Baca Juga: Dokter Bolehkan Irish Bella Mengandung 3 Bulan Lagi, Kapan
Wanita Boleh Hamil Lagi Setelah Kehilangan Bayinya?
"Seorang prajurit tidak taat terhadap pimpinan dan melanggar Sapta Marga
dan Sumpah Prajurit.”
“Jadi ketika prajurit melanggar semua itu, maka konsekuensi harus diterima,"
kata Nono, seperti diberitakan Kompas.com pada Sabtu (12/10/2019).
Kasus di atas bisa menjadi salah satu contoh bahwa kita tidak bisa
menuliskan ujaran kebencian dan kabar bohong lewat media sosial.
Contoh, sebagai abdi negara, seorang aparatur sipil negara (ASN) harus
menjunjung tinggi kode etiknya, termasuk tak menyebarkan ujaran kebencian
dan kabar bohong lewat media sosial.
Namun, apakah pegawai negeri sipil (PNS) dapat dipecat lantaran melakukan
hate speech melalui media sosial?
Baca Juga: Bukan Hanya Soal Makanannya, Tapi 3 Bahan Kimia Ini yang
Bisa Memicu Kanker
"Coba lihat PP Nomor 42 Tahun 2004 dan PP Nomor 53 Tahun 2010," kata
Ridwan saat dihubungi Kompas.com pada Minggu(13/10/2019) pagi.
Pelanggaran disiplin
Pada 2018 lalu, BKN merilis enam aktivitas ASN yang masuk dalam kategori
melanggar disiplin tersebut, yaitu:
1. Menyampaikan pendapat baik lisan maupun tetulis lewat media sosial yang
bermuatan ujaran kebencian terhadap Pancasila, Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan
Pemerintah.
Baca Juga: Jepang Diterjang Topan Hagibis, Ini Perbedaan Antara Topan,
Badai, Siklon, dan Tornado?
Menelaah PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS, Pasal 7 Ayat (1)
menerangkan tingkat hukuman disiplin terdiri dari hukuman disiplin ringan,
hukuman disiplin sedang, dan hukuman disiplin berat.
Hukuman disiplin ringan yang dimaksud berupa teguran lisan, teguran tertulis,
dan pernyataan tidak puas secara tertulis.