NAMA:
NIM:
PROGRAM STUDI
FAKULTAS
UNIVERSITAS
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
makalah singkat yang berjudul “Analisis RTH di kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta
Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali” ini. Tidak lupa kami juga mengucapkan
terima kasih kepada dosen pengampu saya dan pihak-pihak lain yang telah banyak
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini, Kami pun menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan.
Oleh sebab itu, saya sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini, pembaca dapat
memetik pembelajaran yang bermanfaat, terutama memahami pentingnya mengetahui
potensi dalam membentuk RTH agar sesuai dengan fungsi dan manfaatnya di wilayah
sekitar kita sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat.
PENDAHULUAN
Green Open Space atau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area atau jalur
dalam kota/wilayah yang penggunaannya bersifat terbuka. Dikatakan ‘hijau’ karena
RTH menjadi tempat tumbuh tanaman, baik secara alamiah ataupun yang sengaja
ditanami. RTH memiliki beragam fungsi dan manfaat. Secara umum, fungsi dibagi
menjadi 2 yaitu fungsi utama (fungsi ekologis) dan fungsi tambahan (fungsi sosial
budaya, fungsi ekonomi, dan fungsi estetika). Sedangkan manfaat RTH berdasarkan
fungsinya dibagi 2 yaitu manfaat langsung dan tidak langsung.
Tetapi saat ini kuantitas dan kualitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) telah
mengalami penurunan yang sangat signifikan dan mengakibatkan penurunan kualitas
lingkungan hidup perkotaan yang berdampak ke berbagai sendi kehidupan perkotaan
antara lain sering terjadinya banjir, peningkatan pencemaran udara, dan menurunnya
produktivitas masyarakat akibat terbatasnya ruang yang tersedia untuk interaksi sosial
(PERMEN PU No. 05/PRT/M/2008).
Maka dari itu RTH perlu diperbaiki dari segi kuantitas dan kualitasnya. Untuk
membentuk RTH agar sesuai dengan fungsi dan manfaatnya, RTH harus dianalisis
terlebih dahulu tipologinya. Tipologi RTH dibagi menjadi 4 yaitu tipologi secara
fisik, fungsi, struktur dan kepemilikan.
1.2. Rumusan masalah
1. Apa saja tipe RTH yang ada dari kawasan yang diamati?
2. Apa saja fungsi RTH dari kawasan yang diamati?
3. Bagaimana bentuk/pola dari kawasan yang diamati?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui apa saja tipe RTH yang ada dari kawasan yang diamati.
2. Mengetahui Apa saja fungsi RTH dari kawasan yang diamati.
3. Mengetahui bentuk/pola dari kawasan yang diamati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tipologi RTH ada 4, yaitu tipologi secara fisik, fungsi, struktur dan
kepemilikan. Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami dan RTH non
alami. RTH alami berupa habitat liar alami, kawasan lindung dan taman-taman
nasional. Sedangkan RTH non alami atau binaan seperti taman, lapangan olahraga,
pemakaman atau jalur-jalur hijau jalan. Secara fungsi, RTH dapat berfungsi sebagai
ekologis (yaitu tanaman hijaunya membantu menyerap kadar karbondioksida (CO2),
menambah oksigen, menurunkan suhu dengan keteduhan dan kesejukan tanaman,
menjadi area resapan air, serta meredam kebisingan), sosial budaya (yaitu dapat
menjadi tempat bertemu, berkumpul atau berekreasi dan bersosialisasi), estetika
(yaitu berfungsi untuk memperindah pemukiman, komplek perumahan, perkantoran,
sekolah, mall, dan lain-lain), dan ekonomi (yaitu untuk tanaman yang memiliki nilai
jual seperti tanaman hias atau buah-buahan). Secara struktur ruang, RTH dapat
mengikuti pola ekologis (mengelompok, memanjang, tersebar). Maupun pola
planologis yang mengikuti hirarki dan struktur ruang perkotaan. Dari segi
kepemilikan, RTH dibedakan ke dalam RTH publik (taman umum dan ruang kota)
dan privat (pekarangan rumah / taman kantor).
2.2. Peran dan Fungsi RTH
Dalam perkotaan, RTH merupakan bagian atau salah satu subsistem dari
sistem kelurahan secara keseluruhan. RTH sengaja dibangun secara merata di seluruh
wilayah kelurahan untuk memenuhi berbagai fungsi dasar yang secara umum
dibedakan menjadi :
a. Fungsi bio-ekologis
b. Fungsi Ekosistem
c. Fungsi Estetis
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, jenis RTHKP meliputi RTH jenis taman;
RTH jenis hutan kota; RTH jenis bentang alam, cagar alam, kebun raya dan
pemakaman; RTH jenis lapangan dan parkir, serta lahan pertanian; RTH jenis jalur,
sempadan dan penyangga; RTH taman atap, taman dinding dan taman gantung.
2.3.3. RTH jenis bentang alam, cagar alam, kebun raya dan
pemakaman
RTH bentang alam adalah ruang terbuka yang tidak dibatasi oleh suatu
bangunan dan berfungsi sebagai pengamanan keberadaan kawasan lindung
perkotaan; pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air, dan udara,
tempat perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati, pengendali
tata air dan sarana estetika kota.
Taman atap adalah taman yang memanfaatkan atap atau teras rumah
atau gedung sebagai lokasi taman. Taman ini berfungsi untuk membuat
pemandangan lebih asri, teduh, sebagai insulator panas, menyerap gas
polutan, mencegah radiasi ultraviolet dari matahari langsung masuk ke dalam
rumah, dan meredam kebisingan. Taman atap ini juga mampu mendinginkan
bangunan dan ruangan dibawahnya sehingga bisa lebih menghemat energi
seperti pengurangan pemakaian AC. Tanaman yang sesuai adalah tanaman
yang tidak terlalu besar dengan sistem perakaran yang mampu tumbuh pada
lahan terbatas, tahan hembusan angin, dan tidak memerlukan banyak air.
BAB III
METODE PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data Primer diperoleh dengan cara analisis spasial dengan
menggunakan sistem informasi geografis untuk mengidentifikasi ketersediaan
RTH Publik eksisting, jenis RTH Publik, luas RTH Publik, serta sebaran RTH
Publik yang ada di lokasi penelitian. Adapun data sekunder yang digunakan
berupa peta administrasi Kelurahan Benoa, foto udara Kelurahan Benoa, Google
Earth, peraturan perundangundangan yang terkait dengan RTH, data luas wilayah
dan jumlah penduduk, data jumlah ketersediaan RTH Publik, jenis RTH Publik,
luas RTH Publik, serta sebaran RTH Publik di Kelurahan Benoa.
Kelurahan Benoa adalah salah satu Kelurahan dari 6 Kelurahan di Kecamatan Kuta
Selatan, Kabupaten Badung merupakan tempat yang dikenal dengan Pariwisatanya,
yakni salah satu penyangga destinasi kawasan Pariwisata Internasional yang sangat
populer di manca negara yaitu Kawasan Pariwisata Nusa Dua. Berikut batas-batas
wilayah Kelurahan Benoa:
Sebelah Timur :
Sebelah Selatan :
Sebelah Barat :
Hasilnya, secara fisik terdapat RTH alami dan non alami. RTH alami yaitu dari
kawasan/area yang belum terjamah tangan manusia. Sedangkan RTH non alaminya
merupakan taman-taman (pekarangan) yang berada di dalam rumah penduduk.
Secara fungsi, kawasan ini ada ini memiliki fungsi ekologi dan estetika. Fungsi
ekologis dapat dilihat dari tanaman hijau yang ada pada kawasan sebagai peneduh,
peredam kebisingan, dan menjadi area resapan air. Sedangkan fungsi estetika dapat
dilihat dari pekarangan-pekarangan rumah penduduk yang memang sengaja dihias
untuk menambah nilai estetika sebuah rumah.
RTH yang ada di kawasan ini memiliki pola eksologis yaitu memanjang dan juga
mengelompok. Sedangkan kepemilikannya merupakan RTH.
BAB V
5.1. Kesimpulan
2. RTH yang ada di kawasan ini memiliki pola eksologis yaitu memanjang
dan juga mengelompok
3. Kebutuhan luas RTH berdasarkan 30% dari luas wilayah Kelurahan Benoa
adalah sebesar 8,51 km².
5.2. Saran
1. Ruang Terbuka Hijau Publik di Kelurahan Benoa perlu ditambah lagi agar
memenuhi standar kenyamanan bagi penduduk.
2. Penduduk sebagai pengguna ruang terbuka hijau membutuhkan kecukupan
suplai oksigen yang diperoleh masyarakat melalui ketersediaan RTH di
perkotaan.
3. Sebaiknya tiap rumah menanam satu pohon agar dapat menambah ruang
terbuka hijau.
4. Pemerintah sebaiknya merelokasi beberapa area yang padat penduduk untuk
menjadi ruang terbuka hijau publik.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum. (2006). Undang Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang
Dollah, A.S., & Teddy, A.M. (2019). Analisis Ruang Terbuka Hijau (RTH) Dari
Aspek Keterlaksanaan Fungsi Sosial. Jurnal LINEARS Ilmu Arsitektur, Vol.2, No.1,
8-17
Faiz R., & Prima J. O. (2019). Analisis Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Dan
Kecukupannya Di Kota Depok . Jurnal Infrastruktur , 5(1), 7 - 11
Sumarauw, A.N. (2016). Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Publik Di Kota
Bitung. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 16(4), 952-961
LAMPIRAN