gm BAB 4
Disadari bahwa ketersediaan ruang itu sendiri tidak tak terbatas. Bila pemanfaatan
ruang tidak diatur dengan baik, kemungkinan besar terdapat pemborosan manfaat
ruang dan penurunan kualitas ruang. Oleh karena itu, diperlukan penataan ruang
untuk mengatur pemanfaatannya berdasarkan besaran kegiatan, jenis kegiatan,
fungsi lokasi, kualitas ruang, dan estetika lingkungan. Pengertian ruang yang
demikian ini menurut M Danisworo : mendorong pergeseran arti dari place (yang
cenderung dua dimensi) menjadi space (yang bermakna tiga dimensi). Ruang publik
sangat lama, tidak dapat diterapkan dengan mudah. Bahkan apabila dipaksakan,
dapat menyebabkan sebuah kota kehilangan eksistensinya yang pada gilirannya
juga akan menurunkan kualitas kehidupan kota di dalamnya.
Ruang terbuka hijau (RTH) adalah suatu lapang yang ditumbuhi berbagai
tetumbuhan, pada berbagai strata, mulai dari penutup tanah, semak, perdu dan
pohon (tanaman tinggi berkayu); Sebentang lahan terbuka tanpa bangunan yang
mempunyai ukuran, bentuk dan batas geografis tertentu dengan status penguasaan
apapun, yang di dalamnya terdapat tetumbuhan hijau berkayu dan tahunan
(perennial woody plants), dengan pepohonan sebagai tumbuhan penciri utama dan
tumbuhan lainnya (perdu, semak, rerumputan, dan tumbuhan penutup tanah
lainnya), sebagai tumbuhan pelengkap, serta benda-benda lain yang juga sebagai
pelengkap dan penunjang fungsi RTH yang bersangkutan (Direktorat Jendral
Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, 2006). Peraturan Menteri No.1
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, Ruang
Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang disingkat RTHKP adalah bagian dari ruang
terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna
mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. RTHKP Publik
adalah RTHKP yang penyediaan dan pemeliharaannya menjadi tanggungjawab
Pemerintah Kabupaten/Kota. Pemanfaatan RTHKP publik dikelola oleh Pemerintah
Daerah dengan melibatkan para pelaku pembangunan. RTHKP publik tidak dapat
dialihfungsikan. Pemanfaatan RTHKP publik dapat dikerjasamakan dengan pihak
ketiga ataupun antar pemerintah daerah.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, Fungsi RTHKP adalah sebagai berikut:
a. Pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan;
b. Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara;
C. Manfaat RTH
Manfaat RTH secara langsung dan tidak langsung, sebagian besar dihasilkan dari
adanya fungsi ekologis, atau kondisi alami ini dapat dipertimbangkan sebagai
pembentuk berbagai faktor. Berlangsungnya fungsi ekologis alami dalam lingkungan
perkotaan secara seimbang dan lestari akan membentuk kota yang sehat dan
manusiawi. Secara langsung, manfaat RTH adalah berupa bahan-bahan yang untuk
dijual dan kenyamanan fisik.Sedangkan RTH yang manfaatnya tidak langsung
adalah bermanfaat dalam perlindungan tata air dan konservasi hayati/untuk
keanekaragaman hayati. Selain itu, RTH dapat bermanfaat bagi kesehatan dan
ameliorasi iklim (Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008).
Menurut Peraturan Menteri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka
Hijau Kawasan Perkotaan, manfaat RTHKP adalah sebagai berikut :
a. Sarana untuk mencerminkan identitas daerah;
b. Sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan;
c. Sarana rekreasi aktif dan pasif serta interkasi sosial;
d. Meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan;
e. Menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah;
f. Sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula;
g. Sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat;
h. Memperbaiki iklim mikro; dan
i. Meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan.
D. Tipologi RTH
Berdasarkan Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di
Kawasan Perkotaan (2008) pembagian jenis-jenis RTH yang ada sesuai dengan
tipologi RTH
Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami berupa habitat liar alami,
kawasan lindung dan taman-taman nasional serta RTH non alami atau binaan seperti
taman, lapangan olahraga, pemakaman atau jalur-jaur hijau jalan. Dilihat dari fungsi
RTH dapat berfungsi ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi.Secara struktur
ruang, RTH dapat mengikuti pola ekologis (mengelompok, memanjang, tersebar),
maupun pola planologis yang mengikuti hirarki dan struktur ruang perkotaan. Dari
segi kepemilikan, RTH dibedakan ke dalam RTH publik dan RTH privat. Baik RTH
publik maupun privat memiliki beberapa fungsi utama seperti fungsi ekologis serta
fungsi tambahan, yaitu sosial budaya, ekonomi, estetika/arsitektural. Khusus untuk
RTH dengan fungsi sosial seperti tempat istirahat, sarana olahraga dan atau area
bermain, maka RTH ini harus memiliki aksesibilitas yang baik untuk semua orang,
termasuk aksesibilitas bagi penyandang cacat.
Tabel 4.1
Kepemilikan RTH
No Jenis RTH RTH
Publik Privat
1 RTH Pekarangan
a. Pekarangan rumah tinggal V
b. Halaman perkantoran, pertokoan dan tempat usaha V
c. Taman atap bangunan V
2 RTH Taman dan Hutan Kota
a. Taman RT V V
b. Taman RW V V
c. Taman Kelurahan V V
d. Taman kecamatan V V
e. Taman kota V
f. Hutan kota V
g. Sabuk hijau (green belt) V
3 RTH Jalur Hijau Jalan
a. Pulau jalan dan media jalan V V
b. Jalur pejalan kaki V V
c. Ruang di bawah jalan layang V
4 RTH Fungsi tertentu
a. RTH sempadan rel kereta api V
b. Jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi V
c. RTH sempadan sungai V
d. RTH sempadan pantai V
e. RH pengamanan sumber air baku/mata air V
f. pemakaman V
Sumber : Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau
di Kawasan Perkotaan, 2008
Status kepemilikan RTH dapat berupa RTH publik yang penyedia dan
pemeliharaannya menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota, dan RTH
privat atau non-publik yang penyedia dan pemeliharaannya menjadi tanggung jawab
pihak/lembaga swasta, perseorangan dan masyarakat yang dikendalikan melalui izin
pemanfaatan ruang oleh pemerintah kabupaten/kota.
Kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan
utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam.
Kawasan ini dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan upaya pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya (Ditjenphka,
2010).
c. Taman rekreasi
Taman rekreasi merupakan tempat rekreasi yang berada di alam terbuka tanpa
dibatasi oleh suatu bangunan, atau rekreasi yang berhubungan dengan
lingkungan dan berorientasi pada penggunaan sumberdaya alam seperti air,
hujan, pemandangan alam atau kehidupan di alam bebas. Kegiatan rekreasi
dibedakan menjadi kegiatan yang bersifat aktif dan pasif. Kegiatan yang cukup
aktif seperti piknik, olah raga, permainan, dan sebagainya melalui penyediaan
sarana-sarana permainan.
area parkir, sirkulasi udara, keindahan dan kenyamanan waktu istirahat belajar
atau bekerja.
Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi
tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau
bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi (Ditjenphka,
2010).
g. Hutan kota
Hutan kota adalah komunitas vegetasi berupa pohon dan asosiasinya yang
tumbuh di lahan kota atau sekitarnya, berbentuk jalur, menyebar, atau
bergerombol (menumpuk), strukturnya meniru (menyerupai) hutan alam,
membentuk habitat yang memungkinkan kehidupan bagi satwa liar dan
menimbulkan lingkungan sehat, suasana nyaman, sejuk, dan estetis.
Berdasarkan PP No. 63 Tahun 2002, hutan kota didefinisikan sebagai suatu
hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di
dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang
ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang.
h. Hutan lindung
RTH bentang alam adalah ruang terbuka yang tidak dibatasi oleh suatu
bangunan dan berfungsi sebagai pengamanan keberadaan kawasan lindung
perkotaan; pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air, dan udara; tempat
j. Cagar alam
Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan
alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau
ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung
secara alami. Sesuai fungsinya, kawasan cagar alam ini dapat dimanfaatkan
untuk penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan
kegiatan penunjang budidaya (Ditjenphka, 2010).
k. Kebun raya
Kebun raya adalah suatu area kebun yang ditanami berbagai jenis tumbuhan
yang ditujukan terutama untuk keperluan penelitian. Selain itu, kebun raya juga
digunakan sebagai sarana wisata dan pendidikan bagi pengunjung. Dua buah
bagian utama dari sebuah kebun raya adalah perpustakaan dan herbarium yang
memiliki koleksi tumbuh-tumbuhan yang telah dikeringkan untuk keperluan
pendidikan dan dokumentasi (Wikipedia Ensiklopedia Bebas, 2010).
l. Kebun binatang
o. Lapangan upacara
p. Parkir terbuka
Area parkir merupakan unsur pendukung sistem sirkulasi kota yang dapat
menambah kualitas visual lingkungan. Lahan parkir terbuka yang ada di
perkantoran, hotel, restoran, pusat perbelanjaan, dan lainnya hendaknya
ditanami dengan pepohonan agar tercipta lingkungan yang sejuk dan nyaman.
SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) dan SUTET (Saluran Udara Tegangan
Ekstra Tinggi) adalah sistem penyaluran listrik yang ditujukan untuk menyalurkan
energi listrik dari pusat-pusat pembangkit yang jaraknya jauh menuju pusat-
pusat beban sehingga energi listrik bisa disalurkan dengan efisien.Daerah
sekitarnya hendaklah tidak dijadikan daerah terbangun, tapi dijadikan RTH jalur
hijau.RTH ini berfungsi sebagai pengamanan, pengendalian jaringan listrik
tegangan tinggi, dan mempermudah dalam melakukan perawatan instalasi.
Sempadan adalah RTH yang berfungsi sebagai batas dari sungai, danau,
waduk, situ, pantai, dan mata air atau bahkan kawasan limitasi terhadap
penggunaan lahan disekitarnya. Fungsi lain dari sempadan adalah untuk
penyerap aliran air, perlindungan habitat, dan perlindungan dari bencana alam.
Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk sungai
buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi sungai, mengamankan aliran sungai, dan
dikembangkan sebagai area penghijauan. Kawasan sekitar waduk/danau/situ
adalah kawasan di sekeliling waduk/danau/situ yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk/danau/situ.
t. Jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian
Jalur hijau jalan adalah pepohonan, rerumputan, dan tanaman perdu yang
ditanam pada pinggiran jalur pergerakan di samping kiri-kanan jalan dan median
jalan. RTH jalur pengaman jalan terdiri dari RTH jalur pejalan kaki, taman pulo
jalan yang terletak di tengah persimpangan jalan, dan taman sudut jalan yang
berada di sisi persimpangan jalan. Median jalan adalah ruang yang disediakan
pada bagian tengah dari jalan untuk membagi jalan dalam masingmasing arah
yang berfungsi mengamankan ruang bebas samping jalur lalu lintas.
Daerah penyangga adalah wilayah yang berfungsi untuk memelihara dua daerah
atau lebih untuk beberapa alasan (Wikipedia Ensyclopedya free, 2010).Salah
satu jenis daerah penyangga adalah daerah penyangga lapangan udara.Daerah
penyangga ini berfungsi untuk peredam kebisingan, melindungi lingkungan,
menjaga area permukiman dan komersial di sekitarnya apabila terjadi bencana,
dan lainnya.
Taman atap adalah taman yang memanfaatkan atap atau teras rumah atau
gedung sebagai lokasi taman. Taman ini berfungsi untuk membuat
pemandangan lebih asri, teduh, sebagai insulator panas, menyerap gas polutan,
mencegah radiasi ultraviolet dari matahari langsung masuk ke dalam rumah, dan
meredam kebisingan. Taman atap ini juga mampu mendinginkan bangunan dan
ruangan dibawahnya sehingga bisa lebih menghemat energi seperti
pengurangan pemakaian AC. Tanaman yang sesuai adalah tanaman yang tidak
terlalu besar dengan sistem perakaran yang mampu tumbuh pada lahan
terbatas, tahan hembusan angin, dan tidak memerlukan banyak air.
Alokasi dan Standar Kebutuhan RTHK menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.05/PRT/M/2008 berdasarkan jumlah penduduk dapat dibagi kedalam beberapa
unit lingkungan.
Menurut Permendagri No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Kawasan Terbuka
Hijau Kawasan Perkotaan menyatakan bahwa luas minimal RTH Kawasan
Perkotaan adalah 20% dari luas wilayahnya. Sedangkan menurut Undang-Undang
No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyatakan bahwa RTH terdiri dari
RTH Publik dan Privat. RTH Privat paling sedikit 10 % dari luas wilayah dan RTH
publik terdiri dari 20% dari luas wilayah. Sedangkan berdasarkan PP No. 26 Tahun
2008 tentang RTRWN ditetapkan kriteria RTH kota, yaitu lahan dengan luas paling
sedikit 2.500 m2, berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur atau kombinasi dari
bentuk satu bentuk hamparan dan jalur dan didominasi komunitas tumbuhan.
1. Konsepsi Sirkuit
Adalah arus pergerakan pada kerangka kerja dari suatu kawasan kota yang
menimbulkan persepsi fisik sebagai sirkuit. Sirkuit memiliki strata yang
menggambarkan intensitas moda, sehingga secara fisik hirarki dan titik simpul
pergerakan dapat diidentifikasi. Melalui hirarki dan intensitas moda dapat diamati
kecenderungan pertumbuhan dan perkembangan dari suatu kawasan kota hijau.
2. Struktur Kontrol
Peran urban structure sebagai struktur kontrol lebih mengenai pada aspek fungsi
sosial dan urban structure tidak lepas dari jaringan kerja yang dibentuk oleh
kegiatan kota. Kegiatan ini membentuk arus pergerakan yang menghubungkan
antara pusat kegiatan yang berbentuk pusat pertumbuhan dengan pusat
kegiatan lain dalam suatu kota hijau.
4. Skeleton of Urbanism
Skeleton of urbanism menampilkan konsepsi perencanaan yang disamping
mengikuti rencana tata ruang akan tetapi juga berkemungkinan memberi
kerangka pada perencanaan tata ruang atau membentuk struktur tata hijau kota
yang bisa menjadi landasan bagi perencanaan tata ruang. Skeleton of urbanism
pada dasarnya berusaha menstrukturalisasikan ruang kota melalui desain
dengan formasi lansekap terutama pohon - pohon. Morfologi struktur
terkonfigurasi dan terbentuk akan berperan sebagai basic structuring function
yang akan mengendalikan perkembangan dan pertumbuhan kota. Skeleton of
urbanism juga berfungsi sebagai penguat struktur kota hijau. Menjadi elemen
penguat figur ruang terbuka. Mengkoneksi elemen - elemen urban design dan
menyangga ruang kota. Menetapkan ruang - ruang yang terbentuk menjadi tidak
mudah berubah.
konteks urban design, public domain menjadi ruang publik atau ruang milik
rakyat. Dunia publik mencakup dua aspek :
Ruang publik sebagai konstruk si formal dan fisik
Ruang publik sebagai institusi publik yang terbangun dari konstruksi ekonomi
dan politik.
Menurut Hannah Arendt, public Par Excellence adalah dunia politikal, oleh
karena itu dunia publik adalah dunia yang digunakan bersama (Common
Shared) oleh warga masyarakat untuk bertemu dan menggunakan ruang kota
pada teritorial tertentu, dalam sebuah suasana kebebasan (freedom) dan
kesamaan derajat (equality). Didalam public, berlangsung berbagai mode
asosiasi dan forum opini publik. Ruang publik pada dasarnya adalah ruang
(room) bagi representasi kepentingan masyarakat.
9. Private Domain
Private Domain adalah open space yang terdapat pada lahan milik perorangan
ataupun space terbuka yang merupakan bagian dari suatu bangunan.
KOMPILASI DATA
PENGUMPULAN DATA PRIMER PENGUMPULAN DATA SEKUNDER
OBSERVASI LAPANGAN/KONDISI , 1. Standart Pedoman Ketentuan
PENDATAAN & IDENTIFIKASI KAWASAN 2. Peraturan/ Kebijakan
1. Peta
2. Foto
3. Identifikasi eksisting
ANALISA KAWASAN DAN WILAYAH PERENCANAAN
LANGKAH I
I. Persiapan
Terbagi atas lingkup kerja:
Persiapan
Mobilisasi Persobil
Pemahaman KAK
Koordinasi awal dengan Pihak Satker
Pemantapan Lokasi : Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Ciri inilah yang menjadi pembeda utama antara kota (urban) dan desa (rural) yang secara
esensial budaya yang berkembang lebih bersifat homogen. Homogenitas ini dipresentasikan
dalam wujud komunal dan bukan individual, serta keterikatan oleh tali persaudaraan yang
masih kuat. Bahkan Aristoteles menyatakan bahwa kota terbentuk dari berbagai macam
kelompok manusia, dan kelompok manusia yang sama tidak dapat mewujudkan eksistensi
sebuah kota. Menilik fungsi pemanfaatan ruang terbuka pada kota-kota klasik, secara umum
dapat disimpulkan bahwa ruang terbuka pada sebuah kota berfungsi sebagai tempat
masyarakat bertemu, berkumpul dan berinteraksi, baik untuk kepentingan keagamaan,
perdagangan maupun membangun sebuah kepemerintahan, serta menyampaikan aspirasi
warga kotanya. Sementara itu, bila disimak kota-kota tua yang bersandar pada agama,
ruang publik untuk ritual dibedakan dengan ruang kota secara umum. Sedangkan kota-kota
lainnya, ruang publik (termasuk ruang terbuka) disamping fungsi tradisionalnya sebagai
tempat pertemuan, juga digunakan sebagai identitas atau tanda pengenal sebuah kota.
Tidak heran bila banyak kota yang memanfaatkan ruang publik sebagai simbol sekaligus
pusat interaksi sosialnya, seperti upaya membangun pusat-pusat kebudayaan, taman kota,
plaza ataupun monumen.
Perkembangan kota-kota modern makin memperluas fungsi dan peran ruang publik.Jika
sebelumnya ruang publik selalu diandaikan / diindetikkan sebagai ruang terbuka, maka kini
ruang publik selain bermakna kultural, sekaligus juga bermakna politis. Seiring dengan
proses perkembangannya, sebuah kota tidak pernah selesai dalam menampilkan
eksistensinya. Wajah dan tatanan kehidupan di dalamnya selalu berproses melalui interaksi
antar berbagai kepentingan yang ada. Upaya mengalokasikan aktivitas yang menjalankan
denyut nadi perekonomian suatu kota akan terus berkembang secara kreatif.
11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindah tanganan Barang Milik
Negara
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 6/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Penyediaan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan;
14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 2/PRT/M/2009 tentang Pedoman
Pelaksanaan Penetapan Status Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan
Pemindahtanganan Barang Milik Negara di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum;
15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenangan
Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri;
16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2012 tentang Rencana Aksi
Nasional Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Tahun 2012-2020 Kementerian
Pekerjaan Umum;
17. Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 14/PRT/M/2013 Tentang
Perubahan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011 Tentang
Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi;
18. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 1/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
19. Peraturan Menteri Pekerjaan UmumNomor 3/PRT/M/2014 tentang Pedoman
Perencanaan, Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan
Kaki di Kawasan Perkotaan;
20. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2/PRT/M/2015
tentang Bangunan Gedung Hijau, dan;
21. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 5/PRT/M/2015
tentang Pedoman Umum Implementasi Konstruksi Berkelanjutan pada
Penyelenggaraan Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman.
LANGKAH II
II. Kompilasi Data
Terbagi atas lingkup kerja:
1. Pendataan dan Review Data Sekunder, mencakup:
- Dasar Hukum
- Kebijakan Terkait Tata Ruang Kota
- Data Sekunder Terkait
2. Survei dan Pendataan Data Primer
- Survey lokasi RTH di kawasan perkotaan Batang
- Pemetaan Tanaman Eksisting menghasilkan Laporan dan Peta Tegakan
Tanaman
3. Review dan Analisis terhadap : P2KH Kabupaten Batang
a) Tematik Kawasan
Peredam Kebisingan
Jenis pohon yang paling efektif meredam suara ialah yang bertajuk tebal,
Penyerap gas karbon dioksida (CO2) dan Penghasil oksigen (O2): Damar
(Agathis alba), Kupu-kupu (Bauhinia purpurea), Lamtoro Gung (Leucena
leucocephala), Akasia (Acacia auriculiformis), dan Beringin (Ficus benyamina)
Penyerap bau: tanaman berbunga atau berdaun harum, seperti Cempaka
(Michelia champaka), Pandan (Pandanus sp.), kemuning (Murraya paniculata)
atau tanjung (Mimusops elengi).
Penyerap genangan: Nangka (Artocarpus integra), Albazia (Paraserianthes
falcataria), Acacia vilosa, Indigofera galegoides, Dalbergia sp., Mahoni
(Swietenia mahagoni), Jati (Tectona grandis), Ki Hujan/Trembesi (Samanea
saman), dan Lamtoro Gung (Leucena glauca).
IntrusiAir : Jenis-jenis tanaman Ketapang (Terminalia catappa), Nyamplung
(Callophyllum innophyllum), dan Keben (Barringtonia asiatica), Asam Lindi
Pelestarian Air Tanah jenis Cemara Laut (Casuarina equisetifolia), Karet
(Ficus elastica), Hevea brasiliensis, Manggis (Garcinia mangostana), Bungur
(Lagerstroemia speciosa), Fragraea fragans, dan Kelapa (Cocos nucifera).
(Michelia champaka), Pandan (Pandanus sp.), kemuning (Murraya paniculata)
atau tanjung (Mimusops elengi).
Penyerap genangan: Nangka (Artocarpus integra), Albazia (Paraserianthes
falcataria), Acacia vilosa, Indigofera galegoides, Dalbergia sp., Mahoni
(Swietenia mahagoni), Jati (Tectona grandis), Ki Hujan/Trembesi (Samanea
saman), dan Lamtoro Gung (Leucena glauca).
Yang disukai Burung: adalah Kiara, Caringin, dan Loa ( Ficus, spp), Beringin
(Ficus benjamina), Ficus variegata, Ficus glaberrima, Dadap (Erythrina
variegate), Bunga Dangduer (Gossampinus heptaphylla), Aren (Arenga
pinnata) ,Pucuk Bambu (Bambusa spp)
Pengaman dari abrasi: Jenis hutan bakau atau mangrove, dari Avicinnea di
tepi pantai sampai Bruguiera dan Nipah di sebelah darat
Jenis Tanaman Rambat: dolar-dolaran, seruni juntai, passiflora
P R E S E D E N
Square
LANGKAH IV : Analisis Lokasi Prioritas RTH (3 Lokasi)
Berdasarkan pada lokasi lokasi potensi RTH yang telah dipetakan dalam rangka
peningkatan kuantitas RTH. Penentuan lokasi prioritas agar merujuk pada
penyusunan DED Taman Kota Hijau. Tiga lokasi prioritas selanjutnya akan dianalisis
dengan memuat informasi sebagai berikut :
a. Gambaran eksisting kondisi site
b. Gambaran eksisting kondisi site terhadap lingkungan
c. Koordinat lokasi
d. Luasan lahan
e. Peta kontur
f. Analisa potensi, aksesibilitas lahan, kedekatan dengan pusat kegiatan
masyarakat dan pusat kota
g. Peta vegetasi eksisting
h. Kepemilikan lahan