Anda di halaman 1dari 5

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.

26 Tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang


Wilayah Nasional, pasal 1 ayat 25 beberapa pengertian tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH) antara
lain:

1. Ruang yang didominasi oleh lingkungan alami di luar maupun di dalam kola, dalam bentuk
taman, halaman, areal rekreasi kota dan jalur hijau.
2. Ruang-ruang di dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan
maupun dalam bentuk area memanjang/jalur yang dalam penggunaannya lebih bersifat
terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan yang berfungsi sebagai kawasan pertamanan
kota, hutan kota, rekreasi kota, kegiatan olahraga, pemakaman, pertanian, jalur hijau dan
kawasan hijau pekarangan.
3. Fasilitas yang memberikan kontribusi penting dalam meningkatkan kualitas lingkungan dan
unsur yang penting dalam kegiatan rekreasi.
4. Bagian dari ruang-ruang terbuka (open space) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh
tumbuhan, tanaman dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung
dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan,
kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut.
5. Area memanjang/jalur atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka,
tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun ditanam.

Tujuan Ruang Terbuka Hijau

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.26 Tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional, Pasal ayat 25 tujuan RTH adalah mempertahankan lingkungan perkotaan agar
tetap berkualitas. RTH di wilayah perkotaan bertujuan antara lain: (1) meningkatkan mutu
lingkungan hidup perkotaan dan sebagai kawasan lindung lingkungan perkotaan. (2) Menciptakan
keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna bagi kepentingan masyarakat.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.26 Tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional, pasal 1 ayat 25 beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pengelolaan RTH
antara lain: (1) Fisik RTH sebagai eksistensi lingkungan merupakan bentuk fisik secara kondisi
geografi dan sesuai geo-topografinya. (2) Sosial, RTH merupakan ruang untuk manusia agar bisa
bersosialisasi. (3) Ekonomi, RTH merupakan kawasan komersial (4) Budaya, ruang untuk
mengekspresikan seni budaya masyarakat. (5) Kebutuhan akan terlayaninya hak-hak manusia
(penduduk) untuk mendapatkan lingkungan yang aman, nyaman, indah dan lestari.

Fungsi Ruang Terbuka Hijau

Menurut Clawson (1969) dalam Yunus (2008) mengemukakan 5 macam kelas fungsi RTH antara lain:

1. RTH yang berfungsi sebagai media pemberi udara dan penerangan (provision of air and light
to buildings). Dalam hal ini ada dua hal penting yang menjadi penekanan dari keberadaan
ruang terbuka yaitu pertama berkaitan dengan keberadaan udara bersih dan kedua
berkaitan dengan banyaknya penyinaran yang dapat diterima oleh gedung-gedung baik
bangunan permukiman maupun nonpemukiman.
2. RTH berfungsi sebagai pengurang kesan kepadatan yang tinggi (to relieve a sense of
crowding). Ada dua makna yang terkandung di dalam fungsi ini, yaitu makna sebenarnya
maupun makna semu. Makna sebenarnya memang terlihat secara nyata dimana keberadaan
ruang terbuka akan memberi bobot dominator yang lebih banyak/lebih luas/lebih
besar/lebih tinggi sehingga keberadaannya memang sangat menentukan kepadatan
bangunan yang pada umumnya tinggi di daerah perkotaan. Makna kedua adalah makna
semu di mana keberadaan ruang ter- buka kesan tidak padat, walaupun sebenarnya di
daerah bersangkutan memang sudah padat bangunan permukiman dan ditata sedemikian
rupa memberi.
3. RTH berfungsi sebagai media rekreasi (recreation functions) Rekreasi dalam berbagai
bentuknya merupakan kebutuhan manusia yang semakin penting dibutuhkan adanya.
Rekreasi bermaksud untuk menciptakan semangat baru dalam menghadapi berbagai
permasalahan hidup, memberi hiburan, menjalin keharmonisan hubungan antar personal
baik di dalam keluarga maupun bukan, dan menjaga kesehatan.
4. RTH berfungsi ekologis (ecological functions) Beberapa fungsi ekologis antara lain: (a) Fungsi
ekologis yang dimaksud adalah terkait dengan kondisi lingkungan alamiah, seperti fungsi
klimatologis, hidrologis, dan biologis. (b) Fungsi hidrologis juga berperan cukup besar
terhadap lingkungan, khususnya terhadap fungsi resapan air yang akan berpengaruh
terhadap banyaknya air permukaan maupun air tanah. (c) Fungsi resapan berfungsi untuk
mengurangi air permukaan dan dapat mengurangi lamanya penggenangan. (d) Fungsi
biologis yang selalu menjadi perhatian adalah terhadap keanekaragaman hayati. Banyaknya
jenis tumbuhan dan binatang, khususnya burung yang hidup di dalam hutan kota akan
menjadi aset biologis yang tidak ternilai harganya.
5. RTH berfungsi sebagai media pembentuk tampilan fisik kota (city-forming functions)
Keberadaan ruang terbuka sebenarnya identik dengan cadangan lahan yang dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan pembangunan oleh pemerintah kota, Makin banyak
atau makin luas ketersediaan lahan yang dapat dimanfaatkan untuk ruang terbuka di dalam
kola makin leluasa kemungkinan pemerintah mengalokasikannya untuk berbagai
peruntukan. Dengan istilah lain keberadaan ruang terbuka juga berfungsi sebagai bank
lahan.

Peranan Ruang Terbuka Hijau

Branch (1995) menyatakan bahwa peranan RTH banyak manfaatnya. Tumbuhan di RTH perkotaan
tidak hanya dapat bertahan pada fungsi produktifnya, di pandang dari nilai ekonomis, fungsi estetis
pada fungsi ekologisnya seperti perubahan iklim mikro, pencemaran udara oleh gas, debu dan
kebisingan variasi naik turunnya suhu udara, penyilauan sinar, pengikisan tanah/longsor, penahan
angin yang terlalu kencang, dan penghalang pandangan kesan kumuh suatu kota.

Menurut Budiharjo (1993) menyatakan bahwa hilangnya RTH di kawasan perkotaan menyebabkan
ketidakstabilan psikologis, emosional, dan dimensional, sehingga ruang gerak masyarakat untuk
beraktivitas dan berpikir menjadi sangat terbatas. Semakin berkurangnya RTH disebabkan oleh
keterbatasan lahan untuk kawasan terbangun yang diprioritaskan akan menimbulkan permasalahan
lingkungan di wilayah perkotaan karena polusi yang meningkat. RTH direncanakan sebagai ruang-
ruang hijau dalam kota dan sebagai tempat pergerakan atau penghubung ke lokasi atau kawasan lain
yang di dominasi unsur hijau (vegetasi) dalam bentuk taman, jalur hijau dan hutan kota. Keberadaan
RTH Kota ini berperan dalam penyeimbang dari kepadatan bangunan. Kebijaksanaan dan peran serta
masyarakat untuk mempertahankan dan melestarikan keberadaan RTH ini.

Manfaat Ruang Terbuka Hijau

Nazaruddin (1994) Menyatakan Bahwa RTH mempunyai banyak manfaat, antara lain: manfaat
estetis, orologis, klimatologis, ekologis, protektif, higienis, dan manfaat edukatif.
Pemenuhan kawasan hijau sebagai bagian ekologi lingkungan diupayakan sebagai media
penyelarasan dan penyeimbang akan kepadatan bangunan di perkotaan. Kawasan hijau berupa
hutan kota yang ukup luas terdapat di sepanjang koridor jalan-jalan utama di kota. Kemampuan RTH
menyerap emisi gas-gas yang menjadi penyebab pemanasan global harus terus dijaga dan
dilestarikan. RTH sebagai bagian dari daerah hijau suatu wilayah perkotaan juga berperan penting
bagi keberlangsungan kehidupan makhluk hidup. Ruang Terbuka Publik (RTP) merupakan tempat
masyarakat untuk melakukan aktivitas sehubungan dengan kegiatan rekreasi dan hiburan.

RTH kota merupakan salah satu unsur kota yang penting khususnya dilihat dari fungsi ekologis,
misalnya halaman rumah/bangunan pribadi, dapat dimanfaatkan sebagai RTH yang ditanami
tumbuhan. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional, pasal 1 ayat 25 manfaat RTH dijabarkan sebagai berikut:

1. RTH adalah suatu lapang yang ditumbuhi berbagai tetumbuhan, pada berbagai strata, mulai
dari penutup tanah, semak, perdu dan pohon (tanaman tinggi berkayu).
2. Bentang lahan terbuka tanpa bangunan yang mempunyai ukuran, bentuk dan batas
geografis tertentu dengan status penguasaan apapun, yang di dalamnya terdapat
tetumbuhan hijau berkayu dan pepohonan sebagai tumbuhan penciri utama dan tumbuhan
lainnya (perdu, semak, rerumputan, dan tumbuhan penutup tanah lainnya), sebagai
tumbuhan pelengkap, serta benda-benda lain yang juga sebagai pelengkap dan penunjang
keberadaan RTH.

Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi dalam kategori sebagai berikut:

1. RTH manfaat langsung yaitu membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk)
dan mendapatkan bahan- bahan untuk dijual (kayu, bunga, dan buah).
2. RTH manfaat tidak langsung yaitu membersihkan udara yang efektif untuk lingkungan,
pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna yang ada.

Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967, tentang ketentuan- ketentuan Pokok Kehutanan dan PP No.
63/2002 tentang Pengelolaan RTH dan Hutan Kota antara lain:

1. Lahan Kawasan Kehutanan, yurisdiksinya diatur Berdasarkan fungsi hutannya, RTII kawasan
hutan kota dapat berupa hutan lindung, hutan wisata, cagar alam, dan kebun bibit
kehutanan.
2. Lahan Non-Kawasan Hutan, menurut kewenangan pengelolaannya berada di bawah unit-
unit tertentu, seperti: Dinas Pertamanan, Dinas Pertanian dan Kehutanan, Dinas Pekerjaan
Umum, Dinas Pemakaman, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, dan lain-lain atau bentuk
kewenangan lahan dimiliki atau dikelola penduduk.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia mengklasifikasikan RTH berdasarkan pada kepentingan


pengelolaannya, sebagai berikut:

1. Ruang Terbuka Hijau, berupa sebidang tanah yang sekelilingnya ditata secara teratur dan
artistik, ditanami pohon pelindung, semak/perdu, tanaman penutup tanah serta memiliki
fungsi relaksasi.
2. Hutan Kota, yaitu ruang terbuka hijau dengan fungsi ulama sebagai hutan raya.
3. Kawasan Hijau Rekreasi Kota, sebagai sarana rekreasi dalam kota yang memanfaatkan ruang
terbuka hijau.
4. Kawasan Hijau Kegiatan Olahraga, tergolong ruang terbuka hijau area lapangan, yaitu
lapangan, lahan datar atau pelataran yang cukup luas. Bentuk dari RTH yaitu lapangan
olahraga, stadion, lintasan lari atau lapangan golf.
5. Kawasan Hijau Pemakaman.
6. Kawasan Hijau Pertanian, tergolong ruang terbuka hijau areal produktif, yaitu lahan sawah
dan tegalan yang, masih ada di kola yang menghasilkan padi, sayuran, palawija, tanaman
hias dan buah-buahan.
7. Kawasan Jalur Hijau, yang terdiri dari jalur hijau sepanjang jalan, taman di persimpangan
jalan, taman pulau jalan dan sejenisnya.
8. Kawasan Hijau Pekarangan, yaitu halaman rumah di kawasan perumahan, perkantoran,
perdagangan dan kawasan industri.

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008, jenis RTH kota meliputi:

1. RTH Makro, seperti kawasan pertanian, perikanan, hutan Indung, hutan kota dan landasan
pengaman bandar udara;
2. RTH Medium, seperti kawasan area pertamanan, sarana olahraga, dan sarana pemakaman
umum;
3. RTH Mikro, lahan terbuka yang di setiap kawasan permukiman disediakan dalam bentuk
fasilitas umum seperti taman bermain, taman lingkungan, dan lapangan olahraga.

Dalam konteks pemanfaatan, mempunyai lingkup lebih luas antara lain: (1) sebagai pengisian hijau
tumbuh-tumbuhan, (2) pemanfaatan ruang terbuka bagi kegiatan masyarakat. RTH kota dapat
diklasifikasikan baik dalam lata letak dan fungsinya antara lain: (1) ruang terbuka kawasan pantai
(coustal open space), (2) dataran banjir sungai (river flood plain), (3) ruang terbuka pengaman jalan
bebas hambatan dan (4) ruang terbuka pengaman kawasan bahaya kecelakaan di ujung landasan
bandar udara.

Isi UU No. 26 tahun 2007 Pasal 17 ditujukan untuk menjaga kelestarian lingkungan antara lain: (1)
memuat rencana tata ruang mencakup rencana struktur ruang dan rencana pola ruang. (2) Rencana
struktur ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi rencana sistem pusat permukiman dan
rencana sistem jaringan prasarana. (3) Rencana pola ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi peruntukan kawasan lindung dan kawasan budi daya. (4) Peruntukan kawasan lindung dan
kawasan budi daya sebagaimana dimaksud pada ayat (5) meliputi peruntukan ruang untuk kegiatan
pelestarian lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan, dan keamanan. (6) Dalam rangka
pelestarian lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (7), dalam rencana tata ruang wilayah
ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas daerah aliran sungai. (8)
Penyusunan rencana tata ruang harus memperhatikan keterkaitan antarwilayah, antarfungsi
kawasan, dan antarkegiatan kawasan. (9) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan
rencana tata ruang yang berkaitan dengan fungsi pertahanan dan keamanan sebagai subsistem
rencana tata ruang wilayah diatur dengan peraturan pemerintah.

Pola Ruang Terbuka Hijau

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.26 Tahun 2008 pola RTH ditentukan oleh
hubungan fungsional (ekologis, sosial, ekonomi, arsitektural) pembentuknya. Penjabaran pola RTH
antara lain:

1. Pola RTH yang dibangun oleh hubungan fungsional antar komponen antar komponen
pembentuknya yang mempunyai pola hierarki planologi yang bersifat antroposentris. RTH
tipe ini didominasi oleh fungsi-fungsi non ekologis dengan struktur RTH binaan yang
berhierarki. Contohnya adalah struktur RTH berdasarkan fungsi sosial dalam melayani
kebutuhan rekreasi ruang luar seperti pertamanan kota.
2. Pola RTH yang dibangun oleh hubungan fungsional antar komponen pembentuknya yang
umumnya tidak mengikuti pola hierarki planologi karena bersifat eksosentris. RTH ini
memiliki fungsi ekologis yang sangat dominan dengan struktur RTH alami yang tidak
berhierarki. Contohnya adalah struktur RTH yang dibentuk oleh konfigurasi ekologis bentang
alam kota tersebut, seperti RTH Kawasan Lindung, RTH Perbukitan, RTH Sempadan Sungai,
RTH Sempadan Danau, RTH Pesisir.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.26 Tahun 2008 RTH dibangun oleh kumpulan
tumbuhan dan tanaman atau vegetasi yang telah diseleksi dan disesuaikan dengan lokasi serta
rencana dan rancangan peruntukannya. Lokasi yang berbeda akan memiliki permasalahan yang juga
berbeda yang selanjutnya berkonsekuensi pada rencana keberhasilan rancangan, penanaman dan
kelestariannya perlu diperhatikan sifat dan ciri serta kriteria RTH antara lain: (a) sisi arsitektural dan
(b) sisi hortikultural tanaman dan vegetasi.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.25 tahun 2008 penyusunan RTH mempunyai
dasar pertimbangan dalam menyeleksi jenis-jenis tanaman yang akan ditanam. Persyaratan umum
tanaman yang ditanam di wilayah perkotaan:

1. Disenangi dan tidak berbahaya bagi warga kota,


2. Mampu tumbuh pada lingkungan yang marginal (tanah tidak subur, udara dan air yang
tercemar),
3. Tahan terhadap gangguan fisik (vandalisme),
4. Perakaran dalam sehingga tidak mudah tumbang,
5. cepat tumbuh, bernilai hias dan arsitektural,
6. Dapat menghasilkan 02 dan meningkatkan kualitas lingkungan kota,
7. Bibit/benih mudah didapat,
8. Prioritas menggunakan vegetasi endemik/lokal sehingga dapat menjadi bahan tanaman
utama penciri RTH kota tersebut,
9. Keanekaragaman hayati.

RTH minimum berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.26 Tahun 2018 antara lain:

1. Luasnya paling sedikit 2.500 m2.


2. Lokasi lahan kota yang potensial dan tersedia untuk RTH,
3. Struktur dan pola RTH yang akan dikembangkan (bentuk, konfigurasi dan distribusi), 2.
4. Seleksi tanaman sesuai kepentingan tujuan pembangunan kota.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional, dalam rencana pembangunan dan pengembangan RTH fungsional suatu wilayah
perkotaan, ada 4 (empat) komponen perlu diperhatikan, yaitu: luas RTH minimum yang diperlukan
dalam suatu wilayah perkotaan ditentukan oleh 3 komponen antara lain: (1) Kapasitas atau daya
dukung alami wilayah, (2) Kebutuhan perkapita (kenyamanan, kesehatan dan bentuk pelayanan
lainnya), (3) Arah dan tujuan pembangunan kota.

Anda mungkin juga menyukai