Pokok Bahasan
kota
f.
Dari berbagai fungsi ruang terbuka, nilai dari ruang terbuka dapat
diklasifikasikan menjadi empat kategori, seperti dikatakan oleh Bradly dan Milward
(1984), yaitu: nilai sosial dan budaya, nilai psikologis, nilai ekologi dan alam, dan
nilai estetika atau keindahan. Sedangkan Setiawan (2003) menambahkan adanya
nilai ekonomi pada ruang terbuka kota.
terbatas luasannya, karena mahalnya harga tanah di kota. Oleh karena itu, mereka
membutuhkan ruang-ruang terbuka untuk interaksi sosial dengan tetangga,
keluarga dan teman-temannya. Taman, plaza, dan ruang-ruang trebuka informal
sering dipakai untuk pertunjukan musik, budaya tradisional, pawai dan kegiatan
lainnya di hari libur. Sehingga, ruang terbuka sangat bermanfaat untuk arti-arti
sosial dan budaya.
Nilai psikologis
Pada konteks ini, nilai ruang terbuka tidak hanya sebagai tempat untuk pertemuan
sosial, keluarga, tetangga dan tempat bermain anak-anak, tetapi juga sebagai
tempat bagi seseorang untuk menyendiri, dan menikmati kesunyian. Ruang terbuka
dapat dipakai sebagai tempat duduk pelepas lelah sementara di siang hari, sebelum
seseorang mulai bekerja kembali dengan kondisi psikologis lebih segar.
Nilai estetika
Nilai ini dikandung oleh ruang terbuka karena kontribusinya kepada pemandangan
atau lansekap kota. Lansekap yang bagus akan memacu tumbuhnya apresiasi
bagi yang menikmatinya. Menikmati alam tidak lagi untuk alasan-alasan ekonomi
atau sosial, tetapi suatu rasa menikmati kualitas alam. Dalam konteks ini intervensi
manusia pada pengelolaan ruang terbuka akan menentukan nilai estetika dari
ruang terbuka tersebut.
Nilai ekonomi
di semua kota di Indonesia. Ruang terbuka juga dapat dipakai untuk melakukan
eksibisi atau pameran dengan menjual produk-produk tertentu.
Kontak sosial
terbuka komunal merupakan ruang terbuka dengan jumlah terbatas yang berada di
lingkungan perumahan, dimiliki dan dipakai oleh penduduk di lingkungan
perumahan tersebut, seperti tempat bermain, lapangan olah raga, ruang terbuka di
sekitar toilet atau sumur umum, dan sebaginya. Sedangkan ruang terbuka publik
merupakan ruang terbuka yang dapat dipakai oleh siapapun, misalnya plaza, jalan
lingkungan, taman kota, ruang terbuka di pinggir sungai, dan sebagainya.
Berdasarkan sifat pemakaiannya, Wilkinson (1983) menjelaskan bahwa ada
dua jenis ruang terbuka, yaitu ruang terbuka aktif dan ruang terbuka pasif. Ruang
terbuka aktif dimaksudkan sebagai ruang-ruang yang dipakai untuk kegiatan
manusia, misalnya untuk bermain, beristirahat, berolah raga, dan sebagainya.
Sedangkan ruang terbuka pasif adalah ruang-ruang terbuka di dalam kota yang
tidak difungsikan untuk tempat kegiatan manusia, jadi hanya berfungsi sebagai
keindahan kota atau ruang-ruang terbuka yang memang tidak dimanfaatkan,
misalnya: ruang terbuka disepanjang rel kereta api, sepanjang sungai, lahan tidur,
dan sebagainya. Ruang terbuka aktif dapat dibagi menjadi empat:
1) Taman kota dan taman lingkungan, yang merupakan bentuk ruang terbuka
didalam area permukiman. Ruang terbuka ini dipakai oleh seluruh anggota
masyarakat untuk kegiatan sosial, bermain anak-anak, olah raga, dan
sebagainya;
3) Ruang terbuka privat, yang dimiliki oleh individu, berupa halaman rumah;
4) Ruang terbuka alamiah, yang difungsikan untuk penyeimbang lingkungan,
aturan-aturan
yang
resmi
dengan
mengutamakan
keindahan.
untuk menanam tersebut secara fisik dibatasi oleh bangunan, kabel-kabel listrik,
jalan, trotoar, dan infrastruktur di dalam tanah. Juga dibatasi oleh ruang-ruang lain
untuk meletakkan tanda lalu lintas, lampu jalan, tempat sampah, dan lain-lain.
Sehingga ruang untuk tanaman di dalam kota terkadang tidak cukup untuk
memenuhi tuntutan agar tanaman dapat berfungsi dengan semestinya. Dengan
banyaknya manfaat tanaman untuk berlangsungnya kehidupan kota, maka
penyediaan ruang untuk potion dan jenis tanaman lainnya dirasa perlu.
Lokasi penghijauan kota dapat dilihat dari kepemilikan tanahnya, yaitu tanah
milik pemerintah untuk publik, tanah milik swasta, tanah yang menjadi
tanggungjawab pemerintah dan swasta, dan tanah penduduk/pribadi. Tanah
pemerintah untuk publik bisa terdiri dari taman, tanah disepanjang tepi jalan den rel
kereta api, tanah disekitar bangunan publik, tanah disepanjang tepi sungai dan tepi
danau,d an sebagainya. Tanah milik swasta meliputi tanah-tanah di area
permukiman penduduk, area komersial, dan area industri. Sedangkan tanah milik
pribadi umumnya berupa halaman rumah.
Taman kota
Pada seting urban, taman merupakan tempat tumbuh pohon, perdu, semak,
rumput yang perannya sangat besar dalam penghijauan kota. Taman kota sangat
bervariasi, mulai dari hanya sepetak kecil tanah di pusat kota yang ditumbuhi
pepohonan sampai yang cukup luas di tempat-tempat tertentu atau di pinggiran
kota. Tanaman di taman kota ada yang tumbuh alamiah, ada yang merupakan
buatan manusia. Kebun Raya Bogor merupakan contoh bentuk taman kota alamiah
yang berukuran luas, yang dapat dijadikan sebagai paru-paru kota.
Taman kota dapat dapat bersifat pasif dan aktif. Pasif apabila taman
tersebut hanya berupa pepohonan, yang tidak dimanfaatkan untuk rekreasi.
Sedangkan taman aktif apabila dimanfaatkan untuk kegiatan rekreasi, tempat
bermain anak, berjalan-jalan, dan sebagainya. Meskipun demikian, banyak pula
taman-taman kota saat ini yang tidak ditumbuhi pepohonan, tetapi hanya tanamantanaman hias berbentuk perdu dan rerumputan, yang kurang banyak manfaatnya
untuk membantu keseimbangan Iingkungan.
Daerah perdagangan di pusat kota merupakan area yang paling sukar untuk
ditanami pohon. Ada hambatan spasial dan kegiatan manusia di daerah tersebut
yang tidak memungkinkan tumbuhnya banyak pohon. Namun demikian, keberadaan
pohon di pusat perdagangan akan mempengaruhi, terutama lingkungan visual dari
daerah tersebut. Pohon dapat menyatukan elemen-elemen arsitektural,
melembutkan kesan keras bangunan, menambah wama dan karakter lingkungan.
Jenis-jenis pohon yang mempunyai batang lurus dengan ranting dan daun
cenderung keatas merupakan jenis pohon yang sesuai untuk tepi jalan, khususnya
dengan luas tanah terbatas.
juga yang dibiarkan kosong. Tanah-tanah ini dapat dimanfaatkan sebagai area
penghijauan kota.
Vegetasi
Salah satu faktor utama dalam pemilihan jenis tanaman untuk penghijauan
kota adalah kebutuhan untuk mendapatkan volume penghijauan yang tinggi, karena
tanaman mempunyai manfaat tinggi terhadap efek ekologi, seperti fungsi bioklimatik
(Spitthover dalam Kennedy dan Kennedy, 1997). Disamping itu tanaman,
khususnya pohon, merupakan elemen penting dalam perancangan urban, karena
dapat membantu memberi karakter dan identitas suatu tempat. Meskipun demikian,
di Indonesia masih jarang perencana kota maupun arsitek lansekap yang
mempunyai kemampuan dan benar-benar memberi perhatian dalam merancang
lansekap kota dengan pepohonan.
Menyebar di atas
Oval
Piramida
Cambuk
Bundar
Menjuntai
Jadi dalam pemilihan pohon untuk penghijauan kota, bentuk dan ketinggian
pohon perlu diperhatikan, selain itu juga kecepatan tumbuh pohon, ketahanan
terhadap penyakit dan polusi, kesesuaian dengan jenis tanah dan kemudahan
pemeliharaannya.
Jenis ketinggian pohon bervariasi, warna hijau dan variasi warna lain
seimbang.
Jarak tanaman setengah rapat, 90% dari luas areal yang harus
dihijaukan.
Jarak tanaman setengah rapat sampai rapat, sekitar 90% dari luas areal
yang harus dihijaukan.
Elemen utama dari iklim yang mempengaruhi kita adalah radiasi matahari,
temperatur udara, pergerakan angin, dan kelembaban. Dengan pemakaian pohon
dan tanaman lain, iklim mikro kota dapat diciptakan agar memberikan kenyamanan
bagi penduduknya.
Modifikasi temperatur
Kota cenderung mempunyai temperatur lebih tinggi daripada daerah
pedesaan disekitarnya. Penyebabnya adalah kurangnya vegetasi di dalam kota
dan besamya penyerapan atau absorbsi radiasi matahari oleh permukaan. Radiasi
matahari yang memasuki atmosfer bumi, sebagian hilang melalui refleksi
penutupan awan; sebagian disebar oleh partikel-partikel dalam atmosfer; sebagian
lagi terserap oleh polutan (misalnya CO2, butiran air, dan ozone), dan sisanya
(sekitar setengah) mengenai permukaan bumi. Selama slang hari, radiasi matahari
diserap oleh permukaan kota - aspal, semen, logam, kaca, genting, dan
sebagainya. Semuanya itu merupakan insulator yang tidak balk - bisa menangkap
panas, tetapi segera hilang sangat cepat bila dibanding sinar yang mengenai
vegetasi atau tanah. Sehingga udara disekitar permukaan-permukaan tersebut
menjadi panas, karena panas radiasi yang diterima sebagian diserap yang
menyebabkan permukaan menjadi panas, atau dipantulkan kembali ke udara dan
menyebabkan udara sekitar menjadi panas.
selama 20 jam per hari. Dalam hal ini penanaman pohon dapat menurunkan
ketergantungan akan pendingin ruang dengan tiga cara, yaitu:
Menahan radiasi sinar matahari yang akan mengenai bangunan dan tanah
didekatnya;
Mengatur dan mendinginkan aliran udara yang akan mengenai atau masuk
bangunan.
mengarahkan angin, sehingga suhu dibawah pohon dan disekitarnya akan menjadi
lebih dingin. Pohon dapat dikatakan sebagai pengontrol angin, yang di banyak kota
di dunia, terutama di daerah dengan hembusan angin yang kuat, pohon sangat
diandalkan untuk memperlambat hembusan angin.
Pohon dan semak dapat mengontrol angin dengan cara menahan dengan
daunnya, meneruskan, membelokkan, dan menyerapnya. Tingkat pengontrolannya
tergantung dari ukuran dan bentuk pohon, kepadatan daun, serta letak dari pohon.
Seakin besar pohon, semakin besar fungsinya sebagai pencegah angin. Apabila
pohon semakin tinggi, umumnya di bagian bawah akan lebih terbuka dan angin bisa
mengalir. Dengan adanya bayangan pohon membuat sejuk udara disekitamya.
Pohon dapat dipakai untuk memperlambat angin di sekitar bangunan, disekitar
sudut-sudut atau pintu masuk bangunan. Bahkan pohon dapat dipakai sebagai
penghambat angin di jalan-jalan kota atau jalan raya.
Penyerapan air hujan oleh daun dan batang pada sekelompok pohon
berbentuk tajuk seperti pohon pinus lebih besar daripada oleh sekelompok pohon
berbentuk bukan tajuk (Gambar 13.4). Diperkirakan 40% air hujan akan diserap
oleh pohon pinus dan sisanya menuju tanah, sedangkan pohon bukan tajuk
(berkayu keras) akan menyerap 20% air hujan dan 80% air hujan sisanya terus
turun menuju permukaan tanah. Meskipun demikian, semakin besar dan lama curah
hujan, semakin kurang efektif pohon akan menyerap air.
pohon
dan
tanaman-tanaman
lainnya
di
kota
sangat
bermanfaat untuk mengatasi masalah teknis lingkungan, seperti kontrol erosi tanah,
polusi udara, polusi suara, pengelolaan air limbah, kontrol lalu lintas, dan silau.
Masing-masing akan dijelaskan pada sub-bab di bawah ini.
Intensitas suara
(dB)
120
80
70
50
40
Suara bisikan
30
Dalam mereduksi suara, gelombang suara akan diserap dan dipecah oleh
daun, dahan dan ranting tanaman yang ringan dan fleksibel. Jenis tanaman yang
paling efektif untuk mereduksi kebisingan adalah tanaman yang mempunyai
banyak daun tebal dan fleshy. Juga tanaman harus ditanam berkelompok atau
berjajar, karena apabila hanya satu pohon berdiri sendiri akan tidak efektif dalam
menyerap suara. Sedangkan posisi tanaman sebagai pembatas antara sumber
suara dan penerima suara sangat penting. Tanaman pembatas yang ditanam
dekat dengan sumber suara akan lebih efektif daripada ditanam didekat tempat
yang tidak menginginkan suara itu.
Ada
beberapa
rekomendasi
untuk
penanaman
tanaman
dalam
perancangan urban yang dapat efektif mereduksi suara berdasarkan pada studi
yang telah dilakukan oleh Van Haverbeke dalam Grey dan Deneke (1986), yaitu:
1) Reduksi suara lalu lintas di daerah urban dapat dilakukan dengan penanaman
sederet pohon atau semak setebal 6-16 m dengan jarak dari pusat suara 5-16
m. Semak atau pohon kecil setinggi 2-2,5 m yang ditanam dipinggir jalan raya
sebaiknya diikuti dengan penanaman jajaran pohon dibelakangnya setinggi
4,510 m.
2) Untuk hasil yang optimum, pohon dan semak-semak harus ditanam dekat
dengan sumber bunyi, dan bukannya dekat dengan area yang akan dilindungi
dari bunyi tersebut.
3) Jalan raya yang dekat dengan daerah perumahan sebaiknya diberi
lebat dan relatif dengan ketinggian sama. Apabila penanaman pohon tinggi
tidak dimungkinkan, dapat dipakai pohon pendek atau semak dan rumput atau
tanaman penutup tanah yang lain, daripada memakai perkerasan.
lain akan cukup efektif mereduksi suara apabila ditanam secara benar. Selain itu
penanaman tanaman sebagai penghalang suara akan lebih memberi efek
psikologis dan visual lebih baik daripada jenis penghalang yang lain.
Tanaman juga membantu mengurangi bau yang tidak sedap, yang berasal dari,
misalnya tempat pembuangan sampah. Daun, ranting, dan batang tanaman akan
menyerap bau atau mencampur udara bau dengan oksigen yang dihasilkannya.
burung
di
kota
memerlukan
pemahaman
terhadap
kehidupan burung, untuk kemudian dapat dipilih jenis-jenis pohon yang sesuai
serta tata letak penanamannya. Sebaiknya memeilih jenis pohon yang dapat
menarik berbagai jenis burung, daripada jenis pohon yang hanya akan ditempati
oleh satu jenis burung.
Penanaman pohon dan semak diruang-ruang terbuka yang cukup luas
akan memberi tempat lebih baik kepada burung, misalnya di taman kota, hutan
kota, dan daerah-daerah perumahan. Meskipun demikian, ditempat sempit pun
bisa ditanami, seperti dipinggir-pinggir jalan. Di tanah sempit dianjurkan agar pola
penanaman pohon berkelompok atau berjajar saling berdekatan.
Tanaman (pohon dan semak) dapat membuat ruang terbuka yang luas menjadi
lebih sempit, sehingga menimbulkan perasaan meruang dan lebih nyaman bagi
pemakainya.
Tanaman dipakai sebagai pengarah untuk menuju ke suatu tempat atau ruang.
ruang terbuka yang diperuntukan bagi kota-kota di negara Barat tampaknya belum
tentu sesuai apabila diterapkan di kota-kota di Indonesia. Walaupun demikian,
perlu pula diketahui beberapa standard kebutuhan ruang terbuka untuk kota-kota
di negara Barat, yang dibuat oleh Model Ekosistem Kota dan UNEP.
Prosentase
15%
Sarana transportasi
20%
10%
15%
Permukiman
40%
Dari standard di atas, luas lahan taman dan jalur hijau (15%) merupakan
luas lahan yang harus disediakan oleh pemerintah. Tentunya jumlah luas ruang
terbuka hijau kota masih ditambah dengan ruang-ruang hijau yang ada di
permukiman, perkantoran, dan lahan-lahan lainnya. Selanjutnya dari tabel di atas
terlihat bahwa lahan taman dan jalur hijau seharusnya mempunyai luas yang sama
dengan luas lahan untuk kegiatan perdagangan dan industri. Hal ini menunjukkan
betapa area terbuka hijau menjadi bagian penting dari kota yang keberadaannya
tidak kalah dengan fungsi-fungsi kota yang lain.
2001).
Masalahnya
adalah
bahwa
ruang-ruang
hijau
tersebut
terdapat
kecenderungan semakin sempit, beralih fungsi ataupun tidak terurus dengan baik.
Tabel 13.4 Standard taman, tempat bermain dan lapangan olah raga menurut
UNEP
No.
Jenis
Umur
pemakai
(tahun)
Luas area
normal
(ha)
1.
Area bermain di
lingkungan
4-15
1-2
perumahan
Lapangan olah raga
2.
10-24
4-8
di
perumahan
3.
Taman lingkungan
Semua
3-5
perumahan
umur
4.
Pusat rekreasi
Semua
0,4
lingkungan
umur
perumahan
5.
Taman lingkungan
Semua
6
(permukiman)
umur
6.
Pusat rekreasi
Semua
0,5
lingkungan
umur
(permukiman)
Sumber. UNEP dalam Yayasan Dian Desa, 1999
1-2
0,5 ha/1.000
6-10
0,5 ha/1.000
4-8
2.000-5.000
1-2
20.000
16
15.000-75.000
1,25
20.000
lapangan olah raga) di area permukiman luasannya masih kurang besar atau
belum sesuai dengan jumlah penduduk yang ada.
Tabel 13.5 Standard kebutuhan taman, tempat bermain, lapangan olah raga
di lingkungan permukiman
No.
1.
2.
3.
4.
6.
Jenis
Minimum
penduduk
pendukung
Taman,
tempat
bermain
Taman,
tempat
bermain
250 orang
Lokasi
Di tengah
kelompok
perumahan
2.500 orang Di pusat
kegiatan RW
Taman,
30.000
Dikelompokkan
tempat
bermain,
lapangan
olah raga
Taman,
tempat
bermain,
lapangan
olah raga
Taman,
tempat
bermain,
lapangan
olah raga
orang
dengan
sekolah
Jalur hijau
120.000
orang
480.000 orang
Luas
tanah
%
terhadap
area
yang
dilayani
250 m2
2%
1.250
m2
1,04%
9.000
0,625%
Radius
pencapaian
Standard
200 m
1 m2/
orang
500 m
0,5 m2/
orang
0,3
m2/
orang
m2
Dikelompokkan
dengan
sekolah
24.000
m2
0,416%
0,2 m2/
orang
Dapat di pusat
wilayah dan
merupakan
zone yang lain
dari pusat
wilayah
menyebar
124.000
m2
(12,4
ha)
0,83%
0,3 m2/
orang
15 m2/
orang
Taman Pusat Kota: memenuhi kebutuhan ruang terbuka hijau umum satu
kota, dengan luas sesuai kebutuhan.
urbanisasi
dan
perkembangan
kota,
khususnya
di
negara
subur
atau
daerah-daerah
yang
mempunyai
nilai
ekologis
Tuntutan akan pemanfaatan ruang dan tanah yang lebih efisien akan semakin
dituntut.
Alokasi
lahan
untuk
ruang
terbuka
cenderung
diabaikan
karena
Contoh lain adalah kota Bangkok, seperti yang dikemukakan oleh Setchell (1995)
yang pada awalnya mempunyai luas 1.600 km2, telah berkembang sejak tahun
1974 menjadi lebih tiga kalinya. Selama tahun 1981-1988, seluas 614,3 km2 tanah
pertanian yang produktip telah dikonversi menjadi area urban yang sangat luas,
seluas kota Singapura. Jalan-jalan raya baru dibangun melewati tanah-tanah
pertanian, yang mengakibatkan tumbuhnya kegiatan urban disepanjang jalan-jalan
tersebut. Banyak tanah kosong bekas tanah pertanian yang tidak dimanfaatkan
ditemui diantara jalanjalan tersebut (Setchell, 1995). Pola pengembangan yang
ekstensif ini berdampak pada dibutuhkannya biaya infrastruktur dan tingkat
konsumsi energi yang sangat tinggi di masa datang.
Dari berbagai persoalan tentang ruang terbuka dan ruang hijau kota di
atas, Setiawan (2003) menjelaskan adanya beberapa faktor penyebab timbulnya
persoalan-persoalan tersebut, antara lain adalah:
Rencana kota yang cenderung tidak mempunyai visi jelas, dan lebih
menekankan pada aspek spasial dan ekonomi, sehingga menyebabkan
hilangnya `roh' atau identitas kota.
Ruang atau lahan kota sangat terbatas. Sementara itu pemilikan tanah
oleh individu tidak dibatasi, sehingga banyak lahan diakumulasi oleh
sekelompok orang.
Upaya awal yang perlu dilakukan untuk tujuan perencanaan dan pengelolaan
adalah mendokumentasikan dan menginventarisasi ruang terbuka dan ruang
terbuka hijau yang ada di kota, meliputi jenis, fungsi atau penggunaan, lokasi,
kondisi, pemilikan, dan pengelolaannya. Selanjutnya perlu pula dilakukan
registrasi atau pendaftaran bagi ruang terbuka (termasuk ruang hijau) yang ada,
agar memiliki legalisasi secara hukum. Hal ini nantinya untuk menghindari adanya
penyerobotan lahan atau pengalih fungsian ruang terbuka oleh pihak lain.
2) Perencanaan
Perencanaan ruang terbuka dan ruang terbuka hijau suatu kota perlu dilakukan,
baik perencanaan untuk jangka waktu pendek, menengah, maupun panjang.
Suatu kota perlu memiliki rencana induk (master plan) untuk ruang terbuka dan
ruang terbuka hijau. Dengan rencana induk tersebut, program-program untuk
ruang terbuka dan tata hijau kota dapat dilakukan secara terarah dan terencana.
Perencanaan untuk ruang terbuka kota dapat berupa: penyengkeran,
penambahan, pengalokasian, pengembangan, penataan, dan kemungkinan
penggunaan untuk multi fungsi. Semua penentuan bentuk rencana tersebut perlu
memeperhatikan khususnya aspek lingkungan dan sosial masyarakat.
3) Pengembangan
Untuk pengembangan ruang terbuka dan ruang trebuka hijau kota menjadi lebih
baik diperlukan adanya kemitraan antara pemerintah kota, masyarakat dan pihak
Ruang-ruang terbuka publik yang ada perlu terus dimanfaatkan, misalnya untuk
kegiatan festival, bazaar, kegiatan-kegiatan sosial dan komersial. Jangan sampai
terjadi privatisasi ruang terbuka publik atau pemanfaatan yang kurang optimal.
Untuk itu, diperlukan juga adanya kontrol dan monitoring penggunaan ruang
terbuka publik tersebut, sehingga pemerintah periu meningkatkan kapasitasnya
untuk melakukan kedua hal itu.
5) Penumbuhan kesadaran publik
perguruan
tinggi,
lembaga swadaya
masyarakat (LSM), dan pihak swasta terkait, baik secara langsung berhadapan,
melalui media elektronik (radio, TV), media cetak (koran, majalah, poster),
maupun melalui media lain, seperti iklan di bis kota, tulisan di bak sampah dan
kotak pos. Kesadaran publik juga perlu diberikan kepada anakanak di sekolah
melalui pelajaran-pelajaran lingkungan, maupun praktek penanaman tanaman
dan pemeliharaannya.
6) Advocacy
Advocacy
atau
pendampingan,
pemihakan.
bantuan,
diberikan
kepada
pihak lain tanpa ijin; dan sebagainya. Tanpa advocacy, biasanya masyarakat
berada pada posisi lemah dan tidak berdaya, karena tidak adanya bukti atau
legalitas kepemilikan. Advocacy pada umumnya dilakukan oleh pihak swasta, LSM,
atau perguruan tinggi.
Alternatif penghijauan kota: pertanian kota dan hutan kota
Ada berbagai macam upaya untuk penghijauan kota, seperti misalnya
pembuatan taman kota, penanaman pohon di sepanjang jalan, pembuatan taman
di halaman perkantoran dan rumah tinggal, penanaman pohon di pemakaman,
dan sebagainya. Kegiatan pertanian kota oleh penduduk dan pengadaan hutan
kota juga merupakan dua upaya untuk penghijauan kota. Bahkan, disamping
manfaat penghijauan, pertanian kota dan hutan kota mempunyai manfaat sosial
dan ekonomi yang dapat dirasakan oleh penduduk kota. Bahkan pertanian kota
mampu membantu ekonomi penduduk dalam memenuhi kebutuhan pangan
keluarga.
Di bawah ini akan dijelaskan tentang kegiatan pertanian kota dan
pengadaan hutan kota.
Pertanian Kota
Kata pertanian selalu diasosiasikan dengan pedesaan, karena di daerah
pedesaanlah umumnya bercocok tanam dilakukan. Padahal, kota merupakan
area yang sangat potensial untuk kegiatan pertanian yang produktif. Memang
kegiatan ini belum merupakan hal yang biasa dilakukan di kota-kota besar di
negara kita. Semua kebutuhan kota yang berhubungan dengan hasil pertanian
disediakan oleh desa, sehingga kota sangat tergantung pada desa. Pertanian
kota telah banyak dilakukan di kota-kota di negara yang kurang maju industrinya,
tetapi harus memproduksi makanan untuk penduduk sangat banyak dengan
keterbatasan energi dan ruang. Cina merupakan contoh yang paling baik untuk
produksi pertanian kota. Dengan penduduk lebih satu milyar jiwa dan
keterbatasan fasilitas transportasi, pemerintah Cina mempunyai kebijakan untuk
menciptakan lebih banyak produsen daripada konsumen kota. Sedikitnya 85%
sayuran yang dikonsumsi penduduk kota dapat dihasilkan dari pertanian di dalam
kota. Shanghai dan Beijing dapat memproduksi lebih dari 1 juta ton sayuran
pertahun untuk kebutuhan penduduknya (Wade, 1980).
Di Indonesia, lingkungan perkotaan dicirikan dengan banyaknya tanahtanah terbuka dan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
pertanian. Hal ini disebabkan karena proses perkembangan kota yang tidak
terencana atau inkremental, sehingga banyak tanah kosong diantara kawasankawasan permukiman. Lebih lanjut proses spekulasi tanah yang tidak terkontrol
juga memacu terjadinya tanah-tanah terlantar yang dapat dimanfaatkan untuk
pertanian. Tanahtanah negara yang tidak dimanfaatkan dapat juga menjadi loksi
yang baik untuk pertanian kota. Begitu pula dengan tanah-tanah marjinal di
sepanjang tepi sungai, rel kereta api, di bawah jembatan, pada lereng-lereng
bukit, di bawah jalur /jaringan listrik, semuanya dapat dimanfaatkan untuk
pertanian kota yang produktif.
Singkatnya, pertanian kota merupakan satu altematif optimalisasi lahanlahan kota yang semakin Iangka. Khususnya di Jawa, dimana lahan lahan-lahan
pertanian subur semakin berkurang, pertanian kota akan merupakan altematif
yang sangat diandalkan di masa depan. Studi dari UNDP menyarankan bahwa
model pertanian di Jawa harus dirubah dari pola tanaman tunggal padi-padian ke
pola yang Iebih intensif dimulai dengan horticulture. Hal ini didasarkan studi
bahwa model budidaya yang intensif di perkotaan menghasilkan tiga sampai enam
kali jumlah nutrisi yang dihasilkan dari jenis tanaman tunggal padi-padian
(Setiawan, 2000).
Kegiatan pertanian kota dapat digalakkan melalui pendidikan bagi anakanak sekolah, penyuluhan, kerja bakti kampung, dan sebagainya. Pendidikan dan
penyuluhan dapat berupa manfaat bercocok tanam, cara penanaman dan
pemeliharaan, sampai pemasaran hasil apabila hasil pertanian akan dijual.
Pemerintah, dalam hal ini Departemen Pertanian dapat menyediakan benih atau
bibit tanaman unggul yang murah dan mudah didapat oleh penduduk.
lingkungan,
mempunyai
banyak
keuntungan.
Keuntungan-
Mengurangi pengangguran
Keuntungan ekonomi:
Mengurangi kemiskinan
Keuntungan lingkungan:
Khususnya
ketika
Indonesia
mengalami
krisis
ekonomi,
berbagai
kota juga membantu ekonomi kota karena memanfaatkan sumberdaya kota yang
selama ini terlantar, terutama tanah, air dan limbah sampah.
Untuk
mendukung
berkembangnya
kegiatan
pertanian
kota
yang
Hutan Kota
Pengadaan hutan di dalam kota atau disebut hutan kota sangat diperlukan,
khususnya untuk fungsi penghijauan kota yang mampu menciptakan iklim mikro
perkotaan. Disebut hutan kota karena jenis tanaman yang ditanam berupa pohonpohon besar, yang ditanam secara berkelompok menyerupai hutan. Pengadaan
hutan kota telah banyak dijumpai di kota-kota besar. Misalnya hutan kota di
kawasan tugu Monas di Jakarta, atau di kampus Universitas Indonesia di Depok.
Kebun Raya Bogor di Bogor dan Central Park di tengah kota New York
merupakan salah satu contoh hutan kota yang cukup luas. Meskipun demikian,
tidak semua kota di Indonesia memiliki hutan kota.
Satu hal yang dianggap sebagai kendala dalam pengadaan hutan kota
adalah tidak tersedianya lahan yang cukup luas di kota. Padahal sebenamya
hutan kota tidak memerlukan lahan khusus, karena dapat diadakan dimana saja,
bahkan di lahan yang sempit pun dapat dipakai sebagai hutan kota. Seperti juga
lahan untuk pertanian kota, hutan kota dapat memakai lahan-lahan kosong yang
Lansekap kota.
Selain itu, hutan kota dapat pula menghasilkan produk-produk hutan,
Bentuk hutan
Berderet, lajur
memanjang
Kompak berupa
tegakan pohon
Kawasan
perkantoran
Kawasan
sekolah/kampus
Berderet atau
tegakan
hutan kompak
Tegakan hutan
kompak
Lahan
Sempit
Sesuai
ketersediaan
ruang
terbuka
Sempit hingga
luas
Karakteristik
vegetasi
Pohon berukuran
rendah
Potion perindang
Luas
Kawasan
perdagangan
Kawasan jalur tepi
jalan, sungai, pantai
Berderet, berlajur
Sempit
Berderet, lajur
memanjang
Sempit
memanjang
Tempat rekreasi,
taman kota,
lapangan
Tegakan hutan
Sedang hingga
Green belt
memanjang jenis
potion campuran
Tegakan, arboretum
kompak
luas
nutfah
Tegakan hutan
campuran
Tegakan hutan
campuran
Luas
Luas
Dari tabel di atas terlihat bahwa bentuk dari hutan kota terutama
ditentukan oleh luas lahan yang ada, sedangkan karakteristik vegetasi yang
ditanam tergantung dari lokasi hutan dan luas lahan.
banyaknya
manfaat
yang
dimiliki
oleh
hutan
kota.
Tetapi
Rerata
(Ha)
3.846
1.923
384,5
192
1
2
3
Kota
Metropolitan
Besar
Sdang
4
Kecil
Sumber. Fandeli, 2001
Jumlah Jiwa
10 juta
5 juta
1 juta
Jumlah
Bangunan
Rumah
2 juta
1 juta
200.000
0,5 juta
100.000
Hutan Kota
Jumlah
1 Luas
Pohon
(Ha)
2 juta
10.000
1 juta
5.000
200.000
1.00
0
100.000 I
500
Luas hutan kota dapat pula diperhitungkan dari banyaknya jenis flora
endemik. Pengadaan hutan kota dapat dipakai sebagai upaya konservasi jenis
flora endemik. Banyak jenis pohon dan tanaman lainnya yang dapat ditanam
pada hutan kota. Semakin banyak jumlah dan jenis flora yang ditanam, tentunya
semakin luas pula kebutuhan lahan untuk hutan kota.
berumur panjang,
Beberapa contoh pohon yang dapat dipakai untuk hutan kota adalah:
mahoni, kenari, trembesi, dan asam jawa. Pohon-pohon ini mempunyai masa
pertumbuhan yang relatif lama, sehingga sambil menunggu besarnya pohonpohon tersebut, pada penanamannya dapat diseling dengan pohon jenis lain
yang cepat tumbuhnya, seperti angsana atau sengon.