Anda di halaman 1dari 16

Ruang Terbuka Hijau

1. Pengertian Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka (open spaces) merupakan ruang yang direncanakan karena

kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara

terbuka. Ruang terbuka (open spaces), Ruang Terbuka Hijau (RTH), Ruang publik

(public spaces) mempunyai pengertian yang hampir sama. Secara teoritis yang

dimaksud dengan ruang terbuka (open spaces) adalah:

 Ruang yang berfungsi sebagai wadah (container) untuk kehidupan manusia, baik

secara individu maupun berkelompok, serta wadah makhluk lainnya untuk hidup

dan berkembang secara berkelanjutan (UUPR no.24/1992).

 Suatu wadah yang menampung aktivitas manusia dalam suatu lingkungan yang

tidak mempunyai penutup dalam bentuk fisik (Budihardjo, 1999; 90).

 Ruang yang berfungsi antara lain sebagai tempat bermain aktif untuk anak-anak

dan dewasa, tempat bersantai pasif untuk orang dewasa, dan sebagai areal

konservasi lingkungan hijau (Gallion, 1959; 282).

 Ruang yang berdasarkan fungsinya sebagai ruang terbuka hijau yaitu dalam

bentuk taman, lapangan atletik dan taman bermain (Adams, 1952; 156).

 Lahan yang belum dibangun atau sebagian besar belum dibangun di wilayah

perkotaan yang mempunyai nilai untuk keperluan taman dan rekreasi; konservasi

lahan dan sumber daya alam lainnya; atau keperluan sejarah dan keindahan (Green,

1962).

Beberapa pengertian tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH) diantaranya adalah:

 Ruang yang didominasi oleh lingkungan alami di luar maupun didalam kota,

dalam bentuk taman, halaman, areal rekreasi kota dan jalur hijau (Trancik, 1986;
61).

 Ruang-ruang di dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk

area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur yang dalam

penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan yang

berfungsi sebagai kawasan pertamanan kota, hutan kota, rekreasi kota, kegiatan

Olah Raga, pemakaman, pertanian, jalur hijau dan kawasan hijau pekarangan

(Inmendagri no.14/1988).

 Fasilitas yang memberikan kontribusi penting dalam meningkatkan kualitas

lingkungan permukiman, dan merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam

kegiatan rekreasi (Rooden Van FC dalam Grove dan Gresswell, 1983).

Dan pengertian ruang publik (public spaces) adalah suatu ruang dimana seluruh

masyarakat mempunyai akses untuk menggunakannya. Ciri-ciri utama dari public

spaces adalah: terbuka mudah dicapai oleh masyarakat untuk melakukan kegiatan-

kegiatan kelompok dan tidak selalu harus ada unsur hijau, bentuknya berupa

malls, plazas dan taman bermain (Carr, 1992).

Jadi RTH lebih menonjolkan unsur hijau (vegetasi) dalam setiap bentuknya

sedangkan public spaces dan ruang terbuka hanya berupa lahan terbuka belum

dibangun yang tanpa tanaman. Public spaces adalah ruang yang dapat dinikmati

oleh seluruh masyarakat sedangkan RTH dan ruang terbuka tidak selalu dapat

digunakan dan dinikmati oleh seluruh masyarakat.

Ruang terbuka hijau membutuhkan perencanaan yang lebih baik lagi untuk

menjaga keseimbangan kualitas lingkungan perkotaan. Mempertahankan

lingkungan perkotaan agar tetap berkualitas merupakan penjabaran dari GBHN

1993 dengan asas trilogi pembangunannya yaitu pertumbuhan ekonomi,


pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, dan stabilitas nasional melalui

pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dengan memperhatikan

kelestarian lingkungan hidup. (GBHN, 1993; 94).

Pada dasarnya RTH mempunyai fungsi dasar yaitu:

 Berfungsi secara sosial yaitu fasilitas untuk umum dengan fungsi rekreasi,

pendidikan dan olahraga. Dan menjalin komunikasi antar warga kota.

 Berfungsi secara fisik yaitu sebagai paru-paru kota, melindungi sistem air,

peredam bunyi, pemenuhan kebutuhan visual, menahan perkembangan lahan

terbangun/sebagai penyangga, melindungi warga kota dari polusi udara

 Berfungsi sebagai estetika yaitu pengikat antar elemen gedung dalam kota,

pemberi ciri dalam membentuk wajah kota dan unsur dalam penataan arsitektur

perkotaan.

Adapun faktor penyebab perubahan RTH yaitu:

1. Terbatasnya lahan yang hendak dibangun pada daerah RTH yang mengalami

perubahan.

2. Kebutuhan akan pemenuhan fasilitas yang ingin dibangun untuk melayani

penduduk

3. Kurangnya pengawasan dari pemerintah terhadap perubahan RTH

4. Tingkat pendapatan masyarakat berpengaruh terhadap tingkat kebutuhan akan

RTH, seperti penjelasan berikut:

 Masyarakat tingkat pendapatan rendah: membutuhkan RTH sebagai sarana

membina hubungan sosial antar keluarga karena keterbatasan luas rumah yang

sempit, kebuthan RTH bukan merupakan kebuthan langsung yang dapat dirasakan

sehingga menimbulkan ketidak pedulian terhadap ada atau tidak adanya


penyediaan RTH

 Masyarakat tingkat pendapatan sedang: membutuhkan RTH untuk kenyamanan

terhadap lingkungannya, sehingga kebutuhan RTH sudah menjadi kebutuhan yang

dipentingkan

 Masyarakat tingkat pendapatan tinggi: membutuhkan RTH karena sebagai

kepentingan aspek visual dan estetika, sehingga kebutuhan akan RTH sudah

menjadi kebutuhan utama untuk kegunaan spiritual, keindahan dan kenyamanan

(Erowati, 1988).

2. Kalsifikasi Ruang Terbuka Hijau

a. Menurut Dinas Pertamanan DKI Jakarta :

Dinas Pertamanan mengkalasifikasikan ruang terbuka hijau berdasarkan pada

kepentingan pengelolaannya adalah sebagai berikut :

 Kawasan Hijau Pertamanan Kota, berupa sebidang tanah yang sekelilingnya

ditata secara teratur dan artistik, ditanami pohon pelindung, semak/perdu,

tanaman penutup tanah serta memiliki fungsi relaksasi.

 Kawassan Hijau Hutan Kota, yaitu ruang terbuka hijau dengan fungsi utama

sebagai hutan raya.

 Kawasan Hijau Rekreasi Kota, sebagai sarana rekreasi dalam kota yang

memanfaatkan ruang terbuka hijau.

 Kawasan Hijau kegiatan Olahraga, tergolong ruang terbuka hijau area lapangan,

yaitu lapangan, lahan datar atau pelataran yang cukup luas. Bentuk dari ruang

terbuka ini yaitu lapangan olahraga, stadion, lintasan lari atau lapangan golf.

 Kawasan Hijau Pemakaman.

 Kawasan Hijau Pertanian, tergolong ruang terbuka hijau areal produktif, yaitu
lahan sawah dan tegalan yang masih ada di kota yang menghasilkan padi, sayuran,

palawija, tanaman hias dan buah-buahan.

 Kawasan Jalur Hijau, yang terdiri dari jalur hijau sepanjang jalan, taman di

persimpangan jalan, taman pulau jalan dan sejenisnya.

 Kawasan Hijau Pekarangan, yaitu halaman rumah di kawasan perumahan,

perkantoran, perdagangan dan kawasan industri.

Sementara klasifikasi RTH menurut Inmendagri No.14 tahun 1988, yaitu: taman

kota, lapangan O.R, kawasan hutan kota, jalur hijau kota, perkuburan, pekarangan,

dan RTH produktif.

Bentuk RTH yang memiliki fungsi paling penting bagi perkotaan saat ini adalah

kawasan hijau taman kota dan kawasan hijau lapangan olah raga. Taman kota

dibutuhkan karena memiliki hampir semua fungsi RTH, sedangkan lapangan olah

raga hijau memiliki fungsi sebagai sarana untuk menciptakan kesehatan

masyarakat selain itu bisa difungsikan sebagian dari fungsi RTH lainnya.

b. Menurut De Chiara :

1. Utility Open Space,

2. Green Open Space,

3. Coridor Open Space,

4. Multiuse Classification.

c. Menurut Slamet Wirasojaya :

1. Sub Sistem Lahan : umum,pribadi

2. Sub Sistem Sirkulasi atau Transportasi

3. Sub Sistem Masyarakat


3. Fungsi Ruang Terbuka Hijau

Kegiatan–kegiatan manusia yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan hijau

mengakibatkan perubahan pada lingkungan yang akhirnya akan menurunkan

kualitas lingkungan perkotaan. Kesadaran menjaga kelestarian lingkungan hijau

pasti akan lebih baik jika setiap orang mengetahui fungsi RTH bagi lingkungan

perkotaan. fungsi dari RTH bagi kota yaitu: untuk meningkatkan kualitas

kehidupan dan lingkungan dalam kota dengan sasaran untuk memaksimumkan

tingkat kesejahteraan warga kota dengan menciptakan lingkungan yang lebih baik

dan sehat.

Berdasarkan fungsinya menurut Rencana Pengembangan Ruang terbuka hijau

tahun 1989 yaitu :

1. RTH yang berfungsi sebagai tempat rekreasi dimana penduduk dapat

melaksanakan kegiatan berbentuk rekreasi, berupa kegiatan rekreasi aktif seperti

lapangan olahraga, dan rekreasi pasif seperti taman.

2. RTH yang berfungsi sebagai tempat berkarya, yaitu tempat penduduk bermata

pencaharian dari sektor pemanfaatan tanah secara langsung seperti pertanian

pangan, kebun bunga dan usaha tanaman hias.

3. RTH yang berfungsi sebagai ruang pemeliharaan, yaitu ruang yang

memungkinkan pengelola kota melakukan pemeliharaan unusur-unsur perkotaan

seperti jalur pemeliharaan sepanjang sungai dan selokan sebagai koridor kota.

4. RTH yang berfungsi sebagai ruang pengaman, yaitu untuk melindungi suatu

objek vital atau untuk mengamankan manusia dari suatu unsur yang dapat

membahayakan seperti jalur hijau disepanjang jaringan listrik tegangan tinggi,

jalur sekeliling instalasi militer atau pembangkit tenaga atau wilayah penyangga.
5. RTH yang berfungsi sebagai ruang untuk menunjang pelestarian dan

pengamanan lingkungan alam, yaitu sebagai wilayah konservasi atau preservasi

alam untuk mengamankan kemungkinan terjadinya erosi dan longsoran

pengamanan tepi sungai, pelestarian wilayah resapan air.

6. RTH yang berfungsi sebagai cadangan pengembangan wilayah terbangun kota di

masa mendatang.

Sangat penting untuk diingat bahwa tumbuhan merupakan kehidupan pelopor

yang menyediakan bahan makanan dan perlindungan kepada hewan maupun

manusia. Sementara untuk kota di luar negeri taman identik dengan peradaban

suatu bangsa, sehingga mereka sangat memperhatikan masalah pembanguan

fungsi, misalnya Di Italia; terkenal sebagai tempat asal pemusik kelas dunia

memiliki taman dengan ciri khas permainan musik lewat water orchestra, Di

Yunani; orang terkenal gemar memasak dan mengobati memiliki taman dengan ciri

khas kitchen garden, Di Mesir; taman memiliki ciri khas tanaman herba, rempah-

rempah dan wewangian, di Inggris; taman dengan rumput terpangkas rapi dengan

seni pemangkasan yang terkenal yaitu topiary, di Cina dan Jepang; dengan tradisi

Buddhisme, taoisme merancang taman yang berfungsi spirit kerohanian dengan

ciri khas taman adalah air, batu dan bukit-bukitan (Kompas, April, 2001) dan di

Sydney yang berpenduduk asli suku Aborigin menganggap tanah dan alam bagian

dari hidup mereka, jadi pemerintah membangun taman nasional (suaka alam)

dengan mempekerjakan masyarakat sekitar sebagai pengelola taman dan setelah

itu mengembalikannya kepada penduduk tradisional sepenuhnya, lalu pemerintah

menyewa taman tersebut dari penduduk, sehingga sehingga kedua pihak

mengelolanya bersama (Kompas, September, 2000).


4. Manfaat Ruang Terbuka Hijau

Manfaat RTH kota secara langsung dan tidak langsung, sebagian besar dihasilkan

dari adanya fungsi ekologis, atau kondisi ’alami’ ini dapat dipertimbangkan

sebagai pembentuk berbagai faktor. Berlangsungnya fungsi ekologis alami dalam

lingkungan perkotaan secara seimbang dan lestari akan membentuk kota yang

sehat dan manusiawi.

Manfaat tanaman sebagai komponen kehidupan (biotik) dan produsen primer

dalam rantai makanan, bagi lingkungan dan sebagai sumber pendapatan

masyarakat, semua orang sudah mengetahuinya. Proses fotosintesis telah

diajarkan sejak sekolah dasar, di mana zat hijau (khlorofil) yang banyak terdapat

dalam daun dengan bantuan energi matahari dan air, menghasilkan makanan,

berupa karbohidrat, protein, lemak juga vitamin dan mineral, sangat berguna bagi

kehidupan manusia dan makhluk hidup lain.

Tanaman adalah pabrik tanpa butuh bahan bakar fosil, bahkan dia adalah sumber

karbon itu, sama juga tidak membutuhkan energi listrik atau api untuk memasak

makanannya agar bisa terus tumbuh. Pabrik ini tidak mencemari media

lingkungan, bahkan membantu ’membersihkan’ media udara yang kotor serta

’menyegarkan’ udara. Akar pohon berfungsi untuk menarik bahan baku dari dalam

media tanah, antara lain berbagai macam mineral yang larut dalam air. Zat-zat

tersebut ’dimasak’ dalam ’pabrik’ daun menghasilkan karbohidrat (tepung, gula,

selulosa/serat), oksigen, yang seringkali disimpan dalam gudang berbentuk buah

dan biji untuk sebagai agen pertumbuhan selanjutnya.

1. Manfaat bagi Kesehatan

Tanaman sebagai penghasil oksigen (O2) terbesar dan penyerap karbon dioksida
(CO2) dan zat pencemar udara lain, khusus di siang hari, merupakan pembersih

udara yang sangat efektif melalui mekanisme penyerapan (absorbsi) dan

penjerapan (adsorbsi) dalam proses fisiologis, yang terjadi terutama pada daun,

dan permukaan tumbuhan (batang, bunga, dan buah).

Pembuktian, bahwa tumbuhan dapat efektif membentuk udara bersih, dapat

dicermati dari hasil studi penelitian Bernatzky (1978: 21-24), yang menunjukkan

bahwa setiap 1 hektar RTH, yang ditanami pepohonan, perdu, semak dan penutup

tanah, dengan jumlah permukaan daun seluas 5 hektar, maka sekitar 900 Kg CO2

akan dihisap dari udara, dan melepaskan sekitar 600 Kg O2 dalam waktu 12 jam.

Hasil penelitian Hennebo (1955) menyimpulkan, bahwa terjadi pengendapan debu

(aerosol) pada lahan terbuka dan khususnya pada hutan kota. Pengendapan debu

dipengaruhi jarak RTH terhadap sumber debu, jenis dan konsentrasi debu, kondisi

iklim, topografi, jenis, dan kelompok tanaman, serta struktur arsitektural RTH.

2. Ameliorasi Iklim

Dengan adanya RTH sebagai ‘paru-paru’ kota, maka dengan sendirinya akan

terbentuk iklim yang sejuk dan nyaman. Kenyamanan ini ditentukan oleh adanya

saling keterkaitan antara faktor-faktor suhu udara, kelembaban udara, cahaya, dan

pergerakan angin.

Hasil penelitian di Jakarta, membuktikan bahwa suhu di sekitar kawasan RTH (di

bawah pohon teduh), dibanding dengan suhu di ‘luar’nya, bisa mencapai

perbedaan angka sampai 2-4 derajat celcius (Purnomohadi, 1995).

RTH membantu sirkulasi udara. Pada siang hari dengan adanya RTH, maka secara

alami udara panas akan terdorong ke atas, dan sebaliknya pada malam hari, udara

dingin akan turun di bawah tajuk pepohonan. Pohon, adalah pelindung yang paling
tepat dari terik sinar matahari, di samping sebagai penahan angin kencang,

peredam kebisingan dan bencana alam lain, termasuk erosi tanah. Bila terjadi

tiupan angin kencang di ‘atas’ kota tanpa tanaman, maka polusi udara akan

menyebar lebih luas dan kadarnya pun akan semakin meningkat.

5. Kriteria Pengembangan RTH

Beberapa kriteria yang dianggap penting dalam pengembangan RTH (De Chiara,

1982) antara lain:

 Memiliki fungsi penggunaan utama

 Memiliki nilai hubungan dalam penggunaannya

 Ukuran dari lahan

 Mempertimbangkan antara desa dan kota

 Intensitas penggunaan

 Karakteristik lahan

 Kondisi-kondisi lainnya
PERILAKU MANUSIA PADA
RUANG TERBUKA
Posted on Jumat, Maret 26, 2010 by Dio Alvaro Feranov | 0 komentar

Ruang Terbuka

Ruang terbuka (publik) sangat berpengaruh besar terhadap prilaku manusia di lingkungan
perkotaan. Ruang tersebut berperan penting sebagai pusat interaksi dan komunikasi
masyarakat baik formal maupun informal, individu atau kelompok. Pengertian ruang terbuka
(publik) secara singkat merupakan suatu ruang yang berfungsi untuk kegiatan-kegiatan
masyarakat yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, dan budaya. Sikap dan perilaku
manusia yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi juga berpengaruh terhadap tipologi
ruang kota yang direncanakan.

Tipologi ruang terbuka (publik) dalam perkembangannya memiliki banyak variasi tipe dan
karakter antara lain :
1. Taman Umum (Public Parks).
2. Lapangan dan plasa (Squares and Plazas)

3. Jalan (Streets).

4. Tempat Bermain (Playground).

5. Jalan hijau dan Jalan taman (Green Ways and Parkways).

Dalam riset lebih menekankan pada ruang terbuka publik sebagai titik pengikat dalam
struktur kota, Disamping tempat evakuasi masyarakat jika terjadi bencana gempa seperti yang
terjadi baru- baru ini. Ruang terbuka publik juga dapat berperan sebagai paru-paru kota yang
dapat menyegarkan kawasan tersebut. Secara singkat ruang terbuka publik memiliki 3 karakter
penting yakni memiliki :
1. Makna (meaningful).
2. Dapat mengakomodir kebutuhan para pengguna dalam melakukan
kegiatan (responsive).

3. Dapat menerima berbagai kegiatan masyarakat tanpa ada diskriminasi (democratic).

Ruang Terbuka Hijau

RTH dimaksud berupa taman kota, jalur hijau jalan, hutan kota/kebun raya, hutan mangrove
(kota pesisir), lapangan olahraga, taman/hutan bantaran sungai dan sebagainya.

Fungsi Ruang Terbuka Hijau :


1. Untuk menyerap air (hujan) dan air permukaan.
2. Sebagai penyerap panas dan cahaya (silau). Rumput misalnya, mampu menyerap 80%
panas dan hanya memantulkan 20% sisanya saja kepada lingkungan sehingga dapat
menurunkan suhu di perkotaan (Frick & Mulyani, 2006 ; 44).

3. Selain itu juga RTH dapat menurunkan polusi udara kota, setiap pohon misalnya dapat
menyerap CO2 dan menyediakan 1,2 Kg O2/hari. Sehingga menunjang kebutuhan
ketersediaan oksigen untuk bernapas bagi penduduk kota dan mengurangi dampak
akibat karbondioksida yang merugikan kesehatan.

Secara garis besar Purnomohadi, Ning ; 2007, menyebutkan bahwa fungsi ideal
penyelenggaraan RTH di perkotaan adalah :
1. Sebagai identitas (bio-geofisik) kota.
2. Upaya pelestarian plasma nuftah.

3. Penahan dan penyaring partikel padat dari udara.

4. Mengatasi genangan air.

5. Produksi (terbatas).

6. Ameloriasi iklim.

7. Pengelolaan sampah.
8. Pelestarian air tanah.

9. Penapis cahaya silau.

10. Meningkatkan keindahan.

11. Habitat flora/fauna mengurangi stress.

12. Mengamankan pantai terhadap abrasi meningkatkan industri pariwisata.

13. Lokasi evakuasi terhadap bencana.

Pola Prilaku Manusia pada Ruang Terbuka :

Pola prilaku yang dilakukan manusia pada ruang terbuka mempunyai keragaman dan berbeda-
beda, mereka melakukan kegiatan menurut fasilitas yang berada di ruang terbuka tersebut,
misalnya :

Taman Umum (Public Parks)

 Kegiatan yang biasa dilakukan di Taman Umum yaitu : santai, ngobrol-ngobrol, rileksasi,
istirahat, dsb. Taman umum biasanya digunakan sebagai sarana penghijauan dimana
tumbuh-tumbuhan hijau yang besar di tanam berfungsi sebagai paru-paru kota, dan juga
Taman Umum digunakan sebagai sirkulasi penghubung dari wilayah atau kawasan
tertentu.
Lapangan dan plasa (Squares and Plazas)

 Kegiatan yang biasa dilakukan di Plasa yaitu : biasanya ruang ini adalah terbuka dan
skala luas, dan biasanya keberadaannya pada ruang dengan mobilitas besar dan
mewah, biasa yang dilakukan di Plasa yaitu : sebagai sirkulasi menuju suatu tempat
tertentu (gedung) dan juga bisa digunakan sebagai tempat untuk bersantai dan
berdiskusi.

Jalan (Streets)
 Kegiatan yang biasa dilakukan di Jalan yaitu : jalan adalah sarana tempat orang berlalu-
lalang, jadi kegitan yang berada di jalan adalah sebagian besar adalah tempat orang
melintas, ada juga orang yang berjalan sambil mengobrol, melihat keadaan sekeliling,
menunggu kendaraan, dan kadang orang ada juga yang berjualan di jalan (trotoar) ini
dapat menggangu sekali orang yang sedang berjalan kaki.
Tempat Bermain (Playground)
 Kegiatan yang biasa dilakukan di Taman Bemain yaitu : taman ini merupakan sarana
tempat bermain bagi anak-anak, biasanya di tempat ini terdapat alat bermain anak
seperti perosotan, ayunan, dsb yang di tujukan untuk anak-anak antara balita - 10 thn.
Taman ini juga bisa di gunakan untuk duduk-duduk, santai, mengobrol, dsb.

Referensi :
http://eprints.undip.ac.id

Frick, Heinz & Mulyani, Tri Hesti, 2006. Arsitektur Ekologis, Penerbit Kanisisus – Yogyakarta &
Soegijapranata University Press – Semarang

Kusumawijaya, Marco dalam Sutanta, Hari, 2007. Berita Bumi, Artikel : Alih Fungsi Lahan Sebabkan Banjir
di Jakarta. http//www.berita-bumi/ bencana_alam_dan_lingkungan.htm. Senin, 27 Agustus 2007. Jakarta

Purnomohadi, Ning. 2007. Materi Seminar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di Samarinda. Direktorat
Penataan Bangunan dan Lingkungan Dirjen Cipta Karya Dep. PU RI. Jakarta.

Sidharta, Prof.Ir, 1983. Makalah Diskusi Panel : Rumah Susun ditinjau dari Segi Ekologi. Semarang, dalam
Budihardjo, Eko. Prof.Ir. M.Sc. 2006. Sejumlah Masalah Pemukiman Kota. Penerbit PT. Alumni. Bandung.

Tarigan, Robinson, Drs. M.R.P. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah, Edisi Revisi. Penerbit Bumi
Aksara. Jakarta.

Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007, Tentang Penataan Ruang. Jakarta.

Wiradisuria, Rachmat, Ir. 1983. Makalah Diskusi Ilmiah Ikatan MAI : Pemukiman dan Lingkungan Hidup.
Bandung, dalam Budihardjo, Eko. Prof.Ir. M.Sc. 2006. Sejumlah Masalah Pemukiman Kota. Penerbit PT.
Alumni. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai