel
Amos Cozy
• Penyidikan
• Sanksi
• penertiban

Perlindungan Hak Masyarakat

Hak-hak yang dimiliki oleh masyarakat terkait penataan


ruang diatur dalam UUPR
KESIMPULAN
Sebuah bangunan harus mengikuti peraturan yang telah ditetapkan seperti garis sepadan, izin
membangun, dan tata ruang yang baik. Di dalam kasus Tindakan Pemerintah terhadap pembangunan
hotel Amos Cozy yang melanggar ketentuan tata ruang dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu
penyidikan, pemberian sanksi dan penertiban. Sanksi administratif akan diberikan jika tidak
melaksanakan kewajiban yang tertera dalam Pasal 61 UUPR, sedangkan sanksi pidana akan diberikan
jika melanggar ketentuan Pasal 69 sampai dengan Pasal 74 UUPR. Tindakan penertiban akan dikenakan
terhadap setiap kegiatan yang melanggar pembangunan yang tidak memiliki izin,Pemberian sanksi
serta penertiban kepada bangunan yang melanggar ketentuan penataan ruang dituangkan dalam
Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 7 Tahun 1991. Perlindungan hak masyarakat
sebagai pemegang hak atas tanah terhadap pembangunan di DKI Jakarta diimplementasikan dalam
bentuk undang undang dan peraturan. UUPR dalam hal ini dapat membendung permasalahan tata
ruang yang terjadi di Indonesia, khususnya di DKI Jakarta. Masyarakat sebagai pemegang hak atas
tanah berhak mendapatkan perlindungan dari adanya pembangunan yang tidak sesuai.
SARAN

Penertiban yang dikenakan terhadap setiap kegiatan membangun dan atau pelanggaran
menggunakan dan atau kelayakan bangunan tanpa izin.

Menyusun dan mengimplementasikan rencana tata ruang. Rencana tersebut harus


menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembangunan yang diikuti dengan upaya
pengendalian agar pemanfaatan ruang yang berkembang tetap sesuai dengan rencana
tata ruang yang telah ditetapkan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai