Anda di halaman 1dari 4

Jabatan Kolonel Hendi Dicopot karena

Unggahan Istrinya di Media Sosial, Bisakah


PNS Dipecat karena Unggah soal Ujaran
Kebencian di Media Sosial?
By Mentari DP, Senin, 14 Oktober 2019 | 09:45 WIB

Jabatan Kolonel Hendi Dicopot karena unggahan istrinya di media sosial.

Intisari-Online.com – Unggahan istri Kolonel Kav Hendi Suhendi berakhir di


Facebook terkait penusukan terhadap Menko Polhukam Wiranto berakhir
dengan dicopotnya jabatan sang suami dari jabatan Komandan Komando
Distrik Militer (Kodim) 1417/ Kendari.

Pencopotan melalui serah terima jabatan yang dipimpin oleh Komandan


Korem 143/Ho Kendari Kolonel Inf Yustinus Nono Yulianto di Aula Sudirman
Markas Komando Resor Militer Kendari, Sulawesi Tenggara pada Sabtu
(12/10/2019).

Dilansir dari kompas.com pada Minggu (13/10/2019), dasar hukum


pencopotan Dandim Kendari karena dianggap melanggar Sapta Marga di
tubuh TNI sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2014
Pasal 8a dan Pasal 9.

Baca Juga: Dokter Bolehkan Irish Bella Mengandung 3 Bulan Lagi, Kapan
Wanita Boleh Hamil Lagi Setelah Kehilangan Bayinya?

"Seorang prajurit tidak taat terhadap pimpinan dan melanggar Sapta Marga
dan Sumpah Prajurit.”
“Jadi ketika prajurit melanggar semua itu, maka konsekuensi harus diterima,"
kata Nono, seperti diberitakan Kompas.com pada Sabtu (12/10/2019).

Kasus di atas bisa menjadi salah satu contoh bahwa kita tidak bisa
menuliskan ujaran kebencian dan kabar bohong lewat media sosial.

Sebab, ujaran kebencian di media sosial bisa berujung ke kasus hukum


karena kasus ini kuat hubungannya dengan melanggar Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Selain melanggar hukum, terkadang ujaran kebencian di media sosial


melanggar kode etik sebuah perusahaan atau instansi.

Contoh, sebagai abdi negara, seorang aparatur sipil negara (ASN) harus
menjunjung tinggi kode etiknya, termasuk tak menyebarkan ujaran kebencian
dan kabar bohong lewat media sosial.

Namun, apakah pegawai negeri sipil (PNS) dapat dipecat lantaran melakukan
hate speech melalui media sosial?

Baca Juga: Bukan Hanya Soal Makanannya, Tapi 3 Bahan Kimia Ini yang
Bisa Memicu Kanker

Kepala Biro Humas Badan Kepegawaian Negara (BKN) Mohammad Ridwan


mengatakan, aturan mengenai kode etik dan disiplin PNS diatur dalam
peraturan presiden (PP).

"Coba lihat PP Nomor 42 Tahun 2004 dan PP Nomor 53 Tahun 2010," kata
Ridwan saat dihubungi Kompas.com pada Minggu(13/10/2019) pagi.

Sebagai tambahan informasi, PP Nomor 42 Tahun 2004 mengatur tentang


Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS, sedangkan PP Nomor 53 Tahun
2010 merupakan aturan tentang Disiplin PNS.

ASN yang terbukti menyebarluaskan ujaran kebencian dan berita palsu


masuk dalam kategori pelanggaran disiplin.

Penjatuhan hukuman disiplin diberikan dengan mempertimbangkan latar


belakang dan dampak perbuatan yang dilakukan ASN tersebut, di mana
hukuman diberikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) masing-
masing instansi.

Pelanggaran disiplin
Pada 2018 lalu, BKN merilis enam aktivitas ASN yang masuk dalam kategori
melanggar disiplin tersebut, yaitu:

1. Menyampaikan pendapat baik lisan maupun tetulis lewat media sosial yang
bermuatan ujaran kebencian terhadap Pancasila, Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan
Pemerintah.

2. Menyampaikan pendapat baik lisan maupun tertulis lewat media sosial


yang mengandung ujaran kebencian terhadap salah satu suku, agama, ras,
dan antargolongan.

Baca Juga: Jepang Diterjang Topan Hagibis, Ini Perbedaan Antara Topan,
Badai, Siklon, dan Tornado?

3. Menyebarluaskan pendapat yang bermuatan ujaran kebencian (pada poin 1


dan 2) melalui media sosial (share, broadcast, upload, retweet, repost
Instagram dan sejenisnya).

4. Mengadakan kegiatan yang mengarah pada perbuatan menghina,


menghasut, memprovokasi, dan membenci Pancasila, Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan
Pemerintah.

5. Mengikuti atau menghadiri kegiatan yang mengarah pada perbuatan


menghina, menghasut, dan memprovokasi, dan membenci Pancasila,
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Bhinneka Tunggal
Ika, NKRI, dan Pemerintah.

6. Menanggapi atau mendukung sebagai tanda setuju pendapat sebagaimana


pada poin 1 dan 2 dengan memberikan likes, dislike, love, retweet, atau
comment di media sosial.

Menelaah PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS, Pasal 7 Ayat (1)
menerangkan tingkat hukuman disiplin terdiri dari hukuman disiplin ringan,
hukuman disiplin sedang, dan hukuman disiplin berat.

Hukuman disiplin ringan yang dimaksud berupa teguran lisan, teguran tertulis,
dan pernyataan tidak puas secara tertulis.

Sementara, hukuman disiplin sedang terdiri dari penundaan kenaikan gaji


berkala selama satu tahun, penundaan kenaikan pangkat selama satu tahun,
dan penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama satu tahun.
Hukuman disiplin berat berupa penurunan pangkat setingkat lebih rendah
selama tiga tahun, pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat
lebih rendah, pembebasan dari jabatan, pemberhentian dengan hormat tidak
atas permintaan sendiri sebagai PNS, dan pemberhentian tidak dengan
hormat sebagai PNS. (Mela Arnani)

Anda mungkin juga menyukai